Macam macam joki jurusan dan dampaknya di dunia kerja: 1. Joki Teknik Sipil / Arsitek -> bangun rumah ngasal -> ambruk -> MATI TERTIMBUN 2. Joki Kedokteran -> diagnosa ngasal -> MATI KERACUNAN 3. Joki Teknik Elektro -> instalasi listrik ngasal -> korslet -> MATI TERBAKAR 4. Joki Ekonomi / Perbankan / Akuntansi -> Inflasi, ekonomi ambruk, korupsi brutal -> RAKYAT MATI KELAPARAN 5. Joki Hukum -> buat aturan ngasal -> penjahat diuntungkan -> ORANG TAK BERSALAH MATI 6. Joki pertanian -> tanam ngasal , ngepupuk ngasal -> MATI KELAPARAN DAN KERACUNAN 7. Joki Teknik Pertambangan -> tambang ngasal -> alam rusak -> MATI 8. Joki Psikologi -> diagnosa ngasal -> pasien stress -> MATI BUNDIR ....
misal gini bang misal nih gw nanya , org itu memang cerdas secara intelegensi tpi memang gk berbakat untuk menulis gimana? dia memang menguasai bidang kuliah yg dia jalani minus nya aja gk bakat dalam nulis ، gimana menurut abang? kn kita gk bisa mukul rata semua org bisa bikin tulisan 😁
@@yazilfadillah3092 itulah gunanya dosen pembimbing dan beberapa mata kuliah yang berguna untuk menulis yang formal formal, bisa bisa aja dipelajari apalagi yang intelegensinya kuat, jangan berlindung dibalik kemalasan, joki ini kan intinya ide & realisasi sampai penulisan orang lain yang kerjakan
Akibat kebanyakan orang kurang menghargai kejujuran. Banyak yg kagum sama orang yg dapat nilai tinggi tanpa peduli tentang gimana prosesnya, jujur atau gak. Dulu waktu aku SD, mamakku sering periksa bukuku. Kalo yg nilainya tinggi malah ditanyain ini ngerjain sendiri atau nyontek teman. Dan selalu diingatin bahwa gapapa bgt dapat nilai sedikit rendah yg penting jujur karena itu hasil murni. Lebih bagus lagi kalo nilainya tinggi dan jujur. Yg penting utamain kejujuran.
Mengulang mata kuliah atau menambah semester di Indonesia dianggap memalukan. Padahal di luar negeri dapet E terus ngulang itu udah biasa karena dengan lu ngulang sekalian refresh materi yg blm paham. Bisa jadi lu ngulang gara2 lagi menekuni hal lain. Cth bisnis, belajar skill yg ga ada hub ama jurusan lu yg maybe bisa membuat lu sukses dibading jurusan lu skrg. Mahasiswa merasa harus lulus tepat waktu padahal belum ngerti apa2 (setiap orang beda2. Ada yg belajar cepet ada yg lama) semua dipukul rata 4 tahun. Alhasil mereka ngejoki drpd nambah semester atau ngulang matkul. Semua serba terburu-buru. Intinya begitu. its my opini yaa. Chills yaa
Menurut gue harus dimulai dari skala paling kecil, keluarga. Hindari glorifikasi terhadap hasil, bukannya proses...tanamkan nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, kerja keras... Pembentukan karakter sejak dini... Jika masing-masing keluarga bisa memulai, akan lebih mudah untuk menanamkan di masyarakat.
Bener lagi, dari kecil selalu di apresiasi hasil bukan proses, dan itu terjadi dari keluarga inti hingga ke keluarga besar, jadi orang kayak ada beban kalo hasil buruk walaupun sudah berjuang maksimal yang membuat orang jadi melakukan hal2 curang supaya hasil bagus
Majority memang impactful sih. Simple nya di rumah, kita sering membersihkan, isi lemari disusun, wc disikat. Tapi yang lakuin cuman sendirian dan jadinya akan cepat berantakan lagi, akhirnya jadi capek sendiri. Maunya bersih, tapi enggak ada respectful ke orang. Bahkan dari lingkungan di rumah sendiri ada loh kebiasaannya mulai muncul, maunya kek rumah orang tapi hal kecil gak dirawat, maunya dikerjain orang dan nikmatin hasilnya tapi gak pandai merawat. Capek sendiri, ditanya malah kebanyakan dikatain balik, dibersihin kan untuk dikotori. Lah, dibersihkan ya supaya dirawat sama-sama. Biar ada sikap disiplin, menghargai, dan bertanggungjawab. Belum lagi peraturan ada untuk dilanggar, kalimat barangsiapa menyusahkan orang maka dosa baginya. Hal2 yang gak relevan malah dipaksa dibawa untuk menjustifikasi kemalasan sendiri. Bangga lagi. Berkelompok lagi. Draining banget. Kalau bukan kita yang lelah mental dan fisik karena tetap pada pilihan, ya kita akan cacat bernalar ikut dia karena influence dari dia .
dan yang parah nya hal tersebut di normalisasi dan menjadi budaya ini yang bahaya , pendidikan yang baik berawal dari kecil dan dari dalam rumah dan contoh nyata nya ada di Jepang , masalah ini emang banyak variabel nya mulai dari rumah, sejarah, struktural, hukum, dan kayaknya mencakup semua sampai ke karakteristik orang nya juga
Menurutku kakak hebat. Kakak masih bertahan untuk jadi baik dan melakukan segala sesuatu dengan prinsip baik di dunia yang sudah gila gini. Kita memang perlu jadi idealis agar gak terbawa arus, kak. Bukannya dibilang untuk "Amal makruf nahi munkar, berlomba dalam kebaikan dan cegahlah kemungkaran?" Dan dikatakan "Janganlah bersedih hati karena seluruh perbuatanmu walaupun seberat zarah (partikel) akan kau lihat balasannya, dan tuhanmu tak menzalimu sedikitpun?" Tetap semangat ya kak untuk jadi benar. Masih ada orang2 yang menjunjung kebenaran juga kak, cuma kita belum berkumpul aja 😊
"Tidak ada insentif untuk mutu" YES!!!! Sesimpel peringkat kelas aja skrg ditiadakan. Pdhl menurutku peringkat kelas termasuk budaya insentif mutu. Budaya menghargai proses dan progres udah ga ada. Orang2 maunya lihat hasil hasil dan hasil aja.
Thanks kak, jujur mau cerita juga. Aku termasuk mahasiswa di salah satu kampus swasta di medan yg telat skripsi karna dospingku teliti dan serius banget ngebimbing aku. Tpi disatu sisi banyak tuntutan kayak waktu, uang, bahkan mentok nyaranin kalau mau selesai harus dijokiin aja. Padahal ngehire joki juga ga murah. Tpi dari diskusi kakak² ditema ini bikin jdi batu loncatan jdi harus expert dibidang yg aku mau teliti bener². Bukan untuk sekedar lulus dapat title yg harusnya dapat dipertanggungjawabin, malah dibikin lumrah 😃
dimana orng di negara laen ngomongin conundrum AI dan segala aspeknya , kita disini msh memperdebatkan joki itu yay or nay adalah penggambaran ketertinggalan kita sebagai bangsa dalam konteks tech and science in the nutshell sih....
Lucunya.... Ini gak cuma kejadian di dunia pendidikan.... Khususnya waktu timeskip covid kmren... Dimana banyak banget yg test lewat online... Dengan posibility yang gede banget buat pake "joki"
Di Wakanda, ga kasih contekan = kena sanksi sosial, ga punya teman, dianggap sombong & pelit. Ini ga akan bisa diubah selama hanya sedikit orang tua yang menanamkan nilai kejujuran ke anak - anaknya.
Simpelnya gini A: Pihak terkait yang berkewajiban kepada B (misal universitas) B: Pihak terkait yang berkewajiban kepada A (misal mahasiswa/dosen) C: Pihak luar yang menggantikan identitas B untuk bertanggung jawab kepada A (joki skripsi/kuliah) Joki kuliah dalam contoh ini, seharusnya ilegal karena melanggar pasal pasal 66 UU PDP, tentang pemalsuan kredensial/identitas. Orang bisa berkelit bahwa joki (C) bukan memalsukan, tapi di beri pinjam identitas/didelgasikan oleh pemilik identitas aslinya (B), dan betul delegasi itu sah, tapi diperlukan surat kuasa dari pemilik identitas asli (B) yang harus diketahui oleh pihak terkait (A). Jadi, penggunaan joki bisa dibenarkan/diperbolehkan selama ada surat kuasa, diketahui dan di ijinkan oleh pihak terkait. Permasalahannya, apakah kampus tahu dan mengizinkan mahasiswa menggunakan joki?
Biasanya yang begini pelakunya adalah oknum ASN atau pegawai yang ditugaskan untuk kuliah lagi semata hanya demi gelar untuk menyesuaikan dengan jabatannya, mereka jarang muncul di kelas, tapi tau2 lulus & dapet gelar
Sederhana pokok akar masalah " TIDAK JUJUR , LICIK , PENIPU , PEMBOHONG , KEJAHATAN itu semua terjadi dalam segala aspek , mau pendidikan , politik , birokrasi dstnya ...itu terjadi juga di lembaga2 negara atau swasta , memang semua oknum tp oknum sudah tak terhitung ....silahkan didiskusikan ...tp lebih penting di cari solusi ...entah melalui jalur apapun ...di buat video , film , atau apapun...tidak usah berat2 ...cukup di bongkar dgn yg ringan..
ada hal penting sing yang mungkin bisa jadi notice, contoh, ini kita lagi bahas sebuah kejahatan / kesalahan / hal yang tidak normal sehingga orang malu melakukan, sepertinya pointnya itu. Contoh simple, ketika kita masih merasa seorang cewek keluar rumah make cangcut aja orang masih malu2 walau itu dia aslinya pede, karena 'normalnya' di indonesia masih banyak di hujat . sedang di luar negeri hal gitu malah biasa aja karena sudah jadi 'normal'. kayaknya pointya disitu, contoh di point Joki skripsi, gimana cara agar orang yang dijokiin merasa malu / orang lain memandang rendah orang yang dijokiin, sama perkara2 semua lah buang sampah kek , atau apa yang pelanggaran aturan, gimana cara mulai? entah mungkin salah satu kerjaan RUclipsr yang banyak2in konten ginian biar kesadarannya naik walau sebiji dua biji orang.
Terima Kasih Malaka Projek telah mengedukasi para viwernya. Indonesia sudah sangat krisis dengan Budaya Malu, Sopan Santun dan Tata Krama. Budaya Malas dan instan ditanamkan sejak dini. Good Job dan teruslah mengedukasi.
Jaman saya dulu juga pernah kerja di rental komputer Deket kampus. Dulu namanya "jasa ketik skripsi" , tapi ya isi maupun bahan2nya dari klien. Tapi yang bikin shock saya, ternyata jasa ini sdh berubah jauh. Sekarang joki skripsi bener2 bikinin total sampai beres. Klien (mahasiswa) tinggal ongkang2 terus bayar
Wajar, dulu tidak semuanya bisa komputer karena saat itu yang punya komputer juga masih sangat jarang. Dulu rental, percetakan dan biro skripsi begini panèn kalau menjelang akhir semester.
Ini pendapat yang mungkin gak biasa didengar atau bahkan gak populer: Joki skripsi (dan joki akademik lainnya) ada karena barrier kelulusan yang justru terlalu mudah. Bayangkan, apakah mungkin sang joki ahli dalam semua bidang (atau minimal banyak bidang) sehingga ia bisa membuat karya akademik begitu banyak? Bukankah skripsi, tesis, atau jurnal butuh riset? Apakah mungkin joki melakukan semua riset? Manusia super kah joki itu? Justru bisnis perjokian ini menjadi penanda symptom lainnnya, yaitu rendahnya kualitas karya akademik kita.
Bener banget ini. Harusnya cara penilaian karya ilmiah yang perlu direvisi lagi. Seberapa pantas tulisan tersebut disebut karya ilmiah dan seberapa paham yang membuat atas karyanya sendiri? Perlu digarisbawahi juga salah satu kriteria pebilaian harusnya adalah output dari karya itu seberapa bermanfaat dan untuk siapa manfaatnya sebenarnya
saya dulu cukup aktif di Organisasi pelajar di masa SMA .. dan sering berdikusi tentang Bobroknya pendidikan Indonesia .. diskusinya mirip mirip podcast ini .. cuman versinya lebih Lite dan pembahasannya hanya kisaran Dunia SMA .. tapi setelah tau dunia PENDIDIKAN TINGGI ... buehhh ngeri bangget bobroknya ..
keren banget ini membuka wawasan bahwa masalah bangsa ini sangat kompleks mencakup seluruh variabel, mulai dari hal terkecil di rumah , pendidikan, struktural, sejarah, mental , budaya , bahkan karakteristik orang nya itu sendiri
aku dari dulu diajarin sama guru dan dosenku, kamu boleh salah karena tidak sengaja tetapi tidak boleh bohong, dan ini yang aku coba terapin ke anak didikku
Mudah2an ada pembelajaran karakter dimulai dr PAUD, TK, SD dst... Dimulai dr : 1. Keluarkan dr sekolah bila ketahuan nyontek 2. Keluarkan bila tdk masuk dgn alasan sakit tp tanpa surat dokter/ puskesmas 3. Hukum berkali lipat bila ketahuan ada tugas sekolah yg sama antara siswa... Salah tidak apa2 asal hasil original buatan sendiri 4. Perbanyak tugas kelompok tapi bergantian orang utk mempresentasikan hasil tugas tsb... Sehingga setiap anggota menguasai tugas tsb secara utuh Ini hanya usul dr beberapa pengalaman selama sy belajar
JOKI, lahir ketika ada "kemampuan dan kesejahteraan" yg tidak selaras, "aturan dan eksekusi hukum" yang jomplang, "kesempatan dan pasar" yang banyak, ini bukan masalah perspektif tapi masalah kenyamanan dan keamanan masa depan, kalau sudah sejahtera, sudah teratur, pasar yang ditutup dengan eksekusi hukum, gambaran ideal sedekat singapore dan jepang mungkin bisa saja terjadi
Bahkan di negara maju pun, profesi akademia bukan termasuk high paying job---walaupun terhitung lebih sejahtera (bedanya lagi lulusan PhD punya pilihan untuk kerja di luar akademia dan masih sejalan dengan kompetensinya). Terus apa yang mendorong mereka untuk memajukan pendidikan dan riset? Passion, pride, and curiosity for science over wealth, ini kita gak punya. Kalau pendidikan dan riset masih pakai pola pikir bisnis, gak nyambung karena ini investasi yang mahal, high risk, dan uncertain return; perlu visi yang panjang untuk paham bagaimana sains dapat merevolusi teknologi dan masyarakat. Masalahnya di negara kita contohnya belum ada.
Yupp bener pendidikan tidak bisa dibuat dengan pola pikir bisnis dan returnnya belum tentu sesuai ekspektasi, tp sayangnya realitanya tidak seperti itu. Saya pernah ganti judul skripsi cuman gara" hasilnya tidak sesuai ekspektasi dosen, padahal judul tersebut yang ngasih ya dosennya, sblmnya saya pikir skripsi tidak harus berhasil atau sesuai ekspektasi. Yaa akhirnya pakai judul baru buatan sendiri dan berhasil.
Tidak mungkin mengharapkan guru mengabdi tanpa menjamin kemakmurannya. Ketika guru bertanya kenapa gajinya hanya 2.7jt sebulan, akan diminta untuk berikhlas, guru itu pekerjaan mulia, pahalanya dibayar di sorga. Akhirnya ya cari pekerjaan sampingan, dan waktunya dihabiskan bukan untuk menyiapkan materi pengajaran tapi untuk mencari nasi.
Dulu gw memulai kuliah sambil bekerja, sulit, capek fisik mental, dan ada rasa ingin berhenti. Tapi gw tipe yg harus menyelesaikan sesuatu yg sudah di mulai, gw ngerjain skripsi mati2an, gw buang waktu main dan bergaul gw selama 4 tahun untuk nyari uang + mengenyam pendidikan. Alhamdulillah Skripsi gw susun sendiri, dosen pun puas dengan skripsi gw. Gw cuman mau ngasih tau bahwa bertanggung jawab atas pilihan itu penting, tapi bertanggung jawab dengan kejujuran dan kemampuan.
Mau nambahin, mungkin pelajaran basic yg perlu diajarin ke semua orang, terutama ke anak2 itu belajar tentang "pride" sih.. akarnya org2 yg menolak joki, menolak korupsi, baik di indo maupun di luar negri itu ada di "pride" tersebut..
bukan soal pride, tapi pemahaman benar salah. Orang generasi sebelumnya, tau joki itu salah, tapi mereka tetap melakukannya karena dah ada ga ada pride. Generasi yang sekarang make joki karena ga tau kenapa itu perbuatan salah.
@@taurenchieftain3328 hmm, ku yakin mereka tau sih klo itu juga salah.. cuma denial aja. Sesuatu yg salah klo banyak yg ngedukung juga bisa jadi "benar". Sama seperti kejahatan2 lain yg kecil2, termasuk berbohong, korupsi, mencuri gt. Mereka tau klo mereka salah, tapi denial aja.
@@Itsmesmileyface buat gue aneh sih kalo orang berbuat baik karena ada ancaman dari suatu agama. berbuat baik ya karena kesadaran diri aja ga perlu pake ancaman. sanksi perlu tapi kalo pake ancaman khayalan kayanya itu lebih cocok disebut menipu
Makasih kakak kakak udah bahas ini ❤ Sakit kalo dikira ngejoki padahal pontang-panting sendirian ngerjain sampe nangis-nangis, mana diliatin sinis banget. Lagi banyak masalah keluarga juga. Di saat butuh bantuan temen kamu cerita masalahnya sendiri, dan makin ngerasa ngga ada orang yang bisa diharapkan sedikit ngebantuin gitu. Udah gitu pas yusidium + wisuda harus ngeliat orang" dapet ipk tinggi + dapet hadiah. Padahal kita tau beberapa orang itu 'kerjasama' yang caranya ga normal sementara aku duduk di barisan ip biasa aja. Kayanya dia ada di barisan kaya aku gitu, karena kemampuannya ga beda jauh. Rasanya tuh pengen cepuin, tapi masalahnya kita belum tentu punya buktinya dan gimana cara ngebuktiinnya bahwa dugaan kita benar. Abis lulus aku langsung diem di kamar, emosi naik turun. Rasanya ngga mau keluar hampir berminggu-minggu sampe akhirnya ketemu temen jaman sma, ternyata dia pernah di posisi kaya aku dan disaranin ke psikolog, karena ngeliat ciri" psikologisku udah ga normal. Awalnya aku ngga mau, jadi aku sampe neliti diri aku sendiri masalahnya apa. Terus aku cobain perbaikin tapi tetep di tengah" sempet stabil tapi tiba" ngga stabil, kaya tiba tiba nangis sendiri padahal ga terjadi apa apa. Akhirnya aku ikutin sarannya. Eh, ternyata kata psikolognya kena depresot medium. oh~ terimakasih sekali ~
Menurutku salah satu faktor kenapa perjokian ini terjadi juga karena kurangnya pilihan jalur karir/pekerjaan. Umumnya masyarakat tahunya ya jalur sekolah itu, SD, SMP, SMA, terus S1. Itu jalur default utk mendapatkan pekerjaan dgn penghasilan yang layak. Padahal, ya memang enggak semua anak itu tercipta sebagai konseptor, yg harus dealing ama tugas2 yg melibatkan berpikir mendalam, yg kayak jalur dari SMA ke S1. Ada jg orang2 yg memang jagonya di praktikal. Maka ada SMK, terus D3. Tapi, konotasi SMK dan D3 itu kelas kedua. Dan dianggap kurang utk membuka jalur karir/ pekerjaan yang baik. Di luar negeri kyk di Australia, skripsi bukan keharusan. ada alternatif utk yang mau ambil skripsi atau tidak. Begitu juga s2, ada jurusan yg dgn tesis atau tidak. Karena bakat dan minat manusia itu beragam. Dan ini yg jadi PR besar pemangku kepentingan di Indonesia, bagaimana menyediakan lapangan pekerjaan yg beragam, dengan pendapatan yang adil lintas profesi, dan merangkul beragam keunikan kecerdasan manusia dalam sistem pendidikan yang selaras dengan dunia industri/lapangan pekerjaan tersebut.
atasan ane (kasi kantor unit *** konoha) mau lulus s3, di data bkd konohagakure gelar s2, tpp insentif per 3 bulan nyentuh 3 digit. satu kantor tau dia pake joki. Disuruh kepala unit bikin surat formal antar instansi, ehh gatau cara pake word, kapan pakai tanda baca koma titik dll. Welcome to konoha
Lagi nonton ini, tiba-tiba pintu kamar kos diketok sama tetangga kos. Doi ngasih lembar kuesioner buat diisiin. Padahal gue ga masuk ke kriteria penelitiannya. Kita juga ga kenal-kenal amat karena gue jarang ketemu karena sibuk kerja. Tanpa malu doi cerita ini buat ngisi bab 4 penelitian, dan kuesioner yg beneran keisi cuma 2 sisanya ngarang. NANGIS BGT GUEEEEEE, langsung dikasih contoh nyata ngehadepin beginian👀🙂
Aku baru tau ternyata separah ini. Baru lulus tiba" hype perjokian. Kaget woii~ kirain kalangan seumuran aja. Okkeh kayanya mainnya masih kurang jauh 😌 Dari obrolan masalah itu kuncinya sebenernya ada di gimana pendapatan orang tuh bisa diliat dari konsistensi kompetensi dan orang lain menghargai prosesnya. Kalo itu bisa jalan, uang yang kita dapet tuh kaya konsekuensi yang diukur dari proses kita segimana buat jago ngerjain pekerjaan itu. Kaya contohnya, kenapa kak jerome bilang bioskop disana pas filmnya di play ga boleh di rekam. Karena mereka tau prosesnya ga gampang buat bikin satu film. Pegawainya juga diliat dari yang emang suka ngerjain di bidangnya, misal edit video gitu. Bertahun-tahun dia ngedit video ntah itu buat konten atau emang bikin film. Pemerannya juga, dia bisa ekspresinya seneng tiba tiba ada sesi nangis-nangis, atau bisa bahasa asing yang bahkan kita aja ga pernah denger, syulit sekalehhh~ Salah satu proses menghargainya lewat kita bayar tiket + nikmatin filmnya. Hasil uang yang kita bayar bisa jadi pendapatan buat mereka yang bikin film itu. And then, perusahaan filmnya juga bisa jalan, bisa bikin film lainnya. Dari sisi ekonomi negara juga jalan karena sebagian dari uang yang kita bayar ada bagian buat pajak juga. Sebagiannya lagi ada alokasi buat bayar jasa bioskopnya, buat jasa promosi filmnya, fasilitasnya, dll. Dari pajak itu bisa bikin fasilitas umum yang bagus, bisa buat rakyatnya. Sekaligus bisa buat properti pembuatan film itu sendiri kalo di izinin lokasinya dipake buat syuting. Ketika lokasi itu dipake buat syuting, pendapatan daerah itu bisa meningkat seiring hype filmnya. Ntah dari sisi pariwisata, edukasi, dll. Contohnya jepang lewat seragamnya di drama", korsel lewat budayanya di drama" nya Yo bisa yooo jangan salah salahin orang terus, tapi benerin prosesnya dikit dikit. Soalnya bukan dari satu pihak aja tapi semuanya juga berkaitan 🫶
Note: Diskusi ini ga bisa dijelasin dari satu bidang, butuh bidang" yang lain dan bahkan beseberangan sampe ketemu titik yang pas. Pas ketemu titik yang pas, percayalah itu baru tahap nemu insightnya, kesimpulan masalahnya didapet setelah bener" 'nyemplung' terus liat realitanya tiap daerah kaya gimana. Buat nemu solusinya butuh puter otak banget, kadang bisa pake contoh dari negara lain tapi belum tentu berjalan di negara sendiri. Aku dari jurusan yang bahas gimana cara bikin sistem ini sih. Pas kuliah kaya awalnya bingung kenapa semua materi mulai dari teknik, sains, sampe sosial, politik ada padahal judulnya di falkultas teknik. Berasa beda aja gitu sama teknik yang lain. But, selama kuliah sih aku nikmatin materinya. Masalah yang dibahas juga menurutku belum yang seberat ini. Pas nemu konten ini berasa oh penerapannya buat mecahin masalah ini ya. Shock juga~ mana ternyata kalo mau lanjut prodinya mau di ln atau di dalam negeri cuman ada di kampus top + sulit tergapai 😂 Intinya kalo bahas sistem itu harus mikirnya, kaya koordinasi antara saraf tulang belakang sama otak. Syaraf otak ngarahin kita buat mikir sesuatu keputusan apa yang bakal diambil, tapi belum tentu bisa reflek pas ada bahaya dateng. Kaya misal tangan kita kebakar, yang bikin tangan kita auto menjauh sebenernya syaraf tulang belakangnya. Nah dari situ kedua syarafnya belajar kalo ada api harus kecilin apinya atau kita auto lari yang jauh. Jadi buat aku, sistem negara juga sama kaya syaraf. Dimana syaraf otak itu kaya pemerintahan pusat, kalo syaraf sumsum tulang belakang itu kaya pemerintahan daerah, nah syaraf tepinya kaya masyarakatnya gitu. Misal penanggulangan banjir dari sungai. Mereka bisa bikin kebijakan dan bikin temboknya yang tinggi. Yang mana itu udah dipertimbangkan dari segala aspeknya. Terus pemerintah daerah yang ngebangun + komando di lapangan bareng sama masyarakat sekitar. Tapi kalo ternyata banjirnya udah melebihi tembok itu butuh kegiatan warganya reflek rame rame bikin penahan air biar ga rembes ke permukiman karena paling deket sama lokasi kejadian dan paling tau penyebab intinya apa. kemudian diskusi gimana caranya biar sungai itu ga meluap lagi. Ayooo semangat kak jerome, calon menteri pendidikan. Bisa yo bisa~ ❤️
Kemiskinan dan kebodohan sudah merajalela bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Sumber kemiskinan dan kebodohan adalah kurangnya pendidikan progresif bagi rakyat dan minimnya insentif buat anak bangsa untuk kreatif dan inovatif. Tanpa kekayaan alam pun, Indonesia bisa sejahtera kalau manusianya cerdas, kreatif, dan inovatif. Tentu ribut masalah kekayaan alam memang penting, tapi jauh lebih penting lagi adalah ribut masalah kurikulum pendidikan yang harus dirombak total, dibersihkan dari anasir-anasir pseudo sains ala Harun Yahya dan dibersihkan dari campur tangan agama. Pendidikan bermutu dan terbukti hebat seperti Finlandia, yang murah tapi juga sangat manjur menghasilkan generasi cerdas, pendidikan yang menghasilkan manusia-manusia abad cyber yang melek teknologi dan pencipta teknologi baru. Kaya tapi bodoh akan mudah menjadi miskin, tapi kecerdasan akan dengan sendirinya membuat sebuah bangsa menjadi kaya.
Disini yg cacat logikanya, "tanpa campur tangan agama" Pada kenyataanya justru sekolah swasta yg punya latar belakang agama lah yg paling banyak berprestasi, coba dipikir2 kenapa pendidikan kita gk maju, apa memang krna agama? Justru kualitas sekolahnya, kualitas guru, kualitas orangtua lah yg jd masalahnya, bukan agama, lihat sekarang sekolah negeri kayak apa, jauh unggul sekolah swasta, bnyak yg pilih sekolah swasta, lihat jg mindset berpikir orangnya, agama gk ada nyuruh untuk gk menuntut ilmu dunia, crab mentality lah masalahnya
@@anyeongmyworld tapi negara religius faktanya kebanyakan negara yang gk maju atau miskin bro, itu researchnya ada dimana2, coba cari di google pake kata kunci "why religious countries are underdeveloped". Kalo lu bilang "pada kenyataannya", kayanya itu berdasarkan opini pribadi lu aja deh
sebenernya untuk kaya dosen dan profeson untuk cari credit mungkin juga ada kebobrokan dari segi birokrasi yang mewajibkan mereka untuk "produktif" belum lagi urusan administratif untuk kenaikan pangkat, demi mendapatkan gaji yang ideal, emg dari jaman belanda penyakit administrasi ini kaya nya gk ilang2
Batasannya joki jasa kerjaan skripsi , tesis, disertasi, atau publikasi ilmiah di perguruan tinggi dengan joki-joki lain adalah sebuah karya intelektual yg diciptakan. Si penerima jasa bukanlah pencipta atau pemegang hak cipta. Si pencipta itu adalah si joki karena dia yang meneliti/menulis.
pembahasannya bisa sampai melebar sekaligus dalam banget ini, lebar karena implikasinya ke mana-mana dan dalam karena akar masalahnya ada di fondasi masyarakat kita, bahkan sebelum negara indonesia ini ada. kondisi kita dan jepang tidak sama, jepang orang2nya bisa tertib/budaya hukum dan budaya malunya tinggi karena masyarakatnya secara ras lebih homogen, in-group feelingnya lebih kuat, sedangkan indonesia amat beragam, banyak sekali faktor yg bisa bikin perpecahan (SARA, politik, merek mie instan favorit, bubur diaduk vs tidak, dsb).
46:00 Abis nonton ini, yang kudapat adalah 'perenungan', ternyata banyak banget masalah pendidikan kita dan itu memiliki ketertaitan satu sama lain. Hal-hal yang keliru dan dinormalisasi nggak bisa dibiarkan gitu aja. Sebab dampaknya kembali ke kita juga, meski orang lain yang mulai dan mereka juga yang melakukannya. Ah, mari lakukan hal-hal baik dimulai dari diri kita sendiri. Terima kasih, Malaka, sudah menyediakan video reflektif ini.
masalah diindonesia semua berawal dari pendidikan bahkan dari tingkat paling dasar sehingga orang2 kita sulit untuk membedakan mana hal yang benar untuk dilakukan dan mana yang seharusnya tidak dilakukan, semakin banyak orang2 yang seperti ini akan menciptakan nilai kebiasaan atau yang biasa kita sebut membenarkan kebiasaan (yang seharusnya membiasakan yang benar) yang akhirnya akan menjadi budaya, maka dari itu mulailah jadi mata air dimanapun kita berada buat orang yang sudah sadar, dan sebarkan apa yang seharusnya kita lakukan ke orang2 sekitar, minimal mulai dari diri sendiri, kalau mau indonesia berubah ke arah yang lebih baik
Mungkin pemerintah bisa bikin satu sekolah yang sangat berkwalitas dari TK - SMA yang guru-guru nya keren banget berdasarkan hasil penyeleksian yang ketat, yang lebih ketat dari LPDP, yang menyasar semua skill, dari public speaking, ilmu psikologi, pedagogik, bahasa inggris, karya tulis, dsb. -Lalu gaji guru nya dari apbn negara sebulan 50 juta untuk tahun 2024 ini. plus anak-anak yang masuk kesana its oke di test juga, termasuk kesanggupan finansial, dan kalau bisa di bantu oleh pemerintah untuk adain beasiswa atau ada keringanan dari sistem subsidi. Nah sekolah sekolah gini targetin setahun nambah sekian ratus atau ribu sekolah sesuai kemampuan. saya yakin mahassiwa yang sedang menerima lpdp diuar negeri bermimpi jadi guru di negara sendiri. berbondong bondong pengen jadi guru dan ikut test.
Dulu saya pernah komen begini di channel jerome polin ttg masalah nilai. "Nilai itu menjadi penting untuk jadi parameter seberapa bagus kita dalam memahami suatu subject atau seberapa pintar kita dalam suatu subject." I mean I get it kompetensi itu penting untuk diri kita sendiri dan itu yg benar. But in all honesty, seberapa banyak orang yg punya pola pikir seperti itu di sekolah? Probably a small handful of people have that mindset. Paling ngak yg saya tau, di realitanya orang yg punya pola pikir seperti itu sangat sedikit. Setau saya pola pikir orang in general di sekolah, terutama di Indo yg tingkat kemiskinan masyarakatnya masih tinggi, harus mendapatkan nilai setinggi mungkin untuk bisa masuk universitas top dan setelah itu lanjut mendapat kerjaan dgn gaji tinggi, hence ngak jarang bahkan orang pintar pun menyontek untuk mendapatkan nilai maksimal. Joki jelas salah, tapi untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat ttg idealisme pendidikan yg benar itu sulit. Semoga orang" seperti di malaka project bisa menjadikan itu kenyataan 🤞
24:20 SMP, SMA kunci jawaban pilihan ganda disebar lewat HP, kami tulis di kertas, kemudian beri tanda di pilihan ganda dengan titik pakai pensil agar mudah di lingkari. Pengawas diacak diambil dari sekolah-sekolah lain. Guru dan TU sibuk di kantor, berlomba dengan waktu, karena soal dan jawaban akan dijemput oleh pihak berwenang. YTTA Terimakasih guru ku.
DUH MAKASIH YA UDAH BAHAS PER-JOKI-AN INI KARENA UDAH GERAH BANGET LINGKUNGAN TERDEKAT GUE MENORMALISASI JOKI BAHKAN MENJADIKAN JOKI SEBAGAI OPSI PERTAMA KHUSUSNYA UNTUK KULIAH 🤌🏼
Pembahasan ini tuh bener2 kunci utama kalau mau negara kita maju, tapi kalau dari atas dan dari tiap lapisan masyarakat gak punya kesadaran ttg hal ini, ya gak akan berjalan sampai kapanpun. Bahkan gambaran Indonesia emas itu mungkin cuma mimpi doang yang sangat susah untuk dicapai
Joki, joki apa yg menaikkan suara salah satu capres pada pemilu yg lalu? Joki pardede Ketika uang yg begitu banyak harusnya pemerintah bisa habiskan untuk membiayai edukasi massal ke masyarakat, malah digunakan untuk bayar influencer supaya pejabat/calon pejabat itu bisa nampak bagus dalam masyarakat. Sampai sekarang masyarakat masih gak tau berapa uang yg dikeluarkan untuk bayar influencer selama masa kampanye Uang2 itu tetap akan diusahakan setengah mati oleh orang yg sudah terpilih, bagaimanapun caranya mereka akan upayakan bagaimana caranya balik modal walaupun dengan cara korupsi selama dalam masa jabatan
@ArduaAdAstra06 yg korupsi tuh antara kepsek, atau bendahara sekolah, atau kepala dinas setempat masalahnya kita sebagai warga seperti mewajarkan hal tersebut dan tidak demo besar-besaran menuntut hak kita akan transparansi maupun toilet yg bersih
Masalah besarnya *line of thought* orang kita itu pendek banget. Menimbulkan oversimplified yang sangat kronis. Sudah sampai ke level filosofi hidup, brilliance is a curse di sini
Permasalahan joki skripsi ini biasanya skripsi mahasiswa PT A di jual tanpa persetujuan ke PT B, biasanya dilakukan oknum dosen di kedua PT trsbt. Ini banyak ditemukan dan sering terjadi dilapangan, bahkan ada permasalahan yang lebih parah dr ini.
34:16 aku pernah ngelakuin itu, dan karena nonton ini akhirnya sadar.. ngebantu teman buat skripsi.. buatin org tugasnya.. terima kasih menyadarkan saya lewat tontonan ini
Ketika lu adalah sebuah emas lu akan berkilau dimanapun lo berada. Ga perlu pengakuan dari orang lain. Ga susah kok bedain orang yang beneran berkualitas sama yang modal gelar doang. Sekarang pilihannya kita mau jadi emas apa mau jadi sampah?
As someone who studies abroad, this gave me a look into the academic world in Indonesia. Jujur banyak kagetnya, banyak worrynya, tapi cukup yakin masih banyak anak muda yang punya hati buat dunia pendidikan Indonesia. Suka banget podcastnya. Thanks for the insight Ci Abigail, Ko Dea, Ko Jerome. God bless always
Bukan pelit ke diri sendiri sih ini konsepnya tapi hemat, walaupun sebenarnya hemat sama pelit beda tipis sih. Harusnya ya tetap mental kejujuran dan integritas sih yang harus ditanamkan dan diajegkan.
Great conversation! Gw numpang keluarin uneg" ya.. masih nyerempet "joki" dan kayanya belum sempet disinggung, yaitu: SIM nembak. Indonesia, spesifiknya di kota" padat kaya Jakarta itu penduduknya mulai beraktivitas paling pagi dan pulang kerja paling larut dibanding kota" di negara" lain, tapi secara produktivitas ternyata ga terlalu bersaing. Kenapa ? Menurut gw salah satu faktor kunci di sini itu kemacetan. Waktu yang dibutuhin dari tempat tinggal ke tempat kerja itu ga main" dan buat mengatasi ini ya wajar lah pada rajin bangun pagi, kerja, pulang larut tapi produktivitas kerja sama aja kaya penduduk di negara lain yang bangun jam 8, kerja, jam 6 sore udah pulang, bahkan mungkin penduduk Jakarta lebih ga produktif karena cape duluan di jalan. Apa urusannya sama SIM nembak ? SIM itu kan semacem sertifikasi bahwa pemegang SIM itu paham cara berkendara yang baik dan benar, selain untuk meminimalisir resiko kecelakaan tapi juga meningkatkan ketertiban lalu lintas. Kalo diperhatiin, ujian teori dan praktek ketika mau buat SIM isinya ya itu. Gw sebagai pengendara setiap hari ada aja ngeliat kelakuan pengendara lain di jalanan yang ga tertib: - ambil jalur kanan, trus tiba" kasi lampu sen kiri trus motong jalur buat belok hampir 90 derajat, atau sebaliknya - jelas" garisnya cuma buat 2 jalur tapi somehow mobil, motor, angkot bisa bikin itu jadi 3,5 jalur - ada 2 jalur tapi ini malah jalan di tengah dgn kecepatan santai serasa jalanan punya sendiri - di perempatan bukannya berenti di blkg garis pas lampu merah tapi pada maju" sampe ngambil space jalanan yang arah tegak lurus jdi ky ada penyempitan jalan. Pada ngarep apa sih dengan maju" gitu kaya lagi mau balapan ? - jelas" lampu merah tapi diterobos aja, trus stuck di tengah perempatan jadi pemicu macet yang akhirnya cuma demi doi 3 menit lebih cepet sampe tujuan, kendaraan" yang di belakangnya kena delay stgh jam gegara mobil" pd gabisa gerak, motor" nyelip" gajelas bikin makin nyangkut masi banyak macem" contoh lainnya tapi gw paling gregetan sama yg di atas. Lebih gregetan lagi karena ga jarang gw liat hal ini terjadi ketika ada polisi lalu lintas di sekitar tapi toh didiemin aja. Berdasarkan pengalaman gw ini, gw setuju sama setidaknya 2 poin yang disampein di podcast ini: 1. Perlu ada proses seleksi yang proper bahwa org" pemegang sertifikasi itu betul" org" yg kompeten 2. Perlu ada konsekuensi atau ganjaran yang nyata atas pelanggaran yang dikerjakan Kenapa menurut gw hal ini bisa mengurangi macet ? Seleksi yang proper artinya volume kendaraan di jalan juga berkurang karena ga semua orang bisa asal punya SIM, dan pengendara" ini punya cukup kompetensi buat tau gimana berkendara dengan tertib. Tau tapi kan belum tentu dikerjain, nah di sini pentingnya kesadaran bahwa setiap pelanggaran ada konsekuensinya dan pemegang peran ini ya penegak ketertiban lalu lintas. Gw yakin konsep yang sama bisa dikaitin dlm konteks pendidikan dan konteks hiring tempat kerja yang udah dibahas di podcast ini, tapi sekian uneg" gw yang tiap hari mesti ngadepin situasi gajelas di jalanan ✌
Demi Tuhan, statement 54:00 kak Abigail, pas dia ngomong gitu, gue merinding jirr. Like, menyadari negeri ini sampai sekarang jabatan tsb serasa "Yaudah gitu aja". Baik2 Indonesiaku untuk 10 Tahun kedepan. Amiin
Gw amazed sama orang2 yg LEBIH PINTER & LEBIH KERAS BERUSAHA CARI PEMBENARAN (untuk perjokian) daripada BERUSAHA MELAKUKAN YG BENER (belajar & ujian/skripsi sendiri tanpa joki). Stunting mereka udah sistemik, genetik & legal. Tuhan mereka ya diri mereka sendiri.
Permasalahan syarat kerja yang tidak masuk akal buat orang-orang putus asa dan akhirnya ambil jasa joki. Indonesia penginnya itu cetak standar atau kualitas pekerja luar negeri, tapi alat cetakannya itu sudah usang, berkarat. Sudah sering kali dibilang harus ganti sparepart cetakannya, tapi yang punya kuasa ngeyel.
budaya bersih jepang setahu saya lahir dari ribuan tahun lalu. sekitar abad ke 6 atau 7 Masehi. salah satunya yang mendasarinya spiritualitas mereka yang tinggi. Kebersihan sebagian dari Ketuhanan.
Penyedia jasa joki harus dipenjara, karena itu memalsukan dokumen, memalsukan penelitian ilmiah yang harusnya sahih. Para mhsswa yang ngejoki, harus di banned dari univ 10 tahun + blacklist namanya.
Mau seberapa besar penjaranya yang mulia? Mau di denda juga pelakunya gak punya apa-apa. Dibanned, DO, dll malah menambah masalah baru. Apa semua masalah harus dengan hukuman?
Kalo bikin kebijakan "penghakiman" seperti ini terus akan ada model baru yg lebih eksis nantinya dan tidak akan pernah mati ekosistem nya karena pasar menuntut jasa ini untuk hidup.
ga memalsukan sih, mungkin lebih tepatnya menipu publik dengan membantu mendapatkan gelar yang didapat dari si mahasiswa tetap yang harus kena mahasiswa nya juga dong
Terima kasih sdh angkat materi ini, sy jadi guru sejak 1986, dan kecurangan di dunia pendidikan sdh sy lihat sejak sy jd guru. Yang sedih kecurangan saat UN bahkan dilakukan oleh pihak sekolah (krn mengawas silang sy jd tau kecurangan itu)
sumpahh topiknya bener-bener membahas discussion that I always looking for!! mana dibahas sampe ke-akar-akarnya, bikin nyadar bgt kalo negri ini moralnya udh se-rusak itu:)
Klo mau merubah org2 yang udh rusak sama sistem sekarang itu ga mungkin. Maka semua yg menonton vidio ini semoga kita bisa menerapkan good value ke anak2 kita
Masya Allah ini materi keren bangeet. Bahkan banyak yang gak percaya, saat saya n anak saya menghadapi test online bersama, berhadap2an tanpa kerjasama sedikitpun. Ayo lawan kecurangan ! Cool Malaka
Lu bayangin aja sekelas lulusan sipil tapi skripsinya joki, pas udh di level tinggi ada project disuruh bikin sebuah gedung tinggi yang jelas butuh hitungan detil dan pasti terkait spec bangunan. Gedungnya kapasitas ribuan orang. Lu bayangin seorang dokter yang lulus karena jasa joki sementara yang dia handle nantinya adalah penyakit manusia bahkan nyawa orang lain. Lu bayangin seorang akuntan yg lulus dengan skripsi yang memakai jasa joki. Bayangin aja pas dia disuruh ngaudit laporan keuangan perusahaan yg rusak, kira2 temuannya kredibel gak ? Dan lu sendiri bakal mau pake jasa orang yang lulus karena joki gak ? Mikir.
orang sipil kayanya ga bakal ngasih proyek gede kalo portofolio nya ga ada sih jadi tetap pengalaman kerja yang bakal menentukan manajer proyek itu bukan cuman gelar doang
@@mantabsekali920 bukan masalah dapet projectnya atau tidak, tapi soal hasil karyanya dia di masa depan nantinya, apalagi jika profesinya menyangkut nyawa orang atau hajat orang banyak. ini soal integritas, kemampuan, dan kemampuannya buat mikir. okelah kalo joki karena dia lebih milih kerja dan kerjanya lebih ngehasilin duit atau karena dia ngerasa ada yg lebih penting untuk dikerjakan dibanding skripsi. kalo joki karena males, bayangin aja bangunan macam apa yang jadi karyanya dia. skripsi memang bukan cara efektif untuk membuktikan kemampuan seorang sarjana, tapi dengan sistem pendidikan yg kita punya, hanya ini cara terbaik alih2 memberikan project kerja nyata akhir kuliah pada calon lulusan.
@@wisnubhaskoro5136 lah dia aja ga bakal kepilih dapat proyek ngapain mikirin karya dia di masa depan. kan udah gue bilang kalo di proyek pembangunan sipil yang dilihat itu portofolio bukan cuman sekedar gelar akademik. orang yang make joki dan ga ngerti kerja udah pasti ga punya portofolio jadi dia udah pasti ga bakal dipilih megang proyek sipil. beda kasus kalo yang pake joki tadi punya orang dalam di pemerintahan jadi dia bisa menang tender proyek
Obrolan podcast ini membuat saya flashback, Saya sempat beberapa semester saat kuliah, membuat "grup" bersama beberapa teman, menjadi joki tugas gambar dan desain saat awal kuliah, sampai membantu tugas akhir dengan alasan klasik "ekonomi" dan cuma untuk bersenang-senang, banyak orang-orang goblok emang, males dan pengen shortcut, kebetulan saya memanfaatkan celah itu dengan maksimal, orang-orang kampusnya pun sama... Miris memang~
ya masalahnya di kita tu unik, orang yang lulus/keterima/dapet nilai bagus itu akan tetap lebih dihargai daripada orang yg kerjain jujur tapi ga lulus/ nilainya jelek
Ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan 1. Gelar tanpa Ilmu apa gunanya? tetapi, 2. Ilmu tanpa Gelar buat apa? Renungkan secara realistis dimana kamu tinggal, bukan idealis yang diutamakan.
Masa ya...sekelas mahasiswa..anak kuliahan tapi logikanya gak nyampe bahwa Joki tugas dan Joki skripsi itu curang....?? Se gitunya kah? Waktu SD nyontek aja dimarahin..masa pas kuliah malah nyewa orang buat ngerjain tugas....?? 😢😢😢😢
Waktu sd nyontek sdh diajak kerja sama dan yg ga mau ikutan akan didiskriminasi. Waktu gede jd koruptor deh. Ibaratnya dari ulat bermetamorfosis memjadi belatung wkwkw.
Bukan logikanya ngak sampai, tapi mereka ngak bisa membedakan mana yg benar mana yg salah. Masalah ini terjadi, karena sudah terbiasa(normalisasi) curang dari kecil seperti menyontek, mengambil sisa uang kembalian, Mark up harga buku dll. Karena teman dan lingkungan menganggap hal itu normal jadi kebiasaan sampai kebawa tua. Ini lah pentingnya peran orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai luhur pada anaknya
YANG BISA MERUBAH NEGRI INI MENJADI KEREN, MAJU DAN MODEREN DAN MENGGANTI GENERASI UZUR YANG BERKUWASA SEKARANG ADALAH ANDA2 SEMUA. SELAMA PEJABAT2 TINGGI SEKARANG YANG MASIH BERKUWASA KAMI PESIMIS TIDAK AKAN MAJU.
Pertama kali mampir channel ini karena judulnya. Perjokian ini memang bikin resah dan miris. Mulai dari anak sekolah sampai akademisi (dosen). Sistem pendidikan kita sedang krisis dari akarnya 😢. Meskipun masih ada sekolah-sekolah yang berusaha menanamkan kejujuran kepada siswanya. Alhamdulillah saya merasakannya sendiri, dulu SMP di pesantren selama ujian santri fokus dengan pengerjaannya masing-masing. Ngga ngobrol. Ngga sebar jawaban (kami memang ngga pegang HP). Setuju sama kakak-kakak, menyelesaikan berbagai problematika pendidikan kita ini memang butuh sistem dan aturan yang mampu mengondisikan siswa berbuat jujur. Kalaupun ada yang tetap curang, hukumannya tegas bahkan mungkin ada sanksi sosial. Bukan dinormalisasi. Banyakin obrolan kayak gini kaak, keren!!
bener nih kata kak jerome. di kelas kalau pinter tapi gak bagi - bagi jawaban maka dianggap pelit dan jadi gak ditemenin. lah pinter aja jadi dilema. kalau gak pinter, kaya ngecewain orang tua. kalau pinter jadi andelan temen. gak ngasih malah jadi dibuli gak ditemenin. padahal kita pinter karena usaha kita belajar sampe malem. lah enak banget orang lain tinggal nungguin jawaban kita. gak ada malunya. saking capeknya akhirnya kasih jawaban salah aja ke mereka. eh malah jadi pembohong. hikss, masa sma lu jadi masa terburukku sih gegara ini. gak ada budaya malu malas. gak ada budaya malu karena nanya jawaban. pliss pahami kadang kita bisa karena kita udah effort banget belajar sampe kadang jam 2 pagi. malah mereka dengan enaknya minta jawaban ke kita 🥲🥲
Wait, wait. Setelah dipikir2, perjokian ini memang sangat sulit dihapuskan dari dunia. Namun hilir dari huru hara perjokian ini adalah saat penyortiran sdm dari hasil joki tersebut. Proses filtrasi di dunia kerjalah yg bisa dikontrol. Kalau misalnya kita berasumsi sdm jebolan joki diterima di dunia kerja, yang salah dan menanggung resiko adalah employer. Dengan kata lain, employer memberi tanggung jawan kepada jebolan joki, dan meresikokan perusahaannya kepada jebolan joki, itu poin penting yg hendaknya disadari.
I mean, (tanpa membenarkan perjokian) , what if sdm jebolan joki itu adalah orang yang berkompeten. Misalnya nih, ada lulusan teknik yg pake joki skripsi buat lulus, tapi ni orang emang jago banget di bidang itu. Entah kenapa dia males aja bikin skripsi. So, apakah kita harus fokus ke perjokian, atau fokus ke resiko dan tanggung jawab atas kompetensi seseorang dalam suatu bidang?
Bener sih sangat normal nge joki guru sma ku ngesuruh nge joki buat dapat title sarjana matematika kayak njir guru saranin joki buat itu temen temen ku pada ngejoki padahal cuman tugas kreatifitas dusuruh bikin novel kayak waktu nugas sendiri enggak bisa njir temenku, aku enggak pernah joki ya radak kasihan sih masuk kuliah tapi kayak gitu kayak buat apa njir kalo gak ada skill nya
Dosen jg byk yg pake joki jg kok & plg parah kdg ada oknum dosen yg nyuruh mhs buat masukin artikel ke jurnal scopus & masukin nama dosen'y klo pengin nilai bagus hahaha..bygin aja sekelas srh bikin artikel semua & mention nama dosen'y wkwkwk...gila gx sih w dlu gagal masukin ke scopus & w cm dpt nilai b- 😢
Saking pesimisnya saya melihat Indonesia untuk jadi negara yang maju, bersih, nyaman, jujur, beradab. Rasanya Indonesia harus mengalami sekali lagi peristiwa berdarah. 😂
Aku juga di kampus punya 2 kelompok nongkrong, pas ada tugas aku nongkrong sama cewe2 karna mereka rajin dan ngerjain di hari saat tugas dikasih walau deadline nya minggu depan. Sedangkan aku ikut tongkrongan cowo2 untuk sosialisasi karna sama mereka mainnya bisa kenal senior dosen dll. Jadi emang majority emang ngaruh banget, apalagi untuk aku yg orangnya gk enakan.
Kalo lihat film Thailand judulnya Bad Genius, tujuan awalnya iya sama kaya yang dibilang Abigail soal "pengen bantu temen", kemudian karena temennya yang merasa terbantu pengen bantu temen yang lainnya juga di satu sisi, di sisi lain ada kebutuhan finansial yang kaitannya sama sistem yang buruk jadinya terus berkembang praktik contek mencontek ini bahkan sampai ke level yang lebih besar. Kayaknya praktik joki ini juga awalnya bisa jadi pengen bantu temen, lama-lama jadi lahan basah yang bisa jadi sumber penghasilan, ditambah iklim sistemnya juga yang justru 'seakan' mendukung banget praktik itu.
sebenarnya ini tuh permasalahan yg teramat sangat simpel. hanya saja, mungkin banyak yg msh "denial" dan bilang kalo yg mrk lakukan itu gak salah. pdhl.. kredibilitas seseorang, menggambarkan seberapa terampilnya kamu. kamu yg ngerjain sendiri, kamu yg punya kredit,kredibilitasnya sesuai dengan hasil. kalo kamu pakai "joki", kredibilitasnya itu, terletak di si penjokinya,bukan kamu. jd jangan sampai hanya karena ingin cepat lulus,punya nilai bagus,dpt gaji tinggi, kamu menipu data,dan menipu banyak orang yg ada disekitar kamu khususnya univ km sendiri. bayangin, km jd dokter, nilai praktekny bagus krn hasil joki, ketika ada pasien yg mengharuskan km utk menyuntik urat nadi mereka, tapi km suntik ditempat yg salah berkali kali. apa ga kasian ama pasiennya biru biru tu tangan.
Selama pendidikan dikuasai mafia baik mafia agama, mafia jabatan, mafia almamater dan mafia2 lainnya maka gak bakalan pendidikan di Indonesia bisa masuk ke circle negara yg berpendidikan maju.
Thank you Malaka!
Terimakasih sdh menginspirasi. Semangat terus. ❤
mantab kkakk, saya suka kk pas acting di queen of tears
❤
Teruslah menyuarakan kebenaran,kak Abigail. God bless u
Joki anak SD itu mungkin kalau anaknya bilang ke ortunya kalau besok ada tugas suruh bawa bonsai padahal udah jam 11:59 kak. 😢
Macam macam joki jurusan dan dampaknya di dunia kerja:
1. Joki Teknik Sipil / Arsitek -> bangun rumah ngasal -> ambruk -> MATI TERTIMBUN
2. Joki Kedokteran -> diagnosa ngasal -> MATI KERACUNAN
3. Joki Teknik Elektro -> instalasi listrik ngasal -> korslet -> MATI TERBAKAR
4. Joki Ekonomi / Perbankan / Akuntansi -> Inflasi, ekonomi ambruk, korupsi brutal -> RAKYAT MATI KELAPARAN
5. Joki Hukum -> buat aturan ngasal -> penjahat diuntungkan -> ORANG TAK BERSALAH MATI
6. Joki pertanian -> tanam ngasal , ngepupuk ngasal -> MATI KELAPARAN DAN KERACUNAN
7. Joki Teknik Pertambangan -> tambang ngasal -> alam rusak -> MATI
8. Joki Psikologi -> diagnosa ngasal -> pasien stress -> MATI BUNDIR
....
No. 6. Joki hukum, putusan ngasal, penguasa diuntungkan, hidup terjamin karena dapat duit dari penguasa. 😁
9. Joki nonton = IQ7
10. Joki tersangka, biasanya buat mengganti orang lain yang lebih powerful, istilahnya tukar kepala
misal gini bang misal nih gw nanya , org itu memang cerdas secara intelegensi tpi memang gk berbakat untuk menulis gimana? dia memang menguasai bidang kuliah yg dia jalani minus nya aja gk bakat dalam nulis ، gimana menurut abang?
kn kita gk bisa mukul rata semua org bisa bikin tulisan 😁
@@yazilfadillah3092 itulah gunanya dosen pembimbing dan beberapa mata kuliah yang berguna untuk menulis yang formal formal, bisa bisa aja dipelajari apalagi yang intelegensinya kuat, jangan berlindung dibalik kemalasan, joki ini kan intinya ide & realisasi sampai penulisan orang lain yang kerjakan
Akibat kebanyakan orang kurang menghargai kejujuran. Banyak yg kagum sama orang yg dapat nilai tinggi tanpa peduli tentang gimana prosesnya, jujur atau gak.
Dulu waktu aku SD, mamakku sering periksa bukuku. Kalo yg nilainya tinggi malah ditanyain ini ngerjain sendiri atau nyontek teman. Dan selalu diingatin bahwa gapapa bgt dapat nilai sedikit rendah yg penting jujur karena itu hasil murni. Lebih bagus lagi kalo nilainya tinggi dan jujur. Yg penting utamain kejujuran.
benar, banyak yg takjub akan hasil bukan proses
mamamu keren, selalu menanamkan prinsip kejujuran yg kata alm.kasino wakop DKI "negara ini tdk kekurangan org pintar, tp kekurangan org jujur"
Kebawa sampe masyarakat. Lebih glorifikasi mereka yang kaya dari praktik bisnis ilegal daripada mereka yang lurus tapi mungkin gak sekaya itu
@@aldebaran5108salah bro.. orang pinter kurang byk.. orang jujur kurang byk bgt
@@kangcwy5131bener juga😅
Mengulang mata kuliah atau menambah semester di Indonesia dianggap memalukan. Padahal di luar negeri dapet E terus ngulang itu udah biasa karena dengan lu ngulang sekalian refresh materi yg blm paham. Bisa jadi lu ngulang gara2 lagi menekuni hal lain. Cth bisnis, belajar skill yg ga ada hub ama jurusan lu yg maybe bisa membuat lu sukses dibading jurusan lu skrg. Mahasiswa merasa harus lulus tepat waktu padahal belum ngerti apa2 (setiap orang beda2. Ada yg belajar cepet ada yg lama) semua dipukul rata 4 tahun. Alhasil mereka ngejoki drpd nambah semester atau ngulang matkul. Semua serba terburu-buru. Intinya begitu. its my opini yaa. Chills yaa
Menurut gue harus dimulai dari skala paling kecil, keluarga.
Hindari glorifikasi terhadap hasil, bukannya proses...tanamkan nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, kerja keras... Pembentukan karakter sejak dini...
Jika masing-masing keluarga bisa memulai, akan lebih mudah untuk menanamkan di masyarakat.
Setuju banget
Yup betul, namanya komunitas bahkan ekosistem masyarakat yang baik dimulai dari lingkup terkecil di masyarakat itu sendiri, keluarga.
Bener lagi, dari kecil selalu di apresiasi hasil bukan proses, dan itu terjadi dari keluarga inti hingga ke keluarga besar, jadi orang kayak ada beban kalo hasil buruk walaupun sudah berjuang maksimal yang membuat orang jadi melakukan hal2 curang supaya hasil bagus
ini masalah sistemik, gimana cara ngubah dari keluarga kalau di lingkungan praktisnya berbeda?
Majority memang impactful sih. Simple nya di rumah, kita sering membersihkan, isi lemari disusun, wc disikat. Tapi yang lakuin cuman sendirian dan jadinya akan cepat berantakan lagi, akhirnya jadi capek sendiri. Maunya bersih, tapi enggak ada respectful ke orang. Bahkan dari lingkungan di rumah sendiri ada loh kebiasaannya mulai muncul, maunya kek rumah orang tapi hal kecil gak dirawat, maunya dikerjain orang dan nikmatin hasilnya tapi gak pandai merawat. Capek sendiri, ditanya malah kebanyakan dikatain balik, dibersihin kan untuk dikotori. Lah, dibersihkan ya supaya dirawat sama-sama. Biar ada sikap disiplin, menghargai, dan bertanggungjawab. Belum lagi peraturan ada untuk dilanggar, kalimat barangsiapa menyusahkan orang maka dosa baginya. Hal2 yang gak relevan malah dipaksa dibawa untuk menjustifikasi kemalasan sendiri. Bangga lagi. Berkelompok lagi. Draining banget. Kalau bukan kita yang lelah mental dan fisik karena tetap pada pilihan, ya kita akan cacat bernalar ikut dia karena influence dari dia .
dan yang parah nya hal tersebut di normalisasi dan menjadi budaya ini yang bahaya , pendidikan yang baik berawal dari kecil dan dari dalam rumah dan contoh nyata nya ada di Jepang , masalah ini emang banyak variabel nya mulai dari rumah, sejarah, struktural, hukum, dan kayaknya mencakup semua sampai ke karakteristik orang nya juga
@@vintage17_tai emang, jadi pengen pindah negara
Semakin idealis semakin menderita dan melelahkan. Sedih tapi emang di indo disegala aspek emang bgtu. Gatau diluar negeri
Yaaaa gitu dehhh orang indo
Menurutku kakak hebat. Kakak masih bertahan untuk jadi baik dan melakukan segala sesuatu dengan prinsip baik di dunia yang sudah gila gini. Kita memang perlu jadi idealis agar gak terbawa arus, kak. Bukannya dibilang untuk "Amal makruf nahi munkar, berlomba dalam kebaikan dan cegahlah kemungkaran?" Dan dikatakan "Janganlah bersedih hati karena seluruh perbuatanmu walaupun seberat zarah (partikel) akan kau lihat balasannya, dan tuhanmu tak menzalimu sedikitpun?" Tetap semangat ya kak untuk jadi benar. Masih ada orang2 yang menjunjung kebenaran juga kak, cuma kita belum berkumpul aja 😊
"Tidak ada insentif untuk mutu" YES!!!! Sesimpel peringkat kelas aja skrg ditiadakan. Pdhl menurutku peringkat kelas termasuk budaya insentif mutu. Budaya menghargai proses dan progres udah ga ada. Orang2 maunya lihat hasil hasil dan hasil aja.
Thanks kak, jujur mau cerita juga. Aku termasuk mahasiswa di salah satu kampus swasta di medan yg telat skripsi karna dospingku teliti dan serius banget ngebimbing aku. Tpi disatu sisi banyak tuntutan kayak waktu, uang, bahkan mentok nyaranin kalau mau selesai harus dijokiin aja. Padahal ngehire joki juga ga murah. Tpi dari diskusi kakak² ditema ini bikin jdi batu loncatan jdi harus expert dibidang yg aku mau teliti bener². Bukan untuk sekedar lulus dapat title yg harusnya dapat dipertanggungjawabin, malah dibikin lumrah 😃
dimana orng di negara laen ngomongin conundrum AI dan segala aspeknya , kita disini msh memperdebatkan joki itu yay or nay adalah penggambaran ketertinggalan kita sebagai bangsa dalam konteks tech and science in the nutshell sih....
Terima kasih Mba Kim Ji-Won sudah membongkar borok pendidikan di negara kita tercinta.
Sejak kapan abigail jadi kim ji won...
Lohh, saya kira anaknya Tom Lembong
Setuju, udah jago akting masih melek pendidikan negara lain dan bisa bahasa indo ternyata 🤣
gitasav juga mirip kim ji won💀
Lucunya.... Ini gak cuma kejadian di dunia pendidikan.... Khususnya waktu timeskip covid kmren... Dimana banyak banget yg test lewat online... Dengan posibility yang gede banget buat pake "joki"
Di Wakanda, ga kasih contekan = kena sanksi sosial, ga punya teman, dianggap sombong & pelit.
Ini ga akan bisa diubah selama hanya sedikit orang tua yang menanamkan nilai kejujuran ke anak - anaknya.
INDONESIA KAYA tapi tambang DIKORUPSI
@@bensharenli1212 ya ini ccd sih emg wkwk
Simpelnya gini
A: Pihak terkait yang berkewajiban kepada B (misal universitas)
B: Pihak terkait yang berkewajiban kepada A (misal mahasiswa/dosen)
C: Pihak luar yang menggantikan identitas B untuk bertanggung jawab kepada A (joki skripsi/kuliah)
Joki kuliah dalam contoh ini, seharusnya ilegal karena melanggar pasal pasal 66 UU PDP, tentang pemalsuan kredensial/identitas. Orang bisa berkelit bahwa joki (C) bukan memalsukan, tapi di beri pinjam identitas/didelgasikan oleh pemilik identitas aslinya (B), dan betul delegasi itu sah, tapi diperlukan surat kuasa dari pemilik identitas asli (B) yang harus diketahui oleh pihak terkait (A). Jadi, penggunaan joki bisa dibenarkan/diperbolehkan selama ada surat kuasa, diketahui dan di ijinkan oleh pihak terkait. Permasalahannya, apakah kampus tahu dan mengizinkan mahasiswa menggunakan joki?
ruclips.net/video/LYsCldjYkDg/видео.htmlsi=BxbTHvbhGvUGOVkK
Alasan kena HP Sony gak jualan lagi di Indonesia menurut bang gema
Biasanya yang begini pelakunya adalah oknum ASN atau pegawai yang ditugaskan untuk kuliah lagi semata hanya demi gelar untuk menyesuaikan dengan jabatannya, mereka jarang muncul di kelas, tapi tau2 lulus & dapet gelar
Sederhana pokok akar masalah " TIDAK JUJUR , LICIK , PENIPU , PEMBOHONG , KEJAHATAN itu semua terjadi dalam segala aspek , mau pendidikan , politik , birokrasi dstnya ...itu terjadi juga di lembaga2 negara atau swasta , memang semua oknum tp oknum sudah tak terhitung ....silahkan didiskusikan ...tp lebih penting di cari solusi ...entah melalui jalur apapun ...di buat video , film , atau apapun...tidak usah berat2 ...cukup di bongkar dgn yg ringan..
True
ruclips.net/video/LYsCldjYkDg/видео.htmlsi=BxbTHvbhGvUGOVkK
Alasan kena HP Sony gak jualan lagi di Indonesia menurut bang gema
kompleks ya-baik di rana enviromental input, instrumental input-bahkan mungkin di-suprasistem. subhanallah, ngelus dada
ada hal penting sing yang mungkin bisa jadi notice, contoh, ini kita lagi bahas sebuah kejahatan / kesalahan / hal yang tidak normal sehingga orang malu melakukan, sepertinya pointnya itu. Contoh simple, ketika kita masih merasa seorang cewek keluar rumah make cangcut aja orang masih malu2 walau itu dia aslinya pede, karena 'normalnya' di indonesia masih banyak di hujat . sedang di luar negeri hal gitu malah biasa aja karena sudah jadi 'normal'. kayaknya pointya disitu, contoh di point Joki skripsi, gimana cara agar orang yang dijokiin merasa malu / orang lain memandang rendah orang yang dijokiin, sama perkara2 semua lah buang sampah kek , atau apa yang pelanggaran aturan, gimana cara mulai? entah mungkin salah satu kerjaan RUclipsr yang banyak2in konten ginian biar kesadarannya naik walau sebiji dua biji orang.
Terima Kasih Malaka Projek telah mengedukasi para viwernya. Indonesia sudah sangat krisis dengan Budaya Malu, Sopan Santun dan Tata Krama. Budaya Malas dan instan ditanamkan sejak dini. Good Job dan teruslah mengedukasi.
Jaman saya dulu juga pernah kerja di rental komputer Deket kampus. Dulu namanya "jasa ketik skripsi" , tapi ya isi maupun bahan2nya dari klien.
Tapi yang bikin shock saya, ternyata jasa ini sdh berubah jauh. Sekarang joki skripsi bener2 bikinin total sampai beres. Klien (mahasiswa) tinggal ongkang2 terus bayar
Wajar, dulu tidak semuanya bisa komputer karena saat itu yang punya komputer juga masih sangat jarang. Dulu rental, percetakan dan biro skripsi begini panèn kalau menjelang akhir semester.
hahaha...sama lagi, duit nya gede dstu tapi berujung tipes 🤣
Dulu saya pernah jadi jasa ketik komputer di rental.karena buat sekolah..
Ini pendapat yang mungkin gak biasa didengar atau bahkan gak populer:
Joki skripsi (dan joki akademik lainnya) ada karena barrier kelulusan yang justru terlalu mudah. Bayangkan, apakah mungkin sang joki ahli dalam semua bidang (atau minimal banyak bidang) sehingga ia bisa membuat karya akademik begitu banyak? Bukankah skripsi, tesis, atau jurnal butuh riset? Apakah mungkin joki melakukan semua riset? Manusia super kah joki itu? Justru bisnis perjokian ini menjadi penanda symptom lainnnya, yaitu rendahnya kualitas karya akademik kita.
Bener banget ini. Harusnya cara penilaian karya ilmiah yang perlu direvisi lagi. Seberapa pantas tulisan tersebut disebut karya ilmiah dan seberapa paham yang membuat atas karyanya sendiri? Perlu digarisbawahi juga salah satu kriteria pebilaian harusnya adalah output dari karya itu seberapa bermanfaat dan untuk siapa manfaatnya sebenarnya
@@adna5643 Sejauh in sepertinya manfaatnya cuma satu: sebagai syarat kelulusan. Habis itu jadi bungkus gorengan
@ArduaAdAstra06 Tepat sekali. Riset kita template, makanya gak kemana2
saya dulu cukup aktif di Organisasi pelajar di masa SMA .. dan sering berdikusi tentang Bobroknya pendidikan Indonesia .. diskusinya mirip mirip podcast ini .. cuman versinya lebih Lite dan pembahasannya hanya kisaran Dunia SMA .. tapi setelah tau dunia PENDIDIKAN TINGGI ... buehhh ngeri bangget bobroknya ..
keren banget ini membuka wawasan bahwa masalah bangsa ini sangat kompleks mencakup seluruh variabel, mulai dari hal terkecil di rumah , pendidikan, struktural, sejarah, mental , budaya , bahkan karakteristik orang nya itu sendiri
aku dari dulu diajarin sama guru dan dosenku, kamu boleh salah karena tidak sengaja tetapi tidak boleh bohong, dan ini yang aku coba terapin ke anak didikku
Wah bagus banget kalimatnya, bakal gw inget-inget sih ini
Mudah2an ada pembelajaran karakter dimulai dr PAUD, TK, SD dst... Dimulai dr :
1. Keluarkan dr sekolah bila ketahuan nyontek
2. Keluarkan bila tdk masuk dgn alasan sakit tp tanpa surat dokter/ puskesmas
3. Hukum berkali lipat bila ketahuan ada tugas sekolah yg sama antara siswa... Salah tidak apa2 asal hasil original buatan sendiri
4. Perbanyak tugas kelompok tapi bergantian orang utk mempresentasikan hasil tugas tsb... Sehingga setiap anggota menguasai tugas tsb secara utuh
Ini hanya usul dr beberapa pengalaman selama sy belajar
JOKI, lahir ketika ada "kemampuan dan kesejahteraan" yg tidak selaras, "aturan dan eksekusi hukum" yang jomplang, "kesempatan dan pasar" yang banyak, ini bukan masalah perspektif tapi masalah kenyamanan dan keamanan masa depan, kalau sudah sejahtera, sudah teratur, pasar yang ditutup dengan eksekusi hukum, gambaran ideal sedekat singapore dan jepang mungkin bisa saja terjadi
Bahkan di negara maju pun, profesi akademia bukan termasuk high paying job---walaupun terhitung lebih sejahtera (bedanya lagi lulusan PhD punya pilihan untuk kerja di luar akademia dan masih sejalan dengan kompetensinya). Terus apa yang mendorong mereka untuk memajukan pendidikan dan riset? Passion, pride, and curiosity for science over wealth, ini kita gak punya.
Kalau pendidikan dan riset masih pakai pola pikir bisnis, gak nyambung karena ini investasi yang mahal, high risk, dan uncertain return; perlu visi yang panjang untuk paham bagaimana sains dapat merevolusi teknologi dan masyarakat. Masalahnya di negara kita contohnya belum ada.
True
gimana mau punya "Passion, pride, and curiosity for science over wealth" , ilmu aja sering dilecehkan "cuma teori" dsg
Yupp bener pendidikan tidak bisa dibuat dengan pola pikir bisnis dan returnnya belum tentu sesuai ekspektasi, tp sayangnya realitanya tidak seperti itu.
Saya pernah ganti judul skripsi cuman gara" hasilnya tidak sesuai ekspektasi dosen, padahal judul tersebut yang ngasih ya dosennya, sblmnya saya pikir skripsi tidak harus berhasil atau sesuai ekspektasi. Yaa akhirnya pakai judul baru buatan sendiri dan berhasil.
Pride di indonesia cuma duit
makin disimak makin sedih dengan realita di negeri konoha. untunglah di Indonesia tidak ada hal-hal semacam ini.
😂😂
Tidak mungkin mengharapkan guru mengabdi tanpa menjamin kemakmurannya.
Ketika guru bertanya kenapa gajinya hanya 2.7jt sebulan, akan diminta untuk berikhlas, guru itu pekerjaan mulia, pahalanya dibayar di sorga.
Akhirnya ya cari pekerjaan sampingan, dan waktunya dihabiskan bukan untuk menyiapkan materi pengajaran tapi untuk mencari nasi.
Ditunggu konten joki jabatan juga kak. Banyak jabatan dikasih ke orang yang ga kompeten karena orang dekat dia. Tolong banget nih.
URGENT Allert🚨
Konoha ud jd negara nepotisme
Dulu gw memulai kuliah sambil bekerja, sulit, capek fisik mental, dan ada rasa ingin berhenti. Tapi gw tipe yg harus menyelesaikan sesuatu yg sudah di mulai, gw ngerjain skripsi mati2an, gw buang waktu main dan bergaul gw selama 4 tahun untuk nyari uang + mengenyam pendidikan. Alhamdulillah Skripsi gw susun sendiri, dosen pun puas dengan skripsi gw.
Gw cuman mau ngasih tau bahwa bertanggung jawab atas pilihan itu penting, tapi bertanggung jawab dengan kejujuran dan kemampuan.
Mau nambahin, mungkin pelajaran basic yg perlu diajarin ke semua orang, terutama ke anak2 itu belajar tentang "pride" sih.. akarnya org2 yg menolak joki, menolak korupsi, baik di indo maupun di luar negri itu ada di "pride" tersebut..
bukan soal pride, tapi pemahaman benar salah. Orang generasi sebelumnya, tau joki itu salah, tapi mereka tetap melakukannya karena dah ada ga ada pride. Generasi yang sekarang make joki karena ga tau kenapa itu perbuatan salah.
@@taurenchieftain3328 hmm, ku yakin mereka tau sih klo itu juga salah.. cuma denial aja. Sesuatu yg salah klo banyak yg ngedukung juga bisa jadi "benar".
Sama seperti kejahatan2 lain yg kecil2, termasuk berbohong, korupsi, mencuri gt. Mereka tau klo mereka salah, tapi denial aja.
@@Itsmesmileyface buat gue aneh sih kalo orang berbuat baik karena ada ancaman dari suatu agama.
berbuat baik ya karena kesadaran diri aja ga perlu pake ancaman. sanksi perlu tapi kalo pake ancaman khayalan kayanya itu lebih cocok disebut menipu
Asik nih podcast, hostnya beda-beda jadi banyak variasi sudut pandang
Makasih kakak kakak udah bahas ini ❤
Sakit kalo dikira ngejoki padahal pontang-panting sendirian ngerjain sampe nangis-nangis, mana diliatin sinis banget. Lagi banyak masalah keluarga juga. Di saat butuh bantuan temen kamu cerita masalahnya sendiri, dan makin ngerasa ngga ada orang yang bisa diharapkan sedikit ngebantuin gitu. Udah gitu pas yusidium + wisuda harus ngeliat orang" dapet ipk tinggi + dapet hadiah. Padahal kita tau beberapa orang itu 'kerjasama' yang caranya ga normal sementara aku duduk di barisan ip biasa aja. Kayanya dia ada di barisan kaya aku gitu, karena kemampuannya ga beda jauh. Rasanya tuh pengen cepuin, tapi masalahnya kita belum tentu punya buktinya dan gimana cara ngebuktiinnya bahwa dugaan kita benar.
Abis lulus aku langsung diem di kamar, emosi naik turun. Rasanya ngga mau keluar hampir berminggu-minggu sampe akhirnya ketemu temen jaman sma, ternyata dia pernah di posisi kaya aku dan disaranin ke psikolog, karena ngeliat ciri" psikologisku udah ga normal. Awalnya aku ngga mau, jadi aku sampe neliti diri aku sendiri masalahnya apa. Terus aku cobain perbaikin tapi tetep di tengah" sempet stabil tapi tiba" ngga stabil, kaya tiba tiba nangis sendiri padahal ga terjadi apa apa. Akhirnya aku ikutin sarannya. Eh, ternyata kata psikolognya kena depresot medium. oh~ terimakasih sekali ~
Sakit hati memang kak kalo kita udah berusaha tapi nilainya biasa aja sedangkan orang yang effortnya nggak seberapa tapi nilainya tinggi banget
Menurutku salah satu faktor kenapa perjokian ini terjadi juga karena kurangnya pilihan jalur karir/pekerjaan.
Umumnya masyarakat tahunya ya jalur sekolah itu, SD, SMP, SMA, terus S1. Itu jalur default utk mendapatkan pekerjaan dgn penghasilan yang layak.
Padahal, ya memang enggak semua anak itu tercipta sebagai konseptor, yg harus dealing ama tugas2 yg melibatkan berpikir mendalam, yg kayak jalur dari SMA ke S1.
Ada jg orang2 yg memang jagonya di praktikal. Maka ada SMK, terus D3. Tapi, konotasi SMK dan D3 itu kelas kedua. Dan dianggap kurang utk membuka jalur karir/ pekerjaan yang baik.
Di luar negeri kyk di Australia, skripsi bukan keharusan. ada alternatif utk yang mau ambil skripsi atau tidak. Begitu juga s2, ada jurusan yg dgn tesis atau tidak. Karena bakat dan minat manusia itu beragam.
Dan ini yg jadi PR besar pemangku kepentingan di Indonesia, bagaimana menyediakan lapangan pekerjaan yg beragam, dengan pendapatan yang adil lintas profesi, dan merangkul beragam keunikan kecerdasan manusia dalam sistem pendidikan yang selaras dengan dunia industri/lapangan pekerjaan tersebut.
sependapat
atasan ane (kasi kantor unit *** konoha) mau lulus s3, di data bkd konohagakure gelar s2, tpp insentif per 3 bulan nyentuh 3 digit. satu kantor tau dia pake joki.
Disuruh kepala unit bikin surat formal antar instansi, ehh gatau cara pake word, kapan pakai tanda baca koma titik dll. Welcome to konoha
satu kantor tau dia pake joki tapi satupun gak ada yg laporin?
Universitas mana yang mau menerimanya dah? kok bisa-bisanya membiarkan joki?
Manusia klo ga menikmati momen per detik jd bnyak yg dilewat yahh gbs pke word hheu
Mantapp Bang Jeromeeee, gue dulu mau buka jasa joki. Akhirnya gajadi, dosa ah ikut bagian dalam rusaknya pendidikan di Indonesia..
Plis pernah kepikiran ini lagiii
Pernah kepikiran gini juga
Lagi nonton ini, tiba-tiba pintu kamar kos diketok sama tetangga kos. Doi ngasih lembar kuesioner buat diisiin. Padahal gue ga masuk ke kriteria penelitiannya. Kita juga ga kenal-kenal amat karena gue jarang ketemu karena sibuk kerja. Tanpa malu doi cerita ini buat ngisi bab 4 penelitian, dan kuesioner yg beneran keisi cuma 2 sisanya ngarang. NANGIS BGT GUEEEEEE, langsung dikasih contoh nyata ngehadepin beginian👀🙂
INTEGRITAS LANGSUNG DIUJI OLEH KONDISI NYATA YA ALLAH
Aku baru tau ternyata separah ini. Baru lulus tiba" hype perjokian. Kaget woii~ kirain kalangan seumuran aja. Okkeh kayanya mainnya masih kurang jauh 😌
Dari obrolan masalah itu kuncinya sebenernya ada di gimana pendapatan orang tuh bisa diliat dari konsistensi kompetensi dan orang lain menghargai prosesnya. Kalo itu bisa jalan, uang yang kita dapet tuh kaya konsekuensi yang diukur dari proses kita segimana buat jago ngerjain pekerjaan itu.
Kaya contohnya, kenapa kak jerome bilang bioskop disana pas filmnya di play ga boleh di rekam. Karena mereka tau prosesnya ga gampang buat bikin satu film. Pegawainya juga diliat dari yang emang suka ngerjain di bidangnya, misal edit video gitu. Bertahun-tahun dia ngedit video ntah itu buat konten atau emang bikin film. Pemerannya juga, dia bisa ekspresinya seneng tiba tiba ada sesi nangis-nangis, atau bisa bahasa asing yang bahkan kita aja ga pernah denger, syulit sekalehhh~ Salah satu proses menghargainya lewat kita bayar tiket + nikmatin filmnya. Hasil uang yang kita bayar bisa jadi pendapatan buat mereka yang bikin film itu. And then, perusahaan filmnya juga bisa jalan, bisa bikin film lainnya.
Dari sisi ekonomi negara juga jalan karena sebagian dari uang yang kita bayar ada bagian buat pajak juga. Sebagiannya lagi ada alokasi buat bayar jasa bioskopnya, buat jasa promosi filmnya, fasilitasnya, dll.
Dari pajak itu bisa bikin fasilitas umum yang bagus, bisa buat rakyatnya. Sekaligus bisa buat properti pembuatan film itu sendiri kalo di izinin lokasinya dipake buat syuting.
Ketika lokasi itu dipake buat syuting, pendapatan daerah itu bisa meningkat seiring hype filmnya. Ntah dari sisi pariwisata, edukasi, dll. Contohnya jepang lewat seragamnya di drama", korsel lewat budayanya di drama" nya
Yo bisa yooo jangan salah salahin orang terus, tapi benerin prosesnya dikit dikit. Soalnya bukan dari satu pihak aja tapi semuanya juga berkaitan 🫶
Note:
Diskusi ini ga bisa dijelasin dari satu bidang, butuh bidang" yang lain dan bahkan beseberangan sampe ketemu titik yang pas. Pas ketemu titik yang pas, percayalah itu baru tahap nemu insightnya, kesimpulan masalahnya didapet setelah bener" 'nyemplung' terus liat realitanya tiap daerah kaya gimana. Buat nemu solusinya butuh puter otak banget, kadang bisa pake contoh dari negara lain tapi belum tentu berjalan di negara sendiri.
Aku dari jurusan yang bahas gimana cara bikin sistem ini sih. Pas kuliah kaya awalnya bingung kenapa semua materi mulai dari teknik, sains, sampe sosial, politik ada padahal judulnya di falkultas teknik. Berasa beda aja gitu sama teknik yang lain. But, selama kuliah sih aku nikmatin materinya. Masalah yang dibahas juga menurutku belum yang seberat ini.
Pas nemu konten ini berasa oh penerapannya buat mecahin masalah ini ya. Shock juga~ mana ternyata kalo mau lanjut prodinya mau di ln atau di dalam negeri cuman ada di kampus top + sulit tergapai 😂
Intinya kalo bahas sistem itu harus mikirnya, kaya koordinasi antara saraf tulang belakang sama otak. Syaraf otak ngarahin kita buat mikir sesuatu keputusan apa yang bakal diambil, tapi belum tentu bisa reflek pas ada bahaya dateng. Kaya misal tangan kita kebakar, yang bikin tangan kita auto menjauh sebenernya syaraf tulang belakangnya. Nah dari situ kedua syarafnya belajar kalo ada api harus kecilin apinya atau kita auto lari yang jauh.
Jadi buat aku, sistem negara juga sama kaya syaraf. Dimana syaraf otak itu kaya pemerintahan pusat, kalo syaraf sumsum tulang belakang itu kaya pemerintahan daerah, nah syaraf tepinya kaya masyarakatnya gitu.
Misal penanggulangan banjir dari sungai. Mereka bisa bikin kebijakan dan bikin temboknya yang tinggi. Yang mana itu udah dipertimbangkan dari segala aspeknya. Terus pemerintah daerah yang ngebangun + komando di lapangan bareng sama masyarakat sekitar. Tapi kalo ternyata banjirnya udah melebihi tembok itu butuh kegiatan warganya reflek rame rame bikin penahan air biar ga rembes ke permukiman karena paling deket sama lokasi kejadian dan paling tau penyebab intinya apa. kemudian diskusi gimana caranya biar sungai itu ga meluap lagi.
Ayooo semangat kak jerome, calon menteri pendidikan. Bisa yo bisa~ ❤️
Kemiskinan dan kebodohan sudah merajalela bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Sumber kemiskinan dan kebodohan adalah kurangnya pendidikan progresif bagi rakyat dan minimnya insentif buat anak bangsa untuk kreatif dan inovatif.
Tanpa kekayaan alam pun, Indonesia bisa sejahtera kalau manusianya cerdas, kreatif, dan inovatif. Tentu ribut masalah kekayaan alam memang penting, tapi jauh lebih penting lagi adalah ribut masalah kurikulum pendidikan yang harus dirombak total, dibersihkan dari anasir-anasir pseudo sains ala Harun Yahya dan dibersihkan dari campur tangan agama. Pendidikan bermutu dan terbukti hebat seperti Finlandia, yang murah tapi juga sangat manjur menghasilkan generasi cerdas, pendidikan yang menghasilkan manusia-manusia abad cyber yang melek teknologi dan pencipta teknologi baru.
Kaya tapi bodoh akan mudah menjadi miskin, tapi kecerdasan akan dengan sendirinya membuat sebuah bangsa menjadi kaya.
Setuju
Y
Iya bener, liat aja Singapura padahal negara mereka nggak punya sda. Tapi maju
Disini yg cacat logikanya, "tanpa campur tangan agama" Pada kenyataanya justru sekolah swasta yg punya latar belakang agama lah yg paling banyak berprestasi, coba dipikir2 kenapa pendidikan kita gk maju, apa memang krna agama? Justru kualitas sekolahnya, kualitas guru, kualitas orangtua lah yg jd masalahnya, bukan agama, lihat sekarang sekolah negeri kayak apa, jauh unggul sekolah swasta, bnyak yg pilih sekolah swasta, lihat jg mindset berpikir orangnya, agama gk ada nyuruh untuk gk menuntut ilmu dunia, crab mentality lah masalahnya
@@anyeongmyworld tapi negara religius faktanya kebanyakan negara yang gk maju atau miskin bro, itu researchnya ada dimana2, coba cari di google pake kata kunci "why religious countries are underdeveloped".
Kalo lu bilang "pada kenyataannya", kayanya itu berdasarkan opini pribadi lu aja deh
sebenernya untuk kaya dosen dan profeson untuk cari credit mungkin juga ada kebobrokan dari segi birokrasi yang mewajibkan mereka untuk "produktif" belum lagi urusan administratif untuk kenaikan pangkat, demi mendapatkan gaji yang ideal, emg dari jaman belanda penyakit administrasi ini kaya nya gk ilang2
Batasannya joki jasa kerjaan skripsi , tesis, disertasi, atau publikasi ilmiah di perguruan tinggi dengan joki-joki lain adalah sebuah karya intelektual yg diciptakan. Si penerima jasa bukanlah pencipta atau pemegang hak cipta. Si pencipta itu adalah si joki karena dia yang meneliti/menulis.
gak juga, si joki jg cuman copas2
pembahasannya bisa sampai melebar sekaligus dalam banget ini, lebar karena implikasinya ke mana-mana dan dalam karena akar masalahnya ada di fondasi masyarakat kita, bahkan sebelum negara indonesia ini ada. kondisi kita dan jepang tidak sama, jepang orang2nya bisa tertib/budaya hukum dan budaya malunya tinggi karena masyarakatnya secara ras lebih homogen, in-group feelingnya lebih kuat, sedangkan indonesia amat beragam, banyak sekali faktor yg bisa bikin perpecahan (SARA, politik, merek mie instan favorit, bubur diaduk vs tidak, dsb).
46:00 Abis nonton ini, yang kudapat adalah 'perenungan', ternyata banyak banget masalah pendidikan kita dan itu memiliki ketertaitan satu sama lain.
Hal-hal yang keliru dan dinormalisasi nggak bisa dibiarkan gitu aja. Sebab dampaknya kembali ke kita juga, meski orang lain yang mulai dan mereka juga yang melakukannya.
Ah, mari lakukan hal-hal baik dimulai dari diri kita sendiri.
Terima kasih, Malaka, sudah menyediakan video reflektif ini.
masalah diindonesia semua berawal dari pendidikan bahkan dari tingkat paling dasar sehingga orang2 kita sulit untuk membedakan mana hal yang benar untuk dilakukan dan mana yang seharusnya tidak dilakukan, semakin banyak orang2 yang seperti ini akan menciptakan nilai kebiasaan atau yang biasa kita sebut membenarkan kebiasaan (yang seharusnya membiasakan yang benar) yang akhirnya akan menjadi budaya, maka dari itu mulailah jadi mata air dimanapun kita berada buat orang yang sudah sadar, dan sebarkan apa yang seharusnya kita lakukan ke orang2 sekitar, minimal mulai dari diri sendiri, kalau mau indonesia berubah ke arah yang lebih baik
ferry background irwandi again
Bulak balik mulu😂 tapi gak apalah, biar gak terlalu serius amat rekamannya
😂
Gw malah suka jir jadi kek lebih santai😅
@@ChronicleKana kalau ada tretan muslim dah diomeli tuh
Terimakasih kita perlu pemuda" seperti ini , tolong di biasakan ngobrol tentang masalah masalah yang keterlaluan tapi di biasakan ini.
negara mayoritas Islam dengan penduduk Islam terbesar, tapi yang punya karakter seorang Muslim malah orang Jepang.
Mungkin pemerintah bisa bikin satu sekolah yang sangat berkwalitas dari TK - SMA yang guru-guru nya keren banget berdasarkan hasil penyeleksian yang ketat, yang lebih ketat dari LPDP, yang menyasar semua skill, dari public speaking, ilmu psikologi, pedagogik, bahasa inggris, karya tulis, dsb. -Lalu gaji guru nya dari apbn negara sebulan 50 juta untuk tahun 2024 ini. plus anak-anak yang masuk kesana its oke di test juga, termasuk kesanggupan finansial, dan kalau bisa di bantu oleh pemerintah untuk adain beasiswa atau ada keringanan dari sistem subsidi. Nah sekolah sekolah gini targetin setahun nambah sekian ratus atau ribu sekolah sesuai kemampuan. saya yakin mahassiwa yang sedang menerima lpdp diuar negeri bermimpi jadi guru di negara sendiri. berbondong bondong pengen jadi guru dan ikut test.
Dulu saya pernah komen begini di channel jerome polin ttg masalah nilai. "Nilai itu menjadi penting untuk jadi parameter seberapa bagus kita dalam memahami suatu subject atau seberapa pintar kita dalam suatu subject." I mean I get it kompetensi itu penting untuk diri kita sendiri dan itu yg benar. But in all honesty, seberapa banyak orang yg punya pola pikir seperti itu di sekolah? Probably a small handful of people have that mindset. Paling ngak yg saya tau, di realitanya orang yg punya pola pikir seperti itu sangat sedikit. Setau saya pola pikir orang in general di sekolah, terutama di Indo yg tingkat kemiskinan masyarakatnya masih tinggi, harus mendapatkan nilai setinggi mungkin untuk bisa masuk universitas top dan setelah itu lanjut mendapat kerjaan dgn gaji tinggi, hence ngak jarang bahkan orang pintar pun menyontek untuk mendapatkan nilai maksimal. Joki jelas salah, tapi untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat ttg idealisme pendidikan yg benar itu sulit. Semoga orang" seperti di malaka project bisa menjadikan itu kenyataan 🤞
24:20 SMP, SMA kunci jawaban pilihan ganda disebar lewat HP, kami tulis di kertas, kemudian beri tanda di pilihan ganda dengan titik pakai pensil agar mudah di lingkari.
Pengawas diacak diambil dari sekolah-sekolah lain. Guru dan TU sibuk di kantor, berlomba dengan waktu, karena soal dan jawaban akan dijemput oleh pihak berwenang.
YTTA
Terimakasih guru ku.
Keren sihhhh, makasih sudah membuka mata gua tentang sistem pendidikan Indonesia yg palsu bgt ternyata, apalagi di tingkat universitas 😢
DUH MAKASIH YA UDAH BAHAS PER-JOKI-AN INI KARENA UDAH GERAH BANGET LINGKUNGAN TERDEKAT GUE MENORMALISASI JOKI BAHKAN MENJADIKAN JOKI SEBAGAI OPSI PERTAMA KHUSUSNYA UNTUK KULIAH 🤌🏼
Undang pak Gita Wirjawan kayanya menarik.
Asik tuh bahas pinjol ITB wkwk
Setuju.bahas badminton ketika menjabat & menurunnya prestasi badminton indonesia
Pembahasan ini tuh bener2 kunci utama kalau mau negara kita maju, tapi kalau dari atas dan dari tiap lapisan masyarakat gak punya kesadaran ttg hal ini, ya gak akan berjalan sampai kapanpun. Bahkan gambaran Indonesia emas itu mungkin cuma mimpi doang yang sangat susah untuk dicapai
Joki, joki apa yg menaikkan suara salah satu capres pada pemilu yg lalu?
Joki pardede
Ketika uang yg begitu banyak harusnya pemerintah bisa habiskan untuk membiayai edukasi massal ke masyarakat, malah digunakan untuk bayar influencer supaya pejabat/calon pejabat itu bisa nampak bagus dalam masyarakat.
Sampai sekarang masyarakat masih gak tau berapa uang yg dikeluarkan untuk bayar influencer selama masa kampanye
Uang2 itu tetap akan diusahakan setengah mati oleh orang yg sudah terpilih, bagaimanapun caranya mereka akan upayakan bagaimana caranya balik modal walaupun dengan cara korupsi selama dalam masa jabatan
Joki wi
Kebobrokan dunia pendidikan di indonesia mah udah dari dulu. Dari jaman soeharto juga udah pada curang.
@ArduaAdAstra06 yg korupsi tuh antara kepsek, atau bendahara sekolah, atau kepala dinas setempat
masalahnya kita sebagai warga seperti mewajarkan hal tersebut dan tidak demo besar-besaran menuntut hak kita akan transparansi maupun toilet yg bersih
Masalah besarnya *line of thought* orang kita itu pendek banget. Menimbulkan oversimplified yang sangat kronis. Sudah sampai ke level filosofi hidup, brilliance is a curse di sini
Permasalahan joki skripsi ini biasanya skripsi mahasiswa PT A di jual tanpa persetujuan ke PT B, biasanya dilakukan oknum dosen di kedua PT trsbt. Ini banyak ditemukan dan sering terjadi dilapangan, bahkan ada permasalahan yang lebih parah dr ini.
34:16 aku pernah ngelakuin itu, dan karena nonton ini akhirnya sadar.. ngebantu teman buat skripsi.. buatin org tugasnya.. terima kasih menyadarkan saya lewat tontonan ini
Ketika lu adalah sebuah emas lu akan berkilau dimanapun lo berada. Ga perlu pengakuan dari orang lain. Ga susah kok bedain orang yang beneran berkualitas sama yang modal gelar doang. Sekarang pilihannya kita mau jadi emas apa mau jadi sampah?
Inspiratif, semoga banyak yg sadar "ilmu pengetahuan penting...cara mendapatkannya harus dengan proses baik dan jujur"
Cuman sharing. Saya punya teman. 2x DO fk negri. Akhirnya lulus. Dari fk swasta. Sekarang jadi menkes di negara sebelah
njir beneran bang?....jadi pejabat eksekutif negara lain?
bener kh? siapa tu kk?
Udah basi cerita hebat selalu dari jual nama temen terus buktiin dong siapa orangnya
Dari ciri-cirinya menkes Timor Leste ini, gak mungkin yang lain wkwk
@@JohanHerdiPutrabetul
As someone who studies abroad, this gave me a look into the academic world in Indonesia. Jujur banyak kagetnya, banyak worrynya, tapi cukup yakin masih banyak anak muda yang punya hati buat dunia pendidikan Indonesia. Suka banget podcastnya. Thanks for the insight Ci Abigail, Ko Dea, Ko Jerome. God bless always
ada juga ya untungnya jdi org yg pelit ke diri sendiri, jadi mikir kayak "klo bisa sendiri ngapain kluarin uang buat nyewa joki doang"
Bukan pelit ke diri sendiri sih ini konsepnya tapi hemat, walaupun sebenarnya hemat sama pelit beda tipis sih. Harusnya ya tetap mental kejujuran dan integritas sih yang harus ditanamkan dan diajegkan.
Great conversation! Gw numpang keluarin uneg" ya.. masih nyerempet "joki" dan kayanya belum sempet disinggung, yaitu: SIM nembak.
Indonesia, spesifiknya di kota" padat kaya Jakarta itu penduduknya mulai beraktivitas paling pagi dan pulang kerja paling larut dibanding kota" di negara" lain, tapi secara produktivitas ternyata ga terlalu bersaing. Kenapa ? Menurut gw salah satu faktor kunci di sini itu kemacetan. Waktu yang dibutuhin dari tempat tinggal ke tempat kerja itu ga main" dan buat mengatasi ini ya wajar lah pada rajin bangun pagi, kerja, pulang larut tapi produktivitas kerja sama aja kaya penduduk di negara lain yang bangun jam 8, kerja, jam 6 sore udah pulang, bahkan mungkin penduduk Jakarta lebih ga produktif karena cape duluan di jalan.
Apa urusannya sama SIM nembak ? SIM itu kan semacem sertifikasi bahwa pemegang SIM itu paham cara berkendara yang baik dan benar, selain untuk meminimalisir resiko kecelakaan tapi juga meningkatkan ketertiban lalu lintas. Kalo diperhatiin, ujian teori dan praktek ketika mau buat SIM isinya ya itu. Gw sebagai pengendara setiap hari ada aja ngeliat kelakuan pengendara lain di jalanan yang ga tertib:
- ambil jalur kanan, trus tiba" kasi lampu sen kiri trus motong jalur buat belok hampir 90 derajat, atau sebaliknya
- jelas" garisnya cuma buat 2 jalur tapi somehow mobil, motor, angkot bisa bikin itu jadi 3,5 jalur
- ada 2 jalur tapi ini malah jalan di tengah dgn kecepatan santai serasa jalanan punya sendiri
- di perempatan bukannya berenti di blkg garis pas lampu merah tapi pada maju" sampe ngambil space jalanan yang arah tegak lurus jdi ky ada penyempitan jalan. Pada ngarep apa sih dengan maju" gitu kaya lagi mau balapan ?
- jelas" lampu merah tapi diterobos aja, trus stuck di tengah perempatan jadi pemicu macet yang akhirnya cuma demi doi 3 menit lebih cepet sampe tujuan, kendaraan" yang di belakangnya kena delay stgh jam gegara mobil" pd gabisa gerak, motor" nyelip" gajelas bikin makin nyangkut
masi banyak macem" contoh lainnya tapi gw paling gregetan sama yg di atas. Lebih gregetan lagi karena ga jarang gw liat hal ini terjadi ketika ada polisi lalu lintas di sekitar tapi toh didiemin aja. Berdasarkan pengalaman gw ini, gw setuju sama setidaknya 2 poin yang disampein di podcast ini:
1. Perlu ada proses seleksi yang proper bahwa org" pemegang sertifikasi itu betul" org" yg kompeten
2. Perlu ada konsekuensi atau ganjaran yang nyata atas pelanggaran yang dikerjakan
Kenapa menurut gw hal ini bisa mengurangi macet ? Seleksi yang proper artinya volume kendaraan di jalan juga berkurang karena ga semua orang bisa asal punya SIM, dan pengendara" ini punya cukup kompetensi buat tau gimana berkendara dengan tertib. Tau tapi kan belum tentu dikerjain, nah di sini pentingnya kesadaran bahwa setiap pelanggaran ada konsekuensinya dan pemegang peran ini ya penegak ketertiban lalu lintas.
Gw yakin konsep yang sama bisa dikaitin dlm konteks pendidikan dan konteks hiring tempat kerja yang udah dibahas di podcast ini, tapi sekian uneg" gw yang tiap hari mesti ngadepin situasi gajelas di jalanan ✌
Agak mengherankan ngeliat justifikasi para pembela joki
Demi Tuhan, statement 54:00 kak Abigail, pas dia ngomong gitu, gue merinding jirr. Like, menyadari negeri ini sampai sekarang jabatan tsb serasa "Yaudah gitu aja". Baik2 Indonesiaku untuk 10 Tahun kedepan. Amiin
Undang mas sabrang mowo damar panuluh ka, alumni universitas alberta kanada, pemikiranya sangat menarik untuk di gali🤲🏻
Kalo undang ini sih durasinya wajib panjang
Gw amazed sama orang2 yg LEBIH PINTER & LEBIH KERAS BERUSAHA CARI PEMBENARAN (untuk perjokian) daripada BERUSAHA MELAKUKAN YG BENER (belajar & ujian/skripsi sendiri tanpa joki). Stunting mereka udah sistemik, genetik & legal. Tuhan mereka ya diri mereka sendiri.
Permasalahan syarat kerja yang tidak masuk akal buat orang-orang putus asa dan akhirnya ambil jasa joki.
Indonesia penginnya itu cetak standar atau kualitas pekerja luar negeri, tapi alat cetakannya itu sudah usang, berkarat.
Sudah sering kali dibilang harus ganti sparepart cetakannya, tapi yang punya kuasa ngeyel.
tebak generasi..
Jika abangnyaa bilang begitu .Kenapa saya dan banyak temen saya bisa tampa joki?
@@gunawanwayan8829 berarti anda berkualitas dan beruntung
@@gunawanwayan8829liat kolam nya dari atas bro jangan dari dalam
budaya bersih jepang setahu saya lahir dari ribuan tahun lalu. sekitar abad ke 6 atau 7 Masehi. salah satunya yang mendasarinya spiritualitas mereka yang tinggi. Kebersihan sebagian dari Ketuhanan.
Penyedia jasa joki harus dipenjara, karena itu memalsukan dokumen, memalsukan penelitian ilmiah yang harusnya sahih. Para mhsswa yang ngejoki, harus di banned dari univ 10 tahun + blacklist namanya.
Mau seberapa besar penjaranya yang mulia? Mau di denda juga pelakunya gak punya apa-apa. Dibanned, DO, dll malah menambah masalah baru. Apa semua masalah harus dengan hukuman?
Kalo bikin kebijakan "penghakiman" seperti ini terus akan ada model baru yg lebih eksis nantinya dan tidak akan pernah mati ekosistem nya karena pasar menuntut jasa ini untuk hidup.
Joki memalsukan dokumen apa.? Jelas dokumen mana yg di pasukan.?
ga memalsukan sih, mungkin lebih tepatnya menipu publik dengan membantu mendapatkan gelar yang didapat dari si mahasiswa
tetap yang harus kena mahasiswa nya juga dong
Terima kasih sdh angkat materi ini, sy jadi guru sejak 1986, dan kecurangan di dunia pendidikan sdh sy lihat sejak sy jd guru. Yang sedih kecurangan saat UN bahkan dilakukan oleh pihak sekolah (krn mengawas silang sy jd tau kecurangan itu)
sumpahh topiknya bener-bener membahas discussion that I always looking for!! mana dibahas sampe ke-akar-akarnya, bikin nyadar bgt kalo negri ini moralnya udh se-rusak itu:)
Sedih ya bang😢😭
Klo mau merubah org2 yang udh rusak sama sistem sekarang itu ga mungkin. Maka semua yg menonton vidio ini semoga kita bisa menerapkan good value ke anak2 kita
"kita ga bisa tuntut bunga tumbuh di tanah yang kita rusak" bagus bangett kalimatnya
Masya Allah ini materi keren bangeet. Bahkan banyak yang gak percaya, saat saya n anak saya menghadapi test online bersama, berhadap2an tanpa kerjasama sedikitpun. Ayo lawan kecurangan ! Cool Malaka
Lu bayangin aja sekelas lulusan sipil tapi skripsinya joki, pas udh di level tinggi ada project disuruh bikin sebuah gedung tinggi yang jelas butuh hitungan detil dan pasti terkait spec bangunan. Gedungnya kapasitas ribuan orang.
Lu bayangin seorang dokter yang lulus karena jasa joki sementara yang dia handle nantinya adalah penyakit manusia bahkan nyawa orang lain.
Lu bayangin seorang akuntan yg lulus dengan skripsi yang memakai jasa joki. Bayangin aja pas dia disuruh ngaudit laporan keuangan perusahaan yg rusak, kira2 temuannya kredibel gak ?
Dan lu sendiri bakal mau pake jasa orang yang lulus karena joki gak ? Mikir.
orang sipil kayanya ga bakal ngasih proyek gede kalo portofolio nya ga ada sih
jadi tetap pengalaman kerja yang bakal menentukan manajer proyek itu bukan cuman gelar doang
@@mantabsekali920 bukan masalah dapet projectnya atau tidak, tapi soal hasil karyanya dia di masa depan nantinya, apalagi jika profesinya menyangkut nyawa orang atau hajat orang banyak. ini soal integritas, kemampuan, dan kemampuannya buat mikir. okelah kalo joki karena dia lebih milih kerja dan kerjanya lebih ngehasilin duit atau karena dia ngerasa ada yg lebih penting untuk dikerjakan dibanding skripsi. kalo joki karena males, bayangin aja bangunan macam apa yang jadi karyanya dia. skripsi memang bukan cara efektif untuk membuktikan kemampuan seorang sarjana, tapi dengan sistem pendidikan yg kita punya, hanya ini cara terbaik alih2 memberikan project kerja nyata akhir kuliah pada calon lulusan.
@@wisnubhaskoro5136 lah dia aja ga bakal kepilih dapat proyek ngapain mikirin karya dia di masa depan.
kan udah gue bilang kalo di proyek pembangunan sipil yang dilihat itu portofolio bukan cuman sekedar gelar akademik. orang yang make joki dan ga ngerti kerja udah pasti ga punya portofolio jadi dia udah pasti ga bakal dipilih megang proyek sipil.
beda kasus kalo yang pake joki tadi punya orang dalam di pemerintahan jadi dia bisa menang tender proyek
Obrolan podcast ini membuat saya flashback, Saya sempat beberapa semester saat kuliah, membuat "grup" bersama beberapa teman, menjadi joki tugas gambar dan desain saat awal kuliah, sampai membantu tugas akhir dengan alasan klasik "ekonomi" dan cuma untuk bersenang-senang, banyak orang-orang goblok emang, males dan pengen shortcut, kebetulan saya memanfaatkan celah itu dengan maksimal, orang-orang kampusnya pun sama... Miris memang~
Joki mobel lejen,,,, Bahkan kebahagiaan pun dijokiin
ya masalahnya di kita tu unik, orang yang lulus/keterima/dapet nilai bagus itu akan tetap lebih dihargai daripada orang yg kerjain jujur tapi ga lulus/ nilainya jelek
Ada yang pernah liat jerome mukanya lebih pusing dari ini? Kayanya dia mukanya ga sepusing ini kalo ngerjatin matematika
Jelas, lah. Dia punya concern gede ya dia.
Masalah ini gk bisa diselesaikan dengan matematika belaka
Ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan
1. Gelar tanpa Ilmu apa gunanya? tetapi,
2. Ilmu tanpa Gelar buat apa?
Renungkan secara realistis dimana kamu tinggal, bukan idealis yang diutamakan.
1. tidak ada nilai positif yg bisa di dapat
2. kesempatan hidup dan beradaptasi lebih panjang karna punya bekal ilmu nya
Masa ya...sekelas mahasiswa..anak kuliahan tapi logikanya gak nyampe bahwa Joki tugas dan Joki skripsi itu curang....??
Se gitunya kah?
Waktu SD nyontek aja dimarahin..masa pas kuliah malah nyewa orang buat ngerjain tugas....??
😢😢😢😢
Waktu sd nyontek sdh diajak kerja sama dan yg ga mau ikutan akan didiskriminasi. Waktu gede jd koruptor deh. Ibaratnya dari ulat bermetamorfosis memjadi belatung wkwkw.
Bukan logikanya ngak sampai, tapi mereka ngak bisa membedakan mana yg benar mana yg salah.
Masalah ini terjadi, karena sudah terbiasa(normalisasi) curang dari kecil seperti menyontek, mengambil sisa uang kembalian, Mark up harga buku dll. Karena teman dan lingkungan menganggap hal itu normal jadi kebiasaan sampai kebawa tua.
Ini lah pentingnya peran orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai luhur pada anaknya
YANG BISA MERUBAH NEGRI INI MENJADI KEREN, MAJU DAN MODEREN DAN MENGGANTI GENERASI UZUR YANG BERKUWASA SEKARANG ADALAH ANDA2 SEMUA. SELAMA PEJABAT2 TINGGI SEKARANG YANG MASIH BERKUWASA KAMI PESIMIS TIDAK AKAN MAJU.
Banyak yang menggunakan joki. Tesis dan disertasi lebih banyak, alasan karena mereka tidak sempat buat karena sambil kerja.
Pertama kali mampir channel ini karena judulnya. Perjokian ini memang bikin resah dan miris. Mulai dari anak sekolah sampai akademisi (dosen). Sistem pendidikan kita sedang krisis dari akarnya 😢. Meskipun masih ada sekolah-sekolah yang berusaha menanamkan kejujuran kepada siswanya. Alhamdulillah saya merasakannya sendiri, dulu SMP di pesantren selama ujian santri fokus dengan pengerjaannya masing-masing. Ngga ngobrol. Ngga sebar jawaban (kami memang ngga pegang HP). Setuju sama kakak-kakak, menyelesaikan berbagai problematika pendidikan kita ini memang butuh sistem dan aturan yang mampu mengondisikan siswa berbuat jujur. Kalaupun ada yang tetap curang, hukumannya tegas bahkan mungkin ada sanksi sosial. Bukan dinormalisasi.
Banyakin obrolan kayak gini kaak, keren!!
Jerome sampe speechless anjir😂 bukan dia yang afk tapi emg se speechless itu keknya wkwkkkw
"Menghargai Proses" ~1:00:45 👍...
"Skill Gonna Pay The Bill" ~1:03:00 👍...
joki pardede mana nih
bener nih kata kak jerome. di kelas kalau pinter tapi gak bagi - bagi jawaban maka dianggap pelit dan jadi gak ditemenin. lah pinter aja jadi dilema. kalau gak pinter, kaya ngecewain orang tua. kalau pinter jadi andelan temen. gak ngasih malah jadi dibuli gak ditemenin. padahal kita pinter karena usaha kita belajar sampe malem. lah enak banget orang lain tinggal nungguin jawaban kita. gak ada malunya. saking capeknya akhirnya kasih jawaban salah aja ke mereka. eh malah jadi pembohong. hikss, masa sma lu jadi masa terburukku sih gegara ini. gak ada budaya malu malas. gak ada budaya malu karena nanya jawaban. pliss pahami kadang kita bisa karena kita udah effort banget belajar sampe kadang jam 2 pagi. malah mereka dengan enaknya minta jawaban ke kita 🥲🥲
Joki hukum untuk cawapres aja ada.
Wait, wait. Setelah dipikir2, perjokian ini memang sangat sulit dihapuskan dari dunia. Namun hilir dari huru hara perjokian ini adalah saat penyortiran sdm dari hasil joki tersebut. Proses filtrasi di dunia kerjalah yg bisa dikontrol. Kalau misalnya kita berasumsi sdm jebolan joki diterima di dunia kerja, yang salah dan menanggung resiko adalah employer. Dengan kata lain, employer memberi tanggung jawan kepada jebolan joki, dan meresikokan perusahaannya kepada jebolan joki, itu poin penting yg hendaknya disadari.
I mean, (tanpa membenarkan perjokian) , what if sdm jebolan joki itu adalah orang yang berkompeten. Misalnya nih, ada lulusan teknik yg pake joki skripsi buat lulus, tapi ni orang emang jago banget di bidang itu. Entah kenapa dia males aja bikin skripsi. So, apakah kita harus fokus ke perjokian, atau fokus ke resiko dan tanggung jawab atas kompetensi seseorang dalam suatu bidang?
trus ternyata jokinya dosennya sendiri...plot twist..gg
Jerome yang punya cita2 jadi Menteri Pendidikan banyak banget nih PRnya kalo mau buat pendidikan Indonesia berkualitas
Bener sih sangat normal nge joki guru sma ku ngesuruh nge joki buat dapat title sarjana matematika kayak njir guru saranin joki buat itu temen temen ku pada ngejoki padahal cuman tugas kreatifitas dusuruh bikin novel kayak waktu nugas sendiri enggak bisa njir temenku, aku enggak pernah joki ya radak kasihan sih masuk kuliah tapi kayak gitu kayak buat apa njir kalo gak ada skill nya
Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda -Tan Malaka
Dosen jg byk yg pake joki jg kok & plg parah kdg ada oknum dosen yg nyuruh mhs buat masukin artikel ke jurnal scopus & masukin nama dosen'y klo pengin nilai bagus hahaha..bygin aja sekelas srh bikin artikel semua & mention nama dosen'y wkwkwk...gila gx sih w dlu gagal masukin ke scopus & w cm dpt nilai b- 😢
Saking pesimisnya saya melihat Indonesia untuk jadi negara yang maju, bersih, nyaman, jujur, beradab. Rasanya Indonesia harus mengalami sekali lagi peristiwa berdarah. 😂
Mungkin akan terjadi akibat isu agama. Kayanya ya, tp jangan sampai deh ya
Dan ternyata penjokiny pake chatgpt...ironi di atss ironi..😅😂
Aku juga di kampus punya 2 kelompok nongkrong, pas ada tugas aku nongkrong sama cewe2 karna mereka rajin dan ngerjain di hari saat tugas dikasih walau deadline nya minggu depan. Sedangkan aku ikut tongkrongan cowo2 untuk sosialisasi karna sama mereka mainnya bisa kenal senior dosen dll.
Jadi emang majority emang ngaruh banget, apalagi untuk aku yg orangnya gk enakan.
Joki joki kaya motor aja taii emang pendidikan di Indonesia ya..
Kalo lihat film Thailand judulnya Bad Genius, tujuan awalnya iya sama kaya yang dibilang Abigail soal "pengen bantu temen", kemudian karena temennya yang merasa terbantu pengen bantu temen yang lainnya juga di satu sisi, di sisi lain ada kebutuhan finansial yang kaitannya sama sistem yang buruk jadinya terus berkembang praktik contek mencontek ini bahkan sampai ke level yang lebih besar. Kayaknya praktik joki ini juga awalnya bisa jadi pengen bantu temen, lama-lama jadi lahan basah yang bisa jadi sumber penghasilan, ditambah iklim sistemnya juga yang justru 'seakan' mendukung banget praktik itu.
sebenarnya ini tuh permasalahan yg teramat sangat simpel. hanya saja, mungkin banyak yg msh "denial" dan bilang kalo yg mrk lakukan itu gak salah. pdhl.. kredibilitas seseorang, menggambarkan seberapa terampilnya kamu. kamu yg ngerjain sendiri, kamu yg punya kredit,kredibilitasnya sesuai dengan hasil. kalo kamu pakai "joki", kredibilitasnya itu, terletak di si penjokinya,bukan kamu. jd jangan sampai hanya karena ingin cepat lulus,punya nilai bagus,dpt gaji tinggi, kamu menipu data,dan menipu banyak orang yg ada disekitar kamu khususnya univ km sendiri.
bayangin, km jd dokter, nilai praktekny bagus krn hasil joki, ketika ada pasien yg mengharuskan km utk menyuntik urat nadi mereka, tapi km suntik ditempat yg salah berkali kali. apa ga kasian ama pasiennya biru biru tu tangan.
Selama pendidikan dikuasai mafia baik mafia agama, mafia jabatan, mafia almamater dan mafia2 lainnya maka gak bakalan pendidikan di Indonesia bisa masuk ke circle negara yg berpendidikan maju.