@@mrbrany60441. Menegur siswa kena pasal perundungan dan perbuatan tidak menyenangkan. 2. Menghukum siswa secara fisik kena pasal penganiayaan dan perbuatan tidak menyenangkan
@@mrbrany6044sebab guru penggerak bnyk kgitan/sminar diluar sekolahnya, sbab guru pnggerak msh terbtas jumlahnya. Pd umumnya guru pngerak snior yg msh pgang klas hrs membimbing calon guru pnggerak disekolah lain.
Intinya sekarang ini tak ada guru yang fokus mengajar di dalam kelas..mereka semua sibuk di depan lap top sekali kali sibuk dengan murid hanya untukelakukan aksi nyata yang akan di aplud..itulah yang terjadi pada pendidikan saat ini
Sy se 7 jg dengan kurikulum yg di sebutkan kurikulum 75 krn kurikulum itu sangat mengena sasaran dan jelas krn sy alami sendiri ank didik tdk tergantung pd siapapun ank jg rajin belajar dan membaca di perpus untuk mencari tambahan materi itu kenyataan ank belajar lebih rajin dan aktif trs dan mengurangi ank dlm bermain di luaran .
Penyempurnaan itu yg kurikulum 94, saya rasa itu sudah pas banget, ADM nya pun masih terjangkau dan kita masih bisa fokus kepada anak, masih bisa memegang tangan anak buat membuat tulisannya lebih baik.. kalau kurikulum itu direvisi sesuai dengan jaman , bakal bagus banget tu kurikulum...
betul sudara saya suka kurikulum i975, yang dipakai guru2 kita dulu, generasinya, sampai saat ini masih bisa teringat sosok guru kita cara ngajarnya matematika dll nya, padahal tdk pernah saya lihat membawa perangkat ajar seperti kita sekarang, paling bawa buku dan jarang sekali beliau-beliau buka bukunya
@@baiqisnaningsih1234 ada cerita orang orang tua kita kurikulum 68 lebih bagus lagi. Setelah menyelesaikan pendidikan/tamat.ada 2 kategori. Tamat dan lulus. Yang lulus ada surat tanda lulus. Yang tidak lulus tetap dapat surat tanda tamat belajar ( STTB ) Bedanya yang lulus bisa melanjutkan di jenjang pendidikan selanjutnya dan bisa melamar kerja Yang tamat tapi tidak lulus tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya,tapi STTB/surat tanda tamat belajarnya bisa untuk melamar kerja di lembaga lembaga Ini benar apa tidak??
Setuju ....tapi sekarang memang pengaruh perkembangan global...jadi kurikulum pun disesuaikan dengan perkembangan ....dulu dengan seorang memang beda @@AraAntin
Yang disampaikan oleh ibu ini,benar sekali dan sangat kondisional.Proses pelatihan kurikulum belum menyeluruh selama ini,belum menjangkau semua guru.Pmm tidak memerdekan semua guru.
Setuju...guru fokus pada mendidik dan mengajar peserta didik, utk itu butuh pelatihan dari orang yang profesional di bidang pendidikan yang dihadapi guru sesuai tingkat pendidikan yang diajarnya. Misal, pelatih guru SD yang melatih betul2 pelatih yang paham tentang ke SD an. Bukan profesor yang sudah S3 tapi bukan bidang ke SD an
Selamat siang, usul guru harus ditraning oleh Widyaswara seperti tahun 190annn dimana yang ditraining adalah Paedagogiknya sehinggi ada peningkatan kualitas guru, sekarang lebih banyak penekanan pada administrasi guru,.
widyaiswaranya harus diseleksi dari guru2 terbaik yg diseleksi dengan ketat, bukan cuma dilihat dari ijazahnya apalagi yg bukan guru yang gak pernah merasakan bagaimana mengajar di kelas
Sangat setuju dengan ibu Aulia dan pak Indra. Yg mengerti betul ttg pendidikan dilapangan..semoga berdua ni bisa jdi Mentri pendidikan pasti guru2 senang..
Guru penggerak adalah salah satu faktor timbulnya kerusakan sistem humanisme guru ...mereka merasa pandai....penting dan akhirnya sombong terhadap sesama guru.... Inilah didikan rezim sekarang ....
Mudah2han Mentri baru presiden baru dapat membubarkan guru penggerak karena mereka merasa sangat dianak emaskan dan selalu arogan dalam bersikap dan berpendapat
@@bukneng5546 nggak usah miris Bu ...itu tandanya anak berkelas internasional dan bukti orang tuanya makmur...bisa belikan hp dan langganan internet...nanti kalau dah remaja ...siang tidur ... malam dugem...🤣🤣🤣🤣
@@sitiumaidah-q4l nggak bisa baca tulis itu memang kehendak kapitalis ...kapitalis menyetir rezim...lhah ...yang pilih rezim siapa ??? Kesejahteraan guru selalu dikebiri...tetapi malah dituntut membeli aplikasi dan dipaksa mengerjakan administrasi online... mana mungkin dg tekun mempelajari murid baca tulis berhitung dengan nyaman... sementara pandangan sebagian masyarakat terhadap guru...dianggap sudah sejahtera...sementara yg makan 371 trilyun dan 490 trilyun dipuji puja ....lhaaadalah....jadilah kurikulum merdeka dan korupsi merdeka ... 🤣🤣🤣🤣🤣🙏🏿
🎉 *Tolong dong pak bahas tentang beban Administrasi guru selain tugas pokok guru, misal Laporan BOS, Simbaper, aset, dapodik dll, karena di lapangan pelaporan itu misal bos itu menyita banyak waktu guru dlm mengajar, guru yg harusnya fokus mengajar, harus di hadapkan dgn pemeriksa Inspektorat, BPK, dlm pelaporan, yg guru it hanya lulusan pendidikan, dan bukan lulusan keuangan, bahkan dipaksa mengerti ttng keuangan dan hukum,.
JANGAN JADI BENDAHARA BOS PA, NANTI GA RIBET, GURU TUGAS POKONYA MENGAJAR,MENDIDIK. MAU MAUNYA SENDIRI KO MENGELUH...( Bendahara bos kan banyak yg mengharapkan)
@@untungsukamto8927 sebentar anda seorang guru bukan, ? mngkin iya diasekolah yg gemuk,murid banyak, bahkan di swasta , karena murid banyak, guru juga banyak, tp coba anda cek di sekolah yg kecil, bahkan di pelosok, beban guru yg di beri tugas bendahara sungguh bukan harapan, disamping mmng bukan keahliannya, sering di hadapkn dengn pemeriksa, dikejar2 laporan, gak fokus dlm mengajarnya, jgn melihat segala sesuatu dgn satu sisi jika blm melihat secara mendalam dan menyeluruh, it saran saya.
@@untungsukamto8927 mohon maaf bapak, tidak semua lembaga seperti itu juga. Apalagi di SD. Tidak ada tenaga administrasi. Jika Kepala Sekolah memberikan tugas tambahan tersebut, dan kenyataan guru yang lain belum bisa. Apa tidak diterima amanahnya? Dan apa yang disampaikan pak @@oloqxsam itu benar adanya. Jika guru tidak pandai mengatur waktu, seringkali harus mengerjakan disela2 waktu ngajar juga. Apalagi laporan BOS itu tidak hanya laporan bulanan saja. Tapi juga terkait dengan laporan lain seperti aset, persediaan dll yang kadang aplikasinya juga berubah2. Semoga segera ada jalan keluar terbaik. Sehingga guru bisa benar-benar melaksanakan tugas sepenuhnya untuk menuntun murid mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Betul bu, sumber ilmunya dituangkan dalam bentuk ppt. Yg diinginkan oleh guru2 adalah praktek langsung, yg diharapkan menjadi bekal dibawa di sekolah masing2
Indonesia telah kehilanngan konsrp dan prinsip dasar pendidikan para tokoh pejuang pendidikan 😅 ,dan standar pendidikan ,guru harus dipaksin oleh guru yg tak memiliki standar pendidikan guru, ini contoh ilusi bukan isi,..tunggu kekusutan dan sdm terbalik jadi percobaan belaka. Mana paedagogiknya... Psikologinya...,psikomotornya...,membina..melatih dan mendidik semua jadi bayangan saja bukan keunyatan dlm evaluasi tujujuan .😊
Kurikulum merdeka sosialisasi hanya belajar sendiri lewat daring, yang merdeka itu siswanya. Masuk sekolah dengan sistem zonasi , asesmen berdiferensiasi menyebabkan kemudahan dalam kenaikan kelas . Guru dibebani administrasi pembelajaran , administrasi kepegawaian , tugas tambahan yang lain
Ujian kenaikan kelas dan kelulusan sekolah sangat berarti dalam proses pembelajaran, menghilangkan UN dan kelulusan 100% suatu kekeliruan yg memperburuk pendidikan
Dulu thn 2005 ada proyek kerjasama Indonesia & Jerman namanya SEQIP (Science Educational Quality Improvement Project) yang menurut saya itu sangat bagus. Kenapa tidak dilanjutkan. Walaupun mungkin kerjasama nya sdh berakhir, tp pendekatan pembelajaran nya sangat bagus sekali diterapkan oleh guru.
Salam bahagia untuk guru di Indonesia, mohon maaf pak Indra saya sangat dengan program Sinau pak Indra, tertarik saya untuk live bersama pak Indra membahas Pendidikan Sekolah Pedalaman yang saya alami pak. Terima kasih pak
Melatih guru oleh guru lain, meskipun memiliki banyak keuntungan, juga bisa membawa beberapa efek negatif, antara lain: 1. Keterbatasan Perspektif: Jika hanya guru yang melatih guru lain, bisa jadi perspektif dan metode pengajaran yang diajarkan tidak bervariasi, sehingga membatasi kreativitas. 2. Kualitas Pelatihan Beragam: Tidak semua guru memiliki kemampuan untuk melatih dengan baik; ada kemungkinan metode pengajaran yang buruk atau tidak efektif disampaikan. 3. Kekurangan Materi Teoretis: Pelatihan yang dilakukan oleh sesama guru mungkin kurang mendalam dalam teori pendidikan, yang penting untuk memahami prinsip-prinsip pedagogis. 4. Resistensi Terhadap Perubahan: Guru mungkin lebih cenderung mempertahankan metode pengajaran yang sudah dikenal, sehingga mengurangi inovasi dan adaptasi terhadap perkembangan terbaru. 5. Ketidakadilan Akses: Tidak semua guru mendapatkan kesempatan pelatihan yang sama, tergantung pada siapa yang ditunjuk sebagai pelatih, sehingga menciptakan kesenjangan dalam penguasaan keterampilan. 6. Beban Kerja: Guru yang melatih mungkin merasa terbebani dengan tanggung jawab tambahan, yang dapat mempengaruhi kinerja mereka di kelas. 7. Efektivitas Pelatihan yang Terbatas: Jika pelatihan tidak diatur dengan baik, bisa jadi tidak menghasilkan perubahan signifikan dalam praktik mengajar. 8. Kurangnya Dukungan Eksternal: Pelatihan yang sepenuhnya berbasis internal mungkin kurang mendapat dukungan dari sumber daya eksternal, seperti penelitian terbaru atau praktik terbaik dari luar. Melakukan pelatihan guru oleh guru lain perlu diimbangi dengan pendekatan yang lebih holistik, termasuk dukungan dari ahli pendidikan dan pengembangan profesional yang lebih luas.
benar sekali, tetap kami butuh ilmu yang disampaikan secara langsung bukan on line. kita gak dapat pemahaman yang kita harapkan dengan hanya lewat Zoom
jadi ingat musim UKG, saya aengaja betul melihat hasil UKG para guru yang biasa jadi nara sumber pelatihan guru,,,,ternyata mereka banyak yang tdk lulus,dari situ saya berfikir ternyata saya lebih pinter dari mereka dalam UKG he he he padahal itu dilakukan sebanyak tiga kali...
Semoga mereka segera tersadar. Adanya program ini karena salah satunya untuk melaksanakan pendidikan berpihak pada murid. Ketika mereka melakukan itu, mungkin saat pendidikan itupun tidak tiap hari. Hanya saat pendampingan Individu. Karena selain itu dilaksanakan di luar jam mengajar. Dan yang dilaksanakan saat jam mengajar justru praktik/pelaksanaan dari ilmu yang dipelajari. Tapi lagi2 itu kembali pada pribadi masing-masing.
@@MirwansyahMirwansyah-vv3ix Betul. Jika melaksanakan sesuai dengan petunjuk. Saya juga pernah mengalami PGP. Tapi seingat saya, hanya meninggalkan kelas saat Pendampingan Individu. Itupun jika terpaksa memang tdk bisa mengatur jadwal saat saya kosong jam. Dan sudah ada kesepakatan sebelumnya. Ketika saya ada pendampingan, ada guru lain yang sudah saya mintai bantuan untuk mendampingi anak belajar. Namun, memang kembali lagi pada orangnya. Pada kenyataannya, memang ada yang beralasan mengerjakan tugas CGP ketika jam mengajar. Semoga yang tidak melaksanakan sesuai aturan segera tersadar.
Benar yg disampaikan ibu tersebut, saat ini diterapkan kurikulum merdeka, penilaian banyak orang pendidikan makin amburadul. Yg pasti saat ini guru penggerak, sekolah penggerak merupakan proyek saja . Beda kurikulum terdahulu yg dibilang jadul, tapi hasil pendidikan sesuai harapan. Seperti disampaikan oleh ibu bahwa narasumber dari sesama guru yg notabene kemampuan daya tangkapnya berbeda, hingga penyampaian nya ke bawah juga beda. Imbasnya pun gak ada progres, sekedar melaksanakan tugas . Yg pasti kemampuan personal berbeda , saat ini hanya titik tumpu IT . Mgkn lebih baik ditinjau ulang program " penggerak saat ini . Ambil materi kurikulum terdahulu, kolaborasi kan dengan IT , kembang kan metode pembelajaran nya . Sampai saat ini belum ada hasil yg firasa hanya sebatas menyelesaikan tugas .
Bagi yg mengikuti guru penggerak lebih baik ambil cuti atau mencarikan guru pengganti (honorer yg sesuai mata pelajaran yg diampu) dan dibayar olehnya supaya fokus mengikuti guru penggerak dan siswa tidak terkesampingkan haknya dalam memperoleh ilmu. Program Guru penggerak juga baik, tetapi tidak melupakan kewajiban TUPOKSInya sbg guru.
@@anapol4704 fakta lapangan memang demikian. Silahkan jalan-jalan ke sekolah terdekat anda atau tanya pada anak anda kegiatan guru di sekolah memang masih aktif mengajar atau sibuk dengan laptopnya masing masing? Biar anda lihat langsung data yang anda tanya
Kurikulum 2006 masih baik dari pada kurikulum sekarang, kurikulum sekarang guru lepas mengajar di kelas dan banyak sibuk diluar kelas dan tidak ada prestasi apa2, dan kami sebagai orang tua wali jadi masalah terus dengan guru hanya karena tidak masuk kelas.
Guru di sekolahku tidak peduli anak terampil menulis bagus, anak lancar berhitung, hafal perkalian, mahir dn mengenal langkah2 pembagian susun ke bawsh. Yg penting sdh mengajar.ternyata ada beberapa murid baik laki
Semoga mereka segera tersadar. Adanya program ini karena salah satunya untuk melaksanakan pendidikan berpihak pada murid. Ketika mereka melakukan itu, mungkin saat pendidikan itupun tidak tiap hari. Hanya saat pendampingan Individu. Karena selain itu dilaksanakan di luar jam mengajar. Dan yang dilaksanakan saat jam mengajar justru praktik/pelaksanaan dari ilmu yang dipelajari. Tapi lagi2 itu kembali pada pribadi masing-masing.
Harusnya tidak perlu ada pelatihan guru sehinnga tidak meninngalkan kelas coba manfaatkan para pengawas untuk pelatihan sehingga bisa diteruskan ke guru-guru.
Makanya perubahan kurikulum sejatinya perlu adanya evaluasi secara menyeluruh dan berkala. Kurikulum tidak serta merta diganti ketika mentrinya ganti. Ingat evaluasi dulu kurikulum yg sedang berjalan.
@@GaleriSangGuru pmm itu sama dengan praktik penggunaan uang.. Laporannya bagus..bersih ...tepat...tetapi hanya administratif...faktanya..? Guru dg pmm bagus ...ketika ada lomba prestasi siswa ....siswa njeblug..blug... 🤣🤣🤣🤣🤣
Jangan bu. PMM bagus koq. apalagi pelatihan mandirinya sangat membantu saya belajar hal hal yang bisa mengoptimalkan pembelajaran di kelas tanpa harus nunggu panggilan dari dinas ikut pelatihan.
Benar sekali pak Indra...hanya baru kali ini Zaman Mendikbudristek pk Nadiem M...ada guru melatih guru dan mengabaikan tupoksi dari Pengawas Sekolah... Sekarang lebih exist tugas guru penggerak daripada Pengawas Sekolah.. Kalau zaman mendiknas... Tupoksi Pengawas lebih jelas karena di support olh stakeholder, sehingga untuk pelatihan2 kepala sekolah dan guru diserahkan kpd Pengawas Sekolah, karena stakeholder suda melatih para Pengawas Sekolah....
Pengawas sekarang jadi tidak uodate. Mereka ngga paham PMM sedangkan guru dilapangan harus mengerjakan PMM. Ngga nyambung antara pengawas dengan dilapangan. Cape deh
Setuju dg diskusi ini.🙏 Banyak hal yg perlu ditinjau kembali. Banyak guru yg jadi narasumber sekarang ini baru tau teori saja, prakteknya sangat minim. Pengawas Pembina jg langsung diangkat dari guru, yg tidak punya pengalam jadi kepala sekolah. Bagaimana pengawas bisa membina kepala sekolah??? 😂😂😂
❤sebenarnya di jaman dahulu kita sebagai orang tua di jaman sekarang kita punya kesempatan bisa membaca dan menulis saja sudah sukur dan alhamdulillah, tinggal kemauan dan minat yang membawa kita kepada yang kita sukai dan kita minati bila kita lebih ingin meningkatkan dari segi teorinya dan prakteknya kita tidak mengetahui kita harus datang atau belajar kepada siapa, nah sampai kepada sekarang atau era sekarang dengan begitu banyaknya jenis pendidikan kok begitu kurangnya di anggap mampu mendisain cara pendidikan yang sempurna (yang dari kebanyakan yang memakainya orang-orang pintar di negaranya menjadi lebih banyak) pertanyaannya ada berapa jumlah orang pintar di Indonesia?, mulai dari gelar, drs, sarjana muda, sarjana penuh, ir, Profesor dll, apa gelar-gelar itu hanya dapat di pakai sebagai kebanggaan saja tanpa bisa di ajak bekerja atau tidak mampu mempermudah semua kesulitan yang banyak terjadi di indonesia (di soal pendidikannya). ❤😂
Benar pak, jadi guru pabeulit atas tugas dan kewajibannya kepada anak didik dengan tugas melatih guru. Ironisnya tidak sedikit guru terkesan lebih condong untuk lebih memilih tugas luar daripada menjalankan kewajiban pada anak didik yg jelas2 sangat wajib. Dengan berbagai alasan dan pertimbangan yg kita tdk tahu.
Semua guru punya hak dan kesempatan yang sama untuk peningkatan kompetensinya. Pemerintah memiliki keterbatasan dana untuk memberikan pelatihan kepada semua guru melalui tahapan dan berbagai metode seperti pelatiham secara daring atau melalui fitur PMM. Yang menjadi masalah adalah keinginan seorang guru untuk mau maju dan berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Lembaga sekolah sendiri sebenarnya punya dana BOS yang dapat digunakan untuk kegiatan peningkatan kompetensi dan muru pendidikan disekolahnya baik mutu guru maupun siswa tetapi banyak sekolah yang mengabaikannya dengan tidak menghiraukan kegiatan peningkatan kompetensi guru seperti mengutus guru untuk melakukan pelarihan metode pembelajaran, penyusunan Modul ajar, dll. Disatu sisi sekolah tidak mengadakan kegiatan pelatihan guru disekolah, menyelenggarakan pengimbasan oleh guru yang diutus, kegiatan litreasi numerasi yang kontinyu dan terprogram untuk anak² berkebutuhan khusus, dan masih banyak kepala sekolah dan pengawas sekolah saat ini yang bukan dari guru penggerak. Kegiatan pelarihan guru hamya diikuti oleh beberapa orang guru sebagai perwakilan tetapi tidak adil karena masih banyak guru guru lainnya yang juga ingin menikmati kegiatan pelatihan.
saya seorang guru ,menurut saya lebih baik PPG dihilangkan saja, dan guru langsung diberikan tunjangan seperti tunjangan sertifikasi, karena pada praktiknya PPG itu bnyak yang tidak jelas.
Apanya yg tdk jekas justru dgn mengikuti PPG guru bisa menggunakan IT.dan lewat PPG banyak masalah dlm pembelajaran yg di bahas sehingga guru bisa menggunakan konten yg menarik dan dot meningkatkan minat dan bakat siswa.
Saya rasa tidak perlu dihilangkan juga. Mungkin pelaksanaannya saja yang dibuat lebih membuat nyaman namun tetap fokus. Saya lihat PPG daljab beberapa periode ini hampir sama dengan yang dipelajari dalam pendidikan guru penggerak. Dan jika guru tersebut benar-benar memahaminya, maka mereka nantinya akan mampu utk menerapkan proses pendidikan sesungguhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Kelebihan di PMM siapapun yang mau dan mampu bisa jadi fasilitator, mau dari kota atau dari desa. Kalau dulu uuuuu cuma yang dari kota saja. Dengan guru jadi pelatih , sekaligus bisa jadi berbagi praktik baik
Kurikulumnya,juga dibuatkan saja dari pusat,di seragamkan,buku juga sebaiknya diseragamkan,supaya kita bisa mengukur kemampuan anak di seluruh indonesia.kalendernya juga di seragamkan.supaya tidak ada kecemburuan sosial dari sekolah lain.
betul bu, pernah saya mengalami itu juga narasumber kami tidak paham dengan membuat rpp, disuruh kembali ke kami lagi ,gimanaaaaa ,gak ada guna pelatihan tersebut
PMM itu gudangnya ilmu. Tidak perlu dipanggil untuk pelatihan dlu baru belajar. Cukup buka PMM, guru bisa belajar, sesuka guru mau kapan belajar, tidak perlu meninggalkan kelas bljr di PMM, justru kut pelatihan/workshop jd sering ninggalin kelas bukannya begitu.. intervensi luarlah yg mbuat guru akhirnya trtekan, brlomba2, paling byk aksi nyata di anggap paling brprestasi. Makanya dlm kurma tdk tepat lagi jika memotivasi org belajar dgn kasi hadiah, ada perangkingan, ada reward dll.
Maaf saya seorang guru dan ditambah tugas sbg Ks. Yg berangkat dati SPG merasa prehatin perjalanan pendidikan saat ini seolah2 tdk menyasar pada mencerdaskan anak yg berakhlak mulya dan berkharakter seolah2 hanya utk mengejar kepentingan utk mengejar poin utk dirinya lewat PMM tolong program ini diperbaiki pedidikan guru jangan abaikan pembelajara dedatik metodhiknya mksh
Guru Melatih Guru Itu harus di pahami pak Guru mengikuti semua proses pelatihan secara luring dan guru tersebut mendapakan penghargaan dari proses pelatihan, kemudian guru tersebut harus berbagi praktik baik nya kepada rekan guru jadi tidak ada masalah guru yang mengkritik program pendidikan perlu mempertanyakan kompetensi pendidikan nya
Guru penggerak sesuai namanya......selalu bergerak kemana mana. Efeknya tugas utama yaitu mengajar di kelas terabaikan. Sekolah banyak jamkos alias jam kosong.
Setuju sekali pm m guru penggerak yg selalu sibuk di depan lep top sedang masuk ruang kelas jarang sedang siswa SD masih butuh pendampingan yg terus menurus selama jam mengajar .
Sangat tepat. Selama 4 tahun digembleng mjd guru, sy menemukan sarjana2 kita berkompeten rendah. Kalau pelatihan itu sofatnya hanya meng-Upgrade. Dan tidak mungkin melatih guru selama 4 tahun. Sy sendiri pd saat baru tamat kuliah fakultas pendidikan masih gagap menjadi guru. padahal IPK sy 5,3. Sy jg heran mengapa Perhuruan Tinggi tdk pernah dikritik.
Banyak siswa berkelahi dalam kelas gara2 guru penggerak yg suka meninggalkan tugas utamanya
Betul mas
kenapa guru pengerak bisa meninggalkan kelas ibu.? perasaan guru itu tidak bisa menegur siswa krn takut pidana bukan krn guru penggerak...
@@mrbrany60441. Menegur siswa kena pasal perundungan dan perbuatan tidak menyenangkan.
2. Menghukum siswa secara fisik kena pasal penganiayaan dan perbuatan tidak menyenangkan
@@mrbrany6044sebab guru penggerak bnyk kgitan/sminar diluar sekolahnya, sbab guru pnggerak msh terbtas jumlahnya. Pd umumnya guru pngerak snior yg msh pgang klas hrs membimbing calon guru pnggerak disekolah lain.
Kegiatan luar kelas guru penggerak itu tidak efektif. Sok keren saja
Betul Ibu......siswa semakin terpinggirkan
Ini baru2 kali ini aja pak, guru melatih guru. Klo dulu nggk, tapi ada mentor atau narasumber yang kompeten
Betul sekali,
Guru yg tugas utamanya harus mengajar di sekolah sendiri malah sibuk melatih di sekolah lain.
Iya betul . Ada yg lucu Guru TK / SD melatih Guru yg tingkatan lebih tinggi, misal SMP / SMA.
Gak nyambung ...
@@muhjarir5135 sama persis, lha ini malah ada guru SMA melatih guru produktif kejuruan SMK.
Apa bukan dagelan namanya 🤣
Ismail K. Piantae, S.Pd Hadir dan Menyimak
Benar... Lucu ya
@@minarniminarni1282 ,,lucu n aneh bin ajaib
Intinya sekarang ini tak ada guru yang fokus mengajar di dalam kelas..mereka semua sibuk di depan lap top sekali kali sibuk dengan murid hanya untukelakukan aksi nyata yang akan di aplud..itulah yang terjadi pada pendidikan saat ini
di Upload dan di seting bagaimana vidio nya sempurna dan berhasil
Itulah negatif thinling...
Yg ga di depan leptop.. Juga ga di kelas...
Terima kasih bapak/ibu atas pencerahannya. Semoga penentu kebijakan bisa terbuka mata hatinya hingga mutu pendidikan bisa lebih baik
Cocok pendapat ibu...memperihatinkan
Kurikulum yang paling saya sukai,ialah kurikulum 1975,saya kepala sekolah,di kurikulum 75 itu,praktis,ekonomis,jelas tujuannya,materinya,sekarang kurikulumnya terlalu umum.dulu di pelajaran bahasa,dulu jelas sekali,misalnya guna tanda titik,penggunaan hurup kapital dll.
Sy se 7 jg dengan kurikulum yg di sebutkan kurikulum 75 krn kurikulum itu sangat mengena sasaran dan jelas krn sy alami sendiri ank didik tdk tergantung pd siapapun ank jg rajin belajar dan membaca di perpus untuk mencari tambahan materi itu kenyataan ank belajar lebih rajin dan aktif trs dan mengurangi ank dlm bermain di luaran .
Penyempurnaan itu yg kurikulum 94, saya rasa itu sudah pas banget, ADM nya pun masih terjangkau dan kita masih bisa fokus kepada anak, masih bisa memegang tangan anak buat membuat tulisannya lebih baik.. kalau kurikulum itu direvisi sesuai dengan jaman , bakal bagus banget tu kurikulum...
betul sudara saya suka kurikulum i975, yang dipakai guru2 kita dulu, generasinya, sampai saat ini masih bisa teringat sosok guru kita cara ngajarnya matematika dll nya, padahal tdk pernah saya lihat membawa perangkat ajar seperti kita sekarang, paling bawa buku dan jarang sekali beliau-beliau buka bukunya
@@baiqisnaningsih1234 ada cerita orang orang tua kita kurikulum 68 lebih bagus lagi. Setelah menyelesaikan pendidikan/tamat.ada 2 kategori. Tamat dan lulus. Yang lulus ada surat tanda lulus. Yang tidak lulus tetap dapat surat tanda tamat belajar ( STTB )
Bedanya yang lulus bisa melanjutkan di jenjang pendidikan selanjutnya dan bisa melamar kerja
Yang tamat tapi tidak lulus tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya,tapi STTB/surat tanda tamat belajarnya bisa untuk melamar kerja di lembaga lembaga
Ini benar apa tidak??
Setuju ....tapi sekarang memang pengaruh perkembangan global...jadi kurikulum pun disesuaikan dengan perkembangan ....dulu dengan seorang memang beda @@AraAntin
Terima kasih banyak, podcas ini bagus mengidang suatu WAWASAN SANGAT BERMAKNA
Mudah mudahan didengar oleh yg si pengambil kebijakan. Jangan sampai nunggu hancur.
Yang disampaikan oleh ibu ini,benar sekali dan sangat kondisional.Proses pelatihan kurikulum belum menyeluruh selama ini,belum menjangkau semua guru.Pmm tidak memerdekan semua guru.
Pelatihan guru harus di programkan untuk seluruh guru setiap bulan dan di ajarkan oleh yg memang berkompetisi dalam bidangnya
😮pmm sangat memberatkan guru.waktu istirahat nya trus kurang malah mendatangkan penyakit darah tinggi.
Program. Guru penggerak .. Prigrampelatuhan guru terbaik sepanjang masa..
Yg komen tdk baik... Pasti krn menilsi dr luar
Setuju...guru fokus pada mendidik dan mengajar peserta didik, utk itu butuh pelatihan dari orang yang profesional di bidang pendidikan yang dihadapi guru sesuai tingkat pendidikan yang diajarnya. Misal, pelatih guru SD yang melatih betul2 pelatih yang paham tentang ke SD an. Bukan profesor yang sudah S3 tapi bukan bidang ke SD an
Alhamdulillah mks ibu memperhatikan guru
Betul semua ibu katakan. Salut.
Alhamdulillah akhirnya ada pembahasan pelatihan pelatihan hambur hambur unggaran... Pokoknya para pencetus guru penggerak dll harus tanggung jawab
Bagusnya itu dosen ngajar di SD dan guru SD ngajar dikampus2 seperti diluar negeri, karena yang bergelar profesor diluar negeri malah ngajar di SD
terima kasihbu ulia dan paknidrasemoga pendidikan dibIndonesia bisa maju da sesuai denan harapan yg ada dilapangan ...
Selamat siang, usul guru harus ditraning oleh Widyaswara seperti tahun 190annn dimana yang ditraining adalah Paedagogiknya sehinggi ada peningkatan kualitas guru, sekarang lebih banyak penekanan pada administrasi guru,.
widyaiswaranya harus diseleksi dari guru2 terbaik yg diseleksi dengan ketat, bukan cuma dilihat dari ijazahnya apalagi yg bukan guru yang gak pernah merasakan bagaimana mengajar di kelas
Yang penting ada kegiatan dan anggaran terserap....sedangkan masalah pendidikan semakin komplek
Itulah pentingnya saling mengingatkan. Jangan sampai sudah pikun.
Saya mendapatkan banyak manfaat dari PGP, klo ada yg tidak sesuai harapan itu relatif.
Sangat setuju dengan ibu Aulia dan pak Indra. Yg mengerti betul ttg pendidikan dilapangan..semoga berdua ni bisa jdi Mentri pendidikan pasti guru2 senang..
Guru penggerak adalah salah satu faktor timbulnya kerusakan sistem humanisme guru ...mereka merasa pandai....penting dan akhirnya sombong terhadap sesama guru.... Inilah didikan rezim sekarang ....
Mudah2han Mentri baru presiden baru dapat membubarkan guru penggerak karena mereka merasa sangat dianak emaskan dan selalu arogan dalam bersikap dan berpendapat
Sekarang anak2 sibuk dengan internet,hp di tangan sangat miriss
@@bukneng5546 nggak usah miris Bu ...itu tandanya anak berkelas internasional dan bukti orang tuanya makmur...bisa belikan hp dan langganan internet...nanti kalau dah remaja ...siang tidur ... malam dugem...🤣🤣🤣🤣
PMM KUMER ANAK DIDIK MAKIN SEMERAUT, BANYAK ANAK SMP tidak bisa baca hitung.¿??? ¿
@@sitiumaidah-q4l nggak bisa baca tulis itu memang kehendak kapitalis ...kapitalis menyetir rezim...lhah ...yang pilih rezim siapa ???
Kesejahteraan guru selalu dikebiri...tetapi malah dituntut membeli aplikasi dan dipaksa mengerjakan administrasi online... mana mungkin dg tekun mempelajari murid baca tulis berhitung dengan nyaman... sementara pandangan sebagian masyarakat terhadap guru...dianggap sudah sejahtera...sementara yg makan 371 trilyun dan 490 trilyun dipuji puja ....lhaaadalah....jadilah kurikulum merdeka dan korupsi merdeka ... 🤣🤣🤣🤣🤣🙏🏿
Guru yg baik adalah output siswa yg berhasil dari pembelajaran....bkn guru yg sllu belajar terus
🎉 *Tolong dong pak bahas tentang beban Administrasi guru selain tugas pokok guru, misal Laporan BOS, Simbaper, aset, dapodik dll, karena di lapangan pelaporan itu misal bos itu menyita banyak waktu guru dlm mengajar, guru yg harusnya fokus mengajar, harus di hadapkan dgn pemeriksa Inspektorat, BPK, dlm pelaporan, yg guru it hanya lulusan pendidikan, dan bukan lulusan keuangan, bahkan dipaksa mengerti ttng keuangan dan hukum,.
JANGAN JADI BENDAHARA BOS PA, NANTI GA RIBET, GURU TUGAS POKONYA MENGAJAR,MENDIDIK. MAU MAUNYA SENDIRI KO MENGELUH...( Bendahara bos kan banyak yg mengharapkan)
@@untungsukamto8927 sebentar anda seorang guru bukan, ? mngkin iya diasekolah yg gemuk,murid banyak, bahkan di swasta , karena murid banyak, guru juga banyak, tp coba anda cek di sekolah yg kecil, bahkan di pelosok, beban guru yg di beri tugas bendahara sungguh bukan harapan, disamping mmng bukan keahliannya, sering di hadapkn dengn pemeriksa, dikejar2 laporan, gak fokus dlm mengajarnya, jgn melihat segala sesuatu dgn satu sisi jika blm melihat secara mendalam dan menyeluruh, it saran saya.
@@untungsukamto8927 mohon maaf bapak, tidak semua lembaga seperti itu juga. Apalagi di SD. Tidak ada tenaga administrasi. Jika Kepala Sekolah memberikan tugas tambahan tersebut, dan kenyataan guru yang lain belum bisa. Apa tidak diterima amanahnya? Dan apa yang disampaikan pak @@oloqxsam itu benar adanya. Jika guru tidak pandai mengatur waktu, seringkali harus mengerjakan disela2 waktu ngajar juga. Apalagi laporan BOS itu tidak hanya laporan bulanan saja. Tapi juga terkait dengan laporan lain seperti aset, persediaan dll yang kadang aplikasinya juga berubah2. Semoga segera ada jalan keluar terbaik. Sehingga guru bisa benar-benar melaksanakan tugas sepenuhnya untuk menuntun murid mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya.
@@syifa3435 oow di sekolah SD yah ? Saya kira SMA...
@@oloqxsam betul duit bos di SD, biar dipegang dan di urus kepsek atau kades saja.
Betul bu, sumber ilmunya dituangkan dalam bentuk ppt. Yg diinginkan oleh guru2 adalah praktek langsung, yg diharapkan menjadi bekal dibawa di sekolah masing2
Indonesia telah kehilanngan konsrp dan prinsip dasar pendidikan para tokoh pejuang pendidikan 😅 ,dan standar pendidikan ,guru harus dipaksin oleh guru yg tak memiliki standar pendidikan guru, ini contoh ilusi bukan isi,..tunggu kekusutan dan sdm terbalik jadi percobaan belaka. Mana paedagogiknya... Psikologinya...,psikomotornya...,membina..melatih dan mendidik semua jadi bayangan saja bukan keunyatan dlm evaluasi tujujuan .😊
Kurikulum merdeka sosialisasi hanya belajar sendiri lewat daring, yang merdeka itu siswanya.
Masuk sekolah dengan sistem zonasi , asesmen berdiferensiasi menyebabkan kemudahan dalam kenaikan kelas .
Guru dibebani administrasi pembelajaran , administrasi kepegawaian , tugas tambahan yang lain
Yg Belum Belajar Juga Boleh. Langsung Action .
Gimana nich ..?!
Betul sekali sangat setuju dengan komen panjenengan
😂😂
Belum teruji kualitasnya
Ujian kenaikan kelas dan kelulusan sekolah sangat berarti dalam proses pembelajaran, menghilangkan UN dan kelulusan 100% suatu kekeliruan yg memperburuk pendidikan
Biaa lanjut lagi ndk podcastnya, bagus sekali ini
Dulu thn 2005 ada proyek kerjasama Indonesia & Jerman namanya SEQIP (Science Educational Quality Improvement Project) yang menurut saya itu sangat bagus. Kenapa tidak dilanjutkan. Walaupun mungkin kerjasama nya sdh berakhir, tp pendekatan pembelajaran nya sangat bagus sekali diterapkan oleh guru.
Betul sekali.. berbicara mudah..prakteknya yang susah
Salam bahagia untuk guru di Indonesia, mohon maaf pak Indra saya sangat dengan program Sinau pak Indra, tertarik saya untuk live bersama pak Indra membahas Pendidikan Sekolah Pedalaman yang saya alami pak. Terima kasih pak
Diskusi tingkat tinggi tapi mengungkapkan apa yang dirasakan kami para guru
Sangat dan sangat setuju PMM di hapus sudah ada EKINERJA BKN
saya suka paparan ibu yg mngambarkan sebesar nya
itu bagusnya Indonesia. Di daerah kami ada guru yang baru mengajar setahun tapi bisa mengajari guru yang sudah mengajar 20 tahunan.
Betul sekali ibu,,
Kalo saya lebih kmbli ke KTSP atau Kueikulum 1984 plus diperbanyak melatih 5tg perilaku dan penggunaan teknologi informasi
Melatih guru oleh guru lain, meskipun memiliki banyak keuntungan, juga bisa membawa beberapa efek negatif, antara lain:
1. Keterbatasan Perspektif: Jika hanya guru yang melatih guru lain, bisa jadi perspektif dan metode pengajaran yang diajarkan tidak bervariasi, sehingga membatasi kreativitas.
2. Kualitas Pelatihan Beragam: Tidak semua guru memiliki kemampuan untuk melatih dengan baik; ada kemungkinan metode pengajaran yang buruk atau tidak efektif disampaikan.
3. Kekurangan Materi Teoretis: Pelatihan yang dilakukan oleh sesama guru mungkin kurang mendalam dalam teori pendidikan, yang penting untuk memahami prinsip-prinsip pedagogis.
4. Resistensi Terhadap Perubahan: Guru mungkin lebih cenderung mempertahankan metode pengajaran yang sudah dikenal, sehingga mengurangi inovasi dan adaptasi terhadap perkembangan terbaru.
5. Ketidakadilan Akses: Tidak semua guru mendapatkan kesempatan pelatihan yang sama, tergantung pada siapa yang ditunjuk sebagai pelatih, sehingga menciptakan kesenjangan dalam penguasaan keterampilan.
6. Beban Kerja: Guru yang melatih mungkin merasa terbebani dengan tanggung jawab tambahan, yang dapat mempengaruhi kinerja mereka di kelas.
7. Efektivitas Pelatihan yang Terbatas: Jika pelatihan tidak diatur dengan baik, bisa jadi tidak menghasilkan perubahan signifikan dalam praktik mengajar.
8. Kurangnya Dukungan Eksternal: Pelatihan yang sepenuhnya berbasis internal mungkin kurang mendapat dukungan dari sumber daya eksternal, seperti penelitian terbaru atau praktik terbaik dari luar.
Melakukan pelatihan guru oleh guru lain perlu diimbangi dengan pendekatan yang lebih holistik, termasuk dukungan dari ahli pendidikan dan pengembangan profesional yang lebih luas.
Tolong pak Menteri yg baru agar pendidikan di Indonesia di perbaiki terutama SMK.
Betul sekali,bapak ibu.
Prog amazing tak terukur
benar sekali, tetap kami butuh ilmu yang disampaikan secara langsung bukan on line. kita gak dapat pemahaman yang kita harapkan dengan hanya lewat Zoom
Pelatihan of line saja susah memahami konsep, apalagi on line. Betul Bu.... berulang kali harus baca mandiri 🙏🏻
Narasumbernya adalah pakar di bidangnya sehingga penyampaiannya cepat dipahami, tapi orang2 seperti ini jarang digunakan karena terlalu jujur
sehat selalu mas indra n mbak aulia
Emang bener
Betul bu . Kurtilas dulu sangat tidak matang. Saya pertama kali bimtek tapi nara sumber tidak faham.
jadi ingat musim UKG, saya aengaja betul melihat hasil UKG para guru yang biasa jadi nara sumber pelatihan guru,,,,ternyata mereka banyak yang tdk lulus,dari situ saya berfikir ternyata saya lebih pinter dari mereka dalam UKG he he he padahal itu dilakukan sebanyak tiga kali...
Banyak guru penggerak dan guru pelatih meninggalkan tugas pokoknya mengajar anak anak, mereka sibuk untuk urusannya sendiri
Semoga mereka segera tersadar. Adanya program ini karena salah satunya untuk melaksanakan pendidikan berpihak pada murid. Ketika mereka melakukan itu, mungkin saat pendidikan itupun tidak tiap hari. Hanya saat pendampingan Individu. Karena selain itu dilaksanakan di luar jam mengajar. Dan yang dilaksanakan saat jam mengajar justru praktik/pelaksanaan dari ilmu yang dipelajari. Tapi lagi2 itu kembali pada pribadi masing-masing.
Ikut dulu guru penggerak donk....biar tau cara mainnya....malah guru penggerak saya lihat kerja nya lebih disiplin dari bukan guru penggerak....
Modus@@syifa3435
Kakak... Tidak semua CGP melakukan di dalam jam pelajaran.
@@MirwansyahMirwansyah-vv3ix Betul. Jika melaksanakan sesuai dengan petunjuk. Saya juga pernah mengalami PGP. Tapi seingat saya, hanya meninggalkan kelas saat Pendampingan Individu. Itupun jika terpaksa memang tdk bisa mengatur jadwal saat saya kosong jam. Dan sudah ada kesepakatan sebelumnya. Ketika saya ada pendampingan, ada guru lain yang sudah saya mintai bantuan untuk mendampingi anak belajar. Namun, memang kembali lagi pada orangnya. Pada kenyataannya, memang ada yang beralasan mengerjakan tugas CGP ketika jam mengajar. Semoga yang tidak melaksanakan sesuai aturan segera tersadar.
Benar yg disampaikan ibu tersebut, saat ini diterapkan kurikulum merdeka, penilaian banyak orang pendidikan makin amburadul. Yg pasti saat ini guru penggerak, sekolah penggerak merupakan proyek saja . Beda kurikulum terdahulu yg dibilang jadul, tapi hasil pendidikan sesuai harapan. Seperti disampaikan oleh ibu bahwa narasumber dari sesama guru yg notabene kemampuan daya tangkapnya berbeda, hingga penyampaian nya ke bawah juga beda. Imbasnya pun gak ada progres, sekedar melaksanakan tugas . Yg pasti kemampuan personal berbeda , saat ini hanya titik tumpu IT . Mgkn lebih baik ditinjau ulang program " penggerak saat ini . Ambil materi kurikulum terdahulu, kolaborasi kan dengan IT , kembang kan metode pembelajaran nya . Sampai saat ini belum ada hasil yg firasa hanya sebatas menyelesaikan tugas .
Perlu penataan yg baik.
Ditunggu diskusi berikutnya
Bagi yg mengikuti guru penggerak lebih baik ambil cuti atau mencarikan guru pengganti (honorer yg sesuai mata pelajaran yg diampu) dan dibayar olehnya supaya fokus mengikuti guru penggerak dan siswa tidak terkesampingkan haknya dalam memperoleh ilmu.
Program Guru penggerak juga baik, tetapi tidak melupakan kewajiban TUPOKSInya sbg guru.
Kurikulum KTSP secara kenyataan produk lulusannya lbh berkualitas
Bnyak Guru penggerak
Yg mengabaikan tugasnya
Sibuk dgn pmm
Webinar
Setuju
Data mana data.
lebih bagus Kurikulum 1984
@@anapol4704 fakta lapangan memang demikian. Silahkan jalan-jalan ke sekolah terdekat anda atau tanya pada anak anda kegiatan guru di sekolah memang masih aktif mengajar atau sibuk dengan laptopnya masing masing? Biar anda lihat langsung data yang anda tanya
Iya saya sangat setuju progaram KTSP N yang rerepan dengan pendidik dan peserta didik...mudah difahami
Long life education
Setuju sekali,,Nara sumbernya hanya mengajarkan teori,,tidak pernah mengajarkan prakteknya, pelatihan hanya sekedar menghabiskan dana saja
Ibu benar, ketika kami ikut zoom meeting setelahnya tk dapat ilmu.
Kurikulum 2006 masih baik dari pada kurikulum sekarang, kurikulum sekarang guru lepas mengajar di kelas dan banyak sibuk diluar kelas dan tidak ada prestasi apa2, dan kami sebagai orang tua wali jadi masalah terus dengan guru hanya karena tidak masuk kelas.
Guru di sekolahku tidak peduli anak terampil menulis bagus, anak lancar berhitung, hafal perkalian, mahir dn mengenal langkah2 pembagian susun ke bawsh. Yg penting sdh mengajar.ternyata ada beberapa murid baik laki
Sekarang guru pengerak dan guru pelatih sibuk diluar jarang di sklh
Semoga mereka segera tersadar. Adanya program ini karena salah satunya untuk melaksanakan pendidikan berpihak pada murid. Ketika mereka melakukan itu, mungkin saat pendidikan itupun tidak tiap hari. Hanya saat pendampingan Individu. Karena selain itu dilaksanakan di luar jam mengajar. Dan yang dilaksanakan saat jam mengajar justru praktik/pelaksanaan dari ilmu yang dipelajari. Tapi lagi2 itu kembali pada pribadi masing-masing.
Kalo saya lihat malah guru bukan dari gurubpenggerak yg sering absen sskolah ada urusan keluarga seminggu sekali....hehe
Guru penggerak merdeka lebih sering sibuk dengan urusan sendri, peserta didik merdeka jamkos
Mereka guru penggerak tiap hari sibuk bertemu sesama guru penggerak
Jadi menara gading dan tidak membagikan ilmunya, walau tidak semua, tapi banyak
Harusnya tidak perlu ada pelatihan guru sehinnga tidak meninngalkan kelas coba manfaatkan para pengawas untuk pelatihan sehingga bisa diteruskan ke guru-guru.
yang penting ada kegiatan
yang penting ada
yang penting ada
Tidak seutuhnya keliru guru melatih guru.....yang keliru jika yang melatih itu kemampuannya biasa biasa saja....
setuju....berbagi tidak harus yang luar buasa.yang penting bisa menginspirasi.
Secara teoritis sangat mendukung dan sukses,tetapi praktek belum memadai,tercapai sesuai dengan yang diharapkan,teori dan praktek seimbang.
Supaya adil...semua guru di beri pelatihan...sesuai sila ke 2 Pancasila...
Makanya perubahan kurikulum sejatinya perlu adanya evaluasi secara menyeluruh dan berkala. Kurikulum tidak serta merta diganti ketika mentrinya ganti. Ingat evaluasi dulu kurikulum yg sedang berjalan.
Saya juga setuju sekali kalau kembali ke kur 75 sangat cocok dan prktis
Setujuuuu....nggk bisa fokus ke anak banyak rencana yg nggk tuntas
Setuju PMM dihapus, memberatkan tugas guru
Wow mantap. Pemikiran seperti ini nich yang bikin Indonesia gak maju-maju. Jangan-jangan gagal paham sama PMM makanya ngebet PMM dihapus
Hapus aja PMM gak guna?
@@GaleriSangGuru pmm itu sama dengan praktik penggunaan uang..
Laporannya bagus..bersih ...tepat...tetapi hanya administratif...faktanya..?
Guru dg pmm bagus ...ketika ada lomba prestasi siswa ....siswa njeblug..blug... 🤣🤣🤣🤣🤣
Jangan bu. PMM bagus koq. apalagi pelatihan mandirinya sangat membantu saya belajar hal hal yang bisa mengoptimalkan pembelajaran di kelas tanpa harus nunggu panggilan dari dinas ikut pelatihan.
PMM cuan boss
MATHEOS BOTI, S.Pd SDI LIULENI HADIR dan menyimak
Benar sekali pak Indra...hanya baru kali ini Zaman Mendikbudristek pk Nadiem M...ada guru melatih guru dan mengabaikan tupoksi dari Pengawas Sekolah... Sekarang lebih exist tugas guru penggerak daripada Pengawas Sekolah..
Kalau zaman mendiknas... Tupoksi Pengawas lebih jelas karena di support olh stakeholder, sehingga untuk pelatihan2 kepala sekolah dan guru diserahkan kpd Pengawas Sekolah, karena stakeholder suda melatih para Pengawas Sekolah....
Pengawas sekarang jadi tidak uodate. Mereka ngga paham PMM sedangkan guru dilapangan harus mengerjakan PMM. Ngga nyambung antara pengawas dengan dilapangan. Cape deh
Menurut saya,pendidikan guru itu mulai dari SLTA,dulu ada SPG,dan SGO, itu lebih profesional.dari pada sekarang,dari SMA,paedagogiknya kurang.
Perlu dikaji kembali guru-guru yang melatih guru. Ada pengawas sekolah yang kompeten.
Ya...., yang namanya pelatih adalah guru
Setuju dg diskusi ini.🙏 Banyak hal yg perlu ditinjau kembali. Banyak guru yg jadi narasumber sekarang ini baru tau teori saja, prakteknya sangat minim. Pengawas Pembina jg langsung diangkat dari guru, yg tidak punya pengalam jadi kepala sekolah. Bagaimana pengawas bisa membina kepala sekolah??? 😂😂😂
Guru melatih guru...untuk efesiensi anggaran yang mungkin ada tapi tdk disalurkan dengan benar....
Hadir
Hayoo fokus para guru tugas utama nya mendidik siswa bertemu secara langsung,jg meninggalkannya...
❤sebenarnya di jaman dahulu kita sebagai orang tua di jaman sekarang kita punya kesempatan bisa membaca dan menulis saja sudah sukur dan alhamdulillah, tinggal kemauan dan minat yang membawa kita kepada yang kita sukai dan kita minati bila kita lebih ingin meningkatkan dari segi teorinya dan prakteknya kita tidak mengetahui kita harus datang atau belajar kepada siapa, nah sampai kepada sekarang atau era sekarang dengan begitu banyaknya jenis pendidikan kok begitu kurangnya di anggap mampu mendisain cara pendidikan yang sempurna (yang dari kebanyakan yang memakainya orang-orang pintar di negaranya menjadi lebih banyak) pertanyaannya ada berapa jumlah orang pintar di Indonesia?, mulai dari gelar, drs, sarjana muda, sarjana penuh, ir, Profesor dll, apa gelar-gelar itu hanya dapat di pakai sebagai kebanggaan saja tanpa bisa di ajak bekerja atau tidak mampu mempermudah semua kesulitan yang banyak terjadi di indonesia (di soal pendidikannya). ❤😂
Benar pak, jadi guru pabeulit atas tugas dan kewajibannya kepada anak didik dengan tugas melatih guru.
Ironisnya tidak sedikit guru terkesan lebih condong untuk lebih memilih tugas luar daripada menjalankan kewajiban pada anak didik yg jelas2 sangat wajib. Dengan berbagai alasan dan pertimbangan yg kita tdk tahu.
Semua guru punya hak dan kesempatan yang sama untuk peningkatan kompetensinya. Pemerintah memiliki keterbatasan dana untuk memberikan pelatihan kepada semua guru melalui tahapan dan berbagai metode seperti pelatiham secara daring atau melalui fitur PMM. Yang menjadi masalah adalah keinginan seorang guru untuk mau maju dan berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Lembaga sekolah sendiri sebenarnya punya dana BOS yang dapat digunakan untuk kegiatan peningkatan kompetensi dan muru pendidikan disekolahnya baik mutu guru maupun siswa tetapi banyak sekolah yang mengabaikannya dengan tidak menghiraukan kegiatan peningkatan kompetensi guru seperti mengutus guru untuk melakukan pelarihan metode pembelajaran, penyusunan Modul ajar, dll. Disatu sisi sekolah tidak mengadakan kegiatan pelatihan guru disekolah, menyelenggarakan pengimbasan oleh guru yang diutus, kegiatan litreasi numerasi yang kontinyu dan terprogram untuk anak² berkebutuhan khusus, dan masih banyak kepala sekolah dan pengawas sekolah saat ini yang bukan dari guru penggerak. Kegiatan pelarihan guru hamya diikuti oleh beberapa orang guru sebagai perwakilan tetapi tidak adil karena masih banyak guru guru lainnya yang juga ingin menikmati kegiatan pelatihan.
saya seorang guru ,menurut saya lebih baik PPG dihilangkan saja, dan guru langsung diberikan tunjangan seperti tunjangan sertifikasi, karena pada praktiknya PPG itu bnyak yang tidak jelas.
Apanya yg tdk jekas justru dgn mengikuti PPG guru bisa menggunakan IT.dan lewat PPG banyak masalah dlm pembelajaran yg di bahas sehingga guru bisa menggunakan konten yg menarik dan dot meningkatkan minat dan bakat siswa.
Saya rasa tidak perlu dihilangkan juga. Mungkin pelaksanaannya saja yang dibuat lebih membuat nyaman namun tetap fokus. Saya lihat PPG daljab beberapa periode ini hampir sama dengan yang dipelajari dalam pendidikan guru penggerak. Dan jika guru tersebut benar-benar memahaminya, maka mereka nantinya akan mampu utk menerapkan proses pendidikan sesungguhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Betul, banyak yg gak lulus p3k yg sudah honorer lama, kasihan, sebaiknya gak usah test2an lah,
Kelebihan di PMM siapapun yang mau dan mampu bisa jadi fasilitator, mau dari kota atau dari desa. Kalau dulu uuuuu cuma yang dari kota saja. Dengan guru jadi pelatih , sekaligus bisa jadi berbagi praktik baik
Kurikulumnya,juga dibuatkan saja dari pusat,di seragamkan,buku juga sebaiknya diseragamkan,supaya kita bisa mengukur kemampuan anak di seluruh indonesia.kalendernya juga di seragamkan.supaya tidak ada kecemburuan sosial dari sekolah lain.
Nanti di kira proyek ?
betul bu, pernah saya mengalami itu juga narasumber kami tidak paham dengan membuat rpp, disuruh kembali ke kami lagi ,gimanaaaaa ,gak ada guna pelatihan tersebut
PMM itu gudangnya ilmu. Tidak perlu dipanggil untuk pelatihan dlu baru belajar. Cukup buka PMM, guru bisa belajar, sesuka guru mau kapan belajar, tidak perlu meninggalkan kelas bljr di PMM, justru kut pelatihan/workshop jd sering ninggalin kelas bukannya begitu.. intervensi luarlah yg mbuat guru akhirnya trtekan, brlomba2, paling byk aksi nyata di anggap paling brprestasi. Makanya dlm kurma tdk tepat lagi jika memotivasi org belajar dgn kasi hadiah, ada perangkingan, ada reward dll.
Jujur ya Bu... Sangat betul. Mereka hanya dilatih ngomong dgn dikasih ppt 😂😂😂
Ada guru melatih pengawas
"dungu" nya kelewatan
Maaf saya seorang guru dan ditambah tugas sbg Ks. Yg berangkat dati SPG merasa prehatin perjalanan pendidikan saat ini seolah2 tdk menyasar pada mencerdaskan anak yg berakhlak mulya dan berkharakter seolah2 hanya utk mengejar kepentingan utk mengejar poin utk dirinya lewat PMM tolong program ini diperbaiki pedidikan guru jangan abaikan pembelajara dedatik metodhiknya mksh
Artinya bu, pelatih harus di rekrut yg berkompetensi
*masalah nya, di pelatihan-pelatihan itu, tidak ada latihan untuk olah kelas, olah metode, olah konsep* Jadi, hanya muter-muter di PPT😀😀.
Guru Melatih Guru Itu harus di pahami pak Guru mengikuti semua proses pelatihan secara luring dan guru tersebut mendapakan penghargaan dari proses pelatihan, kemudian guru tersebut harus berbagi praktik baik nya kepada rekan guru jadi tidak ada masalah guru yang mengkritik program pendidikan perlu mempertanyakan kompetensi pendidikan nya
Guru penggerak sesuai namanya......selalu bergerak kemana mana. Efeknya tugas utama yaitu mengajar di kelas terabaikan. Sekolah banyak jamkos alias jam kosong.
Sangat setuju dengan ibu aulia
Setuju sekali pm m guru penggerak yg selalu sibuk di depan lep top sedang masuk ruang kelas jarang sedang siswa SD masih butuh pendampingan yg terus menurus selama jam mengajar .
Hilangkan saja pmm dan gp
Yg harus diperbaiki adalah para dosen. Di perguruan tinggi yg memproduksi lulusan utk jadi guru.
Sangat tepat. Selama 4 tahun digembleng mjd guru, sy menemukan sarjana2 kita berkompeten rendah. Kalau pelatihan itu sofatnya hanya meng-Upgrade. Dan tidak mungkin melatih guru selama 4 tahun. Sy sendiri pd saat baru tamat kuliah fakultas pendidikan masih gagap menjadi guru. padahal IPK sy 5,3. Sy jg heran mengapa Perhuruan Tinggi tdk pernah dikritik.
Alfatihah buat Prof. Hamid