Kami pernah mengajukan beberapa solusi berupa pengolahan sampah dengan beberapa metode akan tetapi pemerintah setempat dan dinas terkait cenderung cuek dan pesimis terhadap ide kami. Andaikan pemerintah mau mendukung ide2 para pemuda yang mencoba membuat solusi akan permasalahan sampah ini, mungkin permasalahan sampah ini bisa diselesaikan atau setidaknya diminimalisasi.
Kita butuh infrastruktur skala industri mengolah gunungan organik menjadi kompos, sumber protein kinerja maggot& cacing- tanah untuk rantai- pakan perikanan- unggas. Semoga sehat-semangat berubah terarah-manfaat.
Pemkot Yogyakarta harus mewajibkan warganya memilah sampah menjadi 2 golongan yaitu organik dan anorganik.... Pokoknya ini wajib. Pemilihan sampah harga mati. Yang melanggar dihukum denda.
@@niandini2065 iyaa benar... Pemda sendiri harus konsisten memberikan contoh nyata dengan menyediakan truck truck sampah yang berbeda yaitu misalnya truck hijau khusus angkutan sampah organik dan truck kuning untuk sampah anorganik.
pemerintah harus membangun pengolah sampah. misalnya sampah di open pengering, dan langsung di bakar di dalam open tersebut supaya asapnya gak mengganggu masyarakat
Padahal korea dan jepang bisa melakukan itu dalam kurun waktu beberapa tahun. Sekarang sudah jadi budaya disana untuk milah sampah, pemerintah bangun pabrik2 daur ulang dst
Sampah adalah masalah bagi seluruh dunia, jogja mulai berbenah mengelola sampah..smoga blm terlambat. Sungai2 djogja terlihat msh jernih dan tidak bau tanda org jogja msh peduli lingkungan. #jogjaistimewa
Film yang sangat epik nyata dengan realitas kehidupan yang ada didepan mata. Sehat selalu dan sukses untuk semua tim pembuat film dan channel ini semoga tambah besar dan memberikan manfaat serta perubahan pada kehidupan yang lebih baik dan terakhir semoga masalah yang diangkat ini semoga segera muncul solusi terbaik dan teratasi. Terima kasih.
Tempat penelitianku 2020.Jadi ingat Semua tentang Yogya termaksud TPST Piyungan.wah ada pa mariyono.sehat selalu pa maryono.Terima kasih telah membantu dalam menyelesaikan Peneĺitianku dan Terima kasih untuk semua Tim homies Crew yang telah membuat Dokumenter ini.
ayo lah kampus di jogja yg jumlahnya puluhan itu turun ke lapangan, ciptakan teknologi dan inovasi yg bermanfaat bagi masyarakat sekitar.. jgn cuma cari nilai, gelar dan ijazah saja.. percuma gelar tinggi2 kalo ilmunya ga kepake..
oh, kampus sudah pada siap dengan teknologinya ... persoalannya bukan di teknologi ... tp volume, treatment, dan produk olahan, yg tidak dalam kuasa pihak kampus, dan tidak ada investor yg mau garap.
@@yupucasewarga siangpura paham, gimana caranya meminimalisir "sampah" dengan memakai barang yang tidak sekali pakai. Tapi disini, udah tau TPS tutup bukannya mengurangi sampah, malah sampah rumah tangganya dibuang di sepanjang ringroad... Peran pemerintah sangat penting tapi peran masyarakat juga tidak kalah pentingnya..
@@taufiqhuda7438 nahh itu dia edukasi dari awal emang ga gampang, tapi saya rasa masalah kebiasaan buang sampah juga ga semudah itu diubah. Ngurangin sampah misalnya itu gimana caranya? Mau semuanya dilimpahkan ke masyarakat gapapa tapi kalo udah ada pendampingan yang mapan dari pemerintah, sehingga jadi kebiasaan baru dari masyarakat itu gapapa 🙆🏻♀️. Misal, sekarang kalo buang sampah, langsung ke bank sampah, nah kan masyarakat harus mikir lagi, milahnya gimana, sampah itu banyak jenisnya dan yang mau diterima Bank Sampah yang mana aja, bawa nya ke bank sampah juga, nitip apa bawa sendiri. Proses itu semua saya bilang agak susah kalo cuma dari masyarakat kita, ditambah ada kesulitan ekonomi, kayaknya terlalu jauh kita minta mereka peduli sampah.. saya sudah mikir2 nih buat buang ke Bank Sampah tuh bagaimana.. tapi ya masih cari2, sampah apa juga yang mereka mau terima
Disini di kampung sy sampah mjd bola api yg panas. sesuatu cuan yg lezat dan seperti biasa, pihak2 yg ngeh akan kemrubut berusaha merebut/mendominasi kue sampah tsb. Warga kan mayoritas punya kebun/lahan dan 'blumbang' dan pengelolaan sampah scr konvensional sdh mjd 'pembiasaan' semenjak dulu kala, yakni dg metode 'obong2' tiap 3/4 hari sekali. Tiba2 brp taun ini diwajibkan langganan sampah dg retribusi yg skrg naik jd 30rb per bln dg pengambilan tiap minggu 2x. Lalu pihak pemdes sbg inisiator plus regulator 'mengesubkan' sampahnya di tpst kcmtn sebelah dg tarif tertentu. Ternyata tpst tsb jg 'menginduk' di 'tpst pusat' yg mungkin punya standarisasi 3r yg layak. Jd si sampah itu ter muter transit di berbagai tempat. Bbrp klmpok warga yg sadar issu lingkungan dan merasa tercerahkan dg motto 'go green' sbnrnya sdh pernah berkali2 usul n bikin proposal mndirikn tpst di ds sndiri, tp dipersulit dg ijin studi kelayakan dan seterusnya smpe dg hrs minimal punya lahan kosong yg layak sekian ratus meter persegi. Akhirnya penanganan sampah lagi2 mjd blunder terbelit aturan n birokrasi sendiri yg pd akhirnya ter muter disini sini wae..
itu kan sampahnya campuran organik dan anorganik, kalau di atasnya ditanami pohon produksi seperti sengon kemungkinan akan tumbuh, atau minimal tanaman perintis, dijadikan hutan
Pengelolaan sampah sangat buruk, sampah dimana2. Beberapa titik di pinggir jalan ring road, sampah mulai menumpuk, orang2 mulai bakar sampah terbuka di pinggir jalan, bahkan di wilayah kota. Benar2 parah
Sy pernah bawa investor asing yg siap mengubah sampah menjadi bhn bakar tanpa membebani dana APBD (Tanpa tipping fee / biaya pengelolaan sampah), namun sampai saat ini tdk ada respond dr fihak Pemprov Jogja c.q Dinas LH Prov. DIY.
tadi siang muter2 jogja dan notice sampah numpuk di beberapa tempat. Di Alun2 kidul sampah plastik/ styrofoam sekali pakai juga numpuk. Budayakan 3R, pilah sampah, ajarkan lagi ke sekolah2 dan lingkungan rumah tangga. Biasakan belanja pakai tas kain/ karton. Praktekkan biopori dan kompos tiap rumah. Jangan nunggu ada bantuan pembuatan biopori atau komposter. Mulai dari diri sendiri. Susah bgt untuk zero waste, paling tidak minimalkan penggunaan plastik. Coba ada fasilitas utk pengolahan sampah organik tiap kampung, dioperasikan warga sendiri. Pengolahan sampah organik tidak berbau kalau prosesnya tepat. Di rumahku ada 3 komposter bikinan sendiri. Ayolah mulai peduli pada lingkungan, jangan cuek dan berharap lebih pada pemerintahan terus.
Indonesia darurat sampah karena tidak terbiasanya hampir 99% rakyat untuk memilah dan memilih sampahnya Perlu pendidikan sejak dini yg intensif karena klo generasi umur 20 ke atas hari ini masih membuang sampah secara sembarangan sehingga sampah sangat susah dimanfaatkan lagi terutama 70% sampah organiknya yang harusnya menjadi kompos dan kembali lagi ke alam
Sampah berserakan, trotoar tak nyaman buat pejalan kaki apalagi difabel, spanduk reklame dipasang/tempel difasilitas umum ,,, berat buat jogja yg menyandang predikat KOTA PARIWISATA apalagi KOTA PELAJAR,,, banyak orang pintar (profesor, doktor dll) gimana bikin teknologi pengelolaan sampah yg modern, SATPOL PP bisa dikerahkan buat menertibkan pemasang reklame dan pembuangan sampah sembarangan,, kuatir buang sampah sembarangan menjadi budaya masyarakat Kota Budaya Jogja ini,,
Masyarakat tentu hanya akan bilang.. Hai kalian yg digaji negara sbg ASN dg sgl fasilitasmu, kamu kemana saja selama ini ? MOOLLOOORRRRRR.. PAAARRRRAAAHHHHH.. AKHIRNYA JADI BOM WAKTU DAN MELEDAK !!!
Reses nya DPR keluar negeri tahun2 lalu tuh sebenernya kalo bener2 studi banding bisa jadi prestasi ttng penerapan kelola sampah skala industri seperti d amrik ato singapura jadi bahan bakar sampahnya. Tapi ya gitu deh
Harusnya setiap daerah masing" mempunyai TPA sendiri" dan penanganannya sendiri", kalo gini kan kasihan pemkab Bantul, sampah dari Sleman, kota Jogja, masuknya ke Bantul, memangnya Bantul kota sampah apa ?! Sultan harusnya memberi solusi lah jangan melulu mengurusi sultan ground Mulu, demi DIY yg lebih baik, makmur,
@@emangusil3075 belum tentu. emangnya rakyat jogja kayak sultan semua? emangnya rakyat indonesia kayak jokowi semua? emangnya rakyat jakarta kayak anis semua? jangan sama-samain deh. pemimpin ya pemimpin. punya tanggung jawab sendiri.
Narasi awal video sebut kota jogja..tp kok isinya malah ada daerah lain diluar kota jogja macan kab sleman kab bantul.. Harusnya narasi video jng sebut kota Jogja tapi harusnya sebut provinsi daerah istimewa jogjakarta.intinya video diatas berisi informasi dari provinsi Jogja bukan dari kota Jogja..
tadi siang muter2 jogja dan notice sampah numpuk di beberapa tempat. Di Alun2 kidul sampah plastik/ styrofoam sekali pakai juga numpuk. Budayakan 3R, pilah sampah, ajarkan lagi ke sekolah2 dan lingkungan rumah tangga. Biasakan belanja pakai tas kain/ karton. Praktekkan biopori dan kompos tiap rumah. Jangan nunggu ada bantuan pembuatan biopori atau komposter. Mulai dari diri sendiri. Susah bgt untuk zero waste, paling tidak minimalkan penggunaan plastik. Coba ada fasilitas utk pengolahan sampah organik tiap kampung, dioperasikan warga sendiri. Pengolahan sampah organik tidak berbau kalau prosesnya tepat. Di rumahku ada 3 komposter bikinan sendiri. Ayolah mulai peduli pada lingkungan, jangan cuek dan berharap lebih pada pemerintahan terus.
kalo urusannya cuma rumah tangga, bisa diatasi sendiri. kalo cuma se RW, masih mungkin dikelola mandiri. Masalahnya ini urusan publik, se provinsi, yang membutuhkan solusi kebijakan yang sistemik dan masif. dan itu tanggung jawab yang hanya bisa dilakukan pemerintah. Tidak mungkin bisa hanya dilakukan gerakan individu maupun kelompok kecil saja. Jadi pemerintah yang kerjanya dibayar dari uang rakyat itu memang sudah tugasnya untuk melayani rakyat dan mengatur rakyat dengan benar. Jadi wajar rakyat menuntut tanggungjawab mereka. lihat di film ini, pejabatnya hanya menjawab normatif ga jelas. Sementara menurut bapak pemulung dan warga, dinas hanya menjanjikan ini itu, tapi banyak yang tidak direalisasikan
@@sirdidirich7618 memang tanggungjawab pemerintah dan dinas terkait utk mengelola sampah secara akumulatif. Fasilitas mahal utk mengelola sampah secara modern di luar negeri juga nyatanya entah dibakar utk energi atau dipack dan dikirim ke negara2 berkembang. Banyak sampah yg susah diproses. Ingat kontainer2 sampah dari luar negeri? Apa kita cuma menunggu tindakan pemerintah? Lakukan dulu apa yg kita bisa utk saat ini. Dengan memilah sampah organik dan anorganik, tumpukan sampah yg ada di penampungan sampah lingkungan tidak akan berbau. Sampah daun/ sisa sayur nggak harus dibungkus plastik dan dibuang ke sampah kan? Penggunaan plastik sekali pakai bisa kan dihindari? Di Piyungan, tpanya sudah overload. Apa masyarakat mau ada tpa baru didirikan dekat lingkungannya? Sultan sudah menyediakan tpa alternatif sekarang. Please, lakukan apa yg kamu bisa utk menjaga lingkungan kita, dari diri sendiri dulu.
tadi siang muter2 jogja dan notice sampah numpuk di beberapa tempat. Di Alun2 kidul sampah plastik/ styrofoam sekali pakai juga numpuk. Budayakan 3R, pilah sampah, ajarkan lagi ke sekolah2 dan lingkungan rumah tangga. Biasakan belanja pakai tas kain/ karton. Praktekkan biopori dan kompos tiap rumah. Jangan nunggu ada bantuan pembuatan biopori atau komposter. Mulai dari diri sendiri. Susah bgt untuk zero waste, paling tidak minimalkan penggunaan plastik. Coba ada fasilitas utk pengolahan sampah organik tiap kampung, dioperasikan warga sendiri. Pengolahan sampah organik tidak berbau kalau prosesnya tepat. Di rumahku ada 3 komposter bikinan sendiri. Ayolah mulai peduli pada lingkungan, jangan cuek dan berharap lebih pada pemerintahan terus.
kalo urusannya cuma rumah tangga, bisa diatasi sendiri. kalo cuma se RW, masih mungkin dikelola mandiri. Masalahnya ini urusan publik, se provinsi, yang membutuhkan solusi kebijakan yang sistemik dan masif. dan itu tanggung jawab yang hanya bisa dilakukan pemerintah. Tidak mungkin bisa hanya dilakukan gerakan individu maupun kelompok kecil saja. Jadi pemerintah yang kerjanya dibayar dari uang rakyat itu memang sudah tugasnya untuk melayani rakyat dan mengatur rakyat dengan benar. Jadi wajar rakyat menuntut tanggungjawab mereka. lihat di film ini, pejabatnya hanya menjawab normatif ga jelas. Sementara menurut bapak pemulung dan warga, dinas hanya menjanjikan ini itu, tapi banyak yang tidak direalisasikan@@drthary2009
Kami pernah mengajukan beberapa solusi berupa pengolahan sampah dengan beberapa metode akan tetapi pemerintah setempat dan dinas terkait cenderung cuek dan pesimis terhadap ide kami. Andaikan pemerintah mau mendukung ide2 para pemuda yang mencoba membuat solusi akan permasalahan sampah ini, mungkin permasalahan sampah ini bisa diselesaikan atau setidaknya diminimalisasi.
usulnya ke dinas apa mas?
@@fajarfjr1726 Ke DLH mas
Yuk kita sbg turis d jogha jg turut mengurangi sampah. Bawa tumbler klo pgn jajan es
Boleh tau solusinya apa?
mungkin mereka malas, ditambahin kerjaan mas. wkwkwk
DIY itu kaya, wilayah luas dan banyak lahan kosong, ga kekurangan ahli.
Sepertinya memang terjadi pembiaran.
Kita butuh infrastruktur skala industri mengolah gunungan organik menjadi kompos, sumber protein kinerja maggot& cacing- tanah untuk rantai- pakan perikanan- unggas. Semoga sehat-semangat berubah terarah-manfaat.
apik
pemerintahnya kurang inovasi, masyarakatnya nerimo ing pandum...
sementara itu "katepemu wong ngendi" hehehe
Di seluruh jawa pokok permasalahan adalah sampah.hutan yang menjadi lahan pertanian dan perumahan liar.
Pemkot Yogyakarta harus mewajibkan warganya memilah sampah menjadi 2 golongan yaitu organik dan anorganik.... Pokoknya ini wajib. Pemilihan sampah harga mati. Yang melanggar dihukum denda.
Pengangkutan sampah dari pemda masih jadi satu truk antara organik dan non organik brow
@@niandini2065 iyaa benar... Pemda sendiri harus konsisten memberikan contoh nyata dengan menyediakan truck truck sampah yang berbeda yaitu misalnya truck hijau khusus angkutan sampah organik dan truck kuning untuk sampah anorganik.
kalo rakyat dienda cm krn smpah..nanti viral..dsini orng mskin slslu benar dan dibela netisen..kebal hukum
pemerintah harus membangun pengolah sampah. misalnya sampah di open pengering, dan langsung di bakar di dalam open tersebut supaya asapnya gak mengganggu masyarakat
sampah kalo cuma ditumpuk gitu ya pasti bakalan penuh TPAnya,,dananya jangan cuma buat renovasi alun-alun.
Kita perlu membersihkan dulu instusi pemerintah dari pejabat-pejabat sampah baru masalah ini cepat selesai
Padahal korea dan jepang bisa melakukan itu dalam kurun waktu beberapa tahun.
Sekarang sudah jadi budaya disana untuk milah sampah, pemerintah bangun pabrik2 daur ulang dst
nanti kantornya kosong dong mas, kalo yang sampah dibersihkan semua. wkwk
Kotanya kecil, penduduk sedikit, sultan ground luas, ahli nya banyak ...
Memang malas kerja saja
ga kerja juga ga akan diganti kok. seumur hidup. terus anaknya tinggal gantiin
Jujur😂
Karya filmnya sangat bagus skali...lengkap dan narasinya jg bagus...
Terimakasih
Sampah adalah masalah bagi seluruh dunia, jogja mulai berbenah mengelola sampah..smoga blm terlambat.
Sungai2 djogja terlihat msh jernih dan tidak bau tanda org jogja msh peduli lingkungan.
#jogjaistimewa
Film yang sangat epik nyata dengan realitas kehidupan yang ada didepan mata. Sehat selalu dan sukses untuk semua tim pembuat film dan channel ini semoga tambah besar dan memberikan manfaat serta perubahan pada kehidupan yang lebih baik dan terakhir semoga masalah yang diangkat ini semoga segera muncul solusi terbaik dan teratasi. Terima kasih.
Terimakasih atas apresiasinya
Sepertinya pernah dengar bahwa pemerintah kota Surabaya menggunakan teknologi mengolah sampah menjadi energi listrik
Tempat penelitianku 2020.Jadi ingat Semua tentang Yogya termaksud TPST Piyungan.wah ada pa mariyono.sehat selalu pa maryono.Terima kasih telah membantu dalam menyelesaikan Peneĺitianku dan Terima kasih untuk semua Tim homies Crew yang telah membuat Dokumenter ini.
Terimakasih juga atas apresiasinya
@@homiescrew sama sama admin .Semoga selalu diberkati dan menghasilkan karia karia hebat selanjutnya.😇
@@akonemproduction3713 Amin..
tinggal kemauan pemerintah dan institusi yang berwenang di jogja, dana sebenarnya ada, cuma mungkin hitungannya masih kurang, kurang untuk di kentit 😄
di malaysia itu indah bersih dan sihat
ayo lah kampus di jogja yg jumlahnya puluhan itu turun ke lapangan, ciptakan teknologi dan inovasi yg bermanfaat bagi masyarakat sekitar.. jgn cuma cari nilai, gelar dan ijazah saja.. percuma gelar tinggi2 kalo ilmunya ga kepake..
harusnya pak, tapi kian tahun Kurikulum di bentuk makin membuat mahasiswa sibuk mencari nilai dan menghafal sejarah dan hanya teori.
Wwkwkwkw gelar hanya sekedar tempelan.....pengamalan dan inovasi nol besar
@@andreasirawan1906 wkwkw betul bang, tapi faktanya begitu
oh, kampus sudah pada siap dengan teknologinya ... persoalannya bukan di teknologi ... tp volume, treatment, dan produk olahan, yg tidak dalam kuasa pihak kampus, dan tidak ada investor yg mau garap.
Penting bisa teriak" Dipinggir jln.
Makasih atas karyanya. Sampah adalah masalah peradaban maju.
Di singapura maju, tapi sampah bisa diolah jadi bukan masalah lagi, malah sumber energi..
Terimakasih atas apresiasinya
@@yupucasewarga siangpura paham, gimana caranya meminimalisir "sampah" dengan memakai barang yang tidak sekali pakai. Tapi disini, udah tau TPS tutup bukannya mengurangi sampah, malah sampah rumah tangganya dibuang di sepanjang ringroad...
Peran pemerintah sangat penting tapi peran masyarakat juga tidak kalah pentingnya..
@@taufiqhuda7438 nahh itu dia edukasi dari awal emang ga gampang, tapi saya rasa masalah kebiasaan buang sampah juga ga semudah itu diubah. Ngurangin sampah misalnya itu gimana caranya? Mau semuanya dilimpahkan ke masyarakat gapapa tapi kalo udah ada pendampingan yang mapan dari pemerintah, sehingga jadi kebiasaan baru dari masyarakat itu gapapa 🙆🏻♀️. Misal, sekarang kalo buang sampah, langsung ke bank sampah, nah kan masyarakat harus mikir lagi, milahnya gimana, sampah itu banyak jenisnya dan yang mau diterima Bank Sampah yang mana aja, bawa nya ke bank sampah juga, nitip apa bawa sendiri. Proses itu semua saya bilang agak susah kalo cuma dari masyarakat kita, ditambah ada kesulitan ekonomi, kayaknya terlalu jauh kita minta mereka peduli sampah.. saya sudah mikir2 nih buat buang ke Bank Sampah tuh bagaimana.. tapi ya masih cari2, sampah apa juga yang mereka mau terima
Alat pemilah sampah sudah banyak di pasaran,tinggal kita mau ngga menggunakan metode pemilahan agar tidak cepat penuh tpst
Disini di kampung sy sampah mjd bola api yg panas. sesuatu cuan yg lezat dan seperti biasa, pihak2 yg ngeh akan kemrubut berusaha merebut/mendominasi kue sampah tsb. Warga kan mayoritas punya kebun/lahan dan 'blumbang' dan pengelolaan sampah scr konvensional sdh mjd 'pembiasaan' semenjak dulu kala, yakni dg metode 'obong2' tiap 3/4 hari sekali. Tiba2 brp taun ini diwajibkan langganan sampah dg retribusi yg skrg naik jd 30rb per bln dg pengambilan tiap minggu 2x. Lalu pihak pemdes sbg inisiator plus regulator 'mengesubkan' sampahnya di tpst kcmtn sebelah dg tarif tertentu. Ternyata tpst tsb jg 'menginduk' di 'tpst pusat' yg mungkin punya standarisasi 3r yg layak. Jd si sampah itu ter muter transit di berbagai tempat. Bbrp klmpok warga yg sadar issu lingkungan dan merasa tercerahkan dg motto 'go green' sbnrnya sdh pernah berkali2 usul n bikin proposal mndirikn tpst di ds sndiri, tp dipersulit dg ijin studi kelayakan dan seterusnya smpe dg hrs minimal punya lahan kosong yg layak sekian ratus meter persegi. Akhirnya penanganan sampah lagi2 mjd blunder terbelit aturan n birokrasi sendiri yg pd akhirnya ter muter disini sini wae..
itu kan sampahnya campuran organik dan anorganik, kalau di atasnya ditanami pohon produksi seperti sengon kemungkinan akan tumbuh, atau minimal tanaman perintis, dijadikan hutan
salfok sama kaos ketua komunitas mardiko...sampe dibela2in dibalik, biar dapet logo UGM nya
Semoga lekas teratasi. Mau ikut andil namun saya bukan ktp jogja. Dan tidak punya solusi juga
Jadi inget jaman dulu PKSpiyungan
semoga nantinya ada solusi yang terbaik❤❤
Msih byk tanah kosong , tinggal niatnya.
Kaosnya bikin salah fokus.. se fakultas kita pak.. 😊
Pengelolaan sampah sangat buruk, sampah dimana2. Beberapa titik di pinggir jalan ring road, sampah mulai menumpuk, orang2 mulai bakar sampah terbuka di pinggir jalan, bahkan di wilayah kota. Benar2 parah
Pemerintah sudah membuat proyek percontohan untuk pengelolaan sampah salah satu nya TPS3R.
TPS3R ini hanya mengolah sampah organik adapun yg residu tetap di buang ke Piyungan
Sy pernah bawa investor asing yg siap mengubah sampah menjadi bhn bakar tanpa membebani dana APBD (Tanpa tipping fee / biaya pengelolaan sampah), namun sampai saat ini tdk ada respond dr fihak Pemprov Jogja c.q Dinas LH Prov. DIY.
Mungkin bisa untuk campuram bahan bakar power plan atau bahan campuran bangunan / bahan cor jalan dll
Perlu fibuatkan.pabrik daur ulang...yg berwungsi jadi pupuk....dll
dari pada mengkampanyekan strategi politik, sampah lebih penting di kelarin dlu
Angel golek wong sing gelem kerjo lan ora rakus Kuoso..
tadi siang muter2 jogja dan notice sampah numpuk di beberapa tempat. Di Alun2 kidul sampah plastik/ styrofoam sekali pakai juga numpuk. Budayakan 3R, pilah sampah, ajarkan lagi ke sekolah2 dan lingkungan rumah tangga. Biasakan belanja pakai tas kain/ karton. Praktekkan biopori dan kompos tiap rumah. Jangan nunggu ada bantuan pembuatan biopori atau komposter. Mulai dari diri sendiri. Susah bgt untuk zero waste, paling tidak minimalkan penggunaan plastik. Coba ada fasilitas utk pengolahan sampah organik tiap kampung, dioperasikan warga sendiri. Pengolahan sampah organik tidak berbau kalau prosesnya tepat. Di rumahku ada 3 komposter bikinan sendiri. Ayolah mulai peduli pada lingkungan, jangan cuek dan berharap lebih pada pemerintahan terus.
lumayan bisa mengurangi penggunaan, kan di jogja banyak yg nganggur.. itung2 cuan dari jual kompos
Zona marginal...Just Viral No Justice
Kalo sampah organic kan bisa ancur masih mending deh dibanding plastic yang susah ancur makanya bikin pltu sampah
Indonesia darurat sampah karena tidak terbiasanya hampir 99% rakyat untuk memilah dan memilih sampahnya
Perlu pendidikan sejak dini yg intensif karena klo generasi umur 20 ke atas hari ini masih membuang sampah secara sembarangan sehingga sampah sangat susah dimanfaatkan lagi terutama 70% sampah organiknya yang harusnya menjadi kompos dan kembali lagi ke alam
nikmatnya masa jabatan unlimited
Sampah berserakan, trotoar tak nyaman buat pejalan kaki apalagi difabel, spanduk reklame dipasang/tempel difasilitas umum ,,, berat buat jogja yg menyandang predikat KOTA PARIWISATA apalagi KOTA PELAJAR,,, banyak orang pintar (profesor, doktor dll) gimana bikin teknologi pengelolaan sampah yg modern, SATPOL PP bisa dikerahkan buat menertibkan pemasang reklame dan pembuangan sampah sembarangan,, kuatir buang sampah sembarangan menjadi budaya masyarakat Kota Budaya Jogja ini,,
Ternyata permasalahan sampah masih menjadi momok, kirain udah selesai. Soalnya,gk ada orang² di dewan dan pemerintahan yg serius tentang ini.
Masyarakat tentu hanya akan bilang.. Hai kalian yg digaji negara sbg ASN dg sgl fasilitasmu, kamu kemana saja selama ini ? MOOLLOOORRRRRR.. PAAARRRRAAAHHHHH.. AKHIRNYA JADI BOM WAKTU DAN MELEDAK !!!
Mungkin bisa belajar dari kota Surabaya untuk pengelolaan Sampah
Reses nya DPR keluar negeri tahun2 lalu tuh sebenernya kalo bener2 studi banding bisa jadi prestasi ttng penerapan kelola sampah skala industri seperti d amrik ato singapura jadi bahan bakar sampahnya. Tapi ya gitu deh
Harusnya setiap daerah masing" mempunyai TPA sendiri" dan penanganannya sendiri", kalo gini kan kasihan pemkab Bantul, sampah dari Sleman, kota Jogja, masuknya ke Bantul, memangnya Bantul kota sampah apa ?! Sultan harusnya memberi solusi lah jangan melulu mengurusi sultan ground Mulu, demi DIY yg lebih baik, makmur,
Jogja itu di pinpin oleh orang yg beruntung bukan orang yg berkompeten.,.
kalo mau kerja sebenernya bisa aja nemu solusinya, pun punya kuasa dan dana
Apapun jadi masalah bila dipimpin orang gak profesional dan korup
pemimpin cerminan rakyatnya
@@emangusil3075 belum tentu. emangnya rakyat jogja kayak sultan semua? emangnya rakyat indonesia kayak jokowi semua? emangnya rakyat jakarta kayak anis semua? jangan sama-samain deh. pemimpin ya pemimpin. punya tanggung jawab sendiri.
@@sirdidirich7618 Jokowi yg memilih rakyatnya, Sultan ya cerminan rakyatnya.. rakyat disiplin pemimpin disiplin
Duitnya dikemanakan untuk pengelolaan sampah, bikin kek PLTSA.
Sampahnya orang kota dibebankan ke pemerintah dan orang desa.
Katanya ada dana 50jt/pedukuhan untuk mengelola sampah,, apakah sudah berjalan/sesuai??
Narasi awal video sebut kota jogja..tp kok isinya malah ada daerah lain diluar kota jogja macan kab sleman kab bantul..
Harusnya narasi video jng sebut kota Jogja tapi harusnya sebut provinsi daerah istimewa jogjakarta.intinya video diatas berisi informasi dari provinsi Jogja bukan dari kota Jogja..
Salah mas, gakpo2 penting paham konteks.
sehingga sehingga sehingga
Up
Pmrth jgj kelihatanya sante😂
Padahal udah mbayar ke orang yang mau angkut sampah harian 40 ribu
kekne alkid wae
tadi siang muter2 jogja dan notice sampah numpuk di beberapa tempat. Di Alun2 kidul sampah plastik/ styrofoam sekali pakai juga numpuk. Budayakan 3R, pilah sampah, ajarkan lagi ke sekolah2 dan lingkungan rumah tangga. Biasakan belanja pakai tas kain/ karton. Praktekkan biopori dan kompos tiap rumah. Jangan nunggu ada bantuan pembuatan biopori atau komposter. Mulai dari diri sendiri. Susah bgt untuk zero waste, paling tidak minimalkan penggunaan plastik. Coba ada fasilitas utk pengolahan sampah organik tiap kampung, dioperasikan warga sendiri. Pengolahan sampah organik tidak berbau kalau prosesnya tepat. Di rumahku ada 3 komposter bikinan sendiri. Ayolah mulai peduli pada lingkungan, jangan cuek dan berharap lebih pada pemerintahan terus.
kalo urusannya cuma rumah tangga, bisa diatasi sendiri. kalo cuma se RW, masih mungkin dikelola mandiri. Masalahnya ini urusan publik, se provinsi, yang membutuhkan solusi kebijakan yang sistemik dan masif. dan itu tanggung jawab yang hanya bisa dilakukan pemerintah. Tidak mungkin bisa hanya dilakukan gerakan individu maupun kelompok kecil saja.
Jadi pemerintah yang kerjanya dibayar dari uang rakyat itu memang sudah tugasnya untuk melayani rakyat dan mengatur rakyat dengan benar. Jadi wajar rakyat menuntut tanggungjawab mereka.
lihat di film ini, pejabatnya hanya menjawab normatif ga jelas. Sementara menurut bapak pemulung dan warga, dinas hanya menjanjikan ini itu, tapi banyak yang tidak direalisasikan
@@sirdidirich7618 memang tanggungjawab pemerintah dan dinas terkait utk mengelola sampah secara akumulatif. Fasilitas mahal utk mengelola sampah secara modern di luar negeri juga nyatanya entah dibakar utk energi atau dipack dan dikirim ke negara2 berkembang. Banyak sampah yg susah diproses. Ingat kontainer2 sampah dari luar negeri? Apa kita cuma menunggu tindakan pemerintah? Lakukan dulu apa yg kita bisa utk saat ini. Dengan memilah sampah organik dan anorganik, tumpukan sampah yg ada di penampungan sampah lingkungan tidak akan berbau. Sampah daun/ sisa sayur nggak harus dibungkus plastik dan dibuang ke sampah kan? Penggunaan plastik sekali pakai bisa kan dihindari? Di Piyungan, tpanya sudah overload. Apa masyarakat mau ada tpa baru didirikan dekat lingkungannya? Sultan sudah menyediakan tpa alternatif sekarang. Please, lakukan apa yg kamu bisa utk menjaga lingkungan kita, dari diri sendiri dulu.
tadi siang muter2 jogja dan notice sampah numpuk di beberapa tempat. Di Alun2 kidul sampah plastik/ styrofoam sekali pakai juga numpuk. Budayakan 3R, pilah sampah, ajarkan lagi ke sekolah2 dan lingkungan rumah tangga. Biasakan belanja pakai tas kain/ karton. Praktekkan biopori dan kompos tiap rumah. Jangan nunggu ada bantuan pembuatan biopori atau komposter. Mulai dari diri sendiri. Susah bgt untuk zero waste, paling tidak minimalkan penggunaan plastik. Coba ada fasilitas utk pengolahan sampah organik tiap kampung, dioperasikan warga sendiri. Pengolahan sampah organik tidak berbau kalau prosesnya tepat. Di rumahku ada 3 komposter bikinan sendiri. Ayolah mulai peduli pada lingkungan, jangan cuek dan berharap lebih pada pemerintahan terus.
Setuju banget ❤😊👍
kalo urusannya cuma rumah tangga, bisa diatasi sendiri. kalo cuma se RW, masih mungkin dikelola mandiri. Masalahnya ini urusan publik, se provinsi, yang membutuhkan solusi kebijakan yang sistemik dan masif. dan itu tanggung jawab yang hanya bisa dilakukan pemerintah. Tidak mungkin bisa hanya dilakukan gerakan individu maupun kelompok kecil saja.
Jadi pemerintah yang kerjanya dibayar dari uang rakyat itu memang sudah tugasnya untuk melayani rakyat dan mengatur rakyat dengan benar. Jadi wajar rakyat menuntut tanggungjawab mereka.
lihat di film ini, pejabatnya hanya menjawab normatif ga jelas. Sementara menurut bapak pemulung dan warga, dinas hanya menjanjikan ini itu, tapi banyak yang tidak direalisasikan@@drthary2009
saya dulu sebelum kerja pernah ternak maggot BSF, lumayan cepet hancurkan sampah..