Muqawimatul Ridha fis Suwfiati(مقومات الرضا في الصوفية)(Makomat Ridha dalam ajaran Tasawuf) Part.1.

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 31 янв 2025

Комментарии • 2

  • @udadoni4072
    @udadoni4072 18 дней назад

    Masyak Allah

  • @adangsutisno3517
    @adangsutisno3517  18 дней назад +2

    Salah satu ajaran yang masih dianggap tabu sampai sekarang adalah tasawuf atau sufisme. Ada yang mengatakannya bukan ajaran Islam, bahkan ada yang menganggapnya ajaran sesat. Akan tetapi, jika kita pelajari lebih dalam sebenarnya tasawuf tidak seperti yang disangka oleh banyak orang. Memang ada beberapa aliran dalam tasawuf yang ekstrim, tetapi ada juga yang masih sejalan dengan syariat.
    Salah satu konsep yang saat ini sering disalah artikan oleh masyarakat adalah tarekat. Tarekat dalam pengertian saat ini adalah sebuah kelompok atau komunitas tertentu yang memiliki ritual atau bacaan dzikir khusus yang diajarkan oleh mursyid (guru tarekat) mereka. Padahal kalau kita tarik lagi ke definisi awal dari tarekat dengan mengacu pada pendapat As Sarraj (dalam kitab al Luma Fi Tasawwuf), tarekat adalah jalan yang harus ditempuh oleh seorang sufi yang hendak menuju pincak spiritual.
    Dalam kitab Al Luma Fi Tasawwuf yang ditulis oleh Abu Nasr As Sarraj disebutkan bahwa maqam atau tingkatan spiritual ada 7 Tujuh.
    1. Pertama, tobat. Tingkatan pertama adalah tobat. Dalam hal ini tobat dijelaskan sebagai kesadaran akan kesalahan dan dosa dan ada keinginan yang kuat untuk meminta ampunan kepada Allah dan janji yang kuat pada diri sendiri untuk tidak mengulangi lagi kesalahan dan dosa yang lalu.
    2. Kedua, Wara’. Perilaku wara diartikan sebagai meninggalkan segala sesuatu yang subhat (tidak jelas asal usulnya). Dalam pengertian ini yang dimaksud dengan segala hal yang tidak jelas asal usulnya adalah yang menyangkut dengan sesuatu yang dimakan atau yang dikenakan oleh seorang sufi. Misalnya, seorang sufi akan menolak makanan yang tidak jelas asal usulnya atau ada kemungkinan ia berasal dari sesuatu yang haram.
    3. Ketiga, Zuhud. Perilaku zuhud diartikan sebagai meninggalkan segala sesuatu yang menyangkut urusan duniawi, misalnya harta benda dan sebagainya. Dalam hal ini sufi sangat dilarang mencintai dunia karena hal itu bisa melalaikan mereka dari Allah SWT.
    4. Keempat, fakir. Fakir di sini bukan berarti orang yang tidak punya penghasilan tetap dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Akan tetapi, fakir disini berarti prinsip yang diyakini oleh sufi bahwa tidak ada yang ia butuhkan di dunia ini selain Allah dan ia tidak punya apa-apa di dunia ini kecuali hanya Allah.
    5. Kelima, sabar syukur. Sabar dan Syukur dalam pengertian ini adalah sabar dalam menghadapi ujian, sabar dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT, dan sabar dalam meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah. Perilaku sabar ini dapat juga diartikan menahan diri segala kekecewaan dan sebagainya atas keputusan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Dengan prilaku demikian maka dia bisa berSyukur dalam keadaan apapun setuasinya.
    6. Keenam, tawakkal. Tingkatan keenam adalah tawakkal yang berarti berserah diri kepada Allah SWT. Dalam hal ini seorang sufi akan menyerahkan segala yang terjadi pada dirinya kepada Allah. Dengan adanya perilaku
    tawakkal itu akan membawa pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu ridha. Alhamdulilah Makomat makomat tersebut 1 s/d 6 sudah kita bahas dirisalah risalah
    sebelumnya .Sekarang kita Tutup dibulan Rajab ini diMakomat 7 yaitu Ridha Allah. Selanjutnya kita memasuki amalan amalan bulan Rajab diantaranya
    التحضير لصيام الرومادون الواجب باستخدام الصوفية وممارساتها
    Artinya : “ Persiapan puasa Wajib Rhomadon secara Tasawuf dan Amalannya”
    7. Ketujuh, Ridha. Ridha adalah puncak dari maqam atau
    tingkatan spiritual seorang sufi. Ridha dlm hal ini adalah kepuasan dan kebahagiaan atas apa saja yang terjadi dalam hidup. Artinya, seorang sufi itu bahagia meskipun hidupnya miskin dan sengsara karena yang ada dalam pikiran dan hatinya adalah kebahagiaan karena dekat dengan Allah SWT.
    Ridha: Ridha berarti : تقبل كل ما يحدث لك في هذا العالمMenerima semua yang menimpa diri dalam dunia ini.
    Ridha berarti sebuah sikap menerima dengan lapang dada dan senang terhadap apapun keputusan Allah kepada seorang hamba, meskipun hal tersebut me- nyenangkan atau tidak. Sikap ridha merupakan buah dari kesungguhan seseorang dalam menahan hawa nafsunya.
    Jadi hakikat ridha adalah tatkala hati senantiasa dalam keadaan sibuk mengingat-nya tentuya ingatnya kepada Allah itulah yang disebut DZIKRULLAH . Dengan begitu dapat memahami bahwa seluruh aktivitas kehidupan manusia hendaknya selalu berada dalam kerangka mencari ke-ridha-an Allah. Karenanya Orang yang sering ber Sikap ridha terhadap ketentuan dan kepastian
    Takdir Allah, dia akan menjadikan Allah sebagai penuntun dalam segala urusannya, dia akan berpegang teguh selalu kepadaNya, dan yakin bahwa Dia Allah SWT akan menentukan yang terbaik bagi dirinya.
    Hal ini diFirmankan Allah: QS. Al Maaidah [5]: 119 .
    قَالَ اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
    Artinya : Allah berfirman, “Ini adalah hari yang kebenaran orang-orang yang benar bermanfaat bagi mereka. Bagi merekalah surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.”Untuk lebih jelasnya Orag yang sudah mencapai Makomat Rido bisa disebut sering ber Sikap Ridha contohnya sebagai berikut:
    كل ما يحدث لنا هو بإرادته. واجبنا كبشر هو فقط أن نحاول أن نضع ثقتنا فيه. يجب أن نسعد دائما بالقضاء
    وقدره وإن كان في بعض الأحيان مريرا ومؤلما
    Artinya : Segala sesuatu yang menimpa kita adalah kehendak-Nya. Tugas kita sebagai manusia hanyalah berusaha dan bertawakal kepada-Nya. Kita selayaknya senantiasa bersikap ridha kepada qadha dan qadar-Nya walaupun terkadang pahit dan me nyakit-kan.