Duhh finally ada yg bahas ini dari dulu mikir mereka ini kerjanya cuma repost2 doang tanpa sumber yang gajelas terus beritanya juga setengah2. Enak banget yaaa. Oh iya tambahan apalagi skrng tv juga cuma comot2 kehidupan artis atau berita2 viral dari medsos doang tanpa ada izin deh rasa aku dan wartawan tuh jadi kayak ga guna lagi deh :(
Wartawan masih tetep nyari berita kok. Beberapa temen yg jd wartawan kerjaannya jg terus ada. Cuma emang bnyak footage yg diambil dr sosmed orang lain.
@@OfficialKerangkaBerfikirmau tanya bang klau footage diambil sosmed aja kan bisa aja ada misleading informasi ?kan wartawan harus kelapangan dan harus menyampaikan data faktual/data real. Footage di social media apalagi skrang ada ai bisa di manipulasi loh
@@gedediva nah minusnya disitu. Kadang jika ada org yg bersangkutan yang merasa namanya terseret akan mengajak pembuat artikelnya untuk bertemu dan klarifikasi. Dan kebanyakan org yg udh punya nama di pemerintahan akan bawa media asli buat backup jika artikel yang merugikan kepada korban ada unsur hoax/misinformation.. makannya wartawan asli akan tetap di atas homeless media itu disitulah benefitnya. Karna wartawan akan punya koneksi ke org² besar dan para pemilik homeless media ini akan tetap berada di jalan yg sama. Dan wartawan asli juga resiko nya lebih besar karna ketika misinformation terjadi maka penulis artikelnya yg akan di seret Karna wartawan biasanya mencantumkan namanya saat pembuatan artikel berita tsb
@@gedediva sebagai org yg pernah ikut didalam kegiatan wartawan gua juga dulunya bingung. Kenapa org² pemerintahan ttp pakai wartawan asli untuk klarifikasi ataupun perbincangan politik ketimbang homeless media. Dan baru sadar ternyata para wartawan asli akan bisa di minta pertanggung jawabannya ketimbang homeless media yang kita gk tau office nya dimana dan siapa nama asli penulisnya
Saya selalu ingin isu ini diangakat.. saya mual dan muak dgn tribun dan homeless media hiperbola.. apalagi kalau mereka uda masuk ke ranah politik.. khwatir menggiring ibu2 dan anak sdm rendah.. (saya pun sdm rendah tapi tak pernah kena framing media abal2)
Lah gw dulu pernah magang di salah satu start up web di bali. Ternyata si owner punya bisnis homeless media. Nah gw pegang salah satu akunnya yang menyediakan informasi di area jakarta. awalnya gw bingung ya kan gw di bali, ownernya, kantornya juga di bali, gimana bisa dapat info ttg jakarta? Kata atasan gw "ya repost dari berita & akun serupa". Gw waktu itu kayak ngerasa bersalah banget karena gw tau media kek gini rentan banget kena hoax, apalagi gw share berita yang mana gw ngga bisa divalidasi. Tapi apadaya tuntutan magang😢 Dan serius capek banget pegang akun homeless media, karena kita ditarget buat ngepost info berbeda setiap 15 menit sekali, bahkan sampe beritanya pun udah habis, akhirnya kita selingin pakai jokes meme🤯 Setelah 2 bulan pegang tuh akun gw akhirnya tau kenapa akun akun kek gini banyak dibikin, ya buat dapaten endorse. Rate endorsementnya ngga mahal, tapi lumayan sering karena murah. Dan yang endorse tuh banyakan skin care abal abal. Makin merasa bersalah anjir gw nya. Untungnya gw cuma magang ya kan, 3 bulan lulus magang udah seger bebas.
Keluar aja bang, masih banyak kerjaan lain. Gua juga dulu kerja di media jelek, hati nggak tenang, nggak enak, akhirnya memutuskan huat keluar pas hari Buruh kemarin.
Nah aku jg sempet berfikir gitu.. Yg paling nyebelin lg klo itu udh ngejangkit ke orang terdekat kita, dan ketika saya menjelaskan sesuatu dengan cara yg detail, padat untuk mengurangi kesalahfahaman ehh otak yg ngenyimak cuma bisa bertahan fokusnya cuma di 50 detik awal pembicaraan.
@@rahmatullaha824 Ya mau gamainapun dirimu jg blum tau seperti apa aku ketika lg bahas begituan kek orang terdekatku. Tp yg jelas mreka memang sebelumnya udh dibuat capek banget ketika masih jd akademisi, selalu berprestasi, punya jabatan penting pas waktu di sekolah dan diblakang itu semua mreka mau melakukan itu bukan karena mreka yg menginginkan hal itu sepenuhnya, tp ada orang tua dan orang terdekatnya pas masa itu yg memberi ekspektasi dan penekanan supaya 'Dia' bisa seperti 'Anak tetangga'. Orang² seperti itu ketika udh melewati dunia akademisi terus terjun ke dunia nyata nah mereka² ini berprestasi dalam bidang akademis tp ternyata bukan jadi jaminan yg meyakinkan klo cara berfikir dan pola berfikir mreka jg akan sehat dan baik atau pintar.
Serius ini mengerikan, mereka cuma ngasih berita apa yang dipengen penonton bukan apa yang bener bener aktual. Kaya milenialzkece pas beritain Islam, tapi ngejelasinnya menurut apa yang penonton pengen. Ngeris serius, harusnya penyampaian informasi yang dipake buat dianalisis pikirkan orang buat nentuin sikap malah jadi brainrot.
selama cantumin sumber berita atau nama penulisnya mah bukan nyolong namanya, bahkan mereka lebih terbantu dengan adanya homeless media yang bantu buat nyebarin beritanya
aku dari dulu udah muak sama akun" begitu, sejak 2022 aku dah unfollow semua akun" begitu, kadang ngeshare berita gak valid kadang juga cuman copas" informasi yg belum akurat, kadang cuman comot video orang tanpa tau berita dan kasih sumber jelass, dan kadang suka mengambil untung dari sponsor, kadang juga ada ujung"nya mereka jadi akun buzzer untuk para pencalon politik..
Selama di bidang masing masing tak ada masalah, malah simbiosis mutualisme HM dapat mentahan informasi dari warganet dan tugas pers adalah 'memasaknya' terkait detail, klasifikasi dan konfirmasi. HM, selebgram, live streaming dll itu bagian dari keragaman media sejak booming internet cepat. Tugas kita sebagai netizen, koreksi di kolom komentar jika terjadi informasi keliru.
Setuju sama kekurangan media media ini, tidak sedikit dari mereka yang saking cepatnya, konten yang dikirim ke dm mereka nggak diedit captionnya bahkan lokasi, waktu, dan kejadian apa itu dibiarkan mengambang gak dijelasin apa apa hadeeh
@@tonnytoon00 Iya tapi beritanya Bombastis. Gara-gara media liar dan media bombastis begini Rakyat jadi dijejali berita pesimistis sehingga Rakyat tidak percaya terhadap Negara, Partai, dan Pemerintah. Oleh karenanya maka dipandang perlu sistem SIUPP diberlakukan kembali. Agar optimisme dan kepercayaan terhadap Negara, Partai, dan Pemerintah menjadi naik.
kyk si folkative sama ussfeeds, postingannya pake bhs indonesia tapi captionnya pake bhs inggris, aneh betul kadang kadang beritanya pun gak faktual&gak jelas sumber asalnya
iya anjir, kadang agak sebel sih, udah kecantol headline, giliran baca caption malah bahasa inggris, mana bahasa inggrisnya kadang cukup advance lagi. Kalo dipikir-pikir agak bahaya juga sih, USS sendiri di ig tembus sejuta followers lebih, dan gw yakin sebagian dari followersnya gak nangkep dengan apa yang ditulis sama USS.
mereka itu kayaknya ambil dari sumber ternama. seperti detik atau kompas. terus buat judul kontroversi yang gede & sedikit tulisan supaya banyak engangement
beberapa alasannya mungkin karena bhs inggris bisa dianggap bahwa itu memang informasi yang advance sehingga lebih meyakinkan pembaca, atau jangan2 memang sengaja supaya tidak seluruh audiens paham keseluruhan informasi, supaya lebih ber-reaksi dengan caption yang terlalu heboh kemudian engagement naik
folkative paling kocak sih, so so an bikin bio 'window to indonesia creative culture' tpi yang diposting malah pacarnya iqbal cjr... creative culture apanya, cuma akun gosip juga ternyata
Yang saya suka dari HM atau apapun itu Bisa mendapat kabar jauh lebih cepat. Entah itu kabar penting dan tidak penting Hanya saja. Kekurangannya adalah kurangnya informasi yang didapat, tidak memenuhi 5w+1h, informasi yang disampaikan kadang tidak jelas dan bisa saja hoax. Dan sayangnya, ini diperparah dengan munculnya media-media di TV/online yang mengambil konten dari HM . Yang berujung "kejadian belum jelas dimana", "belum ditemukannya alasan hal itu terjadi" Cuma modal video dan di kasih suara orang berkomentar saja jadilah
Masalahnya netizen Indonesia tuh gampang banget ngerespon berita yang hanya secuil itu, tanpa ngeliat apakah hoax atau tidak misal beritanya bener ,netizen kita jarang banget ngeliat dari berbagai sudut pandang jadinya gampang di adu domba sama gampang ngebully di media sosial.
@@DedeArip-ur1fg Setuju banget kak, temanku tuh suka baca kek berita pendek gitu di Instagram, dan dia tuh percaya aja sama beritanya, padahal beritanya mah sepotong dan nggak lengkap, sumbernya juga nggak jelas, jadi aku sering-sering bilangin ke temenku biar nggak mudah percaya dan selalu cek kebenarannya, tapi dia mah ngeyel. Heran deh🥲
Halo! saya adalah seorang content creator di salah satu media mainstream di Semarang, ada beberapa poin dalam video ini yang kebetulan relate dengan apa yang kami rasakan saat memberitakan sesuatu yang bersumber dari Homeless Media.
Halo halo, senang kalau bisa mewakili apa yang dirasakan teman-teman kreator konten. Kalau ingin baca-baca lebih lanjut, jangan lupa download laporan lengkapnya juga ya kak, versi Bahasa Indonesianya akan segera menyusul.
karena masyarakat tidak terbiasa untuk menggunakan rute sentral dalam pemrosesan informasi, maka kebiasaan untuk memahami suatu informasi secara "cetek" sudah bisa memenuhi kebutuhan mereka terhadap suatu informasi dikarenakan ledakan informasi yang terus berangsur-angsur setiap saat
Media Mainstream juga sering membuat missinformasi kok .. Dan media mainstream juga bisa bikin framing malah terhadap siapa yang bayar dan bikin image sosok tertentu atau Badan tertentu.. Homeless media gak masalah yang penting edukasi masyarakat aja soal cek dulu dan validasi setiap informasi yang kita lihat ..
Paling sebel ga ada 5W+1H nya, sosmed jaman skrg kan cenderung ngilangin timestamp kapan sebuah berita diupload. 🧃 Ngejar cepetnya berita disampaikan = asal share tanpa diverifikasi dan divalidasi. Ya bs aja admidnya bikin konten sambil rebahan kayak Anda saat ini 🍿 Krn adminnya bukan reporter/jurnalis yg pny info lengkapnya, kalo ada netizen yg nanya mengkonfirmasi di kolom komen engga dijawab.. berujung baku hantam sesama netizen 🗣️
harusnya berita dan laporan itu mesti memenuhi aspek 5 W + 1 H namun kebanyakan saking banyaknya informasi menjadi rancu dan validasinya diragukan apakah itu real, opini ataupun cuma bualan semata
Kekurangan homeless media: - melupakkan kaidah utama prinsip jurnalistik ( ini ada UU nya ga bs main2 ) apalagi urusan netralitas - Brutal bikin meme pinggir jurang, kritik2 pake meme tp kadang brutal kelewat batas jd serang personal. Kalo mau konsep gini bikin sekalian yg kaya coki pardede ( darketive ) berani ? - Konsisten sama Caption, English ya english aja, Indo ya Indo smw. Sesuaiin sm market reader mau Buat Indo aja atau Worldwide - homeless media gini sebenernya ngikutin konsep diluar ada Vox yg gw tau terkenal
Ini mah lebih ke "Corporate Media" Merasa terusik dan tersaingi oleh "Homeless Media". Toh banyak Corporate media yang "melintir" berita sesuai agenda masing-masing. Lebih parah malah jadi propaganda, cek saja beberapa corporate media seperti tribun.
Apakah content creator juga bisa disebut homeless media? Karena sekarang juga mulai banyak content creator yang membuat konten seperti media atau bahkan menjadi media itu sendiri.
boro2 ngonsumsi konten homeless media, yg mainstream aja udah kebanyakan info. Kebanyakan info bikin ga waras bro. Mending fokus sama hidup pribadi dan keluarga terdekat aja, toh kita semua tau kan dunia makin gila, mau diberitain apa ngga sama aja
Valid. dulu w banyak follow akun2 berita sama akun2 info daerah. eh kok makin lama makin enneg juga ya.... beritanya makin provokatif, kolom komen banyak orang stress debat kusir.... dah lah w dah mulai satu persatu unfollow akun2 modelan gituan.
Homeless media yang familiar menurut gw adalah media-media atau akun-akun yang terafiliasi dengan Saragih Media contohnya folkshit,kegoblogan unfaedah,sosmed keras
Saking cepatnya perkembangan media, bahkan kurang dari 15 tahun, website media/berita yang dulu menggantikan koran & majalah sudah disebut sebagai media mainstream. Gokil. Kira-kira, homeless media nanti akan digantikan oleh apa ya?
kayaknya ada bedanya tipis, kalo CJ itu ya uploadernya murni perorangan kyk kita2 misal upload sebuah kejadian. Kalo HM mereka bisa sebuah tim, biasanya ga bawa atas nama perorangan tp lebih ke nama timnya itu td kayak infomedan atau infomakassar yg seolah2 mau seperti media kontemporer tapi mereka gaada izin dan etika jurnalistiknya.
@@pahlevymu nah ini yang saya tangkep HM biasanya ada struktur organisasinya didalamnya dan rate card untuk ngiklannya setau saya, kalo CJ lebih ke mandiri aja semuanya, kalo mau ada yg ngiklan mungkin bisa aja ya jamannya kan udah adaptive skrg mah.
kalo omong kekurangan media modal medsos sih ada lagi, malah kena di etika kek cara mereka handle berita yang sensitif kek bunuh diri, kecelakaan dengan gambar grafik dll.
Satu lagi bang bahas tentang ramai ramai influencer ikut kampanye Pilkada. Setelah pemilu kemarin di tempat saya di kota Palu, tidak sedikit influencer ikutan kampanye paslon.
Ini syuting video ini berapa jam sih, mas naratornya kayak haus betul minumnya. 😁Btw soal homeless media ini gimana proses advetorial mereka yg jadi sumber pemasukan? Apa termasuk jalur rentan misinformasi
Sebenarnya homeless media itu bermanfaat SELAMA MASIH INDEPENDEN, karena mereka lebih akurat daripada Google maps sekalipun, misalnya memberitakan "kemacetan parah di Jl. Joglo Raya karena galian fiber optic" Padahal di Google maps "biru (gak macet)" Eh ternyata beneran macet parah. Tapi kalau sudah berubah jadi MEDIA BUZZERP POLITIK apalagi MEDIA KONSPIRASI ANTI-SCIENCE (misalnya "ternyata bumi itu datar, kalian dibohongi NASA dan Yahudi" ) , langsung gue tinggalkan karena kontennya jadi sampah digital.
Jadi gini, fenomena seperti tidak akan terjadi atau masih bisa diantisipasi *kalau negeara kita memiliki sebuah Lembaga* baik pemerintah atau non pemerintah yg *fungsinya mirip2 'Departemen Penerangan'* di jaman dulu. Tapi saya tahu, kemarin remotivi sempat ribut soal RUU yg ngatur ttg penyiaran kan 😇
Entah sengaja atau nggak, konten-konten homeless media yang ngga bernuansa kedaerahan, sepengetahuanku, suka sekali diisi berita sepotong dan dari sumber yang dipertanyakan kredibilitasnya. Sekali dua kali mah gapapa, kalo berulang kali dan narasinya "sebuah riset mengatakan", wah ini masuk pembodohan sih. Kalo untuk lokal, seperti yang dibilang masnya, ada partisipasi netijen, jadi kalo ngga bener pun pasti ada yang ngoreksi di kolom komentar.
Gara-gara media liar begini Rakyat jadi dijejali berita pesimistis sehingga Rakyat tidak percaya terhadap Negara, Partai, dan Pemerintah. Oleh karenanya maka dipandang perlu sistem SIUPP diberlakukan kembali. Agar optimisme dan kepercayaan terhadap Negara, Partai, dan Pemerintah menjadi naik.
Dari dulu juga "wartawan bodrex" udah ada, dateng di acara2 pemerintahan, atau ke tongkrongan2 pejabat, pake id card media, bawa2 "sample" sambil masukin oplah yg kaga rutin dicetak... Apa bedanya?
Di kota gue homeless media gini populer batt, tapi jengkelnya kebanyakan isinya skandal perselingkuhan kalo nggak infonya nggak utuh, kayak cuma judul tanpa penjelasan 😑
kocak itu folkative, di gambar pake bindo, caption pake b inggris biar apa dah campur aduk gitu, giliran di kritik malah bilang sdm rendah g bisa bahasa inggris wkwkwkwk, trus sering bilang studi, penelitian, eh gak ngasih sumber sama sekali, bisa bisanya ni akun banyak yg follow
Min, ngapain terima duit dari CIA dengan embel2 USAID? Kok malah menganggap citizen journalism sebagai hal buruk? Lagi berusaha balikin kepercayaan publik terhadap media barat yang sampah dan busuk ya??? 😂
Apa nih hal yang paling kamu suka dan gak suka dari keberadaan homeless media? Diskusi yuk di reply 👇🏻
Ada logo USAID. Itu apa bang dan perannya apa? Kenapa?
remotivi homeless ga?
kalo di luar negri seperti usa justru media resmi seperti sky tv fox news yg menyebar berita palsu
kalo di luar negri media resmi seperti fox news sky tv yg menyebar berita bohong dan propaganda
@@dax354able good questions
Duhh finally ada yg bahas ini dari dulu mikir mereka ini kerjanya cuma repost2 doang tanpa sumber yang gajelas terus beritanya juga setengah2. Enak banget yaaa. Oh iya tambahan apalagi skrng tv juga cuma comot2 kehidupan artis atau berita2 viral dari medsos doang tanpa ada izin deh rasa aku dan wartawan tuh jadi kayak ga guna lagi deh :(
Komentar cerdas. Setuju.
Wartawan masih tetep nyari berita kok. Beberapa temen yg jd wartawan kerjaannya jg terus ada. Cuma emang bnyak footage yg diambil dr sosmed orang lain.
@@OfficialKerangkaBerfikirmau tanya bang klau footage diambil sosmed aja kan bisa aja ada misleading informasi ?kan wartawan harus kelapangan dan harus menyampaikan data faktual/data real.
Footage di social media apalagi skrang ada ai bisa di manipulasi loh
@@gedediva nah minusnya disitu. Kadang jika ada org yg bersangkutan yang merasa namanya terseret akan mengajak pembuat artikelnya untuk bertemu dan klarifikasi. Dan kebanyakan org yg udh punya nama di pemerintahan akan bawa media asli buat backup jika artikel yang merugikan kepada korban ada unsur hoax/misinformation.. makannya wartawan asli akan tetap di atas homeless media itu disitulah benefitnya. Karna wartawan akan punya koneksi ke org² besar dan para pemilik homeless media ini akan tetap berada di jalan yg sama. Dan wartawan asli juga resiko nya lebih besar karna ketika misinformation terjadi maka penulis artikelnya yg akan di seret Karna wartawan biasanya mencantumkan namanya saat pembuatan artikel berita tsb
@@gedediva sebagai org yg pernah ikut didalam kegiatan wartawan gua juga dulunya bingung. Kenapa org² pemerintahan ttp pakai wartawan asli untuk klarifikasi ataupun perbincangan politik ketimbang homeless media. Dan baru sadar ternyata para wartawan asli akan bisa di minta pertanggung jawabannya ketimbang homeless media yang kita gk tau office nya dimana dan siapa nama asli penulisnya
Saya selalu ingin isu ini diangakat.. saya mual dan muak dgn tribun dan homeless media hiperbola.. apalagi kalau mereka uda masuk ke ranah politik.. khwatir menggiring ibu2 dan anak sdm rendah.. (saya pun sdm rendah tapi tak pernah kena framing media abal2)
Lah gw dulu pernah magang di salah satu start up web di bali. Ternyata si owner punya bisnis homeless media. Nah gw pegang salah satu akunnya yang menyediakan informasi di area jakarta. awalnya gw bingung ya kan gw di bali, ownernya, kantornya juga di bali, gimana bisa dapat info ttg jakarta?
Kata atasan gw "ya repost dari berita & akun serupa". Gw waktu itu kayak ngerasa bersalah banget karena gw tau media kek gini rentan banget kena hoax, apalagi gw share berita yang mana gw ngga bisa divalidasi. Tapi apadaya tuntutan magang😢
Dan serius capek banget pegang akun homeless media, karena kita ditarget buat ngepost info berbeda setiap 15 menit sekali, bahkan sampe beritanya pun udah habis, akhirnya kita selingin pakai jokes meme🤯
Setelah 2 bulan pegang tuh akun gw akhirnya tau kenapa akun akun kek gini banyak dibikin, ya buat dapaten endorse. Rate endorsementnya ngga mahal, tapi lumayan sering karena murah. Dan yang endorse tuh banyakan skin care abal abal. Makin merasa bersalah anjir gw nya.
Untungnya gw cuma magang ya kan, 3 bulan lulus magang udah seger bebas.
ente kan dah tau ilmu dan alurnya, bikin sendiri medianya di rumah, mayan cuan..
Dosa nya ngalir deres tuh owner
@@rizalhadizan3245 bang dia magang 3 bulan aja udah bikin stress malah di suruh bikin bisa masuk rumah sakit jiwa kali .
Oh pantasan pandemictalks sekarang makin sering post meme
Keluar aja bang, masih banyak kerjaan lain. Gua juga dulu kerja di media jelek, hati nggak tenang, nggak enak, akhirnya memutuskan huat keluar pas hari Buruh kemarin.
Otak yang sering di masukin informasi secuil kaya gini bikin otak gampang cape ketika baca jurnal panjang yang infomasinya lebih mendalam .
Nah aku jg sempet berfikir gitu..
Yg paling nyebelin lg klo itu udh ngejangkit ke orang terdekat kita, dan ketika saya menjelaskan sesuatu dengan cara yg detail, padat untuk mengurangi kesalahfahaman ehh otak yg ngenyimak cuma bisa bertahan fokusnya cuma di 50 detik awal pembicaraan.
@@dzulumat6564 itumah lu nya aja yg boring bro
@@rahmatullaha824 Ya mau gamainapun dirimu jg blum tau seperti apa aku ketika lg bahas begituan kek orang terdekatku.
Tp yg jelas mreka memang sebelumnya udh dibuat capek banget ketika masih jd akademisi, selalu berprestasi, punya jabatan penting pas waktu di sekolah dan diblakang itu semua mreka mau melakukan itu bukan karena mreka yg menginginkan hal itu sepenuhnya, tp ada orang tua dan orang terdekatnya pas masa itu yg memberi ekspektasi dan penekanan supaya 'Dia' bisa seperti 'Anak tetangga'.
Orang² seperti itu ketika udh melewati dunia akademisi terus terjun ke dunia nyata nah mereka² ini berprestasi dalam bidang akademis tp ternyata bukan jadi jaminan yg meyakinkan klo cara berfikir dan pola berfikir mreka jg akan sehat dan baik atau pintar.
@@dzulumat6564 ngetiknya jangan sambil nangis
Ya itu balik ke masing masing ga sih
Sudah lama suami mengkritisi jenis media ini. Dan well, saat dia kuliah sering kali dibahas. Akhirnya Remotivi kas bahas juga.
gue pernah jd korban tribun news, ga pernah ngontak tp langsung dipost di web mereka dan dipenuhi iklan, jurnalisme macam apa ini 😂
Menunggu Tribun bikin akun TribunIKN😂
Serius ini mengerikan, mereka cuma ngasih berita apa yang dipengen penonton bukan apa yang bener bener aktual. Kaya milenialzkece pas beritain Islam, tapi ngejelasinnya menurut apa yang penonton pengen. Ngeris serius, harusnya penyampaian informasi yang dipake buat dianalisis pikirkan orang buat nentuin sikap malah jadi brainrot.
gua sering nonton itu channel, penjelasannya bagus untuk standarku, sayangnya dia gak cantumin sumber untuk topik yang dia bahas
Tujuannya bukan utk "nyebarin berita" tapi "naikin engagement". Makanya bombastis mulu postingannya
Nyolong berita dari wartawan yang sulit nyari berita. Eh dia yang dapet cuan
selama cantumin sumber berita atau nama penulisnya mah bukan nyolong namanya, bahkan mereka lebih terbantu dengan adanya homeless media yang bantu buat nyebarin beritanya
0:28 bahkan akun2 humor kek awreceh, wkwkland dah ngikutin template berita beritaan kek gini cuk
Gw bingung mereka dapat video video untuk kontenya darimana ya?😂
Format slide show paling ampas. Bikin integritas jurnalis ancur. Rentan hoax g ad sumber otentik. Asli anak sekolah juga bisa bikin.
masalahnya kebanyakan orang kita suka yg gitu, males baca kalo terlalu panjang isinya, yg penting judul bombastis sm ada video ntah itu bener apa ga.
Tribun News.
Tribun ......
Biasanya yang kek gitu tribun & BEM wkwkwk
Tribun
aku dari dulu udah muak sama akun" begitu, sejak 2022 aku dah unfollow semua akun" begitu, kadang ngeshare berita gak valid kadang juga cuman copas" informasi yg belum akurat, kadang cuman comot video orang tanpa tau berita dan kasih sumber jelass, dan kadang suka mengambil untung dari sponsor, kadang juga ada ujung"nya mereka jadi akun buzzer untuk para pencalon politik..
Selama di bidang masing masing tak ada masalah, malah simbiosis mutualisme
HM dapat mentahan informasi dari warganet dan tugas pers adalah 'memasaknya' terkait detail, klasifikasi dan konfirmasi.
HM, selebgram, live streaming dll itu bagian dari keragaman media sejak booming internet cepat.
Tugas kita sebagai netizen, koreksi di kolom komentar jika terjadi informasi keliru.
Wah, hasil risetnya dibuat ulang sama Duzzle biar tepat sasaran ke audiencenya tuh bang. Jangan lupa kolab ya gaes
Kita hidup di zaman over informasi
ironisnya, informasi udah di mana-mana, tapi tingkat literasi masyarakat kita masih rendah
Setuju sama kekurangan media media ini, tidak sedikit dari mereka yang saking cepatnya, konten yang dikirim ke dm mereka nggak diedit captionnya bahkan lokasi, waktu, dan kejadian apa itu dibiarkan mengambang gak dijelasin apa apa hadeeh
Makasih remotivi dari dulu konsisten edukasi soal media. Aku yang basic-nya anak IPA jadi tau soal ini.
Makasih juga kak yang udah nonton dan ninggalin komen!
Visual bahasa indonesia, caption bahasa inggris. Tuaaeekkk
Fol***0d & U***edd kah? Ga heran si, mereka berdua itu media sok-lish. Ga merhatiin sama kredibelitas beritanya (kadang² kalo tiap update berita)
Inferiority complex😢
padahal konsisten aja di satu bahasa, apa susahnya sih? kalau gitu sekalian aja bahasa inggris tapi ada terjemahan indonesia nya
ada settingan caption yang bahasa indonesia kok. gak cuma inggris doang
@@jumpinsphereyg punya anak baru gede selebgram etnis tionghoa, org² itu gk ada yg punya nasionalis
shoutout to tribunnews dan segala cabang provinsinya
Tribun sih bukan homeless media, mereka punya website berita mainstream. Mereka juga bagian dari Kompas Gramedia group.
@@tonnytoon00 Iya tapi beritanya Bombastis. Gara-gara media liar dan media bombastis begini Rakyat jadi dijejali berita pesimistis sehingga Rakyat tidak percaya terhadap Negara, Partai, dan Pemerintah. Oleh karenanya maka dipandang perlu sistem SIUPP diberlakukan kembali. Agar optimisme dan kepercayaan terhadap Negara, Partai, dan Pemerintah menjadi naik.
Kadang homeless media ini gk nyantumin info apa2
akhirnya saya search sendiri
literasi sudah mati
Rill 😒 Pegal batt baca info tapi judulnya doang, isinya gak tau kemana
kyk si folkative sama ussfeeds, postingannya pake bhs indonesia tapi captionnya pake bhs inggris, aneh betul
kadang kadang beritanya pun gak faktual&gak jelas sumber asalnya
iya anjir, kadang agak sebel sih, udah kecantol headline, giliran baca caption malah bahasa inggris, mana bahasa inggrisnya kadang cukup advance lagi. Kalo dipikir-pikir agak bahaya juga sih, USS sendiri di ig tembus sejuta followers lebih, dan gw yakin sebagian dari followersnya gak nangkep dengan apa yang ditulis sama USS.
mereka itu kayaknya ambil dari sumber ternama. seperti detik atau kompas. terus buat judul kontroversi yang gede & sedikit tulisan supaya banyak engangement
beberapa alasannya mungkin karena bhs inggris bisa dianggap bahwa itu memang informasi yang advance sehingga lebih meyakinkan pembaca, atau jangan2 memang sengaja supaya tidak seluruh audiens paham keseluruhan informasi, supaya lebih ber-reaksi dengan caption yang terlalu heboh kemudian engagement naik
@@itzMadaGaming Kagak bang, emg edgy aja USS mh, malah repot ke gw nya anjir kalo gak ngerti hrs check fact ke gugel
folkative paling kocak sih, so so an bikin bio 'window to indonesia creative culture' tpi yang diposting malah pacarnya iqbal cjr... creative culture apanya, cuma akun gosip juga ternyata
Yang saya suka dari HM atau apapun itu
Bisa mendapat kabar jauh lebih cepat. Entah itu kabar penting dan tidak penting
Hanya saja. Kekurangannya adalah kurangnya informasi yang didapat, tidak memenuhi 5w+1h, informasi yang disampaikan kadang tidak jelas dan bisa saja hoax.
Dan sayangnya, ini diperparah dengan munculnya media-media di TV/online yang mengambil konten dari HM . Yang berujung "kejadian belum jelas dimana", "belum ditemukannya alasan hal itu terjadi"
Cuma modal video dan di kasih suara orang berkomentar saja jadilah
Masalahnya netizen Indonesia tuh gampang banget ngerespon berita yang hanya secuil itu, tanpa ngeliat apakah hoax atau tidak misal beritanya bener ,netizen kita jarang banget ngeliat dari berbagai sudut pandang jadinya gampang di adu domba sama gampang ngebully di media sosial.
@@DedeArip-ur1fg Setuju banget kak, temanku tuh suka baca kek berita pendek gitu di Instagram, dan dia tuh percaya aja sama beritanya, padahal beritanya mah sepotong dan nggak lengkap, sumbernya juga nggak jelas, jadi aku sering-sering bilangin ke temenku biar nggak mudah percaya dan selalu cek kebenarannya, tapi dia mah ngeyel. Heran deh🥲
Berterimakasihlah kepada Net TV yg mencetuskan Citizen Journalism
Konten berclass ❤
Hmm akhir nya di bahas Uda jadi keresahan .
Sudah ga pernah lagi media mainstream reportase investigasi
Bener lagi, mereka itu cepet update berita, apa lagi tentang lalu lintas dll, butuh banget tu berita cepet
Jaga kesehatan buat tim produksi !
Semoga chanel ini ngga sampai di-take over sama close the door grup. Terus menjadi independent dan objektif
Terima kasih semangatnya, mas!
keren banget kontennya mot
Akhirnya ada yg bahas
Halo! saya adalah seorang content creator di salah satu media mainstream di Semarang, ada beberapa poin dalam video ini yang kebetulan relate dengan apa yang kami rasakan saat memberitakan sesuatu yang bersumber dari Homeless Media.
Halo halo, senang kalau bisa mewakili apa yang dirasakan teman-teman kreator konten. Kalau ingin baca-baca lebih lanjut, jangan lupa download laporan lengkapnya juga ya kak, versi Bahasa Indonesianya akan segera menyusul.
Homeless Media Itu salah satunya tribune news.
Mau bilang tribun dah terwakilkan
asli, iya
Tribun sih bukan homeless media, mereka punya website berita mainstream. Mereka juga bagian dari Kompas Gramedia group.
@@tonnytoon00 Itu sebutan sarkasme.
@@SlametBambang-i4l kalo udah salah terima aja, jadiin sbg tambahan informasi, gak usah berlindung dibalik sarkasme.
Tribun gimana dong? Punya rumah tapi beritanya rasa homeless. Broken home media?
Sampah internet itu.
karena masyarakat tidak terbiasa untuk menggunakan rute sentral dalam pemrosesan informasi, maka kebiasaan untuk memahami suatu informasi secara "cetek" sudah bisa memenuhi kebutuhan mereka terhadap suatu informasi dikarenakan ledakan informasi yang terus berangsur-angsur setiap saat
giliran dah banyak folowers nya,sering munculnya iklan daripada berita soal daerahnya
Ujung-ujungnya yang mana yang lebih menghasilkan ya..
Media Mainstream juga sering membuat missinformasi kok ..
Dan media mainstream juga bisa bikin framing malah terhadap siapa yang bayar dan bikin image sosok tertentu atau Badan tertentu..
Homeless media gak masalah yang penting edukasi masyarakat aja soal cek dulu dan validasi setiap informasi yang kita lihat ..
Paling sebel ga ada 5W+1H nya, sosmed jaman skrg kan cenderung ngilangin timestamp kapan sebuah berita diupload. 🧃
Ngejar cepetnya berita disampaikan = asal share tanpa diverifikasi dan divalidasi. Ya bs aja admidnya bikin konten sambil rebahan kayak Anda saat ini 🍿
Krn adminnya bukan reporter/jurnalis yg pny info lengkapnya, kalo ada netizen yg nanya mengkonfirmasi di kolom komen engga dijawab.. berujung baku hantam sesama netizen 🗣️
harusnya berita dan laporan itu mesti memenuhi aspek 5 W + 1 H
namun kebanyakan saking banyaknya informasi menjadi rancu dan validasinya diragukan apakah itu real, opini ataupun cuma bualan semata
"Menurut psikologi..." Referensi nya kaga dicantumin jir 😂
Juga pengaruh2 konten reels/short/tiktok yg isinya serba instan
Keren
Kekurangan homeless media:
- melupakkan kaidah utama prinsip jurnalistik ( ini ada UU nya ga bs main2 ) apalagi urusan netralitas
- Brutal bikin meme pinggir jurang, kritik2 pake meme tp kadang brutal kelewat batas jd serang personal. Kalo mau konsep gini bikin sekalian yg kaya coki pardede ( darketive ) berani ?
- Konsisten sama Caption, English ya english aja, Indo ya Indo smw. Sesuaiin sm market reader mau Buat Indo aja atau Worldwide
- homeless media gini sebenernya ngikutin konsep diluar ada Vox yg gw tau terkenal
Thanks udah bantu nambahin mas!
Ini mah lebih ke "Corporate Media" Merasa terusik dan tersaingi oleh "Homeless Media".
Toh banyak Corporate media yang "melintir" berita sesuai agenda masing-masing.
Lebih parah malah jadi propaganda, cek saja beberapa corporate media seperti tribun.
Nemu channel ini di explore ig , keliatannta menarik pembahasannya , otewe subscribe ah 😂
Pas di cek maung na euweuh 😂
❤
Apakah content creator juga bisa disebut homeless media? Karena sekarang juga mulai banyak content creator yang membuat konten seperti media atau bahkan menjadi media itu sendiri.
2:44 tonton lagi
@@nuralmito ahhh thank you! Kelewat bagian itu.
boro2 ngonsumsi konten homeless media, yg mainstream aja udah kebanyakan info. Kebanyakan info bikin ga waras bro. Mending fokus sama hidup pribadi dan keluarga terdekat aja, toh kita semua tau kan dunia makin gila, mau diberitain apa ngga sama aja
Valid. dulu w banyak follow akun2 berita sama akun2 info daerah. eh kok makin lama makin enneg juga ya.... beritanya makin provokatif, kolom komen banyak orang stress debat kusir.... dah lah w dah mulai satu persatu unfollow akun2 modelan gituan.
Homeless media yang familiar menurut gw adalah media-media atau akun-akun yang terafiliasi dengan Saragih Media contohnya folkshit,kegoblogan unfaedah,sosmed keras
Bahkan media besar bikin berita durasi 3 menit pdhl isi video hanya 20 detik sisanya di ulang terus untuk narasi penyampaian.
Saking cepatnya perkembangan media, bahkan kurang dari 15 tahun, website media/berita yang dulu menggantikan koran & majalah sudah disebut sebagai media mainstream. Gokil. Kira-kira, homeless media nanti akan digantikan oleh apa ya?
Harus lebih selektif dalam memilih media...
Homeless Media tu bukannya Citizen Jurnalistik. gak sih?
Iya, sya tau dari kelas Narasi😂
klo gasalah iyaa sii .. yg dibutuhin cptnya dan info lokalnya (unik) ..
kayaknya ada bedanya tipis, kalo CJ itu ya uploadernya murni perorangan kyk kita2 misal upload sebuah kejadian. Kalo HM mereka bisa sebuah tim, biasanya ga bawa atas nama perorangan tp lebih ke nama timnya itu td kayak infomedan atau infomakassar yg seolah2 mau seperti media kontemporer tapi mereka gaada izin dan etika jurnalistiknya.
@@pahlevymu nah ini yang saya tangkep HM biasanya ada struktur organisasinya didalamnya dan rate card untuk ngiklannya setau saya, kalo CJ lebih ke mandiri aja semuanya, kalo mau ada yg ngiklan mungkin bisa aja ya jamannya kan udah adaptive skrg mah.
beda, klo CJ tu warga ngabarin kejadian.. kalo homeless itu nyomot dr sosmed yg rame
Konsekuensi Efek Kupu-Kupu (Butterfly Effect) Jurnalisme Warga a.k.a. Citizen Journalism?
Gak juga
Noh Txxbxn news tuh tadinya waras malah ikutan alay begitu isinya
Buka halaman web aja masa ada 3 part padahal berita receh😂
kalo omong kekurangan media modal medsos sih ada lagi, malah kena di etika kek cara mereka handle berita yang sensitif kek bunuh diri, kecelakaan dengan gambar grafik dll.
Apakah kalian juga home media atau semacam nya?
Satu lagi bang bahas tentang ramai ramai influencer ikut kampanye Pilkada. Setelah pemilu kemarin di tempat saya di kota Palu, tidak sedikit influencer ikutan kampanye paslon.
Salah satu channel favorit gua udah mulai rajin nih 😊 kalo bisa uploadnya minimal sehari 3X min sesuai kata dokter mah.
Jangan males malesan 🫰🏾❤️❤️
Kalo gini sih tim produksiannya yang ke dokter semua 😂
wkwkwkw semangat tim remotivi sebagai wadah edukasi alternatif tentang jurnalisme 👍🏽👍🏽👍🏽
@@muhammadnoor5420 terima kasih semangatnya!
@@remotivi pelan pelan aj bang tetap ngonten walau ga rajin wkwk
@@remotiviSeminggu mungkin minal sekali, dengan konsisten, itung² jg biar menjaga trafic, tp ya yg paling utamanya sih kualitas kontennya👍
Sebel aing si paling folkativ bandung tah 😂 ...
emang banyak media sekarang bikin berita sampah doang
Tribun News terutama.
Ini syuting video ini berapa jam sih, mas naratornya kayak haus betul minumnya. 😁Btw soal homeless media ini gimana proses advetorial mereka yg jadi sumber pemasukan? Apa termasuk jalur rentan misinformasi
Sebenarnya homeless media itu bermanfaat SELAMA MASIH INDEPENDEN, karena mereka lebih akurat daripada Google maps sekalipun, misalnya memberitakan "kemacetan parah di Jl. Joglo Raya karena galian fiber optic" Padahal di Google maps "biru (gak macet)" Eh ternyata beneran macet parah.
Tapi kalau sudah berubah jadi MEDIA BUZZERP POLITIK apalagi MEDIA KONSPIRASI ANTI-SCIENCE (misalnya "ternyata bumi itu datar, kalian dibohongi NASA dan Yahudi" ) , langsung gue tinggalkan karena kontennya jadi sampah digital.
Penonton 1000 pertama ☝🏼
Gercep!
Jenis medianya "Nama Kota+Info"
Bisa di jadiin bahan skripsi ini
Mereka jadi ga berbadan hukum, dan akan sangat bahaya sekali jika menyebarkan berita hoax
Maka mereka tidak wajib bertanggung jawab
Transmisi beritanya cepat. Sayangnya, tidak semua informasinya akurat.
Bedanya homelss media dengan citizen journalism gmn?
Homeless media itu saya jadi teringat Lambe Turah sih.
Lambe turah gak jelas 😂. Beritain gosip juga, jadi buzzer juga 😂
Lamtur jelas jelas akun gosip
yang bikin saya penasaran mereka dapat video atau fotonya dari mana ?
Dari netizen ngirim lewat dm kebanyakan.
Jadi gini,
fenomena seperti tidak akan terjadi atau masih bisa diantisipasi *kalau negeara kita memiliki sebuah Lembaga* baik pemerintah atau non pemerintah yg *fungsinya mirip2 'Departemen Penerangan'* di jaman dulu.
Tapi saya tahu, kemarin remotivi sempat ribut soal RUU yg ngatur ttg penyiaran kan 😇
yg paling homeless ya media TRIBUN ..media gak jelas, clickbait mulu isinya
Entah sengaja atau nggak, konten-konten homeless media yang ngga bernuansa kedaerahan, sepengetahuanku, suka sekali diisi berita sepotong dan dari sumber yang dipertanyakan kredibilitasnya. Sekali dua kali mah gapapa, kalo berulang kali dan narasinya "sebuah riset mengatakan", wah ini masuk pembodohan sih. Kalo untuk lokal, seperti yang dibilang masnya, ada partisipasi netijen, jadi kalo ngga bener pun pasti ada yang ngoreksi di kolom komentar.
Kebiasaan kalo fakta itu pasti sepi terus
info dalam frame kotak putih = fakta
lho kok bisa
2024 September
banyak akun-akun instagram yang melebeli dirinya sebagai media massa wkwkwk
Remotivi
Kalo saya si follow akun info daerah saya, biar tau berita daerah sekitar saya yg gak dibahas akun media besar / nasional.
Remotivi masuk homeless media juga ga sih?
Gara-gara media liar begini Rakyat jadi dijejali berita pesimistis sehingga Rakyat tidak percaya terhadap Negara, Partai, dan Pemerintah. Oleh karenanya maka dipandang perlu sistem SIUPP diberlakukan kembali. Agar optimisme dan kepercayaan terhadap Negara, Partai, dan Pemerintah menjadi naik.
Dari dulu juga "wartawan bodrex" udah ada, dateng di acara2 pemerintahan, atau ke tongkrongan2 pejabat, pake id card media, bawa2 "sample" sambil masukin oplah yg kaga rutin dicetak...
Apa bedanya?
Rawan bias
Pilpres kemarin gacor nih homeless media
Menang banyak yaa..
@@remotivi justru saya jadi pihak yg terkucilkan. Karena teman teman ku banyak termakan media seperti ini.
Pesen medium rarenya satu bang. Daging ini terlalu well done wkwk
Akh bisa aja bang. Semoga gak terlalu well done sampe jadi keras ya~
Di kota gue homeless media gini populer batt, tapi jengkelnya kebanyakan isinya skandal perselingkuhan kalo nggak infonya nggak utuh, kayak cuma judul tanpa penjelasan 😑
Isu-isu perselingkuhan kenapa selalu rame ya...
9:33 ini bang yang paling bahaya.
Nah kan
Skrg juga lagi banyak meme nya, terkait ngejek suatu gen dan cara membuat berita yg templatenya kaya yg udah sliwer2an
Folkative dulu underated banget pelopor Tamplate Font item background putih yang simpel enak diliat tapi skrg udah ga asik
kocak itu folkative, di gambar pake bindo, caption pake b inggris biar apa dah campur aduk gitu, giliran di kritik malah bilang sdm rendah g bisa bahasa inggris wkwkwkwk, trus sering bilang studi, penelitian, eh gak ngasih sumber sama sekali, bisa bisanya ni akun banyak yg follow
lebih enak nyebut ny akun gosip😹
Buset, udah donlot jurnalnya. Malah bahasa inggris. 😢 jangan karena dapat funding usaid terus gak kasi bahasa indonesia 😢
Versi Bahasa Indonesianya menyusul ya kak, nanti kami reply lagi di sini kalau sudah rilis :)
Valid-valid aja, tergantung gimana narasumbernya, sama aja kyk media ternama eh ternyata backing partai 🤮
Ig yang namanya awal nya nama kabupaten terus akhiranya make kata "kita" 🗿
homeless media. saya menyebutnya akun repost 🤣🤣🤣🤣
mereka media?
Secara fungsi, mereka mendistribusikan informasi layaknya media. Meski memang bukan berbentuk institusi resmi seperti media mainstream.
Kalau berita lokal gpp sih
Min, ngapain terima duit dari CIA dengan embel2 USAID? Kok malah menganggap citizen journalism sebagai hal buruk? Lagi berusaha balikin kepercayaan publik terhadap media barat yang sampah dan busuk ya??? 😂
Atau nama lainnya Wartawan Tanpa Surat Kabar 😂
Kenapa terjemahannya jd media tanpa rumah
Kenapa bukan media gembel