Setahu saya, dulu Belanda memilih lebar sepur 1067 dengan resiko keretanya akan lebih oleng dan lebih lambat larinya, karena kontur tanah di Jawa yang bergunung gunung. Karena bila memakai standard atau broad gauge, maka belokannya nggak bisa setajam narrow gauge. Sehingga pembangunannya pada medan pegunungan pasti akan lebih sulit dan memakan biaya yang lebih besar.
Sebenarnya.... Ada dua perusahaan kereta api di Pulau Jawa: 1. Nederlands-Indische Spoorwegen (NIS), ini peloplor kereta api di Jawa, yang membangun rel pertama di Semarang. Lebar sepur yang mereka gunakan adalah 1435 mm 2. Staatsspoorwegen (SS), perusahaan ini masuknya belakangan sebagai ekspansi dari induknya di Belanda sana. Lebar sepur yang mereka gunakan 1067 mm. Kedua perusahaan ini sering punya jalurnya masing-masing, tapi dalam banyak kasus juga mereka memilih trase yang sama, mengakibatkan adanya dual gauge pads masa itu. Namun, semua rel 1435 mm dicabuti oleh Jepang saat perang dunia kedua untuk keperluan peperangan, baik dikonversi jadi mesin perang atau dipindah ke wilayah jajahan Jepang lainnya untuk membangun jalur rel di sana.
Betul ... Sejak awal dulu sudah dibuat opsi mau pilih 1435 atau 1067. Jadi bukan di saat modern masa kini .... Namun karena pertimbangan geografi, maka dipilih 1067mm....
Variabel gauge sangat cocok digunakan pada kereta cepat karena memungkinkan untuk dapat mengakses stasiun-stasiun yang sudah ada tanpa perlu bikin stasiun baru serta meminimalkan pembangunan jalur baru yang berlebihan. Walaupun konsekuensinya kereta cepat akan melaju dengan kecepatan biasa di narrow gauge
Kereta api cepat umumnya menggunakan lebar sepur standar (standard gauge) 1.435 mm, jika menggunakan sarana kereta cepat sistem variable gauge maka ketika memasuki lintas dengan lebar rel 1.067 mm kecepatannya harus dibatasi maksimum 140-160 km/jam (menjadi KA semi cepat).
Mirip beberapa seri shinkansen yg melewati jalur+stasiun kereta reguler..dengan modifikasi+tambahan 1 rel di jalur narrow gauge,kereta shinkansen berjalan dengan kecepatan standar kereta reguler..
@@mainantriplek7787 Seingat saya sebutannya "mini Shinkansen", ada di jalur Yamagata (Ou Mainline) & Akita (Tazawako Line) tetapi di situ hanya mengubah lebar sepurnya, tidak mengubah loading gauge atau batas ruang bebas atas maupun samping. Kalau yang berjalan variable gauge antara 1.435 mm & 1.067 mm sendiri masih sifatnya eksperimen dengan GCT (Gauge Change Train) milik JR RTRI.
@@princebraveguhyapati4766 gct kayaknya batal dipake buat shinkansen. tadinya kan nishi-kyushu shinkansen hakata-nagasaki mau pakai gct ini lewat rel standar+narrow. tapi akhirnya batal dan diganti pakai sistem shinkansen standar.
Kayak Spanyol sebagai pengguna terbesar sistem variable gauge, untuk menghubungkan rel di negaranya yang pake Iberian gauge 1668 mm dengan negara² Eropa lain yang pake standard gauge 1435 mm.
Sebenarnya Indonesia di zaman Belanda pernah punya rel dual gauge antara Solo dan Jogja, dengan rel 1067 mm dan 1435 mm. Tapi pas dijajah Jepang, semua rel dual gauge diseragamkan jadi 1067 mm.
dual gauge di lintas solo-gundih. kalo lintas yogya - solo dual track beda gauge mirip kayak jalur kereta bandara narita tokyo (jalur keisei dan jr east).
Iya. Lebih baik boogie yang menyesuaikan gauge rel daripada gauge rel yang dibuat berlapis. Nanti akan ada segmen rel transisi untuk perpindahan gauge rel. Lebih lambat sih, tapi lebih murah dan aman.
Dual gauge selain jalur NIS yang pernah ada di Indonesia: PG Rendeng 700mm (masih aktif) dan 900mm PG Cepiring 600mm dan 1067mm PG Semboro 700mm (masih aktif) dan 1067mm
Narrow gauge, Standard gauge, Broad gauge gak terlalu jdi pertimbangan sih kalo saya... yang penting selaras atau sama semua. misal, di pulau Jawa pakai 1067, nah dipulau lain pake 1067 juga. misal ada kerusakan Lokomotif/gerbong gak terlalu ribet buat substitusinya. Kereta di Jawa bisa digunakan di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan & Papua (kelak kalo dibangun jalur ka) begitu juga sebaliknya.
Double gauge lebih cocok disumatra untuk mempermudah akses karena sudah memiliki 2 jenis rel.. untuk jawa tidak perlu begitu dengan sulawesi.. karena memiliki satu jenis rel saja
@@ferryfebriyanto7655 tetep bisa .. spt yg sdh selama ini dikerjakan INKA, dg me modifikasi gerbong2 lama menjadi gerbong KA Wisata, KA Executive dll, yg dlm hal ini yg di modificasi boogie nya, di ganti dg “ variable boogie “ ( yg bisa menciut dan melebar sesuai dg lebar gauge nya ) …
pov kereta 1435 mm tabrakan sama kereta 1067 mm di dual guage 3 rel: DUARRRR (yang 1067 hancur dan teguling ke satu arah bahkan bisa menutup jalur lain) (yang 1435 terus menghancurkan rangkaian 1067)
wah, ternyata yg aku inginkan sdh ada standarnya. Mngkn krn sistem narrow itu yg bikin kereta mudah anjlok, itu yg ingin aku rubah. Narrow adalh sistem kereta JADUL indonesia yg lambat, mngkn akan baik jika di standarkan atau dilebih lebarkan krn mesin kereta skrng jauh lebih cepat dr kereta jaman belanda dulu Itu hanya analisaku saja.
Narrow gauge, msh terap dibutuhkan utk medan2 yg sempit, terjal, menikung tajam … spt hal nya di Eropa msh banyak yg pakai narrow gauge ( setahu sy yg umum di pakai utk yg lebar sepur 1067 mm, spt yg ada di P. Jawa & Sumatera dan lebar sepur 1000 mm, spt yg ada di Malaysia …
Mana mungkin mas kan gk bisa di ubah rel nya soalnya kan bekas belanda bisa sih kecepatan nya di naikkin tapi seluruh pelintasan harus di tutup seperti di malaysia juga rel nya juga seperti Indonesia tapi bisa kecepatan 160km karena jalur nya melayang
@@dhiipoolrosyid nah maka dari itu, alangkah baiknya pemerintah ambil kebijakan rel non jawa di standarkan internasional. Yg dijawa biar itu aja, jadi irit biaya. Lagian lahan2 jawa sdh sempit. Atau nunggu perkembangan jaman apakah kereta cepat bs lbh murah lagi tarifnya kelak. Sehingga kita sama sekali tdk bth rel ka model lama lagi. Kecuali untuk alat angkut berat, distribusi brng,tambang,minyak dll.
tapi kalo digunakan untuk menghidupkan kereta rel yang telah lama mati. rel yang ada diberi regauge 600-700 mm nanti keretanya pakai loko hokuriku dan kereta penumpang maks 3-4 dengan kecepatan maksimal 40 kph. bisa ini.
Bisa tapi sangat tidak efisien & kurang aman, krn 1 batang rel akan aus lebih dahulu, kereta jadi tidak sejajar krn titik tengah kereta berbeda letak & wesel tidak terisolir. Three-rail dual gauge memiliki kelemahan dimana 1 batang rel akan dilindas oleh 2 jenis kereta yg berbeda lebar spoor, sedangkan 2 batang rel lainnya hanya dilewati oleh 1 jenis kereta yg sesuai dengan ukuran lebar spoornya. Banyak negara yg sudah beralih dari jenis ini ke four-rail dual gauge yg dimana lebih efisien & aman atau langsung ikut program konversi ke lebar spoor yg diinginkan. Sebenarnya pengoprasian 2 lebar spoor yg berbeda dalam satu jalur yg juga memiliki kerumitan yang lebih tinggi dari pada konversi secara penuh.
di asia pasifik, jepang, taiwan, filipina, indonesia, australia (queensland), selandia baru, pakai mayoritas gauge 1067mm. di afrika juga banyak misal afsel, bostwana, uganda, tanzania, madagaskar, dll.
Tambahan rel dengan gauge 1.435mm pada saat di belokan roda nya gampang aus sedang gauge 1.067mm tidak gampang aus jadi memang rel dengan gauge 1.067mm ini cocok dengan di Indonesia yang dimana rel nya banyak berbelok apalagi di daerah pegunungan
Kelemahan standar gauge ya begitu. Krn butuh panjang lengkung lebih banyak dari narrow. Gak heran jaman jepang diubah dri 1435 ke 1067 biar gampak blusukan ke daerah pegunungan. Yg sekarang aja kalo loknya panjang bakal lebih gampang bermasalah contoh cc300 yg panjangnya 18 meter vs keluarga lok GE yg berkisar di 15M
Kalo cuma gerbong rangkaian kereta doang mah produksi dari awal, bukan sekedar modaf modif. Yang ribet itu lokomotifnya yang harus di modifikasi Boogie nya
ruang bebas nya cukup gak ? dimensi kereta cepat itu gede banget. sudah pasti gak bakalan muat itu peron stasiun KAI. termasuk viaduct pasti bakalan mentok sama kepala ka cepat. belum lagi radius belok tikungan yang terlalu kecil. ujung2nya bongkar besar2an infrastruktur lagi.
Maksimal pake 50 tahun, kalau udah masanya yaudah berakhir menjadi besi tua, kecuali kalau salah satu unit yang bisa dikirim ke Ambarawa kirim aja, sisanya biarkan menjadi besi tua karena udah mencapai usia pake
Bang, semisal jalur kereta di Jawa mau di ubah ukuran jadi ukuran standar, apakah dual gauge bisa jadi salah-satu solusi transisi dari ukuran 1067mm ke 1435mm? Mengingat jalur kereta jawa dr ujung ke ujung
Ya bisa aja sih dua gauge tsb, tp tentunya gak bisa di sepanjang jalur KA dari ujung ke ujung, terutama di medan bergunung2....misalnya pada ruas dimana rel 1067 berbelok2 maka ketajaman tikungan gak bisa disamakan ruas dual gauge 1435 gak bisa mengikuti begitu saja yg gauge 1067, malah perlu dibuat dobule track dgn lebar yg berbeda kemudian nanti menyambung lagi jadi dual gauge. Repot, Kolonial Belanda dulu sudah terlanjur membangun ribuan km jalur KA di Jawa, kalo mau diubah tentu perlu waktu sangat lama & biaya sangat besar utk membongkar jalur eksisting, belum menyesuaikan jalur2 di semua stasiun. Yg bagus ya bangun gauge 1435 di kawasan baru seperti sekarang di pulau Sulawesi atau di Jawa pake layang seperti KCIC Whoosh.
@@rendrojos8088 hooh. untuk kali ini agak terpaksa, tau sendirilah petinggi INKA itu pegang prinsip "harus eropa" tapi mau gimana lagi STADLER gk mau bikin KRL maunya bikin gerbong aja, China pun masih belum kebukti cocok dan bau-bau ada pemaksaan dari opung jadi ya opsi yg terbuka ya cuman tawaran Nippon.
@@Nigatsu003 yang saya tahu dari beberapa sumber, yang nolak desain inka-stadler itu justru kai comuter sendiri. karena lebar keretanya terlalu sempit (2.6m). kaic maunya seperti kereta kai atau mrt (2.9m). terus katanya stadler maunya minimum order 500 biji. tentu ini memberatkan.
Variable gouge apakah mungkin dipakai di Indonesia ? Karena ke depan kelihatannya standard gouge atau broad gauge yang akan berlaku karena ada kereta cepat atau semi cepat. Kereta2 ini nggak.mungki. pakai narrow gouge. Ditunggu jawaban nya ya
Berbeda-beda standarnya. Untuk negara Eropa tengah, Asia Barat & Amerika Utara sebagian besar menggunakan lebar sepur standar 1.435 mm & 1.000 mm, sedangkan kawasan Rusia & negara tetangganya menggunakan lebar sepur 1.524 mm. Untuk lebar sepur 1.067 mm selain di Indonesia juga dominan di Afrika Selatan & Jepang.
Tutorial ribet mempersulit hidup, padahal keluar biaya gede buat standarisasi apa susahnya, daripada biaya maintenance bertahun2. Keunggulan broad gauge infrastructure seragam simpel, kereta lebih cepet, bisa angkut container 2 stack, dll. Pejabat Kolot KKN
@@Yudha6519 bener. NIS yang operasikan dual gauge. tapi bukan di jalur yogya-solo. melainkan di jalur solo-gundih. jalur yogya-solo itu dual track 1435 dan 1067 sejajar disepanjang jalur mirip dobel track.
Terus bang gimana caranya kereta di jepang yang sama-sama menggunakan rel yang ukurannya sama seperti di indonesia kok bisa cepat sampai 1500 km/j bang???
Maksudnya krl yg 1067mm tapi bisa 130 itu ya? Kalo struktur rel cukup rata dan kestabilan rangkaian bagus harusnya bisa jugs di indo. Tapi itung2an perawatannya jg lebih mahal
Di Jepang sendiri kereta cepat Shinkansen pakenya standard gauge 1435 mm, bukan 1067 mm. Rel 1067 mm cuma dipake kereta lokal (komuter, metro dll). Beberapa jalur 1067 mm bisa dipacu sampai 130-140 km/jam karena relnya stabil dan perawatannya bagus, atau juga karena mengadopsi sistem Tilting train sehingga tetap bisa ngebut di tikungan atau jalur berkelok.
@@budiyanto8569 Shinkansen tercepat 320 km/jam. Kalo yang kereta maglev namanya Chuo-Shinkansen, top speed waktu testing sampai 500 km/jam tapi belum buka untuk umum.
Dikira gampang apa ya untuk modifikasi kereta? Lagian juga umur kereta layaknya umur manusia. Jadi kalo misalnya kereta udah tua, yaudah mati aja, gak bisa di upgrade lagi!
Pembahasan Sistem Variable Gauge
ruclips.net/video/q32xSgY7l-o/видео.htmlsi=DxdXyhrgmRfIzqmi
APAKAH CC 201 AKAN HILANG DARI PT KAI
Setahu saya, dulu Belanda memilih lebar sepur 1067 dengan resiko keretanya akan lebih oleng dan lebih lambat larinya, karena kontur tanah di Jawa yang bergunung gunung. Karena bila memakai standard atau broad gauge, maka belokannya nggak bisa setajam narrow gauge. Sehingga pembangunannya pada medan pegunungan pasti akan lebih sulit dan memakan biaya yang lebih besar.
Sebenarnya....
Ada dua perusahaan kereta api di Pulau Jawa:
1. Nederlands-Indische Spoorwegen (NIS), ini peloplor kereta api di Jawa, yang membangun rel pertama di Semarang. Lebar sepur yang mereka gunakan adalah 1435 mm
2. Staatsspoorwegen (SS), perusahaan ini masuknya belakangan sebagai ekspansi dari induknya di Belanda sana. Lebar sepur yang mereka gunakan 1067 mm.
Kedua perusahaan ini sering punya jalurnya masing-masing, tapi dalam banyak kasus juga mereka memilih trase yang sama, mengakibatkan adanya dual gauge pads masa itu. Namun, semua rel 1435 mm dicabuti oleh Jepang saat perang dunia kedua untuk keperluan peperangan, baik dikonversi jadi mesin perang atau dipindah ke wilayah jajahan Jepang lainnya untuk membangun jalur rel di sana.
Betul ...
Sejak awal dulu sudah dibuat opsi mau pilih 1435 atau 1067. Jadi bukan di saat modern masa kini ....
Namun karena pertimbangan geografi, maka dipilih 1067mm....
Variabel gauge sangat cocok digunakan pada kereta cepat karena memungkinkan untuk dapat mengakses stasiun-stasiun yang sudah ada tanpa perlu bikin stasiun baru serta meminimalkan pembangunan jalur baru yang berlebihan. Walaupun konsekuensinya kereta cepat akan melaju dengan kecepatan biasa di narrow gauge
Kereta api cepat umumnya menggunakan lebar sepur standar (standard gauge) 1.435 mm, jika menggunakan sarana kereta cepat sistem variable gauge maka ketika memasuki lintas dengan lebar rel 1.067 mm kecepatannya harus dibatasi maksimum 140-160 km/jam (menjadi KA semi cepat).
Mirip beberapa seri shinkansen yg melewati jalur+stasiun kereta reguler..dengan modifikasi+tambahan 1 rel di jalur narrow gauge,kereta shinkansen berjalan dengan kecepatan standar kereta reguler..
@@mainantriplek7787 Seingat saya sebutannya "mini Shinkansen", ada di jalur Yamagata (Ou Mainline) & Akita (Tazawako Line) tetapi di situ hanya mengubah lebar sepurnya, tidak mengubah loading gauge atau batas ruang bebas atas maupun samping.
Kalau yang berjalan variable gauge antara 1.435 mm & 1.067 mm sendiri masih sifatnya eksperimen dengan GCT (Gauge Change Train) milik JR RTRI.
@@princebraveguhyapati4766 gct kayaknya batal dipake buat shinkansen. tadinya kan nishi-kyushu shinkansen hakata-nagasaki mau pakai gct ini lewat rel standar+narrow. tapi akhirnya batal dan diganti pakai sistem shinkansen standar.
Kayak Spanyol sebagai pengguna terbesar sistem variable gauge, untuk menghubungkan rel di negaranya yang pake Iberian gauge 1668 mm dengan negara² Eropa lain yang pake standard gauge 1435 mm.
Memang secara teknis bisa, tapi ada konsekuensi yang harus ditanggung, yaitu mahalnya biaya perawatan
Sebenarnya Indonesia di zaman Belanda pernah punya rel dual gauge antara Solo dan Jogja, dengan rel 1067 mm dan 1435 mm. Tapi pas dijajah Jepang, semua rel dual gauge diseragamkan jadi 1067 mm.
dual gauge di lintas solo-gundih. kalo lintas yogya - solo dual track beda gauge mirip kayak jalur kereta bandara narita tokyo (jalur keisei dan jr east).
iya bro betul,... jaman jepang yg ukuran 1435 ( yg luar ) dilepas, untuk dipasang di Kamboja & Burma......
Padahal yg 1435 adalah ukuran standar internasional😂😂😂 mau upgrade loko gerbong minta sana sama belanda dan jepang, bisa buatny
@@Pr90zdan12ambil.sisi positifnya, KRL comuter jabodetabek itu layak karena kita pakai narrow gage, jadi bisa beli kereta bekas jepang
Biar dual gauge kalo loading gaugenya mini sama aja boong
Iya. Lebih baik boogie yang menyesuaikan gauge rel daripada gauge rel yang dibuat berlapis. Nanti akan ada segmen rel transisi untuk perpindahan gauge rel.
Lebih lambat sih, tapi lebih murah dan aman.
Bang lanjut tentang kondisi kereta api di Filipina
Dulu jogja - solo double gauge, punya NISM sama SS,,, cuma akhirnya SS minta dibikinin double track
Dual gauge selain jalur NIS yang pernah ada di Indonesia:
PG Rendeng
700mm (masih aktif) dan 900mm
PG Cepiring
600mm dan 1067mm
PG Semboro
700mm (masih aktif) dan 1067mm
Bang bahas jenis" bogie
Narrow gauge, Standard gauge, Broad gauge gak terlalu jdi pertimbangan sih kalo saya... yang penting selaras atau sama semua. misal, di pulau Jawa pakai 1067, nah dipulau lain pake 1067 juga.
misal ada kerusakan Lokomotif/gerbong gak terlalu ribet buat substitusinya. Kereta di Jawa bisa digunakan di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan & Papua (kelak kalo dibangun jalur ka) begitu juga sebaliknya.
Double gauge lebih cocok disumatra untuk mempermudah akses karena sudah memiliki 2 jenis rel.. untuk jawa tidak perlu begitu dengan sulawesi.. karena memiliki satu jenis rel saja
Semoga saja Terealisasi. Bahkan cocok buat daerah Kalimantan maupun Papua😊😊
Banyak rombak stasiun bosss
Ingat rf jawa mau liat juga masa harus ke sumatra belum biaya transportasinya
@@zefhanmarbun_id2468 tujuan bangun infrastruktur bukan supaya dilihat relpens
Mantap banget penjelasannya, terimakasih banyak atas informasinya, semoga bermanfaat untuk semuanya
Siap bang sama2 semoga bermanfaat
Lbh murah memodifikasi trainset nya dg variable gauge dr pd hrs memasang rail tambah an di semua lintasan ..
tapi kereta yang sebelumnya digunakan jadi nggk akan bisa digunakan lagi
@@ferryfebriyanto7655 tetep bisa .. spt yg sdh selama ini dikerjakan INKA, dg me modifikasi gerbong2 lama menjadi gerbong KA Wisata, KA Executive dll, yg dlm hal ini yg di modificasi boogie nya, di ganti dg “ variable boogie “ ( yg bisa menciut dan melebar sesuai dg lebar gauge nya ) …
mahal perawatannya.
dual gauge kalo pas wesel Inggris asyik tuh mas ..
Perawatannya bakal rumit banget 😅
@@rusticcloud3325 dlm kata lain, biaya perawatan lbh mahal.
Min bahas setiap locomotives di amerika dong seperti cn csx union pacific bnsf dll 🙏
Siap bang nnti dibahas
Setuju
pov kereta 1435 mm tabrakan sama kereta 1067 mm di dual guage 3 rel:
DUARRRR (yang 1067 hancur dan teguling ke satu arah bahkan bisa menutup jalur lain) (yang 1435 terus menghancurkan rangkaian 1067)
Mantap ini informasinya, bisa tahu berbagai jenis ukuran rel kereta api 🔥😎👍🏻
Terimakasih bang
wah, ternyata yg aku inginkan sdh ada standarnya. Mngkn krn sistem narrow itu yg bikin kereta mudah anjlok, itu yg ingin aku rubah. Narrow adalh sistem kereta JADUL indonesia yg lambat, mngkn akan baik jika di standarkan atau dilebih lebarkan krn mesin kereta skrng jauh lebih cepat dr kereta jaman belanda dulu
Itu hanya analisaku saja.
Narrow gauge, msh terap dibutuhkan utk medan2 yg sempit, terjal, menikung tajam … spt hal nya di Eropa msh banyak yg pakai narrow gauge ( setahu sy yg umum di pakai utk yg lebar sepur 1067 mm, spt yg ada di P. Jawa & Sumatera dan lebar sepur 1000 mm, spt yg ada di
Malaysia …
Yg penting tub sekarang 1067 asal slab track bisa digeber 160 km, PJL hilang
Mana mungkin mas kan gk bisa di ubah rel nya soalnya kan bekas belanda bisa sih kecepatan nya di naikkin tapi seluruh pelintasan harus di tutup seperti di malaysia juga rel nya juga seperti Indonesia tapi bisa kecepatan 160km karena jalur nya melayang
@@dhiipoolrosyid nah maka dari itu, alangkah baiknya pemerintah ambil kebijakan rel non jawa di standarkan internasional. Yg dijawa biar itu aja, jadi irit biaya. Lagian lahan2 jawa sdh sempit.
Atau nunggu perkembangan jaman apakah kereta cepat bs lbh murah lagi tarifnya kelak. Sehingga kita sama sekali tdk bth rel ka model lama lagi. Kecuali untuk alat angkut berat, distribusi brng,tambang,minyak dll.
@@perutndut7226lah disulawesi kan pake 1435
tapi kalo digunakan untuk menghidupkan kereta rel yang telah lama mati. rel yang ada diberi regauge 600-700 mm nanti keretanya pakai loko hokuriku dan kereta penumpang maks 3-4 dengan kecepatan maksimal 40 kph. bisa ini.
Bahas , apa bedanya Standar gauge dan Board gauge
se7 sih
Beda lebar doang, standard gauge itu 1435 sedangkan board gauge itu 1600mm-2000mm
@@irsyaddarmawan4091 kalo Cape gauge berapa??
@@EggaShortID belum pernah denger cape gauge, nanti coba gw baca baca dulu kalo udah gw balik lagi nanti
@@irsyaddarmawan4091 yang dipake Lori tebu
Min sy awam tentang dunia kreta api.
Mau tanya dong di indonesia di pulau mana aja yg ada kreta api dan masib beroprasi ??
Sejauh ini kayanya pulau Jawa, sumatera dan Sulawesi
Kalimantan blum ada yah ?
@@wijaya14 kayanya bakalan ada tapi gatau kapan nya
Bang, kenapa banyak rel kereta zaman belanda di indonesia sudah di non aktifkan???
Min bahas krl dari inka dong, sangat penasaran
Dulu rel solo Jogja pernah pake dual gauge
Bisa tapi sangat tidak efisien & kurang aman, krn 1 batang rel akan aus lebih dahulu, kereta jadi tidak sejajar krn titik tengah kereta berbeda letak & wesel tidak terisolir. Three-rail dual gauge memiliki kelemahan dimana 1 batang rel akan dilindas oleh 2 jenis kereta yg berbeda lebar spoor, sedangkan 2 batang rel lainnya hanya dilewati oleh 1 jenis kereta yg sesuai dengan ukuran lebar spoornya. Banyak negara yg sudah beralih dari jenis ini ke four-rail dual gauge yg dimana lebih efisien & aman atau langsung ikut program konversi ke lebar spoor yg diinginkan. Sebenarnya pengoprasian 2 lebar spoor yg berbeda dalam satu jalur yg juga memiliki kerumitan yang lebih tinggi dari pada konversi secara penuh.
apakah ukuran rel ini berpengaruh terhadap kekedapan kabin di dalam kereta saat kereta melaju di kecepatan 120 kmp
Lebar rel berPengaruh. Karena semakin lebar rel semakin stabil. Dan rel yg lebar punya daya dukung beban yg lebih besar jdi gak gampang bergelombang.
kereta di India bisa cepat banget tuh🗿
kabin kedap suara tergantung pabrik kereta yang bikin. bukan karena ukuran rel.
@@rendrojos8088 iy salah baca. Sorry. Kalo kekedapan lebih ke kualitas track dan kekedapan gerbong
Di india banyak tuh ada 3 rel yang terpasang
kebumen hadir
Siap bangg mantap
Indonesia 1,067m mirip di jepang 1,067m
bukan 1,67 m tapi 1,067 m. 1,6m ukuran indian gauge
emang relnya warisan penjajahan jepang.
di asia pasifik, jepang, taiwan, filipina, indonesia, australia (queensland), selandia baru, pakai mayoritas gauge 1067mm. di afrika juga banyak misal afsel, bostwana, uganda, tanzania, madagaskar, dll.
Kalau gak salah gauge 1,067mm ini lebih murah dari 1.435mm dan juga gauge 1.067mm ini cukup stabil
Tambahan rel dengan gauge 1.435mm pada saat di belokan roda nya gampang aus sedang gauge 1.067mm tidak gampang aus jadi memang rel dengan gauge 1.067mm ini cocok dengan di Indonesia yang dimana rel nya banyak berbelok apalagi di daerah pegunungan
Negara² yang pake jalan rel dual gauge (beda lebar jalan rel): Australia, Bangladesh, Brasil, Swedia
Bang next update bahas gerbong kereta gendut
Siap bang
Wih keren kreta nya
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Bang memangnya kereta ada juga roda darurat misalnya seperti kecelakaan gitu
LRT jabotabek aja GATOT pakai 1435 rodanya gampang aus, akibat belokan belokan tajam, bener MRT pakai 1067
Kelemahan standar gauge ya begitu. Krn butuh panjang lengkung lebih banyak dari narrow. Gak heran jaman jepang diubah dri 1435 ke 1067 biar gampak blusukan ke daerah pegunungan. Yg sekarang aja kalo loknya panjang bakal lebih gampang bermasalah contoh cc300 yg panjangnya 18 meter vs keluarga lok GE yg berkisar di 15M
kok lrt jakpro biasa aja gak ada gangguan ? padahal radius beloknya lebih ekstrim yang lrt jakpro terutama yang mau kearah pegangsaan 2.
baru tau mrt pake narrow gauge. tapi keretanya kyk jauh lebih lebar dr krl.
@@rizkyadiyanto7922 1067 tapi pakai slab track pak, kek kereta cepat, beda sama KAI 1067 pakai ballast track yang gampang goyang dangdut,
@@rendrojos8088 keretanya bikinan rotem korea, sama konsultan tracknya korea, kek Sky Train airport CGK pakai korea
Apakah mungkin KAI memutasi Gerbong dan Lokomotif di Jawa untuk ditaruh di Sulawesi (misalnya) namun dengan memodifikasi ukuran bogie terlebih dahulu?
Kalo cuma gerbong rangkaian kereta doang mah produksi dari awal, bukan sekedar modaf modif.
Yang ribet itu lokomotifnya yang harus di modifikasi Boogie nya
Malaysia
Indonesia
Thailand, ukuran rail sempit sama
Malaysia Thailand lebar cm 1m, beda dikit dgn Indonesia yg 1,06m
Rel sempit semua, walau beda dikit. Malaysia dan Thailand make metre gauge 1000 mm, Indonesia agak lebar dikit pake Cape gauge 1067 mm.
Bang bahas lok u50 bang dari GE unik tuh
Makasih bang jadi faham 🗿👍
Siap bang semoga bermanfaat
Ukuran sempit akibatkan sering terjadi roda loncat dari jalur
2:14 kok Makassar - Manado jauh banget 😮
Smangat terus mas ngonten'y
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Siap Terimakasih bang
@@aksatareview
Sama2 👌🏻
Tapi track di brazil lebih sempit dari Indonesia dan bisa pake untuk loko besar Amerika
Berarti kerta cepat kcic bisa di integrasikan lewat jalur kereta konvensional yg penting dual gouge!!cuma resikonya salah satu rel cepet haus!!
ruang bebas nya cukup gak ? dimensi kereta cepat itu gede banget. sudah pasti gak bakalan muat itu peron stasiun KAI. termasuk viaduct pasti bakalan mentok sama kepala ka cepat. belum lagi radius belok tikungan yang terlalu kecil. ujung2nya bongkar besar2an infrastruktur lagi.
BANG BAHAS APAKAH CC 201 AKAN HILANG DARI PT KAI SAYA TUNGGU
memangnya kalo hilang kenapa ? usia cc201 sudah tua hampir 50 tahun. kalo suatu saat pensiun ya itu sudah takdirnya.
Maksimal pake 50 tahun, kalau udah masanya yaudah berakhir menjadi besi tua, kecuali kalau salah satu unit yang bisa dikirim ke Ambarawa kirim aja, sisanya biarkan menjadi besi tua karena udah mencapai usia pake
Ya mana saya tau
Bang, semisal jalur kereta di Jawa mau di ubah ukuran jadi ukuran standar, apakah dual gauge bisa jadi salah-satu solusi transisi dari ukuran 1067mm ke 1435mm? Mengingat jalur kereta jawa dr ujung ke ujung
Ya bisa aja sih dua gauge tsb, tp tentunya gak bisa di sepanjang jalur KA dari ujung ke ujung, terutama di medan bergunung2....misalnya pada ruas dimana rel 1067 berbelok2 maka ketajaman tikungan gak bisa disamakan ruas dual gauge 1435 gak bisa mengikuti begitu saja yg gauge 1067, malah perlu dibuat dobule track dgn lebar yg berbeda kemudian nanti menyambung lagi jadi dual gauge.
Repot, Kolonial Belanda dulu sudah terlanjur membangun ribuan km jalur KA di Jawa, kalo mau diubah tentu perlu waktu sangat lama & biaya sangat besar utk membongkar jalur eksisting, belum menyesuaikan jalur2 di semua stasiun. Yg bagus ya bangun gauge 1435 di kawasan baru seperti sekarang di pulau Sulawesi atau di Jawa pake layang seperti KCIC Whoosh.
Bang kok lama ngak upload
Di tunggu ya bang 🙏
@@aksatareview buruan upload ya bang kangen konten nya
@@Banonjerry-cx6bc siap bang
Kerjasama INKA dan stadler batal. Udah ada rilis resmi dari INKA
clbk lagi sama nippon. 🤭
@@rendrojos8088 hooh. untuk kali ini agak terpaksa, tau sendirilah petinggi INKA itu pegang prinsip "harus eropa" tapi mau gimana lagi STADLER gk mau bikin KRL maunya bikin gerbong aja, China pun masih belum kebukti cocok dan bau-bau ada pemaksaan dari opung jadi ya opsi yg terbuka ya cuman tawaran Nippon.
@@Nigatsu003 yang saya tahu dari beberapa sumber, yang nolak desain inka-stadler itu justru kai comuter sendiri. karena lebar keretanya terlalu sempit (2.6m). kaic maunya seperti kereta kai atau mrt (2.9m). terus katanya stadler maunya minimum order 500 biji. tentu ini memberatkan.
@@rendrojos8088 500 biji? Boncos juga euy...
Kereta dengan minim guncangan itu jenis rel yg mana ya?
Tentu aja semakin besar ukuran rel semakin minum guncangannya
@@aksatareview nah mantap, pertanyaan yg paling ku cari² jawabannya. Sayangnya rel pulau jawa terlalu sempit ya?
Salam dari Kalteng
@@Cacan_Empas Iyah bang rel di pulau Jawa masuk dalam ukuran rel sempit
Variable gouge apakah mungkin dipakai di Indonesia ? Karena ke depan kelihatannya standard gouge atau broad gauge yang akan berlaku karena ada kereta cepat atau semi cepat. Kereta2 ini nggak.mungki. pakai narrow gouge. Ditunggu jawaban nya ya
Mungkin saja bang. Kedepannya juga jika membangun rel kereta baru yg belum ada sebelumnya harus menggunakan standar Gauge.
Kebanyakan umumnya
GAUGE yg dpke setiap negara
Rata2
1435 mm dan 1067 mm
Ya?
gak mesti. di eropa banyak juga yang pakai 1435-1000 mm.
Berbeda-beda standarnya.
Untuk negara Eropa tengah, Asia Barat & Amerika Utara sebagian besar menggunakan lebar sepur standar 1.435 mm & 1.000 mm, sedangkan kawasan Rusia & negara tetangganya menggunakan lebar sepur 1.524 mm.
Untuk lebar sepur 1.067 mm selain di Indonesia juga dominan di Afrika Selatan & Jepang.
@@princebraveguhyapati4766 Tambahan, untuk Asia Selatan biasanya pake 1.676 mm
lebih hemat ganti boogie kereta😅
Belum terjawab: Apakah kereta api di Indonesia dulunya ada lokomotif di setiap ujungnya
Kayanya nggak bang
Tutorial ribet mempersulit hidup, padahal keluar biaya gede buat standarisasi apa susahnya, daripada biaya maintenance bertahun2. Keunggulan broad gauge infrastructure seragam simpel, kereta lebih cepet, bisa angkut container 2 stack, dll.
Pejabat Kolot KKN
Bang bukan indonesia doang yang masih pake rel sempit,ada malaysia juga yang memakai rel lebih sempit dari indonesia
Rel² sempit juga masih banyak digunain di hampir semua negara untuk track pegunungan yang berkelok
biaya luar biasa tapi gak sebanding manfaatnya buat apa? urgensi juga gak ada.
Kelemahan broad gauge: sulit menikung tajam
Mantap Mas
Terimakasih bang
SS parnah mengoperasikan dual gauge pada limtas YK-SLO
Bukannya nis ya yang mengoperasikan dual gauge
@@Yudha6519 bener. NIS yang operasikan dual gauge. tapi bukan di jalur yogya-solo. melainkan di jalur solo-gundih. jalur yogya-solo itu dual track 1435 dan 1067 sejajar disepanjang jalur mirip dobel track.
👍👍👍
Besten Standard Gleispur Europas..
Kenapa kok di beri pecahan batu ya bang
Biar gak geser relnya
Indonesia kapan?😂😂
Sudah. Rail KCIC lebarnya 1435
@@agussetiana3887bener
Aceh dan Sulawesi sudah pakai standar gauge 1435 jg
Jawa itu ada di kota jakarta
Terus bang gimana caranya kereta di jepang yang sama-sama menggunakan rel yang ukurannya sama seperti di indonesia kok bisa cepat sampai 1500 km/j bang???
Kereta apa yang bisa 1.500 km / jam ???
Setau saya Shinkansen tercepat baru bisa 650 km / jam.
kereta tenaga jin ifrit 😱
Maksudnya krl yg 1067mm tapi bisa 130 itu ya? Kalo struktur rel cukup rata dan kestabilan rangkaian bagus harusnya bisa jugs di indo. Tapi itung2an perawatannya jg lebih mahal
Di Jepang sendiri kereta cepat Shinkansen pakenya standard gauge 1435 mm, bukan 1067 mm. Rel 1067 mm cuma dipake kereta lokal (komuter, metro dll). Beberapa jalur 1067 mm bisa dipacu sampai 130-140 km/jam karena relnya stabil dan perawatannya bagus, atau juga karena mengadopsi sistem Tilting train sehingga tetap bisa ngebut di tikungan atau jalur berkelok.
@@budiyanto8569 Shinkansen tercepat 320 km/jam. Kalo yang kereta maglev namanya Chuo-Shinkansen, top speed waktu testing sampai 500 km/jam tapi belum buka untuk umum.
Anjay ada stasiun rewulu
Heran, loko tahun 1970 masih dipakai, sekrang 2024 bokkk, sdh 54 thn stagnan aja ,upgradelah duitmu kemana aja wahai prushaan kretpi
Dikira gampang apa ya untuk modifikasi kereta? Lagian juga umur kereta layaknya umur manusia. Jadi kalo misalnya kereta udah tua, yaudah mati aja, gak bisa di upgrade lagi!
Lebarin dong biar ga glodak glodak