Sekedar saran Pak, mungkin bisa undang Prof. Abdullah Shahab, seorang ilmuwan teknik mesin, guru besar ITS dan ulama. Sangat cocok untuk membahas kenapa umat Islam mengalami kemunduran, dan beliau sangat rasional dan berwawasan luas. 🙏😁
pasti belajar dari Professor John.L Esposito. orang yg mengungkap kejahatan bangsa eropa yg berusha menutup 1000 tahun, peran Islam membawa cahaya Ilmu bagi Dark Age Of Europe. dengan kesimpulan, bahwa kebesaran yg dimiliki eropa hari ini. itu hasil eropa mengamibil 1/4 buku-buku ilmuan muslim sewaktu perpustakaan Baghdad di bumi hanguskan bangsa mongol. wow itu ternyata cuman 1/4 ilmu saja, bisa membangkitkan eropa hingga hari ini. gimana kalo buku-bukunya diambil semua, sebelum dibakar bangsa mongol.. kayanya eropa bukan hanya bangkit dari kegelapan, mungkin hari ini eropa jadi sebuah pusat kesejahteraan manusia
Coba undang Prof Dr KH Hamid Fahmy Zarkasyi, Rektor Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor). pak Gita untuk bahas perihal ini. InsyaAllah banyak pencerahan
Jika benar islam itu mendukung sains dan ilmu pengetahuan, semestinya sekarang banyak santri pesantren atau anggota taliban yang menjadi ilmuan penemu vaksin, entrepreneur genius, ekonom brilian atau pemikir hebat dunia, tapi kenyataannya tidak lah demikian, mereka hanya menjadi sampah dan beban dunia.
manusia zaman skg jauh lebih skeptis dan kritis dalam berpikir, dan kehidupannya juga jauh lebih kompleks dari masyarakat abad ke 7, semestinya skg alloh lbh sering menunjukkan mukjizat2nya di bumi, bukan hanya di zaman jahiliyah yang orang2nya gampang dibodohi tapi juga di zaman metaverse, robotika AI, rakayasa CRISPR, nanoteknologi dan terraforming planet seperti sekarang ini, atau mungkin bisa diutus nabi/rosul baru, atau dikasih update kitab suci seperti Al-quran 2.0 atau Hadist ultimate edition.
Usul saya, seluruh wacana di endgame bisa dituliskan jadi sebuah buku. Setidaknya, ada produk intelektual yang dilahirkan dari Pak Gita. Pada Pilpres 2014, dalam konvensi PD, Pak Gita pernah datang di Manado dan berjazz-ria bersama saya di panggung kafe publik Jalan Roda(Jarod). You are the eminent person.
Sekiranya ada beberapa poin yang saya harus kritik dari video ini: 11:55 Ottoman tidak pernah memguasai daerah Persia sampai Asia tengah seperti yg ditampilkan dalam video (Iran, Pakistan, Turkmenistan dll) dikarenakan sudah dikuasai oleh kekaisaran Persia itu sendiri (Timurid, Ghaznavid, lalu Safavid). Ottoman hanya menguasai bagian barat Iran, Armenia dan sedikit bagian dari Georgia dan Circassian, bukan wilayah Dagestan secara keseluruhan. 19:02 salah peyebutan aja sih Al Kindi jadi Al Kirdi 22:00 tentu saja setelah masa Abbasid (1258) ilmu sains itu masih berlanjut kalo tidak ya gak mungkin ada ilmuwan² Islam seperti Nasrudin Al-Tusi (m.1274), Ulugh Beg (m.1449), Ibn Khaldun (m.1406) Ibn Taymiyyah (m.1328) Ibn Battuta (m.1369) Ali Qushji (m.1474), Taqi Al-Din (m.1585), Piri Reis (1553) dll... 23:40 Al-Ghazali itu bukan pemicu pemerosotan sains dalam dunia Islam, ini miskonsepsi paling umum kepada org² yg baru membaca/memahami Al Ghazali. Dalam buku _The Incoherence Of Philosophers_ Al Ghazali mengambil 20 teori para filsuf dan hanya 3 ia perpendapat teorinya tidak dapat diterima Ia mengkritik pandangan Ibn Sina dan Al Farabi tentang pandangan mereka mengenai filosofi Aristotle dan metafisika. kritikannya dalam buku _Deliverence From Error_ merupakan kritik atas cara pandang buta dari filsuf/ilmuwan² yang menerima sesuatu apa yg orang lain katakan khususnya dalam filosofi dan sains seperti doktrin atheis secara langsung. Ibarat katanya langsung ditelan tanpa dikunyah menurut Habib Husein Ja'far Al Ghazali sangat kritis mengenai kritikannya karna ia sendiri memiliki keterampilan dan kepiawaian dalam ilmu matematika dan ilmu logika. Imam Ghazali sendiri mengkedepankan rasa penasaran dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Ibn Bajah, Ibn Thufail dan Ibn Rusyd adalah diantara orang² yang mengkritik balik Imam Ghazali. (Sumber: Al-Ghazali - Deliverence From Error, Al-Ghazali - The Incoherence Of Philosophers, Al-Ghazali - The Niche Of Lights, Leaman, Oliver (2008) - The Developed Kalam Tradition, Lumbard, Joseph E.B - "Ahmad Al-Ghazali, Remembrance, and The Metaphysics Of Love, Michael E. - Al-Ghazali The Cambridge Companion To Arabic Philosophy"). Pada abad ke-15 sendiri atau tahun 1400an adalah masa kejayaan Ottoman karna Ottoman sendiri yang menguasai daerah² untuk jalur perdagangan Asia baik darat maupun air bahkan pada abad ke 16 Ottoman sudah menguasai teluk² peninsula Arab dan Suez Canal di Mesir itulah mengapa bangsa Eropa mulai mencari jalur perdagangannya sendiri untuk mengakses Asia. Terlebih Ottoman sendiri mengalami masa 'The Golden Age Of Astrology' pada abad ke 16 dengan ilmuwan ternamanya adalah Taqi Al-Din. Memang betul pada abad ke 16 pihak Ottoman menolak printing press dalam peradabannya tapi bukan berarti itu adalah dampak terbesar dalam ketermunduran Islam. Bangsa Eropa itu sendiri baru makmur ketika memasuki abad ke 18 (1700an) dimana Ottoman mengalami ketidak stabilan politik dan keterlambatan Ottoman mengadopsi teknologi printing press. Kesimpilannya cuma 2: - Penyerangan Mongol 1258 - ketidak stabilan politik ottoman ditambah keterlambatannya mengadopsi printing press. Poin² dalam videonya udah baik dalam membahas alasan kenapa Islam mengalami keterbelakangan tapi sepertinya masih ada poin² yang harusnya diteliti lagi sebelum videonya diunggah :) Terima kasih.
Tambahan: Mehmed II atau Mehmed Al Fatih sendiri itu seorang insinyur besi makanya dia berkerja sama dengan ilmuwan Hungaria untuk bikin meriam raksasa untuk menaklukan Konstantinopel.
@@emangusil3075 salah. Dalam buku autobiografinya Avicena, William E. Gohlman (1986), buku bahasa inggris + bahasa arab Ibn Sina menyatakan sendiri kalau dia bukan Syiah. Dia lahir dari keluarga Syiah (bapak dan saudaranya) tapi jurisprudence dia adalah ulama² dari mazhab Hanafi. Lu itu adalah salah satu orang yang disindir Al-Ghazali modal denger² doang tanpa baca literatur asli atau dari buku itu sendiri. Padahal baca buku itu punya sumber yang lebih terpercaya dibanding artikel di internet.
@@LancasterSupremo iya apalagi sekarang banyak bermunculan kaumm kafir yg islamphobia, apa2 yg berbau islam mereka benci, golongan seperti itu yg harus di musnahkan.
Dari video ini saya menemukan 5 titik point penting dalam mengaktifkan seluruh intelegensi kita sebagai manusia Indonesia, untuk memastikan bahwa kita bisa mendapatkan lebih dari para ahli ilmu terdahulu. 1. Panca indera 2. Rasio 3. Naluri 4. Nurani 5. Intuisi 5 intelegensi diatas sangat berperan penting dalam kehidupan, barat bisa maju luar biasa mungkin karna lebih fokus terhadap rasionalitasnya, sehingga mereka bisa sat set (cepat) dalam melakukan sesuatu. Sedangkan kita punya 5 intelegensi, akan sangat luar biasa bila 55nya aktif dengan maksimal. Semoga kita senantiasa diberikan kelancaran dalam meniti jalan ilmu. Amin
Konten edukatif seperti ini viewnya dikit, ini menandakan tingkat literasi di negara kita masih sangat minim, channel semacam ini seharusnya yg trending, Terima Kasih Pak Gita.
ya era badut bro...tokoh / sesorang yang mempunyai kapabilitas sesuai bidangnya sering di rendahkan , di anggap kecil, dan parahnya sampai bisa dibuatkan kebencian oleh kaum munafik juga badut(dunning kruger effect - dimana badut bisa merasa seperti level professor/ahli) dan sebalik para badut entertainer yang berjamur malah di puja-puja, walau seperti tong kosong dengan bermodalkan eksistensinya saja.
Indikator mudahnya adalah masjid-masjid saat ini dibangun menjulang tinggi dengan anggaran ratusan juta bahkan miliar rupiah. Sayangnya hanya sedikit ruangan yang digunakan untuk perpustakaan yang menyediakan buku-buku termasuk sains. Bahkan untuk konten kerohaniaan saja sangat minim sekali.
setuju, setiap saya masuk masjid selalu yang saya cari adalah koleksi pustakanya. tapi didalamnya jarang sekali menyediakan buku-buku bacaan bagus. mayoritas adalah Al-Quran yang ujung-ujungnya juga hanya sebagai kitab tadarusan.
@@richarddawkins4607 berhenti bro komentar kosong aja... apa lagi bilang agama itu bawa dongeng... elu aja gk ngasih konstri busi apa apa kok. cuman kek emak emak rumpian yg ngeributin sesuatu tapi NOL TINDAKAN !!!
Algoritma bangsa Indonesia memilih pemimpin: 1. Populis 2. Politisi 3. Mainstream agama 4. Suku Saya ingin Pak. Gita memimpin negeri ini. Gita Wiryawan 4 president.
Pak Gita melalui episode ini telah berhasil membangkitkan kembali kesadaran umat muslim yg seakan tertidur saat ini bahwa dahulu kita memiliki peradaban teladan bagi dunia. Sebagai penduduk terbesar muslim dunia, Indonesia sangat bisa meraih kembali "the buried legacy" peradaban islam. Wallahua'lam
terlambat bro membahas ttg Islam , kalau lo Islam kemana saja selama ini , berrti lo dungu , coba lo ke pengajiannya Ustadz Adi Hidayat atau ke ikut mendengarkan Ustadz Abdol Somad
@@berkahhidayahmdr6970 makasih sarannya...krn banyak muslim yg masih ga tau sejarah keren yg disampaikan pak gita tadi..sebagian sudah mengetahui, sudah hafal tapi maaih belum bisa berbuat banyak dengan keislamannya
Menurut saya, atleast opini pribadi saya... kalau mayoritas siswa siswi di Indonesia jelas tau banget tentang kejayaaan Islam jaman dulu bidang IPTEK. Ada dua babnya malahan di pelajaran agama untuk menjelaskan hal tersebut. Cuman yang jadi masalahnya cerita-cerita itu cuman menjadi hafalan, hafalan, hafalan dan lupakan. Bukan sebuah praktek untuk lebih baik lagi di sekolah. Tetep aja penerapannya kita masih males belajar; Fisika remed, Kimia nyontek, Matematika malah hafalan jenis soal, ada tugas langsung nyari brainly :)
@@Briar_Yuri itu maksud sy..masih dihayati sbg tekstual dan hafalan..belum ke value transfer bhwa peradaban islam yg dulu hilang or dihilangkan dunia mesti kita raih kembali
@@MisterDreamOfficial Yes itulah yang kurang. Seharusnya kita menjiwai dan mencari cara sehingga bisa diciptakan iklim belajar dan value seperti mereka dulu. Maaf kalau saya menyinggung, tapi gini aja deh... mudah bagi kita untuk membentuk Masjid, di seluruh penjuru kota, kelurahan, desa mendapat anggaran atau mencari donasi miliaran sampai puluhan miliar. Namun sulit sekali mencari perpustakaan di dalam masjid tersebut dengan alokasi yang besarr. Atau sulit juga membuat bangunan perpustakaan dengan dana dan dukungan yang sama.
kita bisa menjadi seperti mereka , jika kita mencontoh mereka dengan cara memaksimalkan 3 sarana yang diberikan kepada kita, 1.akal, 2.pengliatan, 3.pendengaran. karena modal dasar manusia hanya 3 sarana tersebut yang diberikan olleh allah. manusia mengetahui segala sesuatu dengan sebuah proses belajar "iqro". Jadi perbedaan manusia terletak pada AKAL FIKIRAN...
Baru liat ini, aku pernah liat kajian ustadz khalid basalamah terkait islamic goden age di ammar TV di bali. Nah disitu banyak sejarah yg diputar balikan, terus disitu beliay jg bilang ada buku best seller karya jehad al turbani tentang 100 muslim yang berpengaruh terhadap dunia.
Saya dibawa kembali mengingat pembahasan sejarah peradaban Islam. Dinasti Abbasiyah menjadi masa ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Yang membuat saya kagum sampai sekarang adalah bagaimana mereka bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dengan pendekatan interdisiplin ilmu. Terima kasih pak Gita untuk pembahasannya sore ini
hanya saja bagaimana agar masa itu bisa terlihat kembali dan kenyataan bahwa islam adalan pemilik peradaban ilmu yang besar benar-benar terpublikasikan serta memang ada sebagai kenyataan bukan hanya seperti dongeng ataupun cerita yang tinggal sejarah
mayoritas org islam sekarang berpikir bahwa hidupnya itu ya di akhirat... dia lupa kalau dia hidup di dunia,, makanya saya benci bgt kalau ada orang yang mengatakan "tuntut ilmu dunia terus, belajar ilmu akhirat juga dong",, padahal dari ujung rambut ampe kaki, dari malam sampe siang, dia selalu pakai produk dari ilmu dunia (sosial media utk dakwah, ilmu teknik utk bangun masjid, kimia utk makan dll). Sangat PAradox
@@Peanuts76 iya, memang faktanya manusia sangat suka dikotomi (pilih akhirat atau dunia, baik atau buruk, surga atau neraka, pahlawan atau penjahat, dll) padahal kita hidup dalam spektrum, memungkinkan untuk berada di rentang mana saja & kapan saja, dua2 bisa bermanfaat/buru tergantung situasi dan kebutuhan... yang bagian ilmu agama/sejarah jalan terus yang bagian sains juga jalan terus... keduanya harus saling menerima dan terbuka bukan malah saling meniadakan.
@@Peanuts76 iya, bener, tapi beda loh bro "menerima" sama "mendukung",, kalau menerima ya nice to have aja, klo ada ya bagus klo gaada ya gakpapa, wkwk, kalau mendukung dia lebih menggerakkan atau kasih action... dan sangat jarang ada ulama yang menggembor2kan sainss,, dan sama juga dengan pendeta, rabbi dan pemuka agama lain.... karena sejatinya sains itu gak akan pernah bisa berjalan dengan agama, wkwk, liat aja tuh teori darwin, sama dari 68% pemenang nobel kristen itu apa semuanya mreka percaya Yesus itu anak Tuhan? pasti enggak hahahha, rata2 mreka atheist semua, cuma ngakunya kristen biar ada budaya aja/ktp doang,, makanya klo gw pikir2 gaada gunanya juga adu2 identitas gni gak sihh bro
Aku palibg suka beljr tentang peradaban Islam meski ad yg lupa tapi dari sini aku mengimpikan bahwa dri Islam lh..Tek nlgi Bru dimulai dan dikembangkan secara keseluruhan krna dalam Al-Qur'an semua tentang ilmu pengetahuan udah djabarkan dan itu digali oleh ilmuwan.2 terkenal diteliti kemudian diciptakan krna bermanfaat tuk kehidupan manusia..nah dari sini..tidak bisa diragukan lagi Al-Qur'an itu tidak bohong semua ayat yg diturunkan semua segal kisah sebelum islm datang.. Al-Qur'an telah memberi tahukan nya.agar diyakini.umt manusia..
MasyaAllah. Senang dengan penyajian informasi yang disampaikan oleh Pak Gita. Seiring dengan kemajuan jaman, demikian juga perkembangan IPTEK berkembang. Tetapi perkembangan IPTEK harus dibarengi dengan Pengetahuan kita dengan Ilmu Agama agar kita tidak sampai tergelincir dalam menjalani kehidupan kita. Terima kasih Pak Gita.
Tentu saja buku Sains yang paling berpengaruh di era kejayaan Islam adalah The Canon of Medicine (Qanun fi Tibb) dan The Book of The Healing (As Syifa). Dua buku ini ditulis oleh Ibn Sina seorang agamawan, filsuf, saintis sekaligus dokter yang sangat luar biasa. Sayangnya hari ini tidak kita tidak bisa menemukan orang kayak gitni. Yang kita temukan adalah pendakwah-pendakwah yang lebih banyak ceri uang ketimbang ilmu.
Jangankan nemu orang kaya Ibn Sina... nemu buku dan karya-karyanya aja juga hampir mustahil di Indonesia dan negara muslim lainnya. Kenapa? Karena informasi dan ilmu pengetahuan di dunia islam itu sifatnya esklusif. Bukan untuk semua kalangan, tapi untuk yang berstatus sosial tertentu saja. Sebagian besar kelompok masyarakat muslim sengaja dibuat bodoh dan dibodoh-bodohi supaya mudah diatur dan dieksploitasi. Ibn Sina sendiri datang dari keluarga Syiah dan pada akhir masa hidupnya, dianggap kafir dan sesat oleh sebagian besar ulama muslim. Soooo... sains dalam islam itu sengaja dibikin tidak kompatible.
Memang unik dan aneh, dunia pendidikan Islam hari ini, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia, seolah kehilangan ingatan mengenai sejarah "Era Kejayaan Islam - Dinasti Abbasid". Era di mana budaya "logic & reason" saat itu sangat mengakar kuat sehingga melahirkan banyak ilmuwan & tokoh intelektual muslim di berbagai bidang keilmuan. Dunia Islam saat itu mengalami kemajuan yang luar biasa pesat dalam bidang sains dan teknologi. Islam, saat itu, adalah pusat peradaban dunia. Pemandangan yang tentu sudah jauh berbeda dengan wajah dan keadaan dunia Islam yang kita kenal hari ini. Penghargaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan rasionalitas sudah jauh merosot. "Deapresiasi" tersebut lalu diikuti dengan kemunduran di sektor sains & teknologi. Kejayaan Islam hilang ditelan zaman. Terima kasih Pak Gita sudah mengingatkan kita betapa dulu Islam pernah berjaya. Semoga ingatan sejarah ini dapat meyakinkan kita khususnya umat Islam di Indonesia untuk mengembalikan Era Kejayaan Islam (dan kejayaan bangsa Indonesia).
Yg terpenting bukan msalah ingat atau ndk,tp menirunya atau ndk,diskolah dr dulu sudah dipaparkan mengenai ilmuwan islam kok,tp muslim hnya dijadikan ajang bangga diri terhdp agamany,tp g mau ikut andil mengembangkan. Para ilmuwan bnyk diluar islam tp g pake embel" Agama,krna fokusnya pd pengembangan nya utk kebrmanfaatan brsama.
@@LancasterSupremo dan lucunya ketika ada Ilmuwan dr muslim,auto di banggakan dengan embel" Islam. Yg membanggakan ndk ikut mempelajari ap yg si penemu lakuin,cmn pengen berbangga ada muslim punya penemuan. Sedangkan didunia ilmuwan g memandang ltrbelakang apapun,krna penemuan itu utk Kebermanfaatan bersama. Ckup tau sp penemunya,kryanya apa,trs dipatenkan.
Pak Gita sangat open minded karena udh bergaul dengan banyak kalangan yg berbeda latar belakang. Dengan kapasitas yg mumpuni saya secara pribadi sangat berharap bapak bisa memberikan kontribusi lebih banyak buat negeri ini🙏🏻
bagaimana dengan anda? apakah anda juga akan memberikan kontribusi pada negeri ini? menurut saya justru kita harus membantu pak Gita untuk membangun negeri ini.
@@febiefebriansyah tentu ada pajaknya dong. 300 tahun pertama kepimpinan muslim itu mayoritasnya bukan muslim itu sendiri dan non muslim itu wajib membayar pajak yang dikenal dengan nama jizya. Gimana negara mau berdiri kalo gaada pajak 🤦
Assalamu'alaikum Pak Gita Wiryawan. Saya salut dengan pembahasan bapak. Seorang mantan menteri yang bersahaja. RUclips ini sangat memberi pencerdasan kepada masyarakat Indonesia, akan sejarah Umat Islam yang terlupakan di bidang sains pada era kemajuan Islam.
Di Indonesia Sekolah Islam dan Sekolah Kristen....mana yg lebih advance kurikulumnya di STEM subject? Pada umumnya Sekolah Islam terlalu banyak hafalannya. Semoga kedepan bisa lebih berimbang....Wish someday one of Moslem from Indonesia could win Noble Prize in STEM.
mau apa pun secara umum peringkat skul asean cuma no 7. brunei bisa no 3 padahal padat pagi wajib umum n siang agama, kalau di malaysia harus sesuai dgn islam walau masi ada macam pesantren.
Thank you, Bapak. Izinkan sedikit menyinggung fundamentalis. Yang harus dihindari oleh fundamentalis adalah antagonisme atau permusuhan pada rasionalitas, sains, dan teknologi yang merupakan dialektika dari banyak bangsa. Islam, India, Afrika, Cina, dan Eropa semua berkontribusi. Salah jika kita menyebut 'sain Barat' tanpa tanda kutip. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi fundamentalis dan dogmatis. Ketika ingin berbangga, fundamentalis banyak mengutip bahwa bangsanya pernah berjaya dalam dunia sains. Tetapi ketika diajak untuk lebih terbuka pada temuan-temuan sains, mereka tidak ingin mengakui prinsip-prinsip keterbukaan dari masa yang memungkinkan ilmuwan-ilmuwan yang dibanggakannya itu berjaya.
@Puji Pamungkas kritik Al Ghazali itu dikatakan yang mungkin merupakan penyebab kemunduran. Oleh Ghazali keterbukaan itu menjauhkan. Fundamentalis adalah mereka yang punya dogma atau interpretasi awal dan menolak adanya interpretasi lain termasuk jika datangnya dari sains.
@Puji Pamungkas mungkin yg dimaksud mas diatas, adalah fundamentalis di jaman ini, masnya pernah maen ke kanal Islam yg cenderung puritan tidak..... Kadang lucu juga lo, mereka mengglorifikasi kejayaan Islam masa lalu, tapi kental dengan kritik, yg bahkan cenderung kritik yg fanatik, terhadap mereka mereka yg berbeda sudut pandang...... Bahas bidah aja mas, wah ngototnya bukan maen, hahahaha
Kalo sering maen ke kanal muslim yg puritan, pasti sudah mahfum dengan label label profokatif, macam liberal, syirik dan sebangsanya.... Kadang cap cap itu didasarkan hanya kebencian semata, tanpa ada upaya untuk instropeksi dan merekonstruksi ulang pemahaman selama ini, ya bisa dibilang anti keterbukaan seperti yg dijelaskan diatas....
Harus dipahami masa Abbasiyah adalah Golden Age of _Islamic Science_ bukan _Golden Age of Islam_ , sudah dinubuatkan oleh Nabi dalam hadits bahwa _Zaman yang terbaik itu adalah zamanku, .._ dimana persatuan Islam itu kuat. Perlu diketahui pada masa Abbasiyah sikap otoriterian beberapa pemimpin Abbasiyah pasca Harun Al Rashid yaitu "Al Ma'mun dan Seterusnya" terhadap ahlul hadits (Athari Hanbali dan Asyari Maturidi) sulit diterima, tapi jika dikatakan Abbasiyah itu _Tolerant dan tidak Radikal_ juga tidak benar, terbukti beberapa kali pemimpin Abbasiyah berperang dengan Byzantium, dengan segala kehebatan ilmu pengetauan dinasti Abbasiyah tidak mampu meraih kemenangan besar, jika menang tentu Konstantinopel akan didapatkan sebagai imbal hasil kemenangan tapi justru Utsmani yang berhasil. Pada masa Abbasiyah juga Baitul Maqdis/Palestina jatuh ketangan Kerajaan Prancis dan teman-temannya, padahal ketika itu _Eropa sedang hidup di Masa Kegelapan_ , hal ini membuat Asyari, Maturidi, dan Athari yang dikatakan *Fundamentalis* terpukul dan bangkit, lalu kemudian Ayyubiahlah (Murid Al Ghazali) yang berhasil merebut kembali. Abbasiyah juga dengan segala kecanggihannya dengan mudah dihancurkan oleh Mongol sampai-sampai berharap bantuan pada umat Islam lain, tapi tidak dibantu dan akhirnya Mamluklah yang memukul mundur Mongol pulang kekampungnya. Hal ini terjadi karena sebagaimana yang dikatakan Ibn Khaldun dalam Muqaddimah bahwa hilangnya kesatuan masyarakat Abbasiyah yang terpapar sikap individualisme, acuh, masa bodoh, dan sok pintar ciri masyarakat perkotaan Baghdad ketika itu. Status orang-orang Yahudi dan Kristen juga justru lebih rendah dibanding Masa Ummayah begitu juga dengan kedudukan perempuan dimana dimulainya _Tradisi Harem_ dalam sejarah Islam. Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah mengapresiasi upaya dan kontribusi Al-Ma'mun terhadap berkembangnya Baitul Hikmah (House of Wisdom), Ibn Khaldun yang punya _Teori Evolusi bahwa makhluk hidup berasal dari bakteri_ tapi tetap sebagai Muslim percaya (dalam 3 bentuk pemerintahan) bentuk Pemerintahan Islamlah (Siyasah Diniyyah) yang terbaik, karena menjamin kemaslahatan didunia dan kehidupan diakhirat. Lebih baik dari bentuk Pemerintahan Natural (Siyasah Thabi'yah) sesuai dengan nafsu (Materialis), maupun Pemerintahan yang dibangun dengan Akal (Siyasah Aqliyah).
Terimakasih pak Gita sesuai dengan tema Ramadhan, ada satu yang sangat ingin saya dengarkan dari pak Gita tentang Golden Age Islam, yakni tentang Baghdad, dimana pada masa itu tempat itulah Pusat Ilmu, mohon sy anak minelials yg sangat antusias bila mendengarkan dan menonton dari yutub terutama yutub Pak Gita😁
Banyak istilah-istilah sains dan matematika di berbagai ensiklopedia adalah frasa bahasa arab, Persia, dan Assyria merupakan jejak kejayaan ilmuan islam ketika itu. Suatu dialog yang menarik jika Sir Wiryawan mengundang Prof. Said Agil Siraj, Prof Azyumadi Arsa, dan Prof. Qurais Shihab menguliti ketertinggalan sains di dunia Islam sekarang ini.
Kita masih ada waktu sekitar 23thn lgi, mari sama2 dipersiapkan golden age selanjutnya di mulai dr pendidikan keluarga yg seimbang kpd putra putri permata jiwa kita, yu jngn lelah belajar sbb d balik setiap kesulitan ad 2 kmudhan!?
Ada buku yang menarik yang membahas tentang kontribusi umat Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama sains, yaitu "Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia" karya Prof. Dr. Raghib As Sirjani.
mundurnya islam dalam bidang sains dikarenakan sebatas menjadi Konsumen Sains dari barat , Pengamat Sains barat , Bahkan Pengkritik Sains barat, bila ingin bangkit seharusnya menjadi " Produsen Sains Islam " . Tentunya dengan Toleransi & Keterbukaan sebagai syaratnya .... 🙏
Perbanyak diskursus tentang Keemasan Islam. Karena literasi sejarah tentang gemilangnya Islam jarang yang tahu. Kalaupun tahu, hanya kagum, tak menbawa perubahan.
22:50 1) Kesadaran akan kondisi sbb a) Serangan Mongol b) Ide dari Ghazali c) Ditemukanya jalur baru oleh eropa d) Penemuan mesin cetak 2) 1A&1B terjadi pada masa Abasiyah karena sibuk problem internal (Yaitu Dialog Islam vs Logika dari Yunani) shg tdk siap dengan serrangan Mongol/Eksternal 3) 1C&1D terjadi pada masa Utmaniyah dimana kesadaran akan teknologi berkurang setelah penaklukan konstatinopel..padahal sebelumnya R&D maju spt ada meriam
Pak Gita, kayaknya menarik nih klo mengundang Ulil Abshar Abdalla utk mendiskusikan lbh lanjut ttg formasi intelektual muslim abad klasik & pertengahan Islam. Utamanya berkait al-Ghazali yg kerap 'dituduh' sbg salah satu faktor kemunduran dunia muslim.
Pak gita, trimakasih insight yg telah di berikan pada audience.. kalau berkenan dan mem erikan saran tolong undang prof yohanes surya dari surya institut pak yang menjadkan anak2 dari papua menjadi mutiara dari timurr. Bisa jadi motivasi buat anak2 muda..
Islam butuh untuk memperdalam ilmu keagamaan dan mempertahankannya. Tapi sain dan tehnologi juga sama2 perlu untuk menjaga eksistensi kita di dunia…. Luar biasa ulasannya pak gita
Just to clarify Umayyah, Abbasyiah, & Ottoman itu kerajaan, bukan kekhalifahan الْخِلاَفَةُ فِى أُمَّتِى ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكاً بَعْدَ ذَلِكَ Khilafah di tengah umatku selama 30 tahun. Kemudian setelah itu diganti kerajaan. (HR. Ahmad 22568 & Turmudzi 2390). Abu Bakr 2 tahun, 3 bulan, Umar 10 tahun, 6 bulan, Utsman 12 tahun, Ali 4 tahun, 9 bulan, & Hasan 6 bulan.
Kunci fenomenalnya “Zaman Keemasan Islam” bukanlah karena menjadi yang “paling pintar/jenius”. Zaman Keemasan Islam menjadi fenomenal karena keberhasilan Peradaban Islam dalam MENGHIMPUN segala ilmu pengetahuan dari peradaban-peradaban sekitarnya yang BERSINGGUNGAN dengan Peradaban Islam. Ini juga tidak lepas dari LETAK Peradaban Islam dipersilangan jalur dagang peradaban-peradaban lainnya: Eropa & Byzantium di Barat & Utara, Tiongkok di Timur, Afrika di Barat Daya & Hindustan di Selatan. Tidak lupa juga NUSANTARA di Tenggara. Untuk menghimpun, perlu keterbukaan & toleransi. Disamping tentu semangat untuk mencari & menegakkan yang benar.
Bukan peradaban islamnya yg salah tapi ummat pada generasi sekarang yg memang sedang terpuruk. Agak sulit mengembalikan masa keemasan islam karena generasi kita sangat jauh jaraknya dari kekhalifahan dan kesultanan. Tapi kita sangat bisa memetik pelajaran dari peradaban peradaban masa lalu dan mempersiapkan generasi mendatang untuk lebih mengenal Islam tidak hanya sebatas akhlak, akidah tapi keilmuan. Terima kasih.
@@teleskopindonesia9124 sejarah buat di pahami bukan buat di hina atau di rendah kan , jujur dinasti abbasiyah sekuler walapun mayoritas islam , jadi kalo elo non islam elo engga usah judes slow aja , artinya non muslim bisa mengambil hikmahnya , toh juga dinasti abbasiyah engga ada yg mabuk agama kok !!!
@@teleskopindonesia9124 tentu dong mabok agama ya jadi kaya Afghanistan , ( lihat uni emirate arab , lihat qatar , lihat kuwait , lihat Brunei darussalam , lihat mesir , lihat maroko ,lihat saudi Arabia lihat oman !!!) Mereka negara islam tapi mereka sukeler , dan malah bikin mereka kaya dan makmur " Mereka ini negara yg islam tapi mereka tau kapan harus sekuler, dan malah yg mabuk agama itu yg membuat agama menjadi tidak suci lagi , yg mabok itu yg merusak kesucian agama "
Terimakasih Pak Gita sudah up tema ini yg memang butuh banyak Muslim yg harus disadarkan ttg pentingnya ilmu science. Saran untuk narasi sejenis ini bisa bekerjasama dgn youtube channel rumah editor. Narasinya dikemas sangat baik sekali dan bisa mem-boost curiosity kita. Krn untuk bisa menjangkau org yg msh awam dgn pembahasan seperti ini butuh kata2 yg mungkin lebih sederhana tp menarik.
sekarang ini jika dikaitkan dengan peradaban, maka yg disebut Islam sebenarnya tidak memiliki entitas tersendiri yang bisa dianggap representasi Islam. Beda dengan barat, yg udah identik dengan eropa dan amerika. sedang yang dianggap sebagai "islam" hari ini hanyalah "pengikut" dari Amerika dan barat. Bahkan jika seorang beragama Islam misalkan berhasil membuat penemuan yang spektakuler sekalipun, tidak akan otomatis berarti sumbangan terhadap peradaban Islam. Kehancuran utsmani memberi pengaruh yang amat sangat besar terhadap peradaban Islam
Saat di kerjaan otoman sudah jalan surah di bangun orang BAB sudah di tempat yg semestinya. Kotanya terang. Bagaimana keadaan di eropa di paris?? Coba cari tau itu. Trus siapa yg mencontek peradabanya siapa?
@@MuchafiEdukasi maksud sy saat ini..ummat Islam menjadikan barat sbagai role model dalam segala aspek kehidupan. Dan keadaan yang memang membuat hal demikian itu. Mungkin memang sprti hadits Rasulullah dimana umat Islam banyak tapi ibarat buih..bahkan jumlah yang banyak pun tdak banyak berpengaruh dg kondisi semacam ini
Sayangnya, saat ini kegemilangan yang berguna untuk manusia itu lebih cenderung "hanya sebagai literatur"...terkadang di pesantren "modern dan moderat" pun (tidak semua), sains sering dianak-tirikan...
miris memang, kebanyakan di pesantren moderat ilmu sains seakan ter"bid'ah"kan, dengan dalih "adab sebelum ilmu" padahal para pendahulu (ilmuan muslim) selalu mengamalkan sains dan syariah islam secara beriringan, kita mengeluh2kan kembalinya masa kejayaan islam, tetapi mengesampingkan sains, padahal dulu islam berjaya karena sains...
@@damedarasaka9153 , seperti Ibnu Khaldun yang punya teori evolusi bahwa makhluk hidup berasal dari bakteri dalam buku Muqaddimah tetap berpandangan bahwa bentuk pemerintahan yang terbaik adalah Pemerintahan Agama (Siyasah Diniyyah), karena menjamin kemaslahatan di dunia dan kehidupan akhirat kelak. Berbeda dengan liberal masa kini yang sebagian mengaku Neo Mu'tazilah pengagum Abbasiyah merasa bentuk negara Islam sudah tidak relevan di zaman modern.
untuk itu, sebenarnya penting sekali memberikan dukungan terhadap pesantren. sekarang ini beberapa kalangan telah berusaha memasukkan dunia digital di dalam pesantren, agar meraka yang berjalan dengan tradisional mulai membaur dengan teknologi yg semakin berkembang. dengan begitu terlihat bahwa memasukkan hal baru (teknologi digital) terhadap pesantren saja bisa dilakukan apalagi menyadarkan mengenai apa yang dulu dimiliki islam. pentingnya lagi, di Indonesia terdapat begitu banyak pesantren yang mana pesantren itu sendiri juga merupakan gudangnya para generasi muda yang pastinya beberapa tahun ke depan merekalah yang akan mengisi urusan-urusan di dalam negara ini. sehingga dengan mereka memiliki wawasan luas di pesantren, nantinya dapat memunculkan generasi yang gemilang dengan sains, memiliki dasar agama yang kuat, di samping itu budaya pesantrennyapun tak luntur. seperti dawuh Almaghfurlah KH. Muhammad Hasan bahwa "jadi santri itu harus persegi" artinya santri gk hanya bisa ngaji tapi diarahkan jadi kyai, ilmuan, pemimpin, dan sebagainya pun bisa dan tentunya memiliki wawasan yang luas.
@@damedarasaka9153 sebenernya yg di pesantren kaya gt itu yg asal jadi kyai krn punya duit atau modal abis haji doank sih 😭 ga pernah belajar ilmu duniawi kadang
Menarik jika Pak Gita mengundang Prof. Fahmi Amhar dari BIG (sekarang BRIN) yang sering membahas tentang perkembangan peradaban Islam dalam banyak tulisan di media sosialnya dan di surat kabar.
Terima kasih, Pak Gita telah mengingatkan. Semoga kami para pemuda tidak sekedar jalan di tempat dengan kebanggaan. Harus ada aksi untuk mengulang kembali kegemilangan ilmuwan terdahulu.
bikin house of wisdom buat tiap daerah dong pak, ajak pak jusuf hamka juga biar cepet maju lagi ini negara. dulu pemikir2 minang lahirnya di mushalla, yang mungkin bisa dibilang sama kayak house of wisdom juga.
Apa yang disampaikan Pak Gita di video ini sangat berkaitan dengan yang sering disampaikan oleh Guru Gembul di konten-kontennya mengenai hancurnya peradaban Islam karena semakin minimnya kontribusi kaum Muslimin di bidang sains pada era setelah runtuhnya Kesultanan Abbasiyah hingga saat ini. Rasanya cukup seru apabila Pak Gita bisa berdikusi dengan Guru Gembul mengenai hal tersebut 😊
saya sangat setuju dengan statemant Bpk Gita wirjawan bahwa " sains tak mengenal batas " . namun satu kekurangan pak Gita yaitu incurious terhadap jumlah golongan dari para pemenang nobel tersebut yang mendominasi ( dominan ) . saya membaca Alkitab bahwa Yahudi bagian dari Israel ( nabi Yakub ) dan Kristen bagian dari Yahudi setelah kedatangan Kristus . maka saya melihat bahwa Kristen tidak dapat dipisahkan dari sejarah Yahudi . maksud saya disini adalah bagaimana sebuah kenyakinan dapat membentuk mind set seseorang sehingga itu memberikan dampak/pengaruh yang baik atau positif terhadap konstribusi bagi kehidupan manusia dan peradaban kemajuaan jaman ." kenyakinan yang baik dan benar akan membentuk mind set seseorang menjadi naik dan tinggi " .
Konon isi bayt al hikmah juga berisi parchment-parchment kuno yang selamat dari perpustakaan aleksandria yang terbakar. Akses terhadap ilmu yang mudah dan murah mungkin menjadi salah satu pemicu bangkitnya era sains di kala itu. Teknologi kertas pun sudah dikuasai bangsa arab sehingga memudahkan dalam menerjemahkan dan meyalin ilmu2 sains, hingga toko-toko buku terbentang dari bagdad sampai maroko. Di era modern ada meiji yang melakukan langkah yang serupa dengan menerjemahkan buku2 asing ke bahasa jepang. Poin saya pak Gita..mampukah bangsa ini mulai melakukan langkah serupa? Mendigitalisasi apa yang dipunyai bangsa ini, baik manuskrip, lontar, sehingga bangsa kita masih punya akses yang mudah terhadap prasasti, teknologi maritim kapal raksasa laksamana nala, dan juga sains dari manapun. Saya pernah membuat buku tentang sejarah, tapi mirisnya versi digital beresolusi tinggi dari artefak-artefak jawa malah saya dapet dari MET museum dengan mudah dan gratis. Miris
Setelah Al Ghazali ada Ibn Rushd. Yg menulis buku Tahafut at Tahafut. Buku itu menjawab bukunya Al Ghazali, Tahafut al Falasifah (buku kedua yg disebutkan Pak Gita).
Karena kejayaan suatu bangsa atau kaum itu dipergilirkan. Dan kejayaan Islam sudah lewat dengan berakhirnga kesultanan ottoman, setelah mendominasi selama 1200 tahun lebih, sejak ummayah. Kalau saja nobel menemukan dinamit diabad 7 dan sejak itu diperebutkan hadiah nobel, maka Muslim akan mendapat banyak hadiah nobel.
Semoga anak muda muslim Indonesia lebih aware lagi terkait Science .... terima kasih sudah membawakan rasa penasaran saya antara peradaban Islam dan Science ....
Problem besar di masyarakat Islam, cenderung bangga dengan masa kejayaan Islam masa lalu namun pemimpin islam sekarang terjebak pandangan perbedaan pemahaman islam bukan kemajuan pengetahuan generasi islam selanjutnya
21:15 oleh karena inilah,, ada yang berpendapat bahwa Abu Hamid Alghazali,, salah satu penyebab Kemunduran Islam.. #salah satu perspektif# Coz Alghazali pd saat itu, telah masuk ke 'fase tasawuf' dalam hidupnya.. ~Tahafut AlFalasifah~ pengkebirian peran filsafat dlm Islam Tanpa menafikan jasa besar AlGhazali dlm peadaban Islam.. Terutama Sunni.. Untuk konteks Indonesia, Sepak terjang ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) kudu ditambah porsinya.. Biar kian powerfull.. Hehe.. Sehat selalu pak Gita..
Al ghazali masuk ke fase tasawuf setelah umur 35, sedangkan dia menelurkan buku Tahafud Al Falasifah di umur 27 tahun. Ya walaupun dia mengakui kesalahannya ketika umur 27, namun nasi telah menjdi bubur. Narasinya yang tendensius sudah menyebar luas tanpa bisa dibatasi
Rotasi Peradaban Mungkin 300 tahun terakhir peradaban Eropa dan Amerika di 100 tahun terakhir mendominasi dunia. Namun sekarang mulai goyah dengan kebangkitan peradaban di China. Termasuk dengan progresifnya negara-negara GCC di bawah pengaruh Saudi Arabia.
Walaupun saya bukan seorang penganut muslim, namun saya sangat mengharapkan agar Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dapat memberikan sumbangsih yang besar bagi dunia sains. Yang saya tahu dan saya yakini, Sains melewati batas-batas Ras, Suku, dan Agama. Toh hasil temuan sains yang bernilai positif bagi kemanusiaan juga dimanfaatan untuk kebaikan hidup seluruh umat manusia tanpa memandang latar belakang.
Golden age of Islam adalah zaman puncak peradaban Islam yang merupakan keindahan dan kenangan masa lalu , tetapi umat Islam sekarang hanya melihat ke belakang tidak melihat ke depan bagaimana dulu bisa memimpin ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan kenapa sekarang tidak bisa justru berada dalam titik rendah dan perpecahan . Sudah saatnya Islam bangkit kembali dengan belajar dari kejayaan masa lalu dan faktor penyebab kemunduran Islam . Perlu sosok pemimpin besar yang mempersatukan umat Islam tanpa adanya batasan suku , bangsa , ras, warna kulit , karena Islam hanya bisa maju bila bersatu . Adakah pemimpin yang visioner yang bisa memajukan kembali renaisans Islam di abad 21 ini ? Bila bangsa muslim ingin menguasai dunia kembali , kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi, energi , pangan dan militernya kuat .
Dalam video ini hanya disinggung sedikit tentang Al Ghazali yang "mengembalikan arah" manusia dari sains kepada agama. Dalam bukunya yang terkenal Tahafut al Falasifa, Al Ghazali menolak filsafat. Beberapa tahun kemudian, Ibn Rushd yang lebih menerima filsafat, menerbitkan sanggahan dengan buku Tahafut al Tahafut. Namun dia kalah populer dibandingkan imam besar Al Ghazali sehingga kalah pengaruh. Sampai kini pun, di toko buku, buku tentang Ibn Rushd sangat sedikit terlihat di rak dibandingkan buku2 tentang Al Ghazali. Padahal didinilah letak stagnasi itu. Ketika rasionalitas filsafat ditolak, kemajuan dihambat. Arah kedepan tak banyak diutamakan. Lebih memaksakan melihat ke belakang. Ibarat jalan mundur memakai kaca spion tentu lebih lamban daripada jalan maju melihat kaca depan yang luas pandangannya. Di agama kristen (katolik), perkembangan rasionalisasi agama berjalan sebaliknya. Filsafat malah diterima dan diangkat nyaris sejajar dengan agama. Kalau sebelumnya filsafat disebut Ancilla Theologiae atau "cuma dayang2nya agama", kemudian malah dijadikan "partner". Bahkan pujangga gereja, Thomas Aquinas meletakkan rasionalitas sangat tinggi dengan kata2nya yang terkenal "Intellectus quaerens fidem", akal meneliti isi iman. Itu menjelaskan mengapa jumlah penerima nobel di kalangan kristen sangat tinggi. Sebetulnya di akar ajaran Islam sudah ada sistem merasionalisi iman dengan cara "meneliti isi iman" tsb. Bisa terlihat dari, bahwa sumber nilai setelah Quran dan Hadith masih ada Ijtihad dan Ijma. Tapi mungkin pengaruh mahzab atau imam besar atau yang lain maka seoalah ada semacam keraguan untuk mengkritisi yang tidak ditentukan dalam Quran dan Hadith. Ijtihad bisa dihawatirkan "melenceng" jadi bid'ah. Ijma juga membahas hilal di ufuk untuk menentukan awal puasa. Ketika melembaga kuat sebagai lembaga Ayatollah seperti di Iran yang mahzabnya Syiah juga makin tak bisa lepas dari politik. Kalau Lenin bilang "what is to be done?", kita tak bisa jawab apapun karena nyatanya jalan kepada kemajuan dunia makin menjauh dari "belakang". Di era Aquarian Period (era si Tukang Air) di titik dimana kita berdiri ini, kita makin "mengontrol air", meninggalkan era Pisces (jaman ikan), dimana "ikan melihat segalanya kecuali air". Tentang The Ages of Civilization ini kita bisa bahas dengan pak Gita kalau kapan2 kita sempat bertemu. :)
Pak Gita punya concern yang cukup dalam soal ilmu pengetahuan dalam dunia islam. Pak Gita kalau boleh kasih masukan dalam perspektif sejarah di sebelah, kristen dan yahudi, gesekan antara agama dan sains adalah hal yang tidak terelakkan dulunya. Gereja juga dulunya punya otoritas tertinggi menentukan seorang ilmuan bidat atau tidak. Pada akhirnya era reformasi gereja memungkinkan semua penelitian berjalan dan mulai terlepas dari otoritas gereja. Tapi juga harus diketahui pak, banyak ilmuan sekarang juga sudah menarik diri dari agama. Catatan bendera identitas dalam nobel seperti paparan pak Gita, jumlah kristen yahudi peraih nobel bukan lagi isu yang utama. Sebagian ilmuan itu pun mungkin udah malas bawa-bawa agama bahkan sebagian adalah ateis. Tapi saya menangkap pesan pak Gita. Cuma sangat disayangkan kalau bendera identitas masih menjadi dorongan utk menjadi ilmuan. Agama seharusnya mengajarkan upaya sains adalah untuk kemanusiaan, bukan semata-mata atas nama agama itu sendiri.
Sy paham konsen anda, tapi konsen Pak Gita sepertinya berbeda disini, terkait agama pemenang nobel, sepertinya dia cari sendiri datanya karena dalam pemenangan nobel itu sepertinya ga disebut agamanya apa.. Disini konsen Pak Gita, bahwa Indonesia sebagai negara beragama Muslim terbesar dunia, harus menjadi muslim yang terbuka terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga bisa kembali berjaya seperti jaman dahulu yg mana ilmuan2 muslim sebelumnya sangat menjungjung toleransi dan keterbukaan untuk hal2 ilmu pengetahuan dan sains. Selamat berbuka puasa bagi menjalankan. Jaya Indonesia
Ngerti sekali maksud anda, supaya kita tidak mengedepankan hegemoni dam idenditas keagamaan kita sebagai yg utama.... Cmn Pak Gita mungkin berusaha membangkitkan umat Islam, yang "tertidur" dalam tanda kutip....
Zaman dulu Kristen dikuasai gereja membuat mereka terbelakang, beda sama Islam Zaman Dulu, agama dan pemuka agama Islam mempengaruhi perkembangan teknologi dan ilmu beda dengan saat ini dimana keduanya saling terpisah (sekuler). Lalu jatuhnya ilmu tersebut adalah pengaruh kekuasaan kedalam kehidupan, era itu dalam Islam research didanai dan dibantu oleh pengusaha bukan penguasa Zaman sekarang banyak ulama yang menyatakan buat apa belajar ilmu dunia toh nanti ga dipake
@@LancasterSupremo bahkan ga hanya agama, instansi pun bisa, lihat saja kisah paramiliter di negara negara berkonflik, lebih sering ini si, kalo orang orang militer sudah gila kuasa, banyak nyawa yg dikorbankan, pun dengan mereka yg punya dan pernah merasakan didikan militer, kelompok separatis, kelompok kelompok sempalan, terkadang memang motifnya murni kekuasaan, seperti di afrika, kamboja, atau korea utara, rawan sekali menyalah gunakan kekuatan
Banyak sekali karya sains dari cendikiawan muslim dan evolusi pendidikan dari cendikiawan muslim, permasalahannya ini ilmu pengetahuan bukan agama, dan ini juga sebagai semangat generasi-generasi para muslimin supaya meneruskan ilmunya dan kecerdasannya supaya berpikir luas dan jernih, tidak berfikir salah arah, tidak berfikir radikalis, dan tidak berfikir ekstrimis, apa ilmu pengetahuan ini boleh untuk non-muslim ya boleh, kenapa tidak?, karena ilmu pengetahuan/pendidikan bersifat universal
sepertinya anda tidak paham apa yang dimaksud dengan islam,,, pada sejatinya orang muslim itu tidak akan atau bahkan tidak melakukan Radikalis apalagi berfikir ekstrimis,, adalah penganutnya yang sebagian membuang (mengabaikan Dalil) atau miskonsep tentang dalil referensi mereka,,,
"Kenapa? Karena Islam jaman muawwiyah sampai abbassid cenderung sekuler, cinta iptek. Sedangkan Islam sekarang, adalah warisan gerakan imam ahmad bin hambal, yang cenderung radikal, cenderung religius, makin umur 40 tahun ke atas, makin melupakan dunia, dan cenderung hijrah, mulai sibuk menghapal dan tenggelam ritual. Sedangkan orang barat/ negara maju, makin berumur makin fanatik terhadap profesi keilmuannya." Kata seseorang.
kebijakan umaro yang membua indonesia berjaya, sarana dan prasarana yang di selengarakan dengan mudah didapat akan membuat minat dan bakat dapat terlealisasi. selagi autran saling penggal memengal, dari selurruh kelembagaan yang terkai maka idak lah mungkin bisa mewujudkan keinginan dan harapan. hanya curhatan dari penggemar ke ilmuan.
Ketika islam datang mereka membangun segala sesuatu yang sebekumnya tak pernah di ketahui dunia, Tanyalah para saksi apa itu Bait Al-Hikmah, Masjid agung Al Hadro Cordoba, Universitas Al Qarrawiyun Fez.
Semoga dengan maju dan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, martabat manusia juga makin dihormati dan dihargai untuk kesejahteraan seluruh umat manusia.
Nobel hanyalah penilaian dari sudut pandang manusia dan bukanlah acuan yg lebih tinggi dari penilaian tuhan. Karna al insanu mahallul khotto' wan nisyan (manusia adalah tempatnya salah dan lupa) jadi tentunya manusia juga bisa salah dalam menilai. Dan ingat kawan khoirun nas amfa ahum linnas (sebaik" manusia adalah yg bermanfaat bagi manusia lain) bukan sebaik manusia adalah yg menerima Penghargaan nobel karna kembali pada poin awal, manusia bisa salah dalam menilai. tetaplah berbuat baik tanpa pamrih
Selalu menarik topik yg dibahas pak Gita.... Pd masa Dinasti Abbasiyah mungkin adalah golden age bg Iptek bg dunia islam, ada bgtu bnyk ilmuwan hebat pd masa itu selain yg disebutkan Pak Gita diatas kt mengenal ada Al Farabi, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd dan bnyk ilmuwan lainnya.... Bnyk literatur yg menyatakan bahwa penyebab utama kemunduran dan pukulan hebat pd masa itu adalah invasi dr Mongolia yg dipimpin oleh Hulagu Khan, Hulagu bukan sj menaklukkan tp jg menghancurkan peradaban dia menghancurkan perpustakaan terbesar di Baghdad, membakar dan membuang ribuan manuskrip dan buku ke sungai Tigris, sampai sekarang para sejarawan mengingat Hulagu bkn sj sbgai penakluk tp jg penghancur peradaban.... Mengenai kritik Imam Al Ghazali thd bbrp ilmuwan yg disebutkan diatas adalh tentang ketidaksamaan pandangan ttg filsafat yg dibawa oleh Aristoteles, bbrp tokoh filsafat islam waktu itu sprti Al Farabi, Ibnu Sina bnyk terpengaruh oleh ajaran Aristoteles.... Dlm bukunya The Incoherence of the Philosophers Imam Al Ghazali mengatakan bgmn beliau sulit utk mengkritik Ibnu Sina krn beliau bnyk terpengaruh oleh Ibnu Sina, perlu diketahu Imam Al-Ghazali bkn sj seorang ahli filsafat dan ahli tasawuf yg mashur beliau jg seorang dokter, psikolog, kosmolog.... Beliau hanya mengkritik agar Iptek dan agama bs saling beriringan, dan menurut sy Imam Al-Ghazali dan Ibnu Sina adlh representasi dr Iptek dan agama bs saling melengkapi, sprti dijelaskan sblmnya Imam Al-Ghazali bkn sj ahli agama tp jg ahli dibbrp cb Iptek lainnya bgtu jg Ibnu Sina beliau bkn sj dikenal sbg ahli kedokteran beliau jg ahli dibidang ilmu fikh, beliau sdh hafal Al-Quran ketika berumur 10 thn....
sebenernya kemunduran itu bukan krn baghdad diserang mongol krn setelah itu pasukan islam bisa merebut konstatinopel dan cordoba yg jd salah satu pusat ilmu pengetahuan eropa saat itu. Kemunduran itu krn dr internal islam sendiri yg semakin puritan dan menolak logika/sains sebagai penyeimbang sisi spiritualitas dr agama yg cenderung dogmatik
Menurut kami sebagai Rakyat kecil.. Kesalahan umat Islam dan Para pejabat Indonesia di Zaman Modern ini krana Salah Pola Fikir dan Wawasan nya Sempit. Terutama para pejabat Indonesia sebagai pemegang otoritas kuasa.
Orang Tiongkok yang beragama Islam beretnis Hui (bukan Uighur), undanglah mereka hijrah semua ke Indonesia, saya yakin Indonesia akan dibawa maju oleh imigran ini. Akan muncul Jusuf Hamka selanjutnya
Imho izin melengkapi videonya pak gitaa, btw aku bukan lulusan ponpes jd tolong dimaklumi bila ada yg kurang2 yaa ☺ 1. Zaman keemasan islam tidak sama dengan zaman keemasan sains, zaman keemasan islam adalah zaman Rasulullah, yang termanifestasikan dalam berbagai bentuk, dan sains happened to be one of them. Karena, bila memahami islam dengan baik melalui ketauhidan (paling gampang dan cepet bisa berkunjung ke kanal adi hidayat), dapat dipahami bahwa islam bukanlah hanya kata ibadah dengan konteks yang kita kenal saat ini. Islam adalah sistem (diinul islam), yang selengkapnya tertuang dalam bentuk syariat, terdapat dalam Qur'an dan Sunnah. Nah syariat ini tentu saja juga sangat termiskonsepsi oleh kebanyakan orang saat ini sebagai suatu konsep "radikal" yang hanya terkonsentrasi pada "hudud" alias potong tangan, dll -yeah everything you will think of when you heard the word syariah- yang padahal hanya nol koma sekian persen saja. Oke balik ke tauhid, tanpa tauhid, orang akan kehilangan esensi hidup, seperti yang banyak penganut islam lakukan sekarang, contoh sederhananya masih banyak yang solat, puasa, zakat tanpa tau sebabnya kenapa. Maka kata ibadah, akan terkastrasi menjadi ritualitas solat, puasa, zakat saja. Integritas, excellence, hardwork, critical thinking, openness, communicative bukanlah kata yang terpikirkan ketika mendengar kata ibadah. Jadi justru yang menurunkannya adalah menjauhnya islam dari esensi islam atau ketauhidan itu. Penyebabnya gempuran dari luar dan dari dalam islam. 2. Kemunduran ini disebabkan banyak hal, yang bisa terpikirkan saat ini: a. Memang sudah dinubuatkan, ada di dalam Qur'an dan hadits bahwa kejayaan bangsa-bangsa akan dipergilirkan, dan ada hikmah yang harus kita pelajari darinya. b. sistem islam is not everyone's cup of tea (sederhana dan ekstrimnya, islam jelas2 memiliki aturan finansial spt riba, tapi apakah para komplotan pengagas binary option akan menyukainya?). Jadi, memang upaya untuk menjatuhkan dan mencemari sistem islam itu ya ada, dan setelah belajar islam dan tauhid lbh dalam saya pun baru ngerti. Dulu bentuknya fisik perang, kalau sekarang lebih banyak perang pemikiran atau "Ghawzl Fikr". c. Media (tidak hanyak socmed dan tv, tapi textbook, dll) dan berbagai sarana (parpol, perbankan, dll) yang ada sekarang mayoritas tidak dimiliki orang islam - kalopun ya yg blm memahami ilmu tauhid spt yg sy sebutkan di atas, dan mayoritas tidak memfasilitasi orang islam; dan orang yang akan merasakan ini adalah orang yang dulunya ada di sistem luar islam lalu masuk ke dalam sistem islam (blm kepikiran tokoh yg gede banget, baru Arnoud van Doorn) TLDR; kemunduran akibat menjauhnya islam dari esensi ajaran islam yang sesungguhnya, pihak yang tidak sejalan dengan islam, dan sudah dinubuatkan.
Malam Pak Gita..materi materi podcastnya menarik...oh iya mau tanya pak gita...kalau ada klien sy dia seorang coach untuk solusi masalah mental...jika ingin jadi narasumber bagaimana prosedurnya pak..apakah di podcast pak Gita ada team yg bisa saya kontak
Indonesia bukan tidak ada para ilmuwan yg ahli science namun orang ini tenggelam karena peran politik sangat kental, contohnya pak habibie seorang yg sudah punya jabtan yg tinggi namun bisa tenggrlam karena politik mak btg
Sekedar saran Pak, mungkin bisa undang Prof. Abdullah Shahab, seorang ilmuwan teknik mesin, guru besar ITS dan ulama. Sangat cocok untuk membahas kenapa umat Islam mengalami kemunduran, dan beliau sangat rasional dan berwawasan luas. 🙏😁
Betul mas.. saya juga pernah ikut dalam kelas Prof. Shahab, sangat rinci apabila menjelaskan sesuatu, mungkin bisa diundang ke YTnya pak Gita
banyak juga ustadz² yg kompeten dalam sejarah Islam 👍🏻
Up
Bukankah yg menemukan angka nol muslim?
Salah satu kandidat lainnya Prof Maman Djauhari, Ketua MGB ITB di tahun 2007 yg mendapatkan beberapa gold medal dari lembaga sains dunia
pasti belajar dari Professor John.L Esposito.
orang yg mengungkap kejahatan bangsa eropa yg berusha menutup 1000 tahun, peran Islam membawa cahaya Ilmu bagi Dark Age Of Europe.
dengan kesimpulan, bahwa kebesaran yg dimiliki eropa hari ini. itu hasil eropa mengamibil 1/4 buku-buku ilmuan muslim sewaktu perpustakaan Baghdad di bumi hanguskan bangsa mongol.
wow itu ternyata cuman 1/4 ilmu saja, bisa membangkitkan eropa hingga hari ini.
gimana kalo buku-bukunya diambil semua, sebelum dibakar bangsa mongol.. kayanya eropa bukan hanya bangkit dari kegelapan, mungkin hari ini eropa jadi sebuah pusat kesejahteraan manusia
Coba undang Prof Dr KH Hamid Fahmy Zarkasyi, Rektor Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor). pak Gita untuk bahas perihal ini. InsyaAllah banyak pencerahan
Jika benar islam itu mendukung sains dan ilmu pengetahuan, semestinya sekarang banyak santri pesantren atau anggota taliban yang menjadi ilmuan penemu vaksin, entrepreneur genius, ekonom brilian atau pemikir hebat dunia, tapi kenyataannya tidak lah demikian, mereka hanya menjadi sampah dan beban dunia.
Sepakat nih. Semoga ditindaklanjuti oleh Pak Gita.
@@richarddawkins4607 sarap lu anon
Sepakat. Beliau menulis beberapa buku yang bagus ttg rasionalitas, sains dan kaitannya dengan agama. Latar belakang religiusnya juga kuat banget
manusia zaman skg jauh lebih skeptis dan kritis dalam berpikir, dan kehidupannya juga jauh lebih kompleks dari masyarakat abad ke 7, semestinya skg alloh lbh sering menunjukkan mukjizat2nya di bumi, bukan hanya di zaman jahiliyah yang orang2nya gampang dibodohi tapi juga di zaman metaverse, robotika AI, rakayasa CRISPR, nanoteknologi dan terraforming planet seperti sekarang ini, atau mungkin bisa diutus nabi/rosul baru, atau dikasih update kitab suci seperti Al-quran 2.0 atau Hadist ultimate edition.
Usul saya, seluruh wacana di endgame bisa dituliskan jadi sebuah buku. Setidaknya, ada produk intelektual yang dilahirkan dari Pak Gita. Pada Pilpres 2014, dalam konvensi PD, Pak Gita pernah datang di Manado dan berjazz-ria bersama saya di panggung kafe publik Jalan Roda(Jarod). You are the eminent person.
Sekiranya ada beberapa poin yang saya harus kritik dari video ini:
11:55 Ottoman tidak pernah memguasai daerah Persia sampai Asia tengah seperti yg ditampilkan dalam video (Iran, Pakistan, Turkmenistan dll) dikarenakan sudah dikuasai oleh kekaisaran Persia itu sendiri (Timurid, Ghaznavid, lalu Safavid).
Ottoman hanya menguasai bagian barat Iran, Armenia dan sedikit bagian dari Georgia dan Circassian, bukan wilayah Dagestan secara keseluruhan.
19:02 salah peyebutan aja sih Al Kindi jadi Al Kirdi
22:00 tentu saja setelah masa Abbasid (1258) ilmu sains itu masih berlanjut kalo tidak ya gak mungkin ada ilmuwan² Islam seperti Nasrudin Al-Tusi (m.1274), Ulugh Beg (m.1449), Ibn Khaldun (m.1406) Ibn Taymiyyah (m.1328) Ibn Battuta (m.1369) Ali Qushji (m.1474), Taqi Al-Din (m.1585), Piri Reis (1553) dll...
23:40 Al-Ghazali itu bukan pemicu pemerosotan sains dalam dunia Islam, ini miskonsepsi paling umum kepada org² yg baru membaca/memahami Al Ghazali. Dalam buku _The Incoherence Of Philosophers_ Al Ghazali mengambil 20 teori para filsuf dan hanya 3 ia perpendapat teorinya tidak dapat diterima
Ia mengkritik pandangan Ibn Sina dan Al Farabi tentang pandangan mereka mengenai filosofi Aristotle dan metafisika.
kritikannya dalam buku _Deliverence From Error_ merupakan kritik atas cara pandang buta dari filsuf/ilmuwan² yang menerima sesuatu apa yg orang lain katakan khususnya dalam filosofi dan sains seperti doktrin atheis secara langsung. Ibarat katanya langsung ditelan tanpa dikunyah menurut Habib Husein Ja'far
Al Ghazali sangat kritis mengenai kritikannya karna ia sendiri memiliki keterampilan dan kepiawaian dalam ilmu matematika dan ilmu logika. Imam Ghazali sendiri mengkedepankan rasa penasaran dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
Ibn Bajah, Ibn Thufail dan Ibn Rusyd adalah diantara orang² yang mengkritik balik Imam Ghazali.
(Sumber: Al-Ghazali - Deliverence From Error, Al-Ghazali - The Incoherence Of Philosophers, Al-Ghazali - The Niche Of Lights, Leaman, Oliver (2008) - The Developed Kalam Tradition, Lumbard, Joseph E.B - "Ahmad Al-Ghazali, Remembrance, and The Metaphysics Of Love, Michael E. - Al-Ghazali The Cambridge Companion To Arabic Philosophy").
Pada abad ke-15 sendiri atau tahun 1400an adalah masa kejayaan Ottoman karna Ottoman sendiri yang menguasai daerah² untuk jalur perdagangan Asia baik darat maupun air bahkan pada abad ke 16 Ottoman sudah menguasai teluk² peninsula Arab dan Suez Canal di Mesir itulah mengapa bangsa Eropa mulai mencari jalur perdagangannya sendiri untuk mengakses Asia.
Terlebih Ottoman sendiri mengalami masa 'The Golden Age Of Astrology' pada abad ke 16 dengan ilmuwan ternamanya adalah Taqi Al-Din.
Memang betul pada abad ke 16 pihak Ottoman menolak printing press dalam peradabannya tapi bukan berarti itu adalah dampak terbesar dalam ketermunduran Islam.
Bangsa Eropa itu sendiri baru makmur ketika memasuki abad ke 18 (1700an) dimana Ottoman mengalami ketidak stabilan politik dan keterlambatan Ottoman mengadopsi teknologi printing press.
Kesimpilannya cuma 2:
- Penyerangan Mongol 1258
- ketidak stabilan politik ottoman ditambah keterlambatannya mengadopsi printing press.
Poin² dalam videonya udah baik dalam membahas alasan kenapa Islam mengalami keterbelakangan tapi sepertinya masih ada poin² yang harusnya diteliti lagi sebelum videonya diunggah :)
Terima kasih.
Tambahan: Mehmed II atau Mehmed Al Fatih sendiri itu seorang insinyur besi makanya dia berkerja sama dengan ilmuwan Hungaria untuk bikin meriam raksasa untuk menaklukan Konstantinopel.
Proyek penerjemahan karya2 yunani, india, cina. Islam itu dulu sangat seterbuka itu.
ibn sina & Nasiruddin tussi ilmuan besar syiah 😂
@@emangusil3075 salah. Dalam buku autobiografinya Avicena, William E. Gohlman (1986), buku bahasa inggris + bahasa arab Ibn Sina menyatakan sendiri kalau dia bukan Syiah. Dia lahir dari keluarga Syiah (bapak dan saudaranya) tapi jurisprudence dia adalah ulama² dari mazhab Hanafi.
Lu itu adalah salah satu orang yang disindir Al-Ghazali modal denger² doang tanpa baca literatur asli atau dari buku itu sendiri. Padahal baca buku itu punya sumber yang lebih terpercaya dibanding artikel di internet.
@@LancasterSupremo iya apalagi sekarang banyak bermunculan kaumm kafir yg islamphobia, apa2 yg berbau islam mereka benci, golongan seperti itu yg harus di musnahkan.
Dari video ini saya menemukan 5 titik point penting dalam mengaktifkan seluruh intelegensi kita sebagai manusia Indonesia, untuk memastikan bahwa kita bisa mendapatkan lebih dari para ahli ilmu terdahulu.
1. Panca indera
2. Rasio
3. Naluri
4. Nurani
5. Intuisi
5 intelegensi diatas sangat berperan penting dalam kehidupan, barat bisa maju luar biasa mungkin karna lebih fokus terhadap rasionalitasnya, sehingga mereka bisa sat set (cepat) dalam melakukan sesuatu.
Sedangkan kita punya 5 intelegensi, akan sangat luar biasa bila 55nya aktif dengan maksimal.
Semoga kita senantiasa diberikan kelancaran dalam meniti jalan ilmu.
Amin
Konten edukatif seperti ini viewnya dikit, ini menandakan tingkat literasi di negara kita masih sangat minim, channel semacam ini seharusnya yg trending, Terima Kasih Pak Gita.
Enggak. Alam justru menjawab dengan itu bahwa cerita ini hanya karangan, khayalan.
ya era badut bro...tokoh / sesorang yang mempunyai kapabilitas sesuai bidangnya sering di rendahkan , di anggap kecil, dan parahnya sampai bisa dibuatkan kebencian oleh kaum munafik juga badut(dunning kruger effect - dimana badut bisa merasa seperti level professor/ahli) dan sebalik para badut entertainer yang berjamur malah di puja-puja, walau seperti tong kosong dengan bermodalkan eksistensinya saja.
Indikator mudahnya adalah masjid-masjid saat ini dibangun menjulang tinggi dengan anggaran ratusan juta bahkan miliar rupiah. Sayangnya hanya sedikit ruangan yang digunakan untuk perpustakaan yang menyediakan buku-buku termasuk sains. Bahkan untuk konten kerohaniaan saja sangat minim sekali.
Inilah yang bikin indonesia susah jadi negara maju, sejak dini tidak diajarkan berpikir kritis, jadi gedenya cuma jadi korban dogma dan dongeng agama.
@@richarddawkins4607 wisss, sakit
setuju, setiap saya masuk masjid selalu yang saya cari adalah koleksi pustakanya. tapi didalamnya jarang sekali menyediakan buku-buku bacaan bagus. mayoritas adalah Al-Quran yang ujung-ujungnya juga hanya sebagai kitab tadarusan.
@@richarddawkins4607 terus klw bgitu sejauh apa konstribusi mu terhadap negri ini ?
@@richarddawkins4607 berhenti bro komentar kosong aja... apa lagi bilang agama itu bawa dongeng...
elu aja gk ngasih konstri busi apa apa kok.
cuman kek emak emak rumpian yg ngeributin sesuatu tapi NOL TINDAKAN !!!
Bisa juga disambung ke kajian ustadz raehanul bahraen, judulnya benang merah antara sains dan Islam. Barakallahufiik...
Algoritma bangsa Indonesia memilih pemimpin: 1. Populis 2. Politisi 3. Mainstream agama 4. Suku
Saya ingin Pak. Gita memimpin negeri ini. Gita Wiryawan 4 president.
Pak Gita melalui episode ini telah berhasil membangkitkan kembali kesadaran umat muslim yg seakan tertidur saat ini bahwa dahulu kita memiliki peradaban teladan bagi dunia. Sebagai penduduk terbesar muslim dunia, Indonesia sangat bisa meraih kembali "the buried legacy" peradaban islam. Wallahua'lam
terlambat bro membahas ttg Islam , kalau lo Islam kemana saja selama ini , berrti lo dungu , coba lo ke pengajiannya Ustadz Adi Hidayat atau ke ikut mendengarkan Ustadz Abdol Somad
@@berkahhidayahmdr6970 makasih sarannya...krn banyak muslim yg masih ga tau sejarah keren yg disampaikan pak gita tadi..sebagian sudah mengetahui, sudah hafal tapi maaih belum bisa berbuat banyak dengan keislamannya
Menurut saya, atleast opini pribadi saya... kalau mayoritas siswa siswi di Indonesia jelas tau banget tentang kejayaaan Islam jaman dulu bidang IPTEK. Ada dua babnya malahan di pelajaran agama untuk menjelaskan hal tersebut.
Cuman yang jadi masalahnya cerita-cerita itu cuman menjadi hafalan, hafalan, hafalan dan lupakan. Bukan sebuah praktek untuk lebih baik lagi di sekolah. Tetep aja penerapannya kita masih males belajar; Fisika remed, Kimia nyontek, Matematika malah hafalan jenis soal, ada tugas langsung nyari brainly :)
@@Briar_Yuri itu maksud sy..masih dihayati sbg tekstual dan hafalan..belum ke value transfer bhwa peradaban islam yg dulu hilang or dihilangkan dunia mesti kita raih kembali
@@MisterDreamOfficial Yes itulah yang kurang. Seharusnya kita menjiwai dan mencari cara sehingga bisa diciptakan iklim belajar dan value seperti mereka dulu.
Maaf kalau saya menyinggung, tapi gini aja deh... mudah bagi kita untuk membentuk Masjid, di seluruh penjuru kota, kelurahan, desa mendapat anggaran atau mencari donasi miliaran sampai puluhan miliar. Namun sulit sekali mencari perpustakaan di dalam masjid tersebut dengan alokasi yang besarr. Atau sulit juga membuat bangunan perpustakaan dengan dana dan dukungan yang sama.
kita bisa menjadi seperti mereka , jika kita mencontoh mereka dengan cara memaksimalkan 3 sarana yang diberikan kepada kita, 1.akal, 2.pengliatan, 3.pendengaran. karena modal dasar manusia hanya 3 sarana tersebut yang diberikan olleh allah. manusia mengetahui segala sesuatu dengan sebuah proses belajar "iqro".
Jadi perbedaan manusia terletak pada AKAL FIKIRAN...
Baru liat ini, aku pernah liat kajian ustadz khalid basalamah terkait islamic goden age di ammar TV di bali. Nah disitu banyak sejarah yg diputar balikan, terus disitu beliay jg bilang ada buku best seller karya jehad al turbani tentang 100 muslim yang berpengaruh terhadap dunia.
Saya dibawa kembali mengingat pembahasan sejarah peradaban Islam. Dinasti Abbasiyah menjadi masa ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Yang membuat saya kagum sampai sekarang adalah bagaimana mereka bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dengan pendekatan interdisiplin ilmu. Terima kasih pak Gita untuk pembahasannya sore ini
hanya saja bagaimana agar masa itu bisa terlihat kembali dan kenyataan bahwa islam adalan pemilik peradaban ilmu yang besar benar-benar terpublikasikan serta memang ada sebagai kenyataan bukan hanya seperti dongeng ataupun cerita yang tinggal sejarah
Kagum doank g ikut mengembangkan ya mandeg.
mayoritas org islam sekarang berpikir bahwa hidupnya itu ya di akhirat... dia lupa kalau dia hidup di dunia,, makanya saya benci bgt kalau ada orang yang mengatakan "tuntut ilmu dunia terus, belajar ilmu akhirat juga dong",, padahal dari ujung rambut ampe kaki, dari malam sampe siang, dia selalu pakai produk dari ilmu dunia (sosial media utk dakwah, ilmu teknik utk bangun masjid, kimia utk makan dll). Sangat PAradox
Ya ini soal dikotomi antar dunia dan akhirat jg sempet dibahas sm Cak Nun, lain kali saja....
@@Peanuts76 iya, memang faktanya manusia sangat suka dikotomi (pilih akhirat atau dunia, baik atau buruk, surga atau neraka, pahlawan atau penjahat, dll) padahal kita hidup dalam spektrum, memungkinkan untuk berada di rentang mana saja & kapan saja, dua2 bisa bermanfaat/buru tergantung situasi dan kebutuhan...
yang bagian ilmu agama/sejarah jalan terus yang bagian sains juga jalan terus... keduanya harus saling menerima dan terbuka bukan malah saling meniadakan.
@@hhha3119 tp masih ada kok ulama yg menerima sains dgn tangan terbuka, bknnya anti sains dan jumud, bnyk kok....
@@Peanuts76 iya, bener, tapi beda loh bro "menerima" sama "mendukung",, kalau menerima ya nice to have aja, klo ada ya bagus klo gaada ya gakpapa, wkwk, kalau mendukung dia lebih menggerakkan atau kasih action... dan sangat jarang ada ulama yang menggembor2kan sainss,, dan sama juga dengan pendeta, rabbi dan pemuka agama lain.... karena sejatinya sains itu gak akan pernah bisa berjalan dengan agama, wkwk, liat aja tuh teori darwin,
sama dari 68% pemenang nobel kristen itu apa semuanya mreka percaya Yesus itu anak Tuhan? pasti enggak hahahha, rata2 mreka atheist semua, cuma ngakunya kristen biar ada budaya aja/ktp doang,, makanya klo gw pikir2 gaada gunanya juga adu2 identitas gni gak sihh bro
@@hhha3119 sudah dijawab sm Habib Husen, media dakwah bisa dimana saja dan menggunakan apa saja
Aku palibg suka beljr tentang peradaban Islam meski ad yg lupa tapi dari sini aku mengimpikan bahwa dri Islam lh..Tek nlgi Bru dimulai dan dikembangkan secara keseluruhan krna dalam Al-Qur'an semua tentang ilmu pengetahuan udah djabarkan dan itu digali oleh ilmuwan.2 terkenal diteliti kemudian diciptakan krna bermanfaat tuk kehidupan manusia..nah dari sini..tidak bisa diragukan lagi Al-Qur'an itu tidak bohong semua ayat yg diturunkan semua segal kisah sebelum islm datang.. Al-Qur'an telah memberi tahukan nya.agar diyakini.umt manusia..
MasyaAllah. Senang dengan penyajian informasi yang disampaikan oleh Pak Gita. Seiring dengan kemajuan jaman, demikian juga perkembangan IPTEK berkembang. Tetapi perkembangan IPTEK harus dibarengi dengan Pengetahuan kita dengan Ilmu Agama agar kita tidak sampai tergelincir dalam menjalani kehidupan kita. Terima kasih Pak Gita.
key point yang sangat bagus dari anda.
Tentu saja buku Sains yang paling berpengaruh di era kejayaan Islam adalah The Canon of Medicine (Qanun fi Tibb) dan The Book of The Healing (As Syifa). Dua buku ini ditulis oleh Ibn Sina seorang agamawan, filsuf, saintis sekaligus dokter yang sangat luar biasa. Sayangnya hari ini tidak kita tidak bisa menemukan orang kayak gitni. Yang kita temukan adalah pendakwah-pendakwah yang lebih banyak ceri uang ketimbang ilmu.
Jangankan nemu orang kaya Ibn Sina... nemu buku dan karya-karyanya aja juga hampir mustahil di Indonesia dan negara muslim lainnya.
Kenapa? Karena informasi dan ilmu pengetahuan di dunia islam itu sifatnya esklusif. Bukan untuk semua kalangan, tapi untuk yang berstatus sosial tertentu saja.
Sebagian besar kelompok masyarakat muslim sengaja dibuat bodoh dan dibodoh-bodohi supaya mudah diatur dan dieksploitasi.
Ibn Sina sendiri datang dari keluarga Syiah dan pada akhir masa hidupnya, dianggap kafir dan sesat oleh sebagian besar ulama muslim.
Soooo... sains dalam islam itu sengaja dibikin tidak kompatible.
Memang unik dan aneh, dunia pendidikan Islam hari ini, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia, seolah kehilangan ingatan mengenai sejarah "Era Kejayaan Islam - Dinasti Abbasid". Era di mana budaya "logic & reason" saat itu sangat mengakar kuat sehingga melahirkan banyak ilmuwan & tokoh intelektual muslim di berbagai bidang keilmuan. Dunia Islam saat itu mengalami kemajuan yang luar biasa pesat dalam bidang sains dan teknologi. Islam, saat itu, adalah pusat peradaban dunia.
Pemandangan yang tentu sudah jauh berbeda dengan wajah dan keadaan dunia Islam yang kita kenal hari ini. Penghargaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan rasionalitas sudah jauh merosot. "Deapresiasi" tersebut lalu diikuti dengan kemunduran di sektor sains & teknologi. Kejayaan Islam hilang ditelan zaman.
Terima kasih Pak Gita sudah mengingatkan kita betapa dulu Islam pernah berjaya. Semoga ingatan sejarah ini dapat meyakinkan kita khususnya umat Islam di Indonesia untuk mengembalikan Era Kejayaan Islam (dan kejayaan bangsa Indonesia).
Copas dr caption IG Ya
ibnu sina, Nasiruddin tussi, al farobi dianggap sesat, zindiq dan kafir 😂
Indonesia harus bisa mengambil peluang ini, melihat Timur Tengah yg lagi hancur dan mundur karena perang
Yg terpenting bukan msalah ingat atau ndk,tp menirunya atau ndk,diskolah dr dulu sudah dipaparkan mengenai ilmuwan islam kok,tp muslim hnya dijadikan ajang bangga diri terhdp agamany,tp g mau ikut andil mengembangkan. Para ilmuwan bnyk diluar islam tp g pake embel" Agama,krna fokusnya pd pengembangan nya utk kebrmanfaatan brsama.
@@LancasterSupremo dan lucunya ketika ada Ilmuwan dr muslim,auto di banggakan dengan embel" Islam. Yg membanggakan ndk ikut mempelajari ap yg si penemu lakuin,cmn pengen berbangga ada muslim punya penemuan. Sedangkan didunia ilmuwan g memandang ltrbelakang apapun,krna penemuan itu utk Kebermanfaatan bersama. Ckup tau sp penemunya,kryanya apa,trs dipatenkan.
Pak Gita sangat open minded karena udh bergaul dengan banyak kalangan yg berbeda latar belakang. Dengan kapasitas yg mumpuni saya secara pribadi sangat berharap bapak bisa memberikan kontribusi lebih banyak buat negeri ini🙏🏻
bagaimana dengan anda? apakah anda juga akan memberikan kontribusi pada negeri ini? menurut saya justru kita harus membantu pak Gita untuk membangun negeri ini.
#khilafah negeri berperadaban maju yg bebas riba dan pajak 🙏☺️
@@febiefebriansyah tentu ada pajaknya dong. 300 tahun pertama kepimpinan muslim itu mayoritasnya bukan muslim itu sendiri dan non muslim itu wajib membayar pajak yang dikenal dengan nama jizya. Gimana negara mau berdiri kalo gaada pajak 🤦
@@febiefebriansyah Mestinya ente masih hidup di goa, nulis komen di pelepah kurma, sambil mabok kencing onta, seperti yang disunnahkan si mamad.
@@LancasterSupremo yakin maju?
Assalamu'alaikum Pak Gita Wiryawan. Saya salut dengan pembahasan bapak. Seorang mantan menteri yang bersahaja. RUclips ini sangat memberi pencerdasan kepada masyarakat Indonesia, akan sejarah Umat Islam yang terlupakan di bidang sains pada era kemajuan Islam.
Di Indonesia Sekolah Islam dan Sekolah Kristen....mana yg lebih advance kurikulumnya di STEM subject? Pada umumnya Sekolah Islam terlalu banyak hafalannya. Semoga kedepan bisa lebih berimbang....Wish someday one of Moslem from Indonesia could win Noble Prize in STEM.
mau apa pun secara umum peringkat skul asean cuma no 7.
brunei bisa no 3 padahal padat pagi wajib umum n siang agama, kalau di malaysia harus sesuai dgn islam walau masi ada macam pesantren.
Amiin
Inilah yang bikin indonesia susah jadi negara maju, sejak dini tidak diajarkan berpikir kritis, jadi gedenya cuma jadi korban dogma dan dongeng agama.
setelah nonton konten ini, saya jadi makin semangat belajar hehe. Terima kasih, pak Gita
Thank you, Bapak.
Izinkan sedikit menyinggung fundamentalis. Yang harus dihindari oleh fundamentalis adalah antagonisme atau permusuhan pada rasionalitas, sains, dan teknologi yang merupakan dialektika dari banyak bangsa. Islam, India, Afrika, Cina, dan Eropa semua berkontribusi. Salah jika kita menyebut 'sain Barat' tanpa tanda kutip.
Semoga bisa menjadi pelajaran bagi fundamentalis dan dogmatis. Ketika ingin berbangga, fundamentalis banyak mengutip bahwa bangsanya pernah berjaya dalam dunia sains. Tetapi ketika diajak untuk lebih terbuka pada temuan-temuan sains, mereka tidak ingin mengakui prinsip-prinsip keterbukaan dari masa yang memungkinkan ilmuwan-ilmuwan yang dibanggakannya itu berjaya.
@Puji Pamungkas kritik Al Ghazali itu dikatakan yang mungkin merupakan penyebab kemunduran. Oleh Ghazali keterbukaan itu menjauhkan. Fundamentalis adalah mereka yang punya dogma atau interpretasi awal dan menolak adanya interpretasi lain termasuk jika datangnya dari sains.
@Puji Pamungkas mungkin yg dimaksud mas diatas, adalah fundamentalis di jaman ini, masnya pernah maen ke kanal Islam yg cenderung puritan tidak.....
Kadang lucu juga lo, mereka mengglorifikasi kejayaan Islam masa lalu, tapi kental dengan kritik, yg bahkan cenderung kritik yg fanatik, terhadap mereka mereka yg berbeda sudut pandang......
Bahas bidah aja mas, wah ngototnya bukan maen, hahahaha
Kalo sering maen ke kanal muslim yg puritan, pasti sudah mahfum dengan label label profokatif, macam liberal, syirik dan sebangsanya....
Kadang cap cap itu didasarkan hanya kebencian semata, tanpa ada upaya untuk instropeksi dan merekonstruksi ulang pemahaman selama ini, ya bisa dibilang anti keterbukaan seperti yg dijelaskan diatas....
Harus dipahami masa Abbasiyah adalah Golden Age of _Islamic Science_ bukan _Golden Age of Islam_ , sudah dinubuatkan oleh Nabi dalam hadits bahwa _Zaman yang terbaik itu adalah zamanku, .._ dimana persatuan Islam itu kuat.
Perlu diketahui pada masa Abbasiyah sikap otoriterian beberapa pemimpin Abbasiyah pasca Harun Al Rashid yaitu "Al Ma'mun dan Seterusnya" terhadap ahlul hadits (Athari Hanbali dan Asyari Maturidi) sulit diterima, tapi jika dikatakan Abbasiyah itu _Tolerant dan tidak Radikal_ juga tidak benar, terbukti beberapa kali pemimpin Abbasiyah berperang dengan Byzantium, dengan segala kehebatan ilmu pengetauan dinasti Abbasiyah tidak mampu meraih kemenangan besar, jika menang tentu Konstantinopel akan didapatkan sebagai imbal hasil kemenangan tapi justru Utsmani yang berhasil. Pada masa Abbasiyah juga Baitul Maqdis/Palestina jatuh ketangan Kerajaan Prancis dan teman-temannya, padahal ketika itu _Eropa sedang hidup di Masa Kegelapan_ , hal ini membuat Asyari, Maturidi, dan Athari yang dikatakan *Fundamentalis* terpukul dan bangkit, lalu kemudian Ayyubiahlah (Murid Al Ghazali) yang berhasil merebut kembali. Abbasiyah juga dengan segala kecanggihannya dengan mudah dihancurkan oleh Mongol sampai-sampai berharap bantuan pada umat Islam lain, tapi tidak dibantu dan akhirnya Mamluklah yang memukul mundur Mongol pulang kekampungnya.
Hal ini terjadi karena sebagaimana yang dikatakan Ibn Khaldun dalam Muqaddimah bahwa hilangnya kesatuan masyarakat Abbasiyah yang terpapar sikap individualisme, acuh, masa bodoh, dan sok pintar ciri masyarakat perkotaan Baghdad ketika itu.
Status orang-orang Yahudi dan Kristen juga justru lebih rendah dibanding Masa Ummayah begitu juga dengan kedudukan perempuan dimana dimulainya _Tradisi Harem_ dalam sejarah Islam.
Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah mengapresiasi upaya dan kontribusi Al-Ma'mun terhadap berkembangnya Baitul Hikmah (House of Wisdom), Ibn Khaldun yang punya _Teori Evolusi bahwa makhluk hidup berasal dari bakteri_ tapi tetap sebagai Muslim percaya (dalam 3 bentuk pemerintahan) bentuk Pemerintahan Islamlah (Siyasah Diniyyah) yang terbaik, karena menjamin kemaslahatan didunia dan kehidupan diakhirat. Lebih baik dari bentuk Pemerintahan Natural (Siyasah Thabi'yah) sesuai dengan nafsu (Materialis), maupun Pemerintahan yang dibangun dengan Akal (Siyasah Aqliyah).
Sejarah Abbasiyah banyak diplintir oleh liberalis untuk melegitimasi pemikirannya.
Terimakasih pak Gita sesuai dengan tema Ramadhan, ada satu yang sangat ingin saya dengarkan dari pak Gita tentang Golden Age Islam, yakni tentang Baghdad, dimana pada masa itu tempat itulah Pusat Ilmu, mohon sy anak minelials yg sangat antusias bila mendengarkan dan menonton dari yutub terutama yutub Pak Gita😁
Banyak istilah-istilah sains dan matematika di berbagai ensiklopedia adalah frasa bahasa arab, Persia, dan Assyria merupakan jejak kejayaan ilmuan islam ketika itu.
Suatu dialog yang menarik jika Sir Wiryawan mengundang Prof. Said Agil Siraj, Prof Azyumadi Arsa, dan Prof. Qurais Shihab menguliti ketertinggalan sains di dunia Islam sekarang ini.
Bener beliau-beliau pakar bisa diundang Pak Gita, nambah ilmu. Satu lagi juga Prof. Nasaruddin Umar.
Kita masih ada waktu sekitar 23thn lgi, mari sama2 dipersiapkan golden age selanjutnya di mulai dr pendidikan keluarga yg seimbang kpd putra putri permata jiwa kita, yu jngn lelah belajar sbb d balik setiap kesulitan ad 2 kmudhan!?
Ada buku yang menarik yang membahas tentang kontribusi umat Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama sains, yaitu
"Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia" karya Prof. Dr. Raghib As Sirjani.
mundurnya islam dalam bidang sains dikarenakan sebatas menjadi Konsumen Sains dari barat , Pengamat Sains barat , Bahkan Pengkritik Sains barat, bila ingin bangkit seharusnya menjadi " Produsen Sains Islam " . Tentunya dengan Toleransi & Keterbukaan sebagai syaratnya .... 🙏
Gimanapula jadi Produsen Sains Islam?? Ntar jdi mundur dong dunia sains..
Itulah pentingnya makna Toleransi & Keterbukaan sebagi syaratnya 🙏
Perbanyak diskursus tentang Keemasan Islam. Karena literasi sejarah tentang gemilangnya Islam jarang yang tahu. Kalaupun tahu, hanya kagum, tak menbawa perubahan.
Lha yg penting ikut andil mengembangkan nya kan,kalau cmn tau trs kagum ya prcuma jg.
Ya banyak bgt orang Islam cuman bangga doang tapi gak ngepelajarin apa yang sebenernya terjadi
Pak Gita menyampaikan sejarah dengan cara kekinian.....
Semoga sehat terus Pak, selalu memberi insights bagi saya pribadi
22:50
1) Kesadaran akan kondisi sbb
a) Serangan Mongol
b) Ide dari Ghazali
c) Ditemukanya jalur baru oleh eropa
d) Penemuan mesin cetak
2) 1A&1B terjadi pada masa Abasiyah karena sibuk problem internal (Yaitu Dialog Islam vs Logika dari Yunani) shg tdk siap dengan serrangan Mongol/Eksternal
3) 1C&1D terjadi pada masa Utmaniyah dimana kesadaran akan teknologi berkurang setelah penaklukan konstatinopel..padahal sebelumnya R&D maju spt ada meriam
Sangat Mencerahkan dan Menyadarkan Masyarakat Muslim kita,Thanks a lot Pak Gita materi visualnya sangat mudah untuk memahami.
TERIMAKASIH PENCERAHAN NYA, SEMOGA PK.GITA PANJANG UMUR DAN TAMBAH BERKAH AAMIIN ,
Islam rahmatan lillalamin.., tidak ada hak paten..yg penting berkah buat semua...makanya banyak d duplikasi
Masya Allah luar biasa..sehat dan panjang umur pak Gita
Pak Gita, kayaknya menarik nih klo mengundang Ulil Abshar Abdalla utk mendiskusikan lbh lanjut ttg formasi intelektual muslim abad klasik & pertengahan Islam. Utamanya berkait al-Ghazali yg kerap 'dituduh' sbg salah satu faktor kemunduran dunia muslim.
Ustadz Budi Ashari salah satu yang kompeten dan memiliki bahasa yang mudah dipahami pak. Bisa undang beliau juga.
Pak gita, trimakasih insight yg telah di berikan pada audience.. kalau berkenan dan mem erikan saran tolong undang prof yohanes surya dari surya institut pak yang menjadkan anak2 dari papua menjadi mutiara dari timurr. Bisa jadi motivasi buat anak2 muda..
saya bisa merasakan niat kuat pak.Gita untuk membuat umat muslim dinegeri ini tidak kaku dan bangun dari tidur panjang ke masa lalu.
Islam butuh untuk memperdalam ilmu keagamaan dan mempertahankannya.
Tapi sain dan tehnologi juga sama2 perlu untuk menjaga eksistensi kita di dunia….
Luar biasa ulasannya pak gita
Just to clarify
Umayyah, Abbasyiah, & Ottoman itu kerajaan, bukan kekhalifahan
الْخِلاَفَةُ فِى أُمَّتِى ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكاً بَعْدَ ذَلِكَ
Khilafah di tengah umatku selama 30 tahun. Kemudian setelah itu diganti kerajaan. (HR. Ahmad 22568 & Turmudzi 2390).
Abu Bakr 2 tahun, 3 bulan, Umar 10 tahun, 6 bulan, Utsman 12 tahun, Ali 4 tahun, 9 bulan, & Hasan 6 bulan.
Ini benar, hehehe
khilafah sahabat nabi, setelah itu khalifah = kepemimpinan
@@brutalbreakdown Yang 30 tahun itu khalifah = pengganti. Setelah itu ya bukan pengganti Nabi.
Kunci fenomenalnya “Zaman Keemasan Islam” bukanlah karena menjadi yang “paling pintar/jenius”.
Zaman Keemasan Islam menjadi fenomenal karena keberhasilan Peradaban Islam dalam MENGHIMPUN segala ilmu pengetahuan dari peradaban-peradaban sekitarnya yang BERSINGGUNGAN dengan Peradaban Islam.
Ini juga tidak lepas dari LETAK Peradaban Islam dipersilangan jalur dagang peradaban-peradaban lainnya: Eropa & Byzantium di Barat & Utara, Tiongkok di Timur, Afrika di Barat Daya & Hindustan di Selatan. Tidak lupa juga NUSANTARA di Tenggara.
Untuk menghimpun, perlu keterbukaan & toleransi. Disamping tentu semangat untuk mencari & menegakkan yang benar.
Untuk mencetak seorang BJ.Habibie saja sulitnya bukan main, padahal kita perlu ribuan orang seperti beliau ......(al fatiha untuk beliau).
Bukan peradaban islamnya yg salah tapi ummat pada generasi sekarang yg memang sedang terpuruk. Agak sulit mengembalikan masa keemasan islam karena generasi kita sangat jauh jaraknya dari kekhalifahan dan kesultanan. Tapi kita sangat bisa memetik pelajaran dari peradaban peradaban masa lalu dan mempersiapkan generasi mendatang untuk lebih mengenal Islam tidak hanya sebatas akhlak, akidah tapi keilmuan. Terima kasih.
Selalu suka kalau bahas masa kejayaan Islam... Bersyukur bgt dulu dpt mata kuliah Sejarah Islam
miris sdh masa lalu, tpi lumayan buat hibur diri
@@teleskopindonesia9124 sejarah buat di pahami bukan buat di hina atau di rendah kan , jujur dinasti abbasiyah sekuler walapun mayoritas islam , jadi kalo elo non islam elo engga usah judes slow aja , artinya non muslim bisa mengambil hikmahnya , toh juga dinasti abbasiyah engga ada yg mabuk agama kok !!!
@@SamsungM-oo8zp ya brrti lebih bagus sekuler drpd mabok agama.
@@teleskopindonesia9124 tentu dong mabok agama ya jadi kaya Afghanistan , ( lihat uni emirate arab , lihat qatar , lihat kuwait , lihat Brunei darussalam , lihat mesir , lihat maroko ,lihat saudi Arabia lihat oman !!!) Mereka negara islam tapi mereka sukeler , dan malah bikin mereka kaya dan makmur
" Mereka ini negara yg islam tapi mereka tau kapan harus sekuler, dan malah yg mabuk agama itu yg membuat agama menjadi tidak suci lagi , yg mabok itu yg merusak kesucian agama "
@@SamsungM-oo8zp ow begitu ya kayak Indonesia masuk sekuler apa masuk mabok nih ?
Terimakasih Pak Gita sudah up tema ini yg memang butuh banyak Muslim yg harus disadarkan ttg pentingnya ilmu science. Saran untuk narasi sejenis ini bisa bekerjasama dgn youtube channel rumah editor. Narasinya dikemas sangat baik sekali dan bisa mem-boost curiosity kita. Krn untuk bisa menjangkau org yg msh awam dgn pembahasan seperti ini butuh kata2 yg mungkin lebih sederhana tp menarik.
Memang paling bagus Zaman Nabi Muhammad Pak, Sistem pemerintahannya bagus dan sangat sehat
sekarang ini jika dikaitkan dengan peradaban, maka yg disebut Islam sebenarnya tidak memiliki entitas tersendiri yang bisa dianggap representasi Islam. Beda dengan barat, yg udah identik dengan eropa dan amerika. sedang yang dianggap sebagai "islam" hari ini hanyalah "pengikut" dari Amerika dan barat. Bahkan jika seorang beragama Islam misalkan berhasil membuat penemuan yang spektakuler sekalipun, tidak akan otomatis berarti sumbangan terhadap peradaban Islam. Kehancuran utsmani memberi pengaruh yang amat sangat besar terhadap peradaban Islam
Saat di kerjaan otoman sudah jalan surah di bangun orang BAB sudah di tempat yg semestinya. Kotanya terang. Bagaimana keadaan di eropa di paris?? Coba cari tau itu. Trus siapa yg mencontek peradabanya siapa?
@@MuchafiEdukasi maksud sy saat ini..ummat Islam menjadikan barat sbagai role model dalam segala aspek kehidupan. Dan keadaan yang memang membuat hal demikian itu. Mungkin memang sprti hadits Rasulullah dimana umat Islam banyak tapi ibarat buih..bahkan jumlah yang banyak pun tdak banyak berpengaruh dg kondisi semacam ini
Sayangnya, saat ini kegemilangan yang berguna untuk manusia itu lebih cenderung "hanya sebagai literatur"...terkadang di pesantren "modern dan moderat" pun (tidak semua), sains sering dianak-tirikan...
miris memang, kebanyakan di pesantren moderat ilmu sains seakan ter"bid'ah"kan, dengan dalih "adab sebelum ilmu" padahal para pendahulu (ilmuan muslim) selalu mengamalkan sains dan syariah islam secara beriringan, kita mengeluh2kan kembalinya masa kejayaan islam, tetapi mengesampingkan sains, padahal dulu islam berjaya karena sains...
Betul, tumben ada yg jernih kek lu biasanya nostalgia dan euforia masa lalu doang wkwkwkwk
@@damedarasaka9153 , seperti Ibnu Khaldun yang punya teori evolusi bahwa makhluk hidup berasal dari bakteri dalam buku Muqaddimah tetap berpandangan bahwa bentuk pemerintahan yang terbaik adalah Pemerintahan Agama (Siyasah Diniyyah), karena menjamin kemaslahatan di dunia dan kehidupan akhirat kelak.
Berbeda dengan liberal masa kini yang sebagian mengaku Neo Mu'tazilah pengagum Abbasiyah merasa bentuk negara Islam sudah tidak relevan di zaman modern.
untuk itu, sebenarnya penting sekali memberikan dukungan terhadap pesantren. sekarang ini beberapa kalangan telah berusaha memasukkan dunia digital di dalam pesantren, agar meraka yang berjalan dengan tradisional mulai membaur dengan teknologi yg semakin berkembang. dengan begitu terlihat bahwa memasukkan hal baru (teknologi digital) terhadap pesantren saja bisa dilakukan apalagi menyadarkan mengenai apa yang dulu dimiliki islam.
pentingnya lagi, di Indonesia terdapat begitu banyak pesantren yang mana pesantren itu sendiri juga merupakan gudangnya para generasi muda yang pastinya beberapa tahun ke depan merekalah yang akan mengisi urusan-urusan di dalam negara ini. sehingga dengan mereka memiliki wawasan luas di pesantren, nantinya dapat memunculkan generasi yang gemilang dengan sains, memiliki dasar agama yang kuat, di samping itu budaya pesantrennyapun tak luntur.
seperti dawuh Almaghfurlah KH. Muhammad Hasan bahwa "jadi santri itu harus persegi" artinya santri gk hanya bisa ngaji tapi diarahkan jadi kyai, ilmuan, pemimpin, dan sebagainya pun bisa dan tentunya memiliki wawasan yang luas.
@@damedarasaka9153 sebenernya yg di pesantren kaya gt itu yg asal jadi kyai krn punya duit atau modal abis haji doank sih 😭 ga pernah belajar ilmu duniawi kadang
Menarik jika Pak Gita mengundang Prof. Fahmi Amhar dari BIG (sekarang BRIN) yang sering membahas tentang perkembangan peradaban Islam dalam banyak tulisan di media sosialnya dan di surat kabar.
Jadi inget mata kuliah Islam dan ilmu pengetahuan
Terima kasih, Pak Gita telah mengingatkan. Semoga kami para pemuda tidak sekedar jalan di tempat dengan kebanggaan. Harus ada aksi untuk mengulang kembali kegemilangan ilmuwan terdahulu.
cara membungkusnya keren bet, dengan data dan diakhiri dengan kesimpulan secara bermakna, cool, Pak.
bikin house of wisdom buat tiap daerah dong pak, ajak pak jusuf hamka juga biar cepet maju lagi ini negara. dulu pemikir2 minang lahirnya di mushalla, yang mungkin bisa dibilang sama kayak house of wisdom juga.
Apa yang disampaikan Pak Gita di video ini sangat berkaitan dengan yang sering disampaikan oleh Guru Gembul di konten-kontennya mengenai hancurnya peradaban Islam karena semakin minimnya kontribusi kaum Muslimin di bidang sains pada era setelah runtuhnya Kesultanan Abbasiyah hingga saat ini. Rasanya cukup seru apabila Pak Gita bisa berdikusi dengan Guru Gembul mengenai hal tersebut 😊
Harus bgt sih ketemu sama guru gembul
buku nya Ahmet T Kuru tentang Islam, Authotharianism, and Underdevelopment. bisa dibaca sama temen2 untuk lebih detail nya 👍
saya sangat setuju dengan statemant Bpk Gita wirjawan bahwa " sains tak mengenal batas " . namun satu kekurangan pak Gita yaitu incurious terhadap jumlah golongan dari para pemenang nobel tersebut yang mendominasi ( dominan ) . saya membaca Alkitab bahwa Yahudi bagian dari Israel ( nabi Yakub ) dan Kristen bagian dari Yahudi setelah kedatangan Kristus . maka saya melihat bahwa Kristen tidak dapat dipisahkan dari sejarah Yahudi . maksud saya disini adalah bagaimana sebuah kenyakinan dapat membentuk mind set seseorang sehingga itu memberikan dampak/pengaruh yang baik atau positif terhadap konstribusi bagi kehidupan manusia dan peradaban kemajuaan jaman ." kenyakinan yang baik dan benar akan membentuk mind set seseorang menjadi naik dan tinggi " .
Up
Alhamdulillah, keren Banget. Pak Gita terima kasih konten yang sangat bermanfaat.
Konon isi bayt al hikmah juga berisi parchment-parchment kuno yang selamat dari perpustakaan aleksandria yang terbakar. Akses terhadap ilmu yang mudah dan murah mungkin menjadi salah satu pemicu bangkitnya era sains di kala itu. Teknologi kertas pun sudah dikuasai bangsa arab sehingga memudahkan dalam menerjemahkan dan meyalin ilmu2 sains, hingga toko-toko buku terbentang dari bagdad sampai maroko. Di era modern ada meiji yang melakukan langkah yang serupa dengan menerjemahkan buku2 asing ke bahasa jepang. Poin saya pak Gita..mampukah bangsa ini mulai melakukan langkah serupa? Mendigitalisasi apa yang dipunyai bangsa ini, baik manuskrip, lontar, sehingga bangsa kita masih punya akses yang mudah terhadap prasasti, teknologi maritim kapal raksasa laksamana nala, dan juga sains dari manapun. Saya pernah membuat buku tentang sejarah, tapi mirisnya versi digital beresolusi tinggi dari artefak-artefak jawa malah saya dapet dari MET museum dengan mudah dan gratis. Miris
Setelah Al Ghazali ada Ibn Rushd. Yg menulis buku Tahafut at Tahafut. Buku itu menjawab bukunya Al Ghazali, Tahafut al Falasifah (buku kedua yg disebutkan Pak Gita).
Karena kejayaan suatu bangsa atau kaum itu dipergilirkan. Dan kejayaan Islam sudah lewat dengan berakhirnga kesultanan ottoman, setelah mendominasi selama 1200 tahun lebih, sejak ummayah.
Kalau saja nobel menemukan dinamit diabad 7 dan sejak itu diperebutkan hadiah nobel, maka Muslim akan mendapat banyak hadiah nobel.
Pak, diskusi dengan Ahmet Kuru dong bagaimana peradaban islam jadi tertinggal.
Sebuah pembahasa yg sudah ada dipikiran saya setelah baca Buku Ibnu Khaldun Mukaddimah
Semoga anak muda muslim Indonesia lebih aware lagi terkait Science .... terima kasih sudah membawakan rasa penasaran saya antara peradaban Islam dan Science ....
Terimakasih atas materinya pak, sangat bermanfaat sekali karna membahas tentang sains
Smoga sehat selalu dan sukses terus pak😇
Terima kasih pak Gita sangat membantu generasi z untuk mencari informasi yg bermnfaat, setiap podcasnya sellau rasa prnasaran dengan isinya.
Problem besar di masyarakat Islam, cenderung bangga dengan masa kejayaan Islam masa lalu namun pemimpin islam sekarang terjebak pandangan perbedaan pemahaman islam bukan kemajuan pengetahuan generasi islam selanjutnya
Keterbukaan Terhadap Ilmu Dari Manapun Merupakan Atribut Penting Untuk Kemajuan Suatu Bangsa.
-GW_2022 👍
21:15 oleh karena inilah,, ada yang berpendapat bahwa Abu Hamid Alghazali,, salah satu penyebab Kemunduran Islam..
#salah satu perspektif#
Coz Alghazali pd saat itu, telah masuk ke 'fase tasawuf' dalam hidupnya..
~Tahafut AlFalasifah~
pengkebirian peran filsafat dlm Islam
Tanpa menafikan jasa besar AlGhazali dlm peadaban Islam..
Terutama Sunni..
Untuk konteks Indonesia,
Sepak terjang ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) kudu ditambah porsinya..
Biar kian powerfull..
Hehe..
Sehat selalu pak Gita..
Al ghazali masuk ke fase tasawuf setelah umur 35, sedangkan dia menelurkan buku Tahafud Al Falasifah di umur 27 tahun.
Ya walaupun dia mengakui kesalahannya ketika umur 27, namun nasi telah menjdi bubur. Narasinya yang tendensius sudah menyebar luas tanpa bisa dibatasi
Masya Allah Barakallahufiik pk Gita
Rotasi Peradaban
Mungkin 300 tahun terakhir peradaban Eropa dan Amerika di 100 tahun terakhir mendominasi dunia. Namun sekarang mulai goyah dengan kebangkitan peradaban di China. Termasuk dengan progresifnya negara-negara GCC di bawah pengaruh Saudi Arabia.
Storytelling yang menarik Pak Gita. 26 menit yang sangat bernilai.
Walaupun saya bukan seorang penganut muslim, namun saya sangat mengharapkan agar Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dapat memberikan sumbangsih yang besar bagi dunia sains. Yang saya tahu dan saya yakini, Sains melewati batas-batas Ras, Suku, dan Agama. Toh hasil temuan sains yang bernilai positif bagi kemanusiaan juga dimanfaatan untuk kebaikan hidup seluruh umat manusia tanpa memandang latar belakang.
🇮🇩🇮🇩Indonesia Satu
Golden age of Islam adalah zaman puncak peradaban Islam yang merupakan keindahan dan kenangan masa lalu , tetapi umat Islam sekarang hanya melihat ke belakang tidak melihat ke depan bagaimana dulu bisa memimpin ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan kenapa sekarang tidak bisa justru berada dalam titik rendah dan perpecahan .
Sudah saatnya Islam bangkit kembali dengan belajar dari kejayaan masa lalu dan faktor penyebab kemunduran Islam .
Perlu sosok pemimpin besar yang mempersatukan umat Islam tanpa adanya batasan suku , bangsa , ras, warna kulit , karena Islam hanya bisa maju bila bersatu .
Adakah pemimpin yang visioner yang bisa memajukan kembali renaisans Islam di abad 21 ini ?
Bila bangsa muslim ingin menguasai dunia kembali , kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi, energi , pangan dan militernya kuat .
Di sekolah Islam ada di kotonomi ilmu dunia dan ilmu agama makannya orang Islam sulit maju
Dalam video ini hanya disinggung sedikit tentang Al Ghazali yang "mengembalikan arah" manusia dari sains kepada agama. Dalam bukunya yang terkenal Tahafut al Falasifa, Al Ghazali menolak filsafat. Beberapa tahun kemudian, Ibn Rushd yang lebih menerima filsafat, menerbitkan sanggahan dengan buku Tahafut al Tahafut. Namun dia kalah populer dibandingkan imam besar Al Ghazali sehingga kalah pengaruh. Sampai kini pun, di toko buku, buku tentang Ibn Rushd sangat sedikit terlihat di rak dibandingkan buku2 tentang Al Ghazali. Padahal didinilah letak stagnasi itu. Ketika rasionalitas filsafat ditolak, kemajuan dihambat. Arah kedepan tak banyak diutamakan. Lebih memaksakan melihat ke belakang. Ibarat jalan mundur memakai kaca spion tentu lebih lamban daripada jalan maju melihat kaca depan yang luas pandangannya. Di agama kristen (katolik), perkembangan rasionalisasi agama berjalan sebaliknya. Filsafat malah diterima dan diangkat nyaris sejajar dengan agama. Kalau sebelumnya filsafat disebut Ancilla Theologiae atau "cuma dayang2nya agama", kemudian malah dijadikan "partner". Bahkan pujangga gereja, Thomas Aquinas meletakkan rasionalitas sangat tinggi dengan kata2nya yang terkenal "Intellectus quaerens fidem", akal meneliti isi iman. Itu menjelaskan mengapa jumlah penerima nobel di kalangan kristen sangat tinggi.
Sebetulnya di akar ajaran Islam sudah ada sistem merasionalisi iman dengan cara "meneliti isi iman" tsb. Bisa terlihat dari, bahwa sumber nilai setelah Quran dan Hadith masih ada Ijtihad dan Ijma. Tapi mungkin pengaruh mahzab atau imam besar atau yang lain maka seoalah ada semacam keraguan untuk mengkritisi yang tidak ditentukan dalam Quran dan Hadith. Ijtihad bisa dihawatirkan "melenceng" jadi bid'ah. Ijma juga membahas hilal di ufuk untuk menentukan awal puasa. Ketika melembaga kuat sebagai lembaga Ayatollah seperti di Iran yang mahzabnya Syiah juga makin tak bisa lepas dari politik.
Kalau Lenin bilang "what is to be done?", kita tak bisa jawab apapun karena nyatanya jalan kepada kemajuan dunia makin menjauh dari "belakang". Di era Aquarian Period (era si Tukang Air) di titik dimana kita berdiri ini, kita makin "mengontrol air", meninggalkan era Pisces (jaman ikan), dimana "ikan melihat segalanya kecuali air".
Tentang The Ages of Civilization ini kita bisa bahas dengan pak Gita kalau kapan2 kita sempat bertemu. :)
Pak Gita punya concern yang cukup dalam soal ilmu pengetahuan dalam dunia islam. Pak Gita kalau boleh kasih masukan dalam perspektif sejarah di sebelah, kristen dan yahudi, gesekan antara agama dan sains adalah hal yang tidak terelakkan dulunya. Gereja juga dulunya punya otoritas tertinggi menentukan seorang ilmuan bidat atau tidak. Pada akhirnya era reformasi gereja memungkinkan semua penelitian berjalan dan mulai terlepas dari otoritas gereja.
Tapi juga harus diketahui pak, banyak ilmuan sekarang juga sudah menarik diri dari agama. Catatan bendera identitas dalam nobel seperti paparan pak Gita, jumlah kristen yahudi peraih nobel bukan lagi isu yang utama. Sebagian ilmuan itu pun mungkin udah malas bawa-bawa agama bahkan sebagian adalah ateis. Tapi saya menangkap pesan pak Gita. Cuma sangat disayangkan kalau bendera identitas masih menjadi dorongan utk menjadi ilmuan. Agama seharusnya mengajarkan upaya sains adalah untuk kemanusiaan, bukan semata-mata atas nama agama itu sendiri.
Sy paham konsen anda, tapi konsen Pak Gita sepertinya berbeda disini, terkait agama pemenang nobel, sepertinya dia cari sendiri datanya karena dalam pemenangan nobel itu sepertinya ga disebut agamanya apa.. Disini konsen Pak Gita, bahwa Indonesia sebagai negara beragama Muslim terbesar dunia, harus menjadi muslim yang terbuka terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga bisa kembali berjaya seperti jaman dahulu yg mana ilmuan2 muslim sebelumnya sangat menjungjung toleransi dan keterbukaan untuk hal2 ilmu pengetahuan dan sains. Selamat berbuka puasa bagi menjalankan. Jaya Indonesia
Ngerti sekali maksud anda, supaya kita tidak mengedepankan hegemoni dam idenditas keagamaan kita sebagai yg utama....
Cmn Pak Gita mungkin berusaha membangkitkan umat Islam, yang "tertidur" dalam tanda kutip....
Couldn't agree more
Zaman dulu Kristen dikuasai gereja membuat mereka terbelakang, beda sama Islam Zaman Dulu, agama dan pemuka agama Islam mempengaruhi perkembangan teknologi dan ilmu beda dengan saat ini dimana keduanya saling terpisah (sekuler). Lalu jatuhnya ilmu tersebut adalah pengaruh kekuasaan kedalam kehidupan, era itu dalam Islam research didanai dan dibantu oleh pengusaha bukan penguasa
Zaman sekarang banyak ulama yang menyatakan buat apa belajar ilmu dunia toh nanti ga dipake
@@LancasterSupremo bahkan ga hanya agama, instansi pun bisa, lihat saja kisah paramiliter di negara negara berkonflik, lebih sering ini si, kalo orang orang militer sudah gila kuasa, banyak nyawa yg dikorbankan, pun dengan mereka yg punya dan pernah merasakan didikan militer, kelompok separatis, kelompok kelompok sempalan, terkadang memang motifnya murni kekuasaan, seperti di afrika, kamboja, atau korea utara, rawan sekali menyalah gunakan kekuatan
Nonton pak Gita secara masive langsung S1 gue 😁
Banyak sekali karya sains dari cendikiawan muslim dan evolusi pendidikan dari cendikiawan muslim, permasalahannya ini ilmu pengetahuan bukan agama, dan ini juga sebagai semangat generasi-generasi para muslimin supaya meneruskan ilmunya dan kecerdasannya supaya berpikir luas dan jernih, tidak berfikir salah arah, tidak berfikir radikalis, dan tidak berfikir ekstrimis, apa ilmu pengetahuan ini boleh untuk non-muslim ya boleh, kenapa tidak?, karena ilmu pengetahuan/pendidikan bersifat universal
sepertinya anda tidak paham apa yang dimaksud dengan islam,,, pada sejatinya orang muslim itu tidak akan atau bahkan tidak melakukan Radikalis apalagi berfikir ekstrimis,, adalah penganutnya yang sebagian membuang (mengabaikan Dalil) atau miskonsep tentang dalil referensi mereka,,,
"Kenapa? Karena Islam jaman muawwiyah sampai abbassid cenderung sekuler, cinta iptek. Sedangkan Islam sekarang, adalah warisan gerakan imam ahmad bin hambal, yang cenderung radikal, cenderung religius, makin umur 40 tahun ke atas, makin melupakan dunia, dan cenderung hijrah, mulai sibuk menghapal dan tenggelam ritual. Sedangkan orang barat/ negara maju, makin berumur makin fanatik terhadap profesi keilmuannya." Kata seseorang.
Belajar sama siapa saja untuk kemaslahatan makhluk Allah SWT di alam semesta...
kebijakan umaro yang membua indonesia berjaya, sarana dan prasarana yang di selengarakan dengan mudah didapat akan membuat minat dan bakat dapat terlealisasi. selagi autran saling penggal memengal, dari selurruh kelembagaan yang terkai maka idak lah mungkin bisa mewujudkan keinginan dan harapan.
hanya curhatan dari penggemar ke ilmuan.
keren sangat pak..... sukaaa dengan pengetahuan2 yang berbobot gini... teruslah membuka mata kaum muda pak....
Ketika islam datang mereka membangun segala sesuatu yang sebekumnya tak pernah di ketahui dunia, Tanyalah para saksi apa itu Bait Al-Hikmah, Masjid agung Al Hadro Cordoba, Universitas Al Qarrawiyun Fez.
Koreksi 4:58 : jumlah pemenang di 'Lainnya' lebih besar daripada 'Yahudi', namun presentase 'Lainnya' lebih kecil.
MaasyaaAllah. Keren banget. Makasih pak Gita. Dan seluruh tim EndGame.🙆♀️
Semoga dengan maju dan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, martabat manusia juga makin dihormati dan dihargai untuk kesejahteraan seluruh umat manusia.
Respect dgn pak gita. .
Animasinya bagus banget...bener2 mendukung pembelajaran
Nobel hanyalah penilaian dari sudut pandang manusia dan bukanlah acuan yg lebih tinggi dari penilaian tuhan. Karna al insanu mahallul khotto' wan nisyan (manusia adalah tempatnya salah dan lupa) jadi tentunya manusia juga bisa salah dalam menilai. Dan ingat kawan khoirun nas amfa ahum linnas (sebaik" manusia adalah yg bermanfaat bagi manusia lain) bukan sebaik manusia adalah yg menerima Penghargaan nobel karna kembali pada poin awal, manusia bisa salah dalam menilai. tetaplah berbuat baik tanpa pamrih
saya menunggu sekali ini, terimakasih pak gita
Selalu menarik topik yg dibahas pak Gita.... Pd masa Dinasti Abbasiyah mungkin adalah golden age bg Iptek bg dunia islam, ada bgtu bnyk ilmuwan hebat pd masa itu selain yg disebutkan Pak Gita diatas kt mengenal ada Al Farabi, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd dan bnyk ilmuwan lainnya.... Bnyk literatur yg menyatakan bahwa penyebab utama kemunduran dan pukulan hebat pd masa itu adalah invasi dr Mongolia yg dipimpin oleh Hulagu Khan, Hulagu bukan sj menaklukkan tp jg menghancurkan peradaban dia menghancurkan perpustakaan terbesar di Baghdad, membakar dan membuang ribuan manuskrip dan buku ke sungai Tigris, sampai sekarang para sejarawan mengingat Hulagu bkn sj sbgai penakluk tp jg penghancur peradaban.... Mengenai kritik Imam Al Ghazali thd bbrp ilmuwan yg disebutkan diatas adalh tentang ketidaksamaan pandangan ttg filsafat yg dibawa oleh Aristoteles, bbrp tokoh filsafat islam waktu itu sprti Al Farabi, Ibnu Sina bnyk terpengaruh oleh ajaran Aristoteles.... Dlm bukunya The Incoherence of the Philosophers Imam Al Ghazali mengatakan bgmn beliau sulit utk mengkritik Ibnu Sina krn beliau bnyk terpengaruh oleh Ibnu Sina, perlu diketahu Imam Al-Ghazali bkn sj seorang ahli filsafat dan ahli tasawuf yg mashur beliau jg seorang dokter, psikolog, kosmolog.... Beliau hanya mengkritik agar Iptek dan agama bs saling beriringan, dan menurut sy Imam Al-Ghazali dan Ibnu Sina adlh representasi dr Iptek dan agama bs saling melengkapi, sprti dijelaskan sblmnya Imam Al-Ghazali bkn sj ahli agama tp jg ahli dibbrp cb Iptek lainnya bgtu jg Ibnu Sina beliau bkn sj dikenal sbg ahli kedokteran beliau jg ahli dibidang ilmu fikh, beliau sdh hafal Al-Quran ketika berumur 10 thn....
sebenernya kemunduran itu bukan krn baghdad diserang mongol krn setelah itu pasukan islam bisa merebut konstatinopel dan cordoba yg jd salah satu pusat ilmu pengetahuan eropa saat itu.
Kemunduran itu krn dr internal islam sendiri yg semakin puritan dan menolak logika/sains sebagai penyeimbang sisi spiritualitas dr agama yg cenderung dogmatik
ilmu yang sangat bermanfaat dari pak Gita...sukses terus👍
Menurut kami sebagai Rakyat kecil.. Kesalahan umat Islam dan Para pejabat Indonesia di Zaman Modern ini krana Salah Pola Fikir dan Wawasan nya Sempit. Terutama para pejabat Indonesia sebagai pemegang otoritas kuasa.
Tiloe Perspektif selalu mendukung pemikiran Logis dan Empiris serta Etis ...
Orang Tiongkok yang beragama Islam beretnis Hui (bukan Uighur), undanglah mereka hijrah semua ke Indonesia, saya yakin Indonesia akan dibawa maju oleh imigran ini. Akan muncul Jusuf Hamka selanjutnya
Imho izin melengkapi videonya pak gitaa, btw aku bukan lulusan ponpes jd tolong dimaklumi bila ada yg kurang2 yaa ☺
1. Zaman keemasan islam tidak sama dengan zaman keemasan sains, zaman keemasan islam adalah zaman Rasulullah, yang termanifestasikan dalam berbagai bentuk, dan sains happened to be one of them. Karena, bila memahami islam dengan baik melalui ketauhidan (paling gampang dan cepet bisa berkunjung ke kanal adi hidayat), dapat dipahami bahwa islam bukanlah hanya kata ibadah dengan konteks yang kita kenal saat ini. Islam adalah sistem (diinul islam), yang selengkapnya tertuang dalam bentuk syariat, terdapat dalam Qur'an dan Sunnah. Nah syariat ini tentu saja juga sangat termiskonsepsi oleh kebanyakan orang saat ini sebagai suatu konsep "radikal" yang hanya terkonsentrasi pada "hudud" alias potong tangan, dll -yeah everything you will think of when you heard the word syariah- yang padahal hanya nol koma sekian persen saja. Oke balik ke tauhid, tanpa tauhid, orang akan kehilangan esensi hidup, seperti yang banyak penganut islam lakukan sekarang, contoh sederhananya masih banyak yang solat, puasa, zakat tanpa tau sebabnya kenapa. Maka kata ibadah, akan terkastrasi menjadi ritualitas solat, puasa, zakat saja. Integritas, excellence, hardwork, critical thinking, openness, communicative bukanlah kata yang terpikirkan ketika mendengar kata ibadah. Jadi justru yang menurunkannya adalah menjauhnya islam dari esensi islam atau ketauhidan itu. Penyebabnya gempuran dari luar dan dari dalam islam.
2. Kemunduran ini disebabkan banyak hal, yang bisa terpikirkan saat ini:
a. Memang sudah dinubuatkan, ada di dalam Qur'an dan hadits bahwa kejayaan bangsa-bangsa akan dipergilirkan, dan ada hikmah yang harus kita pelajari darinya.
b. sistem islam is not everyone's cup of tea (sederhana dan ekstrimnya, islam jelas2 memiliki aturan finansial spt riba, tapi apakah para komplotan pengagas binary option akan menyukainya?). Jadi, memang upaya untuk menjatuhkan dan mencemari sistem islam itu ya ada, dan setelah belajar islam dan tauhid lbh dalam saya pun baru ngerti. Dulu bentuknya fisik perang, kalau sekarang lebih banyak perang pemikiran atau "Ghawzl Fikr".
c. Media (tidak hanyak socmed dan tv, tapi textbook, dll) dan berbagai sarana (parpol, perbankan, dll) yang ada sekarang mayoritas tidak dimiliki orang islam - kalopun ya yg blm memahami ilmu tauhid spt yg sy sebutkan di atas, dan mayoritas tidak memfasilitasi orang islam; dan orang yang akan merasakan ini adalah orang yang dulunya ada di sistem luar islam lalu masuk ke dalam sistem islam (blm kepikiran tokoh yg gede banget, baru Arnoud van Doorn)
TLDR; kemunduran akibat menjauhnya islam dari esensi ajaran islam yang sesungguhnya, pihak yang tidak sejalan dengan islam, dan sudah dinubuatkan.
Malam Pak Gita..materi materi podcastnya menarik...oh iya mau tanya pak gita...kalau ada klien sy dia seorang coach untuk solusi masalah mental...jika ingin jadi narasumber bagaimana prosedurnya pak..apakah di podcast pak Gita ada team yg bisa saya kontak
Indonesia bukan tidak ada para ilmuwan yg ahli science namun orang ini tenggelam karena peran politik sangat kental, contohnya pak habibie seorang yg sudah punya jabtan yg tinggi namun bisa tenggrlam karena politik mak btg
Kebijakan imf, ekspor ilmuwan +- 10tahun dari pak habibie menjabat
Bismillah...
Selalu ditunggu.
Setuju banget Pak Gita