Eksil dan Stigmatisasi Paska-1965 #1 (bagian pertama)

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 25 авг 2024
  • EKSIL DAN STIGMATISASI PASCA-1965
    Tahun ini 55 tahun sudah, bangsa Indonesia digulung-gulung oleh stigma dan stereotip ideologi kiri. Sejak Kudeta 30 September 1965, stigmatisasi dan peng-stereotipan ini tidak hanya menghambat proses demokratisasi, tetapi juga memecah-belah bangsa dengan menumbuhkan rasa takut.
    Di kalangan kaum eksil, hal ini jelas terasakan. Sekadar contoh, Francisca C. Fanggiday sejak tahun 1965, selama lebih dari 48 tahun, tidak berhubungan dengan keluarganya. Tante Cisca, begitu orang memanggilnya, memulai karirnya sebagai wartawan. Tahun 1957 ia duduk di DPR mewakili golongan karya (bukan partai politik) dan diutus ke Chili pada tahun 1965 untuk menghadiri kongres organisasi wartawan internasional. Sejak itu ia menjadi seorang eksil. Awalnya ia menetap di Cina selama 20 tahun, kemudian sejak tahun 1985 bekerja dan hidup di Belanda. Keterpaksaan Francisca untuk berpisah dari keluarganya, melepaskan kontak, memendam kepedihan, adalah ragam kisah berulang kaum eksil.
    50 Tahun kemudian, Oktober 2015, Tom Iljas seorang eksil dari Swedia, dideportasi dari Indonesia ketika hendak berziarah ke makam ibunya di Kampung Salido, Kecamatan Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Nama Tom Iljas, masih berada dalam daftar hitam (black list) Departemen Imigrasi. Iljas adalah salah seorang mahasiswa teknik pertanian yang dikirim dari kampungnya untuk melanjutkan kuliah. Karena Peristiwa 1965, ia menjadi eksil di Swedia. Ia kini menetap di Singapura.
    Stigma ini melekat bukan hanya pada kaum eksil, korban dan penyintas tragedi 65 serta keluarganya, melainkan juga pada kaum aktivis demokrasi. Label macam: 'kebangkitan PKI', 'PKI Gaya Baru' atau lambang palu arit yang dipasang di ruang-ruang publik ternyata tetap efektif dalam memelihara stigma sekaligus memberangus aksi pro-demokrasi. Di lain pihak, pada kenyataannya akibat hasil propaganda, sebagian besar masyarakat masih percaya komunisme itu berbahaya.
    Webinar Eksil dan Stigmatisasi Pasca-1965, akan menitikberatkan pada pengalaman pribadi kaum eksil dalam kaitannya dengan stigmatisasi ini. Untuk menjajagi perspektif ke depan dan melampaui sejarah kebohongan yang berlarut-larut ini, Watch65 mengundang David T.Hill (sejarawan), Tom Iljas, Andreas Sungkono dan Gde Arka (eksil), Asvi Warman Adam (sejarawan), dan Dyah Kathy Kartika (Ingat65/ mewakili generasi millenial) bersama-sama membuka perspektif yang lebih optimis.
    Karenanya kami mengajak Anda untuk hadir dan aktif pada acara :
    Webinar Watch65
    Eksil & Stigmatisasi Pasca-1965
    Bersama: David T.Hill, Tom Iljas, Andreas Sungkono, Gde Arka,
    Asvi Warman Adam, Dyah Kathy Kartika
    Moderator Ratna Saptari dan Frieda Amran
    Sabtu, 12 Desember 2020
    13.00-15.00 (waktu Belanda)
    19.00-21.00 (WIB)
    20.00-22.00 (waktu Australia Barat dan Singapura)

Комментарии • 1