The Rollies - Setangkai Bunga

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 25 окт 2024
  • Dukung channel proclaro jaya melalui saweria: saweria.co/don...
    Subscribe Channel Proclaro Jaya untuk mendapatkan lagu-lagu Progressive Rock & Classic Rock Lainnya dengan klik tautan (link) ini: www.youtube.co...
    Follow Proclaro Jaya di Instagram: / proclaro_jaya
    -------------------------------------------------
    The Rollies Like at TIM (1976): • The Rollies Live at TI...
    The Rollies - Let's Start Again (1971) : • The Rollies - Let's St...
    The Rollies - Self Titled (1972): • The Rollies - 1972 - S...
    ---------------------
    Di dunia musik Indonesia, sedikit band yang mampu memadukan kredo "sex, drugs, and rock n' roll" secara sepenuhnya seperti yang dilakukan oleh The Rollies. Mereka bukan hanya sekadar band rock, melainkan legenda yang telah mengalami segala aspek kehidupan rock; dari perjuangan awal hingga ketergantungan narkotika yang mengancam eksistensinya. Namun, bagaimana The Rollies mampu bertahan di tengah badai narkotika dan terus menciptakan karya-karya musik yang memukau?
    Sejarah The Rollies dimulai pada tahun 1967, ketika Deddy Stanzah, Iwan Krishnawan, Tengku Zulian, dan Delly Alipin sepakat untuk membentuk sebuah band. Nama "The Rollies" dipilih untuk merepresentasikan gaya rambut para personelnya yang ikal dan lurus. Awalnya, mereka mengisi repertoar dengan lagu-lagu dari "British Invasion" seperti The Rolling Stones, The Hollies, dan The Beatles.
    Namun, keinginan untuk berkembang membawa mereka ke arah yang berbeda. Setelah mendengarkan album "Child is Father to Man" (1968) dari grup brass rock asal New York, Blood, Sweat & Tears, The Rollies merasa terinspirasi untuk mengubah arah musik mereka. Mereka mulai mencari peniup saksofon dan merekrut Benny Likumahuwa untuk bergabung.
    Perubahan ini membawa The Rollies ke tingkat baru. Mereka tidak hanya memainkan pop dari Britania, melainkan juga merangkul genre seperti funk, soul, blues, dan jazz yang kemudian dikenal sebagai "brass rock". Dengan gaya musik yang baru ditemukan ini, mereka berhasil memukau tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, termasuk di Singapura.
    Potensi mereka tidak luput dari perhatian perusahaan rekaman. Mereka menandatangani kontrak rekaman dengan Phillips Singapura dan merilis dua album yang sukses. Namun, kesuksesan tidak selalu berjalan mulus. Kecelakaan mobil pada tahun 1970 menghantam mereka dengan keras, menyebabkan beberapa anggota band mengalami luka serius.
    Tetapi musuh terbesar mereka bukanlah kecelakaan itu, melainkan ketergantungan pada narkotika. Di puncak popularitas mereka, sebagian anggota The Rollies mulai terjerat dalam lingkaran gelap narkotika. Deddy, Iwan, dan Gito terjebak dalam kebiasaan yang merusak karir dan kehidupan mereka.
    Namun, dalam keterpurukan itu, ada cahaya harapan. Benny Likumahuwa, yang menyadari bahaya yang mengancam band tersebut, mengambil tindakan tegas dengan memberhentikan dan melarang tampil anggota yang terlibat dalam narkotika. Deddy akhirnya memilih untuk mundur, dan posisinya digantikan oleh Oetje F. Tekol.
    Meskipun mengalami turbulensi dan tantangan, The Rollies tetap menjadi bukti nyata band besar. Mereka menciptakan musik yang tak hanya mengeksplorasi berbagai genre, tetapi juga mencerminkan idealisme dan inovasi. Sejak awal kariernya hingga sekarang, mereka telah memainkan peran yang signifikan dalam menggabungkan elemen-elemen tradisional Indonesia dengan rock dan membuka jalan bagi eksperimen musikal di tanah air.
    Keberhasilan mereka tidak terlepas dari dedikasi dan keberanian para personel, serta dari inovasi musikal yang mereka bawa. The Rollies adalah bukti bahwa musik tidak hanya tentang lagu-lagu, tetapi juga tentang perjalanan, perjuangan, dan pengorbanan. Mereka tetap menjadi legenda di antara rock dan jerat narkoba, menginspirasi generasi musisi berikutnya untuk terus mengeksplorasi dan menciptakan sesuatu yang baru.
    tirto.id/the-r...

Комментарии • 8