Maaf kk mengganggu waktu ,saya mau bertanya bagaimana cara untuk mendapatkan bobot nya Krn data yg saya minta dari RS ini tidak ada dimasukkan bobot nya,cuma gejala sama diagnosis , mohon direspon y kk 🙏🙏
Sepamat pagai kak, maaf mengganggu waktunya. Sebelumnya perkenalkan nama saya Dika, sy kuliah di universitas Nusa Cendana Kupang NTT. Disini sy ingin bertanya tentang metode damster-shafer, kebetulan sy ada menonton video tentang damster-shafer yg kk muat di cahnel RUclips kk. Pertanyaannya adalah: apakah dalam metode damster-shafer dia memiliki nilai user juga? Terimakasih kasih kak.
Terima kasih sapamat atas pertanyaannya,kalau di metode certainy factor, bisa dimasukkan nilai user, contohnyo ada di video saya ttg CF, dan sudah banyak jurnal yg membahas ttg nilai user, Klo di damster sfer, logika nya bisa juga memasukkan nilai user, hanya saja saya belum membuktikannya secara langsung dan belum menemukan jurnal / buku yg membahas nilai yg dimasukkan user.
Terima kasih atas pertanyaannya, bobot didapat dari pakar, jadi pada saat mengambil penelitian, contoh penelitian tentang sistem pakar diagnosa penyakit A, artinya kita harus memiliki/ berkonsultasi dengan pakar yg ahli ttg penyakit A, dan bobot kita minta dari pakar tersebut.
@@arsichannel775 baik mbak. Maaf mbak saya mau bertanya lagi, bagaimana cara kita menjelaskan ke pakar trsbut mislakn kalau penelitian kita mengunakan metode tsbt ada sistem pembobotan., kriteria pakar dalam menentukan bobot suatu gejala, katakan lah gejala penyakit A. Terimakasih mbak 🙏
@@BgJackChannel benar sekali, dokter / pakar biasanya tidak memberikan/ membuat lsg bobot tsb, saran saya dengan bbrp mahasiswa yg melakukan riset tsb : 1. Dijelaskan maksud penelitian ke pakar tsb 2. Bawa bbrp buku (referensi) mengenai sister pakar yg akan dibangun, termasuk gejala2 ada dibuku tsb. 3. Dibuat lsg bobot/penilaian per gejala, dan dikonsultasikan. Ada bbrp mhs yg ketika konsultasi, bobot tsb lsg diperbaiki/revisi dokter. Dan Selamat belajar...😊
Mau nanya lagi mbak, untuk nilai botot dari suatu gejala apakah di setiap penyakit nilai nya sama?? Contoh nya. Misalkan gejala nya demam, gejala demam tersebut ada di 3 jenis penyakit, apakah gejala demam di ketiga jenis penyakit tersebut nilai bobot nya sama atau berbeda? Terimakasih
selamat malam kak, saya masih ragu dalam penentuan bobott. Yang saya tau nilai bobot itu diberikan oleh si pakar, namun di video kakak nilai bobot nya terletak di akhir atau utk 1 gejala dari masing2 penyakit nilai bobotnya sama. Di video lain ada yg membuat bahwa masing-masing penyakit memiliki bobot yg berbeda dlm 1 gejala. Jadi mana yg benar kak ?
Benar rico, hal yg sama juga saya rasakan ketika mengambil penelitian ini, sy jg mengambil referensi dari jurnal2 sebelumnya, dan cara pengerjaannya sama, dibuat tabel dan bobot diletakkan di akhir (sama), Jadi saran saya, coba cari / pelajari banyak referensi dari jurnal atau buku, siapa tau skrg sdh banyak referensi yg baru dgn penyajian yg baru jg, Cb ditonton video sy yg metode CF, cr penyajian bobot jg berbeda dgn DS (bobot masing2 gejala berbeda), Jadi, yang penting ada referensi (coba dibandingkan dgn beberapa referensi lain) jd pertanggungjawabannya berdasarkan referensi itu. Jadi pada saat ujian (misalkan ujian akhir / skripsi) kita bs menjelaskan berdasarkan referensi dari bbrp buku ini...atau dari bbrp jurnal ini... Oke deh, selamat belajar Rico
selamat malam kak🙏 ijin bertanya apakah metode dempster shafer bisa digunakan untuk sistem pakar diagnosa tingkat kecanduan game, dimana penyakitnya itu kecanduan ringan,sedang dan tinggi. terima kasih🙏🙏
Terima kasih marselina atas pertanyaannya, menurut saya untuk diagnosa penyakit kecanduan metode DS bisa digunakan, dari gejala2 nanti metode bs menghitung dan mendapatkan hasil berupa jenis penyakitnya
maaf kak, ijin bertanya lagi, saya ikuti penjelasan mengenai contoh kasus di atas, dari hasil akhirnya apakah gejala yg di alami user tersebut mengatakan bhwa user mengalami 3 penyakit yaitu j1,j2,j3 kak?
mohon pencerahannya kak😊, saya sedang menyusun skripsi SP tentang diagnosa kecanduan game dan metode yang saya gunakan yaitu Dempster Shafer, dan sekarang saya ditugaskan dospem untuk mencari contoh kasus penggunaan DS🙏🙏
gimana cara nentukan penyakitnya kalau di perhitungan terakhir ada nilai densitas yang sama besarnya? apakah kesimpulannya objek menderita dua penyakit?
Sistem pakar adalah sistem yg mengadopsi kemampuan dari pakar, jadi hasil akhirnya bisa didiskusikan dengan pakar dan permintaan tempat penelitian, bisa hasil akhirnya 1 jenis penyakit atau 2 jenis penyakit, sesuai dengan diskusi dan permintaan tempat riset. Semoga bermanfaat.
Dear Mba Arsi... bagai mana cara mendapatkan nilai bobot , apakah itu nilai bobot setelah dirata2 kan, atau si pakar langsung kasih nilai bobot,.. thank's before
Pada saat riset, bobot diberikan pakar, sesuai dominan tidaknya gejala disuatu jenis penyakit, minsalnya untuk penyakit alergi, merah2 pada kulit bobotnya lbh besar (dominan) dari gejala pusing
kak mau tanya ni, jika data nya seperti ini G1 = 0,8 (P1,P2,P3) G2 = 0,7 (P1,P2,P3,P4) G3 = 0,6 (P2,P3) G4 = 0,9 (P1,P2,P3,P4) gimana kak boleh tolong dibuatkan videonya, trima kasih
Terima kasih rizky atas pertanyaanny, untuk sistem Pakar secara umum bobot yg digunakan dari range 0 sampai 1, jadi bisa digunakan antara nilai tersebut. Contoh : 0 berarti tidak ada nilai atau pengaruh, 0.1 berarti berpengaruh hanya sedikit sekali, 0,8 berpengaruh banyak, dst...
Terima kasih atas pertanyaannya, perbedaan antara cf dan df terdapat pada rumus dan pola penyelesaiannya, Contoh pengerjaan df ada di video ini dan cf ada di video sebelumnya. Selamat belajar 😊.
@@izenet8739 iya, pola pengerjaan memang hampir sama, rata2 berdasarkan referensi sebelumnya df digunakan untuk penentuan bobot jenis penyakit, cf pun sama. Tidak ada pengelompokkan khusus untuk 2 metode ini, kecuali minsal antara cf dan fuzzy, jelas berbeda..fuzzy digunakan biasanya berdasarkan range tertentu, sedangkan cf nilai nya pasti, contoh hasil bobotnya 0.8 (berarti nilainya 0.8, tidak ada range antara nilai brp smpai berapa). Jadi menurut saya, hampir semua kasus yg diselesaikan oleh df bisa juga diselesaikan oleh cf.
Kaka mau tanya, untuk G2 : Mual = Bobot 0.9, untuk G3 : Muntah = Bobot 0.6, G4 ..., G5 ..., Nah itu bobot didapat dari mana ya kak? Dan bagaimana cara untuk menentukan bobot itu sendiri ka? Mohon penjelasannya ka :)
Oh iya ka mau tanya lagi. Misal gini kak, Diagnosa penyakit DBD dengan menggunakan dempster shafer. Nah itu kan penyakitnya ada 1 tuh ya ka, nah kira2 itu perhitungannya gimana ya ka jika jenis penyakitnya cuma ada 1 saja?
Terima kasih pertanyaannya Indri, 1 merupakan nilai tertinggi dan 0 nilai terendah (ada juga range nilai dari 0 sampai 1, misalnya 0,1 0,2 dll) Ini merupakan aturan dari sistem pakar dan hampir semua metode menggunakan aturan ini, kalau dicari referensi, hampir semua referensinya menerapkan hal yg sama, tapi mkin ada beberapa penerapan diubah menjadi persentase
Bagian kiri dan atas merupakan data yg dimasukkan untuk melakukan perkalian / perhitungan, sedangkan bagian kanan (bagian kolom bawah) merupakan hasil perhitungan. Biasanya teori matematika dasar menggunakan cara seperti itu, untuk melakukan perkalian, dibuat tabel, bagian kiri dan bagian atas adalah nilai yg dikalikan, bagian kanan (bagian bawah dr kolom atas) merupakan hasil. Selamat mencoba, semoga bermanfaat ya.
Kalau menurut saya jika gejalanya 1, sulit ditentukan, paling tidak minimal 2, 3 atau lebih. Sebaiknya didiskusikan dengan pakar dan tempat riset, bagusnya ada beberapa gejala minimal yang harus ditentukan
@@arsichannel775 nah kalo dibuat sistem berbasis web ataupun android ketika user hanya mengisi gejala 1 nilai believe/ bobot 0,9 kita bisa simpulkan jadi 0,9 dong. Tadi saya nemuin pakar ( dokter hewan ) dia bertanya jika gejalanya satu bobot saya kasih 0,9 hasilnya 90 % sakit x dong ?
@@msyahputra2647 logika memang seperti itu, klo gejala nya 1 dengan bobot 0,9 hasil akhirnya juga 0,9. Tetapi disini kita lihat, jadi tidak ada perbandingan ( rumus / metodenya tidak berjalan) dan pada studi kasus tertentu minsalnya penyakit/ sakit gigi, dengan gejala : menyut di area gigi, gusi bengkak, pusing. Ternyata user : memilih gejala pusing, dengan satu gejala ini...terlalu general, jika hasil akhirnya menjadi : sakit gigi. Kalau saran saya lebih baik gejala minimal lebih dari 1, karena kemungkinan di studi kasus tertentu, ada gejala yang general ( seperti pusing, mual, muntah ), jika dipilih 1 hasil akhirnya terlalu umum, kecuali jika ditambah dengan gejala penyerta lainnya. Selamat mencoba.
@@msyahputra2647 klo ini (gejala minimal)tergantung diskusi dengan tempat riset dan pakar, kalau pengalaman saya pernah membuat aplikasi sistem pakar dengan gejala minimal 3
Bagus untuk tambah pengetahuan bagi anak muda
Thank you😊
Lanjut dek asri,ttp semangat yess
Makasih kak Saidi, sukses juga tuk kk 😊👍
Video ny bermanfaat kak...👍
makasih 😊
Kak ini berguna banget untuk aku yang lagi skripsian huhu makasih banyakkkkk.
Thank you 😊
Skripsi gua juga dempster berbasis android kita senasib brother tapi menurut gua ini lebih ke irisan sih bukan ke perkalian
Kak mau nanya ketika penjumlahan setelah penggabungan nilai densitas nya kenapa pembagian nya per 1-0 didapatkan angka 0 itu dari mana ya kak?
Maaf kk mengganggu waktu ,saya mau bertanya bagaimana cara untuk mendapatkan bobot nya Krn data yg saya minta dari RS ini tidak ada dimasukkan bobot nya,cuma gejala sama diagnosis , mohon direspon y kk 🙏🙏
mau nanya kak, kalo semisal hasil dari tabel densitas itu nilai dibelakang koma " , " nya banyak. itu tetep di tulis semua?
Sepamat pagai kak, maaf mengganggu waktunya. Sebelumnya perkenalkan nama saya Dika, sy kuliah di universitas Nusa Cendana Kupang NTT. Disini sy ingin bertanya tentang metode damster-shafer, kebetulan sy ada menonton video tentang damster-shafer yg kk muat di cahnel RUclips kk. Pertanyaannya adalah: apakah dalam metode damster-shafer dia memiliki nilai user juga? Terimakasih kasih kak.
Tadi sy dm ke Instagram nya kk, karena nggak dapat balasan makanya sy ke sini, btw itu salinan pesan sy dari Instagram kak🙏🙏
Terima kasih sapamat atas pertanyaannya,kalau di metode certainy factor, bisa dimasukkan nilai user, contohnyo ada di video saya ttg CF, dan sudah banyak jurnal yg membahas ttg nilai user,
Klo di damster sfer, logika nya bisa juga memasukkan nilai user, hanya saja saya belum membuktikannya secara langsung dan belum menemukan jurnal / buku yg membahas nilai yg dimasukkan user.
kk nyong ada nomor wa nya?
@@eduardusbudiman6921 nomor Wanya siapa kk?
Terimakasih mbak vidionya sangat membantu, saya mau bertanya untuk penentuan bobot nya bagaimana ya?
Terima kasih atas pertanyaannya, bobot didapat dari pakar, jadi pada saat mengambil penelitian, contoh penelitian tentang sistem pakar diagnosa penyakit A, artinya kita harus memiliki/ berkonsultasi dengan pakar yg ahli ttg penyakit A, dan bobot kita minta dari pakar tersebut.
@@arsichannel775 baik mbak. Maaf mbak saya mau bertanya lagi, bagaimana cara kita menjelaskan ke pakar trsbut mislakn kalau penelitian kita mengunakan metode tsbt ada sistem pembobotan., kriteria pakar dalam menentukan bobot suatu gejala, katakan lah gejala penyakit A. Terimakasih mbak 🙏
@@BgJackChannel benar sekali, dokter / pakar biasanya tidak memberikan/ membuat lsg bobot tsb, saran saya dengan bbrp mahasiswa yg melakukan riset tsb :
1. Dijelaskan maksud penelitian ke pakar tsb
2. Bawa bbrp buku (referensi) mengenai sister pakar yg akan dibangun, termasuk gejala2 ada dibuku tsb.
3. Dibuat lsg bobot/penilaian per gejala, dan dikonsultasikan. Ada bbrp mhs yg ketika konsultasi, bobot tsb lsg diperbaiki/revisi dokter.
Dan Selamat belajar...😊
@@arsichannel775 baik terimakasih mbak
Mau nanya lagi mbak, untuk nilai botot dari suatu gejala apakah di setiap penyakit nilai nya sama??
Contoh nya. Misalkan gejala nya demam, gejala demam tersebut ada di 3 jenis penyakit, apakah gejala demam di ketiga jenis penyakit tersebut nilai bobot nya sama atau berbeda? Terimakasih
jadi kesimpulannya penyakit yang diderita apa ? apakah terdiagnosa 3 penyakit ?
Maaf kak mau tanya, kalau penyakit ya cuma 1 aja apa bisa ya? Gejalanya ada 3🙏🏻
selamat malam kak,
saya masih ragu dalam penentuan bobott. Yang saya tau nilai bobot itu diberikan oleh si pakar, namun di video kakak nilai bobot nya terletak di akhir atau utk 1 gejala dari masing2 penyakit nilai bobotnya sama. Di video lain ada yg membuat bahwa masing-masing penyakit memiliki bobot yg berbeda dlm 1 gejala. Jadi mana yg benar kak ?
Benar rico, hal yg sama juga saya rasakan ketika mengambil penelitian ini, sy jg mengambil referensi dari jurnal2 sebelumnya, dan cara pengerjaannya sama, dibuat tabel dan bobot diletakkan di akhir (sama),
Jadi saran saya, coba cari / pelajari banyak referensi dari jurnal atau buku, siapa tau skrg sdh banyak referensi yg baru dgn penyajian yg baru jg,
Cb ditonton video sy yg metode CF, cr penyajian bobot jg berbeda dgn DS (bobot masing2 gejala berbeda),
Jadi, yang penting ada referensi (coba dibandingkan dgn beberapa referensi lain) jd pertanggungjawabannya berdasarkan referensi itu.
Jadi pada saat ujian (misalkan ujian akhir / skripsi) kita bs menjelaskan berdasarkan referensi dari bbrp buku ini...atau dari bbrp jurnal ini...
Oke deh, selamat belajar Rico
selamat malam kak🙏 ijin bertanya apakah metode dempster shafer bisa digunakan untuk sistem pakar diagnosa tingkat kecanduan game, dimana penyakitnya itu kecanduan ringan,sedang dan tinggi.
terima kasih🙏🙏
Terima kasih marselina atas pertanyaannya, menurut saya untuk diagnosa penyakit kecanduan metode DS bisa digunakan, dari gejala2 nanti metode bs menghitung dan mendapatkan hasil berupa jenis penyakitnya
maaf kak, ijin bertanya lagi, saya ikuti penjelasan mengenai contoh kasus di atas, dari hasil akhirnya apakah gejala yg di alami user tersebut mengatakan bhwa user mengalami 3 penyakit yaitu j1,j2,j3 kak?
mohon pencerahannya kak😊, saya sedang menyusun skripsi SP tentang diagnosa kecanduan game dan metode yang saya gunakan yaitu Dempster Shafer, dan sekarang saya ditugaskan dospem untuk mencari contoh kasus penggunaan DS🙏🙏
@@marselina1327 iya hasil akhir akan menentukan jenis penyakit, berdasarkan bobot (nilai) tertinggi
@@marselina1327 mkin saran saya boleh searching2 jurnal di google scholar dek
gimana cara nentukan penyakitnya kalau di perhitungan terakhir ada nilai densitas yang sama besarnya?
apakah kesimpulannya objek menderita dua penyakit?
Sistem pakar adalah sistem yg mengadopsi kemampuan dari pakar, jadi hasil akhirnya bisa didiskusikan dengan pakar dan permintaan tempat penelitian, bisa hasil akhirnya 1 jenis penyakit atau 2 jenis penyakit, sesuai dengan diskusi dan permintaan tempat riset. Semoga bermanfaat.
@@satriapinandita8842 semangat yah
Dear Mba Arsi... bagai mana cara mendapatkan nilai bobot , apakah itu nilai bobot setelah dirata2 kan, atau si pakar langsung kasih nilai bobot,..
thank's before
Pada saat riset, bobot diberikan pakar, sesuai dominan tidaknya gejala disuatu jenis penyakit, minsalnya untuk penyakit alergi, merah2 pada kulit bobotnya lbh besar (dominan) dari gejala pusing
Kk gimana cara untuk mendapatkan bobot ?
kak mau tanya ni, jika data nya seperti ini
G1 = 0,8 (P1,P2,P3)
G2 = 0,7 (P1,P2,P3,P4)
G3 = 0,6 (P2,P3)
G4 = 0,9 (P1,P2,P3,P4)
gimana kak boleh tolong dibuatkan videonya, trima kasih
Insya Allah ya 😊
Itu m3 teta dan lain lain 1-0 di dapat dari mana ya ?
kak minta materinya
Mau bertanya kak, untuk nilai bobotnya maksimal nilai bobot terbesar berapa, dan terkecil berapa? Terimakasih
Terima kasih rizky atas pertanyaanny, untuk sistem Pakar secara umum bobot yg digunakan dari range 0 sampai 1, jadi bisa digunakan antara nilai tersebut.
Contoh : 0 berarti tidak ada nilai atau pengaruh,
0.1 berarti berpengaruh hanya sedikit sekali,
0,8 berpengaruh banyak, dst...
Kak cara nentuin bobot gmna yaa
Bu apakah ada kontak yang bisa saya hubungi.? Boleh kah saya konsultasi ?
kak mau tanya, yg membedakan certainty factor dengan dempster shafer itu apa?
Terima kasih atas pertanyaannya, perbedaan antara cf dan df terdapat pada rumus dan pola penyelesaiannya,
Contoh pengerjaan df ada di video ini dan cf ada di video sebelumnya. Selamat belajar 😊.
@@arsichannel775 iya kak, sudah.
tapi misal kyk CF cocok digunakan untuk apa, dan DF cocok digunakan untuk apa.
@@izenet8739 iya, pola pengerjaan memang hampir sama, rata2 berdasarkan referensi sebelumnya df digunakan untuk penentuan bobot jenis penyakit, cf pun sama. Tidak ada pengelompokkan khusus untuk 2 metode ini, kecuali minsal antara cf dan fuzzy, jelas berbeda..fuzzy digunakan biasanya berdasarkan range tertentu, sedangkan cf nilai nya pasti, contoh hasil bobotnya 0.8 (berarti nilainya 0.8, tidak ada range antara nilai brp smpai berapa).
Jadi menurut saya, hampir semua kasus yg diselesaikan oleh df bisa juga diselesaikan oleh cf.
@@arsichannel775 baik kak, maaf sebelumnya, apa boleh saya minta kontaknya kak? saya ingin tanya2 lebih lanjut. terima kasih. :)
@@izenet8739 boleh di follow ig saya aj y, arsia_rini, atau kirim pesan via ig, insya Allah kita bs lanjut tanya jawab 😊
Kalo menghitung manual begini mudah ya kalo ke dalam Java susah :(
Hai saya dari masa depan, saya juga dapat tugas seperti yang Anda dapat
@@alfaz4304 OOO saya sudah 80%
kak trus nilai yang di bagi 1-0 itu dari mna ya tolonh dijelaskan juga kak terimakasih
Terima kasih susanti atas pertanyaannya, nilai 1 (tertinggi) - 0 (terendah) memang ketentuan rumusnya santi, ada batas tertinggi dan terendah
Kaka mau tanya,
untuk G2 : Mual = Bobot 0.9,
untuk G3 : Muntah = Bobot 0.6, G4 ...,
G5 ...,
Nah itu bobot didapat dari mana ya kak? Dan bagaimana cara untuk menentukan bobot itu sendiri ka?
Mohon penjelasannya ka :)
Kalau sepengetahuan sy dan mempelajari dari bbrp referensi, bobot didapat dari pakar (dokter), jadi bobot diberikan dokter saat kita melakukan riset.
@@arsichannel775 brrti tidak bisa asal mengasih bobot ya ka
Iya, harus sesuai ketentuan pakar, selamat belajar.
Oke makasih ya kak
Oh iya ka mau tanya lagi.
Misal gini kak,
Diagnosa penyakit DBD dengan menggunakan dempster shafer.
Nah itu kan penyakitnya ada 1 tuh ya ka, nah kira2 itu perhitungannya gimana ya ka jika jenis penyakitnya cuma ada 1 saja?
maaf kak mau tanya 1-0 di dapat darimana kak??
Terima kasih pertanyaannya Indri, 1 merupakan nilai tertinggi dan 0 nilai terendah (ada juga range nilai dari 0 sampai 1, misalnya 0,1 0,2 dll)
Ini merupakan aturan dari sistem pakar dan hampir semua metode menggunakan aturan ini, kalau dicari referensi, hampir semua referensinya menerapkan hal yg sama, tapi mkin ada beberapa penerapan diubah menjadi persentase
Berarti hasil akhirnya terdiagnosa penyakit j1, j2, j3 gtu kah ?
Ahh masak iya mas aji 😂
@@soniaditanjani1193 lah ente yo melu mrene 😂😂
gimana bang hasilnya, saya juga bingung. masa iya penyakit yang terdiagnosa 3 @@yth.aji_nugroho
Knpa hrus diletak dikanan dn kiri ya?
Bagian kiri dan atas merupakan data yg dimasukkan untuk melakukan perkalian / perhitungan, sedangkan bagian kanan (bagian kolom bawah) merupakan hasil perhitungan. Biasanya teori matematika dasar menggunakan cara seperti itu, untuk melakukan perkalian, dibuat tabel, bagian kiri dan bagian atas adalah nilai yg dikalikan, bagian kanan (bagian bawah dr kolom atas) merupakan hasil. Selamat mencoba, semoga bermanfaat ya.
Terimakasih 👍 mantul
Sama2 semoga bermanfaat
Mau nanya dong gimana kalo gejala cuma 1 ? Kira2 gimana jawabannya
Kalau menurut saya jika gejalanya 1, sulit ditentukan, paling tidak minimal 2, 3 atau lebih. Sebaiknya didiskusikan dengan pakar dan tempat riset, bagusnya ada beberapa gejala minimal yang harus ditentukan
@@arsichannel775 nah kalo dibuat sistem berbasis web ataupun android ketika user hanya mengisi gejala 1 nilai believe/ bobot 0,9 kita bisa simpulkan jadi 0,9 dong. Tadi saya nemuin pakar ( dokter hewan ) dia bertanya jika gejalanya satu bobot saya kasih 0,9 hasilnya 90 % sakit x dong ?
@@arsichannel775 jika penggarapan dempster ini harus dua atau 3 ya gejalanya
@@msyahputra2647 logika memang seperti itu, klo gejala nya 1 dengan bobot 0,9 hasil akhirnya juga 0,9.
Tetapi disini kita lihat, jadi tidak ada perbandingan ( rumus / metodenya tidak berjalan) dan pada studi kasus tertentu minsalnya penyakit/ sakit gigi,
dengan gejala : menyut di area gigi, gusi bengkak, pusing.
Ternyata user : memilih gejala pusing, dengan satu gejala ini...terlalu general, jika hasil akhirnya menjadi : sakit gigi. Kalau saran saya lebih baik gejala minimal lebih dari 1, karena kemungkinan di studi kasus tertentu, ada gejala yang general ( seperti pusing, mual, muntah ), jika dipilih 1 hasil akhirnya terlalu umum, kecuali jika ditambah dengan gejala penyerta lainnya.
Selamat mencoba.
@@msyahputra2647 klo ini (gejala minimal)tergantung diskusi dengan tempat riset dan pakar, kalau pengalaman saya pernah membuat aplikasi sistem pakar dengan gejala minimal 3
jadi kesimpulannya penyakit yang diderita apa ? apakah terdiagnosa 3 penyakit ?
nah ini yg jdi pertanyaan