Karena 98% semua manusia hidup itu mengejar kestabilan ekonomi. Kemampuan otak paling tepat diukur dari keadaan ekonomi seseorang, yang dibandingkan dengan lingkungan sekeliling dia.
Di menit 5:28, dokdes bilang kalo IQ nggak bisa dilatih, iyakah kalo IQ nggak bisa dilatih? Coba, Zenius, elaborate lagi dong statement itu, jadi bingung nih wkwk
Hasil tes IQ berubah2 tergantung emosinya. Dan Emosi bisa dìlatih yang bisa mempengaruhi peningkatan hasìl tes ÌQ sekitar 20 poin. Zenius hanya dapat melatih emosì agar terarah dalam belajar atau memecahkan masalah, sehingga hasil tes IQ nya juga meningkat sekitar 20 poin. Mungkin peningkatan 20 poin ini termasuk neuroplastisitas, atau belum termasuk? Mungkin dapat meningkat jadi toital 40 poin? Mungkin PR zenius untuk menelitinya.
yang saya ketahui cukup ini: IQ(Cara berfikir rasional mengandalkan fakta akademis/experiment saints), EQ(Cara bersikap terhadap diri dan lingkungan sosial), SQ(Kesadaran penuh akan Tuhan, Adil dan jujur) Kesimpulan: Sosial yang dimaksud mungkin merupakan EQ/EI itu sendiri karena ada fakta disebut kecerdasan bersosial
Kalo aku gak salah ingat di forum yang lain , dr. Ryu sendiri pernah menjelaskan kalau pengukuran kecerdasan spiritual itu tidak ilmiah. Yang ilmiah itu IQ dan EQ.
menurut saya, iq itu ada dalam diri sendiri yaitu bakat, sedangkan EQ itu kebanyakan dari luar/makhluk hidup lain (kalo kita hidup sendiri, terus pengendalian emosinya dari siapa), nah faktor luar ini sangat bisa dilatih, kalo iq paling bisa ditingkatkan seberapa maksimalnya iq orang itu sendiri atau pada umumnya, hanya saja yg membedakan seberapa luas ilmu pengetahuan orang itu dan orang mengira "ni orang pengetahuannya luas pasti iqnya tinggi" padahal sebenarnya iqnya yah rata rata saja sih
Karena 98% semua manusia hidup itu mengejar kestabilan ekonomi.
Kemampuan otak paling tepat diukur dari keadaan ekonomi seseorang,
yang dibandingkan dengan lingkungan sekeliling dia.
Izin koreksi, di menit 2:24 disebutkan bahwa kecerdasan emosi memiliki nama lain kecerdasan spasial, itu harus nya kecerdasan emosional. Terima kasih
maaf koreksi menit 5:16,menurut al agus no hand kepala lebih penting
sukak konten2 ini, lanjutkan kak
Di menit 5:28, dokdes bilang kalo IQ nggak bisa dilatih, iyakah kalo IQ nggak bisa dilatih? Coba, Zenius, elaborate lagi dong statement itu, jadi bingung nih wkwk
Hasil tes IQ berubah2 tergantung emosinya. Dan Emosi bisa dìlatih yang bisa mempengaruhi peningkatan hasìl tes ÌQ sekitar 20 poin. Zenius hanya dapat melatih emosì agar terarah dalam belajar atau memecahkan masalah, sehingga hasil tes IQ nya juga meningkat sekitar 20 poin. Mungkin peningkatan 20 poin ini termasuk neuroplastisitas, atau belum termasuk? Mungkin dapat meningkat jadi toital 40 poin? Mungkin PR zenius untuk menelitinya.
7:14 Jadi yang benar itu Social Quotient atau Spiritual Quotient??
yang saya ketahui cukup ini:
IQ(Cara berfikir rasional mengandalkan fakta akademis/experiment saints),
EQ(Cara bersikap terhadap diri dan lingkungan sosial),
SQ(Kesadaran penuh akan Tuhan, Adil dan jujur)
Kesimpulan: Sosial yang dimaksud mungkin merupakan EQ/EI itu sendiri karena ada fakta disebut kecerdasan bersosial
Kalo aku gak salah ingat di forum yang lain , dr. Ryu sendiri pernah menjelaskan kalau pengukuran kecerdasan spiritual itu tidak ilmiah. Yang ilmiah itu IQ dan EQ.
Kenapa kecerdasan IQ tidak dapat ditingkatkan min?
bisa kok bro
kalo bisa turun berarti bisa naik
Bisaa, IQ bisa dikatakan tes yang trainable
@@Itsmesmileyfacegini ya bos muda
IQ penting, tapi bukan satu satunya penentu
menurut saya, iq itu ada dalam diri sendiri yaitu bakat, sedangkan EQ itu kebanyakan dari luar/makhluk hidup lain (kalo kita hidup sendiri, terus pengendalian emosinya dari siapa), nah faktor luar ini sangat bisa dilatih, kalo iq paling bisa ditingkatkan seberapa maksimalnya iq orang itu sendiri atau pada umumnya, hanya saja yg membedakan seberapa luas ilmu pengetahuan orang itu dan orang mengira "ni orang pengetahuannya luas pasti iqnya tinggi" padahal sebenarnya iqnya yah rata rata saja sih