Saya ojol dan memang sangat ngeri melihat fenomena ini sering sekali antr makanan pas saya dateng anaknya nyaut dan lagi duduk d ruang tamu, atau ada di lantai atas mereka malah teriak mama.... Pesanan aku udah dateng, dan mama nya keluar seperti babu sambil buru2 dan sambil bilang iya.. Iya.. Gua yg hanya ojol sesek banget lihatnya. Pengen sekali gampar tuh anak.. Dan ini bukan sekali dua kali terjadi sangat sering terjadi. Tapi masih nemuin juga anak2 yg baik yg santun ketika di antar makanan.
*Saya Ojol dan dari dulu saya ingin sekali bisa kuliah/sekolah tinggi agar wawasan saya tambah luas, pola pikit berubah agar saya bisa merubah nasib, jujur saya di besarkan ortu dengan parenting yg tidak baik terutama oleh Alm.ayah saya sampai saya alami tekanan bertahun-tahun. Namun beliau sudah meninggal dan saya tidak mau berkutat dengan masa lalu, saya ingin sembuh dan pulih menapaki masa depan. SAYA sangat Bersyukur bisa menemukan Video Profesor ini, saya seperti mendapatkan Bahan materi Kuliah Gratis langsung Oleh Profesor. 😭😭Terima Kasih Prof. Mungkin saya blm bsa mendapatkan pendidikan dari bangku kuliah, namun saya bisa mendapatkan ilmu dari sekolah kehidupan,* #StayRelevant
Sm aq jg ingin kuliah perpendidikan tinggi,tapi apalah daya org tua tak mampu,,alhamdullilah aq ingin mewujudkan ank"ku perpendidikan tinggi,bismillah y nak SMG s1farm,bisa kau capai dgn lancar🤲
Indonesia akan panen generasi strawberry bahkan generasi tahu, pendidikan diatas kertas baik, IPK sangat bagus (krn dibantu teknologi), tapi mental, daya juang lemah. Itulah kenapa atlit2 hebat itu datang dari anak2 miskin karena paketnya lengkap. Kalau anak orang kaya hanya bisa dapat pelatih hebat, skill dapat tapi saat keluar bertarung memble.
@@tjiuling7385 betul Bro, versi berbeda, makanya ada pepatah sudah miskin anak dimanja. Liat aja sekolah2 negeri yang standar bawah orang tuanya antri motor sampai macet, yg sekolah high yang antri mobil mewah, konsepnya sama. Hanya strawberrynya beda kualitas beda harga 🤣
Strawberry Gen, Strawberry Parents.... satu lagi Strawberry Social... Bahwa terjadinya simpangan perilaku dan mentalitas dalam sebuah generasi tidak hanya terjadi dalam ranah pribadi atau keluarga saja, tapi bisa berakibat menjadi social toxic yang mendominasi, ketika itu terjadi secara rerata dalam masyarakat. Orang tua yang "cengeng" dan "cemen" memiliki kecemasan akan gagal "membahagiakan" anak, sehingga melakukan pola-pola parenting yang membuat anak merasa amat sangat terlindungi dan tercukupi dalam hidup, dari mulai standar hidup, nutrisi, hingga membanjiri dengan informasi. Sayangnya, hal itu membuat ketergantungan dan tidak dapat membuat anak menjadi sosok tangguh, terutama ketika berada diluar keluarga, dia tidak bisa melindungi dirinya sendiri... meski boleh jadi si anak memang memiliki segudang potensi dan kemampuan.
Bener pak. Ayah sudah lama meninggal karena kecelakaan. Ibu saya selalu memanjakan anak laki2 pertama sampai terlalu manja. Sudah menikah tetap saja numpang dan gak mau pindah. Gak mau kerja, gak mau kuliah, gak mau jaga anak. Istrinya juga sama kelakuan. Biaya nikah semua dibebankan ke ibu saya. Anaknya sudah 3 tahun masih pakai pampers dan semua kebutuhan bayi termasuk susu dibayarin ibu. Kalau gak dikasih uang jajan ratusan ribu lagi sama bapak dan ibunya maka mereka berontak dan hancurkan barang2. Ketika saya dipukuli disitulah saya kecewa sama ibu saya karena bukannya melerai dan melindungi saya tapi malah marahi saya dan suruh saya jagain anaknya. Tentu saya gak mau. Sudah 2 tahun bantu jaga, masak cuci, kayak babu tapi gak dihargai dan salah sedikit dipukul. Sampai saya gak mau keluar kamar lagi berbulan bulan baru deh ibu saya tersadar kalau tanpa saya bantu2 dirumah dan jualan lantas siapa yg bantu dia. Anak laki2nya cuma rebahan dan main game ml. Akhirnya ibu datang ke kamar dan minta maaf. Tapi sampai sekarang tidak berani usir dan tegas ke anak laki2nya. Baju dia cuci dan setrika, makan dimasak dan antar, anaknya dijagain, dikasih uang jajan ratusan ribu tiap minggu, motor 1 dikasih khusus buat si anak pertama. Pokoknya spesial dengan alasan dia pembawa marga di adar batak dan bisa kasih cucu laki2. Tapi, caranya itu terlalu memperbudak kami. Istrinya lepas tangan dan mikir diri sendiri, orang tuanya juga gak ada tuh tegus ke anaknya dan cuek banget. Waktu bayi ini sakit, tidak ada dia mengurus atau pun mau menjenguk. Inilah mental yang dibangun oleh para boomers ke gen z, akhirnya jadi terlalu manja. Alasan sayang anak, ya terlalu lah.
Pantesan anak2 laki muda sekarang yg marga nya dari daerah itu kok gaya hidupnya mau serba instans dan mau enaknya aja. Lagi kerja aja ada yg sempet mikirin cari cewek yg mau bayarin makan, padahal lagi jaga kasir.
@Mia Shu .. Sungguh menyedihkan membaca tulisanmu dan sekaligus kagum akan pengorbananmu. Kalau terjadi di keluarga etnis Tionghua, ibumu mungkin berkorban bukan semata-mata karena kasih sayang kepada si anak sulung namun sesuai dgn kepercayaan kepada takdirlah yg bisa membuat manusia "nerimo" dgn keadaan, selain itu keyakinan terhadap karma akan membuat manusia ikhlas berkorban (utk membayar karma hidup) Terlepas dari semua saya yakin pengorbananmu dan dharma baktimu tak akan sia-sia, kekerasan dan cobaan hidup akan menempamu menjadi sosok yg kuat. Ibarat tegak kokoh bak gunung, berdiri gagah menghujam bumi, menjulang tinggi menantang badai. Hikmahnya anda akan berkarma baik dan sekaligus berkepribadian yg teguh ... percaya saja akan datang hari-hari penuh kecerahan di dalam kehidupanmu kelak. Salam sehat ...
Sebagai seorang anak, saya merasa ini terlambat untuk orang tua saya mendengar, tetapi hari ini sebagai calon orang tua di masa depan, saya bersyukur menemukan video ini. Terimakasih Prof untuk ilmunya 🙏🏻🙏🏻
Iya, sudah terlambat , kususnya bagi ayah saya yg sudah meninggal. Tapi belum terlambat bagi saya yang bila TUHAN ijinkan kedepan saya menikah dan punya anak. Utk Praktekkan Parenting yg Baik & Benar
Saya sadar beruntung memiliki orang tua tipe Authoritative. Kami dekat dan bisa curhat tentang apapun. Tidak ada rasa takut, dari kecil dibiasakan untuk mengetahui dunia luar walaupun mereka memiliki keterbatasan finansial. Tetapi prinsip nya teguh, misal minimal sebulan sekali kami diajak keluar makan untuk mencicipi restoran yang berbeda di mal (misal). Diinfokan papa hanya ada budget segini, yuk pesan makanan dengan budget yg kita punya. Sebenarnya simple tapi disitu kami sebenarnya belajar untuk membeli sesuatu sesuai kemampuan. Pokoknya papa the best!!! 🥰
anak-anak jaman now : mental krupuk kena angin alot kena air benyek...dalam komunitas lebih suka jadi ekor ikan paus dari pada jadi kepala ikan teri....dalam bertindak seperti paku kalau tidak dipalu tidak menancap....berteman seperti lilin menerangi tapi dirinya meleleh...dalam keseharian banyak gaya dari pada upaya. terimakasih pencerahannya prof.
Itu hasil dari didikan ortu. Ortu zaman dulu gak banyak yg tahu soal ilmu pengasuhan anak/parenting yg baik itu bagaimana. Ditambah ortu zaman dulu yg udah tau susahnya hidup, banyak dari mereka yang memanjakan anak2nya hingga tercetak anak2 sekarang gimana hasilnya. Atas dasar saya dulu susah, saya gamau biarkan anak saya ngerasain apa yg saya rasain dulu. Saya mau yg terbaik untuk anak saya ( dalam kutip memanjakan kebanyakan). Jangan hanya menyalahkan sepihak. Zaman dulu juga pasti banyak anak yang tidak baik nya, kalau dulu bedanya tidak terlalu Ter expose
Thanks berat Prof. Diluar istilahnya “helicopter parenting” dimana jadwal hidup anak dari les, hobi, pulang pergi skolah semua diatur anak tinggal jalanin aja. Bgitu terjun ke masyarakat ortu bingung lah dah “dididik” dgn bgitu byk fasilitas terbaik koq anak sama skali gk bs proaktif mandiri?! Miris, maksud baik dan mampu but that’s not how life works. We need to have healthy dose of struggles to grow.
Sekarang saja masih ada anak² yg sdh berumur >40 thn, sdh berkeluarga, tp masih merepotkan ortunya, msh menadahkan tangan, minta modal usaha dll. Sebelum strawberry generation, "generasi lembek" sdh dimulai sejak pertengahan 1980an sewaktu perekonomian Indonesia mulai naik pesat.
Ini salah satu bukti Hard time create strong man Strong man create good time Good time create weak man Weak man create hard time .. Itu philosophy lama yang masih berlaku sampai sekarang,dan memang terbukti.
Pak saya kebetulan pny privilege dimana org tua saya menyekolahkan saya di luar negri saat kuliah. Uang kuliah saya pas2an dibanding tmn2 saya yg anak2 dr keluarga kelas atas. Saat lulus saya sudah di cut off 100%. Untungnya org tua saya sangat membebaskan dalam mengambil keputusan (yg sangat saya hargai). Keuangan kadang baik2 saja tp sering “pas2an”. Opini saya, bkn brarti anak diberi fasilitas, anaknya tdk bs mandiri. Saya dibesarkan bs diblg sangat tercukupi, ada art di rumah dr kecil, tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Saat lulus kuliah saya paham waktunya saya untuk mandiri. Saya cari kerja sendiri, makan dengan gaji sendiri. Dan adik2 saya kebetulan bisa mandiri semua. Kt bisnis tidak diberikan modal sepeser pun. Tidak ada networking dari keluarga, krn kt berasal dr kota kecil dan kt berkarir di kota besar. Tapi untungnya org tua jg tdk perlu kami biayai, inilah saya blg privilage saya. Walaupun saya difasilitasi, org tua saya tetap menekankan untuk mandiri saat kt dewasa. Terima kasih
Ga semua kok mba yang strawberry parens itu menjadikan anak kurang mandiri contoh nya anda meski terlahir dari kluarga yang kaya anda bisa hidup Mandri tapi kebanyakan seperti itu contoh nya aja anak bos saya sebagai pewaris keluarga tapi ga mandiri bahkan kemampuan leadernya ga ada dan kemampuannya sekelas karyawan pada umumnya
Iya, betul tidak semua. Tetap banyak juga mereka yg bisa memanfaatkan privilege-nya untuk maju dan bahkan lebih sukses dari orang tuanya secara mandiri. Kalo dari cerita kakaknya, mungkin poin pentingnya adalah orang tua kakak tetap 'menekankan untuk mandiri saat dewasa'. Sementara strawberry parents yg menghasilkan strawberry generation tidak mengajarkan atau tidak menekankan hal tsb. Thumbs up untuk kakak dan juga keluarga, meski penuh privilege tp tetap diajarkan pentingnya hidup mandiri
Terima kasih prof untuk ilmunya. Sbg guru, saat ini di sekolah masalah yg sering saya hadapi bukan tentang kurikulum atau akademik, namun kesiswaan. Contohnya anak-anak yg sering tidak disiplin terhadap aturan sekolah yg sudah ditetapkan dan disepakati. Ketika ditegur, selalu saja ada argumen dari siswa. Sering juga akhirnya mereka "mengadu" ke orang tua dan orang tua menelpon sekolah untuk "membela" anaknya yg sudah jelas salah. Belum lagi anak-anak yang sangat rapuh secara mental. Diberi tugas oleh guru sering mengeluh, atau mengerjakan tugas seadanya, bahkan jg mengabaikan tugas tersebut. Penilaian akhir semester/tahun dihadapi dengan santai, bahkan beberapa siswa mengaku tidak belajar dan lebih memilih main game. Ketika di rapot nilai anak tsb dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), orang tua tidak terima dan protes ke sekolah. Sudah dijelaskan secara kronologis kenapa anaknya bisa dapat nilai seperti itu, tetap saja sekolah yg jadi sasaran karena dianggap tidak menginfokan ke orang tua tentang anaknya. Padahal kami selalu memberikan kesempatan orang tua berkomunikasi kepada sekolah kapanpun. Ya begitulah prof kondisi kebanyakan anak-anak khususnya remaja saat ini dan orang tuanya, dikondisikan serba nyaman, lengkap, mudah dan instan. Tetapi terlepas dari itu semua, sebagai pendidik tentu saya dan rekan-rekan guru tak boleh berputus asa. Kami selalu mengajar dan mendidik dengan sebaik-baiknya, memberikan layanan yg terbaik di sekolah, serta melakukan pendekatan kepada anak-anak dengan optimal. Seperti yg prof sampaikan, kami. ingin mengajarkan values, bukan hasil akhir dalam angka. Sekali lagi terima kasih prof, semoga video ini ditonton oleh para orang tua dan guru
Betul pak guru, di jaman saya aja anak SMP-SMA nya udah bandel2 (zaman 2014-2010) apalagi anak jaman sekarang. Suka bantah, mohon maaf terkadang cenderung kurang ajar yaa. Kl ada anak yg belajar dan nilainya baik spt punya kewajiban mesti memberikan contekan, kl tidak dimusuhi, di bully. Sekolah tidak menjadi tempat yg aman dan nyaman untuk belajar. Untuk tenaga pendidik juga kewalahan dg anak2 zaman now. Orang tua jadi backingan.
Betul saya bukan guru tapi saya sangat concern dengan perkembangan anak,banyak anak toxic dan tidak memiliki rasa hormat kepada yang lebih tua,memprihatinkan,,
Terkadang orang tua merasa sdh membayar sekolah jd yaaa jadikan anak saya pintar titik (apalagi sdh bayar mahal), tanpa mau tau proses yg terjadi selama belajar mengajar. Pdhl anak hidup lebih lama di rumah bukan di sekolah, jd proses belajar sesungguhnya terjadi di rumah. Semangat terus untuk semua guru/pendidik.
Syukurlah alm bapak dan ibu mendidik kami dengan disiplin. Kami 4 anaknya dibiasakan cuci piring, menyapu, mengepel, cuci dan setrika baju, bahkan masak. Diberi teladan oleh bapak untuk suka berbagi. Dibiasakan untuk belajar dengan teratur. Disiplin itu saya terapkan saat menjadi guru. Di kelas tampak sekali banyak orang tua yg memanjakan anak. Banyak anak yg tidak mau mengerjakan tugas, tdk diajari sopan santun. Orang tua mestinya tahu bahwa mendidik anak tanggung jawab mereka. Sekolah hanyalah membantu mereka dlm mendidik dan mencerdaskan. Bukan seluruh tanggung jawab pendidikan diserahkan pada guru. Pak Profesor Renald Kasali terima kasih pencerahannya. Saya setuju anak mesti dididik kemandirian dan tanggung jawab.
Ini rata-rata dialami ART saya. Hampir semua ART saya curhat kalau dia harus menopang masalah anaknya. Art saya dari yang usia 45 tahun sampai 70 tahun masalahnya sama. Anak-anaknya udah tua, udah berumah tangga, ibunya sampai kerja jadi ART karena si ibu sibuk menopang biaya hidup buat si anak. Dari si anak mau nikah, cucunya sakit dia yang tanggung, anaknya ga punya perabotan, rumah, mesin air. Belum lagi anaknya yang tinggal di rumah kerja serabutan sampai ibunya terlilit rentenir, gadai rumah, jual rumah demi bela2in anaknya. Anaknya udah punya anak dua-tiga tapi masih bergantung bahkan sampai mau adain ultah cucunya dia yang keluar uang. Saya dalam hati gemes. Tapi mau bagaimana pun pasti dibela sama ibunya.
Lah sama kayak art saya dulu. Sampe ulangtahun jg si art yg mbiayain. Pdhl cucunya bukan anaknya. Dan anaknya saking terlalu dibebaskan hamil diluar nikah sampe 2 org.
@@RasyidKarimakarim ya, yang saya soroti adalah gaya hidup dan pola pikir mereka. Saya yang mampu aja berpikir ulang untuk foya-foya seperti ulang tahun. Tapi dia yang rumahnya di gubuk bambu adakan ulang tahun cucu sampe keluar uang jutaan. Mind set mereka yang serba manjakan anak dengan alasan kasihan. Pengen anaknya ga ngerasain susah. Padahal yang orang kaya pengen tanamkan ke anak kalo untuk dapatkan sesuatu harus berjuang dulu. Kayak keluarga paris Hilton. Keluarga Saskia Mecca dan Hanung. Jadi saya lihat mereka miskin karena pola pikir. Investment mereka lebih buat gaya hidup nurutin gengsi supaya bisa menyamai gaya hidup orang kaya. Andakan hajatan sunat sampe belasan puluhan juta. Padahal kalo ga dirayakan pun bisa.
Setuju Prof. Penting membentuk anak yg berani, bs mengatasi masalahnya sendiri, disiplin krn dunia kerja nggak hanya theory tp perlu integritas dan praktek2, dan EQ jg
Terimakasih buat papa dan mama yang ngajarin ini semua. Walaupun secara komunikasi papa ku kolot banget tapi beliau benar2 mendidik kami mandiri, kuat, dan memiliki peran dalam keluarga dan masyarakat. Hal2 tersebut justru membuat kami dapat lebih fleksibel dalam menghadapi masalah yang pasti ada jalan keluar baru aku tau istilahnya yaitu adaptif *cmiiw. Ingat banget disaat bbrp teman2 pada nyogok masuk SMA negeri wktu itu papa ku bilang, nggak ada cara2 bgtu kalau sama papa. Mau masuk sekolah impian ya usaha yang jujur. Dari sejak SMP udah diskusi buat bagi2 tugas tanggung jawab, cuci baju sendiri masing2 sampai kami ada jadwal penggunaan mesin cuci hehe..., nyiapin baju sekolah, setrika masing2, tugas bersihin rumah, masak, bersihin kamar mandi. Dulu ingat banget ngerjainnya ogah2an, suka mikir kenapa ortuku tega banget sama kami, di suruh2 melulu kayak babu. Ternyata pas udah dewasa justru berterimakasih banget. Semoga kami dapat meneruskan pendidikan2 baik orangtua kami. Diberikan umur dan kesehatan yang berkah buat mereka.
Maasyaa Allah mantap, kyk gen halilintar didikan bagi bagi tugas kerjaan rumah ke anak", ada bagian masak, bagian cuci baju, bagian jemur baju, bagian bersih" rumah, bagian perlistrikan, dll
Luar biasa ada 13 yg harus kita hindari sebagai orang tua, utk mendidik anak. Luar biasa Prof R.K. Hidup itu harus memahahi arti sebuah perjuangan,jgn mudah menyerah,terus berjuanga utk jadi pemenang.
Setuju pak. Dikeluarga saya adalah keluarga orang Jawa. Ayah ibu dari Jawa. Saya dan adik lahir di bandung. Saya dididik ibu untuk bisa mengurus rumah. Mandiri. Bekerja keras itu dilakukan ibu agar anak2nya bisa bertahan di masa depan
🖐️😍 saya generasi millennials Prof, yang saat kecil setiap kali lebaran nangis minta dibeliin eskrim Viennetta. Sekarang saya tinggal di luar negeri dan saya bersyukur punya orangtua yang luar biasa.
Kl yg sy lihat, ada byk tipe keluarga yg sgt mementingkan anak laki2, sehingga selalu mendukung apapun yg anaknya mau walaupun anaknya jadi tidak mandiri. Tdk masalah anaknya gagal terus, tetap dibiayai sampai anaknya dewasa. Termasuk apabila anaknya melakukan hal yg melanggar hukum.
Yg saya tahu malah anak yg perempuan yg di manja, laki2 disini didik mandiri Termasuk saudara istri Sy sendiri yg dididik manja, besarnya mau menginjak umur 25th Masih suka keluyuran, pacaran pulang malam, sy yg kakak ipar yg berani mencelanya smpe dia baper, Krn org Tua nya tdk mau tegas sm anaknya perempuan tsb
@@janethes3342 sebenarnya sama aja kok kak.. aku dan adikku sudah terbiasa melakuka apa2 sendiri. Bahkan untuk kos kami memilih kosan yg ada dapur biar bisa masak sendiri, g jajan. Beda dengan bapak yg bener2 terlahir dari keluarga strawberry. Alhamdulillah ibu selalu mengajari kami seperti itu.
Saya 4 bersaudara dan saya anak laki seorg. Org pd bilang enak dong lu dimanja. Boro2 dimanja, bokap didikan keras. Sampe rasa marah. Inget pas br kuliah di jkt, uang mkn abis, duit kost blom bayar. Duit tinggal dikit, dulu cuma ada wartel yg mahal kl interlokal. Gambling duit buat mkn atau buat telp bokap minta duit. Pilih telp. Jawaban bokap singkat "lu udah lbh dr 17thn udah bisa cari mkn sendiri! Telp ditutup, bayar wartel sambil kesel bgt rasanya 🤣 2hr kemudian dateng paket dus besar dari bokap. Isinya kue pia dgn tulisan, modal sekian lu jual titipin di warung2! Anjay..😅 Tp gue bersyukur hari ini, mental sales jualan kue dl kepake pas mulai kerja, skrg bisnis sendiri
Adalah lebih baik menjadi juara kelas, namun alangkah lebih bijaksana & penting jika menjadi JUARA KEHIDUPAN. Terima kasih banyak prof buat pencerahannya, sehat terus👍🏻🙏🏻
Ini yg saya banyak liat di teman sebaya saya di usia 20-25 tahun, banyak yg sudah menikah di awal 20-an. Meskipun anak itu sendiri blm mapan, tapi orang tua sudah memenuhi kebutuhannya sebagai pasutri. Mulai membiayai penuh pernikahannya, menyiapkan rumah, sampai membiayai kehidupan rumah tangganya. Dibanding era sebelumnya orang banyak yg menikah usia 27-35 tahun karena masih menyiapkan mental dan ekonominya.
Ya tentunya hal ini gak berlaku untuk 20-25 yg sudah nemu jodoh & berkemampuan finansial toh?.. kalo uang sudah banyak, jodoh sudah ketemu masa mau ditunda? 😊
sbnernya mau nikah d usia 20 /25 atau d atas itu.asal mental cukup utkk mnjalani rumah tangga pasti bissa.dgn kerja kerass dll.manjemen keuangan hrs bgus jg.jgn terbawa gaya hidup.pasti bisa branjakk kelakk.
Kalau hanya masalah ketinggalan pesawat butuh bantuan orang tua, ya gimana mau selesaikan masalah yg jauh lebih besar n menuntut tanggung jawab besar? Benar kata prof, "melatih anak jauh lebih baik dan mulia drpd selalu menyelesaikan mslh anak"
terima kasih Prof...ilmunya menjadi tercerahkan bagaimana mendidik anak jaman now, untuk menjadikan mereka tangguh dan pengingat kami untuk tidak terjebak sebagai strawberry parents
Ketika anak belajar jalan , jatuh jangan ditolong , beri semangat untuk bangun dan ketika dia mengeluh sakit lecet , beri dia jempol dua dan senyum lebar dan kerlingan mata . Itu pelajaran ibu saya yg hidup di era penjajahan Belanda dan Jepang . Ternyata ampuh dan membuat kedua anak saya dan murid2 saya tahan banting . Kini saya terapkan ke cucu saya walau suami anak saya kurang setuju . Setuju dan terima kasih Prof. Rheinal
Topik yang bagus. Kemarin-kemarin kayaknya nge-blame anaknya. Padahal perilaku anak itu tidak terlepas dari didikan orang tua. Tidak ada namanya "udah zamannya" dan perilaku anak terbentuk dengan sendirinya. Semua itu berasal dari orang tua.
Trmksih Prof atas ilmu2 parenting nya, alhamdulillah sy puya ortu yg menerapkan bnyak poin2 yg Prof sampaikan, saat sy kecil kadang suka sebel klo diatur org tua meski tetap nurut😂. Ajaran ibu sy yg dulu kesannya biasa saja : klo main harus mau berbagi (jangan serakah), gak boleh nakalin anak org (jadilah org baik), klo dinakalin kmu berani lawan selama bukan kamu yg nakal duluan-klo takut ya sudah pulang aja gak usah main (berani krn benar dan belajar menilai resiko sblum ambil tindakan ). Sekolah itu buat kamu sndiri, bukan buat Ibu, jadi klo kmu belajar nilai mu jd bagus kmu yg akan bangga, klo gak belajar nilai jelek kmu jadi malu ya salah mu sndiri (menimbang baik dan buruk), tp klo tiap ambil raport apapun hasil nilai anak2 nya (beda2 ranking nya) gak pernah mmbandingkan dan bilang "kan yg penting kmu sdh belajar dan bukan hasil nyontek" (apresiasi atas hasil kerja keras diri sndiri). Kalo habis makan cuci piring masing2 (tanggung jawab), gak boleh ambil uang yg bukan milik kalian, meski koin di meja itu pasti punya ibu dari kembalian belanja😂 (kejujuran), uang jajan dikasih setiap hari meski hari libur, tp harus ditabung (apalgi klo ingin beli sesuatu) dan tiap bulan masing2 anak2 nya disuruh hitung hasil celengan (manajemen keuangan). Tiap hari bantu beliau bikin kue buat jualan (hidup itu penuh perjuangan dan jalani dgn ikhlas). Alhamdulillah kami anak2 nya bisa nyicip jadi sarjana dari Ibu hebat yg hanya bisa sampai 4 SD krn kesulitan ekonomi , dan buat keluarga kami yg sederhana dan serba terbatas sdh sangat bersyukur. Mudah2an sy msih diberi rejeki anak agar nilai2 luhur ajaran ortu bisa diwariskan, semoga org tua kita semua selamat dunia akhirat, amin..
Ibu anda adalah Perempuan hebat 👏 nilai2, budi pekerti luhur, selalu di terap kan dlm keseharian, dlm mendidik anak2 nya. Semoga beliau sehat2 Dan panjang umur. Salam yaa buat beliau 🌹
Yang diajarkan ibu anda itu ga akan didapat dari pendidikan formal mba. Mesti diajarkan oleh kakek nenek anda (Ayah ibunya juga). Jadi tak peduli ibunya cuma sampai 4 SD. Karena banyak juga yang ibunya udah sarjana pun ga paham hal2 kyk gini penting dipahami dan diajarkan ke anak2.
Terimakasih pak,bpk selalu jadi panutan saya dalam melihat kehidupan ini,bpk orang yang cukup bijak yang saya kenal walau hanya di TV dan dunia maya,setiap bpk tampil di layar kaca khususnya acara ILC saya pasti nonton karena senang melihat bpk adu argumen dan data sehingga disitulah saya melihat bpk sangat mapan dalam pengetahuan,salam hormat buat bpk dari kami di Papua🙏
Terimakasih banyak prof, akhirnya saya paham jika orang tua saya termasuk demikian. Panjang umur dan sehat selalu ya prof, Indonesia masih membutuhkan ilmu dari prof 🙏🏽
Terima kasih ...sy orang tua sedang menghadapi masalah , anak saya secara intelektual berpendidikan S2 dan mau melanjutkan S3 karena tuntutan jabatan., yg jadi permasalahan sampe sekarang dalam bertindak selalu tidak menggunakan akal sehat yg seharusnya dulakukan sesuai kemampuannya dan tindakan tersebut membuat kehidupannya sangat menderita dan ini selalu disampaikan orang tua....tapi ketika orang tua atau adiknya memberi pendapat selalu disalahkan...dan tidak mau mendengarkan...dan masalah ini berlangsung terus sampe sekarang yang membuat kami keluarga pusing entah bgm menyelesaikannya....dan satu hal benar itu adalah kesalahan kami sebagai orsng tua dalam mendidik anak yg tdk memberikan kesempatan untuk mandiri....dulu setiap apa kesusahan anak selalu orang tua ikut campur ...termasuk masalah keuangan dll shg ansk tidak merasakan bgm sulitnya kehidupan ini....untuk Prof bgm cara mengatasinya....perlu disampaikan anak sy hidup di jakarta dan kami dikota kecil yg jauh... dan sampai saat ini hal itu sangat membuat orang tua berbeban...mau diam saja...dan apa mau bertindak selalu menuruti anak ...tetapi jika dituruti terus itu salah dan semakin membuat anak akan tdak mampu mengatasi problem ditengah kehidupan jkarta yg keras
Mungkin semua itu berawal dari pandangan hidup yang keliru, yaitu bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan (dalam arti jabatan yang tinggi, uang banyak, mobil mahal, rumah mewah, dsb). Orangtua yang meraih semuanya itu dengan kerja keras dari bawah ingin anaknya menikmati semua itu tanpa harus kerja keras. Padahal kemewahan itu hanyalah "mainan" dalam kehidupan, sedangkan kerja keras itulah yang membentuk karakter dan kemampuan kita yang jadi landasan bagi kesejahteraan hidup kita.
Karna di masy lingkup terdekat sudh terbentuk sprti itu perlakuan untk orng bermobil/punya jabatan beda dgn yg tidak punya 2hal trsbt , tapi apakh tidk punya dua hal tersebt bs dpt perlaluan dgn orng yg punya 2hal tersebut? Bisa tp ga mudah harus punya sifat dableg yg tinggi , Dan skill bertahan hidup yg bagus , nah para masy bs ga hilangin sifat deskrimnsinya yg diajeni orng yg punya nilai dan sifat bijaksana bkn yg bermobil/berjabatan tp kelakuan kaya dajjal ,ortu pasti takutkan anak2 mereka kena deskrimnsi kehidupan bermasyarkt ,
Setuju...menggunakan harta untuk kebahagiaan itu useless,Karena kebahagiaan cuma emosi,yang harus di kejar itu POWER atau KEKUATAN yang bisa di pertahankan.
@@jakaalatas8938 Betul bahwa kebahagiaan itu tidak perlu dikejar-kejar. Kebahagiaan itu hanya efek samping dari suatu kehidupan yang "lurus", yang berjalan pada jalurnya. Jika kita hidup sesuai dengan panggilan/ takdir/ ikigai kita, maka hal-hal yang lain dapat tertata dengan rapi.
Menurut pengalaman saya selama jadi anak, anak akan merasa berterima kasih sekali kalau ada nilai2 ini yg ditambahkan pd fondasi kehidupannya. Kenapa anak harus terus berjuang hidup selain untuk menjadi penerus keturunan keluarga & menjadi kebanggaan orang tua. Nilai nilai tsb rata2 dicari sendiri oleh anak dalam perjalanan hidupnya. Ada yg terpikirkan utk mencari, ada yg tidak. Yang tidak ya banyak yg hidupnya terasa seperti badan yg berjalan dengan jiwa yg kosong. Jaman pun sekarang sudah semakin kompleks. Generasi kita makin muda makin menghadapi ketidakpastian yg luar biasa. Pandemi, perubahan iklim, persaingan yg luar biasa akibat banyaknya populasi di dunia. Bukan generasi yg sekedar gampang ngeluh juga kok.
Keluarga saya broken home sejak lama, tidak peduli sama anak. Secara tidak langsung mereka memberi saya kebebasan menjadi apapun. Alhamdulillah sekarang saya bisa membeli rumah sendiri di usia 25 tahun dan menafkahi mereka.
Terima kasih ilmunya Prof. Mungkin ini cukup telat buat didengar orangtuaku, tapi bisa kuserap buat bahan pembelajaran sebagai calon orang tua kelak. Alhamdulillah kalau dari soal fasilitas orangtua selalu support, tapi kadang terkesan terlalu memanjakan apalagi buat anak-anak cowoknya yang selalu dianakemaskan. Dari kecil cuma anak cewek yang diwajibkan pegang kerjaan rumah, ngepel, masak, dll. Anak cowoknya selalu enak di rumah, sementara yg cewek pernah merantau dan belajar mandiri. Akhirnya begitu dewasa mulai keliatan yang cowok-cowok jadi manja dan kurang adaptif.
Sebagai anak cewek pertama dididik keras utk mandiri dan tanggung jawab/ tugas. Daftar SMP, SMA aja sendiri, tidak didampingi ortu. Bayar pendaftaran dll juga sendiri😅. Adek cowok terkecil jarak umur jauh, tidak dididik keras, dimanja ibu. Alhasil aku yg turun tangan, jangan sampai adekku jadi anak manja, cowok besok banyak tugasnya. Dia boleh main game, tapi nilai sekolah dan tujuan sekolah dia yg tanggung jawab. Kalau disuruh bantu2 di rumah, masih mau. Dia juga mandiri sekarang, daftar kuliah aja nggak bilang2😅.
Terima kasih prof , pelajaran ini memberi inspirasi dalam membawa ceramah agar orangtua mendidik anak , selain takut akan Tuhan , mrk hrs berani , jujur,peduli dg sesama 🙏
Aku anak broken home. Jujur aku nggak ngerti istilah beginian. Ayahku jarang pulang, ibuku udh sakit dari aku masih smp. Dulu ketika aku sd, aku juga pernah sakit yg membutuhkan obat yg harus rutin diminum dan nggak boleh telat. Aku didiagnosis dokter ketika kecil kalo otakku abnormal karena dampak dari penyakit kejangku di waktu kecil. Aku lupa namanya apa di dunia kedokteran, karena itu aku butuh obat keras khusus yg harus rutin diminum sampe habis. Telat dikit, aku harus minum obat itu dari awal lagi. Selama 4 tahun aku minum obat itu. Kadang penyakitku suka kambuh kalo aku kecapekan, ibuku yg selalu setia menemaniku dan merawatku sampe aku sembuh. Obat itu juga nggak murah. Tapi ibuku bilang, yg penting nita sembuh, mama akan lakukan apapun. Dan ya, usaha dan ikhtiar ibuku Tuhan kabulkan. Ketika aku masuk kelas 5 SD, kejang itu berhenti total. Meski aku didiagnosis abnormal oleh dokter, tapi aku berhasil melalui semua pelajaran di sekolah dengan baik dan bahkan pernah dapet rangking juga. Ibuku tipe orang yg nggak mudah percaya selain keyakinan dari dirinya sendiri. Dan ibuku percaya aku akan sembuh. Itu terjadi padaku. Meski ayahku kayak bang toyib, sungguh, aku tak peduli sama dia. Aku malah merasa aneh kalo dia pulang. Asing sama ayahku sendiri karena keberadaannya hampir nggak pernah ada di rumah. Dan ibuku juga nggak peduli. Dari kecil udh biasa hidup sulit dan dididik keras oleh nenekku, itu membentuk ibuku jadi pribadi yg tangguh dan bermental baja. Tapi, aku sadar, ada kalanya ibuku salah dalam mendidik. Di usia kecil, liat ortu berantem di depan mata sendiri, itu secara nggak langsung memaksa diriku jadi dewasa sebelum waktunya. Aku malah yg sering minta ibuku untuk tinggalin ayahku dulu. Tapi ibuku tetep nggak mau. Aku nggak ngerti sama pikirannya, tapi karena ibuku yg udh rawat aku dulu sampe aku sembuh, ketika dia sakit, aku jadi punya kewajiban untuk merawatnya sampe dia sembuh. Masuk rumah sakit 2 kali, pernah koma seminggu, itu ngabisin biaya yg nggak murah. Untung ada bantuan dari pemerintah. Jadi, masa2 sulit itu terlewati. Sekarang, setelah beneran bercerai sama ayahku, ketika dihadapkan harus memilih siapa, aku dengan tegas bilang sama ayahku kalau aku akan pilih ibuku. Dia kondisinya udh nggak bisa apa2 sendiri. Sedangkan ayahku sehat walafiat. Cuma nyusahin diri sendiri aja dan nggak sadar2. Aku cape berusaha menyadarkannya dan memutuskan udh tinggalin dan lupain selamanya. Cuma ibuku yg aku pedulikan. Aku nggak masalah meninggalkan impianku sementara demi merawat ibuku. Dulu, ibuku juga begitu waktu aku sakit. Mengorbankan segalanya supaya aku bisa sembuh. Dan itulah yg aku coba lakukan. Aku nggak akan nikah sampe aku tuntas merawatnya hingga nafas terakhirnya. Itu janjiku sama diri sendiri. Masa kecilku yg suram, sudah jadi pelajaran keras buatku untuk jangan salah dan memilih pasangan. Semuanya berawal dari salah dalam memilih pasangan. Dan aku takut jadi orang tua. Ada banyak hal yg membuatku takut. Karena itu kalo memang aku nggak menemukan jodohku sampe aku mati dan nggak nikah2, ya gapapa juga. Bahagia nggak harus nikah, kan? Lebih baik sendiri dan melakukan hal yg berguna dan bermanfaat untuk orang lain.
Makasih prof pencerahannyaa... Saya kecil banyak mengeluh karena selalu diajarkan mandiri, sejak SD setrika sendiri, SMP sudah boncengin orang tua belanja keluar kota naik motor, dilibatkan untuk ambil keputusan saat ada acara dengan keluarga besar, dilarang takut hewan harus langsung cari pemukul, rasanya nyesek dulu... Harus selalu bisa apapun, tidak takut apapun, selalu di challenge terus2an tapi ternyata sekarang bersyukur sekali... Reparenting, ternyata itulah kemampuan terbaik orang tua untuk melatih kita tangguh dan bisa mengandalkan diri sendiri. Peduli dengan orang tua... Peduli dengan sekitar..tidak mudah mengeluhkan keadaan, kita kudu punya self driving... Terima kasih banyak prof ❤
Terimakasih prof Rhenald atas ilmunya yg luar biasa. Menambah wawasan saya sbg orang tua dlm mendidik anak2 di jaman yg sangat berbeda dg jaman saya dulu.
Pak Rhenald Kasali... Saya anak pertama dari 3 bersaudara Di Keluarga saya anak pertama dan anak terakhir di ajar untuk secara keras untuk mandiri Tapi hal ini tidak dilakukan ke anak tengah, dia sejak kecil sudah di manja Kini ketika kami semua berusia di atas 40 tahun dan sudah berkeluarga... Anak pertama dan terakhir selalu dipaksa dan didoktrin untuk tetap membantu si anak tengah Note : Berkat didikan keras, anak pertama dan anak terskhir kini bisa mandiri secara finansial dan fisik Sedangkan anak tengah masih tetap di " suapin" oleh kami berdua dan orang tua kami
Terima kasih atas pencerahannya, S7 sekali. kadang didikan ortu dulu lebih baik, meskipun agak kasar; disiplin dan sanksi yg diberikan membuat kita kuat, tegar dan mampu menghadapi hidup yg keras. Sometimes to much love will kill u....jgn terlalu memanjakan anak berlebihan. Prima 👍Prof.
Sy termasuk yg melayani anak spt bos, tapi sy dan suami jg membiarkan dia selesaikan kesulitan dan menerapkan aturan. Terimakasih pembelajaran nya pak, sy sdh membaca buku "Sentra" dan anak kami pun sekolah di sekolah sentra
Terimakasih prof. Ternyata sebagai ortu ...kita juga harus belajar terus sesuai perkembangan jaman. Di tengah gempuran kemajuan teknologi seperti skrg..tantangannya jadi dobel.
Sebagai anak saya sedih denger ini. Orang tua sudah terlambat dan tidak akan berubah. Saya juga sudah besar sehingga untuk berubah saya harus mati-matian. Mudah-mudahan nanti saat punya anak saya bisa menerapkan ini.
Hal paling prinsip yg harus kita ajarkan kepada anak2 kita adalah bahwa semua hal yg mereka lakoni dalam hidup ini harus berlandaskan moralitas yg tinggi.
Terimakasih prof , kegsgalan terbesar pendidikan yg dipertontinkan dengan terang benderang membiarjan ansk orang tertentu bebas melenggsng nasuk ke fskultas negeri tanpa jerih payah , luar binasa 🤮🤮🤮😭
Sangat inspiratif sekali, sebagai guru saya sgt sepakat sepenuhnya dg yg disampaikan oleh prof. Semoga jg disepakati oleh banyak orang tua dari anak2 mereka yang sedang bertumbuh, dan semoga kita bs mjd orang tua yg mampu membersamai anak2 kita dlm berproses pembentukan mental dengan bijak ❤
Saya dilatih untuk 'disiplin dan bertanggung jawab', tapi begitu saya bikin keputusan sendiri saya dibilang bodoh dan sok tau. Mau disuruh jadi rajawali tapi setengah2 aja. Mengikuti jadwal milik sendiri (karena kesibukan dan perbedaan kebiasaan) pun dibilang malas. Begitu selesai dimarahi tanggung jawab saya dirampas dan dikerjakan dengan tambahan celaan lagi. Seakan-akan saya orang yang gak mau bertanggung jawab. Gak mampu hidup tanpa orang tua, gak mandiri, gak mampu bekerja, gak dewasa. Kadang agak bingung, sampai kapan harus menahan diri, dan reparenting diri diam-diam begini terus. Kapan saya bisa keluar dari penjara ini? *memang saya tau mereka punya masalah dalam melampiaskan amarah. Lama2 capek jua sih tapi...
Banyak anak2 yg berperilaku demikian dikarenakan contoh serta didikan ortunya, namun demikian masih masih booaanyakk anak2 Indonesia yg santun, sholeh sholehah dan birul walidain, oleh krn itu kita sebagai ortu ayo didik anak2 dg contoh dan ajaran yg benar 🙏🙏
Harusnya pak Rhenald diangkat jd Menteri Parenting spy next generation kita tangguh2, tdk fanatik sm agama, membuka mata thd dunia luar dan menghadapi era globalisasi dunia di thn2 ke depan dan menghasilkan generasi2 penerus bangsa yg hebat2, takut kpd Tuhan dan tangguh serta cerdas Jgn sampe pula kayak negara2 maju yg pada gak mau punya anak atau childfree Generasi strawberry tdk hanya menghinggapi masy perkotaan tp sy lihat bahkan org2 desa pun Skrg byk yg mendidik anak2nya dgn gaya strawberry parenting
Betul sekali Prof. Saya sering mendengar pandangan orang tua, "SAYA SUDAH SUDAH DULU, ANAK SAYA TIDAK BOLEH SUSAH JUGA" Padahal untuk menciptakan pribadi yang kuat harus melalui semua kesusahan itu
Makasih Prof. Ini ilmu bagi saya dalam mendidik anak-anak saya. Umur saya 34th. Miliki 2 anak. Semoga saya bisa jadi orang tua yang berhasil mendidik anak-anak saya. Kelak kuat & bijak menghadapi kehidupan yang semakin tertantang
Semangat kak,..,.. kalau punya anak jangan di didik suka bermain HP itu pesan dari dosen saya...... 😁 Harus dibatasi jangan sampai seperti generasi bocil2 skrg 😅
Masyaallah beruntung sekali generasiku bisa mendapatkan banyak ilmu dari Prof. Rhenald Kasali, tak kenal usia dan semua aspek kehidupan ilmunya sangat bermanfaat bagi sesama. Panjang umur dan sehat selalu ya prof. Barakallah 🙏
Setuju dengan apa yang disampaikan prof. Dari berbagai sudut pandang, baiklah semua orang tetap belajar. Ketika menjadi orang tuapun adalah proses belajar, belajar untuk menyeimbangkan perilaku, karena itu yang akan dilihat dan dicontoh anak anak, terima kasih prof 😊
Generasi SINGKONG...jdikan ank anda sprti tanaman SINGKONG..yg mudah tumbuh dmna sj (badaptasi) dn tahan trhdp cuaca ekstrem (mental dn dy juang) dn umbiny sngat mnyehatkan ( bmanfaat u ssama)
Saya IRT 2 anak laki²,, umur 8 dan 5,5th Salahkah saya jika: 1. Membatasi uang jajan harian mereka 2. Jika ingin membeli mainan selalu membatasi harganya 3. Meminjamkan HP hanya hari sabtu, itu pun cuma 1 jam Soalnya dg cara seperti ini selalu dibilang ortu pelit dan kaku
Perilaku anak, tergantung darinPola Didik orang tua. Terkadang Orang tua, mereka Pikir dengan memberikan segala macam Fasilitas, untuk kenyamanan anak. Tetapi tanpa sadar disaat yang sama, Orang tua telah Membentuk karakter anak, menjadi Pribadi, yang Malas, Tidak bertanggung Jawab..!! Dan tidak Pernah Menghargai Orang lain. Malas. Tidak Takut akan Tuhan..Inilah Mental Rusak yg dibentuk Orang tua, yang merasa Mampu untuk dapat Melakukan segala sesuatu. Orang tua membentuk Pribadi anak , dengan Mempunyai Mental, ' Untuk Mendapatkan Segala sesuatu dengan Mudah, tanpa Memikirkan Efek dari Penbentukan Karakter Anak dimasa depan...!! Terima kasih Pak Untuk Parenting yang Luar biasa. .!!! 🙏😇👍. God bless you Pak. 🙏
Maasya Allaaah sungguh sangat bermanfaat. Dari AWAL SAMPAI AKHIR SEMUANYA SANGAT MENYENTUH. Saya punya anak satu, sehingga saya cenderung memfasilitasi segalanya dan overprotektif. Terima kasih ya Prof atas semua nasehatnya. Semoga Prof sehat selalu dan panjang umur.
Terimakasih banyak prof, atas wawasan dan insight nya... Sebagai praktisi kesehatan jiwa sekaligus ayah dari anak yang masih batita, saya sangat relate dan banyak mendapat manfaat dari ulasan ini... Semoga saya, dan semua rekan2 yang melihat ini, bisa benar2 menerapkan dan mendapat manfaat maksimal ....😇😇😎😎👍
Kebanyakan anak jadi korban obsesi org tua shg anak hrs menjalani hidup sesuai obsesi org tuanya. Shg anak tdk menjadi dirinya sendiri, dia menjadi org lain hasil cetakan org tuanya. Maka anak melakukan perilaku menyimpang & pelampiasan dlm hidupnya. Fungsi org tua bkn menjadikan anak sbg obsesi tapi menjadikan anak menjadi dirinya sendiri. Fungsi org tua hanya mendukung anak utk menjadi dirinya sendiri & memilih jalan hidupnya sendiri. Shg anak makin dewasa & makin mandiri, jadi org tua banyak diskusi dgn anak, bukan banyak konflik dgn anak.
Gapapa lah prof, hitung2 mengeliminasi persaingan bagi kami para org tua yg mendidik anak2 dengan cara boomer mendidik kami: tegas, rasional, penuh tanggung jawab & paham konsekuensi. Miris melihat org tua yg protes lebay saat guru mendidik dgn "tegas" di sekolah. Kalo saya ngajarin anak untuk ngerasain susah, sy yakin jg banyak org tua lain yg begitu 👍🏻 tp lbh banyak yg ekstra memanjakan yg jemput sekolah aja mesti antri bawa mobil padahal rumah deket 😂
Sama kak, saya jg tegas kpd anak, anak ikut serta berperan mengurus rumah. Tapi bagian rumah dekat antar jemput pakai mobil bukan untuk memanjakan anak ya, itu karena saya ga bs naik motor, plus kalo hujan/panas kan repot banget 😅😅
Ini jd issue besar di klrg saya dr dulu. Papa sy jg tipe yg maunya take over smuanya termasuk hidup anak2nya. Dia ambil smua kputusan even ktika anak2nya sudah besar. Sy bersyukur bs dpt kesempatan utk keluar dr rumah once lulus kuliah. Saya milih ngekos saat mulai kerja krn ngga tahan sm controllingnya papa saya. Sayangnya, kk saya ngga dpt kesempatan yg sama jd smp skrg usia kakak sy 43 thn seluruh aspek hidupnya msh dikontrol sm papa. Alhasil, kk saya smp skrg ga bs ambil keputusan utk hidupnya sndr dn semuamua kebutuhan hidupnya msh dipikul sm papa saya. Jujur, ngeri sih liatnya dan mikirin gimana nasib kakak saya once papa saya tutup usia nanti krn dia jd org yg ngga ada inisiatif dan nunggu doang org2 pd beresin masalah dia. Gr2 issue ini sy sampe ga akur sama keluarga sendiri 🥲
Kadang kita harus instropeksi diri dengan training training motivasi yang membiasakan "ayo kamu bisa", padahal ada 2 hal yg dihadapi, berhasil atau gagal yang harus di terima, ada batasan batasan tetap yang tidak bisa di rubah.
Sepakat dengan Prof. Renald… Memang benar kita bekerja utk kebahagian anak (krn itu rejeki) hny jangan sampai kita lupa sbg orang tua kita punya pengalaman hidup dan proses lebih panjang dari anak2 kita. Alangkah baiknya kita mampu berposisi sebagai sahabat anak2 kita, sharing bersama… menjadikan intangible-value, bekal anak2 kita tercinta… Untuk kesekian kalinya… Terimakasih Prof. Renald atas bekal renungan-nya😊🙏
Masyaa Allah bagus banget prof narasinya saya sebagai ortu sadar bahwa saya masih banyak kekurangan dalam mendampingi, mendidik anak" saya (instropeksi), maaf karena dijaman saya belum ada media ato parenting seperti sekarang ini... Alhamdulillah tapi saya bangga punya anak" Yang baik" aja, semoga anak" ku mengerti dan memahami kondisi ortunya. Terimakasih banyak Prof Renald konten ini saya share ke anak" saya agar supaya mereka dalam nendidik anak" nya lebih baik dari jamann ortunya, Sehat selalu Prof
Trm ksh bung Rhenald, tanpa sy sadari sy berada di zona authoritative sbg orgtua & penjelasan bung semakin menguatkan sy di zona tsb. Sehat sukses sll bung, Rahayu 🙏
Tks Prof. Atas pencerahannya yg luar biasa....13 tips yg luar biasa sdh sy noted d simak dgn serius.....mmg ketegasan dlm mendidik anak2 itu hrs punya keberanian d konsisten...wlpn sbg ortu jujur sering gk tega saat melht kegagalan. Kejatuhan. Kesakitan yg dialami ank...namun ada hal yg perlu mrk tau. Rasakan d gmn hrs bs bangkit tanpa sll ortu bantu...ini pljran kehidupan..krn sy tau tdk selamanya sy akan berada disamping mrk..mk kl kelak sy RIP ...sy tenang ank sy sdh kuat d mandiri dgn sll mengandalkan Tuhan sbg guide dlm hidup mrk. Amin.
15:35 "Disiplin artinya mempunyai kesungguhan dan mempunyai aturan, sehingga bergerak secara otomatis, dan mengetahui bahwa yang dilakukan adalah penentu keberhasilan" Terima kasih bapak Profesor 🙏
Terima kasih prof atas topiknya... Jujur saya sedang berada di posisi subject Strawberry generation.... Semua hal yg telah terjadi di hidup sy sekarang membuat sy jengkel ketika semua hal tentang keputusan dalam hidup sy atas dasar keputusan atau kehendak orangtua...
Terimakasih prof.. Saat ini saya berazam dalam diri untuk tidak akan menjadi strawberry parents, untuk menjadikan generasi yang kuat. Tak dapat dipungkiri dalam mendidik anak memang membutuhkan hati yang tegar, untuk melihat anaknya merasakan kesulitan dan kesusahan dalam kehidupannya. Namun tersadar oleh quotes yang prof berikan, bahwa berkata tidak di saat yang tepat adalah salah satu bentuk kasih sayang terhadap anak. Sehat selalu prof..
Sy suka materi bapak dan menurut sy ada benarnya. Sy merasakan pola pendidikan ortu jaman dahulu dan jaman sekarang jauh berbeda. Materi ini menyadarkan sy akan pola asuh yg diterapkan ortu sy pada sy dahulu. Makasih pak tetap berkarya
Saya mengontrol sekolah anak2 sejak dari tingkat tadika sampai SMP. Ketika SMA mereka saya bebaskan mau sekolah dimana. Tergantung kemampuan mereka pada sa'at smp. Setelah sma setiap semester saya bertanya kemana dan jurusan apa kelak mereka diperguruan tinggi. Saya bersyukur mereka kuliah atas dasar pilihan mereka sendiri dan Puji Tuhan mereka sudah menikah dengan pilihan mereka sendiri dengan pasangan yang menurut kriteria pasangan baik bakti pada orang tua.
Saya ojol dan memang sangat ngeri melihat fenomena ini sering sekali antr makanan pas saya dateng anaknya nyaut dan lagi duduk d ruang tamu, atau ada di lantai atas mereka malah teriak mama.... Pesanan aku udah dateng, dan mama nya keluar seperti babu sambil buru2 dan sambil bilang iya.. Iya.. Gua yg hanya ojol sesek banget lihatnya. Pengen sekali gampar tuh anak.. Dan ini bukan sekali dua kali terjadi sangat sering terjadi. Tapi masih nemuin juga anak2 yg baik yg santun ketika di antar makanan.
😅
Prihatin
Parah si, kalo saya biasakan anak saya terlibat pekerjaan rumah, terus biasakan ucapkan tolong,terimakasih, maaf kalo salah.
Salah ortu, anak gak diajar
Rusak moral hargai ortu mas GK didikn yh Dari nol lngsung Naik 100figry
*Saya Ojol dan dari dulu saya ingin sekali bisa kuliah/sekolah tinggi agar wawasan saya tambah luas, pola pikit berubah agar saya bisa merubah nasib, jujur saya di besarkan ortu dengan parenting yg tidak baik terutama oleh Alm.ayah saya sampai saya alami tekanan bertahun-tahun. Namun beliau sudah meninggal dan saya tidak mau berkutat dengan masa lalu, saya ingin sembuh dan pulih menapaki masa depan. SAYA sangat Bersyukur bisa menemukan Video Profesor ini, saya seperti mendapatkan Bahan materi Kuliah Gratis langsung Oleh Profesor. 😭😭Terima Kasih Prof. Mungkin saya blm bsa mendapatkan pendidikan dari bangku kuliah, namun saya bisa mendapatkan ilmu dari sekolah kehidupan,* #StayRelevant
Sm aq jg ingin kuliah perpendidikan tinggi,tapi apalah daya org tua tak mampu,,alhamdullilah aq ingin mewujudkan ank"ku perpendidikan tinggi,bismillah y nak SMG s1farm,bisa kau capai dgn lancar🤲
Indonesia akan panen generasi strawberry bahkan generasi tahu, pendidikan diatas kertas baik, IPK sangat bagus (krn dibantu teknologi), tapi mental, daya juang lemah. Itulah kenapa atlit2 hebat itu datang dari anak2 miskin karena paketnya lengkap. Kalau anak orang kaya hanya bisa dapat pelatih hebat, skill dapat tapi saat keluar bertarung memble.
Betul...tapi anak org miskin jg byk yg dimanja utk jaman sekarang
@@tjiuling7385 betul Bro, versi berbeda, makanya ada pepatah sudah miskin anak dimanja. Liat aja sekolah2 negeri yang standar bawah orang tuanya antri motor sampai macet, yg sekolah high yang antri mobil mewah, konsepnya sama. Hanya strawberrynya beda kualitas beda harga 🤣
@@kurniadidajan9270 sedih ya...maka kejahatan makin byk..cari duit mau instan
Kalau ditentang atau didebat ortu biasanya bakal bilang "kamu anak durhaka" buat bunuh perdebatan secara cepat.
Strawberry Gen, Strawberry Parents.... satu lagi Strawberry Social... Bahwa terjadinya simpangan perilaku dan mentalitas dalam sebuah generasi tidak hanya terjadi dalam ranah pribadi atau keluarga saja, tapi bisa berakibat menjadi social toxic yang mendominasi, ketika itu terjadi secara rerata dalam masyarakat.
Orang tua yang "cengeng" dan "cemen" memiliki kecemasan akan gagal "membahagiakan" anak, sehingga melakukan pola-pola parenting yang membuat anak merasa amat sangat terlindungi dan tercukupi dalam hidup, dari mulai standar hidup, nutrisi, hingga membanjiri dengan informasi. Sayangnya, hal itu membuat ketergantungan dan tidak dapat membuat anak menjadi sosok tangguh, terutama ketika berada diluar keluarga, dia tidak bisa melindungi dirinya sendiri... meski boleh jadi si anak memang memiliki segudang potensi dan kemampuan.
Bener pak. Ayah sudah lama meninggal karena kecelakaan. Ibu saya selalu memanjakan anak laki2 pertama sampai terlalu manja. Sudah menikah tetap saja numpang dan gak mau pindah. Gak mau kerja, gak mau kuliah, gak mau jaga anak. Istrinya juga sama kelakuan. Biaya nikah semua dibebankan ke ibu saya. Anaknya sudah 3 tahun masih pakai pampers dan semua kebutuhan bayi termasuk susu dibayarin ibu. Kalau gak dikasih uang jajan ratusan ribu lagi sama bapak dan ibunya maka mereka berontak dan hancurkan barang2. Ketika saya dipukuli disitulah saya kecewa sama ibu saya karena bukannya melerai dan melindungi saya tapi malah marahi saya dan suruh saya jagain anaknya. Tentu saya gak mau. Sudah 2 tahun bantu jaga, masak cuci, kayak babu tapi gak dihargai dan salah sedikit dipukul. Sampai saya gak mau keluar kamar lagi berbulan bulan baru deh ibu saya tersadar kalau tanpa saya bantu2 dirumah dan jualan lantas siapa yg bantu dia. Anak laki2nya cuma rebahan dan main game ml. Akhirnya ibu datang ke kamar dan minta maaf. Tapi sampai sekarang tidak berani usir dan tegas ke anak laki2nya. Baju dia cuci dan setrika, makan dimasak dan antar, anaknya dijagain, dikasih uang jajan ratusan ribu tiap minggu, motor 1 dikasih khusus buat si anak pertama. Pokoknya spesial dengan alasan dia pembawa marga di adar batak dan bisa kasih cucu laki2. Tapi, caranya itu terlalu memperbudak kami. Istrinya lepas tangan dan mikir diri sendiri, orang tuanya juga gak ada tuh tegus ke anaknya dan cuek banget. Waktu bayi ini sakit, tidak ada dia mengurus atau pun mau menjenguk. Inilah mental yang dibangun oleh para boomers ke gen z, akhirnya jadi terlalu manja. Alasan sayang anak, ya terlalu lah.
innalillahi wa innaillaihi rojiun
Keluar dr rumah sj kak, nge kos ...hidup mandiri...
Pantesan anak2 laki muda sekarang yg marga nya dari daerah itu kok gaya hidupnya mau serba instans dan mau enaknya aja. Lagi kerja aja ada yg sempet mikirin cari cewek yg mau bayarin makan, padahal lagi jaga kasir.
@Mia Shu .. Sungguh menyedihkan membaca tulisanmu dan sekaligus kagum akan pengorbananmu. Kalau terjadi di keluarga etnis Tionghua, ibumu mungkin berkorban bukan semata-mata karena kasih sayang kepada si anak sulung namun sesuai dgn kepercayaan kepada takdirlah yg bisa membuat manusia "nerimo" dgn keadaan, selain itu keyakinan terhadap karma akan membuat manusia ikhlas berkorban (utk membayar karma hidup)
Terlepas dari semua saya yakin pengorbananmu dan dharma baktimu tak akan sia-sia, kekerasan dan cobaan hidup akan menempamu menjadi sosok yg kuat. Ibarat tegak kokoh bak gunung, berdiri gagah menghujam bumi, menjulang tinggi menantang badai.
Hikmahnya anda akan berkarma baik dan sekaligus berkepribadian yg teguh ... percaya saja akan datang hari-hari penuh kecerahan di dalam kehidupanmu kelak.
Salam sehat ...
Curhat
Ilmu parenting di negeri ini harus lebih diaplikasikan secara masif. Itu salah satu pilar kekuatan bangsa.
Sebagai seorang anak, saya merasa ini terlambat untuk orang tua saya mendengar, tetapi hari ini sebagai calon orang tua di masa depan, saya bersyukur menemukan video ini. Terimakasih Prof untuk ilmunya 🙏🏻🙏🏻
Betul, kita sekarang harus bersiap diri utk jd ortu yg baik
⁰⁰⁰00 anti 0⁰
Iya, sudah terlambat , kususnya bagi ayah saya yg sudah meninggal. Tapi belum terlambat bagi saya yang bila TUHAN ijinkan kedepan saya menikah dan punya anak. Utk Praktekkan Parenting yg Baik & Benar
Saya sadar beruntung memiliki orang tua tipe Authoritative. Kami dekat dan bisa curhat tentang apapun. Tidak ada rasa takut, dari kecil dibiasakan untuk mengetahui dunia luar walaupun mereka memiliki keterbatasan finansial. Tetapi prinsip nya teguh, misal minimal sebulan sekali kami diajak keluar makan untuk mencicipi restoran yang berbeda di mal (misal). Diinfokan papa hanya ada budget segini, yuk pesan makanan dengan budget yg kita punya. Sebenarnya simple tapi disitu kami sebenarnya belajar untuk membeli sesuatu sesuai kemampuan. Pokoknya papa the best!!! 🥰
Keren nih ortunya, anaknya jadi keren juga
Keren
Ini yg saya terapin ke anak saya
anak-anak jaman now : mental krupuk kena angin alot kena air benyek...dalam komunitas lebih suka jadi ekor ikan paus dari pada jadi kepala ikan teri....dalam bertindak seperti paku kalau tidak dipalu tidak menancap....berteman seperti lilin menerangi tapi dirinya meleleh...dalam keseharian banyak gaya dari pada upaya. terimakasih pencerahannya prof.
pdhl hasil mental krupuk itu adalah didikan org tua 🤭
@@thousandbeast5413 kalau mental bubur Kak😂
Itu hasil dari didikan ortu. Ortu zaman dulu gak banyak yg tahu soal ilmu pengasuhan anak/parenting yg baik itu bagaimana. Ditambah ortu zaman dulu yg udah tau susahnya hidup, banyak dari mereka yang memanjakan anak2nya hingga tercetak anak2 sekarang gimana hasilnya. Atas dasar saya dulu susah, saya gamau biarkan anak saya ngerasain apa yg saya rasain dulu. Saya mau yg terbaik untuk anak saya ( dalam kutip memanjakan kebanyakan). Jangan hanya menyalahkan sepihak. Zaman dulu juga pasti banyak anak yang tidak baik nya, kalau dulu bedanya tidak terlalu Ter expose
Nemu harta karun di youtube. Terima kasih Prof. Coba ya yang trending video video seperti ini
Thanks berat Prof. Diluar istilahnya “helicopter parenting” dimana jadwal hidup anak dari les, hobi, pulang pergi skolah semua diatur anak tinggal jalanin aja. Bgitu terjun ke masyarakat ortu bingung lah dah “dididik” dgn bgitu byk fasilitas terbaik koq anak sama skali gk bs proaktif mandiri?! Miris, maksud baik dan mampu but that’s not how life works. We need to have healthy dose of struggles to grow.
Sekarang saja masih ada anak² yg sdh berumur >40 thn, sdh berkeluarga, tp masih merepotkan ortunya, msh menadahkan tangan, minta modal usaha dll.
Sebelum strawberry generation, "generasi lembek" sdh dimulai sejak pertengahan 1980an sewaktu perekonomian Indonesia mulai naik pesat.
Benarrr ..
Maaf ya, ga cuma lembek, karakternya jg rusak.
Ini salah satu bukti
Hard time create strong man
Strong man create good time
Good time create weak man
Weak man create hard time ..
Itu philosophy lama yang masih berlaku sampai sekarang,dan memang terbukti.
09:52 1. Victim Mentality
12:22 6. Expecting Perfection
15:33 11. Tidak bisa membedakan Disiplin dengan Punishment
16:16 Jalan Pintas (Mau serba mudah). Statement sesat: jangan hardwork tetapi smart work/instant gratification
18:12 LR Knost
Pak saya kebetulan pny privilege dimana org tua saya menyekolahkan saya di luar negri saat kuliah. Uang kuliah saya pas2an dibanding tmn2 saya yg anak2 dr keluarga kelas atas. Saat lulus saya sudah di cut off 100%. Untungnya org tua saya sangat membebaskan dalam mengambil keputusan (yg sangat saya hargai). Keuangan kadang baik2 saja tp sering “pas2an”. Opini saya, bkn brarti anak diberi fasilitas, anaknya tdk bs mandiri. Saya dibesarkan bs diblg sangat tercukupi, ada art di rumah dr kecil, tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Saat lulus kuliah saya paham waktunya saya untuk mandiri. Saya cari kerja sendiri, makan dengan gaji sendiri. Dan adik2 saya kebetulan bisa mandiri semua. Kt bisnis tidak diberikan modal sepeser pun. Tidak ada networking dari keluarga, krn kt berasal dr kota kecil dan kt berkarir di kota besar. Tapi untungnya org tua jg tdk perlu kami biayai, inilah saya blg privilage saya. Walaupun saya difasilitasi, org tua saya tetap menekankan untuk mandiri saat kt dewasa. Terima kasih
Ga semua kok mba yang strawberry parens itu menjadikan anak kurang mandiri contoh nya anda meski terlahir dari kluarga yang kaya anda bisa hidup Mandri tapi kebanyakan seperti itu contoh nya aja anak bos saya sebagai pewaris keluarga tapi ga mandiri bahkan kemampuan leadernya ga ada dan kemampuannya sekelas karyawan pada umumnya
betul, banyak orang kaya tetap kaya, anak nya juga kaya, punya cucu, cucu nya pun kaya.. dan keluarga harmonis semua
Iya, betul tidak semua. Tetap banyak juga mereka yg bisa memanfaatkan privilege-nya untuk maju dan bahkan lebih sukses dari orang tuanya secara mandiri.
Kalo dari cerita kakaknya, mungkin poin pentingnya adalah orang tua kakak tetap 'menekankan untuk mandiri saat dewasa'. Sementara strawberry parents yg menghasilkan strawberry generation tidak mengajarkan atau tidak menekankan hal tsb.
Thumbs up untuk kakak dan juga keluarga, meski penuh privilege tp tetap diajarkan pentingnya hidup mandiri
Kalimat terakhir sudah menjelaskan bagaimana orangtuamu mendidik kamu.
itu menurut anda nak...menurut orang laen blm tentu
Terima kasih prof untuk ilmunya. Sbg guru, saat ini di sekolah masalah yg sering saya hadapi bukan tentang kurikulum atau akademik, namun kesiswaan. Contohnya anak-anak yg sering tidak disiplin terhadap aturan sekolah yg sudah ditetapkan dan disepakati. Ketika ditegur, selalu saja ada argumen dari siswa. Sering juga akhirnya mereka "mengadu" ke orang tua dan orang tua menelpon sekolah untuk "membela" anaknya yg sudah jelas salah. Belum lagi anak-anak yang sangat rapuh secara mental. Diberi tugas oleh guru sering mengeluh, atau mengerjakan tugas seadanya, bahkan jg mengabaikan tugas tersebut. Penilaian akhir semester/tahun dihadapi dengan santai, bahkan beberapa siswa mengaku tidak belajar dan lebih memilih main game. Ketika di rapot nilai anak tsb dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), orang tua tidak terima dan protes ke sekolah. Sudah dijelaskan secara kronologis kenapa anaknya bisa dapat nilai seperti itu, tetap saja sekolah yg jadi sasaran karena dianggap tidak menginfokan ke orang tua tentang anaknya. Padahal kami selalu memberikan kesempatan orang tua berkomunikasi kepada sekolah kapanpun. Ya begitulah prof kondisi kebanyakan anak-anak khususnya remaja saat ini dan orang tuanya, dikondisikan serba nyaman, lengkap, mudah dan instan. Tetapi terlepas dari itu semua, sebagai pendidik tentu saya dan rekan-rekan guru tak boleh berputus asa. Kami selalu mengajar dan mendidik dengan sebaik-baiknya, memberikan layanan yg terbaik di sekolah, serta melakukan pendekatan kepada anak-anak dengan optimal. Seperti yg prof sampaikan, kami. ingin mengajarkan values, bukan hasil akhir dalam angka. Sekali lagi terima kasih prof, semoga video ini ditonton oleh para orang tua dan guru
Betul sekali
Relate bgt dg yg terjadi di sekolah saya mengajar
Betul pak guru, di jaman saya aja anak SMP-SMA nya udah bandel2 (zaman 2014-2010) apalagi anak jaman sekarang. Suka bantah, mohon maaf terkadang cenderung kurang ajar yaa. Kl ada anak yg belajar dan nilainya baik spt punya kewajiban mesti memberikan contekan, kl tidak dimusuhi, di bully. Sekolah tidak menjadi tempat yg aman dan nyaman untuk belajar. Untuk tenaga pendidik juga kewalahan dg anak2 zaman now. Orang tua jadi backingan.
Betul saya bukan guru tapi saya sangat concern dengan perkembangan anak,banyak anak toxic dan tidak memiliki rasa hormat kepada yang lebih tua,memprihatinkan,,
Terkadang orang tua merasa sdh membayar sekolah jd yaaa jadikan anak saya pintar titik (apalagi sdh bayar mahal), tanpa mau tau proses yg terjadi selama belajar mengajar. Pdhl anak hidup lebih lama di rumah bukan di sekolah, jd proses belajar sesungguhnya terjadi di rumah. Semangat terus untuk semua guru/pendidik.
Syukurlah alm bapak dan ibu mendidik kami dengan disiplin. Kami 4 anaknya dibiasakan cuci piring, menyapu, mengepel, cuci dan setrika baju, bahkan masak. Diberi teladan oleh bapak untuk suka berbagi. Dibiasakan untuk belajar dengan teratur.
Disiplin itu saya terapkan saat menjadi guru. Di kelas tampak sekali banyak orang tua yg memanjakan anak. Banyak anak yg tidak mau mengerjakan tugas, tdk diajari sopan santun.
Orang tua mestinya tahu bahwa mendidik anak tanggung jawab mereka. Sekolah hanyalah membantu mereka dlm mendidik dan mencerdaskan. Bukan seluruh tanggung jawab pendidikan diserahkan pada guru.
Pak Profesor Renald Kasali terima kasih pencerahannya. Saya setuju anak mesti dididik kemandirian dan tanggung jawab.
👍🏻👍🏻🙏🏼 pasti lebih hebat..dr sy.
Ini rata-rata dialami ART saya. Hampir semua ART saya curhat kalau dia harus menopang masalah anaknya. Art saya dari yang usia 45 tahun sampai 70 tahun masalahnya sama. Anak-anaknya udah tua, udah berumah tangga, ibunya sampai kerja jadi ART karena si ibu sibuk menopang biaya hidup buat si anak. Dari si anak mau nikah, cucunya sakit dia yang tanggung, anaknya ga punya perabotan, rumah, mesin air. Belum lagi anaknya yang tinggal di rumah kerja serabutan sampai ibunya terlilit rentenir, gadai rumah, jual rumah demi bela2in anaknya. Anaknya udah punya anak dua-tiga tapi masih bergantung bahkan sampai mau adain ultah cucunya dia yang keluar uang. Saya dalam hati gemes. Tapi mau bagaimana pun pasti dibela sama ibunya.
Lah sama kayak art saya dulu. Sampe ulangtahun jg si art yg mbiayain. Pdhl cucunya bukan anaknya. Dan anaknya saking terlalu dibebaskan hamil diluar nikah sampe 2 org.
@@RasyidKarimakarim ya, yang saya soroti adalah gaya hidup dan pola pikir mereka. Saya yang mampu aja berpikir ulang untuk foya-foya seperti ulang tahun. Tapi dia yang rumahnya di gubuk bambu adakan ulang tahun cucu sampe keluar uang jutaan. Mind set mereka yang serba manjakan anak dengan alasan kasihan. Pengen anaknya ga ngerasain susah. Padahal yang orang kaya pengen tanamkan ke anak kalo untuk dapatkan sesuatu harus berjuang dulu. Kayak keluarga paris Hilton. Keluarga Saskia Mecca dan Hanung. Jadi saya lihat mereka miskin karena pola pikir. Investment mereka lebih buat gaya hidup nurutin gengsi supaya bisa menyamai gaya hidup orang kaya. Andakan hajatan sunat sampe belasan puluhan juta. Padahal kalo ga dirayakan pun bisa.
Jgn semua di salahin ke anak juga, mungkin org tuanya kurang mendidik masalah ekonomi dari dini JD bingung dia mau usaha apa
Sammma... Kdg gemes dgr curhatannya
Setuju Prof. Penting membentuk anak yg berani, bs mengatasi masalahnya sendiri, disiplin krn dunia kerja nggak hanya theory tp perlu integritas dan praktek2, dan EQ jg
Terimakasih buat papa dan mama yang ngajarin ini semua. Walaupun secara komunikasi papa ku kolot banget tapi beliau benar2 mendidik kami mandiri, kuat, dan memiliki peran dalam keluarga dan masyarakat. Hal2 tersebut justru membuat kami dapat lebih fleksibel dalam menghadapi masalah yang pasti ada jalan keluar baru aku tau istilahnya yaitu adaptif *cmiiw. Ingat banget disaat bbrp teman2 pada nyogok masuk SMA negeri wktu itu papa ku bilang, nggak ada cara2 bgtu kalau sama papa. Mau masuk sekolah impian ya usaha yang jujur. Dari sejak SMP udah diskusi buat bagi2 tugas tanggung jawab, cuci baju sendiri masing2 sampai kami ada jadwal penggunaan mesin cuci hehe..., nyiapin baju sekolah, setrika masing2, tugas bersihin rumah, masak, bersihin kamar mandi. Dulu ingat banget ngerjainnya ogah2an, suka mikir kenapa ortuku tega banget sama kami, di suruh2 melulu kayak babu. Ternyata pas udah dewasa justru berterimakasih banget. Semoga kami dapat meneruskan pendidikan2 baik orangtua kami. Diberikan umur dan kesehatan yang berkah buat mereka.
Bener bgt merasakan hal yg sama. Skrg baru ngerti
Maasyaa Allah mantap, kyk gen halilintar didikan bagi bagi tugas kerjaan rumah ke anak", ada bagian masak, bagian cuci baju, bagian jemur baju, bagian bersih" rumah, bagian perlistrikan, dll
Luar biasa ada 13 yg harus kita hindari sebagai orang tua, utk mendidik anak. Luar biasa Prof R.K.
Hidup itu harus memahahi arti sebuah perjuangan,jgn mudah menyerah,terus berjuanga utk jadi pemenang.
Setuju pak. Dikeluarga saya adalah keluarga orang Jawa. Ayah ibu dari Jawa. Saya dan adik lahir di bandung. Saya dididik ibu untuk bisa mengurus rumah. Mandiri. Bekerja keras itu dilakukan ibu agar anak2nya bisa bertahan di masa depan
Kalo semua orang tua di Indonesia bisa menerapkan ini semua saya yakin satu generasi lagi bangsa ini akan jadi bangsa yg unggul dan maju
🖐️😍 saya generasi millennials Prof, yang saat kecil setiap kali lebaran nangis minta dibeliin eskrim Viennetta. Sekarang saya tinggal di luar negeri dan saya bersyukur punya orangtua yang luar biasa.
Kl yg sy lihat, ada byk tipe keluarga yg sgt mementingkan anak laki2, sehingga selalu mendukung apapun yg anaknya mau walaupun anaknya jadi tidak mandiri. Tdk masalah anaknya gagal terus, tetap dibiayai sampai anaknya dewasa. Termasuk apabila anaknya melakukan hal yg melanggar hukum.
Yg saya tahu malah anak yg perempuan yg di manja, laki2 disini didik mandiri
Termasuk saudara istri Sy sendiri yg dididik manja, besarnya mau menginjak umur 25th Masih suka keluyuran, pacaran pulang malam, sy yg kakak ipar yg berani mencelanya smpe dia baper, Krn org Tua nya tdk mau tegas sm anaknya perempuan tsb
@@janethes3342 sebenarnya sama aja kok kak.. aku dan adikku sudah terbiasa melakuka apa2 sendiri. Bahkan untuk kos kami memilih kosan yg ada dapur biar bisa masak sendiri, g jajan. Beda dengan bapak yg bener2 terlahir dari keluarga strawberry. Alhamdulillah ibu selalu mengajari kami seperti itu.
Saya 4 bersaudara dan saya anak laki seorg. Org pd bilang enak dong lu dimanja. Boro2 dimanja, bokap didikan keras. Sampe rasa marah. Inget pas br kuliah di jkt, uang mkn abis, duit kost blom bayar. Duit tinggal dikit, dulu cuma ada wartel yg mahal kl interlokal. Gambling duit buat mkn atau buat telp bokap minta duit. Pilih telp. Jawaban bokap singkat "lu udah lbh dr 17thn udah bisa cari mkn sendiri! Telp ditutup, bayar wartel sambil kesel bgt rasanya 🤣 2hr kemudian dateng paket dus besar dari bokap. Isinya kue pia dgn tulisan, modal sekian lu jual titipin di warung2! Anjay..😅
Tp gue bersyukur hari ini, mental sales jualan kue dl kepake pas mulai kerja, skrg bisnis sendiri
Adalah lebih baik menjadi juara kelas, namun alangkah lebih bijaksana & penting jika menjadi JUARA KEHIDUPAN.
Terima kasih banyak prof buat pencerahannya, sehat terus👍🏻🙏🏻
Ini yg saya banyak liat di teman sebaya saya di usia 20-25 tahun, banyak yg sudah menikah di awal 20-an. Meskipun anak itu sendiri blm mapan, tapi orang tua sudah memenuhi kebutuhannya sebagai pasutri. Mulai membiayai penuh pernikahannya, menyiapkan rumah, sampai membiayai kehidupan rumah tangganya. Dibanding era sebelumnya orang banyak yg menikah usia 27-35 tahun karena masih menyiapkan mental dan ekonominya.
Ya kaya saya, 33 blm married blm siap mental 🙀
Saya 25 belum menikah karena belum ketemu jodohnya 😭😂
Ya tentunya hal ini gak berlaku untuk 20-25 yg sudah nemu jodoh & berkemampuan finansial toh?.. kalo uang sudah banyak, jodoh sudah ketemu masa mau ditunda? 😊
@@ferdiemvira y jls lain cerita lah kalo gitu, 🤣
sbnernya mau nikah d usia 20 /25 atau d atas itu.asal mental cukup utkk mnjalani rumah tangga pasti bissa.dgn kerja kerass dll.manjemen keuangan hrs bgus jg.jgn terbawa gaya hidup.pasti bisa branjakk kelakk.
Kalau hanya masalah ketinggalan pesawat butuh bantuan orang tua, ya gimana mau selesaikan masalah yg jauh lebih besar n menuntut tanggung jawab besar?
Benar kata prof, "melatih anak jauh lebih baik dan mulia drpd selalu menyelesaikan mslh anak"
terima kasih Prof...ilmunya menjadi tercerahkan bagaimana mendidik anak jaman now, untuk menjadikan mereka tangguh dan pengingat kami untuk tidak terjebak sebagai strawberry parents
Ketika anak belajar jalan , jatuh jangan ditolong , beri semangat untuk bangun dan ketika dia mengeluh sakit lecet , beri dia jempol dua dan senyum lebar dan kerlingan mata . Itu pelajaran ibu saya yg hidup di era penjajahan Belanda dan Jepang . Ternyata ampuh dan membuat kedua anak saya dan murid2 saya tahan banting . Kini saya terapkan ke cucu saya walau suami anak saya kurang setuju .
Setuju dan terima kasih Prof. Rheinal
Wah hebat, anak saya juga saya gituin.
@@genesisKMZWA8AWAA terima kasih , sebagai persiapan hidup mandiri dan terjun ke masyarakat
Topik yang bagus. Kemarin-kemarin kayaknya nge-blame anaknya. Padahal perilaku anak itu tidak terlepas dari didikan orang tua. Tidak ada namanya "udah zamannya" dan perilaku anak terbentuk dengan sendirinya. Semua itu berasal dari orang tua.
Setuju.
Semua dari orangtua
Trmksih Prof atas ilmu2 parenting nya, alhamdulillah sy puya ortu yg menerapkan bnyak poin2 yg Prof sampaikan, saat sy kecil kadang suka sebel klo diatur org tua meski tetap nurut😂. Ajaran ibu sy yg dulu kesannya biasa saja : klo main harus mau berbagi (jangan serakah), gak boleh nakalin anak org (jadilah org baik), klo dinakalin kmu berani lawan selama bukan kamu yg nakal duluan-klo takut ya sudah pulang aja gak usah main (berani krn benar dan belajar menilai resiko sblum ambil tindakan ). Sekolah itu buat kamu sndiri, bukan buat Ibu, jadi klo kmu belajar nilai mu jd bagus kmu yg akan bangga, klo gak belajar nilai jelek kmu jadi malu ya salah mu sndiri (menimbang baik dan buruk), tp klo tiap ambil raport apapun hasil nilai anak2 nya (beda2 ranking nya) gak pernah mmbandingkan dan bilang "kan yg penting kmu sdh belajar dan bukan hasil nyontek" (apresiasi atas hasil kerja keras diri sndiri). Kalo habis makan cuci piring masing2 (tanggung jawab), gak boleh ambil uang yg bukan milik kalian, meski koin di meja itu pasti punya ibu dari kembalian belanja😂 (kejujuran), uang jajan dikasih setiap hari meski hari libur, tp harus ditabung (apalgi klo ingin beli sesuatu) dan tiap bulan masing2 anak2 nya disuruh hitung hasil celengan (manajemen keuangan). Tiap hari bantu beliau bikin kue buat jualan (hidup itu penuh perjuangan dan jalani dgn ikhlas). Alhamdulillah kami anak2 nya bisa nyicip jadi sarjana dari Ibu hebat yg hanya bisa sampai 4 SD krn kesulitan ekonomi , dan buat keluarga kami yg sederhana dan serba terbatas sdh sangat bersyukur. Mudah2an sy msih diberi rejeki anak agar nilai2 luhur ajaran ortu bisa diwariskan, semoga org tua kita semua selamat dunia akhirat, amin..
Ibu anda adalah Perempuan hebat 👏 nilai2, budi pekerti luhur, selalu di terap kan dlm keseharian, dlm mendidik anak2 nya. Semoga beliau sehat2 Dan panjang umur. Salam yaa buat beliau 🌹
Yang diajarkan ibu anda itu ga akan didapat dari pendidikan formal mba. Mesti diajarkan oleh kakek nenek anda (Ayah ibunya juga). Jadi tak peduli ibunya cuma sampai 4 SD. Karena banyak juga yang ibunya udah sarjana pun ga paham hal2 kyk gini penting dipahami dan diajarkan ke anak2.
@@wiwiekrianthi7231 amiin..trmksih Mba
Terimakasih pak,bpk selalu jadi panutan saya dalam melihat kehidupan ini,bpk orang yang cukup bijak yang saya kenal walau hanya di TV dan dunia maya,setiap bpk tampil di layar kaca khususnya acara ILC saya pasti nonton karena senang melihat bpk adu argumen dan data sehingga disitulah saya melihat bpk sangat mapan dalam pengetahuan,salam hormat buat bpk dari kami di Papua🙏
Terimakasih banyak prof, akhirnya saya paham jika orang tua saya termasuk demikian. Panjang umur dan sehat selalu ya prof, Indonesia masih membutuhkan ilmu dari prof 🙏🏽
cees ccfd..,
Terima kasih ...sy orang tua sedang menghadapi masalah , anak saya secara intelektual berpendidikan S2 dan mau melanjutkan S3 karena tuntutan jabatan., yg jadi permasalahan sampe sekarang dalam bertindak selalu tidak menggunakan akal sehat yg seharusnya dulakukan sesuai kemampuannya dan tindakan tersebut membuat kehidupannya sangat menderita dan ini selalu disampaikan orang tua....tapi ketika orang tua atau adiknya memberi pendapat selalu disalahkan...dan tidak mau mendengarkan...dan masalah ini berlangsung terus sampe sekarang yang membuat kami keluarga pusing entah bgm menyelesaikannya....dan satu hal benar itu adalah kesalahan kami sebagai orsng tua dalam mendidik anak yg tdk memberikan kesempatan untuk mandiri....dulu setiap apa kesusahan anak selalu orang tua ikut campur ...termasuk masalah keuangan dll shg ansk tidak merasakan bgm sulitnya kehidupan ini....untuk Prof bgm cara mengatasinya....perlu disampaikan anak sy hidup di jakarta dan kami dikota kecil yg jauh... dan sampai saat ini hal itu sangat membuat orang tua berbeban...mau diam saja...dan apa mau bertindak selalu menuruti anak ...tetapi jika dituruti terus itu salah dan semakin membuat anak akan tdak mampu mengatasi problem ditengah kehidupan jkarta yg keras
Materinya parenting ini tdk hanya utk org tua muda tapi juga org tua senior, biar jgn yerjebak jadi strowberi parent.
Prof ini sangat keren , memang ada sebagian orang tua yang seperti itu memaksakan kehendaknya kepada anak .
Terima kasih Prof. Reinal. Terkadang kami orang Tua terlalu banyak kekhawatiran berlebihan. Terhadap buah hati. Dan ini sering dihadapi kaum Ibu. ❤️
Mungkin semua itu berawal dari pandangan hidup yang keliru, yaitu bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan (dalam arti jabatan yang tinggi, uang banyak, mobil mahal, rumah mewah, dsb). Orangtua yang meraih semuanya itu dengan kerja keras dari bawah ingin anaknya menikmati semua itu tanpa harus kerja keras. Padahal kemewahan itu hanyalah "mainan" dalam kehidupan, sedangkan kerja keras itulah yang membentuk karakter dan kemampuan kita yang jadi landasan bagi kesejahteraan hidup kita.
Karna di masy lingkup terdekat sudh terbentuk sprti itu perlakuan untk orng bermobil/punya jabatan beda dgn yg tidak punya 2hal trsbt , tapi apakh tidk punya dua hal tersebt bs dpt perlaluan dgn orng yg punya 2hal tersebut? Bisa tp ga mudah harus punya sifat dableg yg tinggi ,
Dan skill bertahan hidup yg bagus , nah para masy bs ga hilangin sifat deskrimnsinya yg diajeni orng yg punya nilai dan sifat bijaksana bkn yg bermobil/berjabatan tp kelakuan kaya dajjal ,ortu pasti takutkan anak2 mereka kena deskrimnsi kehidupan bermasyarkt ,
Komen cerdas
Setuju...menggunakan harta untuk kebahagiaan itu useless,Karena kebahagiaan cuma emosi,yang harus di kejar itu POWER atau KEKUATAN yang bisa di pertahankan.
@@jakaalatas8938 Betul bahwa kebahagiaan itu tidak perlu dikejar-kejar. Kebahagiaan itu hanya efek samping dari suatu kehidupan yang "lurus", yang berjalan pada jalurnya. Jika kita hidup sesuai dengan panggilan/ takdir/ ikigai kita, maka hal-hal yang lain dapat tertata dengan rapi.
Menurut pengalaman saya selama jadi anak, anak akan merasa berterima kasih sekali kalau ada nilai2 ini yg ditambahkan pd fondasi kehidupannya. Kenapa anak harus terus berjuang hidup selain untuk menjadi penerus keturunan keluarga & menjadi kebanggaan orang tua. Nilai nilai tsb rata2 dicari sendiri oleh anak dalam perjalanan hidupnya. Ada yg terpikirkan utk mencari, ada yg tidak. Yang tidak ya banyak yg hidupnya terasa seperti badan yg berjalan dengan jiwa yg kosong.
Jaman pun sekarang sudah semakin kompleks. Generasi kita makin muda makin menghadapi ketidakpastian yg luar biasa. Pandemi, perubahan iklim, persaingan yg luar biasa akibat banyaknya populasi di dunia. Bukan generasi yg sekedar gampang ngeluh juga kok.
Keluarga saya broken home sejak lama, tidak peduli sama anak. Secara tidak langsung mereka memberi saya kebebasan menjadi apapun. Alhamdulillah sekarang saya bisa membeli rumah sendiri di usia 25 tahun dan menafkahi mereka.
,👍
Hebaat
Terima kasih ilmunya Prof. Mungkin ini cukup telat buat didengar orangtuaku, tapi bisa kuserap buat bahan pembelajaran sebagai calon orang tua kelak. Alhamdulillah kalau dari soal fasilitas orangtua selalu support, tapi kadang terkesan terlalu memanjakan apalagi buat anak-anak cowoknya yang selalu dianakemaskan. Dari kecil cuma anak cewek yang diwajibkan pegang kerjaan rumah, ngepel, masak, dll. Anak cowoknya selalu enak di rumah, sementara yg cewek pernah merantau dan belajar mandiri. Akhirnya begitu dewasa mulai keliatan yang cowok-cowok jadi manja dan kurang adaptif.
Masya Allah Pak Renald, guru sejati, guru kehidupan 😍
Sebagai anak cewek pertama dididik keras utk mandiri dan tanggung jawab/ tugas. Daftar SMP, SMA aja sendiri, tidak didampingi ortu. Bayar pendaftaran dll juga sendiri😅. Adek cowok terkecil jarak umur jauh, tidak dididik keras, dimanja ibu. Alhasil aku yg turun tangan, jangan sampai adekku jadi anak manja, cowok besok banyak tugasnya. Dia boleh main game, tapi nilai sekolah dan tujuan sekolah dia yg tanggung jawab. Kalau disuruh bantu2 di rumah, masih mau. Dia juga mandiri sekarang, daftar kuliah aja nggak bilang2😅.
Masih kecil nggakpapa masih butuh bimbingan..jngan terlalu
Terima kasih prof , pelajaran ini memberi inspirasi dalam membawa ceramah agar orangtua mendidik anak , selain takut akan Tuhan , mrk hrs berani , jujur,peduli dg sesama 🙏
Terima kasih pak profesor, semoga jadi amal jariyah yg senantiasa terus mengalir pahalanya buat pak profesor dan keluarga 🙏🙏🙏
Aku anak broken home. Jujur aku nggak ngerti istilah beginian. Ayahku jarang pulang, ibuku udh sakit dari aku masih smp. Dulu ketika aku sd, aku juga pernah sakit yg membutuhkan obat yg harus rutin diminum dan nggak boleh telat. Aku didiagnosis dokter ketika kecil kalo otakku abnormal karena dampak dari penyakit kejangku di waktu kecil. Aku lupa namanya apa di dunia kedokteran, karena itu aku butuh obat keras khusus yg harus rutin diminum sampe habis. Telat dikit, aku harus minum obat itu dari awal lagi. Selama 4 tahun aku minum obat itu. Kadang penyakitku suka kambuh kalo aku kecapekan, ibuku yg selalu setia menemaniku dan merawatku sampe aku sembuh. Obat itu juga nggak murah. Tapi ibuku bilang, yg penting nita sembuh, mama akan lakukan apapun. Dan ya, usaha dan ikhtiar ibuku Tuhan kabulkan. Ketika aku masuk kelas 5 SD, kejang itu berhenti total. Meski aku didiagnosis abnormal oleh dokter, tapi aku berhasil melalui semua pelajaran di sekolah dengan baik dan bahkan pernah dapet rangking juga.
Ibuku tipe orang yg nggak mudah percaya selain keyakinan dari dirinya sendiri. Dan ibuku percaya aku akan sembuh. Itu terjadi padaku.
Meski ayahku kayak bang toyib, sungguh, aku tak peduli sama dia. Aku malah merasa aneh kalo dia pulang. Asing sama ayahku sendiri karena keberadaannya hampir nggak pernah ada di rumah.
Dan ibuku juga nggak peduli. Dari kecil udh biasa hidup sulit dan dididik keras oleh nenekku, itu membentuk ibuku jadi pribadi yg tangguh dan bermental baja. Tapi, aku sadar, ada kalanya ibuku salah dalam mendidik. Di usia kecil, liat ortu berantem di depan mata sendiri, itu secara nggak langsung memaksa diriku jadi dewasa sebelum waktunya. Aku malah yg sering minta ibuku untuk tinggalin ayahku dulu. Tapi ibuku tetep nggak mau. Aku nggak ngerti sama pikirannya, tapi karena ibuku yg udh rawat aku dulu sampe aku sembuh, ketika dia sakit, aku jadi punya kewajiban untuk merawatnya sampe dia sembuh. Masuk rumah sakit 2 kali, pernah koma seminggu, itu ngabisin biaya yg nggak murah. Untung ada bantuan dari pemerintah. Jadi, masa2 sulit itu terlewati.
Sekarang, setelah beneran bercerai sama ayahku, ketika dihadapkan harus memilih siapa, aku dengan tegas bilang sama ayahku kalau aku akan pilih ibuku. Dia kondisinya udh nggak bisa apa2 sendiri. Sedangkan ayahku sehat walafiat. Cuma nyusahin diri sendiri aja dan nggak sadar2. Aku cape berusaha menyadarkannya dan memutuskan udh tinggalin dan lupain selamanya. Cuma ibuku yg aku pedulikan. Aku nggak masalah meninggalkan impianku sementara demi merawat ibuku. Dulu, ibuku juga begitu waktu aku sakit. Mengorbankan segalanya supaya aku bisa sembuh. Dan itulah yg aku coba lakukan. Aku nggak akan nikah sampe aku tuntas merawatnya hingga nafas terakhirnya. Itu janjiku sama diri sendiri. Masa kecilku yg suram, sudah jadi pelajaran keras buatku untuk jangan salah dan memilih pasangan. Semuanya berawal dari salah dalam memilih pasangan.
Dan aku takut jadi orang tua. Ada banyak hal yg membuatku takut. Karena itu kalo memang aku nggak menemukan jodohku sampe aku mati dan nggak nikah2, ya gapapa juga. Bahagia nggak harus nikah, kan? Lebih baik sendiri dan melakukan hal yg berguna dan bermanfaat untuk orang lain.
Bahagia adalan kita yg menentukan mb
Semangat & sehat selalu ya mba Nuta. kita punya nama panggilam sama & kisah hidup yang hampir sama.
It is yourself who can define your own happiness... don't let anybody do it
Makasih prof pencerahannyaa... Saya kecil banyak mengeluh karena selalu diajarkan mandiri, sejak SD setrika sendiri, SMP sudah boncengin orang tua belanja keluar kota naik motor, dilibatkan untuk ambil keputusan saat ada acara dengan keluarga besar, dilarang takut hewan harus langsung cari pemukul, rasanya nyesek dulu... Harus selalu bisa apapun, tidak takut apapun, selalu di challenge terus2an tapi ternyata sekarang bersyukur sekali... Reparenting, ternyata itulah kemampuan terbaik orang tua untuk melatih kita tangguh dan bisa mengandalkan diri sendiri.
Peduli dengan orang tua... Peduli dengan sekitar..tidak mudah mengeluhkan keadaan, kita kudu punya self driving...
Terima kasih banyak prof ❤
Cerita nya hampir sama dengan sy Bu , Alhamdulillah setelah bapak engga ada sy bisa survive
Kebnyakan ngamuk waktu kecil tapi berterima kasih waktu besar
Masya Allah terima kasih prof sdh share ilmu parenting yg sgt kami butuhkan saat ini 😇
Terimakasih prof Rhenald atas ilmunya yg luar biasa. Menambah wawasan saya sbg orang tua dlm mendidik anak2 di jaman yg sangat berbeda dg jaman saya dulu.
Pak Rhenald Kasali...
Saya anak pertama dari 3 bersaudara
Di Keluarga saya anak pertama dan anak terakhir di ajar untuk secara keras untuk mandiri
Tapi hal ini tidak dilakukan ke anak tengah, dia sejak kecil sudah di manja
Kini ketika kami semua berusia di atas 40 tahun dan sudah berkeluarga...
Anak pertama dan terakhir selalu dipaksa dan didoktrin untuk tetap membantu si anak tengah
Note :
Berkat didikan keras, anak pertama dan anak terskhir kini bisa mandiri secara finansial dan fisik
Sedangkan anak tengah masih tetap di " suapin" oleh kami berdua dan orang tua kami
Terima kasih atas pencerahannya, S7 sekali. kadang didikan ortu dulu lebih baik, meskipun agak kasar; disiplin dan sanksi yg diberikan membuat kita kuat, tegar dan mampu menghadapi hidup yg keras. Sometimes to much love will kill u....jgn terlalu memanjakan anak berlebihan. Prima 👍Prof.
Ilmu sgt berharga buat saya yg seorang pendidik di sekolah.. Thanks a lot Prof. ..
Terimakasih Prof. Bersyukur orang tua telah mendidik dgn bijaksana 🙏🙏
semoga dengan pencerahan dari prof rhenald dapat membuka paradigma baru mengenai parenting yang kurang tepat dari orang-orang tua di negeri ini.
Sy termasuk yg melayani anak spt bos, tapi sy dan suami jg membiarkan dia selesaikan kesulitan dan menerapkan aturan. Terimakasih pembelajaran nya pak, sy sdh membaca buku "Sentra" dan anak kami pun sekolah di sekolah sentra
Terimakasih prof. Ternyata sebagai ortu ...kita juga harus belajar terus sesuai perkembangan jaman. Di tengah gempuran kemajuan teknologi seperti skrg..tantangannya jadi dobel.
Bener banget...umur udah kepala 5 hrs belajar alat2 tehnologi kdg otaknya udah lemot, di ajari sekali 2 kali msh gak mudeng😂😂
Benar benar kagum sama Prof Renald.
Mengikuti kuliah gratis yang sangat bermutu.
Terimakasih banyak ❤
Sebagai anak saya sedih denger ini. Orang tua sudah terlambat dan tidak akan berubah. Saya juga sudah besar sehingga untuk berubah saya harus mati-matian.
Mudah-mudahan nanti saat punya anak saya bisa menerapkan ini.
19 menit dengan paket yang komplit... Terimakasih prof 🙏🙏 RUMAH PERUBAHAN untuk seluruh masyarakat...
Hal paling prinsip yg harus kita ajarkan kepada anak2 kita adalah bahwa semua hal yg mereka lakoni dalam hidup ini harus berlandaskan moralitas yg tinggi.
Terimakasih prof , kegsgalan terbesar pendidikan yg dipertontinkan dengan terang benderang membiarjan ansk orang tertentu bebas melenggsng nasuk ke fskultas negeri tanpa jerih payah , luar binasa 🤮🤮🤮😭
Sangat inspiratif sekali, sebagai guru saya sgt sepakat sepenuhnya dg yg disampaikan oleh prof. Semoga jg disepakati oleh banyak orang tua dari anak2 mereka yang sedang bertumbuh, dan semoga kita bs mjd orang tua yg mampu membersamai anak2 kita dlm berproses pembentukan mental dengan bijak ❤
Topik yg sgt penting dan menarik. Kalo orgtua gagal mendidik, setidaknya sy sbg calon orgtua bisa memberi perubahan bagi generasi selanjutnya ❤
Saya dilatih untuk 'disiplin dan bertanggung jawab', tapi begitu saya bikin keputusan sendiri saya dibilang bodoh dan sok tau. Mau disuruh jadi rajawali tapi setengah2 aja.
Mengikuti jadwal milik sendiri (karena kesibukan dan perbedaan kebiasaan) pun dibilang malas.
Begitu selesai dimarahi tanggung jawab saya dirampas dan dikerjakan dengan tambahan celaan lagi. Seakan-akan saya orang yang gak mau bertanggung jawab. Gak mampu hidup tanpa orang tua, gak mandiri, gak mampu bekerja, gak dewasa.
Kadang agak bingung, sampai kapan harus menahan diri, dan reparenting diri diam-diam begini terus.
Kapan saya bisa keluar dari penjara ini?
*memang saya tau mereka punya masalah dalam melampiaskan amarah. Lama2 capek jua sih tapi...
Lekaslah mandiri dan bertaggjwab atas hidup kita sendiri
Revolt adalah satu bentuk siapnya mengambil keputusan dan tanggung jawab.
Yg sprt ini tdk di dapat di dunia perkuliahan dan di pelajaran sekolah, thank ptof atas ilmu yg di ajarkan ttg parenting ini
Luar biasa ilmunya, Prof.
Semoga saya dan bapak2 semua bs menjadi orangtua yang baik untuk anak2 kita, generasi penerus Indonesia 🔥🔥
Banyak anak2 yg berperilaku demikian dikarenakan contoh serta didikan ortunya, namun demikian masih masih booaanyakk anak2 Indonesia yg santun, sholeh sholehah dan birul walidain, oleh krn itu kita sebagai ortu ayo didik anak2 dg contoh dan ajaran yg benar 🙏🙏
Trimakasih prof, ilmunya yg slalu uptodate,, saya akan terapkan ilmunya ke anak laki laki saya sejak dini
Harusnya pak Rhenald diangkat jd Menteri Parenting spy next generation kita tangguh2, tdk fanatik sm agama, membuka mata thd dunia luar dan menghadapi era globalisasi dunia di thn2 ke depan dan menghasilkan generasi2 penerus bangsa yg hebat2, takut kpd Tuhan dan tangguh serta cerdas
Jgn sampe pula kayak negara2 maju yg pada gak mau punya anak atau childfree
Generasi strawberry tdk hanya menghinggapi masy perkotaan tp sy lihat bahkan org2 desa pun Skrg byk yg mendidik anak2nya dgn gaya strawberry parenting
Prof Renald Khasali banyak memberikan wawasan dan bagaimana kita seharusnya bersikap dan mengawal anak menuju pribadi2 yang mandiri
Betul sekali Prof. Saya sering mendengar pandangan orang tua, "SAYA SUDAH SUDAH DULU, ANAK SAYA TIDAK BOLEH SUSAH JUGA" Padahal untuk menciptakan pribadi yang kuat harus melalui semua kesusahan itu
Makasih Prof. Ini ilmu bagi saya dalam mendidik anak-anak saya. Umur saya 34th. Miliki 2 anak. Semoga saya bisa jadi orang tua yang berhasil mendidik anak-anak saya. Kelak kuat & bijak menghadapi kehidupan yang semakin tertantang
Semangat kak,..,.. kalau punya anak jangan di didik suka bermain HP itu pesan dari dosen saya...... 😁 Harus dibatasi jangan sampai seperti generasi bocil2 skrg 😅
@@analogman32 betul, ajari untuk barmain diluar rumah
Masyaallah beruntung sekali generasiku bisa mendapatkan banyak ilmu dari Prof. Rhenald Kasali, tak kenal usia dan semua aspek kehidupan ilmunya sangat bermanfaat bagi sesama. Panjang umur dan sehat selalu ya prof. Barakallah 🙏
Setuju dengan apa yang disampaikan prof. Dari berbagai sudut pandang, baiklah semua orang tetap belajar. Ketika menjadi orang tuapun adalah proses belajar, belajar untuk menyeimbangkan perilaku, karena itu yang akan dilihat dan dicontoh anak anak, terima kasih prof 😊
Generasi SINGKONG...jdikan ank anda sprti tanaman SINGKONG..yg mudah tumbuh dmna sj (badaptasi) dn tahan trhdp cuaca ekstrem (mental dn dy juang) dn umbiny sngat mnyehatkan ( bmanfaat u ssama)
.....indeks glikemik rendah, bagus untuk penyandang diabetes ❤
Saya IRT 2 anak laki²,, umur 8 dan 5,5th
Salahkah saya jika:
1. Membatasi uang jajan harian mereka
2. Jika ingin membeli mainan selalu membatasi harganya
3. Meminjamkan HP hanya hari sabtu, itu pun cuma 1 jam
Soalnya dg cara seperti ini selalu dibilang ortu pelit dan kaku
Gak apa apa di bilang pelit dan kaku. Dr pada ngasih Bom wktu ke anak nunggu siap siap meledak dueer.. Pusing ntar ngatasin ledakkan.
Perilaku anak, tergantung darinPola Didik orang tua. Terkadang Orang tua, mereka Pikir dengan memberikan segala macam Fasilitas, untuk kenyamanan anak. Tetapi tanpa sadar disaat yang sama, Orang tua telah Membentuk karakter anak, menjadi Pribadi, yang Malas, Tidak bertanggung Jawab..!! Dan tidak Pernah Menghargai Orang lain. Malas. Tidak Takut akan Tuhan..Inilah Mental Rusak yg dibentuk Orang tua, yang merasa Mampu untuk dapat Melakukan segala sesuatu. Orang tua membentuk Pribadi anak , dengan Mempunyai Mental, ' Untuk Mendapatkan Segala sesuatu dengan Mudah, tanpa Memikirkan Efek dari Penbentukan Karakter Anak dimasa depan...!! Terima kasih Pak Untuk Parenting yang Luar biasa. .!!! 🙏😇👍. God bless you Pak. 🙏
Maasya Allaaah sungguh sangat bermanfaat.
Dari AWAL SAMPAI AKHIR SEMUANYA SANGAT MENYENTUH.
Saya punya anak satu, sehingga saya cenderung memfasilitasi segalanya dan overprotektif.
Terima kasih ya Prof atas semua nasehatnya.
Semoga Prof sehat selalu dan panjang umur.
Terimakasih pak prof,, atas ilmuny, saya guru honorer d lereng merbabu sangat terbantu dgn adany cahnnel ini....
Terimakasih banyak prof, atas wawasan dan insight nya... Sebagai praktisi kesehatan jiwa sekaligus ayah dari anak yang masih batita, saya sangat relate dan banyak mendapat manfaat dari ulasan ini... Semoga saya, dan semua rekan2 yang melihat ini, bisa benar2 menerapkan dan mendapat manfaat maksimal ....😇😇😎😎👍
Kebanyakan anak jadi korban obsesi org tua shg anak hrs menjalani hidup sesuai obsesi org tuanya.
Shg anak tdk menjadi dirinya sendiri, dia menjadi org lain hasil cetakan org tuanya. Maka anak melakukan perilaku menyimpang & pelampiasan dlm hidupnya.
Fungsi org tua bkn menjadikan anak sbg obsesi tapi menjadikan anak menjadi dirinya sendiri.
Fungsi org tua hanya mendukung anak utk menjadi dirinya sendiri & memilih jalan hidupnya sendiri.
Shg anak makin dewasa & makin mandiri, jadi org tua banyak diskusi dgn anak, bukan banyak konflik dgn anak.
Gapapa lah prof, hitung2 mengeliminasi persaingan bagi kami para org tua yg mendidik anak2 dengan cara boomer mendidik kami: tegas, rasional, penuh tanggung jawab & paham konsekuensi.
Miris melihat org tua yg protes lebay saat guru mendidik dgn "tegas" di sekolah.
Kalo saya ngajarin anak untuk ngerasain susah, sy yakin jg banyak org tua lain yg begitu 👍🏻 tp lbh banyak yg ekstra memanjakan yg jemput sekolah aja mesti antri bawa mobil padahal rumah deket 😂
Suka komentarnya mbak... saya juga insya Allah mau seperti ini utk kebaikan anak2 saya di masa depan. Saya ingin mereka tangguh, resilience 💪
Sama kak, saya jg tegas kpd anak, anak ikut serta berperan mengurus rumah. Tapi bagian rumah dekat antar jemput pakai mobil bukan untuk memanjakan anak ya, itu karena saya ga bs naik motor, plus kalo hujan/panas kan repot banget 😅😅
Terimakasih Prof atas berbagi ilmu yang sangat sangat berguna bagi orang tua untuk mendidik anak anaknya.
Ini jd issue besar di klrg saya dr dulu. Papa sy jg tipe yg maunya take over smuanya termasuk hidup anak2nya. Dia ambil smua kputusan even ktika anak2nya sudah besar. Sy bersyukur bs dpt kesempatan utk keluar dr rumah once lulus kuliah. Saya milih ngekos saat mulai kerja krn ngga tahan sm controllingnya papa saya.
Sayangnya, kk saya ngga dpt kesempatan yg sama jd smp skrg usia kakak sy 43 thn seluruh aspek hidupnya msh dikontrol sm papa. Alhasil, kk saya smp skrg ga bs ambil keputusan utk hidupnya sndr dn semuamua kebutuhan hidupnya msh dipikul sm papa saya.
Jujur, ngeri sih liatnya dan mikirin gimana nasib kakak saya once papa saya tutup usia nanti krn dia jd org yg ngga ada inisiatif dan nunggu doang org2 pd beresin masalah dia.
Gr2 issue ini sy sampe ga akur sama keluarga sendiri 🥲
Mau nangis saking bagusnya. Terimakasih Prof. Sangat mendekontruksi pemahaman saya soal pola asuh kepada anak
Kadang kita harus instropeksi diri dengan training training motivasi yang membiasakan "ayo kamu bisa", padahal ada 2 hal yg dihadapi, berhasil atau gagal yang harus di terima, ada batasan batasan tetap yang tidak bisa di rubah.
Ini cara almarhum bapak saya ajarkan, keras dan tegas. Alfatihah untuk beliau, maturnuwun pak 🙏🏻
Sy setuju dg narasi pak RK. Banyak nasib org hancur ketika menjd dewasa, krn terlalu dimanjakan semasa anak2.
Sepakat dengan Prof. Renald…
Memang benar kita bekerja utk kebahagian anak (krn itu rejeki) hny jangan sampai kita lupa sbg orang tua kita punya pengalaman hidup dan proses lebih panjang dari anak2 kita.
Alangkah baiknya kita mampu berposisi sebagai sahabat anak2 kita, sharing bersama… menjadikan intangible-value, bekal anak2 kita tercinta…
Untuk kesekian kalinya…
Terimakasih Prof. Renald atas bekal renungan-nya😊🙏
Masyaa Allah bagus banget prof narasinya saya sebagai ortu sadar bahwa saya masih banyak kekurangan dalam mendampingi, mendidik anak" saya (instropeksi), maaf karena dijaman saya belum ada media ato parenting seperti sekarang ini... Alhamdulillah tapi saya bangga punya anak" Yang baik" aja, semoga anak" ku mengerti dan memahami kondisi ortunya. Terimakasih banyak Prof Renald konten ini saya share ke anak" saya agar supaya mereka dalam nendidik anak" nya lebih baik dari jamann ortunya, Sehat selalu Prof
Trm ksh bung Rhenald, tanpa sy sadari sy berada di zona authoritative sbg orgtua & penjelasan bung semakin menguatkan sy di zona tsb.
Sehat sukses sll bung, Rahayu 🙏
Trmksih prof utk tema parenting hr ini, ini yg sy butuhkan dlm kebingungan ketika melepas anak tinggal sndri utk kuliah🙏🙏🙏
Benar banget pak, generasi sekarang manja karena kecukupan orgtua nya.
Luar biasa materi parenting nya, terimakasih prof.Rhenald Kasali... sehat dan semangat selalu untuk berbagi ilmunya.
Tks Prof. Atas pencerahannya yg luar biasa....13 tips yg luar biasa sdh sy noted d simak dgn serius.....mmg ketegasan dlm mendidik anak2 itu hrs punya keberanian d konsisten...wlpn sbg ortu jujur sering gk tega saat melht kegagalan. Kejatuhan. Kesakitan yg dialami ank...namun ada hal yg perlu mrk tau. Rasakan d gmn hrs bs bangkit tanpa sll ortu bantu...ini pljran kehidupan..krn sy tau tdk selamanya sy akan berada disamping mrk..mk kl kelak sy RIP ...sy tenang ank sy sdh kuat d mandiri dgn sll mengandalkan Tuhan sbg guide dlm hidup mrk. Amin.
15:35 "Disiplin artinya mempunyai kesungguhan dan mempunyai aturan, sehingga bergerak secara otomatis, dan mengetahui bahwa yang dilakukan adalah penentu keberhasilan"
Terima kasih bapak Profesor 🙏
Terima kasih prof atas topiknya... Jujur saya sedang berada di posisi subject Strawberry generation.... Semua hal yg telah terjadi di hidup sy sekarang membuat sy jengkel ketika semua hal tentang keputusan dalam hidup sy atas dasar keputusan atau kehendak orangtua...
Terimakasih prof.. Saat ini saya berazam dalam diri untuk tidak akan menjadi strawberry parents, untuk menjadikan generasi yang kuat.
Tak dapat dipungkiri dalam mendidik anak memang membutuhkan hati yang tegar, untuk melihat anaknya merasakan kesulitan dan kesusahan dalam kehidupannya. Namun tersadar oleh quotes yang prof berikan, bahwa berkata tidak di saat yang tepat adalah salah satu bentuk kasih sayang terhadap anak.
Sehat selalu prof..
Sy suka materi bapak dan menurut sy ada benarnya. Sy merasakan pola pendidikan ortu jaman dahulu dan jaman sekarang jauh berbeda. Materi ini menyadarkan sy akan pola asuh yg diterapkan ortu sy pada sy dahulu. Makasih pak tetap berkarya
Saya mengontrol sekolah anak2 sejak dari tingkat tadika sampai SMP. Ketika SMA mereka saya bebaskan mau sekolah dimana. Tergantung kemampuan mereka pada sa'at smp. Setelah sma setiap semester saya bertanya kemana dan jurusan apa kelak mereka diperguruan tinggi. Saya bersyukur mereka kuliah atas dasar pilihan mereka sendiri dan Puji Tuhan mereka sudah menikah dengan pilihan mereka sendiri dengan pasangan yang menurut kriteria pasangan baik bakti pada orang tua.