Sekar Pudyastuti (Gendhing Iringan Tari Klasik Gaya Yogyakarta)

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 1 мар 2018
  • Tari klasik gaya Yogyakarta juga disebut Joged Mataraman merupakan gaya tarian yang dikembangkan oleh Sri sultan Hamengku Buwono I semenjak perjanjian Giyanti. Oleh karena beliau sangat mencintai kesenian, selain berjuang melawan penjajahan Sri sultan HB I yang bergelar Pangeran Mangkubumi sudah mengarahkan perhatiannya pada kesenian dengan orientasi kekesatriaan.
    Setelah perjanjian Giyanti, Sri Susuhunan Paku Buwono III menganjurkan Sri Sultan HB I untuk melanjutkan mengembangkan Joged Mataraman karena di Surakarta sendiri akan menciptakan gaya tari sendiri yang baru. Orientasi patriototik yang dikembangkan Sri sultan dlm Joged Mataraman membuat suatu karakteristik baru yang spesifik yaitu lugas, kenceng (kuat), dan serius. Orientasi ini sungguh kuat karena penari-peanri saat itu adalah para prajurit yang Nampak sangat disiplin. Tari-tari pertama Sri Sultan HB I pun menggambarkan sifat keprajuritan, seperti Beksan Lawung.
    Selain itu Sultan juga melestarikan tarian-tarian sakral putri, yaitu Bedhoyo Semang yang diciptakan oleh Sultan Agung, dan Srimpi Renggowati. Untuk lebih menanamkan nilai kesatriaan, Sultan HB I juga mengembangkan wayang wong (orang) dengan harapan sifat-sifat kesatriaan dapat ditampilkan melalui media ini kepada para prajurit dan masyarakat.
    Saat itu pakaian wayang wong amat sederhana yaitu untuk putra diambil dari kostum keprajuritan sedangkan untuk putri menggunakan jamang dan gelung bokor. Semua pemain berkostum seperti itu sehingga penjiwaan harus dituntut lebih kuat agar dapat membedakan masing-masing tokoh yang dimainkan.

Комментарии •