Thanks for the insight, Can. I really enjoy the way you explained it. Anyway, gue mau bertanya. Pada menit 3:31, indikatornya, "Cewek lebih susah move on dari cowok," tetapi kenapa pembuktiannya, pada menit 4:00, "Cewek jadian duluan dari cowoknya"? Apakah lo hanya lebih menekankan di poin relevansinya saja?
@@cania_citta Hii kak, thank you buat video dan replynya! Ada sesuatu yang aku mau tanya tentang ini juga. Di 4:57 , indikatornya jadi "cewek lebih gampang move on", padahal di menit 3:31 indikatornya adalah "cewek susah move on". Indikatornya berubah, jadi kayaknya ini penyebab kebingungan antara indikator awal sama pembuktian yang dimaksud @paesifik?
@@cania_citta Dapet kok kak! Berarti "cewek jadian duluan dari cowok" itu pembuktian indikator "cewek lebih gampang move on" ya? Kalau "cewek lebih susah move on", mungkin pembuktiannya "cowok jadian duluan dari cewek"?
yg paling miris tuh, pas lihat latar belakangnya lulusan S2 S3 tapi ga bsa berargumen, ok lah pinter, tapi rata2 pada terlalu emosional pas saat debat ato berargumen, contoh kayak di acara talkshow bang one gitu, padahal gw yakin banget mereka punya banyak opini2 berkualitas hanya saja jika mereka bsa tarik napas dengan tenang, dan melupakan perasaan tersinggungnya yg berkecamuk, alhasil yang tadinya nih si orang pinter, tapi karena dia ga tenang, tersinggung, marah, jadi opini dia jadi tidak tersalurkan, hanya jadi perang ego dan debat kusir
You're the best. That's why I love this channel. Semoga masyarakat Indonesia lebih banyak yang suka pada channel-channel seperti ini, agar bisa lebih dewasa dalam hidup berdemokrasi.
Apalagi argumen yg dibangu lewat persepsi yg sifat-nya "post truth" atau dibangun lewat ayat agama wkwkwk Kalo argumen udah bawa-bawa ayat agama, mendingan gak usah diskusi ya kan? hahaha 🤣
Ketika seseorang melakukan pembuktian dari thesis nya.. maka klo mau lebih "serius", sebaiknya melakukan uji hipotesis (uji statistika), bukan sekadar secara deskriptif setelah mengambil data dari sample. Just my 2 cents.
Keindahan dari video ini adalah selain pembahasannya "daging", tapi juga cara pembawaan dan pemilihan bahasa yg sederhana, jadi orang "awam"-pun mudah mencernanya. Terlepas ada sedikit mis menit 3:31 (susah move on) jadi 4:00 (gampang move on), tapi gue paham kok poinnya. hehe Gue sebagai perwakilan dari cania mania, senang dengan pembahasan seperti ini dan berharap bisa terus ada. Kalau bisa diperbanyak tanpa mengurangi kualitas isi videonya. Semangat kak can *api api api*
Terima kasih banyaaak apresiasinya! Maaap bgt bagian missednya kayaknya udah mulai ngantuk pas taping wqwq ke depannya diusahakan lebih baik lagi😁 tolong kasih pertanyaan/bahan (kalo ada) buat dijadiin konten semacam gini berikutnya hehe
wah nambah insight lagi nih dengan teorinya. aku juga suka dengan visualisasi ilustrasi nya. setidaknya dengan visualisasi, saya dan mungkin beberapa yang lain bisa cepat menangkap maksud penjelasan dengan ilustrasi gambar-gambar. visualisasi video juga lebih dinamis jadi lebih atraktif ditonton. keren kak. 😃
Bener Kak... dan mungkin kesalahan orang merelevansikan data untuk memperkuat argumennya, kenapa seling tidak nyambung. Itu juga karena mreka terlalu cepat menyimpulkan data yg disajikan, nggak dibaca secara koheren, tidak mempertimbangkan variabel etc, jadinya data tersebut nggak cocok untuk memperkuat argumennya.
very insightfull.. yg gw rasain di video ini kontenya lebih mudah dicerna, mungkin karena bahasa jakselnya atau campuran bahasa ingggrisnya lebih sedikit, jadinya orang orang yang gak punya latar belakang jaksel lebih gampang buat nangkep pesan pesan yg disampein.
Em... dulu awal² memakai teknik ini sempat capek bukan apa² sih cuma ragu apakah sy halu sehingga harus memakai cara serumit ini dan seaneh ini? Sy malah berpikir keras dan bertanya, kenapa ini menurutku aneh? Ternyata penyebabnya adalah cara ini tidak sy dapatkan dari membaca, mendengar atau meniru siapapun hanya karena kebiasaan berfikir panjang dan liar sehingga dgn sendirinya nemu cara "aneh" ini. Tapi gara² ada video ini dan sy sudah gk merasa aneh lagi. Makasih mbak cantik.. mbak pinter...😅😅
Thanks kak. Videonya Bagus banget. Konten kek gini pasti gua tonton. Kritik saran : Gua tau kak cania open banget orangnya kayak dibilang di akhir video. Bajunya udah mendingan banget. Kalo bisa yang belahan dadanya ketutup kayak gini aja kak. Video² sebelumnya udah gua tonton kak, cuman agak kurang enak nontonnya gara² belahan dada kk yang keliatan. Terserah orang mau komen apa. Ini pendapat gua. Pertama kalinya, jadi bisa bikin opini yang bagus pake tesis indikator dan pembuktian karena videonya kk. Sekarang dapet lagi video cara Menilai valid enggaknya tesis opini orang 👍 Thanks kak. Udah buka kesempatan buat kasih feedback.
Gw suka dengan 2 video opini ini. Tapi yang mau gw tanyakan adalah, cara beropini yang dibahas di video ini lebih ditekankan ke acara formal (misal lomba debat, diskusi, rapat) atau berlaku di kehidupan sehari-hari juga? Misalnya nih kita lagi nongkrong, terus ada temen nyeletuk "Emang ya cewek itu cepet banget move on-nya". Namanya nongkrong kan pasti suasananya santai ya, kayaknya kikuk banget gak sih kalo kita jawab dengan "Tau dari mana lu? Coba kasih ke kita datanya yang membuat lu beropini kayak gitu." 😂
Berlaku di kehidupan sehari-hari sihh menurut gue. Ya kalo cara nanyanya nyolot gitu emang gak asik boz😂 nanya kan bisa nyantai yaa.. "ini lo lagi serius apa asal2an doang? Wkwk" gitu dulu. Kalo serius baru lanjut tanya lagi "cewek lo doang kalii? Lebih krn elunya itu mah wakakakakak" misal gitu. Cara nanya kan gak harus kedengeran si paling sok iye begituu bg😄
Topik yg sangat menarik dibahas, mau nanya kak dimenit 8:56 kan perbandingan indikator baik netizen A dan B berbeda, jadi tidak apple to apple, jika ukuran perbandingannya tidak sama apa boleh dilihat dari segi urgensinya kak? Misalnya hasil survey membuktikan bahwa masyarakat lebih merasakan manfaat program 1000 transportasi umum program pak A, sedangkan program pak B yaitu pelebaran sungai dirasa kurang bermanfaat bagi masyarakat berdasarkan hasil survey yang menyebutkan bahwa meskipun sungai telah diperlebar tetap saja sungai" Tsb penuh dengan sampah dan tetap menyebabkan banjir. Terimakasih sebelumnya kak🙏
"Urgensi" juga indikatornya relatif kan, tergantung apa yang dianggap sebagai kebutuhan/preferensinyaa hehe. Survey masyarakat mau apa kan gak ngaruh ke kebutuhan salah seorang warga? Dia tetep bisa punya kebutuhan/preferensinya sendirii. Justru kalo dalam konteks demokrasi ya itu malah memperkuat perlunya dia menyampaikan suara dia yg berbeda dr warga2 yg lain😁
Penjelasan yang sangat indah kak cania Anway saya Syahrul mereh mau bertanya tentang bagaimana menentukan validitas referensi. dalam forum debat atau diskusi, jurnal dan buku sering diagung²kan, teman-teman saya menganggap hal yang ada di dalam buku pasti benar. Bagaimana cara mengcounter argumen orang yang menggunakan buku "wadaw" untuk dijadikan landasan argumen? Misalnya merujuk buku h4run y4hya ketika lagi bahas teori evolusi
Kalo aku pribadi, menentukan validitas referensi, balik lagi ke syarat awal, referensi tersebut definisi, indikator dan pembuktiannya saling berkesinambungan atau tidak. Jangan dulu liat, siapa yang nulis dan secara subjektif kamu menilai orang ini kompeten atau tidak dari identitasnya, tapi uji validitas argumen dari referensi tersebut. Cara ujinya, mungkin bisa diliat dari sampelnya kah, atau dasar pengukuran datanya kah, indikator dari data referensi tersebut, dan kesimpulan akhirnya dari referensi tersebut lompat argumen atau selaras sama datanya. Terus liat, dari referensi itu ngejawab argumennya dia ngga? Kalo ngga ngejawab, ya cara counternya sampein indikator apa yang membuat referensi tersebut tidak menjawab argumennya. Tapi kalo referensinya menjawab argumennya, tapi referensinya ga valid setelah kamu uji validitas, kalo aku bakal tinggalin arena perdebatan sih, udah ga bisa dicounter lagi, karena selogis apapun kamu dia akan tetep merasa paling benar, dan makin kamu ladenin, argumennya akan makin irrasional, dia makin emosional, terus argumennya malah akan ngebawa fallacy, karena tujuannya bukan untuk mengatakan apa yang benar, tapi untuk ngejatohin kamu karena berpikir kamu yang salah. Karena, udah bukan by data lagi, tapi udah cocoklogi dan sentimen pribadi, biarkan dia tersesat dalam persepsinya sendiri. Aku sih gitu. 😂
Kalo aku pribadi, menentukan validitas referensi, balik lagi ke syarat awal, referensi tersebut definisi, indikator dan pembuktiannya saling berkesinambungan atau tidak. Jangan dulu liat, siapa yang nulis dan secara subjektif kamu menilai orang ini kompeten atau tidak dari identitasnya, tapi uji validitas argumen dari referensi tersebut. Cara ujinya, mungkin bisa diliat dari sampelnya kah, atau dasar pengukuran datanya kah, indikator dari data referensi tersebut, dan kesimpulan akhirnya dari referensi tersebut lompat argumen atau selaras sama datanya. Terus liat, dari referensi itu ngejawab argumennya dia ngga? Kalo ngga ngejawab, ya cara counternya sampein indikator apa yang membuat referensi tersebut tidak menjawab argumennya. Tapi kalo referensinya menjawab argumennya, tapi referensinya ga valid setelah kamu uji validitas, kalo aku bakal tinggalin arena perdebatan sih, udah ga bisa dicounter lagi, karena selogis apapun kamu dia akan tetep merasa paling benar, dan makin kamu ladenin, argumennya akan makin irrasional, dia makin emosional, terus argumennya malah akan ngebawa fallacy, karena tujuannya bukan untuk mengatakan apa yang benar, tapi untuk ngejatohin kamu karena berpikir kamu yang salah. Karena, udah bukan by data lagi, tapi udah cocoklogi dan sentimen pribadi, biarkan dia tersesat dalam persepsinya sendiri. Aku sih gitu. 😂
Masih bingung soal rasional dan logis Statement/opini = "kemunculan ojol memperburuk kondisi polusi udara yang disebabkan asap kendaran" indikator logis = Jika seseorang menggunakan kendaraan pribadinya dari titik A ke titik B, maka polusi yang disebabkannya adalah (emisi x jarak A-B). Tapi jika menggunakan ojol, maka polusinya dihitung dari titik Z (posisi dimana sebelumnya ojol menjemput pelanggan) lalu ketitik A dan kemudian ke titik B. Maka perhitungan polusi yang disebabkan adalah (emisi x jarak Z-A + jarak A-B). Perhitungan tsb berlaku jika emisi kendaraan setiap merk /tipe dianggap sama. Apakah indikator diatas rasional?
Thanks banget kak cania atas konten-konten bernasnya. Gw mau nanya nih, emang logis orang berdebat soal indikator? Kalau logis dan boleh soal apanya dan batasan perdebatannya sampai dmn kak?❤
Haii. Pertanyaan bagus ini. Gue sendiri ngeliatnya sih sah2 aja kalo ada yg mau memperdebatkan indikator, tapi jujur gue gatau apakah bisa ada 'hakim'-nya ya. Makanya kalo gue pribadi gapernah mendebatkan indikator, gue ikuti aja yg udah disediakan maunya pake indikator yg mana😁
Kak..bahas 4 domain of knowledge dong🙏🙏..kemarin sudah pernah dibahas bang sabda di yt zenius..mungkin kalo kakak yg bahas lebih gampang di cerna susunan bahasanya..
Nice konten kak, walau agak rumit ya diterapkan karena biasanya kita netijen itu menilai sesuatu berdasarkan feeling aja. Perasaan perasaan perasaanku bener nih wkwkwkk
@@m_irfan_jailani2075 Madilog itu Termasuk buka yg Terkeren yg membahas ttng logika, Saya ngk beli bukunya, wkwk tpi kenapa saya Tau buku itu bagus karna Saya selalu mengikuti Chanel Malaka projek yg di mana membahas Ttng Pemikiran Madilog dari Tan malaka, sedikit saran kalau Mager baja Nonton aja Malaka projek dan juga distu kt lebih mengerti apa yg di maksud oleh buku madilog ini
nah perlu dikulik lagi nih definisi dari "sosial media yg mendangkalkan" itu gimana?😂 karena sejauh ini sosial media itu tidak selalu "mendangkalkan", ada juga konten-konten bermanfaat seperti halnya kontennya kak Cania ini
@@mujib6623 Memang media itu sifatnya banal. Fitur² di IG/FB/X/TikTok/YT dll.seolah membatasi kita untuk menjelaskan suatu fenomena secara kompleks, komprehensif, dan holistik. Di sisi lain, tiap orang/pemilik media juga memiliki preferensi masing-masing dalam melihat realitas, makanya tiap postingan/konten yang ada seringkali tidak mampu menjelaskan suatu realitas secara komprehensif atau bias. Video Cania ini aja kalau tidak kita hubungkan dengan video sebelumnya atau video lainnya yang setema, ya bakal ada yang kurang. Sama juga dengan komentarku ini. Kalau belum tau tentang kajian media, ya bakal susah nangkep apa maksudku, wkwk.
@@fikrujayyid2437selalu ada gelap dan terang. Langkah kecil utk anda, ketika video/konten tidak mendidik lewat di beranda ytub anda silahkan klik titik tiga, lalu pilih "jangan rekomendasikan channel ini". Jangan berharap banyak dari langkah kecil ini, tapi sy pastikan CHANNEL tersubut tdk akan nongol di beranda anda.
Gw agak telat, tapi gw juga setuju mengenai adanya indikator itu. Cuman apakah boleh sepositivistik ini? gw paham kalau menurut ku cara pandang ini bagus banget untuk public discourse, cuman adakah side effect dari pandangan indikator ala positivistik ini? gw gak kepikiran sih, cuman akan bagus kalau aware kalau ini tuh positivistik banget
Kak pembahasan yg tentang domain informasi d video childfree itu kalo mau pelajarin lebih lanjut dimana y, aku coba cari d google nggk ada, mau aku buat bahan skripsi soalnya
Kalo sikap gue pribadi sih gak perluu, karena emang gak bisa diuniversalin begitu.. Jadi disepakatin aja di setiap diskusi. Kalo gabisa sepakat yaudah jalan masing2, gak perlu berdebat di level kebijakannya berarti, karena emang goalnya beda hehehe
ujung akhir dari hidup lo bisa diprediksi kesimpulannya ya cuma ngeloco otak doank, karena ga ada yang dibangun apa-apa?, tidak membuat orang itu mengambil alternatif atau ada pandangan yang harus dikorbankan dan berhijrah pandangan yang dituju, tidak ada konsep hitam putih, abu abu gw liatnya sih, elo tipe orang indonesia banget, orang yang baik hati sekali, cirinya menerima ilmu apa saja, darimana pun saja yang masuk, apa pun lo masuk, tidak bisa melihat apalagi memilah mana benar mana salah, ya cuma itu saja sih dari hari ke hari, ujung ujungnya cuma ngeloco otak doank sih, tidak ada yang dibangun, elo cuma berpotensi saja sih, jadi tidak pernah mengambil satu alternatif, atau tidak ada yang dikorbankan dari elo, ya emang karakter elo emang seperti itu dari dulu, tidak ada perubahan yang revolusioner sama sekali, elo cuma bangga ama diri lo sendiri, masalah orang lain atau masyarakat mengerti atau tidak, tidak sampai sana sih pandangan elo, tapi kalo dari pandangan atau kacamata orang awam ya elo paling keren dan banyak yang bilang thank banget atas konten konten elo pencerahan, bernas lah dsb, udah sampe situ doang
Kak can, tp kadang saat utk menyepakati ukuran dari topik yg mau dibahas lawan bicara kita juga gatau yg dia maksud tuh apa.. eh paham ga si maksudnya😅
Nah kan justru itu mas kata cania juga harus dijabarin masing² ukurannya gimana trus nanti kan keliatan deh tuh mana yg nyambung & kuat mana yg dari dunia lain alias ngaco 😂
Thanks for the insight, Can. I really enjoy the way you explained it. Anyway, gue mau bertanya. Pada menit 3:31, indikatornya, "Cewek lebih susah move on dari cowok," tetapi kenapa pembuktiannya, pada menit 4:00, "Cewek jadian duluan dari cowoknya"? Apakah lo hanya lebih menekankan di poin relevansinya saja?
"Lebih susah move on" itu mesti diturunin dalam definisi konkretnyaa. Nah di situ gue lupa jembatanin😄
@@cania_citta Hii kak, thank you buat video dan replynya! Ada sesuatu yang aku mau tanya tentang ini juga. Di 4:57 , indikatornya jadi "cewek lebih gampang move on", padahal di menit 3:31 indikatornya adalah "cewek susah move on". Indikatornya berubah, jadi kayaknya ini penyebab kebingungan antara indikator awal sama pembuktian yang dimaksud @paesifik?
@@emischa23565 OHH astaga gue baru ngeh. Gue keserimpet itu maksudnya harusnya lebih susah move on. Maap yaa. Tapi dapet gak poinnyaa? 🥲
@@cania_citta Dapet kok kak! Berarti "cewek jadian duluan dari cowok" itu pembuktian indikator "cewek lebih gampang move on" ya? Kalau "cewek lebih susah move on", mungkin pembuktiannya "cowok jadian duluan dari cewek"?
@@emischa23565 benerrr😊
ini adalah salah satu penyebab orang indonesia serng berantem antar kelompok,baik agamawan/selain itu,mereka tidk bisa berkominikasi dgn baik
yg paling miris tuh, pas lihat latar belakangnya lulusan S2 S3 tapi ga bsa berargumen, ok lah pinter, tapi rata2 pada terlalu emosional pas saat debat ato berargumen, contoh kayak di acara talkshow bang one gitu, padahal gw yakin banget mereka punya banyak opini2 berkualitas hanya saja jika mereka bsa tarik napas dengan tenang, dan melupakan perasaan tersinggungnya yg berkecamuk, alhasil yang tadinya nih si orang pinter, tapi karena dia ga tenang, tersinggung, marah, jadi opini dia jadi tidak tersalurkan, hanya jadi perang ego dan debat kusir
kak Can, bagus banget videonyaa, perbanyak yg begini yaa
Makasihh udah nonton! Diusahakan ke depannya bikin yang begini2 lagi hehe
Tesis - Indikator - Pembuktian, thank you tipsnya kak Cania
Siappp
You're the best. That's why I love this channel. Semoga masyarakat Indonesia lebih banyak yang suka pada channel-channel seperti ini, agar bisa lebih dewasa dalam hidup berdemokrasi.
Thank youu for your support! Means a lot😁
satu satunya channel yg bikin cara berpikir dan berbicara gw berubah 🙏🙏 tetap harus meningkatkan
Thanks apresiasinyaa! Means a lot🥰
Di Indonesia bukti paling valid apapun akan kalah dengan persepsi yg sudah dibangun banyak orang kak, jadi muskil memang untuk maju secara pemikiran
Apalagi argumen yg dibangu lewat persepsi yg sifat-nya "post truth" atau dibangun lewat ayat agama wkwkwk
Kalo argumen udah bawa-bawa ayat agama, mendingan gak usah diskusi ya kan? hahaha 🤣
Baru ku tahu ada cara menilai kualitas opini seseorang
Ketika seseorang melakukan pembuktian dari thesis nya.. maka klo mau lebih "serius", sebaiknya melakukan uji hipotesis (uji statistika), bukan sekadar secara deskriptif setelah mengambil data dari sample. Just my 2 cents.
Keindahan dari video ini adalah selain pembahasannya "daging", tapi juga cara pembawaan dan pemilihan bahasa yg sederhana, jadi orang "awam"-pun mudah mencernanya.
Terlepas ada sedikit mis menit 3:31 (susah move on) jadi 4:00 (gampang move on), tapi gue paham kok poinnya. hehe
Gue sebagai perwakilan dari cania mania, senang dengan pembahasan seperti ini dan berharap bisa terus ada. Kalau bisa diperbanyak tanpa mengurangi kualitas isi videonya. Semangat kak can *api api api*
Terima kasih banyaaak apresiasinya! Maaap bgt bagian missednya kayaknya udah mulai ngantuk pas taping wqwq ke depannya diusahakan lebih baik lagi😁 tolong kasih pertanyaan/bahan (kalo ada) buat dijadiin konten semacam gini berikutnya hehe
Yah nanti di taping yahhh...wk wk wk😅
wah nambah insight lagi nih dengan teorinya. aku juga suka dengan visualisasi ilustrasi nya. setidaknya dengan visualisasi, saya dan mungkin beberapa yang lain bisa cepat menangkap maksud penjelasan dengan ilustrasi gambar-gambar. visualisasi video juga lebih dinamis jadi lebih atraktif ditonton. keren kak. 😃
Makasih banyaaak apresiasinya ya!🙂
Upload terus konten nya... ☺👍
Terima kasih atas konten bermutu ini.
Saya suka materinya ❤
Tips membuat thesis.
😊
Bener Kak...
dan mungkin kesalahan orang merelevansikan data untuk memperkuat argumennya, kenapa seling tidak nyambung. Itu juga karena mreka terlalu cepat menyimpulkan data yg disajikan, nggak dibaca secara koheren, tidak mempertimbangkan variabel etc, jadinya data tersebut nggak cocok untuk memperkuat argumennya.
Aslii...,pusing, bingung, gak sanggup mikir gue 🤣😂😂😭😭
Sgt konstruktif... Trmksh
Thanks Kakkkkkkk
Aku suka penjelasan ka nia padat dan jelas 🥰
Makasiih!😁
Yuhuuu
❤❤❤ setuju sih yang bikin orang bentrok di kolom komentar itu kan karna bener/salah tp indikator yang masing* gunakan itu beda 😂
Definisi dan konsep masing2 kepala aja g jelas dan beda yaaa mustahil pembicaraannya nyambung
contoh: debat agama😂
keren njir, dari kemarin nguber2 youtube ini di video yang 'click' saya cari tq tq
Makasiih apresiasinya🙂 mudah2an berkenan subscribe channelnya hehe
very insightfull.. yg gw rasain di video ini kontenya lebih mudah dicerna, mungkin karena bahasa jakselnya atau campuran bahasa ingggrisnya lebih sedikit, jadinya orang orang yang gak punya latar belakang jaksel lebih gampang buat nangkep pesan pesan yg disampein.
Diusahakan ke depannya lebih mudah dicerna dan enak dinikmati lagiii hehe
Siapa josss....& merem melek
Orang kebanyakan malas mikir, jadi orang mana peduli dengan defenisi dan konteks
Nyimak😊
Yg paling susah itu buat menilai "nyambung" nggaknya 😢 gue jg bingung sm diri sendiri, apakah gue menyajikan data atau opini yg nyambung atau nggak
sangat baik
mantoolsss ka, mantap buat jadi tools berpikir :v
Em... dulu awal² memakai teknik ini sempat capek bukan apa² sih cuma ragu apakah sy halu sehingga harus memakai cara serumit ini dan seaneh ini?
Sy malah berpikir keras dan bertanya, kenapa ini menurutku aneh? Ternyata penyebabnya adalah cara ini tidak sy dapatkan dari membaca, mendengar atau meniru siapapun hanya karena kebiasaan berfikir panjang dan liar sehingga dgn sendirinya nemu cara "aneh" ini.
Tapi gara² ada video ini dan sy sudah gk merasa aneh lagi. Makasih mbak cantik.. mbak pinter...😅😅
Thanks kak. Videonya Bagus banget. Konten kek gini pasti gua tonton.
Kritik saran :
Gua tau kak cania open banget orangnya kayak dibilang di akhir video.
Bajunya udah mendingan banget. Kalo bisa yang belahan dadanya ketutup kayak gini aja kak.
Video² sebelumnya udah gua tonton kak, cuman agak kurang enak nontonnya gara² belahan dada kk yang keliatan.
Terserah orang mau komen apa. Ini pendapat gua.
Pertama kalinya, jadi bisa bikin opini yang bagus pake tesis indikator dan pembuktian karena videonya kk.
Sekarang dapet lagi video cara Menilai valid enggaknya tesis opini orang 👍
Thanks kak. Udah buka kesempatan buat kasih feedback.
Gw suka dengan 2 video opini ini. Tapi yang mau gw tanyakan adalah, cara beropini yang dibahas di video ini lebih ditekankan ke acara formal (misal lomba debat, diskusi, rapat) atau berlaku di kehidupan sehari-hari juga? Misalnya nih kita lagi nongkrong, terus ada temen nyeletuk "Emang ya cewek itu cepet banget move on-nya". Namanya nongkrong kan pasti suasananya santai ya, kayaknya kikuk banget gak sih kalo kita jawab dengan "Tau dari mana lu? Coba kasih ke kita datanya yang membuat lu beropini kayak gitu." 😂
Berlaku di kehidupan sehari-hari sihh menurut gue. Ya kalo cara nanyanya nyolot gitu emang gak asik boz😂 nanya kan bisa nyantai yaa.. "ini lo lagi serius apa asal2an doang? Wkwk" gitu dulu. Kalo serius baru lanjut tanya lagi "cewek lo doang kalii? Lebih krn elunya itu mah wakakakakak" misal gitu. Cara nanya kan gak harus kedengeran si paling sok iye begituu bg😄
Oh iya juga sih wkwk. Maklum saya gak pernah nongkrong 🙈@@cania_citta
Pinter ...cantik lagi❤❤❤❤
tapi fans messi & ronaldo mereka akan tetap dalam perdebatan GOAT itu 😂
perdebatan yang terlalu dipaksakan😂
Kalau semua org berpikiran kayak kk siap2 psikiater menampung para anxiety😅😅
Eh kenapa gituu? Hehe aku sendiri gak pernah ngalamin anxiety😁
Kalo masyarakat kebanyakan indikator baik itu adalah ekpresi makro wajah, masih pake rasa
Topik yg sangat menarik dibahas, mau nanya kak dimenit 8:56 kan perbandingan indikator baik netizen A dan B berbeda, jadi tidak apple to apple, jika ukuran perbandingannya tidak sama apa boleh dilihat dari segi urgensinya kak? Misalnya hasil survey membuktikan bahwa masyarakat lebih merasakan manfaat program 1000 transportasi umum program pak A, sedangkan program pak B yaitu pelebaran sungai dirasa kurang bermanfaat bagi masyarakat berdasarkan hasil survey yang menyebutkan bahwa meskipun sungai telah diperlebar tetap saja sungai" Tsb penuh dengan sampah dan tetap menyebabkan banjir.
Terimakasih sebelumnya kak🙏
"Urgensi" juga indikatornya relatif kan, tergantung apa yang dianggap sebagai kebutuhan/preferensinyaa hehe. Survey masyarakat mau apa kan gak ngaruh ke kebutuhan salah seorang warga? Dia tetep bisa punya kebutuhan/preferensinya sendirii. Justru kalo dalam konteks demokrasi ya itu malah memperkuat perlunya dia menyampaikan suara dia yg berbeda dr warga2 yg lain😁
Tegantung kebutuhan.mana yang lebih mendesak
Penjelasan yang sangat indah kak cania
Anway saya Syahrul mereh mau bertanya tentang bagaimana menentukan validitas referensi.
dalam forum debat atau diskusi, jurnal dan buku sering diagung²kan, teman-teman saya menganggap hal yang ada di dalam buku pasti benar.
Bagaimana cara mengcounter argumen orang yang menggunakan buku "wadaw" untuk dijadikan landasan argumen?
Misalnya merujuk buku h4run y4hya ketika lagi bahas teori evolusi
Kalo aku pribadi, menentukan validitas referensi, balik lagi ke syarat awal, referensi tersebut definisi, indikator dan pembuktiannya saling berkesinambungan atau tidak. Jangan dulu liat, siapa yang nulis dan secara subjektif kamu menilai orang ini kompeten atau tidak dari identitasnya, tapi uji validitas argumen dari referensi tersebut. Cara ujinya, mungkin bisa diliat dari sampelnya kah, atau dasar pengukuran datanya kah, indikator dari data referensi tersebut, dan kesimpulan akhirnya dari referensi tersebut lompat argumen atau selaras sama datanya. Terus liat, dari referensi itu ngejawab argumennya dia ngga? Kalo ngga ngejawab, ya cara counternya sampein indikator apa yang membuat referensi tersebut tidak menjawab argumennya. Tapi kalo referensinya menjawab argumennya, tapi referensinya ga valid setelah kamu uji validitas, kalo aku bakal tinggalin arena perdebatan sih, udah ga bisa dicounter lagi, karena selogis apapun kamu dia akan tetep merasa paling benar, dan makin kamu ladenin, argumennya akan makin irrasional, dia makin emosional, terus argumennya malah akan ngebawa fallacy, karena tujuannya bukan untuk mengatakan apa yang benar, tapi untuk ngejatohin kamu karena berpikir kamu yang salah. Karena, udah bukan by data lagi, tapi udah cocoklogi dan sentimen pribadi, biarkan dia tersesat dalam persepsinya sendiri.
Aku sih gitu. 😂
Kalo aku pribadi, menentukan validitas referensi, balik lagi ke syarat awal, referensi tersebut definisi, indikator dan pembuktiannya saling berkesinambungan atau tidak. Jangan dulu liat, siapa yang nulis dan secara subjektif kamu menilai orang ini kompeten atau tidak dari identitasnya, tapi uji validitas argumen dari referensi tersebut. Cara ujinya, mungkin bisa diliat dari sampelnya kah, atau dasar pengukuran datanya kah, indikator dari data referensi tersebut, dan kesimpulan akhirnya dari referensi tersebut lompat argumen atau selaras sama datanya. Terus liat, dari referensi itu ngejawab argumennya dia ngga? Kalo ngga ngejawab, ya cara counternya sampein indikator apa yang membuat referensi tersebut tidak menjawab argumennya. Tapi kalo referensinya menjawab argumennya, tapi referensinya ga valid setelah kamu uji validitas, kalo aku bakal tinggalin arena perdebatan sih, udah ga bisa dicounter lagi, karena selogis apapun kamu dia akan tetep merasa paling benar, dan makin kamu ladenin, argumennya akan makin irrasional, dia makin emosional, terus argumennya malah akan ngebawa fallacy, karena tujuannya bukan untuk mengatakan apa yang benar, tapi untuk ngejatohin kamu karena berpikir kamu yang salah. Karena, udah bukan by data lagi, tapi udah cocoklogi dan sentimen pribadi, biarkan dia tersesat dalam persepsinya sendiri.
Aku sih gitu. 😂
Kecantikan mu semakin tampak karena kecerdasan mu
Akan Hilang akal disaat bercinta dengannya😅
Hi kak cania, semangat terus bikin konten nya, sehat² kak
Masih bingung soal rasional dan logis
Statement/opini = "kemunculan ojol memperburuk kondisi polusi udara yang disebabkan asap kendaran"
indikator logis = Jika seseorang menggunakan kendaraan pribadinya dari titik A ke titik B, maka polusi yang disebabkannya adalah (emisi x jarak A-B). Tapi jika menggunakan ojol, maka polusinya dihitung dari titik Z (posisi dimana sebelumnya ojol menjemput pelanggan) lalu ketitik A dan kemudian ke titik B. Maka perhitungan polusi yang disebabkan adalah (emisi x jarak Z-A + jarak A-B). Perhitungan tsb berlaku jika emisi kendaraan setiap merk /tipe dianggap sama.
Apakah indikator diatas rasional?
Intinya tiap cewek punya gairah masing masing
penalaran yang bagus
Pendukung ✌🏻 harus nonton si 😂
Thanks banget kak cania atas konten-konten bernasnya. Gw mau nanya nih, emang logis orang berdebat soal indikator? Kalau logis dan boleh soal apanya dan batasan perdebatannya sampai dmn kak?❤
Haii. Pertanyaan bagus ini. Gue sendiri ngeliatnya sih sah2 aja kalo ada yg mau memperdebatkan indikator, tapi jujur gue gatau apakah bisa ada 'hakim'-nya ya. Makanya kalo gue pribadi gapernah mendebatkan indikator, gue ikuti aja yg udah disediakan maunya pake indikator yg mana😁
Kak..bahas 4 domain of knowledge dong🙏🙏..kemarin sudah pernah dibahas bang sabda di yt zenius..mungkin kalo kakak yg bahas lebih gampang di cerna susunan bahasanya..
Coba tonton rekaman kelas unlisted gue di sini yaa:
ruclips.net/video/7otzUtk_7i4/видео.htmlsi=DcYshJK6xFsB3KUc
cania, cania, cania
kak tips atau cara untuk berpikir logis dan kritis itu gimana yaaa🙏
kembangkan sikap skeptis terhadap informasi yg datang, kemudian dianalisis, baru dibenarkan atau disalahkan sesuai fakta yg ada
Nice konten kak, walau agak rumit ya diterapkan karena biasanya kita netijen itu menilai sesuatu berdasarkan feeling aja. Perasaan perasaan perasaanku bener nih wkwkwkk
Bareng2 belajar mengelola perasaan dengan sehat🙂🙏🏻
Kak bantu kita bahas tentang "cukup" dong. Lebih ke cara pandang hidup. Terima kasih
Ditampung dulu yaa usulnyaa🙂
Salam hangat dari labuan bajo kak
Makasiih udah berkenan mampir dan nonton videonya. Mudah-mudahan bisa membantu yaa🙂
Ka rekomendaei buku yang bagus dibaca untuk menambah wawasan 🙏
Madilog aj bg
Keren ga bg bukunya.. Kamu udah baca?
@@m_irfan_jailani2075 Madilog itu Termasuk buka yg Terkeren yg membahas ttng logika, Saya ngk beli bukunya, wkwk tpi kenapa saya Tau buku itu bagus karna Saya selalu mengikuti Chanel Malaka projek yg di mana membahas Ttng Pemikiran Madilog dari Tan malaka, sedikit saran kalau Mager baja Nonton aja Malaka projek dan juga distu kt lebih mengerti apa yg di maksud oleh buku madilog ini
Tapi kalau aku yang baru putus aja masih memikirkan dia. 😢
Sayangnya sifat media sosial yang mendangkalkan berbagai hal menjadi tantangan bagi kita yang ingin menyampaikan argumentasi logis dan ilmiah 😢
nah perlu dikulik lagi nih definisi dari "sosial media yg mendangkalkan" itu gimana?😂
karena sejauh ini sosial media itu tidak selalu "mendangkalkan", ada juga konten-konten bermanfaat seperti halnya kontennya kak Cania ini
@@mujib6623 Memang media itu sifatnya banal. Fitur² di IG/FB/X/TikTok/YT dll.seolah membatasi kita untuk menjelaskan suatu fenomena secara kompleks, komprehensif, dan holistik. Di sisi lain, tiap orang/pemilik media juga memiliki preferensi masing-masing dalam melihat realitas, makanya tiap postingan/konten yang ada seringkali tidak mampu menjelaskan suatu realitas secara komprehensif atau bias. Video Cania ini aja kalau tidak kita hubungkan dengan video sebelumnya atau video lainnya yang setema, ya bakal ada yang kurang.
Sama juga dengan komentarku ini. Kalau belum tau tentang kajian media, ya bakal susah nangkep apa maksudku, wkwk.
@@fikrujayyid2437selalu ada gelap dan terang.
Langkah kecil utk anda, ketika video/konten tidak mendidik lewat di beranda ytub anda silahkan klik titik tiga, lalu pilih "jangan rekomendasikan channel ini".
Jangan berharap banyak dari langkah kecil ini, tapi sy pastikan CHANNEL tersubut tdk akan nongol di beranda anda.
Gw agak telat, tapi gw juga setuju mengenai adanya indikator itu. Cuman apakah boleh sepositivistik ini? gw paham kalau menurut ku cara pandang ini bagus banget untuk public discourse, cuman adakah side effect dari pandangan indikator ala positivistik ini? gw gak kepikiran sih, cuman akan bagus kalau aware kalau ini tuh positivistik banget
Gimana kalo ada anomali dalam pengambilan data? Yang agak melenceng gitu argumennya. Gimana ngolah data anomali?
siap kak, noted 📔✍
Kak pembahasan yg tentang domain informasi d video childfree itu kalo mau pelajarin lebih lanjut dimana y, aku coba cari d google nggk ada, mau aku buat bahan skripsi soalnya
Memang belom ada yang bikinn bukunyaa hehe soalnya itu kan konsep dari aku sendiri hasil pengamatan langsung😊
klau proses melalui penalaran tanpa melakukan suatu metode untuk membuktikan suatu pendapat dalam hal melakukan diskusi itu bagaimana mengukurnya
Apakah harus kita bikin juga Besaran dan satuan diranah sosial agar ukurannya jelas ?
Kalo sikap gue pribadi sih gak perluu, karena emang gak bisa diuniversalin begitu.. Jadi disepakatin aja di setiap diskusi. Kalo gabisa sepakat yaudah jalan masing2, gak perlu berdebat di level kebijakannya berarti, karena emang goalnya beda hehehe
So pemikiran....GK usah deh.mending nafsi nafsi
Mirip banget sm ponakan ane..
Jangan2 😮
ujung akhir dari hidup lo bisa diprediksi kesimpulannya ya cuma ngeloco otak doank, karena ga ada yang dibangun apa-apa?, tidak membuat orang itu mengambil alternatif atau ada pandangan yang harus dikorbankan dan berhijrah pandangan yang dituju, tidak ada konsep hitam putih, abu abu gw liatnya sih, elo tipe orang indonesia banget, orang yang baik hati sekali, cirinya menerima ilmu apa saja, darimana pun saja yang masuk, apa pun lo masuk, tidak bisa melihat apalagi memilah mana benar mana salah, ya cuma itu saja sih dari hari ke hari, ujung ujungnya cuma ngeloco otak doank sih, tidak ada yang dibangun, elo cuma berpotensi saja sih, jadi tidak pernah mengambil satu alternatif, atau tidak ada yang dikorbankan dari elo, ya emang karakter elo emang seperti itu dari dulu, tidak ada perubahan yang revolusioner sama sekali, elo cuma bangga ama diri lo sendiri, masalah orang lain atau masyarakat mengerti atau tidak, tidak sampai sana sih pandangan elo, tapi kalo dari pandangan atau kacamata orang awam ya elo paling keren dan banyak yang bilang thank banget atas konten konten elo pencerahan, bernas lah dsb, udah sampe situ doang
Gua serasa di sidang skripsi Cok wkkwkwk
Jadi inget belom ngerjain skripsi 😢
Manusia itu mahluk emosi
Yesus adalah Tuhan. Dari Roh Kudus. Alkitab.
Tak terkalahkan dan tak tertandingi.
Kak can, tp kadang saat utk menyepakati ukuran dari topik yg mau dibahas lawan bicara kita juga gatau yg dia maksud tuh apa.. eh paham ga si maksudnya😅
Nah kan justru itu mas kata cania juga harus dijabarin masing² ukurannya gimana trus nanti kan keliatan deh tuh mana yg nyambung & kuat mana yg dari dunia lain alias ngaco 😂
@@hyacinth199x iyaa ka, kadang dia juga gatau ukuran utk dirinya sendiri.. disisi lain kita juga masih harus ngejelasin ttg hal yg kita perdebatkan
Berarti GK cocokan soal ukuran? Lepaskan!
Konten ini gak layak dikomentari, upssss... Ini kan udah komen😭
Yg jadi pembeda logika rasional sama logika sistematis saya masih belum paham mba
Emang lo sendiri nemu istilah itu dari manaa? Di referensi itu, pengertiannya apa?
Cania mania mana suara nyaaa
AAAAAAA🤗
logical fallacy trus ad hominem nyerang personal juga termasuk kayanya jadinya malah keluar konteks ngata ngatain sok tau
Kang survey : 80% rakyat memilih capresnya jokowi, 90% rakyat makin susah, lah kocak😅
Saya gk nyolok presiden.yang makin susah mungkin wong cilik,yang makin senang mungkin wong gegeden alias gedean.
Perasaanku yang ini itu harusnya begini, begitu ini diginiin entar pasti begitu, daripada begini mending begitu. Absurd absurd
Terlalu jelimet.
Seluruh kepercayaan dunia dari dahulu hingga akhir dunia dikalahkan oleh YESUS ADALAH TUHAN DARI ROH KUDUS TERTULIS DI ALKITAB. AMEN.