Setuju sekali, saya sudah membuktikan. Tidak sedikit mahasiswa saya S1 menulis skripsi dengan 3 bahasa, yaitu Arab, inggris, dan Indonesia. Bahkan pernah ada mahasiswa yg menulis skripsi S1 dengan menggunakan 9 bahasa, yaitu bhs Inggris, bhs Arab, bhs Mandarin, bhs Rusia,, bhs Jepang, bhs Korea, bhs Indonesia, bhs Jawa, dan bahasa Osing.
Gimana caranya menulis skripsi dgn menggunakan lebih dari satu bahasa? Gunanya apa? Apakah skripsi dgn beberapa versi? Versi bhs indonesia, inggris, arab dsbnya
Yang saya tahu pasti ada dua tamatan ITB yang di masa perkuliahannya memperoleh beasiswa penuh dari ITB. Saat ini keduanya menduduki posisi utama strategis di perusahan multinasional. Satu di London (UK) dan satunya lagi di Boston (USA). Sangat di sayangkan, ITB tidak memanfaatkan keahlian mereka, khususnya untuk ITB dan umumnya untuk negara.
Jangan sombong. Sebut satu saja kemajuan negara kita dibanding negara asing, jangan jauh-jauh tetangga sajalah. Klo lebih pintar kenapa kita gak pernah bisa jadi negara maju saat ini? Adab itu diatas ilmu
ITB sudah meluluskan insinyur chip dan semacamnya jika punya ahli mungkinkah memproduksi chip atau peralatan elektronik di bawah BUMN semacam PINDAD , PT DI sehingga pemerintah tidak perlu menunggu investasi asing masuk. Artinya Indonesia mandiri dibidang semi konduktor.
Setuju sekali, saya sudah membuktikan. Tidak sedikit mahasiswa saya S1 menulis skripsi dengan 3 bahasa, yaitu Arab, inggris, dan Indonesia.
Bahkan pernah ada mahasiswa yg menulis skripsi S1 dengan menggunakan 9 bahasa, yaitu bhs Inggris, bhs Arab, bhs Mandarin, bhs Rusia,, bhs Jepang, bhs Korea, bhs Indonesia, bhs Jawa, dan bahasa Osing.
Terima kasih Prof Imam atas insightnya. Sangat menarik untuk kita ketahui bersama. Salam sehat dari Jakarta.
Gimana caranya menulis skripsi dgn menggunakan lebih dari satu bahasa? Gunanya apa? Apakah skripsi dgn beberapa versi? Versi bhs indonesia, inggris, arab dsbnya
Yang saya tahu pasti ada dua tamatan ITB yang di masa perkuliahannya memperoleh beasiswa penuh dari ITB. Saat ini keduanya menduduki posisi utama strategis di perusahan multinasional. Satu di London (UK) dan satunya lagi di Boston (USA). Sangat di sayangkan, ITB tidak memanfaatkan keahlian mereka, khususnya untuk ITB dan umumnya untuk negara.
Kurang dihargai dan yg lebih ngeri bisa dikasuskan di sini😮
5:24 btw, prof dulu ngajar di mana? MIT? 🤔
Jangan sombong. Sebut satu saja kemajuan negara kita dibanding negara asing, jangan jauh-jauh tetangga sajalah. Klo lebih pintar kenapa kita gak pernah bisa jadi negara maju saat ini? Adab itu diatas ilmu
penduduk kita banyak sekali sedangkan yang terdidik dengan baik sedikit ..... semoga kedepan cepat maju
ITB sudah meluluskan insinyur chip dan semacamnya jika punya ahli mungkinkah memproduksi chip atau peralatan elektronik di bawah BUMN semacam PINDAD , PT DI sehingga pemerintah tidak perlu menunggu investasi asing masuk. Artinya Indonesia mandiri dibidang semi konduktor.