Apakah Internet Memperburuk Jurnalisme?
HTML-код
- Опубликовано: 13 сен 2024
- Digitalisasi menantang jurnalis untuk membuat berita secepat mungkin dan sebanyak mungkin. Lantas, dampak apa yang timbul dari fenomena ini? Dan apakah jurnalisme online bisa diselamatkan?
Video ini adalah hasil kerjasama Remotivi dengan Pekan Komunikasi UI 2019
_________________________________________________________________
Jika kamu ingin berdonasi atau membeli merchandise kami, kunjungi:
www.tokopedia....
www.remotivi.or...
kitabisa.com/r...
Media sosial Remotivi:
/ remotivi
/ remotivi
/ remotivi.or.id
/ tokoremotivi
Line: @remotivi
Media Sosial Pekan Komunikasi UI
Twitter: @pekankomunikasi
Instagram: @pekankomunikasi
Untuk info lebih lengkap tentang Remotivi, kunjungi website kami: www.remotivi.or.id
Perubahan apa yang kamu harapkan pada jurnalisme online kita? Dan bagaimana itu bisa terjadi?
Literasi
Untuk tribun kalau buat berita jangan clickbait dan jangan dibuat jadi beberapa halaman/page.kalau membaca kan jadi repot
Jurnalisme online yakk? Perubahannyg sangat gw harapin adalah kalangan yg cepet bgt share info tanpa saring
Jurnalisme yang netral,fakta dan seimbang.
Berita tentang entertainment boleh aja tapi kan........... berita tentang Rafathar tuh buat apaan ?
Disamping para jurnalis online harus mengacu pada nilai kebenaran suatu berita, masyarakat juga harus punya kesadaran literasi media untuk meminimalisir hoax tersebar. Makin tinggi tingkat literasi media maka tingkat penyebaran hoax juga minim karena masyarakat punya kemampuan memfilter mana berita yang benar mana yang tidak.
Inilah penyebab jurnalis membuat berita sampah
Nomor 4 bikin MELONGO
Gak heran, acara pertelevisian Indonesia aja hampir semuanya dimiliki pemilik kalangan politik dari(mnctv, rcti, Metro tv, kompas, tv one, indosiar) beritanya pasti menyangkut keuntungan politik partai tersebut gak netral lagi..
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
@@zakb7418 Kompas sm Indosiar bukan milik org Politik bro... Klo lo nyebutin Indosiar knapa ga sama SCTV? Kan keduanya 1 naungan.
@@zakb7418 except during election
@@injazfamily4511 kepemilikan bukan dilihat dari CEO/COO tapi dari kepemilikan property (Saham).
" kedatangan gempi di rumah rafathar, keduanya dicurigai menjalin hubungan asmara ", " teuku wisnu rela antar sang buah hati ke gerbang sekolah ", " awkarin keslepet ngomong k0nt0l ini klarifikasi awkarin dari instagramnya ", " ayu ting ting potong kuku anaknya sendiri ".
Tipe2 jurnalisme sampah ya seperti yang di atas, media yang seharusnya jujur malah jadi media asumsi dan opini media sendiri bukannya menampilkan fakta digital dan bukti lapangan yang mana berita di atas ga berpengaruh sama sekali buat yang tau atau ga tau
Memangnya berita-berita seputar dunia selebriti itu tergolong kedalam ranah jurnalistik?
Karna mereka butuh uang. Keradd
Suwer guwe ngakak baca headline 🤣🤣🤣
@@onisuryaman408 sama :v
Sampah atau tidak itu relatif, knp tipe berita kyk gitu masih ada ? Karena ada pasarnya sendiri, artinya laku & banyak peminatnya ditambah desakan untuk membuat berita sebanyak mungkin dari pelanggan, jadi kita ga bisa nyalahin juga. Trs untuk masalah asumsi & opini, itu wajar ada ditaro dalam berita sebagai 'bumbu'
Semoga cepet ketemu nih jalan keluarnya, kita memang membutuhkan informasi valid. Tapi profesi pers sendiri malah tergerus oleh kebebasan informasi sekarang dan tekanan dari aspek bisnis. Kalau pendapat kami memang tergantung pada cara masyarakatnya juga dalam menanggapi suatu informasi. Itulah yang susah untuk diubah pada landscape digital kita sekarang. Kita butuh banyak konten seperti remotivi ini untuk mencerahkan pandangan masyarakat terhadap informasi digital. Semoga trending deh 😁👍
Wih ada orang nyasar 🤭🤭 (becanda)
Grup tribunnews sampah banget dah beritanya..
Tiati om..
tapi emang sampah kok
Tribun yg ga online beritanya ga parah kek online kok😂
Tribunnews itu spamnya internet.
Yg paling menjengkelkan
(1) 2 3 4
Gua paling sebel Kalo berita dibagi" jadi beberapa halaman..😑😑 udah beritanya Gk nyambung Sama Judul iklannya ganggu bgt... Kadang binggung yg nulis ini bneran jurnalis bukan sih 😑😑😑
Lebih parahnya lagi setelah kita buka halaman berikutnya, ehh ternyata setengah isinya cuma mengulang apa yg ada di halaman sebelumnya, 😂😂😂
@@guacamolework3918 iyaaa, sumpah itu Nyebelin banget 😅
Tribunnews
Sama. Itu hal yg paling nyebelin.
@@rickysyaifuddin5343 haha
Wow kaget ngeliat remotivi sekarang udah 130ribu subscriber.
Inget banget dulu pertama mampir kesini waktu masih 10ribuan subscriber.
Selamat buat seluruh tim!! Congrats! Semoga bisa mengarungi dunia youtube dengan baik.
Pertanyaannya, apa remotivi bakal selalu bisa jadi media yang anti-mainstream dan selalu punya sudut pandang unik terhadap suatu fenomena? Atau bakal terbawa arus youtube di masa masa saat ini?
We hope all the best for you guys
We love remotivi! 💗
Terimakasih banyak atas apresiasinya! Kami turut mengharapkan hal yang sama :)
Jawabannya, kami akan selalu menjadi lembaga studi kajian media dan komunikasi. Oleh karena itu, semua konten kami akan selalu menggunakan perspektif kajian media. Kami sebenarnya berharap kajian media, ataupun kajian sosial lainnya, dapat menjadi mainstream sehingga publik mendapat beragam perspektif dalam melihat isu-isu terkini.
We also hope all the best for you guys! luv u all!
Saya juga, subs dari remotivi sekitar 30rb an. Dan memang saya subs karena kontennya sangat menarik dan anti-mainstream. Sehat dan sukses selalu tim!
Keberadaan jurnalis skrg makin turun.. Karena banyaknya media sosial yang digunakan netijen untuk membuat berita, untuk meliput sesuatu yang beragam, menjadi berita hingga viral, seperti contoh nya bocah SD yg naik motor ngebut, jatuh, ditonton org banyak, jadi viral, lebih viral dari berita di TV, bahkan TV pun akhirnya ngambil berita dari para netijen2 yg menggunakan Media sosial, bukan merekam secara langsung.
Edit, harapan saya semoga dunia jurnalistik bisa menemukan cara yang lebih unik untuk membuat dalam mencari berita yang tentunya unik, unik yg bagaimana? Itu tergantung ide para jurnalis lah
Apa mungkin kita harus menyalahkan para netizen nakal?
Maksudnya, ternyata selama ini nggak cuma jurnalis video game aja yang sampah.
@@farhanrizkiahnafa7404 +62 memang gitu njir. Netijin yng maha bnar tuh udah retak smue otaknya tuh
Ketika heboh di sosmed soal un sulit,nemu berita yg judulnya “siswa=soal unbk cukup mudah” eh ternyata pas dibaca yg diwawancarai cuma 2 anak di 1 sekolah.masa 2 siswa itu dpt mewakili seluruh siswa
Kadang kadang keselnya tu kalo clickbait. Contoh, Jokowi pindah ke PKS, taunya jokowi yang lain, bukan Jokowi si Presiden. Ama Komeng mati ditembak perampok, taunya komeng yang lain, bukan komeng si pelawak di ILK. Kesel
Judul : Ahok tewas tertabrak mobil di Solo.
Berita : "Sudjono alias Ahok tewas tertabrak pada kecelakaan lalu lintas"
Apalagi "ibu ahok meninggal"... Eh bukan Ahok BTP. Pas lagi marak2nya kasus Ahok. Kan gemes anjir buat apa. Padahal itu di apk berita yang suka banyak iklannya. Tapi beritaya isinya begitu semua
dengan tekanan "tulis 10 berita perhari" saja wartawan masih mendapatkan upah yang kecil. patut dipertanyakan ke mana uang-uang yang iklan berikan ke pihak media. udahmah upahnya kecil, masih harus dibenturkan dengan resiko peliputan yang beraneka macam. aku cuman berharap pers di Indonesia menjadi lebih baik dengan konten yang bermutu, upah bagi para buruh media yang layak, dan keselamatan kerja bagi para wartawan
Salah satu alasanku nggak mau dan nggak akan pernah follow akun akun macam lmbtrh dan sejenisnya. Hanya memperbesar dan memberi panggung bagi info info ngawur yang menguntungkan segelintir anonim dibelakangnya. Btw, maju terus Remotivi!
Hampir semua berita Indonesia tentang artis, hiburan, gosip mendekati sampah... Gak bermutu
Eh, ketemu mas Willy aja disini.
@@yansenberniryansimatupang1350 ahahaha pemantau sosmed soale ian heuheu
@@zakb7418 no, not at all.
Saat aku SMA 2011an aku pikir ada yg aneh sama berita pers di internet. Ternyata terjawab sudah setelah 8 tahun. 😊
Sepettinya sulit keluar dari kungkungan iklan karena media punya dept.sales & marketing sama seperti perusahaan lain. Saat jurnalis sudah dituntut target jumlah tulisan, ada lagi kewajiban ngintili eventnya klien perusahaan. Kalau 1 event sengaja dipecah jadi banyak angle berita, bayangkan aja betapa rendahnya kualitas tulisan kita.
Kok Detik udah dapet lu gak dapet.. 😂 pokoknya itu kalimat horor banget kayaknya buat wartawan
Betul bgt. Apalagi kalo udah dikirim link berita detik sama redaktur. Auto keringet dingin😂
Saya suka remotivi.. ad nya tidak saya skip.. demi perkembangan remotivi.. tetaplah menjadi jurnalis pencerah, independen dan imparsial..
Remotivi X Pekan Komunikasi UI 2019!!!!!! Aaaaaaaaaa superduperr keren!! Terusss menginspirasi ya remotivi!❤
Makknyuus
Ini ni konten yang di tunggu tunggu
Sukses selalu remotivi
mantap akhirnya nemuin chanel indo kayak gini
Kasian orang tua saya, slalu percaya hoax di medsos.. :(
Sampe dibawa2 ke grup whatsapp
Wkwkwk sama
Wadu
Soalnya mereka selalu percaya apapun yang ada di internet walaupun berita pake google voice wkwkwkwkwk
Di kasih tau pelan2 bang tadinya mak gw juga gitu
Jadi inget episode Spongebob, "The Krabby Chronicles", berita picisan.
warga lokal menikah dengan tiang listrik!
Yeah, it's really an informative criticism towards current news media.......in general, IMO.
Mantab, mencerahkan
media online clickbait menjamur karena mereka tahu rata-rata indon cuma baca JUDUL, TERGUNCANG IMAN, klik, langsung menuju kolom komentar dan caci maki, tapi GAK BACA ISI BERITA.
Not just Indonesians, dude. Don't say that 100% Indonesian people always do that.
Konten bagus, akan saya share di status w.a saya
oh jadi karena wartawan punya target 10-15 berita perhari makanya muncul berita yg menurut gw gak penting, Rafatar diare aja mungkin nanti akan diberitain -_-
Wkwkwk ya maklum sekarang udah nggak bisa kayak dulu lagi yang belum seluas sekarang sumber informasinya.
Entar ada berita rafatar potong rambut ketek di beritain heboh
Iya betul kasian nulis segitu, kuantitas emang kadang buat kualitas nurun.
Menurut gua sih di indonesia sudah ada perusahaan yang menggunakan sistem berlangganan seperti tempo
The Jakarta Post juga
Jangan lupa kompas.id Yang kualitasnya serupa dgn harian kompas.
Nonton animasi yang disuguhkan di vidio ini jadi berasa kayak Kurzgesagt, tapi versi Indonesia. Keren banget emang Remotivi.
oh,.. ini bukan vivaldi tah ?
@@albertusmahendradata8197 Vivaldi Tah?
@@pratamaarinaldo2667 saya juga gak tahu hehe
Hadir selalu menyimak
sebagai pembaca berita, saya sangat menyayangkan media massa online yang sudah punya nama dan popularitas, tapi mengalami penurunan kualitas berita. asal cepat tapi tidak berbobot, juga seringkali mengabaikan fakta.
Aku cinta Remotivi
Kualitas media di Indonesia tergolong yang buruk; masih jauh jika dibanding sama portal berita Malaysia yang notabenenya masih serumpun.
Akhirnya yang saya risaukan selama ini dibahas ,
Terakasih remotivi dengan adanya video ini jadi tau alasannya. Balik lagi kita sebagai pengguna jangan asal telan berita mentah2 harus di cek kebenarannya.
Sekarang sudah tidak ada kanal berita yang beritanya mudah dipercaya publik
Kalau konten beritanya tersaring dan berkualitas, saya sebagai publik tentu akan dengan senang hati berlangganan.
Kondisi ekonomi jurnalis lebih kompleks.
Dikarenakan menurunnya media cetak seperti koran dll, mereka harus downsizing jurnalis. Pindah platform ke internet, dan pasti revenue dari ads kalo yg gratisan. Makanya perlu andelin click count/page views.
Kalo mereka tetep menyodorkan berita tersebut sayangnya berarti masih ada yg tergoda utk membaca.
Untuk channel ini saya ikhlas menyisihkan sebagian penghasilan saya utk didonasikan, demi mencerdaskan netizen seluruh Indonesia
Pesan yang disampaikan dan juga cara mengilustrasikannya, adalah maha dewa.
0:43 Oh Tuhan, sekelas Tempo dan Liputan 6 (yg gua cek dah lulus verifikasi jurnalisme internasional anti-hoax, IFCN), sampe ikut2an juga nge-clickbait ala lambe turah? Wagelasseh. Keknya Indonesia bener2 darurat jurnalisme berkualitas dah. Sebagai orang awam, gua emang gak tau sih solusinya yg tepat gimana. Tapi, paling gak, yg bisa gua lakuin ya cuma subscribe konten2 yutub yg menurut gua oke (Remotivi termasuk) sama lagi nyicil nih buat langganan Kompas.id Digital. Semoga tercapai hehe.
Kalo gua pas liat laman2 berita yang agak kesel sih:
1. Iklan bejibun. Pas mau baca berita salah satunya di kompas, muncul video iklan. Dan pas close. Ketika baca beritanya. Iklannya bejibun di kanan kiri ada. Ya gimana ya mungkin ini strategi buat pemasukan kompasnya. Cuman bagi gua ini risih.
^gak cuma di kompas aja sih.
2. Terus kadang berita yang isinya ga sesuai sama judulnya. Ini sering di tribunnews. Clickbait sih :v, sepengetahuan gua bukannya tribunnews itu afiliasi sama kompas ya? Yang udah dianggap senior media pemberitaan nasional.
3. Banyak berita cuman intinya sama aja. Jadi judul A, B, C tapi intinya Z.
Yhaaa itu lah media di +62 ehehehehee
If you think only Indonesian media do that, it's still far from true.
paling males kalau iklan ada chapter nya wkwkw, jadi sekarang harus loncat loncat beberapa page baru bisa dapet informasi yang lengkep.
Iya gan, banyak iklan jadi males skrg baca brita di media mainstream. Mending mojok.
Ini juga menyindir soal jurnalis tv yang lebih ke entertainment dari pada tujuan aslinya
Setuju banget. Sekarang media isinya malah ngambilin dari konten kreator. Masa berita dibawahnya ada tulisan sumber: channel RUclips blablabla
Media adalah bisnis. Bisnis berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurut gw, kekacauan dunia jurnalistik saat ini adalah cerminan masyarakat yang gak terdidik, yang mau-maunya makan konten sampah. Tapi titik terangnya adalah munculnya berbagai genre konten baru yang menekankan kualitas, dan ini ada pasarnya sendiri. Menurut gw, nanti (kalau bukan sudah) akan terbentuk semacam media high-brow dan low-brow, media yang dipersepsi sebagai berkelas dan gak berkelas, kredibel dan gak kredibel. Akan ada ujaran-ujaran sindiran seperti, "Jiaah... Bacanya Detik.com." atau, "Halah, berita online dipercaya." dsb. Kita sedang berada di tengah proses pendewasaan masyarakat di zaman baru.
"cuma 3, what when dan who"
hahahah How-nya ilang, pantes orang sini gampang banget kemakan hoax :))
Sama kata 'why' yang harusnya juga krusial biar gak langsung tersinggung 😅😅😅
Harusnya 5W + 2H : What, When, Who, Why, Where, How, dan How Much
Rancu antara "media yg mempengaruhi publik" atau "publik yang mempengaruhi media"
Sebenarnya untuk saat ini, news site yang menurut saya cukup bagus itu tirto.id, beritanya cukup berimbang, dikemas lebih baik (infografis, banyak gambar/animasi/grafis sehingga menarik secara visual dan sering mengeluarkan gambar2 "ringkas" yang mudah untuk di-retweet atau repost insta), dan beritanya tidak hanya si ini begini si ono begono, tapi sering ada analisisnya. Pun sering mengeluarkan artikel yang "timeless", bisa dibaca kapan saja sebagai pengetahuan umum/sains.
Apakah cuma saya di sini yang merasa tiap buka portal berita, kuota cepat habis tersedot iklan2 video yang pada jalan otomatis?
Remotivi
Tolong dibahas fenomena iklan sisipan yg sedang menyerang tv kita..ketika suatu tayangan tv tiba2 menampilkan produk tertentu atau sebuah acara terpotong oleh kuis interaktif dgn sponsor tertentu..menurt sy ini sangat mngkhawatirkan..karena utk waktu iklan sudah tersedia sendiri..tolong dibahas dan solusi yg bisa direkomendasikan ke kpi.
Are you butthurt to those ads?
Karena UU Penyiaran terbaru memberikan kesempatan pada media untuk meningkatkan kesempatan berpariwara.
Kualitas berita online sekarang sedang buruk2nya. Judul yang click bait, kualitas informasi yg diperoleh jg rendah. Tp orientasi mereka adalah penghasilan, selama click/berita yg mereka peroleh (dari judul2 clickbait) bisa menampung lebih banyak uang dari adsense, halal2 saja buat mereka.
secara gak langsung permasalahan ini yg menyebabkan bnyknya berita hoax yg tersebar di dunia maya. disaat masyarakat meragukan kredibilitas suatu berita karena kurang terjaganya kualitas berita dan kemudahan dlm akses internet di era sekarang.
Wah, ada Mba Riana.
keren sihh mantap bang
Chanel ini sangat membantu saya sebagai mahasiswa ilmu komunikasi :(
video yang paling keren sih menurut gua ,di tengah2 banyak nya hoax yang di ciptakan oleh situs berita online
@raynaldo arlen k.eman sekarang hampir semua orang bisa membuat berita hoax , satu satu nya cara menghalau hoax adalah memperbanyak pengetahuan
Min, boleh bahas tentang kenetralan media zaman skg pas lagi musim pemilu ga sih? Aku kepo. Soalnya salah satu temenku dr jurusan jurnalistik UIN Jakarta pernah cerita..
Waktu itu dia berkunjung ke salah satu media besar yg ada di indo. Terus dia di tanyain sm pemimpin redaksinya "menurut kamu media harus netral atau berpihak?" terus si temenku ini bilang "harus netral dan berimbang karena tugas pers memang menyalurkan apa yg terjadi kepada masyarakat" terus pimpinan media itu malah bilang "gak dong. Harusnya kita harus memihak salah satu kubu. Biar rakyat gak bingung kita condong kemana". Menurut admin? Apakah ini wajar?
Sebagai masyarakat awam aku malah jadi meragukan kenetralan media2 zaman now loh min. Sesuai opini yg sering di gumamkan salah satu kubu politik yg skg (media gak bisa dipercaya, media pesenan dst). Kalo bisa, tolong dibahas ya min :)
yup, dunia sekarang sudah terlalu cepat. memaksa setiap pekerja memanen tanamannya sebelum waktunya, jadi yg didapat kualitas banyak tapi ga bermutu. kalau jurnalisme di beri bantuan atau suport, sehingga para wartawannya masih bisa menjalankan kontrol dan filter informasi untuk mencari kedalaman berita. seperti chanel ini misalnya, saya setiap ol pasti selalu menunggu info apa yg di suguhkan dari chanel ini walau nunggunya lebih dari seminggu^_^.
Belum lagi dibombardir sama berita dari grup whatsapp keluarga, yg dimana malah dimotori oleh sang senior di grup tersebut, tidak bisa dipungkiri justru mereka yg berumur malah menelan mentah" berita yg baru mereka dengar, dan hoax pun menyebar dengan dalih yg tua lebih benar.
Internet tdk hanya merubah dunia jurnalisme, industri musik dan perfilman pun mau ga mau.. ikutan arus perubahan.
Kalo lagi buka berita, tapi screen berita ditutupi banyak iklan. Langsung auto-close saat itu juga. Berita dengan konten/isi yang sama pasti banyak dibahas oleh media lain.
Kalau kalian suka video tema manajemen; pemasaran, investasi, keuangan. Cuzz kepoin channel ane...
iklan merubah segalanya..
Ga cuma ol. Gua harap semua media massa juga bisa kembali ke fungsinya sebagai pers buka PR. You know lah.
wah kayaknya asik sih itu sistem berlangganan, bayar perbulan buat informasi yg akurat dan berkualitas rasanya gamasalah
Perbanyak literasi, angkat budaya lokal seperti sejarah dan kegiatan budaya, perlunya juga menaikkan berita tentang kerusakan lingkungan. Salah satu cara adalah menggaet konten kreator/ahli di berbagai bidang agar setiap berita bisa berbobot dan menarik untuk dibaca. Itu hanya sebatas angan, bila penduduk kita masih menyukai berita entertainment daripada edukasi yang dibuat sedikit berpikir. :'(
Harusnya sistem donasi/Langganan diterapkan di Indonesia. Dan donatur tsb mendapatkan benefit tersendiri seperti : tanpa melihat iklan, bisa menyortir berita sendiri, dan mendapatkan informasi lebih cepat. Tp sayangnya mental warga kita adalah mental "gratisan" dengan jargon khas mereka "kalau ada yg gratis, kenapa harus bayar"
Jadi menerapkan sistem donasi juga sepertinya akan sulit.
Blitzkrieg Agreed. Ga di Indonesia aja sih. Di seluruh dunia kayaknya, netizen pada umumnya ogah bayar informasi berkualitas.
Di AS juga punya masalah yang sama dibahas sama John Oliver di Last Week Tonight dua tahun lalu ruclips.net/video/bq2_wSsDwkQ/видео.html
Kocak tapi informatif banget.
Internet tanpa gerbang, nyari informasi bgtu mudah dan cepat, klo dlu pengen tau berita bola terbaru sampai nunggu acara bola tiap pagi atau akhir pekan di TV, tpi skrng bgtu mudah dan cepat dgn Internet 😅
Demi tuhan, ini kau sebut jurnalisme
Agar tercepat, jadi berlomba-lomba yang menyebabkan circular reporting Dan mengesampingkan fakta (Ted ex)
Bang bikin video mengomentari kasus audrey dong
Masalahnya kalau pakai donasi/langganan, saya gak yakin banyak orang yang tertarik. Mentalitas orang Indonesia masih berpikir kalau berita itu seharusnya bebas/gratis lewat internet, blum berpikir kalau orang2 di media juga punya perut yang harus diisi.
Pastinya bung
adsense Terlihat lebih penting ketimbang kualitas jurnalismĕ
Ini kerennnnnnnn banget
#KebebasanPers
Gagasan dr gw bgmn kalau dewan pers diberi mandat memverifikasi semua berita online berbahasa Indonesia dgn standar yang diumumkan ke publik. Dan kominfo memberi hak akses yang dibutuhkan untuk menshutdown berita hoax
Saya bukan watawan atau jurnalis. Saya hanya penikmat orang biasa yg lumayan sering baca berita tapi boleh ga saya bilang *RIP DUNIA JURNALISTIK INDONESIA*
Jadi kayak sinetron kejar tayang, kualitasnya jelek banget
Saya rasa solusi sistem donasi untuk pers bebas biaya itu paling tepat. Dan itu bisa dilakukan perseorangan, tanpa harus menjadi perusahaan berita. Kalau mau berbayar, sistem langganan mungkin yang paling tepat, dan mungkin lebih cocok dipakai di perusahaan berita besar yang klasik.
Saya rasa itu yang harus diperhatikan dan mulai diatur pemerintah sekarang sehingga dalam praktik mereka tidak sembarangan, dan memiliki perlindungan hukum yang sejenis dengan perlindungan pers klasik.
Necroposting, tapi konsep ini dicoba sama media seperti project multatuli. Mungkin elo bisa cari tau lebih lanjut kalau tertarik
Min, bahas dong fenomena media-media khususnya tv yang mendadak super duper islami selama bulan puasa dan setelah beres bulan puasa kembali lagi "bringas" seperti biasa
Detik.com memang beritanya cepat publish, tapi hanya "sekedar tahu" saja dan tidak bisa langsung dipercaya (tetap cek news site lain setelahnya). Kompas.com publish-nya lebih lambat, tapi beritanya lebih lengkap dan akurat.
Bagaimana dengan metro tv yang judul beritanya sudah sangat tidak netral, apakah melanggar kaidah jurnalisme juga?
Bagaimana SEXY KILLER dari sudut pandang Remotivi??
Mau subscribe eh ternyata udah disubscribe
hmmm... apakah remotivi dapat dipercaya?
Min kenapa tadi sempet dihapus dlu
Menurutku, portal Berita online terbaik itu Tirto, dan Kumparan.
Wow! Animasinya bagus banget, 60fps pula. Informasi yg disampaikan juga bagus. Mungkin saran buat remotivi kedepannya untuk memperhatikan penulisan di videonya (cth: preposisi, bahasa tidak baku/bahasa asing bisa di garis miring, dst). Kudos!
Mau sharing dikit, jadi w gabung di LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) dikampus & tepatkan sebagai jurnalis untuk ngebahas yang santai, dan ringan media online. Pihak redaktur suka nuntut hal yang cepat dan baru, bagi w sendiri nyari topik yang ringan susah banget adanya isu berat, sekalipun isu berat w ga bisa penelitian kayak anak jurnalis *Maklum mhsw FE*.
Memang sih dengan adanya internet membantu tapi dilain pihak juga sebagai jurnalis juga harus selalu cari masalah..
apakah jurnalis di masa depan itu suram? rencana mau ambil itu di kuliah 😥
Bang riview konten youtube yg ngemis suscribe dong, marak judul youtube tanggung agar menonton penasaran dan di awali dengan ngemis suscribe 🙄
mulai banyak ngejar klik dan adsense, cuma berita foto aja dibuat beberapa halaman
0:43
demi tuhan kalau kau sebut ini jurnalisme
btw buset sehari harus 20 berita
mending jadi admin meme aelah
mending bikin web streaming anime manks
Nyatanya begitu hehe makanya jurnalis online kudu pinter pecah angle dan muterin angle biar satu peristiwa jadi banyak berita. Menurut gue, itu yg bikin berita online gak lengkap. Tapi sekarang mulai banyak sih media online yg tulisannya panjang😁
Kok lama sih bang apdetnya ?
Semua media adalah asumsi dan dorongan opini...
Kalau berita online yang cuma copas gitu gimana yak? Makin ke sini makin sering nemu yg kayak gitu
Intinya, kalo pengen media yg independent dan mengedepankan aktualitas itu butuh usaha dan dana, salah satu caranya dengan kita berdonasi, ye gak min? 😁🙏
*independen
Visualisasi sebaik ini tidak layak mendapatkan subscriber se sedikit ini
Cieeeee detik
Tetap independen dan kritis ya
Skrng cek youtube beritanya...antara percaya dan tidak percaya...hahaha
Koq sebelumnya ada dihapus Bang? Ada revisi kah?
Iy, pada video yang dihapus kami menyebut Riana sebagai "mantan wartawan Kompas". Kami kemudian merevisinya menjadi "mantan wartawan Kompas.com".
Maaf jika revisi ini mengganggu hehe
@@remotivi Oh iya gak ngeh, padahal video yg awal nonton sampai habis 🙈, tetap semangat bikin konten berkualitas Bang, saya tetap mendukung. 💪
Ud dr bertahun-tahun lalu gw terganggu dgn judul2 berita online yg tata bahasa n clickbaitnya ud kayak tabloid gosip murahan..mana isi artikelnya jg ud menyalahi kode etik pers.. sedihnya sampai yg veteran selevel Tempo tdk lolos dr ini..
haha emang lucu sih, bahkan dalam kasus terbaru di pontianak, kebanyakan berita online mengambil sumber dari apa yang ada di media sosial seperti twitter, ig dsb. makannya banyak yang kemakan hoaxnya, karena buru buru untuk mengejar jumlah berita yang ditayangkan di hari itu, demi ikan juga.