Kenapa Mahasiswa Filsafat Jago Bohong? -
HTML-код
- Опубликовано: 24 июл 2024
- Manufacturing Consent, 1988. Noam Chomsky:
chomsky.info/consent01/
Mau Donasi via GOPAY/OVO/OVO POINTS/LINK AJA/DANA? Klik ini:
saweria.co/donate/indogegewepe
Mau Donasi via PAYPAL? Klik ini:
streamlabs.com/thecleansound
Beli baju Singham di:
bit.ly/bajusingham
Sponsorship, Endorsement, dan Contact Person Eno Bening:
cleansoundstudio@gmail.com
Twitter: / eno_bening
Instagram: / eno_bening
Facebook: / enobening
Snapchat: eno_bening
Pertanyaan yang sangat menarik untuk "Apakah TASTE kita SANGAT dipengaruhi oleh media2 yang kita konsumsi atau kita bisa memilih dan menentukan TASTE kita tanpa pengaruh media sama sekali?" Gua mau coba jawab karena mau latih cara pikir gua, well gua bukan ahli psikolog, filsafat, media, dll jadi jawaban gua itu belum tentu benar dan ini hanya pendapat gua oke
.
.
Pertama gua bahas dulu gimana sih cara kita bisa punya "kuasa untuk bebas memilih selera/taste sesuai dengan kehendak kita" (Pilihan kedua di pertanyaan tadi). Menurut gua, cara lu mempunyai kehendak untuk menentukan taste lo itu adalah dengan "proses pembentukan preferensi pribadi". Nah yang menurut gw menarik lagi adalah, pembentukan preferensi pribadi itu pastinya dengan cara proses "Penyerapan informasi secara eksternal" secara terus menerus, contoh: mungkin dari faktor keluarga, faktor lingkungan pertemanan , bahkan MEDIA itu sendiri. Nah, "penyerapan informasi secara eksternal" itu sangat bekerja efektif disaat kita masih masa anak-anak sampai masa remaja. Jadi di masa tersebut, "proses pembentukan preferensi pribadi" itu berpengaruh LEBIH kuat, dan proses tersebut pastinya membutuhkan INFORMASI2 EKSTERNAL (yang mungkin diserap secara terus menerus) untuk membentuk suatu preferensi pribadi tersebut, yang salah satu faktor nya adalah "INFORMASI MEDIA", Yakni pilihan pertama di dalam pertanyaan bang Eno tersebut. Ya semoga pada mengerti apa yang gua ketik barusan.
.
.
Dan ini JAWABAN dari pertanyaan mas Eno yang tadi: Kalo gua pribadi, gua bisa memilih dan menentukan TASTE gua tanpa dipengaruhi oleh media, karena mungkin gua dididik ortu, menjadi seperti itu, bergaul di lingkungan yang membuat gua seperti itu, atau mungkin MEDIA yang gua baca atau gua tonton pada saat itu secara terus menerus yang membuat gua mempunyai preferensi pribadi yang kuat. Yang dimana gua jadi gak sengaja menyetujui juga pilihan mas Eno yang pertama (Kita dipengaruhi oleh media2 yang kita konsumsi).
Tolong dibenarkan, para ahli2 di bidang nya thankyou udah buat gua latian menjawab pertanyaan!
Suka gua nih sama argumennya. Argumen kita nggak jauh beda, cuma beda di beberapa poin dan kesimpulan akhir aja nih bang (kurang lebihnya). Cuma kalau gua lebih setuju sama argumen pertamanya eno, kalau "selera dan taste kita itu terpengaruhi sama media" dan gua percayanya kalau kemampuan kita cuma buat kontrol "siapa" yang mempengaruhi kita. Bukan apa "selera" kita.
Ini ujung-ujungnya masalah "kehendak bebas" wkwkwk
Bukannya yang berperan sebagai "media" disini ortu masnya sendiri ya? Jadi yang mas pilih disini itu hasil dari pengaruh ortu masnya sendiri
kalo suatu individu ini memang mempunyai keinginan kuat untuk menentang preferensi yang masuk dari orangtua, lingkungan, dan pola pendidikan dia sejak dini? menjadi seperti punya preferensi sendiri begitu? atau mempunyai keinginan untuk menyerap semua informasi dan preferensi untuk "hanya ingin tahu" dan tidak mengikutinya?
fix ini bukan eno, karena gak bilang 'hey singham'.
kemungkinan dia adalah alien yg telah menyamar sebagai eno, karena eno yg asli telah ditangkap, karena telah membuat org-org sadar bahwa alien itu ada.
@@makbarr1976 epico
Big brain
Lucu?
Plot twist
Elit Global Ini Mah
Nobody:
Eno at 9:43 : _"finally there is someone whose questions deserve to be answered ... I'm very excited"_
Setengah video jawab 1 pertanyaan wkwk
Eno itu tipe orang yang ngejawab 15 pertanyaan
*meskipun lu nanya 1 doang*
It's called efficient answer
Filsafat mesti ngejawab dan memikirkan secara skeptis jadi, kalo lu nanya sesuatu gk di jawab secara harfiah aj
jangan dianggap serius,this joke is just for fun
Bg, bahas filsafat dari anime Fullmetal Alchemist - Brotherhood dong😊😊
Up
Up
Up
Up
Up
Eno Says "Hai Teman-teman"
Singham:"Something wrong i can feel it"
Menurut gua tontonan itu mungkin berpengaruh besar dalam cara kita berfikir tapi ga cmn tontonan aja, faktor lingkungan dan tingkat kekritisan berfikir seseorang juga nentuin kearah mana yg dia pilih. Contohnya tontonan dia "ngedroktrin" A tapi lingkungan sekitar dia malah ga percaya dan percaya dengan B tentu itu bakal jadi bahan berpikir dia untuk percaya yang mana. Dan orang orang yang memiliki kapabilitas dalam berfikir kritis akan menganalisa dulu semua informasi sebelum dia menentukan hal apa yang di percaya. -duh belibet banget gua ngomong
Emang pengaruh lingkungan cukup besar sih bang, seperti yang althusser bilang bahwa penanaman ideologi dimulai dari unsur terkecil yaitu keluarga, dan itu ditanamkan sejak kita lahir. Jadi persoalan kritisnya manusia terhadap media menurut gw ada 2 hal yang paling berperan, lingkungan dan buku bacaan
Joy stik adalah alat ukur masyarakat untuk memainkan otak manusia dlm suatu permainan tertentu👍
Ha? Alat ukur?
Jawabannya masuk logika banget ya
Yang ditanyain filsafatnya, bukan definisi ngarang.
Trian Prabowo awoakwok, gagal deh dapet gelar
Logikanya w g nyampe nih
9:18 setuju sama lu bang, filsafat itu bukan mentidakjelaskan tapi mempertanyakan sebuah kebenaran, karena pada dasarnya kebenaran itu tergantung dari perspektif individu itu sendiri, apakah kebenaran menurut kaum kapitalis sama dengan kebenaran menurut kaum sosialis?, filsafat mempertanyakan kebenaran yg tidak final, contohnya ada yg bilang akhir dari manusia adalah pada saat dia mati Jawaban nya pasti benar karena lu liat sendiri bahwa ada orang yg mati dan itu final, terus ada yg bilang orng yg belajar di jurusan akuntansi akan menjadi akuntan di perusahaan, nah kalo ini nggak final dan lu bisa membantah, karena fakta nya orang yg menjabat direktur ada kok yg dari jurusan akuntansi, kira kira seperti itu
"Kebenaran itu subjektif"-Gua😀
Oh yea? Explain Deleuze now
@@akseleratiovren62 kebenaran itu sesuatu yang terkait dengan situasi pembentuk, syarat pembuatan dan pembangunan gak sih bang kalau kata deleuze?
Joystick adalah manifestasi fisik dari sebuah jiwa,raga dan pikiran yg disatukan dalam bentuk hardware supaya kita bisa merealisasikan koneksi pada proses input kehendak kita dalam bermain game
Normies : Joystick Adalah Alat Untuk Bermain Game
Gua jawab menit 17:05
Gua setuju sama statement pertama eno. Selera kita, cara pandang kita secara gk sadar bakal kebentuk sama pengaruh apa yang berhasil kita indrai. Dan itu pasti. Baik itu bentuknya bacaan, tayangan, atau sebagainya. Kendali yang kita punya bukan untuk menentukan selera kita, tapi kendali yang kita punya adalah untuk menentukan, kita mau di doktrin sama media yang mana. Kebebasan kita cuma sebatas itu. Semua pola pikir kita, dan lain lainnya pasti di pengaruhi sama apa yang kita indrai.
"Filsafat dari sebuah Stick"
Q: Mengapa stick itu diciptakan ?
A: untuk membantu kita mengkontrol permainan dalam video game.
Q: Game adalah hal fana.. jadi stick bisa mengontrol hal2 di dunia yang fana itu ?
A: semua itu bergantung dari pikiran si pemainnya.. di adalah otak yg mengatur dunia fana itu.
Q : Apakah kita hidup di dunia yang fana juga ? Yg dimana kita dikendalikan oleh stick di dunia lainnya ?
A: Bisa jadi... dunia itu misterius dan bisa saja dunia kita ini tak nyata
Cheatengine
Ketimbang filsafat malah lebih ke senja wkwk
Kuda:"wah diluar hujan"
Eno:"or is it?"
is that vsUs reference?
hey vsauce! eno here
17:05 menurut gw dua duanyabenar. Tergantung orangnya. Tergantung lingkungannya. Orang bisa memilih dia ingin menjadi apa. Dia bebas pola pikirnya mengikuti media atau membentuk pola pikirnya sendiri. Menurut gw juga media adalah senjata yang op banget karena bisa memengaruhi pola pikir seseorang. Jadi orang yang tidak memasang filter di otaknya akan terpengaruh oleh media dan menentukan orang itu menjadi orang dengan pola pikir yang seperti apa.
Maap kalo ada salah.....
Kalo bisa kritik :)
Setuju! Pendapat kita sama.
Tambahan bang...
Orang yang "dibentuk" oleh media, tidak memiliki kemungkinan untuk ber-opini karena ia tidak ada alternatif sebelumnya terhadap info info yang akan didatangkan oleh media.
Klo kurang mohon kritik juga ya bang👍
menurut gua sih sebenarnya orang masih bisa menentukan pilihan seleranya tersebut ...
I think, secara sadar ga sadar.. Faktor eksternal itu tetap berpengaruh walaupun semisal impact nya cmn bbrp persen.. But at least apa yg kita lihat, dengar, dan merasakan. Itu semua bakalan ada dampak nya mau lu filter kaya apapun. Itu karena rekap nya ttp ada, karna lu udh pernah pass away sama keadaan itu tadi... Contoh gampang, "anak dibawah umur yg merokok krn meniru ayahnya" dlm hal ini, rekap yg diterima anak ini telah dia ikuti 100% sesuai apa yg dia lihat..... Contoh ke 2 "budi menjadi sedikit temperamen dikarenakan sering dibentak ayah nya 10 tahun lalu" dlm case seperti ini dia secara gak langsung mendapatkan dampak yg dia ga sadari (sifat temperamen) itu dri apa yg dia dengar dan rekap itu menetap didalam si budi..... Tapi pengaruh yg ku maksud di awal ga selalu buruk dn akan ku jelaskan lagi di contoh ke 3.. "eno menjadi skeptis terhadap suatu media masa, dikarenakan kebanyakan media itu selalu menjadi senjata politik oknum sepihak yg selalu menyudutkan lawannya" nah di contoh ke tiga ini eno secara gk langsung mendapatkan benefit berupa pikiran yg mempertanyakan kebenaran itu sendiri yah simply kedewasaan dan ga gampang di boongin.. Inti pernyataan ku itu "ttp bakalan ada dampak maupun lu filter kea gimanapun, entah itu secara sadar / ga sadar
Point lingkungan, gw setuju. Kita dari kecil sudah menerima informasi yang tidak bisa dihitung lagi sumbernya. dari pengalaman gw, bang eno telah mengubah pandangan gw terhadap meme. Dan ketika gw menerima pandangan dari sumber lain, gw tetap memegang pandangan dari eno yang lebih kuat di dalam pikiran ku. Gw mengambil kesimpulan, bahwa mungkin pikiran kita dipengaruhi pers dengan argumen terkuat dan terjelas yang pernah kita terima dan selalu berubah ketika pandangan yang lebih kuat datang.
Argumen gw memang kedengaran edgy atau cuma perasaan gw aja?
Terima kasih, No, untuk kuliah singkat tentang Chomsky dan media yg sangat padat, mantep banget 👍
Kalo selera kita tanpa sadar terpengaruh karena media mungkin bakal ada namanya mediaisme, yang pandangan hidupnya selalu ke media tanpa mengikuti alur pikiran sendiri dan mengkritisi hal yang di pertontonkan oleh media.
Contoh Pilpres.
Media bebas membesar besarkan no 1 atau 2 dan memberi fakta fakta berlebihan ke nomor 1 atau 2 atau 2 2 nya.
Sehingga masyarakat yang menitik pusatkan seleranya ke media pun akan mengikuti media tersebut, dan parahnya lagi kalo influencer sudah ikut²an.
Coba selera kita masih bisa dibentuk dan membuat selera sendiri terhadap media, kita bisa melakukan apa yang seharusnya sesuai daripada yang diberitakan oleh media.
(Mediaisme cuma bercanda kita berandai² saja jika beneran ada namanya mediaisme yang lahir sebagai komedi)
Intinya ya kalian buat lah selera terhadap media sendiri tanpa keikutan.
numpang berargumen disini ya kak hehehekalo menurut gua pribadi bukan media yang menentukan selera dan cara pandang kita, tapi selera kita sendiri lah yang menentukan media apa yang akan kita baca/cari/tonton atau telusuri. contoh mudahnya misalnya kalian suka atau tertarik sama suatu bidang nih, pasti kalian bakal penasaan dan bakalan mencari bahan tontonan/ bacaan tersebutkan, tapi gasemuanya juga kalian suka kan? dalam satu bidang tersebut pasti ada yang jadi favorit kalian ada juga yang bahkan kalian gasuka. kalian pasti akan cenderung memilah hal tersebut, apa yg kalian beneran suka dan sesuai sama kalian akan kalian tonton dan kalo kurang ya gaakan kalian telusuri.
@@silviazarda1381 tapi kalau lu suka ama konten filsafat... Dan karena menonton video ini,lu ngefans ama Eno. Apa lu nggak nonton video eno yang lain diluar topik filsafat? *seperti rabu cringe atau meme reaction.
Jadi menurut gw media juga mengambil alih sih terhadap pola pemikiran kita,namun tidak 100%
@@silviazarda1381
setuju bgt, kita memilih jenis informasi dan media yg kita suka.
Tapi, menurut gw, setelah kita ketemu satu media yg "cocok" sm kemauan kita, nantinya media itulah yg bisa ngerubah pola pikir kita pelan2.
Akhirnya kita -misal- condong ke 1 pihak, atau memandang kasus sebelah mata, itu karena kita udah percaya sm media favorit kita.
@@silviazarda1381 jika memang bukan media yang menentukan tetapi selera kita sendiri, bagaimana jika informasi dari media yang kita cari atau telusuri adalah informasi yang dikehendaki oleh media itu sendiri untuk disebarkan? kita masih punya kendali atas apa yang mau kita cari, tapi media punya kendali atas informasi informasi yang beredar. sehingga media dapat membangun tembok yang mengitari kita untuk membatasi informasi yang kita seharusnya tau. dan kita akhirnya tidak menyadari bahwa media telah mengurung kita di ruang kuasa media, karena perhatian kita tertuju pada apa yang kita suka saja. jadi kayak, "gw kasih informasi yang lu suka, gw simpen informasi lain rapat rapat tanpa lu ketahui".
@@silviazarda1381 kalau menurut gue media sendiri lah yang membentuk selera masyarakst luas karena jalur keluar masuknya informasi tuh mayoritas dari media, contoh positifnta bisa lu liat kayak skrg banyak media mencoba menyisipkan pemikiran lgbt bahwa mereka sebenernya bukan penyakit dkk dari situ terbentuk lah pemikiran masyarakat bahwa sebenernya lgbt itu bukan penyakit ada kok dokumenter yang ngejelasin bahwa selama ini selera masyarakat
Ayayayy revinavt yg nanya haduhh best question di content eno haha 😅
Bahasa ini seperti bensin moral untuk manusia.
Kangen kuda laper dipentok pake palu ama eno:"
Wkwkwkkw, sama
We all miss that
This is so sad. Alexa play despacito
Aristoteles
@@mouse5520 sukineko's words
Episode pertama meh.. episode yg ini gokil sih, soalnya bang eno ada niatan beneran bahas pemikiran tokoh(jatohnya introduction sih, tp tetep mantep!) Kudos!
17:05 kalo menurut gw semua orang pasti udah memilih media apa yang ingin dipilih dan dinikmati
namun, semisal sudah memilih tontonan via Media mainstream semacam TV swasta kan disana menurut gw menerapkan template "Hiburan yang yang harus ditonton semua orang"
sedangkan media seperti RUclips menerapkan template "Hiburan untuk semua orang "
Yang dimana media seperti youtube menyajikan berbagai hiburan yang siapapun,umur berapapun,strata sosial apapun dapat menikmatinya
Tapi bener kata Eno, gk setiap orang bisa kritis, mereka lebih suka pendapat populer😢
Gua malah gk pernah lagi nonton TV, gk seru😂
Tapi pernah dibongkar sama documentary out of shadow dimana semua hiburan dan informasi yang kita dapat udah diatur oleh pemerintah amerika karena emg udah ada kesepakatan dari semenjak kelar perang dunia 2 pemerintah meminta untuk mengatur media apapun dari berupa hiburan maupun media informasi lainnya untuk membentuk karakter masyarakat mereka tetapi karena hiburan mereka udah masuk jadi konsumsi internasional jadi yagitu makannya bermunculan orang2 seperti chomsky mungkin rada kedengeran kaya teori konspirasi sih
@@martabakman2193 itu memang terdengar ke konspirasi. Bukti mreka menyepakati itu saja tidak pernah terekspos ke media.
Keadaan dilema dimana kita tidak bisa mendapat info hanya dari 1 sumber dn dimana 1 sumber diantara banyaknya telah menjadi alat politik.. kalu pun kita dibentu oleh pemikiran kita sendiri, apakah akan ke jalan yg penuh kontra atau pro ?. Toh kita juga harus menghargai fakta yg diberi oleh petinggi negara.
Sangat dibentuk oleh media. Karena, selera dan pola pikir terbentuk dari informasi yang sering kita dapat setiap hari.
Dan, media memiliki kuasa atas informasi apa yang ingin disebarkan.
Tentang Chomsky, sebenernya udah sedikit dijelaskan di Mazhab Frankfurt kalo yang pada belajar di ilmu komunikasi, di ilmu komunikasi juga belajar teori-teori media. Dan bener apa yang Eno bilang tentang media yang menanamkan pemahaman kepada publik. Mereka punya power dan framing tertentu untuk mengontrol selera masyarakat. Duh ini gua pelajarin semua di Ilkom pas semester 4-6, sekarang mah lagi nyusun skripsi. Doain ya skripsi urang lancar hehe. Jujur urang seneng banget dengan #FilsafatMenjawab, karena selama ini urang belajar filsafat, tapi masih di bidang komunikasi, jadi butuh perspektif dari anak filsafat beneran. Keep up bang!
Hai teman teman gw eno bening
Singham : a'ight imma out now
menurutku setiap manusia sebenernya bisa memilih apa yang ingin dikonsumsi dari media. karena pada dasarnya orang yang mengikuti pola pikir yang sudah dibentuk media di lingkungannya juga termasuk pilihan. kalo kita mengkerucutkan ke dasar diri kita, sebenarnya kita punya kebebasan untuk memilih. hanya saja, mereka memilih untuk mengikuti media yang dikonsumsi secara "umum" saja atau memilih untuk mencari media atau informasi yang ingin dikonsumsi sesuai keingginannya. tolong diralat jika penjelasan saya ada yang kurang.
durasinya lebih panjang lagi bang....suka gua konten kek gini
Dari pengalaman sendiri dan orang-orang terdekat. Bisa dibilang, media sendiripun telah menjadi pengatur pendapat, pola pikir orang-orang. Baik orangnya itu sadar, ataupun secara tidak sadar. Bahkan saat orang-orang ini berusaha untuk membuat pendapatnya atau pola pikir sendiri. Sebenarnya, tanpa sadar yang mereka sampaikan atau pkirkan, hanya pendapat atau pola pikir yang mereka dapat dari media, dan dikembangkan begitu saja sama mereka. Singkatnya, sebagaimana apapun pendapat atau pola pikirnya seseorang, sebenarnya pendapat dan pola pikir mereka itu hanyalah apa yang didapat mereka dari media yang biasa mereka lihat dan ikuti selama ini.
17:05 apakah selera kita, cara pandang, cara pikir kita sangat2 dibentuk tonton kita, youtube yang kita tonton, tweet yang kita baca ?
apakah kita memiliki kebebasan untuk menentukan kita itu mau selera apa atau cara pandang tanpa harus terpengaruh media ?
menjawab pertanyaan ini, masih ingatkah bagaimana selera kita pertama kali dibentuk ? apakah dari media atau tidak. misal dari media itu terbentuk maka bisa dicounter jika ada sebuah media yang tertentu dan itu berbeda dengan selera anda (seperti sebuah perasaan tidak senang) dan malah benci berarti masih ada kebebasan dalam menentukan selera anda. silahkan dicounter
Pendapat gw dr pertanyaan bang eno gini bang, pas masih kecil, cara pandangan kita sangat terpengaruh sama lingkungan sekitar kita, mulai dr tontonan kita sampe perilaku orang disekitar kita. Tapi saat udh cukup dewasa, lama kelamaan kita punya cara pandang kita sendiri (yang sebenernya berasal dari masa kecil kita) yang lebih kokoh (dalam arti ga gampang terpengaruh) karena udh tertanam dari kecil. Walaupun begitu, orang dewasa tetap bs terpengaruh cara pandangannya karena manusia terus berubah-ubah/beradaptasi, maka pandangan kita juga bs berubah-ubah tetapi perbuhannya tidak terlalu drastis.
gas terus bangggg semangat
gw terbentuk dr ntn lu no... perbedaan nya dulu ama skrng krasa bgt. karena yaitu itu td seperti yg lu bilang. lu menggetarkan pikiran gw untuk berubah scr pola pikir. gw gak tau mau berterimakasih atau tidak, tp jd seorang yg kritis itu malah banyak kepikiran sesuatu. dan tiap nonton sesuatu gk bs enjoy 100% pasti ada aja yg ngerasa kurang sreg.
Yamahaha eno bening jadi youtuber hai teman teman
akhirnya video eno lebih enak dilihat 😁
Pada dasarnya kita dapat memilih media mana yang kita sukai. Kita pasti lebih memilih media yang memiliki pola pikir dan pandangan yang sama dengan kita hanya untuk membuat kita memenuhi hasrat kepuasan dan pembenaran dalam diri kita. Jadi bukan media yang membentuk pola pikir tapi kita yang membuat diri kita terjebak dalam pola pikir media.
Lanjutin bang, butuh asupan topik” berbobot nih wkwkw
Human:"exists"
Philosopher:I have several question
CMIIW
Wrong, it must be
_Exists *exists_
Thing exists
Nyolong dr memenade wkwk
@@sagittariusa1708 ooooooo
ooooooooooooo
Agak sulit ya untuk menentukan pilihan kita bagaimana di era saat ini , apa lagi orang orang yg sejak kecil menyerap informasi2 negatif dan tak masuk akal sehingga pada saat sudah besar mereka akan menerima informasi apa saja dan ikut ikutan saja sesuai keinginan mereka masing2 jadi sang penyebar/pembuat informasi ini sangat berperan besar dalam mengendalikan pola pikir kita dan mengharuskan kita untuk menyerap informasi tersebut
bang sering-sering ngomongin politik dong hehe suka banget denger tentang politik dengan cara pandang filsafat
keren no, nambah ilmu. lebih asik bikin segmen baru, misal ini filsafat atau ini filsuf yang dimana ngebahas tentang filsuf dan pemikiran yang dikemukakan, sekedar yang lu tau aja tentang si filsuf yang dibahas
Menarik sih kalau bahas filsafat
Apalagi tentang Chomsky yg seerti mengingatkan kita jangan hanya percaya ada suatu media tanpa memahaminya 👍
Tapi bener kata Eno, gk tiap orang bisa "kritis"
"Media selalu membohongi anda"-Media
Bung Eno menjawab pertanyaan sulit dengan memberi pertanyaan yang lebih sulit.
Argggghhhhh.... Otak ku mendidih
😂😂😂
🤯
17:05 1. Ga cuma media aja sih tapi dari lingkungan juga bisa memengaruhi pemikiran seseorang 2. Menurut gue bisa, tapi media bisa membantu kita untuk mengelola informasi sama buat nambah wawasan baru. Seenggaknya kita ada gambaran akan sesuatu, ini sesuai dengan keinginan atau enggak, trus membentuk opini juga sih
Mau ngejawab pertanyaan bang Eno
Kalo menurut gw sih pemikiran kita banyak yang terbentuk melalui hal-hal yang kita alami, dalam kasus ini media massa yang dimana banyak sekali hal-hal yang bisa menarik perhatian kita.
Contohnya ketika gw nonton video "apa itu filsafat" bang Eno bikin gw tertarik dan akhirnya mencoba nonton konten bang Eno yang lain. Dari sini gw belajar banyak dari bang Eno, gw mulai mencoba untuk mengkritisi berbagai hal dan hasilnya benar-benar mengubah cara gw untuk memahami suatu hal.
Jadi ya... gw setuju kalo pemikiran manusia dibentuk oleh media massa bahkan tanpa butuh persetujuan kita untuk diubah pemikiran kita sedemikian rupa.
Itu pendapat gw sih
Menurut gue sih cara pandang, pola pikir serta selera kita, bergantung dengan apa yg kita terima dri media soalnya, aku pernah diskusi dengan teman sekelas, nah seluruh acuan dan sumber yg dia gunakan dalam argumennya itu berdasarkan influencer yang dia tonton dan yang informasi yang di keluarkan oleh dia, ada yang bertentangan dengan pemikiranku dan pengalamanku dan ditambah tontonan, selera dan informasi yang aku terima berbeda dengan temanku itu.
media tidak mempengaruhi sepenuhnya, karena kita yang memilih dan menfilter media seperti apa yang layak dan cocok untuk konsumsi kita. Jadi semuannya balik ke orangnya masing masing dan tontonanya
Bang ceritain satu teori filsuf yang menurut lo paling keren donk. Kek teori yang lo setuju banget dan lo excited banget pas tau teori itu. Thank you bang
Menurutku, kita bebas menentukan mau kemana arah pemikiran kita, ya dengan menentukan apa saja yang kita sukai dan itu sejalan dengan kehendak kita sebagai manusia.
Sekali kali berfilsafat tentang Cinta gitu mas.. Sehingga kondisi banyaknya Cinta di era sekarang terkondisikan lagi..
Konten yang paling gua tunggu dari channel ini.
menurut saya si bang, output pemikiran kita akan sesuai dengan apa yang kita tonton/konsumsi. Karena bukti kejadian empirisnya sudah banyak, sepertinya yg bang eno sering contohkan dengan kolom trending youtube dimana isinya rerata "sampah" dicerminkan pula dengan pola pikir masyarakat kebanyakan yang rancu ketika mendapati suatu masalah/drama terutama di sosial media. Untuk kebebasan sendiri saya lebih berpikir kalo kebebasan itu telah dipakai diawal ketika menentukan jenis tontonan kita. Kesimpulannya kita tidak memiliki kebebasan berfikir yang 100% bebas karena pasti diplintir oleh media dan lingkungan, namun kebebasan sesungguhnya adalah ketika proses memilih media dan lingkungan tsb.
maaf jika terlalu berbelit-belit hehe
Jadi bang eno, contoh filsafat yang ditawarkan oleh chomsky itu contohnya bisa kita lihat di Indonesia pada saat ini, seperti media kita yang melebih-lebihkan dan menyudutkan kaum Yahudi sebagai umat Iblis dan musuh bersama yang harus dibantai, sehingga masyarakat terbentuk pemikiran bahwa pantas kalau yahudi itu harus dibantai dan dijahatin tanpa melihat sisi kemanusiaan, apakah itu termasuk penggiringan opini oleh media yang dikatakan chomsky?
Bener soalnya bisa kita lihat kan kebanyakan masyarakat indo udah memukul sama rata semua kaum yahudi
Menurut gua itu pengaruh gabungan dari agama & media yg bias
Ohh itu membuat opini publik yg menyudutkan suatu aliran kepercayaan dan ada suatu kelompok aliran kepercayaan lain yg mmbuat seolah" (kepercayaan ini buruk) secara menyeluruh. Pdhal bisa opini ini digiring dalam konteks kemanusiaan bukan kepercayaan.
Apakah filsafat mempelajari bulu hidung
Gue : " What ?"
Dry
7:55 Yes, He said the A-Word
🐴
Aristoteles
Bro, lu nama ignya @my_name_is_reff kan
@@rexxyguava ya, terus?
Yang aku dapati adalah selera/preferensi itu bisajadi dibentuk pada masa kecil melalui influencer dominan seperti ortu. Sebenernya di SMA sendiri kalo yang nyicip sosiologi, kan ada bahasan soal sosialisasi atau pendidikan ya, nah ortu sendiri adalah yang pertama(pada umumnya) kasih nyam-nyam ke kita, entah itu berupa kehadiran atau kasih sayang dengan berbagaimacam bentuk.
Contoh kecil, seorang pria(straight) melihat wajah ibu sebagai bentuk wanita ideal yang muncul pertama kali, saat dewasa bentuk ideal itu akan menuntun kita untuk memilih pasangan yang serupa dengan ibu, mungkin pernah denger juga jodoh itu mirip sama ortu kita.. karena mungkin secara gak sadar kita mencari kenyamanan yang sama dengam orang tua kita. Atau dalam menentukan selera makanan dan gaya berpakaian... Namun variable influencer sendiri bisa berubah-ubah.. dan media lain seperti media masa dewasa ini cenderung lebih dominan. Media sosial terutama, dimana dengan segala kontennya menjadi realitas sendiri, celakanya ortu yang lalai malah membiarkan anaknya bermain dengan bebas di realitas tersebut, realitas maya, yang tentunya tidak nyata. Akhirnya anak tumbuh menjadi orang yang asing di keluarganya.. dan punya selera sendiri dalam hidup... Kalo keluarganya baik-baik aja pasti selera orang gk beda jauh dari ortunya.
Nih mungkin kesimpulan kasarnya, manusia punya selera dasar dalam menentukan pilihannya. Selera tersebut berasal dari influence saat kecil(mungkin golden age ya? Koreksi kalo salah), contohnya ortu, atau yutuber 1M bebas... Nah udah melewati masa kecil itu mereka gak bakal jauh jauh.
Jadi inget quotes "orang itu gak berubah, tapi berkembang" lupa dari siapa... Tapi yaitu deh.
Klo menurut gw, data pertama kita saat mulai search sesuatu di suatu platform (Google Search, RUclips, dll) menjadi acuan untuk si platform membentuk selera kita.
Jadi, awalnya, selera itu ada.
Tapi, seiring berjalannya waktu & collect data dari si platform terhadap si individu tersebut, memunculkan algoritma khusus yg menjadikan kolom recommended menjadi alat untuk menggiring selera dari seorang individu sesuai dengan apa yg disuguhin si platform.
Tapi, kalo ditelisik lebih kompleks lagi, bisa aja si individu tersebut seleranya uda digiring berdasarkan lingkungan keluarga atau lingkaran pertemanan.
Bisa aja sih selera itu gak kebentuk secara sadar.
Tapi, hasil dari interaksi yg buanyuak banget.
Sampai akhirnya membentuk selera, yg dirasa, sesuai dengan si individu.
Long-short story, selera itu ilusi.
Yg nyata cuma interaksi antar individu atau individu dengan platform.
tumbnail yg sesuai dgn vidio, dan d taro d awal vidio.
mantap bang, anak filsafat mah beda.
lol
Menurut saya pola pikir seseorang itu dibentuk oleh apa yang dia tonton atau baca dari sebuah media, tapi dalam waktu bersamaan dia juga dapat memilih media mana yang ditonton atau dibaca sebagai referensi untuk berpikir.
Kenapa yang di pilih untuk di jawab adalah pertanyaan pertanyaan bodoh , sedangkan bung Eno bisa menyeleksi dan memilih pertanyaan lebih berbobot ?
Ban eno serius nanya kenapa orang sebagian orang kalo coba konsultasi selalu ke agama?
Serius aja gw kna penyakit mental tapi malah di bilang kurang ibadah
Ke dokter dan say hai
Ga ada salahnya juga kan buat memperkuat mental dgn ibadah :)
Apa ini berarti agama adalah candu
Ke psikiater
@@724drum masalahnya nggak semua masalah bisa diselesaikan dengan hanya berserah diri kepada Tuhan. Toh di agama saya aja di ajarkan kalau kita harus usaha dulu kan?
Gw pengen jawab soal diakhir videonya nih. Menurut gw dan berdasarkan pengalaman gw. Apakah kita masih bisa bebas buat milih 'selera' atau 'keinginan' kita tanpa dipengaruhi media? Menurut gw, jawabannya masih bisa. Ini tergantung sama diri kita aja, apakah kita mw msih bebas atau kita terlalu males bwt nyari informasi sampe sampe medianya yang ngebentuk pemikiran kita. Intinya, It is up to you. Tapi, nggak bisa dipungkiri juga banyak orang-orang yang pemikirannya sudah terlanjur dibentuk sama media karena kurangnya edukasi. Sama, seperti Eno yang dibilang tadi, kekuatan untuk berpikir kritis mereka sudah nggak ada, jadinya tu informasi main masuk aja. Kurang lebih, seperti itulah pendapat gw.
Untuk menjawab pertanyaan Eno Bening daya pikir kita tidak cuma di bentuk dari media cetak ataupun mass media, tapi yang disebut media ini juga bisa disebut tongkrongan kita; ini yang bisa disebut media pembentuk moral. Jadi mungkin ini makanya ada yang suka bilang "hati hati jangan nongkrong sama orang yang salah" karena mereka bisa melihat daya pikir teman, kerabat, atau keluarga mereka semakin hari ber evolusi. Hal nya sama juga tentang media karena ada istilah "sphere of influence" yang pertama kali digunakan dalam konteks politik dan imperialisme. Topik ini juga sudah dibahas oleh sastrawan Inggris Kazuo Ishiguro dan sastrawan Nigeria Ben Okri lewat karya novel mereka. Okri dan Ishiguro juga sering membahas tentang dunia yang berubah di zaman millenial ini.
"Logic of mind" this a good video i like discus 👍
Ya sekarang kan tetap sama saja sih media sekarang di dalam nya orang yang punya power di pemerintah jadi ya sama aja pemerintah menggunakan media publik untuk kepentingan juga jadinya.
tergantung masing masing individunya. Cara pandang seseorang bisa terbentuk dari media. gimana media mem framing sesuatu supaya terbentuk opini publik yg di mau. jadi kalo kita bisa mencerna sesuatu dr media dengan baik, dan bisa kritis terhadap media, gaakan terpengaruh sihh
Btw video nya keren
alhamdulillah yaallah no sering2 gini pls pls T___T
Buat pertanyaan pertama 0:46 mungkin dia nanya kayak gitu karena filsafat, seperti yang bang Eno bilang, mempelajari cara berpikir kita dimana disini dimaksudkan memperluas 'sudut pandang' kita terhadap sesuatu sehingga memungkinkan pengenalan diksi yang lebih banyak, sehingga memungkinkan retorikanya bagus. Tapi konteksnya emang salah, karena yang retorikanya bagus bukan cuman orang yang belajar filsafat.
8:11 Mungkin menurut gua aja karena filsafat berdasarkan pada 'keraguan akan sesuatu'. Para filsuf dulu selalu meragukan hal-hal yang diberitahu oleh pendahulu mereka, contohnya peristiwa terciptanya manusia untuk pertama kali mereka meragukan bahwa itu tercipta begitu saja ( makanya muncul teori evolusi Darwin, karena dia menyangkal itu ) cuman kebanyakan 'hal yang diragukan' itu adalah memang belum ada kejelasan.
CMIIW
17:5 menurut gw vang kita masi bebas untuk memilih selera kita tanpa tergantung media, coba ambil dari jaman blum ada yutub, facebook, tv, radio mereka memilih selera mereka dengan aktivitas yang mereka lakukan bukan media yang mereka liat. Itu pendapat saya bang
Wah gila no, ilmu baru dari lu, tentang chomsky, gua baru denger pertama kali, alhasil gua harus dengerin itu 2 sampai 3 kali buat sedikit paham tentang apa lu yang bilang.
Tapi gua kepikiran sesuatu setelah denger lu di sekitar menit 11:50 - 12:15
Kalau bisa aja, media di indonesia ngegiring opini masyarakat kalau pemerintah itu ngendaliin media, membuat seolah olah kita kembali ke zaman otoriter. Yaa balik lagi untuk kepentingan kelompok tertentu.
Bang bahas filsafat dari anime Hyouka. Kan tu anime memecahkan kasus dari sebuah pemikiran seseorang. Contohnya ada suatu kasus di anime itu, kasusnya mengapa seseorang menciptakan suatu buku yang berjudul "Hyouka".
Filsafat adalah seluruh bentangan episode perjuangan dan pengorbanan seorang anak manusia yang hanya bisa ditutup oleh tirai kematian.Filsafat adalah sebuah dambaan dan dambaan (kerinduan) hanya mungkin hadir jika masih ada sesuatu yang belum selesasi; masih ada sesuatu yang belum tuntas; masih ada sesuatu yang dicari; masih afa sesuatu kekurangan atau defisit. yang paripurna tidak akan pernah mendamba karena tidak ada lagi yang dicari, semuanya sudah utuh dan lengkap. Namun, yang defisit dan yang senantiasa merasa kekurangan selalu merindukan karena masih ada rongga di dalamnya yang membuatnya tidak penuh, tidak utuh dan tidak cukup.
Joy stick alat yang diciptakan untuk mengendalikan dan menikmati suatu permainan yang diciptakan se efisien mungkin dan fleksibel
Filsafat emng menambah pola pikir yg lebih tinggi dan merubah keadaan.
Pernah bahas tentang ini pas kuliah ekonomi: socialism for the rich, capitalism for the poor
Ini satu2nya pemikiran chomsky yg pernah gw pelajari 😁
Imo, untuk menjawab pertanyaan eno yang diakhir, memang sih kita bakal naif buat bilang "nggak kok, kita masih bisa pilah pilih mana yang bagus buat gw dan yang nggak", but at the end of the day pasti kita bakal ke influence sedikit2 dari yg kita temui atau encounter sehari-hari, baik itu menurut lo hal yg baik jadi lo memutuskan untuk terima atau sebaliknya juga. Jadi ya, disini memang diperluin peran media yg jadi "tembok pertama" untuk memilah mana2 info yg harus diterima di masyarakat
Kecuali lo bisa nyerap semua informasi yang ada di dunia ini, which is u can't, karena keterbatasan oleh waktu itu sendiri
Kalau kata guruku, sampai seberapa jauh karya sastramu bisa membohongi banyak orang, sampai sejauh itulah karya sastramu bisa menjadi karya sastra.
17:26 menurut q kebebasan itu tidak terjadi ketika kita tidak terikat dengan apapun tapi kesadaran tentang apa yang mengikat kita dan kendali penuh terhadap reaksi kita terhadap ikatan tersebut...
Jadi kalau kamu suka sebuah lagu entah karena pengaruh media atau zaman atau lainnya. .. Dan tetap menganggap lagu itu bagus walau sudah lewat jaman atau ampe bosen kmu dengerin itu berarti kmu memilih dengan kebebasan...
Tapi kalau kamu suka lagu lalu setelah zaman nya lewat kmu bilang lagu itu kuno atau bilang lagu itu jelek... Artinya kmu menyukai lagu tersebut karena ada pengaruh external yg tidak kamu ketahui mempengaruhi pilihan mu.. Jadi setelah pengaruh external itu hilang makan kesukaan kmu pada lagu tersebut juga hilang
Kalau manurut saya nih bang eno dari pertanyaannya saya sendiri masih mempunyai kebebasan dari selera yang saya ikuti dari sosial media itu, karena saya sudah bisa memfilter mana yang benar dan mana yang salah. Akan tetapi kalau kita berbicara realitas skrng orang-orang terbentuk tidak melalui selera atau kebebasan nya dia sendiri melainkan dengan apa yg telah di sajikan platform sosial media itu, sehingga orang-orang tidak memikirkan mana hal yang baik atau buruk dan berpengaruh cara pandang dan berpikirnya juga.
kalau gua yah, kan pernah baca buku filosofi teras yang isinya itu menjelaskan sedikit tentang stoicism dan kalau disitu itu ada yang namanya dikotomi kendali. jadi ada hal yang dibawah kendali kita sama ada hal yang diluar kendali kita. nah kalau pertanyaan bang Eno kayak gitu, menurut gua kita punya kebebasan sepenuhnya atas bagaimana cara kita berpikir, pola berpikir kita, bagaimana kita merespon informasi yang kita dapat. karena berdasarkan buku itu pikiran, perkataan, dan perbuatan kita berada dibawah kendali kita dan kita memiliki kebebasan sepenuhnya atas mereka
CMIIW
Petinggi petinggi media bisa mengatur ruang publik yang ada di masyarakat bang. contohnya, banyak masyarakat terpecah belah menjadi beberapa golongan karena di kambing hitamkan oleh kepentingan politik dan dampaknya masyarakat berseteru di ruang publik (cth kolom komentar di medsos)
wah bersyukur banget ama rec=vinavt pertanyaan berkualitas sekali gua pengen pertanyaan seperti ini diperbanyak dantentunya jawaban yang memuaskan hasrat haus akan ilu pemngetahuan tentunya
Ini yanh bertanya di postingan random di ignya eno apa ada postingan tertentu ga sih?
kalo menurut gua sih, gimana orangnya itu teguh dengan pemikirannya/keputusannya/karakternya. karena menurut pengalamab gua, ada yang emng gara gara tontonan yang ditonton membentuk pemikiran baru, ada yang gara gara tontonan pemikirannya ngikutin apa yang ditonton, dan ada juga yang mereka teguh dengan dengan pendiriannya walaupun dia menonton suatu tontonan. itu semua tergantung seberapa kuat dan teguhnya orang, analoginya, kalo pohon akarnya engga merambah ketempat yang luas dengan gampang pohon itu lepas dari tanah akibat anginlah, hujanlah, badailah. menurut gua ini. mari berdiskusi :)
Menurut gw kita masih bisa milih sih kita mau punya pola berpikir seperti apa kalau kita mau belajar kritis ama berpegang teguh ama prinsip tapi karena pengaruh sosial dimana segala hal pasti dipengaruhi oleh media kita cenderung kebawa arus buat ngikutin hal tersebut. Ya alasannya karena ada sangsi sosial kalau punya pola berpikir berbeda atau berbeda dari orang kebanyakan ya pasti dikucilin dibilang anehlah, ga open mindedlah.
Tentang pertanyaan mentidak jelaskan hal yg jelas itu adalah argumen orang orang ketika kita mengritisi orang yang didewakan(dipuja puja, dan semua yang dikatakan olehnya dianggap benar oleh pengikutnya) untuk menghentikan pengkritisan bang.
F. Joystick menurut gw
Joystick merupakan sebuah alat yang kita gunakan utk ngendaliin game
Kita analogikan dalam hidup, kita masing masing memiliki joystik/alat yang kita gunakan untuk mengendalikan atau mengontrol kehendak kita (free will), bebas menggunakan banyak tombol pergerakan, analog arah mau kemana hidup kita
Kita bebas apakah ingin menjalankan sesuai dengan misi
Atau menyimpang dan game over secepatnya
Konektor joystick
Semakin berkembang dari dulu yang hanya menggunakan kabel hingga sekarang non kabel
Sama halnya dengan kehidupan tentunya ada perkembangan dari alat kita untuk menjalani misi hidup dari yang semulanya terbatas asal kabelnya nyampe hingga sekarang menghadap kemana saja dan dimana saja asal tetap terkoneksi kekehidupan yang ingin kita jalani
Bentuk joystick pun berbeda dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing ada yang dapat digunakan untuk seluruh game, ada yang lebih spesifik untuk beberapa game saja, begitu pula dalam hidup kita
Alat ini tergantung mau kemana arah tujuan dan konteks kehidupan kita
Alat kita mau ke semuanya tanpa hal yang dikhususkan bisa saja
Alat kita maunya yang spesifik ke ekonomi / politik / budaya saja bisa
Alat itu adalah PIKIRAN kita yang perkembangannya dulu terbatas hingga sekarang yang lebih bebas
Kita bebas mengontrol hidup kita dengan arah, tujuan, pergerakan yang kita inginkan tanpa menafikkan segala perbedaan
No cara liat live podcast 5 kage dimana
Halo bang Eno, boleh request pendapatnya tentang tes MBTI tidak..? Pengen tau bagaimana pendapat bang Eno yang punya pengetahuan filsafat terhadap tes kepribadian ini. Apakah secara struktur tes ini bener / ada kaitannya dengan beberapa filsafat tertentu?
Filsafat dari joy stick adalah jembatan yang menghubungi antara manusia dalam dunia nyata dengan manusia dalam dunia game (character game) sehingga secara tidak langsung kita sedang mengendalikan orang lain (character game) di universe yang berbeda.
Gw ketiduran dengerin cerita eno wkwkwk, jadi kangen kelas
gue masih bisa untuk memilih apa yang gue suka di kanal media terutama youtube, ig, dan twitter
Menurut gw sih bang,kita sendiri yg menentukan cara berfikir kita dan,media adalah alat kita untuk mempelajari/menyalurkan cara berfikir kita karena kan pada akhirnya kita sendiri yg milih2 mau nonton apa dan mau liat apa,"kalau dia berfikir begitu karena terpengaruh gimana?" ya berarti memang itu saluran media yg tepat bagi dia utk carsa berfikirnya,toh pasti gk semua info kan yg disimpin di otaknya
Setiap individu pasti punya kepentingan masing2..
Menurut gua sih pemikiran seseorang didapatkan dari informasi yang individu tersebut dapatkan, entah dari mananya, namun informasi tersebut dapat mempengaruhi pola pikir individu tersebut, yang membedakan hanya bagaimana individu tersebut dapat memfilter informasi yang didapat
Kak pengen tau dong argumen kk tentang omnipotence atau unstoppable paradox,, berhubung kakak anak filsafat
Kalo gua pribadi merasa bahwa gua masih sangat bisa menentukan apa yang gua mau liat atau tonton, dan ya itu sangat membentuk diri gua saat ini, karena menurut gua informasi yang bakalan masuk ke otak kita dan kita pahami betul itu adalah informasi yang kita ingin tahu, gua berfikir seperti ini karena gua menyadari bahwa hal2 yang gw pelajari dulu saat SD, SMP, SMK itu banyak yang nggak nempel sampe sekarang, dan yang nempel di otak gw itu ya yang gua suka doang
7:44 Yes akhirnya Eno bilang hal ini, itu kalo di ilmu sejarah disebut zeitgeist
Menurut gua itu bergantung pada individunya sih, kalo si individu tipikalnya ga punya pendirian ya bakal di bawa ombang ambing ama media, sebaliknya klo tipikalnya teguh dengan prinsip...mereka sih biasanya menerima dlu masukan dr media lalu memilih mana yang paling sesuai dengan dirinya
menurut saya bang eno....
beberapa orang, ada yang cara pandang nya dipengaruhi media dan
ada juga yang karena cara pandang nya, dia memilih media mana yang dia ikuti.
contoh nya : pengaruh konsumtif seseorang yang juga bisa dipengaruhi iklan/media yang ia tonton.
ada juga orang" yang seperti beberapa kami, memilih mendengar dari sumber seperti channel ini.
karena enjoy dan 1 suara, dengan apa yang anda sampaikan.
jadi, orang" bisa menjadi keduanya -> yang ditentukan dan yang menentukan.
tergantung sudah seberapa paham mengenai cara kerja media.
kaya yang bang eno sampein di video.
Buat yang pertanyaan tadi, jawaban gw, kita emang terbentuk dari media, lebih tepatnya kita terbentuk karna masyarakat. Selera kita, pola pikir, obsesi dsb, mau gamau emang dipengaruhi oleh orang lain. Tapi asal kita punya kendali, dan sadar mau terpengaruh pemikiran siapa, dan gamau terpengaruh selera siapa, kita masih bisa punya wewenang untuk memilih sesuatu, bukan yang tanpa sadar ikut2an mayoritas atau trend, dan tanpa sadar ikut omongan orang.
Btw, kemarin gw abis bikin tulisan tentang "buat gw influencer itu gaada."
Gaada yang pure influencer bagi gw, selain kalo gw (secara akal sehat dan perasaan) memperbolehkan orang tersebut menjadi influencer.
Itu si.
Menurut saya itu kembali kepada apa yang kita percayai, pola pikir kita terbentuk oleh adanya informasi yang diperoleh oleh Otak kita dan di proses olehnya, tapi untuk dapat di proses kita harus percaya bahwa informasi itu benar, darimana hal tersebut, dari alat informasi yang kita percayai seperti panca indera, panca indera adalah hal yang paling di percayai oleh Otak karena berdasarkan pada informasi yang ada di sekitar kita dan dialami langsung tapi bagaimana jika salah satu panca indera salah dalam menyampaikan sebuah informasi seperti fatamorgana, tentunya itu akan di cover oleh panca indera yang lain untuk menilai apakah pengelihatan salah dalam menyampaikan informasi ke otak dan disini lah terjadi cara berfikir bahwa itu adalah fatamorgana.
Jadi cara berfikir kita berdasarkan informasi yang didapat dan tidak dapat memilihnya, tapi kita dapat mempercayai alat informasi yang memberikan informasi yang dapat dipercaya sehingga mempengaruhi bagaimana kita berfikir.