Master Cheng Yen Bercerita - Menganggap yang tidak nyata sebagai nyata (065)

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 5 сен 2024
  • Master Cheng Yen Bercerita - " Menganggap yang tidak nyata sebagai nyata "
    Suatu hari di zaman Buddha hidup, Buddha memimpin sekelompok Sangha melewati sebuah desa. Melihat sekelompok Sangha agung yang dipimpin oleh Buddha para warga desa sangat gembira dan mulai berjalan mengelilingi. Buddha lalu memilih duduk di bawah sebuah pohon besar dan mulai membabarkan Dharma. Berhubung berhadapan dengan umat perumah tangga, Buddha pun menceritakan sebuah kisah.
    Buddha berkata, “Tahukah kalian ? “Hati semua orang dipenuhi delusi”. “Mereka menganggap ilusi sebagai kenyataan”. “Menganggap yang tidak nyata sebagai nyata”. “Karena menganggap yang tidak nyata sebagai nyata,, hati mereka penuh delusi”. Karena itulah banyak noda batin terbangkitkan sehingga mendatangkan penderitaan. Buddha lalu berkata, “Aku akan menceritakan sebuah kisah pada kalian”.
    Ada sepasang suami istri yang masih sangat muda dan berparas baik. Suatu hari saat sedang makan, sang suami terus melihat istrinya. Semakin melihatnya, dia semakin merasa istrinya sangat cantik.
    Demikianlah kisah tentang Menganggap yang tidak nyata sebagai nyata : • Master Cheng Yen Berce...
    Usai menceritakan kisah ini, Buddha berkata kepada semua orang, “Tahukah kalian ? Kehidupan ini sangat singkat”. Kehidupan yang singkat ini juga penuh ilusi.” “Rupa, perasaan persepsi, dorongan karma dan kesadaran dapat membawa kekeliruan”. “Segala objek luar dapat membangkitkan nafsu keinginan kita dan memicu bangkitnya ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan dan keraguan.” “Segala persepsi dan perasaan muncul akibat kondisi luar”. “Itu membuat pikiran kita menjadi tak seimbang dan tersesat”. “Karena pikiran yang tersesat, kita melakukan banyak hal yang dapat menciptakan karma buruk”. “Semua ini bersumber dari pikiran”.
    “Kehidupan kita hanya puluhan tahun lamanya”, lihatlah selama puluhan tahun ini, berapa banyak karma buruk yang kita ciptakan”. “Ini tidak kita sadari”. “Kehidupan manusia sangat singkat dan tidak kekal”. “Akibat ketamakan, kebencian, kebodohan yang tiada batasnya maka kita terus mengalami kelahiran kembali”. “Jadi kita harus sangat berhati-hati”. “Jika tidak berhati-hati kita akan mudah terpengaruh oleh kondisi luar”.
    Setelah mendengar ajaran Buddha semua orang menyadari ternyata dalam hidup ini mereka sering berperhitungan dengan keluarga. Saat anak tidak patuh kita merasa marah. Saat suami tidak patuh kita juga merasa marah. Suami yang mendengar berpikir, “Benar juga” Saat bekerja seharian di luar dan berhadapan dengan orang lain saya sering menaruh rasa curiga dan ragu”. “Saat pulang ke rumah kami memiliki tuntutan tinggi terhadap istri dan khawatir terhadap anak-anak”. Sungguh kehidupan ini sangat singkat dan penuh ilusi. Setelah mendengarnya hati setiap orang pun terbuka.
    Lewat kisah ini, Buddha menunjukkan kepada kita bahwa dalam kehidupan sehari-hari pikiran kita gampang berubah-ubah. Saat ini kita menginginkan hal ini, selang sebentar kita menginginkan hal lain. Karena itu terhadap sesama kita tidak dapat hidup harmonis dan sering perhitungan. Delusi ini bersumber dari pikiran kita sendiri. Kini kita harus kembali pada sifat hakiki dan senantiasa menjaga pikiran dengan baik.

Комментарии • 4