- Видео 35
- Просмотров 163 699
Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK)
Индонезия
Добавлен 21 сен 2020
Channel RUclips resmi Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), yayasan non-profit independen yang berfokus pada penguatan kebijakan pendidikan yang berpihak pada anak.
Rekomendasi Kebijakan untuk Pendidikan Berkualitas yang Berkeadilan
PSPK merekomendasikan strategi kebijakan pendidikan 5 tahun untuk memastikan setiap anak Indonesia memiliki akses ke pendidikan berkualitas.
Lima fokus utama meliputi:
1️⃣ Akses berkeadilan ke sekolah yang berkualitas dan terjangkau.
2️⃣ Pembelajaran yang berkualitas dan merata.
3️⃣ Pemerataan guru berkualitas.
4️⃣ Pendidikan vokasi untuk persiapan kerja.
5️⃣ Pemerataan akses dan kualitas pendidikan tinggi.
Rekomendasi ini disusun berdasarkan kajian mendalam dan refleksi pengalaman PSPK, bertujuan menutup celah ketimpangan dan memberikan kesempatan lebih adil bagi anak-anak dari kelompok yang tertinggal. Dengan memprioritaskan mereka yang paling membutuhkan, PSPK mendorong kolaborasi ekosistem ...
Lima fokus utama meliputi:
1️⃣ Akses berkeadilan ke sekolah yang berkualitas dan terjangkau.
2️⃣ Pembelajaran yang berkualitas dan merata.
3️⃣ Pemerataan guru berkualitas.
4️⃣ Pendidikan vokasi untuk persiapan kerja.
5️⃣ Pemerataan akses dan kualitas pendidikan tinggi.
Rekomendasi ini disusun berdasarkan kajian mendalam dan refleksi pengalaman PSPK, bertujuan menutup celah ketimpangan dan memberikan kesempatan lebih adil bagi anak-anak dari kelompok yang tertinggal. Dengan memprioritaskan mereka yang paling membutuhkan, PSPK mendorong kolaborasi ekosistem ...
Просмотров: 297
Видео
Wajib Belajar 13 Tahun, Sudah Siapkah?
Просмотров 96514 дней назад
🎧 Bincang Pendidikan: Episode 4 - Wajib Belajar 13 Tahun, Sudah Siapkah? 🎧 Wajib belajar bukan hanya soal orang tua wajib menyekolahkan anak, tetapi juga bentuk komitmen Pemerintah untuk memastikan akses pendidikan berkualitas yang merata bagi seluruh anak Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) mengatur wajib belajar 9 tahun. Namun, Rencana Pembangunan Jangka Panjang...
Gara-gara Jalur Zonasi?
Просмотров 2,6 тыс.Месяц назад
🎧 Bincang Pendidikan: Episode 3 - Gara-gara Jalur Zonasi? 🎧 Kok bisa anak dengan nilai bagus malah tidak bisa masuk sekolah favorit? Apa ini gara-gara jalur zonasi? Apakah jalur zonasi bisa menjadi langkah awal menuju pendidikan yang lebih inklusif dan berkeadilan? Terus gimana dong nasib guru yang dapat murid dengan kemampuan yang beragam? Dengan kebijakan PPDB empat jalur (termasuk jalur zona...
Ujian Nasional (UN) untuk Membantu Guru Mengajar?
Просмотров 14 тыс.Месяц назад
🎧 Bincang Pendidikan: Episode 2 - UN untuk Membantu Guru Mengajar? 🎧 Sebagian berpendapat bahwa Ujian Nasional diperlukan karena banyak anak tidak hobi belajar sehingga harus dipaksa oleh Ujian Nasional. Benarkah demikian? Episode kali ini, host Bincang Pendidikan (Nisa Felicia) bersama Ibu Itje Chodidjah, Ketua Dewan Pakar PSPK sekaligus Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNI...
Balik Lagi ke Ujian Nasional (UN)?
Просмотров 133 тыс.Месяц назад
🎧 Bincang Pendidikan: Episode 1 - "Balik Lagi Ke Ujian Nasional (UN) ?” 🎧 Isu Ujian Nasional (UN) kembali ramai dibicarakan! Ditengah ramai perdebatan soal UN yang kembali mencuat, Nisa Felicia (Executive Director PSPK) berbincang dengan Ibu Itje Chodidjah, Dewan Pakar PSPK sekaligus tokoh yang konsisten bersuara untuk menghentikan UN sejak 15 tahun yang lalu. Dalam episode perdana ini, Bu Itje...
Rekomendasi Kebijakan Pendidikan 2025-2029 PSPK
Просмотров 2,9 тыс.Месяц назад
✨ Rekomendasi Kebijakan Pendidikan 2025-2029 oleh PSPK: 7 Pilar untuk Pendidikan Berkualitas, Berkeadilan, dan Berpihak pada Anak ✨ Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi X DPR RI, Direktur Eksekutif PSPK, Nisa Felicia, memaparkan tujuh pilar strategis yang disusun untuk memperkuat sistem pendidikan Indonesia agar semakin berkualitas dan inklusif bagi semua anak. Simak video ini untuk m...
Profil Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan
Просмотров 2743 месяца назад
Profil Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan
FORUM PEMBERI#1 : Pentingnya Pendekatan Berbasis Data untuk Penguatan Keterampilan Literasi Anak
Просмотров 1985 месяцев назад
PSPK menghadirkan PEMANTIK (Pengukuran Mandiri Literasi dan Numerasi PSPK) sebagai alat bantu platform Asesmen Literasi dan Numerasi untuk membantu sekolah/lembaga/komunitas melakukan intervensi pembelajaran berbasis data yang sesuai dengan ragam kapasitas masing-masing anak usia 6-12 tahun. Yuk simak forum PEMBERI (Pemantik Berbagi Insight) edisi pertama yang mengangkat tema “Pentingnya Pendek...
Tutorial Mudah Menggunakan Platform PEMANTIK (Pengukuran Mandiri Literasi Numerasi PSPK)
Просмотров 1265 месяцев назад
PSPK menghadirkan PEMANTIK (Pengukuran Mandiri Literasi dan Numerasi PSPK) sebagai alat bantu platform Asesmen Literasi dan Numerasi untuk membantu sekolah/lembaga/komunitas melakukan intervensi pembelajaran berbasis data yang sesuai dengan ragam kapasitas masing-masing anak usia 6-12 tahun. PEMANTIK hadir dengan prinsip mudah, cepat dan berorientasi pada pembelajaran. Cepat dan mudah karena me...
Kelas Belajar PSPK: Memahami dan Mendalami Skor PISA
Просмотров 1,3 тыс.Год назад
PSPK hadir di Kelas Belajar - Belajaraya 2023 dengan tema: Memahami dan Mendalami Skor PISA. Kelas Belajar ini akan menjawab 5 hal utama: 1. Apakah skor PISA menggambarkan capaian belajar seluruh anak Indonesia? 2. Apa yang perlu diperhatikan untuk dapat membaca skor PISA secara kontekstual? 3. Bagaimana cara membaca dan memahami skor PISA secara kontekstual? 4. Setelah memahami skor PISA, apa ...
Beranda PSPK Edisi 33: Testimoni MBKM dari Mahasiswa
Просмотров 502 года назад
Beranda PSPK Edisi 33: Testimoni MBKM dari Mahasiswa
Beranda PSPK Edisi 33: Testimoni MBKM dari Dosen
Просмотров 242 года назад
Beranda PSPK Edisi 33: Testimoni MBKM dari Dosen
Beranda PSPK Edisi 32: Seberapa Pentingkah Perencanaan Sekolah Berbasis Rapor Pendidikan?
Просмотров 2232 года назад
Beranda PSPK Edisi 32: Seberapa Pentingkah Perencanaan Sekolah Berbasis Rapor Pendidikan?
Beranda PSPK Edisi 26: Asesmen Nasional
Просмотров 1293 года назад
Beranda PSPK Edisi 26: Asesmen Nasional
Beranda Spesial #5TahunPSPK: Pengembangan PAUD Holistik-Integratif untuk Perkembangan Anak
Просмотров 463 года назад
Beranda Spesial #5TahunPSPK: Pengembangan PAUD Holistik-Integratif untuk Perkembangan Anak
Beranda Spesial #5TahunPSPK: Asesmen yang Berpihak Kepada Anak
Просмотров 503 года назад
Beranda Spesial #5TahunPSPK: Asesmen yang Berpihak Kepada Anak
Beranda Spesial #5TahunPSPK: Merancang Pembelajaran yang Membangun Makna
Просмотров 343 года назад
Beranda Spesial #5TahunPSPK: Merancang Pembelajaran yang Membangun Makna
Beranda Spesial #5TahunPSPK: Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Просмотров 603 года назад
Beranda Spesial #5TahunPSPK: Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Pendidikan Vokasi Bermitra dengan DUDI (Dunia Usaha-Dunia Industri)
Просмотров 1054 года назад
Pendidikan Vokasi Bermitra dengan DUDI (Dunia Usaha-Dunia Industri)
Transformasi Sistem Asesmen Pendidikan
Просмотров 794 года назад
Transformasi Sistem Asesmen Pendidikan
Akselerasi Pemerataan Pendidikan untuk Semua Anak
Просмотров 1074 года назад
Akselerasi Pemerataan Pendidikan untuk Semua Anak
Inisiatif PSPK untuk Pendidikan Indonesia yang #BerpihakpadaAnak
Просмотров 3884 года назад
Inisiatif PSPK untuk Pendidikan Indonesia yang #BerpihakpadaAnak
I AGREE WITH THAT MRS...
Kenapa gaji sertifikasi guru TK Kab.Pekalingan terlambat sampai hampir 3 bulan ??? Di anak tirikan ??
CERDAS SANS dan TEKNOLOGI & BERAKHLAKUL KARIMAH adalah GENERASI MASA DEPAN BANGSA
Terimakasih, mudah-mudahan terealisasi belajar untuk semua
aaaminn, terima kasih
setuju ujian nasional, asal dilampirkan port folio, kedua ibu *bu Iche Khodijah (maaf jika spelimg salaj) yang pakai jilbab pasti lulusan ujian nasional
Kompetensi? bukankah kalau bicara kompetensi ada istilah kompeten dan belum kompeten, sehingga yang belum kompeten harus mengulang. Sedang dalam kurmer kompeten atau belum kompeten harus dinyatakan lulus atau naik kelas. Kan lucu? Jika UN diibaratkan uji kompetensi itu dianggap tidak sesuai konteks kurikulum merdeka, lantas apa standart kompetensi itu? Dalam dunia kerja saja ada SKKNI sebagai standart kompetensi yang seragam.
saya hanya mahasiswa baru yang ingin menyampaikan opini menurut pengalaman saya selama 12 tahun belajar di sekolah. Ini murni pendapat saya melalu pengamatan dan pengalaman di dalam maupun di luar diri saya sendiri. Selama saya sekolah dari dasar sampai menengah banyak sekali perubahan yang terjadi karena masa saat saya sekolah memang di tahun-tahun dimana teknologi berkembang dan menyebar begitu cepat dan mulai merubah tatanan di pendidikan. Mulai dari pergantian kurikulum 2006, Tematik hingga ke Kurikulum Merdeka dalam hal ini juga perubahan sistem kelulusan siswa, dari UN UNBK hingga dihapuskan(menyayangkan hal itu). Saya akan jelaskan mengapa ujian nasional begitu penting bagi siswa sekolah. UN sebagai motivasi belajar siswa. UN yang memiliki standar nilai untuk kelulusan membuat siswa menjadi lebih serius dalam belajar. Siswa lebih sungguh-sungguh dalam belajar apalagi menjelang UN dimulai. Berbeda sekali saat saya duduk di bangku SLTP dan SLTA, standar kelulusan yang sangat mudah, hanya presensi dan tugas harian serta ujian semester anda sudah bisa lulus dari sekolah yang membuat banyak sekali siswa tidak peduli dengan belajar. Itulah kenyataan yang saya lihat dan rasakan sendiri. Apalagi ujian semester yang sudah bisa diakses melalu hp masing-masing siswa. Tanpa adanya pengawasan dan sistem independen (anti-browsing), maka siswa akan mudah mencontek saat ujian. Hal ini memperparah terhadap kemampuan siswa, dimana dia menggantungkan ujian ke internet bukannya melalui kemampuan siswa sendiri. Tidak ada standar kelulusan yang jelas seperti UN ditambah dengan penggunaan teknologi di ujian tanpa pengawasan yang baik, justru akan membuat siswa di Indonesia semakin bodoh dan malas belajar. Siswa hanya datang ke sekolah untuk bermain dan bermain, tidak ada hasrat untuk belajar(rata rata siswa sekolah saya). Pemerintah melalui Kemendikbud diharapkan bisa mengevaluasi kembali UN karena adanya standar kelulusan yang jelas, membuat siswa lebih rajin dalam belajar karena terancam tinggal kelas/tidak lulus jika malas belajar. *jawaban ini murni pendapat pribadi melalui pengamatan dan pengalaman selama sekolah
Kehilangan UN sblmnya dampaknya besar. Bukan hanya tentang anak kehilangan motivasi belajar tetapi juga runtuhnya kompetensi SDM secara umum. UN diadakan kembali pun akan memunculkan masalah baru yang perlu kita kaji bersama solusinya: 1.Apa yang terjadi pada anak yang tidak lulus UN? 2.Anak yang sudah sama sekali tidak peduli dengan kompetensinya bagaimana? Mereka yang sama sekali tidak mampu matematika dasar dan literasi dasar lainnya? 3. Apakah hasil UN dijadikan dasar akreditasi sekolah lagi? Ini sangat beresiko memaksa guru kompeten disuatu sekolah dipaksa bantu siswa menjawab soal ujian lagi
un emang gak adil tapi kita butuh standarisasi untuk filter mana yg sudah mengerti mana masi gagal sayangnya standarisasi ini gak mudah belom ada yg gantiin un
Yang penting berangkat sekolah yang ngatur nilai biar guru,, setelah kebijakan tanpa ujian😂 Jamanku nilai murni ujian
hal ini bisa dilakukan jika kesadaran belajar sudah terbiasa sejak dini, sedini mungkin, faktanya?? iy klo siswa dan guru di Indonesia punya pola pikir sama kayak Ibu ini, kebanyakan siswa merasa santai, leha-leha, main hp saja dengan asusmsi akan pasti lulus, recang recing? ketangguhan semu? preeett....anak itu harus dipaksa agar terbiasa, kami selaku guru cukup paham ibu,,,anak yg g'paham dengan anak yg malas, klo pola fikir seperti ibu ini yakin saya makin banyak anak yg malas bermunculan, bahkan anak yg kategori awalnya tidak malas menjadi malas
karena gak ada ujian nasional penyetaraan ijazah, pas mau s1 keluar negeri syulitt..
Kalau gak ada ujian trs apa indikator anak sudah menguasai pelajaran? skrg justru makin lemah pendidikan
Menurut saya bukan dikurikulumnya dan bukan UN ataupun ANBK kalo mau memperbaiki pendidikan di indonesia, melainkan SDM Guru yang harus diperbaiki skill maupun kompetensi pedagogik dan harus dipersiapkan sejak Guru mau masuk fakultas pendidikan. Jangan peserta didik yg hanya diberi standart kompetensi tapi gurunya juga harus di standart kan
Indonesia Akan Maju kalau pendidikannya Tiru filem Hary Potter Hey ngerti nggak maksud saya??
salah satu akar masalah adalah banyak orang tua menganggap semua tanggung jawab pendidikan ada di sekolah. Mereka menganggap sekolah adalah tempat penitipan anak. Sehingga ketika sekolah selesai, mereka ga perlu mendidik anak tsb.
Bukti nya sekarang, ketika UN di tiadakan banyak siswa yg malas belajar karna tdk ada ujian yg memotivasi untuk belajar, akibatnya banyak siswa sekolah yg "bodoh" membaca dan hitungan sederhana saja tidak bisa
bahas dong pendidikan non formal seperti sekolah minggu, TPQ, sanggar tari/sanggar seni, klub olahraga, atau bimbingan belajar bagaimana perkembangan anak yang mengikuti pendidikan non formal, dan kolaborasinya dengan sekolah tempat murid belajar formal?
Mau kebijakan bagaimanapun, kalau rakyat masih saja mencari celah untuk berlaku curang, maka tujuan yg mau dicaoai gak akan bisa tercapai. Mulai dr beli bangku atau pindah kk mendadak, itu adalah kecurangan. Semisal gak ada sistem zonasi pun, misal sistem UN sekalipun tetap ada yg curang, dengan membeli nilai, beli bocoran, atau menyogok sekolah tujuan. Jd harus dibenahi itu mental curangnya duluan.
Bagi saya ujian itu perlu, tp untuk semua mapel, jangan pilih kasih mapel. Dan ujian itu bukan diperuntukan untuk berlomba, bukan untuk lulus, bukan untuk rangking2an. Jd ujian ini hanya untuk mengetahui batasan kemampuan anak atas mapel itu. Itu baru adil menurut saya, karna apa? Kemampuan, minat, dan anak berbeda. Jd gak pantas kalau dipaksa untuk menguasai mapel yg sama dengan standar nilai tertentu. Karna semua anak pintar dan istimewa dengan kemampuannya masing2.
Pentingnya pembimbingan sejak dini untuk mengetahui minat bakat anak ,sehingga anak bisa terarah dalam menentukan pendidikannya, mau pilih jalur kejuruan ( lulus SLTA langsung kerja, dan bisa melanjutkan kuliah sambil bekerja sesuai budangnya ) atau mau pilih sekolah umum setelah lulus SLTA bisa lanjut kuliah, sehingga benar benar mantab. Untuk anak anak kejuruan tidak begitu penting UN, yang penting adalah Kompetensi sesuai bidangnya. Untuk anak anak umum UN dijadikan untuk masuk PT / kuliah.....
debatable sih, cm kan dikasih ujian aja msih pd susah belajarnya, gmn ngga dikasih ujian ... memang sih katanya diluar negeri berhasil, tp diliat lagi minat belajar siswa sendiri, kesadaran akan pentingnya belajar. Jadi bukan soal sistemnya, tp SDM dulu yang harus dibangun. Ditambah lagi ini nantinya anak jadi kelinci percobaan, karena butuh waktu panjang, bahkan mgkn 1 generasi untuk melihat hasil dari perubahan. Iya kalo berhasil, kalo ngga siapa yang mau tanggung jawab?
Saya sebagai guru audah 30 tahun, sangat bersyukur UN ditiadakan, siswa kami malah semangat belajar karena proses belajar lebih baik. Ujian tetap dilakukan oleh swkolah tetapi untuk mengukur ketercapaian proses belajar masing masing siswa. Sepakat bu itje❤
UN diperbaiki, jangan dihapus. Menurut ibu, UN tdk adil krn hanya mapel tertentu, solusinya berarti masukkan mapel lainnya dan anak bisa memilih mapel andalannya. Tapi ada beberapa mapel dasar yang wajib diambil, misal mtk, bhs, dan ppkn. Kualitas sekolah tdk merata? Itu tugas pemerintah tuk meratakan, bukan UN yang dihapus. Ketika UN dihapus, nilai rapot jadi permainan sekolah aja. Anak2 juga tdk termotivasi tuk belajar.
Bukan UN dihapus, tapi diperbaiki kekurangannya. Karena ujian itu perlu.
12:45 ketakutan menghadapi ujian? Bukankah ujian justru melatih mental anak dalam hidup ini ya? Memang untuk mendapatkan pekerjaan nanti, mereka tidak berlomba?
Assalamu'alaikum Bu, maaf saya izin menyampaikan saran.. terima kasih ruclips.net/video/5jAFDgy6P_k/видео.htmlsi=zwX_4yP8-wKZu-QE
Saya sependapat. Saya pikir tugas guru adalah mengajari anak belajar. Dan belajar merupakan suatu kebutuhan. Apalagi dewasa ini, sekolah bukan sumber ilmu satu-satunya. Ada banyak ilmu di internet. Namun untuk UN, saya rasa tetap perlu diselenggarakan untuk menguji kelayakan seorang siswa. Bukan sebagai acuan akreditasi sebuah sekolah. Saya rasa, ANBK lebih cocok untuk dijadikan sebagai acuan kualitas dari guru dan sekolah.
saya rasa anak kehilangan semangat belajar bukan karena hilangnya UN, mungkin kombinasi dari guru yang belum move on dengan tujuan pendidikan yang baru dan hilangnya UN sehingga anak kehilangan tujuan untuk belajar. Kebetulan saya diminta membantu beberapa anak tetangga, dan sepengamatan saya anak tidak mengerti kenapa harus belajar, banyak anak yang membaca atau mengerjakan tugas untuk menuntaskan kewajiban saja. Saya bukan lulusan keguruan jadi saya tidak mengerti mana metode yang sesuai, saya hanya berusaha memberikan penjelasan yang relate dengan kehidupan sekitar. Kadang, setelah belajar saya bebaskan untuk membuat kreasi. Tujuan saya sesimpel membangun suasana yang menyenangkan.
Siniar yang sangat menarik. Memberikan pandangan yang sangat komprehensif mengenai pemberlakuan Ujian Nasional.
Knp anak sekarang males membaca buku atau belajar, BUKAN KRN TIDAK ADA UN. Ya krn anak jmn now, anak2 kecanduan dan sibuk bermedsos.... Tp tdk pernah di analis oleh Pemerintah. Di Australia ada peraturan pembatasan bagi anak usia dibawah 17 th.
SEMUA TERGANTUNG PADA MENTAL GURU YANG BERSANGKUTAN ..... ADA UJIAN NASIONAL ATAU TIDAK TERGANTUNG GURU YANG MENGAJAR MENTALNYA BAGAIMANA .... SEMUA ADA KURANG LEBIHNYA ... KARENA GURU MASUKNYA BANYAK YANG ADA KOLUSI DENGAN SENIORNYA ATAU TITIPAN PEJABAT ...
Sy setuju pd ibu ice. Kesimpulannya pd mindset guru blm sama. Keterbukaan mjd kunci utama.
Sebagai siswa yang jujur saat mengikuti Ujian Nasional (UN) di SMP dan SMA, saya merasa terkhianati ketika melihat teman-teman di SMA 48 Jakarta banyak yang membeli kunci jawaban dan menyalinnya bersama-sama tanpa tindakan dari guru pengawas. Meski kecewa, saya tetap mendukung adanya UN karena penting sebagai alat ukur kualitas pendidikan nasional dari Sabang hingga Merauke, meskipun bukan lagi menjadi penentu kelulusan. Setelah menjadi guru sejak 2011, saya sedih melihat banyak siswa gagal di mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam UN, yang sebenarnya lebih mencerminkan ketimpangan sistem pendidikan daripada kesalahan pada ujian itu sendiri. Sebagai pembelajaran, UN sebaiknya diperbaiki seperti kurikulum internasional, di mana siswa memilih 6 mata pelajaran fokus yang mereka ujikan secara mendalam, termasuk ujian tertulis, esai, berbicara, dan diskusi, sehingga tidak hanya bergantung pada pilihan ganda. Model ini lebih adil dan mampu mencerminkan kompetensi siswa secara menyeluruh.
Gak perlu UN, kalo bisa SMA, SMK mencontoh sistem pendidikan di universitas, jadi setiap mata pelajaran punya nilai masing", yang nilai jelek mau ngulang ya bisa, ngga mau ya gpp, dari situ bisa diliat kualitas siswa setiap individu
Saya murid kelas 3 SMP menyetujui diadakannya UN
Harapan saya untuk UN kedepan apabila dilaksanakan,lebih diperketat agar siswa tidak menyontek. Bahkan ada beberapa case beberapa oknum guru membiarkan siswanya menyontek, Bahkan yang lebih parah kepala sekolah menyuruh siswa yang pintar memberi contekan kepada siswa lainya. Itu adalah hal yang saya takutkan saat UN masih ada.
Nyatanya sistem zonasi masih menyisakan sejuta masalah yang komplek's, terutama di sekolah SMK jurusan teknik yang banyak menerapkan matematika dan fisika sebagai dasar pelajarannya. Dengan zonasi nyata ikut menyumbang siswa-siswa yang tidak menguasai dasar keilmuan yang seharusnya sudah dikuasai di SMP sehingga justru mengalami kesulitan belajar mengikuti irama pembelajaran yang kadang kala mengharusnya siswa gaspol dalam belajar, ketika guru dianggap harus mampu menyetarakan kemampuan siswa tersebut dengan teman-teman kelasnya maka perlu kita ketahui bersama mereka juga mempunya keterbatasan dalam multytasking metode pembelajaran menyesuaikan kebutuhan siswa, belum lagi mereka yang mempunya kecacatan fisik masuk SMK jurusan teknik justru saya merasa kasihan kepada mereka karena tidak mampu melakukan belajar terutama dalam praktikum. Sehingga jangan selalu membahan masalah-masalah secara umum, tamun banyak hal spesifik tidak pernah terfikirkan padahal hal-hal tersebut mendominasi timbulnya masalah pendidikan
Pertanyaannya untuk memastikan anak sudah menguasai kompetensi disekolah apa tolok ukurnya
Kalau memang zonasi di anggap kurang baik. Coba tunjukan jalur yang lebih baik, tapi jangan ada yang mempermasalahkan apabila ada calon siswa yang tidak keterima. Bagi says zonasi merupakan jalur yang terbaik saat ini.
Ia... Bahkan klu hanya pakai prestasi dan tes..anak. Guru disitu juga bisa gk masuk
Yang berpendapat hak jalur zonasi dengan mengukur jarak rumahnya dari sekolah, dan kemudian ngotot diar berhak, itu dia tidak memahami secara benar dan utuh tentang kebijakan zonasi.
Ini baru analisis dan pandangan2nya bagus, berbasis data dan dengan mendalami dinamika kebijakan yang sdh dilaksanakan selama ini. Bukan asal ngomong dan memberikan pendapat, tanpa mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana dinamika kebijakan itu terjadi. Bravo!
Dulu banyak yang mengusulkan ujian nasional dihapus. Sekarang rame lagi ingin diadakan lagi ujian nasional. Siapa yang dijadikan percobaan. Bagi saya ujian nasional tidak perlu diadakan. Tahun 80 an, semasa saya sma, tidak ad tuh yang namanya ujian nasional. Kalau mau masuk perguruan tinggi ya, ikut tes. Jamannya saya dulu yang ada hanya ujian sekolah atau yang disebut EBTA.
tapi justru karena UN ini gak ada anak-anak malah gada motivasi belajar sama sekali karena belajar gak belajar masih tetap lulus karena gada ujian sama sekali, gada kompetisi. lebih setuju kalau UN, US, dkk ada lagi tapi fokusnya mungkin diganti
Mantap bu ice, intinya ada UN atau AN menurut kami itu keduanya sudah bagus. Hanya saja perlu mengkaji dan terus mencari tahu bagaimana caranya agar siswa atau anak tidak terus menerus di gerus dan di bantai oleh Gadget dan teknologi. Adakah pendekatan dalam hal ini bu...
Bagaimana cara untuk menuntaskan kompetensi dg program semester yg di buat oleh kelompok guru( mgmp)
Dengan Catatan KEMBALI KE UN TAPI TIDAK ADA PERMAINAN JUAL BELI KUNCI JAWABAN. ATAU BOCOR.
100 Buat Ibu Hjh, Betul Bu bagaimana pun UJIAN NASIONAL MERUPAKAN TOLAK UKUR KOPENTENSI PESERTA DIDIK. Dari pada KURMER TDK ADA UN. PESERTA DIDIK tidak ada motivasi belajar. Karena masing masing punya alasan. BIAR NILAIKU JELEK NANTI OLEH GURUNYA AKAN DI UP. PENDIDIK DIDORONG UNTUK BERIKAN NILAI BOHONG.
Saya dlu yg setuju dengan zonasi. Agar anak2 itu sekolah di tempat terdekat mereka tinggal. Nggak ada tuch anak sekolah harus bangun pagi2 menembus macet krna jarak sekolah jauh sampai gak sempat sarapan ato banyaknya kecelakaan krna siswa sekolah membawa motor ngebut karna takut terlambat ( jarak rumah terlalu jauh). Tapi zonasi ini jadi buruk karna ada oknum2 yg memanfaatkan dengan titip KK sehingga anak yg beneran rumahnya dekat sekolah jd gak kebagian bangku.
Nah disitulah titik masalahnya, rakyat susah diatur, sok tau, dan sukanya mendobrak aturan, mencurangi aturan. Jd apapun kebijakannya, kalau rakyat terus saja mencari celah dan maunya enak sendiri, maka gak negara ini gak akan sampai pada titik berhasil.
Faktanya tidak ada UN, anak SMA gak bisa perkalian 😅😅
Bacot , cuma teori,,,, praktek nol