Just wanted to voice out an opinion. I don’t think any job is “bullshit”. I know you said your husband said it, but you didn’t deny it. As far as I know teman teman saya yang bekerja menjadi representative uni itu kerja nya dari A-Z harus serba bisa sendiri. Dari promo uni di expo agent iya, tapi juga planning whole year events dan making own events juga sudah seperti EO. Dan always on standby untuk membantu murid, even during weekend dan cuti. So I do respect what they do very much. Jadi mungkin jangan mudah memandang kerjaan orang itu “gampang” atau “bullshit”, karena kita tidak tau di behind the screen se hectic apa. It may seem easy because they make it look easy for us.
Ibu Inna Liem yang Terhormat, saya sendiri adalah seorang University Representative dan kerjaan saya gak EASY & BULLSHIT seperti kata suami Ibu (which you seem to agree with that since you laughed about it). Kita kerjanya juga counseling spesific tentang uni kita, which includes us to have to travel, join school expo, education fair agent yang biasanya diadakan weekend (jadi weekendpun kita masih kerja) masih bikin event kita sendiri, seminar, workshop, ditambah bikin marketing plan, promotion plan, branding plan, bikin budget, build relationship sama agent, sama school, follow up students dan masih banyak lagi. So enlighten me please, how’s this job considered BULLSHIT and EASY?? Yes we travel alot, but that’s part of the job, not holiday, Maam. We leave our family for weeks, even months! Yes we stay in the nice hotel, that’s the advantage of it and we do have the budget for that. You experienced it yourself, so don’t say it’s BULLSHIT, that’s rude. Kita kan kerjanya synergy ya Bu, Ibu sebagai Counselor mengarahkan students ke jurusan yg tepat, kita menjelaskan jurusan tsb yg ada di uni kita secara rinci dan jelas. What’s wrong with that? How’s that BULLSHIT?? We are representing our uni, Maam. It takes alot of responsibility with it, that’s not EASY. Ibu disini kan bahas jangan salah presepsi mengenai jurusan & kerjaan. Ibu kok malah bikin presepsi yg salah mengenai pekerjaan ini? So ayo lah bu, edukasi yg tepat. Dan respect all jobs. We are (or at least I am) very passionate about my job, so don’t say it’s BULLSHIT. Once again it’s very rude!
Mau tanya kepada ibu Ina terhormat yah, menurut ibu apakah kalau salah jurusan trus akan jadi end of the world? Padahal bu Ina juga belajar jurusan yg berbeda dengan profesi sekarang. Dan menurut saya yah bu semua profesi itu tidak ada yg bullshit yah. Terima kasih bu 🙏
Setuju tdk ada profesi bullshit. Tolong tunjukkan kalimat mana yg menyatakan opini saya bahwa ini pekerjaan bullshit. Sekalian ini untuk pembelajaran literasi di ruang publik ya. Terima kasih. Penjelasan sdh saya berikan di komen @YourBludy.
@@jurusanku9952silahkan merujuk pada detik 0:16-0:18 bu. Tdk ada kata ibu dikatain. Stlh ibu jelaskan naik ojek kesana kemari di cuekin skolah. Ya (haha) bullshit job. Atau perlu sy potongkan klip nya?
mau sharing sedikit my opinion ya 😅🙏, sekarang saya berumur 19 tahun, dulu pada saat saya masih SD saya mengikuti les matematika, nama tempatnya KUMON yang berlokasikan di Bandung. Saat ini saya berfikir kenapa rumus math di KUMON itu sangat banyak dan di sekolah rumusnya sangat simpel. Ternyata pada saat saya sudah beranjak dewasa, rumus-rumus itu sangat penting sekali sama hal nya seperti kita menyelesaikan masalah hidup. Maaf jika terdengar seperti lelucon tapi itulah yang saya rasakan saat ini 🙏
Ya ampun bu saya cukup tidak setuju dengan perkataan ibu yang bilang itu adalah Bullshit Jobs, ibu padahal dulu kerja sebagai reps university harusnya ibu ngerti dong seberapa ga ada waktunya weekend buat keluarga, dibalik dari kata ibu bilang itu hotel mewah harusnya ibu juga merasakan dong seberapa banyak waktu yang ibu buang di perjalanan dari kota ke kota? Dulu bukannya di gaji lewat University juga ya bu? Berarti makan lewat uang dari situ dong? Trus sekarang malah jelek2in pekerjaan ibu yang dulu. Ga ada yang mau bu anak muridnya salah masuk jurusan,murid juga kalo keluar apa kita juga ga sedih? Menurut saya apapun pekerjaannya tetep syukuri dan hargai bu selama itu halal buat keluarga kita juga makan di rumah, harusnya kalau memang ibu benar2 punya visi dan misi anak2 itu bisa mendapatkan jurusan terbaik, ibu ga perlu rendahin pekerjaan orang lain, gimana pun ibu dulu juga makan dari hasil kerja ibu disitu 😊
Yg saya fahami bullshit job itu dia rasa kerjanya sangat mudah tp gajinya gede.pake dolar sedangkan pengeluaran rupiah jd kyk seperti gak kerja. Bukan menyepelekan pekeejaannya
@@aensstore8562 YES!!! Thank you. Justru saya merasa beruntung mendapat pekerjaan yg fun banyak traveling, gaji dolar, tapi mudah, dibanding pekerjaan lain seperti Aktuaris yg perlu ujian berulang2 utk lulus sertifikasi. Dan waktu itu kebetulan suami baru beli buku berjudul 100 Bullshit Jobs (judul sering provokatif, tapi intinya malah menyarankan orang kalau mau kerjaan 'gampang' tapi penghasilan tinggi), dan dia bercanda ngatain kerjaan saya termasuk di situ. Saat itu ada rep lain dan suaminya juga ikut tertawa. Tapi kalau di podcast ini the whole context kan bukan ttg itu. Jadi gak ada waktu utk cerita panjang lebar ttg topik itu. @angelathea9106, @johndoe-x5n8i, @ericaerica3581, @janejenjenjeeen, @yusufgunawan9221
@@aensstore8562halo, exactly. Sepenglihatan saya teman saya yang bekerja sebagai reps ini, bahwa kerjaan ini JAUUH dari mudah. Jadi tidak heran jika orang yang mendengarnya merasa “disepelekan”. Apalagi pengorbanan yg luar biasa di anggap “mudah” (saya kutip dari jawaban beliau di atas ke anda) Jadi gaji dollar itu pun memang sesuai dari beban kerjaannya. Nah, sama satu hal lagi, “Bullshit Job” berdasarkan Antropolog David Graeber, adalah pekerjaan-pekerjaan yang tidak berguna, tidak bermakna, atau tidak berdampak apa pun. Dan pernyataan ibu Ina juga “HANYA ngejelasin tentang itu university….”, tentu saya juga akan merasa ini condong di anggap “menyepelekan”
@@jurusanku9952bu i think it is because you said that it is “easy” ditemani dengan kata “bullshit job” tanpa kontext buku ini. Jadi normally orang akan menganggap menyepelekan. And yes your husband said it tapi you didnt deny it juga sebagai yang berpengalaman. Yes i know mungkin tidak ad waktu untuk menjelaskan krn bukan topik podcast. Then mungkin next time tidak perlu menyebut nya? Cukup cerita tentang pengalaman ibu saja sebagai rep tidak perlu mention tentang bullshit job? Tidak akan ada misunderstanding dengan itu.
Kenapa harus tau jurusan belajar untuk melamar kampus luar negeri? Untuk kampus Amerika seperti MIT dan Ivy League tak ada kewajiban memilih jurusan saat melamar karena semua mahasiswa S1 masuk ke pendidikan Liberal Arts sehingga bila ada kampus yang mewajibkan, mungkin termasuk kampus membagongkan
POV : when you finally find a job that you love and become “passionate” about to help people with their future through the job. But turns out to be categorized as “bullshit” by a famous Career Counsellor. Ouch my goal and life is bullshit(?)😢😢
@@jurusanku9952 halo ibu ina, yes you did say your husband. Tapi you are not denying it / clarify bahwa itu tidak benar. Jadi tidak heran kalau ini ditangkap orang sebagai anda menyetujui, ya kan?
@@Janejenjenjeeen I didn't deny it karena mmg di otak tdk ada persepsi negatif, tdk ada intention menghina, knp harus di deny? Justru desirable job (Judul buku lengkapnya: 100 Bullshit Jobs and How to Get It). Tapi kalo diwawancara, seringkali teringat hal tertentu, mau cerita, tapi hrs inget balik ke pertanyaan utama, jadinya tdk lengkap, mmg bisa disalahartikan. So I'm sorry if you misunderstand.
Hi Bu, menanggapi "Bullshit" job yg ibu bilang. Saya paham context nya kalo kita earn dollar dan spend rupiah dan kerjaanya relatively "easy" itu yg suami ibu kategorikan bullshit, mungkin bagi ibu kerjaan kita dikategorikan easy di banding kan pekerjaan lain yang harus nempuh pendidikan tinggi2 (di podcast ibu tidak membandingkan dengan aktuaris atau dokter, ibu cuma bilang "easy" karena kita cuma attend expo dan stay di hotel bintang 5 (dimana ini juga kurang tepat), tapi tetap aja bu, apakah pantas di podcast yg bertujuan untuk mengedukasi ibu menyebut "bullshit" job? Kenapa ga mention aja kerjaan ibu dulu sebagai Uni Rep, travel around, etc tanpa harus ada embel2 "Bullshit Job"? Bukankah fokus podcast nya bukan tentang itu? Saya sebagai rep dan banyak teman rep lainnya berkorban banyak bu buat "bullshit" and "easy" job ini. Banyak yg merasa kita travel, nginep hotel dll fun and easy. Tapi ada yg pernah berpikir ga tentang pengorbanan yg kita lakuin? Resiko kita juga lebih besar bu karena kita sering terbang, kita kerja tanpa jam kerja yang pasti dll. Bagi beberapa mungkin easy tapi kita yg udah jalanin we know the sacrifice we have to make to do this job. Less time with family and friends, angkat barang berat, dikejar target dll. Maybe it is relatively easy for some people, but not everyone can do what we do dan i'm proud of my job, we help hundreds of students to achieve their dreams.
Terima kasih banyak sudah memberikan perspektif yang sangat berharga! Memang, tiap pekerjaan punya kesulitan dan tantangannya masing-masing. Poin yang kamu angkat soal pengorbanan, waktu, dan resiko itu sangat valid. Tapi, apakah menurut kamu ada cara yang lebih baik untuk menyampaikan dan menghargai setiap pekerjaan, tanpa merendahkan, agar semua orang bisa lebih paham dan menghargai peran masing-masing?
@@BigThinkersIDpertanyaannya aneh kak. Tentunya dengan tidak calling it a bullshit job. sepertinya beliau sudah menjawabnya di atas, coba baca lagi. Cukup dengan cerita tentang pengalamannya tanpa tambahan julukan “bullshit job”. Pertanyaannya aneh kak…seperti kesannya calling it “bullshit job” adalah cara terbaik?
@@BigThinkersID Yang pasti dengan tidak menyebut sebuah pekerjaan sebagai "Bullshit" job di Podcast yang tujuannya mendidik. Walaupun dengan context yang dimaksudkan tapi apakah itu tepat padahal fokusnya bukan ke pekerjaan yg dulunya sebagai rep?Saya bertanya apakah menurut admin, tepatkah menyebut sebuah pekerjaan yang menghidupi begitu banyak keluarga sebagai "Bullshit Job"?
Just wanted to voice out an opinion. I don’t think any job is “bullshit”.
I know you said your husband said it, but you didn’t deny it. As far as I know teman teman saya yang bekerja menjadi representative uni itu kerja nya dari A-Z harus serba bisa sendiri. Dari promo uni di expo agent iya, tapi juga planning whole year events dan making own events juga sudah seperti EO. Dan always on standby untuk membantu murid, even during weekend dan cuti.
So I do respect what they do very much. Jadi mungkin jangan mudah memandang kerjaan orang itu “gampang” atau “bullshit”, karena kita tidak tau di behind the screen se hectic apa. It may seem easy because they make it look easy for us.
Klarifikasi sudah saya berikan di komen @YourBludy ya. Setuju no job is bullshit.
Ibu Inna Liem yang Terhormat, saya sendiri adalah seorang University Representative dan kerjaan saya gak EASY & BULLSHIT seperti kata suami Ibu (which you seem to agree with that since you laughed about it). Kita kerjanya juga counseling spesific tentang uni kita, which includes us to have to travel, join school expo, education fair agent yang biasanya diadakan weekend (jadi weekendpun kita masih kerja) masih bikin event kita sendiri, seminar, workshop, ditambah bikin marketing plan, promotion plan, branding plan, bikin budget, build relationship sama agent, sama school, follow up students dan masih banyak lagi. So enlighten me please, how’s this job considered BULLSHIT and EASY??
Yes we travel alot, but that’s part of the job, not holiday, Maam. We leave our family for weeks, even months!
Yes we stay in the nice hotel, that’s the advantage of it and we do have the budget for that.
You experienced it yourself, so don’t say it’s BULLSHIT, that’s rude.
Kita kan kerjanya synergy ya Bu, Ibu sebagai Counselor mengarahkan students ke jurusan yg tepat, kita menjelaskan jurusan tsb yg ada di uni kita secara rinci dan jelas. What’s wrong with that? How’s that BULLSHIT?? We are representing our uni, Maam. It takes alot of responsibility with it, that’s not EASY.
Ibu disini kan bahas jangan salah presepsi mengenai jurusan & kerjaan. Ibu kok malah bikin presepsi yg salah mengenai pekerjaan ini? So ayo lah bu, edukasi yg tepat. Dan respect all jobs. We are (or at least I am) very passionate about my job, so don’t say it’s BULLSHIT. Once again it’s very rude!
Hi, salam kenal. Sudah saya jelaskan di bawah ya (di komen @YourBludy). I'm sorry if you misunderstand.
Mau tanya kepada ibu Ina terhormat yah, menurut ibu apakah kalau salah jurusan trus akan jadi end of the world? Padahal bu Ina juga belajar jurusan yg berbeda dengan profesi sekarang. Dan menurut saya yah bu semua profesi itu tidak ada yg bullshit yah. Terima kasih bu 🙏
Setuju tdk ada profesi bullshit. Tolong tunjukkan kalimat mana yg menyatakan opini saya bahwa ini pekerjaan bullshit. Sekalian ini untuk pembelajaran literasi di ruang publik ya. Terima kasih. Penjelasan sdh saya berikan di komen @YourBludy.
@@jurusanku9952silahkan merujuk pada detik 0:16-0:18 bu. Tdk ada kata ibu dikatain. Stlh ibu jelaskan naik ojek kesana kemari di cuekin skolah. Ya (haha) bullshit job. Atau perlu sy potongkan klip nya?
mau sharing sedikit my opinion ya 😅🙏, sekarang saya berumur 19 tahun, dulu pada saat saya masih SD saya mengikuti les matematika, nama tempatnya KUMON yang berlokasikan di Bandung. Saat ini saya berfikir kenapa rumus math di KUMON itu sangat banyak dan di sekolah rumusnya sangat simpel. Ternyata pada saat saya sudah beranjak dewasa, rumus-rumus itu sangat penting sekali sama hal nya seperti kita menyelesaikan masalah hidup. Maaf jika terdengar seperti lelucon tapi itulah yang saya rasakan saat ini 🙏
Hii.. Makasih banget udah berbagi insight ini, inspiring banget loh buat kita semua! Keep sharing, yaa~
Ya ampun bu saya cukup tidak setuju dengan perkataan ibu yang bilang itu adalah Bullshit Jobs, ibu padahal dulu kerja sebagai reps university harusnya ibu ngerti dong seberapa ga ada waktunya weekend buat keluarga, dibalik dari kata ibu bilang itu hotel mewah harusnya ibu juga merasakan dong seberapa banyak waktu yang ibu buang di perjalanan dari kota ke kota? Dulu bukannya di gaji lewat University juga ya bu? Berarti makan lewat uang dari situ dong? Trus sekarang malah jelek2in pekerjaan ibu yang dulu. Ga ada yang mau bu anak muridnya salah masuk jurusan,murid juga kalo keluar apa kita juga ga sedih? Menurut saya apapun pekerjaannya tetep syukuri dan hargai bu selama itu halal buat keluarga kita juga makan di rumah, harusnya kalau memang ibu benar2 punya visi dan misi anak2 itu bisa mendapatkan jurusan terbaik, ibu ga perlu rendahin pekerjaan orang lain, gimana pun ibu dulu juga makan dari hasil kerja ibu disitu 😊
Yg saya fahami bullshit job itu dia rasa kerjanya sangat mudah tp gajinya gede.pake dolar sedangkan pengeluaran rupiah jd kyk seperti gak kerja. Bukan menyepelekan pekeejaannya
Maaf, tolong disimak lagi: saya yg ngatain, atau saya dikatain?
@@aensstore8562 YES!!! Thank you. Justru saya merasa beruntung mendapat pekerjaan yg fun banyak traveling, gaji dolar, tapi mudah, dibanding pekerjaan lain seperti Aktuaris yg perlu ujian berulang2 utk lulus sertifikasi. Dan waktu itu kebetulan suami baru beli buku berjudul 100 Bullshit Jobs (judul sering provokatif, tapi intinya malah menyarankan orang kalau mau kerjaan 'gampang' tapi penghasilan tinggi), dan dia bercanda ngatain kerjaan saya termasuk di situ. Saat itu ada rep lain dan suaminya juga ikut tertawa. Tapi kalau di podcast ini the whole context kan bukan ttg itu. Jadi gak ada waktu utk cerita panjang lebar ttg topik itu. @angelathea9106, @johndoe-x5n8i, @ericaerica3581, @janejenjenjeeen, @yusufgunawan9221
@@aensstore8562halo, exactly. Sepenglihatan saya teman saya yang bekerja sebagai reps ini, bahwa kerjaan ini JAUUH dari mudah. Jadi tidak heran jika orang yang mendengarnya merasa “disepelekan”. Apalagi pengorbanan yg luar biasa di anggap “mudah” (saya kutip dari jawaban beliau di atas ke anda)
Jadi gaji dollar itu pun memang sesuai dari beban kerjaannya.
Nah, sama satu hal lagi, “Bullshit Job” berdasarkan Antropolog David Graeber, adalah pekerjaan-pekerjaan yang tidak berguna, tidak bermakna, atau tidak berdampak apa pun.
Dan pernyataan ibu Ina juga “HANYA ngejelasin tentang itu university….”, tentu saya juga akan merasa ini condong di anggap “menyepelekan”
@@jurusanku9952bu i think it is because you said that it is “easy” ditemani dengan kata “bullshit job” tanpa kontext buku ini. Jadi normally orang akan menganggap menyepelekan. And yes your husband said it tapi you didnt deny it juga sebagai yang berpengalaman.
Yes i know mungkin tidak ad waktu untuk menjelaskan krn bukan topik podcast. Then mungkin next time tidak perlu menyebut nya? Cukup cerita tentang pengalaman ibu saja sebagai rep tidak perlu mention tentang bullshit job? Tidak akan ada misunderstanding dengan itu.
13:12
18:46
20:21
Ketika mau menanggapi, sebaiknya nunggu dulu narasumber selesai menjelaskan.
Kenapa harus tau jurusan belajar untuk melamar kampus luar negeri? Untuk kampus Amerika seperti MIT dan Ivy League tak ada kewajiban memilih jurusan saat melamar karena semua mahasiswa S1 masuk ke pendidikan Liberal Arts sehingga bila ada kampus yang mewajibkan, mungkin termasuk kampus membagongkan
Mantap om sunil, your journey my inspiration. Sudah tk subscribe ya. Salam wong jowo.
❤❤
Keren bingits
POV : when you finally find a job that you love and become “passionate” about to help people with their future through the job. But turns out to be categorized as “bullshit” by a famous Career Counsellor.
Ouch my goal and life is bullshit(?)😢😢
Sudah saya jelaskan di atas ya, di komen @YourBludy. Tapi tolong buktikan bahwa saya yg mengkategorikan ini kerjaan bullshit.
@@jurusanku9952 halo ibu ina, yes you did say your husband. Tapi you are not denying it / clarify bahwa itu tidak benar. Jadi tidak heran kalau ini ditangkap orang sebagai anda menyetujui, ya kan?
@@Janejenjenjeeen I didn't deny it karena mmg di otak tdk ada persepsi negatif, tdk ada intention menghina, knp harus di deny? Justru desirable job (Judul buku lengkapnya: 100 Bullshit Jobs and How to Get It). Tapi kalo diwawancara, seringkali teringat hal tertentu, mau cerita, tapi hrs inget balik ke pertanyaan utama, jadinya tdk lengkap, mmg bisa disalahartikan. So I'm sorry if you misunderstand.
Lanjut please
Halo, silahkan di cek part 2 nya sudah tayang loh :)
Hi Bu, menanggapi "Bullshit" job yg ibu bilang. Saya paham context nya kalo kita earn dollar dan spend rupiah dan kerjaanya relatively "easy" itu yg suami ibu kategorikan bullshit, mungkin bagi ibu kerjaan kita dikategorikan easy di banding kan pekerjaan lain yang harus nempuh pendidikan tinggi2 (di podcast ibu tidak membandingkan dengan aktuaris atau dokter, ibu cuma bilang "easy" karena kita cuma attend expo dan stay di hotel bintang 5 (dimana ini juga kurang tepat), tapi tetap aja bu, apakah pantas di podcast yg bertujuan untuk mengedukasi ibu menyebut "bullshit" job? Kenapa ga mention aja kerjaan ibu dulu sebagai Uni Rep, travel around, etc tanpa harus ada embel2 "Bullshit Job"? Bukankah fokus podcast nya bukan tentang itu? Saya sebagai rep dan banyak teman rep lainnya berkorban banyak bu buat "bullshit" and "easy" job ini. Banyak yg merasa kita travel, nginep hotel dll fun and easy. Tapi ada yg pernah berpikir ga tentang pengorbanan yg kita lakuin? Resiko kita juga lebih besar bu karena kita sering terbang, kita kerja tanpa jam kerja yang pasti dll. Bagi beberapa mungkin easy tapi kita yg udah jalanin we know the sacrifice we have to make to do this job. Less time with family and friends, angkat barang berat, dikejar target dll. Maybe it is relatively easy for some people, but not everyone can do what we do dan i'm proud of my job, we help hundreds of students to achieve their dreams.
Terima kasih banyak sudah memberikan perspektif yang sangat berharga! Memang, tiap pekerjaan punya kesulitan dan tantangannya masing-masing. Poin yang kamu angkat soal pengorbanan, waktu, dan resiko itu sangat valid. Tapi, apakah menurut kamu ada cara yang lebih baik untuk menyampaikan dan menghargai setiap pekerjaan, tanpa merendahkan, agar semua orang bisa lebih paham dan menghargai peran masing-masing?
@@BigThinkersIDpertanyaannya aneh kak. Tentunya dengan tidak calling it a bullshit job. sepertinya beliau sudah menjawabnya di atas, coba baca lagi. Cukup dengan cerita tentang pengalamannya tanpa tambahan julukan “bullshit job”.
Pertanyaannya aneh kak…seperti kesannya calling it “bullshit job” adalah cara terbaik?
@@BigThinkersID Yang pasti dengan tidak menyebut sebuah pekerjaan sebagai "Bullshit" job di Podcast yang tujuannya mendidik. Walaupun dengan context yang dimaksudkan tapi apakah itu tepat padahal fokusnya bukan ke pekerjaan yg dulunya sebagai rep?Saya bertanya apakah menurut admin, tepatkah menyebut sebuah pekerjaan yang menghidupi begitu banyak keluarga sebagai "Bullshit Job"?
mantap
Jadi problem passion, profile, salah milih jurusan bisa diatasi dengan memperbaiki guru BP ???.
Yes, dulu saya sering kasih pelatihan guru BK.
owalah berarti latar pendidikannya ada interior designnya ya bu? btw aku juga mhs desain interiorr semoga bisa sesukes ibuuu
Iya betul. Wah semoga sukses ya....
hehehe, akhirnya setelah mendengar podcast yang kali ini saya harus "Unsubscribe", i disagree very much with Inna Liem Opinion
Saya baru tahu bahwa ada bull shit job
Exactly right? Judulnya “jurusanku” buat bantuin student2 ga salah jurusan dan kerjaan. Tp masih menghina pekerjaan tertentu .
@comcomjalanjalan185 Sudah saya klarifikasi di atas ya 🙏
Bang jangan campur2 bang