Mengenang Jenderal Hoegeng, Eks Kapolri RI yang Ogah Dimakamkan di Kalibatan karena Ada Koruptor

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 12 июл 2023
  • TRIBUN-VIDEO.COM - Polri dan Hoegeng Imam Santoso seakan tak terpisahkan.
    Kisah Jenderal Hoegeng sebagai Kapolri Indonesia sudah banyak membantu perkembangan kepolisian di negara ini.
    Sosoknya yang tegas dan jujur telah menjadi teladan bagi anak-anaknya, bahkan bagi Polri.
    Jenderal Hoegeng Imam Santoso menghembuskan napas terakhirnya di RSCM pada 14 Juli 2004 pukul 00.30 WIB.
    Mantan Kapolri RI tersebut meninggal dunia dalam usia 82 tahun.
    Dia sempat mendapat perawatan di RS Polri Kramat Jati sejak 13 Mei 2004 akibat terjatuh di kamar mandi.
    Almarhum mengalami pendaharan di bagian lambung.
    Selain itu juga ditemukan sedikit penyumbatan di saluran pembuluh jantung.
    Jenazah Hoegeng tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, melainkan di Kemang, Bogor, Jawa Barat.
    Jenderal Hoegeng ternyata telah berpesan jika dirinya meninggal, ia enggan dimakamkan di Kalibata, Jakarta.
    Pemerintah pun sebenarnya telah menyediakan makam untuk Hoegeng di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
    Akan tetapi istri dan anak-anaknya menolak tawaran tersebut.
    Putra kedua Hoegeng, Aditya mengaku ayahnya sudah berwasiat untuk dimakamkan bersama keluarganya.
    Terlebih jika dimakamkan di Kalibata, artinya jenazah Hoegeng tidak akan bisa dijadikan satu kompleks dengan keluarga kalinnya.
    Aditya juga membeberkan alasan lain dari mendiang ayahnya tersebut yang bersikeras menolak dimakamkan di Kalibata.
    Jenderal Hoegeng merasa tempat tersebut tak lagi sakral.
    Pasalnya yang dikubur di sana tidak hanya pahlawan, pemerintah turut mengubur para koruptor.
    Hoegeng pun pernah menjelaskan langsung terkait hal tersebut di Majalah Forum Keadilan edisi 19 Agustus 1993.
    Kala itu Hoegeng berseloroh, ia ingin istirahat dengan damai.
    Sebab jika jasadnya dikubur di Kalibata, yang ada para koruptor nanti menegur dirinya.
    Pada akhirnya, Hoegeng dimakamkan di Taman Pemakaman Bukan Umum (TPBU) Giri Tama, Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
    Ia membeli lahan pemakaman itu karena ingin dikubur bersama keluarganya.
    Pemakaman Hoegeng dipimpin oleh Kepala Polri Jenderal Da’i Bachtiar.
    Diketahui Hoegeng lahir di Pekalongan pada 14 Oktober 1921.
    Nama lahirnya adalah Imam Santoso.
    Sementara nama Hoegeng diambil dari kata "bugel" yang berarti gemuk, sebab tubuhnya yang gemuk semasa kecil.
    Ayah Hoegeng merupakan seorang jaksa di Pekalongan bernama Soekarjo Kario Hatmojo.
    Sementara ibunya Oemi Kalsoem.
    Hoegeng ingin menjadi polisi karena dipengaruhi oleh teman ayahnya yang menjadi kepala kepolisian di kampung halamannya, Ating Natadikusumah.
    Perjalanan kariernya di kepolisian mengantarkannya sampai posisi Kepala Kepolisian Negara atau saat ini dikenal menjadi Kapolri pada 5 Mei 1968.
    Ia diangkat menggantikan Soetjipto Joedodihardjo.
    Saat menjadi Kapolri Hoegeng Iman Santoso melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut struktur organisasi di tingkat Mabes Polri.
    Hasilnya, struktur yang baru terkesan lebih dinamis dan komunikatif.
    Tiga tahun menjabat, akhirnya Hoegeng mengakhiri masa jabatannya sebagai Kapolri pada 2 Oktober 1971.(*)
    VO: Saradita
    VP: Ika Vidya
    #beritaterbaru #beritaterkini #beritaviral #live #breakingnews #politik #hoegeng #jenderal #kapolri #polri

Комментарии • 5

  • @rasyidfaqih
    @rasyidfaqih 6 месяцев назад

    menjadi pertanyaan bagi saya kenapa enggan di makam kan di TMP kalibata padahal beliau sudah berjasa besar bagi negara

  • @paksubur2521
    @paksubur2521 2 месяца назад

    Dicintai rakyat tak disukai penguasa .
    👍👍👍

    • @ocidvivo863
      @ocidvivo863 2 месяца назад

      masihkah ada polri yang jujur dan amanah untuk saat ini

  • @SutoyoBargowo
    @SutoyoBargowo 11 месяцев назад +1

    POLISI JUJUR

  • @sukmapanggariswibowo7031
    @sukmapanggariswibowo7031 11 месяцев назад +1

    Sekarang institusi kepolisian......