Masih susah dipercaya, rasanya. Jasadmu tiada, namun hadirmu senantiasa hadir dalam tiap puisi. Selamat jalan, pak. Surga meminta penyair hebat sepertimu untuk pulang.
Sebuah sejarah yang tidak diajarkan disekolah, salut sama kalian yang mau mempelajari sejarah perjuangan rakyat indonesia tanpa harus menunggu materi dari guru disaat jam pelajaran.
Dongeng Marsinah Marsinah buruh pabrik arloji, mengurus presisi: merakit jarum, sekrup, dan roda gigi; waktu memang tak pernah kompromi, ia sangat cermat dan pasti. Marsinah itu arloji sejati, tak lelah berdetak memintal kefanaan yang abadi: “kami ini tak banyak kehendak, sekedar hidup layak, sebutir nasi.” Marsinah, kita tahu, tak bersenjata, ia hanya suka merebus kata sampai mendidih, lalu meluap ke mana-mana. “Ia suka berpikir,” kata Siapa, “itu sangat berbahaya.” Marsinah tak ingin menyulut api, ia hanya memutar jarum arloji agar sesuai dengan matahari. “Ia tahu hakikat waktu,” kata Siapa, “dan harus dikembalikan ke asalnya, debu.” Di hari baik bulan baik, Marsinah dijemput di rumah tumpangan untuk suatu perhelatan. Ia diantar ke rumah Siapa, ia disekap di ruang pengap, ia diikat ke kursi; mereka kira waktu bisa disumpal agar lenkingan detiknya tidak kedengaran lagi. Ia tidak diberi air, ia tidak diberi nasi; detik pun gerah berloncatan ke sana ke mari. Dalam perhelatan itu, kepalanya ditetak, selangkangnya diacak-acak, dan tubuhnya dibirulebamkan dengan besi batangan. Detik pun tergeletak Marsinah pun abadi. Di hari baik bulan baik, tangis tak pantas. Angin dan debu jalan, klakson dan asap knalpot, mengiringkan jenazahnya ke Nganjuk. Semak-semak yang tak terurus dan tak pernah ambil peduli, meregang waktu bersaksi: Marsinah diseret dan dicampakkan - sempurna, sendiri. Pangeran, apakah sebenarnya inti kekejaman? Apakah sebenarnya sumber keserakahan? Apakah sebenarnya azas kekuasaan? Dan apakah sebenarnya hakikat kemanusiaan, Pangeran? Apakah ini? Apakah itu? Duh Gusti, apakah pula makna pertanyaan? “Saya ini Marsinah, buruh pabrik arloji. Ini sorga, bukan? Jangan saya diusir ke dunia lagi; jangan saya dikirim ke neraka itu lagi.” (Malaikat tak suka banyak berkata, ia sudah paham maksudnya.) “apa sebaiknya menggelinding saja bagai bola sodok, bagai roda pedati?” (Malaikat tak suka banyak berkata, ia biarkan gerbang terbuka.) “Saya ini Marsinah, saya tak mengenal wanita berotot, yang mengepalkan tangan, yang tampangnya garang di poster-poster itu; saya tidak pernah jadi perhatian dalam upacara, dan tidak tahu harga sebuah lencana.” (Malaikat tak suka banyak berkata, tapi lihat, ia seperti terluka.) Marsinah itu arloji sejati, melingkar di pergelangan tangan kita ini; dirabanya denyut nadi kita, dan diingatkannya agar belajar memahami hakikat presisi. Kita tatap wajahnya setiap hari pergi dan pulang kerja, kita rasakan detak-detiknya di setiap getaran kata. Marsinah itu arloji sejati, melingkar di pergelangan tangan kita ini. (1993-1996)
Nganjuk hadir... sukomoro pun hadir... patung marsinah pun mendengar... Tak harap lagi melontar... Silir silir di kota angin... Hadap ke seletan gunung wilis Disebelah utara bengawan solo Lumbung padi mengisi Marsinah jadi ispirasi..
Rasanya teduh dan damai saat mendengar alunan suaramu, dgn rangkaian untaian syairmu. Terasa mengalun mengelus dadaku yang letih, sehabis aku berjalan menantang waktu. kadang kaki terantuk krikil tajam. Engkau alunkan syair Marsinah, ijinkanlah kalau begitu memanggilmu sahabat kalau boleh saudaraku. Marsinah oh kawanku!! adalah sosok pengasuh bibiku sejati meskipun aku tak pernah mengenal sosoknya. Dia bibiku karena sama sama hidup di negeri kanoha dalam penjara tirai kekuasaan. Cuma bedanya Marsinah dadanya terbelah di tikam sampai berdarah karena barangkali menyulut api kemarahan di pabriknya. Sedangkan aku disini di sorga di rantai di belenggu kaki dan tanganku dengan rantai dari napas napas budaya adat istiadat. Aku ketih kawan . . . . Sementara sebagian saudaraku berpesta pora karena dia rajin dan pintar membangun menara agung di pura pura sampai pinggir pantai. Sementara aku dan juga mereka mereka yang berwajah lugu dan polos letih. Kakiku dan juga mereka itu lelah tak berdaya, tak mampu melepaskan rantai di kaki dan juga di tangan. Marsinah bibiku . . . . aku menangis pilu saat syairmu di dendangkan. Kita sama sama menangis di negeri ini yang begitu kaya raya. Aku coba bertanya pada burung burung. Mereka tak mau menjawab karena burung juga menangis. Katanya pepohonan pada musnah, tumbang oleh gergaji mesin. Aku bertanya pada anjing namun mereka hanya sibuk berebut tulang tulang dari tuannya. Sampai kapan di negeri ini orang yang ringkih di beri jalan dan sinar penerangan agar mampu untuk pulang dan tidak di perbudak atas nama kemajuan jaman. Mohon berilah aku jalan pengetahuan agar aku tak terbelenggu oleh rantai besi pada kaki dan tangan lewat syairmu. 🙏🙏 dari tanah dewata buat sang penyair.
Puisi itu sederhana tapi kekuatannya nyata. Dengan puisi ini beliau memaparkan sejarah dan fakta lewat balutan kata yang menyesakkan dada. Kasus ini memang sudah lama, mungkin sudah berdebu dan tua. Jika bukan disini keadilan dibayar, tenang kita masih punya Tuhan Yang Maha Tahu Segalanya.
Tenang di alam sana pak Sapardi Djoko Damono, engkau lah legenda di negara ini, tolong bukakan pintu masuk surga untuk pak Sapardi Djoko Damono :( #aminnn
Karyamu " Hujan di bulan Juni" Mulai bergejolak diawal aku menyeruput makna disetiap kata2 tulisanmu.. Terima kasih pakde atas buah pikiranmu, tetap berkarya karena sastra tak mengenal senja, punah ataupun binasa.. Salam literasi 😇
Salut pada puisinya... Dalam banget maknanya, juga vibenya sedih dan saya rasa puisi itu memberi pesan agar orang mengambil pelajaran dari tragedi marsinah
Sejarah yang tidak diajarkan di sekolah. Malu rasanya. Aku pikir aku sudah tahu banyak tentang sejarah negeri ini karena aku memang menyukai pelajaran sejarah Indonesia. Tapi, setelah menjalani hari-hari menjadi remaja yang menuju dewasa, aku sadar kalau aku belum tahu banyak hal. Terimakasih kepada orang-orang dewasa yang mau menyampaikan kisah-kisah seperti ini kepada kami. Jika kalian diam dan bungkam, lantas aku harus belajar darimana? Sejatinya sejarah adalah ilmu yang bisa dipelajari. Entah untuk ditiru, atau dienyahkan agar tidak terjadi lagi.
Dongeng Marsinah /1/ Marsinah buruh pabrik arloji, mengurus presisi: merakit jarum, sekrup, dan roda gigi; waktu memang tak pernah kompromi, ia sangat cermat dan pasti. Marsinah itu arloji sejati, tak lelah berdetak memintal kefanaan yang abadi: “kami ini tak banyak kehendak, sekedar hidup layak, sebutir nasi.” /2/ Marsinah, kita tahu, tak bersenjata, ia hanya suka merebus kata sampai mendidih, lalu meluap ke mana-mana. “Ia suka berpikir,” kata Siapa, “itu sangat berbahaya.” Marsinah tak ingin menyulut api, ia hanya memutar jarum arloji agar sesuai dengan matahari. “Ia tahu hakikat waktu,” kata Siapa, “dan harus dikembalikan ke asalnya, debu.” /3/ Di hari baik bulan baik, Marsinah dijemput di rumah tumpangan untuk suatu perhelatan. Ia diantar ke rumah Siapa, ia disekap di ruang pengap, ia diikat ke kursi; mereka kira waktu bisa disumpal agar lenkingan detiknya tidak kedengaran lagi. Ia tidak diberi air, ia tidak diberi nasi; detik pun gerah berloncatan ke sana ke mari. Dalam perhelatan itu, kepalanya ditetak, selangkangnya diacak-acak, dan tubuhnya dibirulebamkan dengan besi batangan. Detik pun tergeletak Marsinah pun abadi. /4/ Di hari baik bulan baik, tangis tak pantas. Angin dan debu jalan, klakson dan asap knalpot, mengiringkan jenazahnya ke Nganjuk. Semak-semak yang tak terurus dan tak pernah ambil peduli, meregang waktu bersaksi: Marsinah diseret dan dicampakkan - sempurna, sendiri. Pangeran, apakah sebenarnya inti kekejaman? Apakah sebenarnya sumber keserakahan? Apakah sebenarnya azas kekuasaan? Dan apakah sebenarnya hakikat kemanusiaan, Pangeran? Apakah ini? Apakah itu? Duh Gusti, apakah pula makna pertanyaan? /5/ “Saya ini Marsinah, buruh pabrik arloji. Ini sorga, bukan? Jangan saya diusir ke dunia lagi; jangan saya dikirim ke neraka itu lagi.” (Malaikat tak suka banyak berkata, ia sudah paham maksudnya.) “apa sebaiknya menggelinding saja bagai bola sodok, bagai roda pedati?” (Malaikat tak suka banyak berkata, ia biarkan gerbang terbuka.) “Saya ini Marsinah, saya tak mengenal wanita berotot, yang mengepalkan tangan, yang tampangnya garang di poster-poster itu; saya tidak pernah jadi perhatian dalam upacara, dan tidak tahu harga sebuah lencana.” (Malaikat tak suka banyak berkata, tapi lihat, ia seperti terluka.) /6/ Marsinah itu arloji sejati, melingkar di pergelangan tangan kita ini; dirabanya denyut nadi kita, dan diingatkannya agar belajar memahami hakikat presisi. Kita tatap wajahnya setiap hari pergi dan pulang kerja, kita rasakan detak-detiknya di setiap getaran kata. Marsinah itu arloji sejati, melingkar di pergelangan tangan kita ini.
Dan kemaren tepat tngggal lahir marsinah, 10 APRIL 1969 selamat ulang tahun panjang umur perlawanan, dan semua individu yg dibunuh dan dipenjara karena MELAWAN TIDAK MATI ,,,KAMI ADA BERLIPAT GANDA 🙏✊✊✊✊✊✊
Masih susah dipercaya, rasanya. Jasadmu tiada, namun hadirmu senantiasa hadir dalam tiap puisi.
Selamat jalan, pak. Surga meminta penyair hebat sepertimu untuk pulang.
10 april 2019
Selamat ulang tahun Marsinah :')
Aku bangga sekali bisa sebuku denganmu Eyang Sapardi Djoko Damono 😍😍😍 semoga Eyang selalu diberi kesehatan aminnn...
Dongeng Marsinah selalu melekat dalam darah para penyair... Waktu boleh berlalu dan sejarah tetaplah pilu
Sebuah sejarah yang tidak diajarkan disekolah,
salut sama kalian yang mau mempelajari sejarah perjuangan rakyat indonesia tanpa harus menunggu materi dari guru disaat jam pelajaran.
sejarah sekarang kyk di anggep ngebosenin, untungnya gw punya bapak yg suka sejarah jadi ketularan deh uhuy
Suka sekali dengan karya-karya sastrawan Indonesia😊 Semoga bisa meneladani beliau-beliau yang mampu memajukan Indonesia dengan sastra Indonesia.
terima kasih. jangan lupa subscribe, ya. like dan komen video wikipuisi lainnya. salam puisi...
Keren
Terimakasih Jason Ranti berkat kau saya jadi tau Pak Sapardi..
Dongeng Marsinah
Marsinah buruh pabrik arloji,
mengurus presisi:
merakit jarum, sekrup, dan roda gigi;
waktu memang tak pernah kompromi,
ia sangat cermat dan pasti.
Marsinah itu arloji sejati,
tak lelah berdetak
memintal kefanaan
yang abadi:
“kami ini tak banyak kehendak,
sekedar hidup layak,
sebutir nasi.”
Marsinah, kita tahu, tak bersenjata,
ia hanya suka merebus kata
sampai mendidih,
lalu meluap ke mana-mana.
“Ia suka berpikir,” kata Siapa,
“itu sangat berbahaya.”
Marsinah tak ingin menyulut api,
ia hanya memutar jarum arloji
agar sesuai dengan matahari.
“Ia tahu hakikat waktu,” kata Siapa,
“dan harus dikembalikan
ke asalnya, debu.”
Di hari baik bulan baik,
Marsinah dijemput di rumah tumpangan
untuk suatu perhelatan.
Ia diantar ke rumah Siapa,
ia disekap di ruang pengap,
ia diikat ke kursi;
mereka kira waktu bisa disumpal
agar lenkingan detiknya
tidak kedengaran lagi.
Ia tidak diberi air,
ia tidak diberi nasi;
detik pun gerah
berloncatan ke sana ke mari.
Dalam perhelatan itu,
kepalanya ditetak,
selangkangnya diacak-acak,
dan tubuhnya dibirulebamkan
dengan besi batangan.
Detik pun tergeletak
Marsinah pun abadi.
Di hari baik bulan baik,
tangis tak pantas.
Angin dan debu jalan,
klakson dan asap knalpot,
mengiringkan jenazahnya ke Nganjuk.
Semak-semak yang tak terurus
dan tak pernah ambil peduli,
meregang waktu bersaksi:
Marsinah diseret
dan dicampakkan -
sempurna, sendiri.
Pangeran, apakah sebenarnya
inti kekejaman? Apakah sebenarnya
sumber keserakahan? Apakah sebenarnya
azas kekuasaan? Dan apakah sebenarnya
hakikat kemanusiaan, Pangeran?
Apakah ini? Apakah itu?
Duh Gusti, apakah pula
makna pertanyaan?
“Saya ini Marsinah,
buruh pabrik arloji.
Ini sorga, bukan? Jangan saya diusir
ke dunia lagi; jangan saya dikirim
ke neraka itu lagi.”
(Malaikat tak suka banyak berkata,
ia sudah paham maksudnya.)
“apa sebaiknya menggelinding saja
bagai bola sodok,
bagai roda pedati?”
(Malaikat tak suka banyak berkata,
ia biarkan gerbang terbuka.)
“Saya ini Marsinah, saya tak mengenal
wanita berotot,
yang mengepalkan tangan,
yang tampangnya garang
di poster-poster itu;
saya tidak pernah jadi perhatian
dalam upacara, dan tidak tahu
harga sebuah lencana.”
(Malaikat tak suka banyak berkata,
tapi lihat, ia seperti terluka.)
Marsinah itu arloji sejati,
melingkar di pergelangan
tangan kita ini;
dirabanya denyut nadi kita,
dan diingatkannya
agar belajar memahami
hakikat presisi.
Kita tatap wajahnya
setiap hari pergi dan pulang kerja,
kita rasakan detak-detiknya
di setiap getaran kata.
Marsinah itu arloji sejati,
melingkar di pergelangan
tangan kita ini.
(1993-1996)
Nganjuk
marsinah abadi
Hingga kini penguasa yg dulu kuli juga terkontaminasi penyakit tak perduli
Ga kebayang , kata kata yang rumit ini . Keren banget , secara menggambar semua jalan cerita yang dibuat menjadi mudah dipahami .
Nganjuk hadir... sukomoro pun hadir... patung marsinah pun mendengar...
Tak harap lagi melontar...
Silir silir di kota angin...
Hadap ke seletan gunung wilis
Disebelah utara bengawan solo
Lumbung padi mengisi
Marsinah jadi ispirasi..
Kaum buruh wajib tau MARSINAH.. terima kasih 😥
Semoga syurga menjadi tempatmu.. Aminn ya rab
Rasanya teduh dan damai saat mendengar alunan suaramu, dgn rangkaian untaian syairmu.
Terasa mengalun mengelus dadaku yang letih, sehabis aku berjalan menantang waktu.
kadang kaki terantuk krikil tajam.
Engkau alunkan syair Marsinah, ijinkanlah kalau begitu memanggilmu sahabat kalau boleh saudaraku.
Marsinah oh kawanku!!
adalah sosok pengasuh bibiku sejati meskipun aku tak pernah mengenal sosoknya.
Dia bibiku karena sama sama hidup di negeri kanoha
dalam penjara tirai kekuasaan.
Cuma bedanya Marsinah dadanya terbelah di tikam sampai berdarah karena barangkali menyulut api kemarahan di pabriknya.
Sedangkan aku disini di sorga di rantai di belenggu kaki dan tanganku dengan rantai dari napas napas budaya adat istiadat.
Aku ketih kawan . . . .
Sementara sebagian saudaraku berpesta pora karena dia rajin dan pintar membangun menara agung di pura pura sampai pinggir pantai.
Sementara aku dan juga mereka mereka yang berwajah lugu dan polos letih.
Kakiku dan juga mereka itu lelah tak berdaya, tak mampu melepaskan rantai di kaki dan juga di tangan.
Marsinah bibiku . . . .
aku menangis pilu saat syairmu di dendangkan.
Kita sama sama menangis di negeri ini yang begitu kaya raya.
Aku coba bertanya pada burung burung.
Mereka tak mau menjawab karena burung juga menangis.
Katanya pepohonan pada musnah, tumbang oleh gergaji mesin.
Aku bertanya pada anjing namun mereka hanya sibuk berebut tulang tulang dari tuannya.
Sampai kapan di negeri ini orang yang ringkih di beri jalan dan sinar penerangan agar mampu untuk pulang dan tidak di perbudak atas nama kemajuan jaman.
Mohon berilah aku jalan pengetahuan agar aku tak terbelenggu oleh rantai besi pada kaki dan tangan lewat syairmu.
🙏🙏 dari tanah dewata buat sang penyair.
26tahun ibu marsinah. Nyalimu abadi. Tenang di syurga bu.
Sejarah yang pilu,
Para penyair menyampaikan pembelaannya melalui seni
beliau pantas jadi bapak puisi yang setuju komentar
Puisi itu sederhana tapi kekuatannya nyata. Dengan puisi ini beliau memaparkan sejarah dan fakta lewat balutan kata yang menyesakkan dada. Kasus ini memang sudah lama, mungkin sudah berdebu dan tua. Jika bukan disini keadilan dibayar, tenang kita masih punya Tuhan Yang Maha Tahu Segalanya.
Mengenal nama Sapardi Djoko Damono dari SD thn 95, baru tau wajahnya skrang (2019)
Pak sapardi sehat selalu. Kami masih ingin menikmati karya2 anda pak.
Sugeng Tindak Eyang Sapardi. Kuucapkan terima kasihku terdalam. Yang Fana waktu, karyamu abadi menemani hari2ku yang sepi. 😢
Tenang di alam sana pak Sapardi Djoko Damono, engkau lah legenda di negara ini, tolong bukakan pintu masuk surga untuk pak Sapardi Djoko Damono :(
#aminnn
Terharu. Pak Sapardi begitu menjunjung tinggi perjuangan Marsinah
Menarik sekali butir kata kata Pak Sapardi. Salam saudara kata dari Msia. Ayuh segarkan puisi Nusantara.
Karyamu " Hujan di bulan Juni" Mulai bergejolak diawal aku menyeruput makna disetiap kata2 tulisanmu.. Terima kasih pakde atas buah pikiranmu, tetap berkarya karena sastra tak mengenal senja, punah ataupun binasa.. Salam literasi 😇
Salut pada puisinya... Dalam banget maknanya, juga vibenya sedih dan saya rasa puisi itu memberi pesan agar orang mengambil pelajaran dari tragedi marsinah
Jiwamu mati tpi semangat&nyalimu hidup di hati para buruh indonesia MARSINAH.
marsinah adalah kita, arloji adalah waktu...
puisi ini mengingatkan kita!
10 April 2020
Selamat ulang tahun marsinah.
Dalam sekali mbah Sapardi.
Semoga bu Marsinah husnul khotimah,
Manunggal bersama Allah 🙏🙏
Selamat tinggal pak sapardi
Puisimu abadi,persembahan sastra yang kau anggap sederhana adalah sebuah inspirasi mewah
Sejarah yang tidak diajarkan di sekolah. Malu rasanya. Aku pikir aku sudah tahu banyak tentang sejarah negeri ini karena aku memang menyukai pelajaran sejarah Indonesia. Tapi, setelah menjalani hari-hari menjadi remaja yang menuju dewasa, aku sadar kalau aku belum tahu banyak hal. Terimakasih kepada orang-orang dewasa yang mau menyampaikan kisah-kisah seperti ini kepada kami. Jika kalian diam dan bungkam, lantas aku harus belajar darimana?
Sejatinya sejarah adalah ilmu yang bisa dipelajari. Entah untuk ditiru, atau dienyahkan agar tidak terjadi lagi.
Pak sapardi, energi mu tersalurkan lewat puis puisi mu
Baru tadi ikut aksi penolakan Perppu,dan ada teater tentang marsinah🤲kau tetap ada dan berlipat ganda!!
Masya allah..bagus nian bait-bait yang kau suarakan..maestro puisi yang kami rindukan
Love u eyang sapardi Djoko Damono..
Suka bgt ma karya beliau..
mungkin kau sudah dialam yg berbeda namun karya mu masi ada dan tak perna mati
8 Mei 2019, engkau abadi dalam kenangan hak asasi Marsinah. Tenang di Surganya, aamiin.
Walaupun waktu terus berganti dan engksupun pergi menyatu dg alam semesta tapi karyamu tak lekang oleh waktu
Selamat ulang tahun perempuan pemberani Ibu Marsinah 🌻
Wow!!!! Bagusss bgt!
Merinding!!
Puisi terbaik yg bisa saya pahami
Sehat terus bapak supardi,,karya beliau abadi,,
LUAR BIASA pAK sAPARDI. kAMI mengagumi puisi2 mu
Marsinah yang luar biasa.. suka banget nih dengan karya nya.
Puisi adalah rekaman peristiwa tak lekang jaman. Tetap semangat...mari berbagi karya.
Dan detikpun terasa cepat berdetak ketika perjuangan arloji sejati kini dikenang kembali....
Maju terus sastra indonesia,merinding dengarnya
Hidup sastrawan Indonesia. Marsinah tetap akan dihati para manusia beradab.
Marsinah arloji sejati pahlawan buruh negri ini ♥️♥️♥️♥️
Merinding sulit di percaya, selamat jalan eyang :"
Oh pak Sapardi, aku ingin ngopi dengan sederhana di bulan Juni, dengan murid cantikmu di UI
berlayar ke Depok diwaktu pagi hari
Eyang persembahkan SATU lagi buat negeri ini, Wiji Tukul
Panjang umur Eyang 😇
Kebebasan cuma cacing memancing lupa kedamaian cuma janji yg tak jadi nyata kesengsaraan atas keserakah adallah perwujudtan yg nyata.
aduhai marsinah, arloji yang kita pakai ini bersemayam dirimu.
Tidak ada yang bisa membungkam sejarah, karena sastrawan menolak lupa✊
Selamat hari buruh, mengenang Marsinah buruh pabrik arloji:(
Menjelang 1 Mei 2021
Kata katanya sedrhana namun memilki makna yang mendalam
Selamat ulang taun marsinah
Namamu abadi,kau abadi disurgaNya.
10 april 2020
Sekarang setiap melihat arloji di tangan akan mengingatkan pada perempuan hebat ini...
Pabrik arloji itu deket dari rumahku, masih ingat betul saat kejadian itu. #marsinahpahlawanparaburuh
Sedih mendengarnya....semoga akan tiba keadilan buat Marsinah...😭
Semoga almarhum di terima iman islamnya :'
Mati aku di perkosa oleh istilah istilah manusiawi yang membuatku terengah-engah dan terinspirasi
Hidup marsinah, tak ada kata lain untuk menggambarkan kehebatanmu
Di sajak ini, aku baru percaya apa kata sapardi!
Selalu ada dan berlipat ganda
Selamat jalan Pak Sapardi, surga yang indah semoga untukmu
Rest in Peace eyanggg:'(
Engkau melebur dengan waktu,,
Pak sapardi, aku ingin boti dengan sederhana dibulan juni, dengan murid cantikmu di UI
Kini, mari kita mendo'akan eyang kita.. Agar bahagia di sana....
ruclips.net/video/d_FHiY0X5x4/видео.html
Jangan lupa nonton juga video puisi ini. Jika anda tertarik, beri like dan share. Terima kasih.
rindu bahasa seperti ini .. sejak bung Fahri Hamzah Mendominasi Televisi .. hehe
beautiful.
Marsinah semoga kedamaian untuk mu
Terimakasih Eyang.
untaian kata yang penuh rasa kemanusiaan.
semangat untuk creatornya. keren abis
Terima kasih. Terus support channel youtube wikipuisi, ya.. :)
husnul khotimah pak sapardi
MERINDING PAK DENGER BAPAK MEMBACA :(((((
Aku bukan penggantimu, aku akan jauh melebihimu. Aku akan membuat sastra jauh lebih besar dari apa yg sudah kamu lakukan.
Puisi ini membuat kita semua untuk mengheningkan cipta
Master 😘
Abis kata2 gw, mau komen apa lgi, keren abisss
terima kasih. lanjuuuut...
Lahhh ini komen keren abis 😂😂😂
Marsinah pahlawan buruh dari NGANJUK👍👍👍👍👍
Di hari baik di bulan baik btw gue nonton di bulan ramadhan
Ini juga ramadhan bro hehe
Bapak sapardi, sehat terus🙏🏻😇
Gak pernah bosen denger ini
Siapa yang menaruh bawang disini
Dongeng Marsinah
/1/
Marsinah buruh pabrik arloji,
mengurus presisi:
merakit jarum, sekrup, dan roda gigi;
waktu memang tak pernah kompromi,
ia sangat cermat dan pasti.
Marsinah itu arloji sejati,
tak lelah berdetak
memintal kefanaan
yang abadi:
“kami ini tak banyak kehendak,
sekedar hidup layak,
sebutir nasi.”
/2/
Marsinah, kita tahu, tak bersenjata,
ia hanya suka merebus kata
sampai mendidih,
lalu meluap ke mana-mana.
“Ia suka berpikir,” kata Siapa,
“itu sangat berbahaya.”
Marsinah tak ingin menyulut api,
ia hanya memutar jarum arloji
agar sesuai dengan matahari.
“Ia tahu hakikat waktu,” kata Siapa,
“dan harus dikembalikan
ke asalnya, debu.”
/3/
Di hari baik bulan baik,
Marsinah dijemput di rumah tumpangan
untuk suatu perhelatan.
Ia diantar ke rumah Siapa,
ia disekap di ruang pengap,
ia diikat ke kursi;
mereka kira waktu bisa disumpal
agar lenkingan detiknya
tidak kedengaran lagi.
Ia tidak diberi air,
ia tidak diberi nasi;
detik pun gerah
berloncatan ke sana ke mari.
Dalam perhelatan itu,
kepalanya ditetak,
selangkangnya diacak-acak,
dan tubuhnya dibirulebamkan
dengan besi batangan.
Detik pun tergeletak
Marsinah pun abadi.
/4/
Di hari baik bulan baik,
tangis tak pantas.
Angin dan debu jalan,
klakson dan asap knalpot,
mengiringkan jenazahnya ke Nganjuk.
Semak-semak yang tak terurus
dan tak pernah ambil peduli,
meregang waktu bersaksi:
Marsinah diseret
dan dicampakkan -
sempurna, sendiri.
Pangeran, apakah sebenarnya
inti kekejaman? Apakah sebenarnya
sumber keserakahan? Apakah sebenarnya
azas kekuasaan? Dan apakah sebenarnya
hakikat kemanusiaan, Pangeran?
Apakah ini? Apakah itu?
Duh Gusti, apakah pula
makna pertanyaan?
/5/
“Saya ini Marsinah,
buruh pabrik arloji.
Ini sorga, bukan? Jangan saya diusir
ke dunia lagi; jangan saya dikirim
ke neraka itu lagi.”
(Malaikat tak suka banyak berkata,
ia sudah paham maksudnya.)
“apa sebaiknya menggelinding saja
bagai bola sodok,
bagai roda pedati?”
(Malaikat tak suka banyak berkata,
ia biarkan gerbang terbuka.)
“Saya ini Marsinah, saya tak mengenal
wanita berotot,
yang mengepalkan tangan,
yang tampangnya garang
di poster-poster itu;
saya tidak pernah jadi perhatian
dalam upacara, dan tidak tahu
harga sebuah lencana.”
(Malaikat tak suka banyak berkata,
tapi lihat, ia seperti terluka.)
/6/
Marsinah itu arloji sejati,
melingkar di pergelangan
tangan kita ini;
dirabanya denyut nadi kita,
dan diingatkannya
agar belajar memahami
hakikat presisi.
Kita tatap wajahnya
setiap hari pergi dan pulang kerja,
kita rasakan detak-detiknya
di setiap getaran kata.
Marsinah itu arloji sejati,
melingkar di pergelangan
tangan kita ini.
Nganjuk, kampung halaman😍
Selamat ulangtahun marsinah
Sehat selalu pak Sapardi
Mantep keren pak
Super untuk karyanya pak🙏🙏
Panjang umur eyang
Semoga Marsinah tenang di surga bersama malaikat yang mengerti.
pernah didongengin ginian sm dia,ktanya biar tidur,uda jam 3 pagi masi melek katanya. gangerti saya cuma iya iya aja biar dia seneng wkwk
Working class hero 💪💪
Dan kemaren tepat tngggal lahir marsinah, 10 APRIL 1969 selamat ulang tahun panjang umur perlawanan, dan semua individu yg dibunuh dan dipenjara karena MELAWAN TIDAK MATI ,,,KAMI ADA BERLIPAT GANDA 🙏✊✊✊✊✊✊
Sehat - sehat selalu eyang 🌻🌼
Aku terharu dan masuk ke dalam cerita membayangkan nasib Marsinah. Tapi di tengah tadi, sepertinya, ada suara batuk yang cukup mengganggu.
Ooooh marsinah kau termarjinalkan
Ooooh marsinah matimu tak sia-sia
Kami belum lupa!