Это видео недоступно.
Сожалеем об этом.

Upacara Adat Seren Taun | Merawat Meruwat Pusaka Budaya Nusantara | Cigugur, 29 Juni 2024

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 29 июн 2024
  • Upacara Adat Seren Taun
    22 Rayagung 1957 Saka Sunda
    29 Juni 2024
    Tarian Jamparing Apsari. Tarian ini melambangkan panah cinta kasih yang mengarah ke jantung hati.
    Jamparing berarti busur, dan anak panahnya memiliki dua sisi sebagai senjata berburu dan "panah asmara". Tarian ini mengajak manusia untuk menyingkirkan kesombongan serta amarah, menggantikannya dengan welas asih kepada sesama maupun alam sekitar.
    Tari Maung Lugay yang mengajarkan kelincahan dan keperkasaan harimau dalam menjaga lingkungan.
    Maung Lugay memiliki makna bahwa masyarakat Sunda harus menjadi manusia unggul di berbagai bidang. Tarian ini juga menggambarkan pentingnya melindungi lingkungan dengan penuh ketangkasan.
    Angklung Buncis, kreasi sesepuh dari adat setempat yakni Pangeran Djatikusumah pada tahun 1969, yang ditampilkan guna menunjukkan kehidupan dan keseharian masyarakat Cigugur.
    Tari Buyung memperlihatkan simbolisme menginjak kendi sambil membawa buyung di kepala.
    Setiap gerakannya menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Tarian ini menambah kekayaan makna dalam upacara Seren Taun.
    Helaran Memeron, sebuah pagelaran patung simbolik yang diarak bersama binatang seperti burung garuda, harimau, naga, kuda, dan ikan dewa. Setiap binatang memiliki makna tersendiri yang telah dipercaya turun-temurun.
    Prosesi ditutup dengan Ngajayak, di mana masyarakat melakukan arak-arakan menuju Gedung Paseban. Mereka membawa hasil panen seperti padi, biji-bijian, buah-buahan, dan hasil pertanian lainnya.
    Suara dentuman lesung menggema di Saung Panutuan Taman Sari Paseban, mengiringi langkah-langkah warga yang antusias untuk melakukan Nutug Pare atau menumbuk padi. Kegiatan ini menjadi puncak dari rangkaian acara ini, sebuah simbol syukur atas hasil bumi yang melimpah.

Комментарии •