Pujawali Pura Luhur Pucak Padang Dawa

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 20 окт 2024
  • Kanal Bali Jani ~ Pura Luhur Pucak Padang Dawa terletak di wilayah Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pura yang termasuk kahyangan jagat ini menyelenggarakan pujawali ageng setiap tahun sekali, yakni pada hari Rabu Kliwon, Wuku Pahang, yang tahun 2022 ini jatuh pada tanggal 13 Juli.
    Seperti sebelumnya, pujawali ageng di Pura Luhur Pucak Padang Dawa akan berlangsug selama tiga hari, dan pada setiap malam selama berlangsungnya pujawali, diadakan berbagai pertunjukan kesenian Bali di samping tapakan Ratu Gde mesolah atau napak pertiwi.
    Kemeriahan penyelengaraan upacara pujawali di Pura Luhur Pucak Padang Dawa kali ini sudah mulai tampak sejak hari Minggu 10 Juli 2022 sore, di mana beberapa tapakan Ratu Gde atau barong mulai rawuh atau berdatangan. Tapakan-tapakan yang datang hampir bersamaan itu adalah: tapakan dari Petiga, Batan Nyuh, Ginung Siku, Beringkit, Pejeng dan Sulangai.
    Mengiringi tapakan-tapakan tersebut, ribuan pemedek atau umat juga hadir memenuhi semua mandala di lingkungan Pura Luhur Pucak Padang Dawa, yang membuat panitia pujawali cukup sibuk untuk mengaturnya. Pemedek begitu membludak dan tampak berdesak-desakan memasuki utama mandala pura untuk, setelah dua tahun tidak bersembahyang ke pura ini terkait dengan pandemi yang baru saja usai.
    Pada malam hari, tanggal 10 Juli 2022, telah dilakukan acara mendak Ida Bhatara Pura Luhur Pucak Padang Dawa dari pura yang ada di Banjar Gunung Kangin, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Tabanan.
    Pura Luhur Pucak Padang Dawa dikenal sebagai pura tempat nunas pasupati atau kekuatan mistis untuk tapakan barong. Maka dari itu, pada setiap pujawali ageng, tapakan barong yang menjadi sungsungan pemeluk Hindu di sejumlah kabupatenan di Bali, akan rauh atau datang ke pura ini. Ada sekitar 90 tapakan barong biasanya berkumpul di pura ini. Tapakan-tapakan itu berasal dari pura-pura yang ada di Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli dan Jembrana.
    Di Pura Luhur Pucak Padang Dawa terdapat tapakan dengan figur pewayangan seperti: Anila, Hanoman, Sugriwa, Rahwana, Sempati dan lain-lain yang jumlahnya sembilan dan dikenal dengan sebutan Dewata Nawa Sangga.
    Pada puncak pujawali, selalu ada upacara unik dan menarik untuk diikuti dan disaksikan, yakni upacara mesucian ke Beji, pada saat mana tapakan Dewata Nawa Sangga serta puluhan tapakan barong yang hadir beriringan menuju Pura Beji. Itu merupakan pemadangan religius yang sangat menarik.
    Pura Luhur Pucak Padang Dawa berdiri di atas perbukitan di Desa Bangli yang berjarak sekitar 45 km dari Denpasar atau 25 km di sebelah utara Tabanan. Tempat ini bisa dicapai dengan kendaraan roda dua dan juga roda empat. Hanya saja, pada saat pujawali ageng, tempat parkir yang disediakan tidak memadai, sehingga sebagian pemedek harus memarkir kendaraan di pinggir jalan yang agak jauh dari lokasi pura.
    Nama Padang Dawa berasal dari kata Padang dan Dawa. Padang berarti cahaya atau sinar, sedangkan Dawa berarti panjang dan luas. Sehingga Pucak Padang Dawa diartikan sebagai puncak yang memiliki pancaran sinar yang panjang dan luas di alam ini.
    Setelah dilakukan rehabilitasi besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir ini, Pura Luhur Pucak Padang Dawa sekarang tampak lebih megah dengan tata letak gelung kuri yang diapit dua candi bentar dengan undakan-undakannya yang menyerupai Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, Bogor.
    Selain itu Pura Luhur Pucak Padang Dawa juga memiliki gerbang baru yang lebar dan megah menghadap ke selatan. Posisi wantilan di sebelah timur pura juga digeser lebih ke timur sehingga halamannya jadi lebih luas dan bisa dijadikan tempat pementasan tari sakral massal.
    Bagi penggemar kuliner, acara nangkil ke Pura Luhur Pucak Padang Dawa pada saat pujawali ageng, juga bisa dimanfaatkan untuk menikmati beragam jenis kuliner yang dijual oleh puluhan pedagang di tempat yang disediakan di sebelah selatan pura.

Комментарии • 17

  • @dayupuspa3628
    @dayupuspa3628 Год назад

    Dmgi rahayu sareng sami🙏

  • @BaliSeven7Channel
    @BaliSeven7Channel 2 года назад +1

    Rahayu. 🙏🙏🙏

  • @IGustiAgungNgurahPutranata
    @IGustiAgungNgurahPutranata 2 года назад +3

    Menurut saya ini penataan baru yg tdk masuk akal... buat apa megah tapi nilai historis sejarah...peninggalan leluhur dan keaslian pura ini di rubah dan sdh hilang tinggal kenangan. Buat apa di tata ulang tapi bentuk bangunan meru, taman, tanaman dan tata letak batu disekeliling Pura ini berubah. Dan juga mengapa Areal Pelinggih Pucak lebih luas dari Areal Pelinggih Penatarannya...seharusnya areal Penatarannya yg diperluas sedangkan areal Pucak (Diatas/Meru) di jaga keaslian originalitasnya dan disucikan baik tata letak dan peninggalannya. Sebenarnya Masing" Pura di Bali itu punya coraknya masing-masing...tdk harus Pura A harus sama tata letak/megahnya dengan Pura B atau C. Jd masing" Pura punya Aturan/Awing-awing/Drestha, Corak dan Ciri Khasnya masing". Kewibawaan dan Taksu Pura Luhur Pucak Padang Dawa menurut saya kini telah berubah, tdk seperti dulu sebelum bangunan fisik Pura ini di Rubah/dipugar. "BUAT APA DIPERBAIKI/ DITATA ULANG/DIPUGAR KALAU TIDAK DILESTARIKAN KEASLIAN ORIGINALITAS LELUHUR TERDAHULU DAN JUGA BUAT APA KALAU BANGUNAN MSH KOKOH DAN TDK RUSAK" alangkah baiknya pemugaran bangunan suci atau prasasti/ peninggalan leluhur itu sebaiknya dilakukan saat memang benda tersebut rusak, bukan ada kepentingan tertentu sehingga tdk dilestarikan dan dijaga ke originalitasannya. 🙏😇 Suksma

    • @awakra2883
      @awakra2883 2 года назад +3

      Yang kekal itu adalah perubahan ... apasih yg tidak berubah di alam ini ... semua berubah seiring berubahnya jaman dan pemikiran manusia ... kalau berubah ke arah yg lebih baik dan lebih nyaman bagi pemedek dan menjadikan kesadaran spiritual para pemedek lebih baik ... its oke 👍🙏😊

    • @IGustiAgungNgurahPutranata
      @IGustiAgungNgurahPutranata 2 года назад +1

      @@awakra2883 pemikiran manusia dulu dan sekarang itu berbeda... leluhur dan nenek moyang kita dulu sdh menghitung dan merencanakannya dengan maksud dan tujuan yg matang...kalau sekarang kan yg penting ada uang... kemauan...boleh atau tidak....berani atau tidak...tidak dipikirkan "PATUTNYA/benar atau kebenarannya"...dalam tindakan dan langkah yg d ambil. kalau memang patut/benar sesuai tradisi nenek moyang/leluhur kita dulu... kan tdk masalah. Msh banyak uang yg msh bisa dimanfaatkan selain memugar Pura...kalau memang Pura itu roboh atau rusak kan gk masalah dipugar sesuai dreasta dan aturan Puranya...kalau Pura msh dalam keadaan kokoh..kuat dan estetik orisinil kan kasihan... itu kan merusak cagar budaya yg perlu dilestarikan. 😇

    • @IGustiAgungNgurahPutranata
      @IGustiAgungNgurahPutranata 2 года назад

      Misalkan infrastruktur jalan akses menuju Pura Luhur Pucak Padang Dawa...kemudian Penerangannya...MCK bagi pemedek...kan itu jauh lebih penting...ketimbang...merubah bangunan prasejarah orisinil Pura yg masih sehat... tapi yg diperluas malah Pucaknya Bukan Areal Penatarannya...oke kalau di areal penatarannya diperluas kan msh sangat bermanfaat...dan sangat bagus idenya 🙏 Suksma

    • @IGustiAgungNgurahPutranata
      @IGustiAgungNgurahPutranata 2 года назад +1

      Seperti Pura Besakih...pasti penatarannya yg paling luas...karena banyak umat sembahyang di sana...kan gk mungkin di atas puncak gunungnya dibangun areal persembahyangan atau di masing" pedarman yg lebih luas dari pada Penataran Besakihihnya...karena Pucak/ Gunung/ Meru itu daerah yg di sucikan 🙏

    • @awakra2883
      @awakra2883 2 года назад +1

      @@IGustiAgungNgurahPutranata kalau saja pemikiran leluhur dan nenek moyang kita dalam menghitung dan merencanakan maksud serta tujuan dalam pembuatan suatu pura/pelinggih sempat disosialisasikan (dijelaskan) kepada khalayak (anak cucu beliau) mungkin para pemugarnya bisa berpikir 2× untuk memugar suatu pura
      ... sayang ya leluhur kita hampir tak pernah mensosialisasikannya 😊