BETAPA JAHAT DAN KEJI FITNAH DAN ADU DOMBA KAUM DURJANA YANG MEMBUAT UTSMAN WAFAT KARENA FITNAHNYA!!

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 15 сен 2024
  • Follow Us Our Social Media
    Instagram : / amanahsyurg. .
    TikTok. : / amanahsyurgap. .
    Website. : www.visual-generation.com
    =====================================================================
    Konspirasi Gerakan Terselubung
    Namun, keutamaan-keutamaan itu tidak dipandang oleh kaum bodoh dan pendengki. Pada masa-masa akhir pemerintahan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu gelombang fitnah datang bertubi-tubi hingga ia gugur syahid dalam keadaan terzalimi.
    Gelombang fitnah itu berawal dari gerakan terselubung yang dirancang oleh Abdullah bin Saba la’natullah ‘alaihi. Ia dikenal juga dengan sebutan Ibnu Sauda. Dia adalah seorang Yahudi asal Shan’a yang berpura-pura masuk Islam pada masa pemerintahan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.
    Ia berkeliling dari satu kota ke kota lain (Hijaz, Basra, Kufah, Syam, dan Mesir) untuk melancarkan agendanya merusak umat Islam. Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa Ibnu Sauda meracuni otak orang-orang untuk melakukan perlawanan terhadap khalifah. Di Syam ia tidak berhasil melakukan hasutan, namun di Mesir ia berhasil membangun basis kekuatannya. Ia menghimpun para bromocorah (pencuri, perampok, kaum munafik, Yahudi, Nasrani, Majusi) dan memerintahkannya berpura-pura menjadi muslim.
    Abdullah bin Saba menyebarkan pemahaman yang sesat di tengah-tengah kaum awam. Kepada orang-orang Mesir ia berkata: “Allangkah anehnya orang yang mengatakan bahwa Isa akan kembali tetapi tidak percaya bahwa Muhammad akan kembali. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: ‘Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata.’” (Al-Qashshash: 85). Nah, Muhammad lebih pantas untuk kembali daripada Isa.”
    Ia juga berkata: “Ada ribuan nabi, dan setiap nabi mempunyai penerima wasiat. Adalah Ali penerima wasiat Muhammad; Muhammad adalah penutup para nabi dan Ali adalah penutup para penerima wasiat; siapakah yang lebih zalim daripada orang yang tidak melaksanakan wasiat Rasulullah, lantas merampas kendali urusan umat ini? Utsman telah merampasnya tanpa dasar yang dibenarkan…”
    Ia berkata kepada para pengikutnya, “Berontaklah kepada para penguasa kalian dan lawanlah para pembantu khalifah. Tunjukkanlah bahwa kalian selalu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar agar orang-orang menyukai kalian. Di samping itu, seru dan ajak mereka untuk mengikuti langkah kalian.” (Tarikh At-Thabari, 5/348)
    Tuduhan Nepotisme Kepada Utsman dan Para Pejabatnya
    Abdullah bin Saba dan para pengikutnya menyebar fitnah ditengah-tengah umat berupa tuduhan-tuduhan kepada khalifah dan para pejabatnya.
    Utsman bin Affan dituduh melakukan nepotisme, yakni memprioritaskan kaum kerabat dan keluarganya dalam urusan pemerintahan. Padahal Utsman melakukan itu semata-mata karena mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan khalifah sebelumnya; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempekerjakan Bani Umayyah, begitu pula Abu Bakar dan Umar.
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu menempatkan Attab bin Asyad bin Abil Ash di Makkah; Abu Sufyan bin Harb di Najran; Khalid bin Sa’id di Shadaqat Midzhaj dan Shan’a Yaman; Utsman bin Said di Taymi, Khaibar, dan Uyainah; Abban bin Said di sebagian Syiria, kemudian Bahrain.
    Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mengangkat Yazid bin Abu Sufyan untuk penaklukkan Syiria, setelah Syiria dikuasai, Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu mempertahankan Yazid di sana. Setelah itu mengangkat Mu’awiyah.
    Utsman bin Affan rahiyallahu ‘anhu mengangkat pemimpin berdasarkan kemampuan; kalau pun memberhentikan itu semata-mata karena permintaan rakyat. Contoh: Abu Musa Al-Asy’ari diberhentikan oleh Utsman dari jabatannya di Bashrah karena tuntutan rakyat, dan menempatkannya di Kufah karena permintaan rakyat disana.
    Bahkan pada masa setelah pemerintahannya pun, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘nhu mempekerjakan beberapa kerabatnya: Ubaidillah bin Abbas diangkat sebagai pemimpin Yaman; Qatsm bin Abbas menjadi pemimpin Makkah dan Thaif; Abdullah bin Abbas menjadi pemimpin di Bashrah; Sahl bin Hanif atau Tsamamah bin Abbas menjadi pemimpin Madinah. Hal itu tidak menjadi masalah dan tidak dipemasalahkan oleh umat pada saat itu.
    =====================================================================
    Copyright 2024, AMANAH SYURGA PRODUCTION

Комментарии •