Chanel sebelah bahas tentang salah satu desa,, mereka menceritakan pengalaman mistis seseorang di sana tanpa mereka ketahui desa itu merupakan desa kami!!!! Pencerita sengaja melebihkan kejadian yg sebenanya tidak ada!!!!! Alias cerita FIKTIF !!!!! Saya harap chanel ini benar benar menyajikan cerita asli❤
Bab 3: Suara-Suara di Malam Hari Malam itu, aku tidur lebih awal. Lelah setelah seharian mengurus ibu yang semakin melemah. Tapi entah kenapa, aku tidak bisa benar-benar tertidur nyenyak. Ada sesuatu yang terasa... salah. Sekitar pukul dua dini hari, aku terbangun. Rumah terasa terlalu sepi, tetapi di tengah kesunyian itu, aku mendengar sesuatu. Suara langkah kaki pelan. Tap... tap... tap... Aku membuka mata dan menajamkan pendengaran. Langkah itu terdengar dari luar kamarku, di lorong. “Siapa di luar?” tanyaku pelan. Tidak ada jawaban. Tapi langkah itu berhenti. Aku menggigit bibir, mencoba menenangkan diri. “Mungkin ayah atau kakak bangun,” pikirku. Tapi perasaan aneh mulai menyelimuti. Dengan ragu, aku bangkit dari tempat tidur. Kaki telanjangku menyentuh lantai dingin. Aku berjalan perlahan ke pintu kamar, memutar kenopnya, dan membukanya sedikit. Lorong itu gelap, lebih gelap dari biasanya. Lampu yang biasanya menerangi lorong hanya berkedip-kedip lemah, seperti kehabisan tenaga. “Halo? Ayah? Kakak?” suaraku hampir berbisik. Tidak ada jawaban. Aku menelan ludah, mencoba melihat lebih jauh ke dalam lorong. Tapi yang kulihat hanya bayangan panjang yang bergerak pelan, seperti ada sesuatu yang bersembunyi di sana. “Kalau ini bercanda, nggak lucu, tahu!” aku menaikkan suara, mencoba terdengar lebih berani dari yang sebenarnya. Langkah kaki itu terdengar lagi. Kali ini lebih cepat, mendekat ke arahku. Aku mundur, pintu kamar sedikit terbuka lebih lebar. “Siapa?!” teriakku, jantungku berdetak kencang. Langkah itu berhenti lagi, tepat di depan pintu. Aku bisa merasakan keberadaannya. Apa pun itu, ia berdiri di luar kamarku. Aku mengambil napas panjang, menahan gemetar. “Ayah? Kakak? Jangan main-main!” Tapi tak ada jawaban. Yang kudengar hanyalah suara napas... berat... seperti seseorang berdiri sangat dekat dengan pintuku. “Kalau kamu nggak jawab, aku teriak!” ancamku, meski suaraku bergetar. Tiba-tiba, lampu lorong berkedip lebih cepat, dan sebuah bayangan panjang melintas di balik pintu. Aku tersentak, mundur beberapa langkah. Dengan tangan gemetar, aku menutup pintu pelan-pelan dan menguncinya. Aku bersandar ke dinding, mencoba menenangkan diriku sendiri. “Aku cuma capek. Cuma halusinasi,” gumamku pada diri sendiri. Tapi telingaku masih mendengar sesuatu. Kini suara itu berubah menjadi desahan, seperti seseorang yang kelelahan. Dan anehnya, suara itu berasal dari bawah pintuku. “Dika...,” suara itu memanggil, lirih, hampir seperti bisikan. Aku langsung meraih ponselku dan menyalakan senter. Dengan tangan gemetar, aku menerangi celah bawah pintu, tapi tidak ada apa-apa. “Dika, buka pintunya...” Suaranya kini terdengar lebih pelan, namun anehnya terasa dekat sekali. Aku menutup mulutku, mencoba menahan napas. “Pergi... apa pun kamu... pergi!” seruku setengah berteriak, mataku mulai panas karena ketakutan. Tidak ada respons. Hening lagi. Setelah beberapa menit yang terasa seperti seumur hidup, aku akhirnya memberanikan diri melihat dari lubang intip di pintu. Tapi lorong itu kini kosong. Tidak ada siapa-siapa di sana. Aku mundur lagi ke tempat tidur dan meraih selimut, menutupi tubuhku. Semalaman aku tidak bisa tidur, hanya menunggu pagi datang dengan rasa takut yang terus menggantung di udara.
ngeria sekali kisah2 aneh tapi nyata bagi yg mengalaminya.
Suaranya bikin candu 👍👍👍🙏😉
Kalsel hdr🙏🙏🙏
Makasih selalu hadir
@ceritahororstory415 sama" mba🤝🤝🤝🙏🙏🙏
Gunung mas Kalteng hadir
sereemm bangeettt
Enak euy pembawaan ceritanya ....
Pati hadir 😊
Hadir teh wawww ngeri juga ya di tunggu teh episode selanjut nya
Sudah tayang
Salam hadir sodaraqu
Kren ceritanya🎉
sumsel hdirr❤
Jakarta hadiiirrr buuuuunnn
Indramayu hadir
Cianjur hadiroh
RIAU REPOPLIK hadir....
Hadeeehhh, 😂
Wangon Banyumas absen
Malaysia ❤❤
Tasikmalaya hadir
Keren
Kalsel hadir
Tangerang.. Bos ku
Cianjur hadir salam dari Cianjur ka
Seperti mendengarkan drama radio waktu dlu.
Karangsawah-Tonjong Hadir
Terima kasih ❤️
Bogor hadir
Makasih selalu hadir
Garut hadir
Riau hadir
Makasih selalu hadir
Bearti bakso nya hbis donk
suara mimin.adem di denger nya , bisa membawa pikiran.saya memasuki alam.bawah.sadar 🤣🤣🤣🤣👍👍👍👍👍
Kalau bisa jangan terlalu cepat, agak diperlambat sedikit mbak.. Supaya lebih enak dengerinnya. 🙏
Bagus
Syerem ya .. kalau sang tkg bakso ini baca ayat kursi mungkin ntu tkg bakso tiba² berada di tengah² TPU ya...
Gambar nya kalo ganti ganti bagus ka critanyya lebih bagus
pemula hadir bang, salam horor selalu
Ceritanya sama cma beda judul lokasi dn profesi
boleh saya blajar crita kontennya kak..
Chanel sebelah bahas tentang salah satu desa,, mereka menceritakan pengalaman mistis seseorang di sana tanpa mereka ketahui desa itu merupakan desa kami!!!! Pencerita sengaja melebihkan kejadian yg sebenanya tidak ada!!!!! Alias cerita FIKTIF !!!!! Saya harap chanel ini benar benar menyajikan cerita asli❤
Hantu doyan bakso.
Mungkin lagi laper 🤭
Terlalu cepat vokal nya kayak di kejar waktu.🙏🙏 (Saran)
Terima kasih saran nya
Ijin bertanya kak, ini pakai dubbingnya tools apa ya? Makasih orang baik
Bab 3: Suara-Suara di Malam Hari
Malam itu, aku tidur lebih awal. Lelah setelah seharian mengurus ibu yang semakin melemah. Tapi entah kenapa, aku tidak bisa benar-benar tertidur nyenyak. Ada sesuatu yang terasa... salah.
Sekitar pukul dua dini hari, aku terbangun. Rumah terasa terlalu sepi, tetapi di tengah kesunyian itu, aku mendengar sesuatu. Suara langkah kaki pelan.
Tap... tap... tap...
Aku membuka mata dan menajamkan pendengaran. Langkah itu terdengar dari luar kamarku, di lorong.
“Siapa di luar?” tanyaku pelan.
Tidak ada jawaban. Tapi langkah itu berhenti.
Aku menggigit bibir, mencoba menenangkan diri. “Mungkin ayah atau kakak bangun,” pikirku. Tapi perasaan aneh mulai menyelimuti.
Dengan ragu, aku bangkit dari tempat tidur. Kaki telanjangku menyentuh lantai dingin. Aku berjalan perlahan ke pintu kamar, memutar kenopnya, dan membukanya sedikit.
Lorong itu gelap, lebih gelap dari biasanya. Lampu yang biasanya menerangi lorong hanya berkedip-kedip lemah, seperti kehabisan tenaga.
“Halo? Ayah? Kakak?” suaraku hampir berbisik.
Tidak ada jawaban. Aku menelan ludah, mencoba melihat lebih jauh ke dalam lorong. Tapi yang kulihat hanya bayangan panjang yang bergerak pelan, seperti ada sesuatu yang bersembunyi di sana.
“Kalau ini bercanda, nggak lucu, tahu!” aku menaikkan suara, mencoba terdengar lebih berani dari yang sebenarnya.
Langkah kaki itu terdengar lagi. Kali ini lebih cepat, mendekat ke arahku. Aku mundur, pintu kamar sedikit terbuka lebih lebar.
“Siapa?!” teriakku, jantungku berdetak kencang.
Langkah itu berhenti lagi, tepat di depan pintu. Aku bisa merasakan keberadaannya. Apa pun itu, ia berdiri di luar kamarku.
Aku mengambil napas panjang, menahan gemetar. “Ayah? Kakak? Jangan main-main!”
Tapi tak ada jawaban. Yang kudengar hanyalah suara napas... berat... seperti seseorang berdiri sangat dekat dengan pintuku.
“Kalau kamu nggak jawab, aku teriak!” ancamku, meski suaraku bergetar.
Tiba-tiba, lampu lorong berkedip lebih cepat, dan sebuah bayangan panjang melintas di balik pintu. Aku tersentak, mundur beberapa langkah.
Dengan tangan gemetar, aku menutup pintu pelan-pelan dan menguncinya. Aku bersandar ke dinding, mencoba menenangkan diriku sendiri.
“Aku cuma capek. Cuma halusinasi,” gumamku pada diri sendiri. Tapi telingaku masih mendengar sesuatu.
Kini suara itu berubah menjadi desahan, seperti seseorang yang kelelahan. Dan anehnya, suara itu berasal dari bawah pintuku.
“Dika...,” suara itu memanggil, lirih, hampir seperti bisikan.
Aku langsung meraih ponselku dan menyalakan senter. Dengan tangan gemetar, aku menerangi celah bawah pintu, tapi tidak ada apa-apa.
“Dika, buka pintunya...”
Suaranya kini terdengar lebih pelan, namun anehnya terasa dekat sekali. Aku menutup mulutku, mencoba menahan napas.
“Pergi... apa pun kamu... pergi!” seruku setengah berteriak, mataku mulai panas karena ketakutan.
Tidak ada respons. Hening lagi.
Setelah beberapa menit yang terasa seperti seumur hidup, aku akhirnya memberanikan diri melihat dari lubang intip di pintu. Tapi lorong itu kini kosong. Tidak ada siapa-siapa di sana.
Aku mundur lagi ke tempat tidur dan meraih selimut, menutupi tubuhku. Semalaman aku tidak bisa tidur, hanya menunggu pagi datang dengan rasa takut yang terus menggantung di udara.
Cerita khayalan
Pedagang baksonya koq nggak kabur aja
Kok kata-kata nya bolak balek di ulang?
DiTuntun keluar jin muslim
Intonasinya kecepatan.. buru2 amat mau kmn sihhh
Min kisah nyata bkn ya
kayak baca cerpen....komentatornya
backsoundnya ganti, jgn ini terus
Kelamaan karangan. Cerita fiksinya
Narasi ny flat membosankan
Terlalu bertele-tele
Horor apa puisi..
Payah bolak balik ngomongnya...
Suaranya bikin candu 👍👍👍🙏😉
Cirebon hadir