Yang namanya membuat adalah rekayasa engineering karya sendiri. Ada komponen, dari pihak ketiga itu hal biasa. Airbus dan Boing mesin dan sistim navigasi bukan buatan Airbus dan Boing.
membuat satu mobil Toyota sekira 30 ribuan unit. Tentu saja, angkanya bisa saja berbeda dari satu pabrikan ke pabrikan lain. Jumlah tersebut bisa jadi lebih banyak, tapi bisa juga lebih sedikit. Ambil contoh Rolls-Royce, untuk satu unit mesin bersilinder 12, dirakit dari 14 ribu komponen. Tapi jumlah ini terhitung sangat banyak, mengingat mesin yang dibuat relatif "raksasa". Untuk Toyota sendiri, komponen-komponen ini tidak semuanya dibuat sendiri. Dikatakan, beberapa komponen seperti jok, roda kemudi, kaca depan, lampu depan, diproduksi oleh perusahaan rekanan. Sementara bagian penting seperti mesin dan transmisi, dibuat sendiri oleh mereka. Setiap komponen ini dirakit dengan metode yang presisi. Dalam arti, di sana melibatkan pekerja-pekerja ahli serta mesin-mesin canggih. Industri HP Samsung, Apple, TV, mesin cuci, kulkas, mobil, motor, semua gunakan proses perakitan komponen. Tidak ada yang 100 % membuat sendiri.
LRT tetap buatan INKA, bukan merakit karena. Logika "hanya merakit" jika yang memproduksi perusahaan luar dan Indonesia (INKA) hanya diberi hak CKD. Lamborghini tetap yang punya hak atas nama Aventador, Gallardo, dll padahal ada part-part Lambo yang tidak produksi sendiri. Velg Lamborghibi harus import dari pabrikan khusus velg di California. LRT ngga ada urusan dengan drivetrain Spanyol, signaling dari Timbuktu, pedal kopling dari antartika sekalipun. Point nya siapa yang punya hak atas nama hukum untuk memegang lisensi LRT dan menjual LRT @astri9047
Iya kak setuju.. wlaupun komponen yg lain dr luar, ttep INKA yg ngrakit, dan menurutku itu jg gak mudah lho. Secara, sistem baru dan dari luar, tp mereka bisa eksekusi dgn baik. Sepertinya ini jg kreta pertama di Indonesia yg driverless. Keren INKA, dan patut kita apresiasi, bangga banget👍
belum pernah deh naik LRT, pengen cobain
INKA cm ngerakit aja, drivetrain nya dari Spanyol, Automation & Signaling nya buatan Thales Prancis.
Wah begitu ya kak.. makasih koreksinya ya 👍
Yang namanya membuat adalah rekayasa engineering karya sendiri. Ada komponen, dari pihak ketiga itu hal biasa.
Airbus dan Boing mesin dan sistim navigasi bukan buatan Airbus dan Boing.
Terus kereta cepat cina juga seperti itu
membuat satu mobil Toyota sekira 30 ribuan unit. Tentu saja, angkanya bisa saja berbeda dari satu pabrikan ke pabrikan lain. Jumlah tersebut bisa jadi lebih banyak, tapi bisa juga lebih sedikit.
Ambil contoh Rolls-Royce, untuk satu unit mesin bersilinder 12, dirakit dari 14 ribu komponen. Tapi jumlah ini terhitung sangat banyak, mengingat mesin yang dibuat relatif "raksasa".
Untuk Toyota sendiri, komponen-komponen ini tidak semuanya dibuat sendiri. Dikatakan, beberapa komponen seperti jok, roda kemudi, kaca depan, lampu depan, diproduksi oleh perusahaan rekanan. Sementara bagian penting seperti mesin dan transmisi, dibuat sendiri oleh mereka.
Setiap komponen ini dirakit dengan metode yang presisi. Dalam arti, di sana melibatkan pekerja-pekerja ahli serta mesin-mesin canggih.
Industri HP Samsung, Apple, TV, mesin cuci, kulkas, mobil, motor, semua gunakan proses perakitan komponen. Tidak ada yang 100 % membuat sendiri.
LRT tetap buatan INKA, bukan merakit karena. Logika "hanya merakit" jika yang memproduksi perusahaan luar dan Indonesia (INKA) hanya diberi hak CKD. Lamborghini tetap yang punya hak atas nama Aventador, Gallardo, dll padahal ada part-part Lambo yang tidak produksi sendiri. Velg Lamborghibi harus import dari pabrikan khusus velg di California. LRT ngga ada urusan dengan drivetrain Spanyol, signaling dari Timbuktu, pedal kopling dari antartika sekalipun. Point nya siapa yang punya hak atas nama hukum untuk memegang lisensi LRT dan menjual LRT @astri9047
Iya kak setuju.. wlaupun komponen yg lain dr luar, ttep INKA yg ngrakit, dan menurutku itu jg gak mudah lho. Secara, sistem baru dan dari luar, tp mereka bisa eksekusi dgn baik. Sepertinya ini jg kreta pertama di Indonesia yg driverless. Keren INKA, dan patut kita apresiasi, bangga banget👍