@@BikeAlone Saya jadi merasa terhibur dengan jawaban dan pernyataan Abang diatas. Tapi kenapa kalo/waktu/setiap saya mengendarai sepeda kota Polygon Lovina kok ada beberapa orang -khususnya tukang/kuli bangunan- yang memandang dengan aneh?.. Seakan sorot mata mereka berkata "itu kan sepeda perempuan, kenapa kamu naiki (kendarai)?" Saya jadi malu dan minder waktu/setiap naik sepeda itu. Mau gimana lagi, lha wong itu pilihan ibu saya.. 😔 Walaupun sebetulnya saya kurang suka juga produk sepeda gunung (MtB) karena berat dan banyak makan tenaga dalam mengayuhnya. Saya suka sepeda yang ban-nya tidak bergigi tapi cukup bintik-bintik atau gurat-gurat (goresan lubang atau Deboss) seperti sepeda Polygon Zenith Town i3 dan ban Panaracer Gravelking. Dan yang serupa itu: gemuk tapi tidak bergigi. 🙂👍🏼
@@SolitaryAnimal_P-PardusMelas di Jogja, ada teman yang pakai sepeda ini unk ke pasar. Kawan saya cowok dan seorang bapak. Kami malah pengen beli sepeda seperti ini untuk transportasi ke tempat kerja dengan jarak terjangkau. Mungkin di sekitar njenengan, jarang yang pakai sepeda seperti ini, jadi kesannya aneh. Tapi lambat laun, orang pasti paham dan mereka tidak mempermasalahkan. Semangat untuk sepedaannya.
@@SolitaryAnimal_P-PardusMelassebenarnya selera mereka yang kurang bang, nyatanya di jepang banyak WNI pakai sepeda model ini saya saja malah kepengen sepeda kaya gini
@@SolitaryAnimal_P-PardusMelasdi belanda yg rajanya lalu lintas sepeda yg model begini dipakai semua orang, bang. Ini namanya aja "oosten" kata dalam bahasa belanda
wah ini sierra yang baru yo mas? aku kebetulan di rumah juga punya tapi seri yg lama, beli tahun 2013
Iya, lebih pas buat sepedaan santai dan ke kantor. Gimana, mau nambah lagi sepeda buat dipajang aja? hehehehhe
Buat anak sd ketinggian kgk ya
Kalau anak SD ini ketinggian,
ada yang lebih kecil bannya. Tapi kalau sudah kelas 5/6 sepertinya aman.
Ini sepeda perempuan kan bang?
Jenis sepeda memang sepeda perempuan. Tapi bisa dipakai untuk semua orang
@@BikeAlone
Saya jadi merasa terhibur dengan jawaban dan pernyataan Abang diatas.
Tapi kenapa kalo/waktu/setiap saya mengendarai sepeda kota Polygon Lovina kok ada beberapa orang -khususnya tukang/kuli bangunan- yang memandang dengan aneh?..
Seakan sorot mata mereka berkata "itu kan sepeda perempuan, kenapa kamu naiki (kendarai)?"
Saya jadi malu dan minder waktu/setiap naik sepeda itu.
Mau gimana lagi, lha wong itu pilihan ibu saya.. 😔
Walaupun sebetulnya saya kurang suka juga produk sepeda gunung (MtB) karena berat dan banyak makan tenaga dalam mengayuhnya.
Saya suka sepeda yang ban-nya tidak bergigi tapi cukup bintik-bintik atau gurat-gurat (goresan lubang atau Deboss) seperti sepeda Polygon Zenith Town i3 dan ban Panaracer Gravelking.
Dan yang serupa itu: gemuk tapi tidak bergigi. 🙂👍🏼
@@SolitaryAnimal_P-PardusMelas di Jogja, ada teman yang pakai sepeda ini unk ke pasar. Kawan saya cowok dan seorang bapak.
Kami malah pengen beli sepeda seperti ini untuk transportasi ke tempat kerja dengan jarak terjangkau.
Mungkin di sekitar njenengan, jarang yang pakai sepeda seperti ini, jadi kesannya aneh. Tapi lambat laun, orang pasti paham dan mereka tidak mempermasalahkan. Semangat untuk sepedaannya.
@@SolitaryAnimal_P-PardusMelassebenarnya selera mereka yang kurang bang, nyatanya di jepang banyak WNI pakai sepeda model ini saya saja malah kepengen sepeda kaya gini
@@SolitaryAnimal_P-PardusMelasdi belanda yg rajanya lalu lintas sepeda yg model begini dipakai semua orang, bang. Ini namanya aja "oosten" kata dalam bahasa belanda