Sekretaris Umum Karo Foundation Mengajak Seluruh Orang Karo Untuk Bergotong Royong Bangun Karo

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 12 окт 2024

Комментарии • 34

  • @muliaditarigan9336
    @muliaditarigan9336 9 дней назад +3

    Selamat dan sukses membangun Karo, salam dari Banda aceh

    • @alginting
      @alginting  9 дней назад

      Salam untuk Kam dan keluarga di Banda Aceh. Amin.

  • @johariginting3009
    @johariginting3009 10 дней назад +4

    Semangat untuk membangun bersama untuk Kabupaten Karo patut diapresiasi. Melalui Karo Foundation.
    Perlu pemikiran yang matang terstruktur, sistematis dan massif. Perlu strategi manajemen.
    Dana yang terkumpul harus dikelola. Setuju dana abadi yang terkumpul tidak boleh berkurang. Tapi bukan dengan dibungakan. Melainkan diinvestasikan melalui institusi ekonomi rakyat. Modal berputar dalam roda ekonomi. Sehingga modal bahkan menjadi bertambah. Tabulasi data rakyat miskin Karo menjadi hal yang utama sebagai objek utama untuk tujuan pengentasan kemiskinan.
    Saya khawatir aplikasi penggunaan dana abadi, dan bentuk programnya tidak menjadi berdaya guna bila struktutisasi institusi ekonomi rakyat tidak terkonsep dengan baik dan benar.
    Dan kekhawatiran saya, bahwa tidak adanya pakar ekonomi yang mampu untuk itu, walaupun ia adalah praktisi, teknokrat maupun akademisi.
    Tapi bukan berarti tidak bisa.
    Maka diperlukan kematangan visi, misi dan gagasan yang terintegrasi, sinergisme, terstruktural, kontinuitas dan eskalatif.
    Perlu pembahasan dengan dibentuknya tim perumus program oleh berbagai kepakaran dan praktisi, agar didapatkan konklusi atas opsi solusi yang akan dilakukan, ditreatment, implementasi, aplikasi dan eksekusi nantinya.
    Dari sini semua dasarnya, jika diharapkan akumulasi kapital dari para donatur nantinya.
    Hal yang menjadi perhatian, bahwa para donatur Karo Foundation tidaklah hanya sebatas sukarela memberikan/melepaskan dana begitu saja, tetapi dapat juga memperoleh gain.

  • @mburakaginting1692
    @mburakaginting1692 7 дней назад

    Mantap Bang..sukses dan maju truss Karo Foundation prioritas pembangunan Sekolah Unggulan di Tanah Karo.👍🤝🙏
    Tanah Karo ngenca lenga lit sekolah unggulen na

  • @TanahKaro-pe1el
    @TanahKaro-pe1el 6 дней назад

    Semangat Pak Sekum,,
    Semoga Karo Pondasion semakin Jaya

  • @darwintarigan9368
    @darwintarigan9368 10 дней назад +2

    Marilah bersama memajukkan Tanah Karo Simalem spt yg tlh dilakukan spt Gebu Minang.👍👍😃

  • @ZendaMalam
    @ZendaMalam 10 дней назад +4

    Slm mjh2 i Kisaran nari.
    Karo + sukses.

  • @jonfirdaus724
    @jonfirdaus724 10 дней назад +2

    Mantap kerina mejuah juah Tuhan berkati suku karo

  • @alexanderbangun93
    @alexanderbangun93 9 дней назад +1

    Mantap mejuah juah kita kerina

  • @melialameliala7305
    @melialameliala7305 10 дней назад +4

    Mejuah juah kalak Karo

  • @ameeraayse0222
    @ameeraayse0222 8 дней назад +1

    Klo cuma bunga membangun Karo mana bisa

  • @Cicay_14
    @Cicay_14 9 дней назад +1

    Sampati kamikalakkaro i rioenda komandan.

  • @hermanginting3635
    @hermanginting3635 10 дней назад +1

    Setuju sekali , putra putra terbaik kalak karo mulai ber inovasi. Ingetlah unsur Ibas Roma 3 : 10 la Lit ise pe bujur i lebe lebe Dibata
    Roma 3 : 13 Kalah kalahna desken lubang kubur sitalang ...

  • @JosapatPandia
    @JosapatPandia 9 дней назад +1

    Bujur PT usahaken anakta siengo tamat kuliah maka ula ngangur TYM

  • @sahabatbasriketaren1904
    @sahabatbasriketaren1904 10 дней назад +3

    Tuhan simasu masu kita krina Amin

  • @BeraniGinting-q3o
    @BeraniGinting-q3o 10 дней назад +1

    Asal ula bage jendral panderplang jajah orang yang susah indonesia bagepe propesor linglung buat mahasiswa bingung melala jenderal dan profesor tapi kemajuan kabupaten Karo begitu begitu saja banyak proposal dan program tapi hanya karya kata kurang karya nyata amin to

  • @herisatriasahputragurusinga
    @herisatriasahputragurusinga 10 дней назад +1

    Tanah Karo dalam Pengertian sebenarnya bukan hanya mencakup orang Karo yang berdiam di daerah Kabupaten Karo saja. Melainkan mencakup kepada orang-orang Karo yang sudah lama berdiam atau menetap di daerah-daerah garis besar Karo, jauh sebelum kolonial Belanda menjajah wilayah asli suku Karo seperti kabupaten Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Dairi, Aceh Tenggara, Kotamadya Binjai dan ibu kota Medan. Seluruh perpaduan suku Karo diikatkan oleh suatu dialek (bahasa) yang dapat dimengerti dimulai dari daerah Langkat, Deli Serdang, dataran tinggi Karo sampai ke Tanah Alas.
    Banyak bukti yang menjelaskan bahwa kehidupan masyarakat Karo dipengaruhi oleh ideologi, kepercayaan dan praktek yang lazim dilakukan oleh bangsa India atau Hindu. Pengamatan penting mengenai agama asli Karo yang dinamakan " Kniteken Sipemena" mendeskripsikan bahwa agama tersebut tidak diekspresikan dengan cara sistematis. Tidak ada kitab suci dan tidak ada ajaran teologis yang sistematis bahkan tidak ada dogma di dalamnya. Begitu pula akan musik dan tarian tradisional Karo yang memiliki dimensi, makna religius, artistik, budaya dan hiburan tersendiri. Cerita dan pantun Karo, Seni Ukir dan pakaian Karo, seluruhnya ini telah kami rangkum dengan cermat dan padat dalam buku ini. Sangat bermartabat apabila khazanah lokal lebih dikenal lagi, digali, diteliti, dikaji dan dipublikasikan. Jika tidak harta budaya itu akan tetap tersembunyi dan terpendam.
    Untuk Bumi Turang, Tanah Karo Simalem...
    Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏

    • @alginting
      @alginting  8 дней назад

      Siangkaan nge kita ...

    • @herisatriasahputragurusinga
      @herisatriasahputragurusinga 8 дней назад

      @@alginting bujur kd2,tapi mbue ka nge sila angkana kd2,akapna taneh Karo e kabupaten taneh Karo.
      Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏

  • @herisatriasahputragurusinga
    @herisatriasahputragurusinga 10 дней назад

    Suku KARO secara genetik:
    Berdasarkan DNA (ilmu genetika yang keabsahannya diakui oleh PBB) Suku Karo sudah mendiami Pulau Sumatera sejak 8.300 tahun lampau dan jauh sebelum Raja-raja Batak datang ke Pulau Sumatera dari sabang sampai lampung (berdasarkan genetika DNA ini mengartikan Suku Karo bukan suku batak dan bukan juga sub suku batak).
    Orang Karo terutama merupakan campuran dari 4 (empat) penutur bahasa, yaitu:
    1. Orang Negrito (Masa Mesolitik: 10.000 - 6.000 tahun lalu).
    2. Penutur Austroasiatik (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
    3. Penutur Austronesia (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
    4. Orang Tamil dari India Selatan (Masa periode tahun masehi).
    Di dalam DNA Karo (dan Gayo) ada ditemukan unsur: Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil, sehingga kesamaan inilah yang membuat Karo dan Gayo berkerabat sangat dekat.
    Sementara Orang Karo merupakan keturunan dari campuran Orang Negrito yang datang pada masa Mesolitik, penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia yang datang pada masa Neolitik, serta Orang Tamil. Maka, jelas berbeda kedatangannya yang jauh lebih dulu kedatangan dari Orang Negrito, penutur Austroasiatik, dan penutur Austronesia dibanding Si Raja Batak yang diperkirakan datang sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu.
    dikonfirmasi oleh hasil analisa DNA Orang Toba oleh Mark Lipson (2014:87) dengan menyimpulkan bahwa DNA Orang Toba terdiri dari: Austronesia 55%, Austroasiatik 25%, dan Negrito 20%. Maka, jelas bahwa Orang Toba bukan hanya Orang Taiwan (Austronesia+Austroasitik), tetapi campuran Orang Taiwan dan Orang Negrito. Orang Negrito sudah ada mendiami Humbang sebelum Si Raja Batak datang ke Sianjur Mula-mula di kaki Pusuk Buhit, Negeri Toba, sehingga pernyataan bahwa Sianjur Mula-mula merupakan awal persebaran manusia bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos.
    Orang Karo bukanlah Orang Taiwan seperti Si Raja Batak yang Orang Taiwan, melainkan campuran Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa Orang Karo bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Orang Karo lebih dulu sampai di Tanah Karo yang sudah datang pada masa prasejarah daripada Si Raja Batak yang sampai di Sianjur Mula-mula sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu, sehingga migrasi Orang Toba ke Tanah Karo tidak menjadikan Orang Karo menjadi keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas bahwa tidak ada hubungan genealogis Si Raja Batak dengan Orang Karo, sementara bahasa Toba dan bahasa Karo termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Akhirnya, pernyataan bahwa Orang Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos!
    Kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak.
    Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah.
    Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar
    Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.
    sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima.
    Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan.
    Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya
    Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.
    Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.
    Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.
    Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo.
    Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan.
    1. Corah
    2. Unjuk
    3. Tekang
    4. Girik
    5. Pagit
    6. Jile
    7. Meherga
    Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga)/Merga(mahal)
    Terciptanya Merga dari Suku Karo
    Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.
    Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting.
    Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.
    Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.
    Dikutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karo, berikut daftar 5 marga induk suku Karo atau Merga Silima beserta sub merganya.
    1. KARO-KARO:
    · Barus
    · Bukit
    · Gurusinga
    · Kaban
    · Kacaribu
    · Ketaren
    · Kemit
    · Jung
    · Purba
    · Sinulingga
    · Sinukaban
    · Sinubulan
    · Sinuraya
    · Sitepu
    · Sinuhaji
    · Surbakti
    · Samura
    · Sekali
    2. GINTING:
    · Ajartambun
    · Babo
    · Beras
    · Cabap
    · Gurupatih
    · Garamata
    · Jandibata
    · Jawak
    · Manik
    · Munte
    · Pase
    · Seragih
    · Suka
    · Sugihen
    · Sinusinga
    · Tumangger
    3. SEMBIRING:
    · Berahmana
    · Busuk
    · Depari
    · Colia
    · Keloko
    · Kembaren
    · Muham
    · Meliala
    · Maha
    · Bunuaji
    · Gurukinayan
    · Pandia
    · Keling
    · Pelawi
    · Pandebayang
    · Sinukapur
    · Sinulaki
    · Sinupayung
    · Tekang
    4. Perangin-angin
    · Bangun
    · Keliat
    · Kacinambun
    · Namohaji
    · Nano
    · Menjerang
    · Uwir
    · Pinem
    · Pancawan
    · Panggarun
    · Ulun Jandi
    · Laksa
    · Perbesi
    · Sukatendel
    · Singarimbun
    · Sinurat
    · Sebayang
    · Tanjung
    5. TARIGAN:
    · Bondong
    · Gana-gana
    · Gersang
    · Gerneng
    · Jampang
    · Purba
    · Pekan
    · Sibero
    · Tua
    · Tegur
    · Tambak
    · Tambun
    · Silangit
    · Tendang
    Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu KARO-KARO,GINTING, SEMBIRING PERANGINANGIN dan TARIGAN dimana ada 2 merga berbeda atau mendapat pengecualian yaitu merga PERANGINANGIN boleh menikah sesama cabang merga PERANGINANGIN dan satu lagi merga SEMBIRING yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING.
    Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

  • @syaifulginting674
    @syaifulginting674 8 дней назад

    Kai tujuanna Enda

    • @alginting
      @alginting  8 дней назад

      Ikut mbangun Karo.
      Kam gia ma ikut atendu ?

  • @herisatriasahputragurusinga
    @herisatriasahputragurusinga 10 дней назад +1

    KARO BUKAN BATAK hanya SUKU KARO.Fakta GBKP pertama: Gereja Batak Karo Protestan (disingkat GBKP) adalah sebuah kelompok gereja Protestan di Indonesia yang berdiri di Tanah Karo, Sumatera Utara dan melayani masyarakat Karo. GBKP adalah gereja Kristen Protestan yang beraliran Calvinis.
    Dimana, dulu pada awalnya sudah ada Gereja Karo, gedungnya dibangun di Buluhawar, kalau tidak salah gedung gereja tersebut dibangun tahun 1889.
    Pada waktu itu namanya adalah Karosche Kerk, atau belakangan ditulis dengan Gereja Karo Protestan ataupun Karosche Protestantse Kerk, walaupun nama aslinya sebenarnya adalah Karosche Kerk (Gereja Karo).
    Tahun 1941, maka digantilah nama gereja tersebut menjadi Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), dan pada tahun 1943 GBKP menyatakan diri independen (njayo) dari organisasi zending.
    Berdasarkan analisa para ahli, waktu itu ada upaya mengaitkan antara gereja ini dengan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), karena saat itu (tahun 1941), Belanda sudah dikuasai oleh Jerman di Perang Dunia II. Adanya campur tangan HKBP di peralihan nama itu terlihat dalam posisi ketua Moderamen GBKP yang pertama pada Sidang Sinode yang pertama di Sibolangit tahun 1941 yang dijabat oleh Pdt. J. van Muylwijk.
    Seperti diketahui van Muylwijk, sebelumnya bekerja di HKBPS (Simalungun) dan kalau tidak salah merupakan ketua klasis HKBP Simalungun pada waktu itu.
    Meski van Muylwijk berasal dari Belanda, sebenarnya dia bekerja untuk Reinisch Mission Geselsalf (RMG) atau organisasi misi Jerman dan bukan untuk Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) yang merupakan organisasi zending Belanda yang mendirikan Karosche Kerk di Buluhawar.
    Pastinya mengapa diubah namanya menjadi GBKP dan mengapa ditambahkan Bataknya di tahun 1941 tersebut, maka untuk lebih jelasnya silahkan ditanyakan kepada yang berkompeten mewakili gereja itu. Tulisan ini hanya menghadirkan analisas berdasarkan data-data yang terkuak ke publik.
    Dari analisa para ahli, bahwa besar dugaan perubahan nama Gereja Karo (GK) menjadi Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) disebabkan karena ada campur tangan HKBP setelah Belanda dikuasai Jerman di Perang Dunia II.
    Demikianlah sekilas sejarah penamaan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) pada tahun 1941, dimana pada awalnya Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) yang merupakan organisasi zending Belanda menamakan gereja ini dengan nama Karosche Kerk (Gereja Karo). bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏
    KARO BUKAN BATAK hanya SUKU KARO.fakta GBKP kedua: Karo Kerk (bahasa Indonesia: Gereja Karo) adalah sebutan bagi gereja pertama yang berdiri untuk melayani masyarakat Batak Karo. Pertama kali berdiri di Buluh Awar.
    Bangunan pertamanya juga berdiri di Buluh Awar, di tahbiskan pada tanggal 24 Desember 1899 oleh Meint Joustra, seorang guru injil berkebangsaan Belanda yang dikirim oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) untuk misi Pekabaran Injil bagi masyarakat Batak Karo.
    Dikatakan "sebutan" bagi gereja untuk melayani masyarakat Batak Karo, karena pada saat pertama kali penginjilan dilakukan bagi masyarakat Batak Karo yang dipelopori oleh NZG dari tahun 1890 hingga tahun 1941, tidak ada sebuah sinode atau denominasi gereja yang didirikan. Tetapi semua pelayanan yang dinaungi oleh NZG tersebut dinamai dengan Karo Kerk atau Karo Zending.
    Akibat kekalahan Belanda terhadap Jerman pada tahun 1941 di Perang Dunia, semua aset-aset tanah jajahan Belanda diambil alih oleh Jerman, tak terkecuali lahan zending garapan NZG (lembaga misionaris Belanda) yang kemudian beralih kepada Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) (lembaga misionaris Jerman).
    Kontroversi
    Banyak kalangan yang menterjemahkan secara liar Karo Kerk ke dalam berbagai nama. Misalkan menjadi Gereja Kristen Karo, Gereja Protestan Karo, Gereja Kristen Protestan Karo, Gereja Batak Karo Protestan, dsb. Padahal, secara harafiah, Karo Kerk cukup diterjemahkan dengan Gereja Karo.
    Ada lagi yang beranggapan kalau GBKP adalah gereja Karo Pertama yang dulu pertama berdiri di Buluhawar, sehingga terjadi salah tafsir dan perubahan dari yang harusnya Peringeten sehna Berita Simeriah man Kalak Karo atau dalam Bahasa Indonesia-nya "Peringatan Pekabaran Injil bagi Suku Karo" menjadi "Peringatan berdirinya GBKP" atau "ulangtahun GBKP", ini jelas keliru! Sebab 14 April 1890 itu hari dimana Pdt. H. C. Krujt dan Nicolas Pontoh utusan dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) (Lembaga Zending Belanda) untuk pertamakalinya menginjakkan kaki di Buluhawar (lokasi penginjilan pertama bagi Suku Karo) dan 24 Desember 1899 bangunan gereja pertama ditahbiskan oleh Pdt. Meint Joustra di Buluhawar.
    Sedangkan GBKP baru muncul pada tahun 1941. Jadi, peringatan 1890 lebih tepat adalah sebagai Peringatan Pekabaran Injil Bagi Suku KARO .Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

    • @Jonggolsinaga
      @Jonggolsinaga 9 дней назад

      GBKP(GREJA BATAK KARO PROTESTAN) jelas yg buat itu bukan orang Batak,,tapi orang Karo itu sendiri...saya sih setuju Karo tu BKN batak

    • @herisatriasahputragurusinga
      @herisatriasahputragurusinga 8 дней назад

      @@Jonggolsinaga Suku KARO secara genetik:
      Berdasarkan DNA (ilmu genetika yang keabsahannya diakui oleh PBB) Suku Karo sudah mendiami Pulau Sumatera sejak 8.300 tahun lampau dan jauh sebelum Raja-raja Batak datang ke Pulau Sumatera dari sabang sampai lampung (berdasarkan genetika DNA ini mengartikan Suku Karo bukan suku batak dan bukan juga sub suku batak).
      Orang Karo terutama merupakan campuran dari 4 (empat) penutur bahasa, yaitu:
      1. Orang Negrito (Masa Mesolitik: 10.000 - 6.000 tahun lalu).
      2. Penutur Austroasiatik (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      3. Penutur Austronesia (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      4. Orang Tamil dari India Selatan (Masa periode tahun masehi).
      Di dalam DNA Karo (dan Gayo) ada ditemukan unsur: Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil, sehingga kesamaan inilah yang membuat Karo dan Gayo berkerabat sangat dekat.
      Sementara Orang Karo merupakan keturunan dari campuran Orang Negrito yang datang pada masa Mesolitik, penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia yang datang pada masa Neolitik, serta Orang Tamil. Maka, jelas berbeda kedatangannya yang jauh lebih dulu kedatangan dari Orang Negrito, penutur Austroasiatik, dan penutur Austronesia dibanding Si Raja Batak yang diperkirakan datang sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu.
      dikonfirmasi oleh hasil analisa DNA Orang Toba oleh Mark Lipson (2014:87) dengan menyimpulkan bahwa DNA Orang Toba terdiri dari: Austronesia 55%, Austroasiatik 25%, dan Negrito 20%. Maka, jelas bahwa Orang Toba bukan hanya Orang Taiwan (Austronesia+Austroasitik), tetapi campuran Orang Taiwan dan Orang Negrito. Orang Negrito sudah ada mendiami Humbang sebelum Si Raja Batak datang ke Sianjur Mula-mula di kaki Pusuk Buhit, Negeri Toba, sehingga pernyataan bahwa Sianjur Mula-mula merupakan awal persebaran manusia bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos.
      Orang Karo bukanlah Orang Taiwan seperti Si Raja Batak yang Orang Taiwan, melainkan campuran Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa Orang Karo bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Orang Karo lebih dulu sampai di Tanah Karo yang sudah datang pada masa prasejarah daripada Si Raja Batak yang sampai di Sianjur Mula-mula sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu, sehingga migrasi Orang Toba ke Tanah Karo tidak menjadikan Orang Karo menjadi keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas bahwa tidak ada hubungan genealogis Si Raja Batak dengan Orang Karo, sementara bahasa Toba dan bahasa Karo termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Akhirnya, pernyataan bahwa Orang Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos!
      Kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak.
      Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah.
      Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar
      Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.
      sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima.
      Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan.
      Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya
      Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.
      Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.
      Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.
      Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo.
      Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan.
      1. Corah
      2. Unjuk
      3. Tekang
      4. Girik
      5. Pagit
      6. Jile
      7. Meherga
      Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga)/Merga(mahal)
      Terciptanya Merga dari Suku Karo
      Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.
      Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting.
      Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.
      Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.
      Dikutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karo, berikut daftar 5 marga induk suku Karo atau Merga Silima beserta sub merganya.
      1. KARO-KARO:
      · Barus
      · Bukit
      · Gurusinga
      · Kaban
      · Kacaribu
      · Ketaren
      · Kemit
      · Jung
      · Purba
      · Sinulingga
      · Sinukaban
      · Sinubulan
      · Sinuraya
      · Sitepu
      · Sinuhaji
      · Surbakti
      · Samura
      · Sekali
      2. GINTING:
      · Ajartambun
      · Babo
      · Beras
      · Cabap
      · Gurupatih
      · Garamata
      · Jandibata
      · Jawak
      · Manik
      · Munte
      · Pase
      · Seragih
      · Suka
      · Sugihen
      · Sinusinga
      · Tumangger
      3. SEMBIRING:
      · Berahmana
      · Busuk
      · Depari
      · Colia
      · Keloko
      · Kembaren
      · Muham
      · Meliala
      · Maha
      · Bunuaji
      · Gurukinayan
      · Pandia
      · Keling
      · Pelawi
      · Pandebayang
      · Sinukapur
      · Sinulaki
      · Sinupayung
      · Tekang
      4. Perangin-angin
      · Bangun
      · Keliat
      · Kacinambun
      · Namohaji
      · Nano
      · Menjerang
      · Uwir
      · Pinem
      · Pancawan
      · Panggarun
      · Ulun Jandi
      · Laksa
      · Perbesi
      · Sukatendel
      · Singarimbun
      · Sinurat
      · Sebayang
      · Tanjung
      5. TARIGAN:
      · Bondong
      · Gana-gana
      · Gersang
      · Gerneng
      · Jampang
      · Purba
      · Pekan
      · Sibero
      · Tua
      · Tegur
      · Tambak
      · Tambun
      · Silangit
      · Tendang
      Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu KARO-KARO,GINTING, SEMBIRING PERANGINANGIN dan TARIGAN dimana ada 2 merga berbeda atau mendapat pengecualian yaitu merga PERANGINANGIN boleh menikah sesama cabang merga PERANGINANGIN dan satu lagi merga SEMBIRING yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING.
      Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

    • @alginting
      @alginting  8 дней назад

      Siapa saja ahli yang Kam maksud diatas ,?
      Ahli apa saja mereka?
      Mengapa Van Mulwijk Orang Belanda tidak masuk ke NZG ?
      Ini perlu Kam jelaskan dengan jawaban Ilmiah ... Kalau tidak bisa Kam jelaskan, maka semua komenndu pun bisa diragkan kebenaranya .
      Bujur

    • @herisatriasahputragurusinga
      @herisatriasahputragurusinga 8 дней назад

      @@alginting saya orang suku Karo , bukan Batak karo.jika ada yang tak cocok Kam rasa beri bantahannya beri linknya atau copy paste makalahnya.fakta sejarah apapun bisa diperdebatkan tapi fakta DNA masyarakat Nusantara jelas menyatakan suku Karo berbeda nenek moyang dgn Batak ( Toba, Teba atau jering) ahli DNA profesor HERAWATI memastikan itu.
      DNA adalah dasar semuanya jika anda sudah tahu beda DNA suku Karo dan DNA Batak( Toba, Teba atau jering) tak ada gunanya membahas yang lainnya jika tak cocok Kam rasa sebutkan bantahan fakta ilmiah DNA suku Karo dan Batak(Toba, Teba atau jering) versi Kam beserta ahlinya.
      Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏

    • @johariginting3009
      @johariginting3009 7 дней назад

      Uga memajukan Kabupaten Karo.. E intina ula kujah kuje... 😊

  • @beraninginting1826
    @beraninginting1826 3 дня назад

    Dana abadi umat pe leong apalagi dana kalak karo belum tentu sukses sebab kalak karo cakap saja mantap tapi nyatanya karya karta bukan nyata gotong royong mbuaisa siman gotongen amin to