Serapan saya atas tayangan diskusi ini "Sesuatu yang mendasar untuk menentukan sikap dalam berkesenian adalah mengetahui pijakan/akar yang jelas. Akan diakui ataupun tidak Sebuah sikap keberpihakan pada kebenaran, penceranan, kesadaran adalah hal yang sangat esensial". Terima kasih pak Jim.
Refleksi kritis keren sih "friksi antara euphoria kemajuan dan aspirasi masyarakat" di peradaban barat sbg "sejarah kekuasaan". Perilaku seniman Indo "mengekor" apa yg hype di Barat adalah contoh dr hegemoni seni ini sendiri. Di sisi lain tidak perlu jg kita kembangkan semacam "methofologival nationalism" dan mencari entitas imajinatif baru yg dsbt "seni Indonesia". Krn itu bakal ngilangin sifat liberatif seni. Yg penting adalah awareness dan bisa keluar dr hegemoni itu, baik scr individual, tp terlebih jg secara kolektif.
Setuju kesimpulan dan kesadaran baru , dan bung Jim Supangkat sendiri melihat gerakan kesenian dari reverensi dan konversi nilai para pemikir penulis barat . Pemusik barat tidak bisa mengkonversi Laras SLENDRO atau Laras Pelog juga para empu pengrawit kita tidak bisa mengkonversi mathematic akar tradisi kita ke mathematicnya keilmuan musik barat ? Mungkin begitu pula dalam kasus kesenian yang lain . Motto . @ Lihat Datang Menang @ Ngerti Faham Bisa Ahli Juara Kunfayakun .
Serapan saya atas tayangan diskusi ini "Sesuatu yang mendasar untuk menentukan sikap dalam berkesenian adalah mengetahui pijakan/akar yang jelas. Akan diakui ataupun tidak Sebuah sikap keberpihakan pada kebenaran, penceranan, kesadaran adalah hal yang sangat esensial". Terima kasih pak Jim.
Refleksi kritis keren sih "friksi antara euphoria kemajuan dan aspirasi masyarakat" di peradaban barat sbg "sejarah kekuasaan".
Perilaku seniman Indo "mengekor" apa yg hype di Barat adalah contoh dr hegemoni seni ini sendiri.
Di sisi lain tidak perlu jg kita kembangkan semacam "methofologival nationalism" dan mencari entitas imajinatif baru yg dsbt "seni Indonesia". Krn itu bakal ngilangin sifat liberatif seni.
Yg penting adalah awareness dan bisa keluar dr hegemoni itu, baik scr individual, tp terlebih jg secara kolektif.
❤
Kajian yg menarik! 👍
👏👏
Setuju kesimpulan dan kesadaran baru , dan bung Jim Supangkat sendiri melihat gerakan kesenian dari reverensi dan konversi nilai para pemikir penulis barat . Pemusik barat tidak bisa mengkonversi Laras SLENDRO atau Laras Pelog juga para empu pengrawit kita tidak bisa mengkonversi mathematic akar tradisi kita ke mathematicnya keilmuan musik barat ? Mungkin begitu pula dalam kasus kesenian yang lain .
Motto .
@ Lihat Datang Menang
@ Ngerti Faham Bisa Ahli Juara Kunfayakun .
Diskusi2 semacam ini yang harus kita perbanyak di Pacitan suhu, agar praktik dan wacana seni budaya bisa berjalan beriringan 🙏
Terimakasih om jim
Terima kasih ❤
Kerennnn
Seniman muda, kelihatan “isi” padahal kosong.
Seniman tua, kelihatan “kosong” padahal isi.