FERRY SONNEVILLE Demi Piala Thomas Korbankan Studi

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 10 сен 2024
  • #selebritis #sejarah #videoviral
    TREND rambut putih, adalah bagian dari penampilan anak muda milenials yang gaul. Namun di tahun 1950-an, Ferry Sonneville adalah anak muda yang tampil dengan rambut putih lebat di kepalanya.
    Tapi, itu bukan trend masa itu. Ferry Sonneville, sosok kelahiran Jakarta 3 Januari 1931, sudah berambut putih sejak usia 19 tahun. Di tahun 1950, Ferry ikut mendirikan PB PBSI, Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia.
    Sejarah bulutangkis Indonesia juga mencatat dengan tinta emas, bahwa Ferry Sonneville adalah pemain senior seangkatan Tan Joe Hok. Di tahun 1958, Ferry Sonneville adalah mahasiswa Indonesia yang studi di Amerika Serikat. Demi Piala Thomas, Ferry mengorbankan kuliahnya demi memperkuat tim nasional.
    Pengorbanan Ferry berhasil. Tim Indonesia meraih Piala Thomas pertama kalinya di tahun 1958. Tidak sampai di situ, pada 1961 dan 1964 tim bulutangkis Indonesia berhasil mempertahankan Piala Thomas. Dan, Ferry Sonneville adalah kapten bermain sekaligus pelatih untuk tim Thomas Indonesia tahun 1958-1961-1964.
    Selain juara Piala Thomas, sebelumnya Ferry sudah mengukir prestasi meraih juara Belanda Terbuka pada tahun 1956, juara Prancis Terbuka pada tahun 1957, dan juara Jerman Terbuka pada 1968.
    Selain sebagai pemain bulutangkis berprestasi, Ferry juga organisatoris. Di tahun 1966 Ferry ikut mendirikan KONI, Komite Olahraga Nasional Indonesia. Bahkan di tahun 1970 Ferry menjabat Ketua Umum KONI.
    Keterlibatan Ferry tidak hanya di KONI. Ia juga menjadi anggota Pengurus Asian Games Federation Council di tahun 1970, serta menjalankan peran sebagai Chef de Mission kontingen Indonesia ke olimpiade 1972. Sejak tahun 1971, Ferry menjabat Presiden International Federation Badminton, IBF, untuk periode 1971-1974. Pada tahun 1981-1985, Ferry menjabat sebagai Ketua Umum PBSI.
    Tidak hanya di bulutangkis kita bisa melihat kiprah Ferry. Ia juga dikenal sebagai salah satu pelopor seni beladiri Judo dan Jiu-Jitsu di Indonesia. Pada tahun 1953 Ferry turut mendirikan Judo & Jiu-Jitsu Club Djakarta. Kemudian berubah menjadi Jiu-Jitsu Club Indonesia, JCI. Sampai akhir hayatnya, Ferry menjabat sebagai Ketua Umum JCI.
    Ferry Sonneville yang juga dikenal sebagai pelaku bisnis property ini, meninggal dunia di Rumah Sakit MMC Kuningan, Jakarta Selatan, pada 20 November 2003. Ferry menderita leukemia.
    Pemerintah Indonesia memberi Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Nararya, karena perjuangannya mengharumkan nama bangsa melalui dunia olahraga, khususnya Bulutangkis.

Комментарии • 2

  • @kilattv1
    @kilattv1 3 года назад +1

    Nyimaak

  • @kokohjkt7919
    @kokohjkt7919 2 года назад +1

    Ferry sonneville bapak badminton Indonesia 👍