PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. .
Klo bilang fitnah yg keji gk masalah.kata² demi allah apa lidah dan pikirannya keplintir.jadi hakim wakil keadilan di dunia ibarat contoh nanti nya di akhirat
PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
Terima kasih banyak, Pak Abraham, Ibu Bivitri, dkk ! Demi masa depan BANGSA & NEGARA kita, majulah terus dan pantang mundur untuk membanjiri MEDIA SOSIAL dengan SUARA KEBENARAN ... Agar RAKYAT INDONESIA tidak ada lagi yang bisa dibohongi oleh oknum calon PRESIDEN & WAKIL PRESIDEN yang MUNAFIK, yang terindikasi pernah MELANGGAR HAM, MELANGGAR KONSTITUSI, dan kental dengan nuansa KORUPSI, KOLUSI, dan NEPOTISME !!!
PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
Semua dari awal karena Pak Lurah... Yg gila dan haus akan kekuasaan dan jabatan... Dg cara yg kotor dan menjijikkan utk menghalalkan segala cara... Semoga Allah menjaga NKRI tercinta ini... Amin Yra
Terimakasih buat orang² yg selalu berpihak kepada kebenaran,meski harus melawan kekuasaan !!! Semoga Allah selalu memberikan kebaikan yg banyak. Aamiin
Saya yakin pd akhirnya dia AU bkl jd batu sandungan dlm masalah sengketa pemilu 2024,,, AU bkl action dng kasak kusuk nya.. AU psti terbius oleh tawaran duwit dng nominal tinggi dr oligarki cina,,, itu psti ! Dia AU sdh cacat mental !
PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
Sy setuju 100% dgn pendapat ahli hukum mbak Bvitri Susanti, tenteng Cawapres Gibran melanggar dan menabrak hukum melalui Pamannya dan bapakknya Pak Lurah. Sy tetap pilih GANJAR-MAHFUD 2004.
semoga semakin banyak tokoh yg berani bersuara seperti bung Abraham Samad dan sis Bivitri, suara mereka berdasar kebenaran hukum, tak berpihak ke capres manapun., suara mereka sangat dibutuhkan rakyat negeri ini yg sudah sangat pekak dengar suara para buzer bayaran istana.,
Ya RAKYAT hrs BERANI 💪💪💪👍👍👍 MENYUARAKAN kebenaran. NEGRI ini menganut sistim NEGARA DEMOKRASI bukan NEGARA KERAJAAN....!! LANJUTKA MBK ❤❤👍👍 demi.KEADILAN BANGSA & NEGARA....!!
Ini namanya wudhu dengan air coberan, merasa benar dengan menghina orang lain, kalau Jokowi yg kau sebut jokodok itu bapakmu, apa mulutmu masih bisa bicara, blok
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. .l
Harus berani mengkasuskan ketua MK demi penegkahan hukum diindonesia, agar marwah negara repubik ini tidak dicemari oleh orang2 yang serakah "kekuasaan"
Memang rezim sekarang tidak punya rasa malu. Apalagi kalau nanti terpilih tambah rusak tatanan Negara ini. Sebaiknya di makjulkan dulu agar pemilu netral. Salam waras.
PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. P
PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
Politik dinasti merusak demokrasi. Jika org2 baik & waras ( spt : Bu Bivitri & bung Abraham Samad) DIAM terhadap KERUSAKAN demokrasi ini, mk masa depan bangsa & negara dipertaruhkan!😢
PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
Bivitri sangat clear melihat permasalahannya, tajam menyampaikan penjelasannya. Mari kita suarakan terus agar Paman Usman mengundurkan diri, jangan makan gaji buta di MK, dia tebal muka, tidak tahu mela walaupun palunya sudah diambil MKMK.
PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
@@lovelysays8788 saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. Dengan pemikiran ini saya semakin yakin memilih Ganjar Mahfud 2024 untuk meneruskan cita-cita Reformasi dan Penegakkan Konstitusi karena Ganjar Mahfud tidak punya beban masa lalu .
Ini prabowo blum berkuwasa irang udh tdk mau berani berbicara apa lagi nanti klu prabowo berkuwasa semua irang akan membisu bisa jadu karna takut lihat rejam jejak prabowo masa2 lalu?
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, Suara dibungkam,kritik dilarang tanpa alasan.... Dituduh subversi dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata. " LAWAN ". Dari : penggalan puisi berjudul ' Peringatan' karya Alm Wiji Thukul.
Pemilih yang cerdas dan punya pemikiran yang Rasional , tidak akan mungkin memilih pemimpin yang pencalonannya saja sudah tidak benar, Bagaimana nanti kalau jadi pemimpin..? Bisa rusak hukum di negara NKRI ini.
PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. ..,
sepakat, padahal 5 tahun lagi gibran bisa maju, pengalaman sudah lebih,,,,pasti yg milih juga banyak...knapa harus menghancurkan Mahkamah Konstitusi yg meupakan tingkat tertinggi hukum di negeri ini.
Terimakasih pak Abraham dan mba bivitri sudah mewakili suara kami, sangat menjengkelkan kelakuan politikus sekarang, pak Prabowo semoga diketuk hatinya untuk mengganti cawapres nya jangan yang menciderai hukum.
Dulu ada yg Makai konstitusi buat ngelulusin seorang wanita buat naik jadi presiden Dengan kapasitas lulusan SMA knp ngak seheboh ini?? Maklum lah si wanita ini ada kepentingan juga,ntar kyk buk conie sama pak tua itu yg di acara rosi🤣🤣,1 tukang hoax dan yg 1 lg sok netral,rupanya kader banteng🤣🤣
Kalau pencalonan mas Gibran sbg cawapres cacat/tdk syah kenapa sampai hr ini KPU membiarkan ? siapa sebenarnya yg hrs mengesekusi putusan MK yg cacat ini thd pencalonan mas Gibran?
@@ardianadiisbat2274 KPU bekerja berdasarka aturan, salah satunya keputusan MK yang kolutif dan nepotisme tsb yang secara hukum sah, tapi secara etika salah besar
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. .
Semoga yg merasa terkuat saat jgn takabur, yg normatif, jujur dan yang merasa terkuat sadarlah bahwa zat sang pencipta itu ada & punya hak prerogatif menentukan khususnya untuk NKRI
PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
Bivitri layak di beri pahlawan konstitusi di Indonesia, comentar berbobot dan informasi hukumnya dapat di serap oleh seluruh lapisan masyarakat save Bivitri...👍👍👍
Saya sangat sangat sangat berterimakasih untuk ibu Bivitri, pak Zainal Arifin, pak Saldi Isra, pak Ferry Amsari dan kawan-kawan ahli tata negara lainnya yg masih mengawal kebijakan hukum konstitusi agar senantiasa tegak lurus seperti yg seharusnya ditengah2 banyaknya orang yg bermain2 untuk kepentingan politis pribadi dan golongan mereka. Semoga kedepannya akan selalu ada orang2 seperti mereka di negara ini
PERNYATAAN YG BENAR...!! DAN SEBAGAI FAKTA BAHWA PRABOWO-GIBRAN ADALAH PASANGAN PENGHIANAT YG MAJU UNTUK MERAMPOK DAN MEMBUBARKAN NKRI. ❤INDONESIA PASTI DUKUNG DAN MENANGKAN GAMA RI-1/2024♥️🇮🇩✊👍
Sy sdh bilang dan komen di berbagai channel bhw dua calon wowo dan wakilnya itu para pengkhianat. Yg capresnya dipecat krn kupdeta Habibie dipecat oleh Wiranto sdh berkhianat kpd negara dgn berbagai penculikan jg dan kerusuhan 98 dan yg satunya pengkhianat partai yg membesarkan namanya dan seluruh keluarganya. Sdh cacat semua masa lalu mereka. Smg rakyat di desa yg sdh terlanjur di hypnotis sama presiden dgn kebaikan presiden bisa sadar diri dan tdk cinta buta utk turuti perintah presiden nyoblos Wowo dan wakilnya
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. ..
Prabowo harus percaya diri untuk bertanding di pilpres..dan Prabowo juga harus taat hukum dan secepatnya ganti cawapresnya ....itu ada AHY ada Airlangga, Ada Prof Dr Yusril Ihza Mahendra yg mampu membawa negara ini lebih baik
Semoga seluruh rakyat Indonesia sadar dan bersatu,jangan memilih calon capres dan cawapres yg curang,bila ingin Indonesia ini menjadi negara yg maju,adil dan makmur
Yg dibutuhkan takyat itu blt dan sembako lu bisa apa makaya wowo mau direndahkan gibran tenang saja tenang saja pak prabowo saya sudah ada disini ....gibran itu siapa ...anak panglima tertinggi yg sudah disiapkan untuk jadi panglima tertinggi juga
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. ..
Terima kasih pencerahan prof Bivitri buat kami semua masyarakat awam hukum, kami setuju enaknya Gibran mengundurkan diri dari cawapres, sekarang ini bangsa Indonesia bukan lagi kerajaan, tetapi Republik.
Ayo kita berrgerak dan bertindak untuk tidak memilih pemimpin yg mencederai demokrasi dan akal sehat. Ayo kita berubah...!!! berubah...!!! & berubah...!!! kearah yg lebih baik.
Semoga orang2 seperti mbk Bivitri ini dan para konten kreator yg berani bersuara di beri kekuatan dan perlindungan oleh Tuhan untuk menegakkan kebenaran. Terimakasih untuk kalian masih punya hati nurani dan keberanian itu, dan dengan perjuangan itu maka tak salah jika di sebut Pahlawan Negara.
PDI-P atau Jokowi ??? Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024. Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa: 1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ; 2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ; 3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ; 4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan? Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ? Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya. Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI. Salam NKRI, M. Achsan Djunaedi
Pendaftaran gibran tidak sah karena undang-undang batas umur 40 tahun masih berlaku pada saat mulai pendaftaran capres dan wacapres mulai tgl 25 oktober 2023
Mundur dululah Mahfud dari Menkopulhukam beri contoh. teladan. klo tdk sama aja dengan prabowo dan gibran takut mundur berani bertarung. bedanya gibran majunkarena pamannya datahg bawa putusan
betul sekali Bang Abraham,tolong selamat konstitusi,selamatkan Demokrasi,selamatkan NKRI,jgn gegara hal ini tercidrai demokrasi kita yg sudah maju luar biasa,pemilu langsung oleh hampir 300 juta pemilih,suatu prestasi DEMOKRASI sgt luar biasa,merdeka
Suarakan Para ahli hukum dan Bang Abraham Samad Untuk pencerahan dan pendidikan rakyat dan masyarakan. Juga jangan sampai Politik Dinasti di Indonesia hidup kembali dengan cara melanggar konstitusi.
Betul2 rasa malu nya sudah putus 😂 Setiap saya melihat photo nya sekeluarga pasti muntah 🤮🤮🤮 Negara ini dianggap kerajaan nenek moyang nya Bapak, anak, mantu, adik ipar, dulu cucu di promosikan terus di media 🤦🤦🤦🤦 perasaan saya yang lain nya tidak begitu norak ya Cuma yang satu ini saja norak berat 😅😅
@@irfandibagus6585gimana baik sih dari awal proses aja udh gak baik. apalagi klo nilai niat awal nya udh pasti rusak. sesuatu yg dimulai dari kerusakan hasilnya gak akan baik
Ni hrs ditawarkan ke publik dan anggota dewan, klo mmg ini sebuah permainan kebenaran, ini hrs ditindak dong, bangkitlah Indonesiaku, tegakkan kebenaran hukum negeri ini
Terima kasih mbak Bifitri sdh mewakili kami menyuarakan kebenaran agar Hukum di Negeri menjadi lebih baik. Kami jg sangat prihatin dgn mantan ketua MK...kok tdk mau mundur yaa....apakah budaya malu sdh tdk ada lagi di Negeri ini. Salam sehat sll dan tetap semangat menyuarakan kebenaran.. 🙏👍💪🇲🇨❤
Di Indonesia memang susah untuk meluruskan suatu masalah yang menyangkut kekuasan, apalagi penguasa yg dihadapi punya power yg menggurita. Jalan satu2nya adalah musnahkan akar masalahnya.
melawan lupa kasus pencoptan hakim aswanto krn dianggap tidak manut pada keinginan penguasa. aswanto batalkan UU Ciptakerja, batalkan UU Covid. Aswanto lamgsung dicopot digantikan guntur hamzah yang saat itu menjabat sekjen. anehnya Guntur belum sblm dilantik langsung berulah diduga mengubah putusan yang sdh dibacakan di depan sidang. bukan nanya itu perjalanan ke sini Guntur dalam putusannya selalu sejalan suara pemerintah.termasuk putusa No 90 karpet merah Gubran guntur sama paman sejalan putusannya
Terima kasih Bu Vivit, yang telah men-delivered keilmuannya dengan bahasa yang mudah dipahami kepada kami yang awam. Rakyat Indonesia perlu memiliki keilmuan tata negara bahkan untuk level yang dasar sebagai sarana hidup berdemokrasi
Kalau putusan MK cacat hukum, maka hasilnya pun cacat dan TDK bisa digunakan ! Maka pencalonan Gibran juga cacat hukum ! Sebagai orang yang punya etika dan malu seharusnya tidak merasa bangga ! Se-akan2 ambisi melebihi rasa malu dan TDK menghargai hukum !
Kemaren undang Margarito Kamis dan katanya sudahlah pasrah aja dan terima Gibran suka atau tdk....Bu vitri ini perlu dipertemukan lsg dgn Margarito Kamis biar jelas
Sebelum mahasiswa Solo menggugat, Paman dari Solo kemungkinan besar mendengar kalau mas wali Solo digadang-gadang jadi Cawapres. Kemudian keputusan paman dari Solo dinyatakan melanggar etika berat, Kalau benar paman religius, ada penghormatan kpd lembaga MK mestinya sdh mengundurkan diri, juga mas wali juga mundur dari pencalonan.
Putusan MK MK itu putusan tenggang rasa. Jimly menenggang Anwar Usman dan lebih dr itu tdk menyentuh pencalonan Gibran . S3benarnya Jimly bisa memutus pembatalan pencalonan Gibran
Jimly lempar bola panas ke kpu, secara moral harusnya kpu membatalkan gibran krn jelas keputusan 90 berbau nepotisme.. apakah kpu sdh tersandera/berpihak juga ???
@@irfandibagus6585 anak muda gak aji mumpung mas. gibran mo maju klo bapaknya udh gak berkuasa silakan aja. lu kira jebolan cpns bawa2 sodara. ini bicara memimpin 275 juta rakyat indo. pemimpin harus teruji bukan hasil titipan. emg polos dan bodoh itu beda tipis sih
Seburuk-buruknya sebuah produk hukum suatu negara yang tidak memiliki konsekuensi logis dari rakyatnya maka produk hukum tersebut dinyatakan sah dan tetap diperlakukan sebagai dasar hukum.
Terima kasih banyak, Pak Abraham, Ibu Bivitri, dkk ! Demi masa depan BANGSA & NEGARA kita, majulah terus dan pantang mundur, dengan SUARA KEBENARAN ...
Bukan karena pesimis. Itulah kondisi supremasi hukum di negeri ini. Pimpinan negara jelas2 mempraktekkan KKN tetapi tdk merasa malu bahkan didukung oleh koalisi parpol besar. Mereka takut tdk mendapatkan posisi di pemerintahan dan mengorbankan legitimasi hukum di negeri Indonesia tercinta ini. Nepotisme dianggap syah bahkan menjadi rujukan. Kami rakyat kecil merasa malu dan prihatin dg kondisi di negeri ini. Semoga Allah membuka mata hati dan nurani elit2 politik
Sdh jelas 9 thn negara ini tdk di pimpin oleh negarawan atau pemimpin yg berintegritas,sehingga urutan dibawahnya ikut juga tdk negarawan apalagi berintegritas.contoh nyata penempatan direksi pd bumn sdh menghilangkan makna bumn di dirikan utk kemakmuran rakyat,hanya kemakmuran kelompok sehingga berefek banyaknya bumn pailit/merugi dan yg terbaru pt timah diambang bangkrut.
Kami wong awam juga heran aja & gemes,makin diomongin makin dibahas sana sini malah angka surveynya meroket capres cawapres ini ninggalin jauh angkanya tinggi dibanding kandidatnya,tv nyiarin semua meroketnya surveynya padalan masih dibahas legitimit hukumnya,heran aja koq nggak ngefek surveynya malah naik meroket terus
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. P
Etik adalah standar yang beralasan mengenai benar dan salah yang menentukan apa yang harus dilakukan manusia, biasanya dalam hal hak, kewajiban, manfaat bagi masyarakat, keadilan, atau kebajikan tertentu. Pelanggaran etik seharusnya tidak dapat ditolerir apalagi yang terkait dengan kepentingan satu bangsa.
Bu Savitri pendapatnya jelas dan cerdas,truskan pencerahanmu utk nkri
Terimakasih Proof Bivitr yang membela menegekan keadilan dan berpihak pada kebenaran
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
Sayangnya hanya bicara, harusnya segera bertindak
@@hurenqonita3231minimal rakyat Indonesia sudah paham kalau pencalonan si ono nggak sah.. Dan mereka nggak akan. Milih si ono
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. .
Klo bilang fitnah yg keji gk masalah.kata² demi allah apa lidah dan pikirannya keplintir.jadi hakim wakil keadilan di dunia ibarat contoh nanti nya di akhirat
Mencerahkan. Obyektif, berdasarkan fakta yg ada, selalu merujuk pada aturan. Terimakasih ibu Bivitri dan Bung Samad👍👍👍
terima kasih pa Abraham samad sudah lantang menyuarakan cacat hukumnya keputusan MK
Presiden bajingan dgn ijazah palsu TUMBANGKAN
BIAR JLS" MELANGGAR HUKUM..KL GK PUNYA MALU JG NEKAT..🤥🤥🤥👈👺👺👈
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
@@fajarifajari8955ngeri kalo si begal konstitusi jadi, bisa ancur ini negara
@@kecebongkampret7297 1000%👍👍👍Bro,
Terima kasih banyak, Pak Abraham, Ibu Bivitri, dkk ! Demi masa depan BANGSA & NEGARA kita, majulah terus dan pantang mundur untuk membanjiri MEDIA SOSIAL dengan SUARA KEBENARAN ...
Agar RAKYAT INDONESIA tidak ada lagi yang bisa dibohongi oleh oknum calon PRESIDEN & WAKIL PRESIDEN yang MUNAFIK, yang terindikasi pernah MELANGGAR HAM, MELANGGAR KONSTITUSI, dan kental dengan nuansa KORUPSI, KOLUSI, dan NEPOTISME !!!
Sangat setuju dgn Bng Abraham n Mbak Bivitri ! Semoga Masy yg blum waras / mabuk menjadi waras!! Dan sy baru waras dgn hukum!! Amien YR!!
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
Semua dari awal karena Pak Lurah... Yg gila dan haus akan kekuasaan dan jabatan... Dg cara yg kotor dan menjijikkan utk menghalalkan segala cara... Semoga Allah menjaga NKRI tercinta ini... Amin Yra
Para pemimpin partai koalisi pendukung P G bagaikan Kecoa yang tertelentang di lantai tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa meronta ronta
@@erwinsyamsuir8672 mirip kecoa badan berwibawa tapi ga bisa bangun ketika dibalik badannya!!
Selamat dan sukses untuk ibu VITRI dan bung Samad, saya merasa bertambah ilmu hukumnya❤
Maju terus bu Bivitri menyeruarakan kebenaran dan kebaikan utk melawan kesewenang wenangan.
Sehat selalu utk bu Bivitri.
Terimakasih buat orang² yg selalu berpihak kepada kebenaran,meski harus melawan kekuasaan !!!
Semoga Allah selalu memberikan kebaikan yg banyak. Aamiin
Aamiiin 🤲
Saya yakin pd akhirnya dia AU bkl jd batu sandungan dlm masalah sengketa pemilu 2024,,, AU bkl action dng kasak kusuk nya.. AU psti terbius oleh tawaran duwit dng nominal tinggi dr oligarki cina,,, itu psti !
Dia AU sdh cacat mental !
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
Dulu syarat dari S1 jadi SMA supaya Mega bisa nyalon itu cacat moral ga ya?
@@hikmah_bersama2049emang kamu nanya ? gak ngerti aku mas... Wkwkwkwk
Sy setuju 100% dgn pendapat ahli hukum mbak Bvitri Susanti, tenteng Cawapres Gibran melanggar dan menabrak hukum melalui Pamannya dan bapakknya Pak Lurah. Sy tetap pilih GANJAR-MAHFUD 2004.
semoga semakin banyak tokoh yg berani bersuara seperti bung Abraham Samad dan sis Bivitri,
suara mereka berdasar kebenaran hukum, tak berpihak ke capres manapun.,
suara mereka sangat dibutuhkan rakyat negeri ini yg sudah sangat pekak dengar suara para buzer bayaran istana.,
Gaskeun...👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾
Ya RAKYAT hrs BERANI 💪💪💪👍👍👍 MENYUARAKAN kebenaran.
NEGRI ini menganut sistim NEGARA DEMOKRASI bukan NEGARA KERAJAAN....!!
LANJUTKA MBK ❤❤👍👍 demi.KEADILAN BANGSA & NEGARA....!!
Bismillah prabowo gibrann
Usman tdk tau malu alias urat malunya sdh PUTUS
@@amanbaker222kmaluannya putus
Teruslah bersuara prof Bivitr...! Walau Negeri ini semuanya sdh di kuasai oleh FIR'ON SOLO (JOKODOK)
😂😂😂
JOKOWI DOG DOG
Fir un solo
Ini namanya wudhu dengan air coberan, merasa benar dengan menghina orang lain, kalau Jokowi yg kau sebut jokodok itu bapakmu, apa mulutmu masih bisa bicara, blok
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. .l
Harus berani mengkasuskan ketua MK demi penegkahan hukum diindonesia, agar marwah negara repubik ini tidak dicemari oleh orang2 yang serakah "kekuasaan"
Memang rezim sekarang tidak punya rasa malu. Apalagi kalau nanti terpilih tambah rusak tatanan Negara ini. Sebaiknya di makjulkan dulu agar pemilu netral. Salam waras.
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
Kalau dulu ada orde baru , sekarang ORDE KEDALUWARSA
Urat malunya dah putus rezim itu
Yg ada cm tinggal kemaluan
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. P
Keputusan MK yang KKN, semoga menjadi pembelajaran untuk ketua MK dan hakim MK yang baru .
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
Ketua MK MK Jimly itu kroninya Prabowo yang sama 👹👹Bobroknya dengan mantan ketua MK Anwar Usman...
Terima kasih atas pencerahannya, smg rakyat indonesia tidak memilih yg cacat hukum
Politik dinasti merusak demokrasi. Jika org2 baik & waras ( spt : Bu Bivitri & bung Abraham Samad) DIAM terhadap KERUSAKAN demokrasi ini, mk masa depan bangsa & negara dipertaruhkan!😢
Sy seneng narasumbernya Bunda.Bivitri ini, penjelesan sangat jelas n mudah di terima.... smg bunda.Bivitri sll dlm lindungannya Alloh Swt. Aamiin 🤲🤲🤲
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
Pilih org tidak kerjasama dgn oligarqi dan KKN pilih perubahan
Kl tdk dirubah keputusan 90, pasti legitimasi Mk akan rusak.
Dan buntut pemilu nnti akan ribut terus menerus.
Tambah muak rasanya liat situasi politik yg gk tau malu ini..Lbh parrahh drpd OrBa.. !! Mirisss ..
Bivitri sangat clear melihat permasalahannya, tajam menyampaikan penjelasannya. Mari kita suarakan terus agar Paman Usman mengundurkan diri, jangan makan gaji buta di MK, dia tebal muka, tidak tahu mela walaupun palunya sudah diambil MKMK.
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
Otaknya ketutup brewok!!
@@lovelysays8788 saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. Dengan pemikiran ini saya semakin yakin memilih Ganjar Mahfud 2024 untuk meneruskan cita-cita Reformasi dan Penegakkan Konstitusi karena Ganjar Mahfud tidak punya beban masa lalu .
Nanti penjarakan kelompok yg merusak tantanan hukum dan menciderai demokrasi.
Tidak ada yg berani menyuarakan kebenaran di republik ini. Karena semua penegak hukum sudah di pegang sama REZIM...!!!
Semua aparatur, ASN, preman, udah dipegang sama si lurah katrok.
Karena pak Lurah ijazah SMAnya diragukan😅
jelas ini, kalau berbeda dikit dihajar mirip kasus Harris, Rocky Gerung dll banyak
Ini prabowo blum berkuwasa irang udh tdk mau berani berbicara apa lagi nanti klu prabowo berkuwasa semua irang akan membisu bisa jadu karna takut lihat rejam jejak prabowo masa2 lalu?
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, Suara dibungkam,kritik dilarang tanpa alasan.... Dituduh subversi dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata. " LAWAN ". Dari : penggalan puisi berjudul ' Peringatan' karya Alm Wiji Thukul.
Pemilih yang cerdas dan punya pemikiran yang Rasional , tidak akan mungkin memilih pemimpin yang pencalonannya saja sudah tidak benar, Bagaimana nanti kalau jadi pemimpin..? Bisa rusak hukum di negara NKRI ini.
Setuju total lawan politik kkn
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. ..,
Kita Bangsa Indonesia Masih Beruntung Masih punya Pak Mahfud..
Cawapres Gibran jelas tak sah. Yang ngotot Gibran cawapres jelas haus kekuasaan pantas dipermalukan.
Cawapres illegal dong😂😂
Dan wajib dipermalukan !!!
sepakat, padahal 5 tahun lagi gibran bisa maju, pengalaman sudah lebih,,,,pasti yg milih juga banyak...knapa harus menghancurkan Mahkamah Konstitusi yg meupakan tingkat tertinggi hukum di negeri ini.
😂😂😂muka tembok..mana punya rasa malu..sekarang tuh rakyat yg mesti sehat waras.jgn pilih pasangan pra ban
UDH PUTUS URAT MALUNYA..& MUKA TEMBOK...ANGEL"..!!🤥🤥👈👺👺👈😆😆🤭🤭
Terimakasih pak Abraham dan mba bivitri sudah mewakili suara kami, sangat menjengkelkan kelakuan politikus sekarang, pak Prabowo semoga diketuk hatinya untuk mengganti cawapres nya jangan yang menciderai hukum.
Indonesia sudah di ambang kehancuran, semoga saja rakyat pintar memilih
yang menetapkan, yang mendukung, yang memilih gibran tak ada rasa malu.
Seharusnya. ,mereka semua cerdas buka mata buka hati buka pikiran
@@sugengpamuji7334kekuasaan itu masih sobat😅
Dulu ada yg Makai konstitusi buat ngelulusin seorang wanita buat naik jadi presiden Dengan kapasitas lulusan SMA knp ngak seheboh ini??
Maklum lah si wanita ini ada kepentingan juga,ntar kyk buk conie sama pak tua itu yg di acara rosi🤣🤣,1 tukang hoax dan yg 1 lg sok netral,rupanya kader banteng🤣🤣
Sangat pintar makanya saya pilih prabowo gibran🤣🤣,all in prabowo gibran❤️
INI SAATNYA PARA PAKAR HUKUM TATA NEGARA DAN AKADEMISI BERGERAK BERJUANG DEMI MENYELAMATKAN NEGARA TERKAIT DENGAN DINASTI KEKUAASAAN!!!!!!!!!!!
Kalau pencalonan mas Gibran sbg cawapres cacat/tdk syah kenapa sampai hr ini KPU membiarkan ? siapa sebenarnya yg hrs mengesekusi putusan MK yg cacat ini thd pencalonan mas Gibran?
@@ardianadiisbat2274 KPU bekerja berdasarka aturan, salah satunya keputusan MK yang kolutif dan nepotisme tsb yang secara hukum sah, tapi secara etika salah besar
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. .
Pak lurah memang pejuang sejati untuk keluarganya segala cara di tempuh
Parah pool Reziim nya. Muak
Teruslah menggonggong kami tetap dukung prabowo gibran
Rakyat sudah begitu cerdas tidak akan pernah memilih sosok pemimpin yg sudah jelas" cacat oleh hukum
Solusi: pecat Paman Usman, Makzulkan Pakdhe😊 Usut keluarga Jokowi yg nepotisme
👍👍👍🇲🇨
se7
Setuju
Ga mungkin dipecat dilindungi lurah ya pasti bisa jadi
Gak bakal bisa, semua kartu turf partai udah dipegang
Ibu Bivitri, terima kasih atas pencerahan. Saya sangat setuju jika akhirnya lengserkan, pecat, copot semua penguasa yang melanggar peraturan.
Semoga masyarakat mayoritas msh menggunakan kewarasan akal dlm memilih pemimpin negaranya.
Smg Allah hancurkan kedhaliman dan kebohongan serta kebodohan... Dan diganti Tegakkan Amanah, Jujur dan Kecerdasan ❤❤❤
Aamiin
Iya gapapa, tp jangan menggirin milih anies, jakarta dah rusak tuh
Mantap se x semoga Anis dan cak Imin yg jadi presiden 2024 sehingga MK bisa berfungsi secara benar.
Allohumasoli'alasaiyidinaMuhammad semoga pk ANIES RB MENUJU RI.1 Aamiin ya Allooh..🤲🤲🇮🇩🇮🇩👈💪💪
@@fahmizakaria2825 buka mata buka hati... Objektif dlm menilai, spy gak bener2 terlihat bodohnya
@@fajarifajari8955 aamiin ya Rabb
Semoga AMIN dan GAMA bersatu.
Semoga Allah Ta'ala...menyelamatkan negri kita dan Allah takdirkan mendapat pemimpin yg sholeh. Aamiin
Semoga yg merasa terkuat saat jgn takabur, yg normatif, jujur dan yang merasa terkuat sadarlah bahwa zat sang pencipta itu ada & punya hak prerogatif menentukan khususnya untuk NKRI
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
Ini baru orang yg tau hukum dan orang yg tau cara menghormati hukum masa MK main sandiwara ajaib hukum Indonesia
paman bisa ngopi ngopi sambil pake jubah
Semoga Allah SWT membuka mata hati masyarakat Indonesia.untuk tdk memilih pasangan Capres yg bermasalah dan cacat hukum .
Aamiiin
Bivitri layak di beri pahlawan konstitusi di Indonesia, comentar berbobot dan informasi hukumnya dapat di serap oleh seluruh lapisan masyarakat save Bivitri...👍👍👍
mahalnya sebuah integritas
Saya sangat sangat sangat berterimakasih untuk ibu Bivitri, pak Zainal Arifin, pak Saldi Isra, pak Ferry Amsari dan kawan-kawan ahli tata negara lainnya yg masih mengawal kebijakan hukum konstitusi agar senantiasa tegak lurus seperti yg seharusnya ditengah2 banyaknya orang yg bermain2 untuk kepentingan politis pribadi dan golongan mereka. Semoga kedepannya akan selalu ada orang2 seperti mereka di negara ini
Kami wong cilik wong awam,cuma heran aja dibahas sana sini malah capres cawapres yg diomongin malah meroket ninggalin jauh calon lainnya,
Terima kasih mbak Divitri yg sudah mengawal kasus MK. Makin paham dan makin mantap tuk pilih pak Ganjar Mahfud.
Dukung, ttp ndompleng! Musang berbulu ayam.
Nda pili dukungan partai PDIP 🎉 kami pili nasden pak Anis baswedan😂 matap ok
Anis mantap ok itu kalau presiden ijasapalsu 🎉😂 pecat
Bos abraham s bikin berkobar dan semangat
PERNYATAAN YG BENAR...!!
DAN SEBAGAI FAKTA BAHWA PRABOWO-GIBRAN ADALAH PASANGAN PENGHIANAT YG MAJU UNTUK MERAMPOK DAN MEMBUBARKAN NKRI.
❤INDONESIA PASTI DUKUNG DAN MENANGKAN GAMA RI-1/2024♥️🇮🇩✊👍
Amin Amin Amin YRA. InsyaAllah more credible!!!
gak usah kampanye keliahatan banget lu sebenernya gak peduli banget masalah MK , Kalo gibran jadi calonnya pdip lu pasti dukung gak akan nolak
Sy sdh bilang dan komen di berbagai channel bhw dua calon wowo dan wakilnya itu para pengkhianat. Yg capresnya dipecat krn kupdeta Habibie dipecat oleh Wiranto sdh berkhianat kpd negara dgn berbagai penculikan jg dan kerusuhan 98 dan yg satunya pengkhianat partai yg membesarkan namanya dan seluruh keluarganya. Sdh cacat semua masa lalu mereka. Smg rakyat di desa yg sdh terlanjur di hypnotis sama presiden dgn kebaikan presiden bisa sadar diri dan tdk cinta buta utk turuti perintah presiden nyoblos Wowo dan wakilnya
11-12.. Gama , sama sama terlahir dari berpolitik nya partai yg sama
pak jokowi juga terlahir politiknya dari partai tersebut.
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. ..
Terus bersuara bang Abraham dan undang para pakar yang waras dan berintegritas❤❤❤❤
Terima kasih Bu 👍
Semoga Rakyat indonesia semakin cerdas dlm memilih pemimpinnya yg legitimit, tidak ada cacat hukum🙏🙏🙏🇮🇩🇮🇩🇮🇩
Kehebatan orang Indonesia terutama para pejabatnya adalah nggak punya malu dan tidak tahu malu
Krn Kemaluannya sering disalahgunakan
Krn mukanya MUKABADAK,....ya wajar dong tak tau Malu😂😂😂😂👎👎👎👎
17:58 Ga punya malu karena kemaluannya udah di kebiri hehehehehe...
Bang Abraham dan mba Bifitri.... Mmg Top dan mencerahkan ❤❤❤❤❤❤
kami dr ujung timur.....mengapresiasi chanel ini.Semangat bang .....teruslah berjuang....
Prabowo harus percaya diri untuk bertanding di pilpres..dan Prabowo juga harus taat hukum dan secepatnya ganti cawapresnya ....itu ada AHY ada Airlangga, Ada Prof Dr Yusril Ihza Mahendra yg mampu membawa negara ini lebih baik
Wowo harusnya mencari dulu calon ibu negara, dan mencari cawapres yg benerlah jgn serampangan begini..
Takut sm p lurah nanti hak dpt dukungan
Wowo kan mantanya.Nanti kalau Wowo kalau sudah jadi presiden Si Mantan pasti Rujukan lagi sama Wowo.
Seharus nya pa prabowo pasangan dg ahy atau, gub jabar, hartarto, yusril orang2 yg berpengalaman dan tokoh,
Sangat betulll..
Semoga seluruh rakyat Indonesia sadar dan bersatu,jangan memilih calon capres dan cawapres yg curang,bila ingin Indonesia ini menjadi negara yg maju,adil dan makmur
Yg dibutuhkan takyat itu blt dan sembako lu bisa apa makaya wowo mau direndahkan gibran tenang saja tenang saja pak prabowo saya sudah ada disini ....gibran itu siapa ...anak panglima tertinggi yg sudah disiapkan untuk jadi panglima tertinggi juga
Setuju kami rakyat yg memutus intinya jangan dipilih titiiiiik,
Ok bro jangan dipilih Prabowo
Sya akan pilih amin
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. ..
Terima kasih pencerahan prof Bivitri buat kami semua masyarakat awam hukum, kami setuju enaknya Gibran mengundurkan diri dari cawapres, sekarang ini bangsa Indonesia bukan lagi kerajaan, tetapi Republik.
Ayo kita berrgerak dan bertindak untuk tidak memilih pemimpin yg mencederai demokrasi dan akal sehat. Ayo kita berubah...!!! berubah...!!! & berubah...!!! kearah yg lebih baik.
Banteng, Bewok, Dinasti
Jaman dulu ada dinasti Syailendra bikin candi Borobudur, sekarang ada dinasti Jokowi bikin gaduh dan resah masyarakat.😂🤣😭🤣😂
Mana pupuk buat petani susah
Si pembuat goro2.. nerakabumi
😅😅😅😅😅
Mana daya beli melorot
Huahahaha....
Alhamdulillah syukur
Bangsa Indonesia MASIH BANYAK YG CERDAS DAN BERETIKA TINGGI
TETAPLAH SEMANGAT UNTUK MENJAGA NKRI SEBAGAI NEGARA HUKUM
Semoga orang2 seperti mbk Bivitri ini dan para konten kreator yg berani bersuara di beri kekuatan dan perlindungan oleh Tuhan untuk menegakkan kebenaran.
Terimakasih untuk kalian masih punya hati nurani dan keberanian itu, dan dengan perjuangan itu maka tak salah jika di sebut Pahlawan Negara.
Anwar Usman berguru ke joko " NDABLEG "
Dan semoga pak USMAN panjang umur dan SAKIT PERUT sebagaimana do'anya SEPANJANG HAYAT....aamiin🤲🏻
Sering2 ngundang mba bivitri, sy suka bnget cara bicaranya cerdas dan tegas
Betul2menyedihkan dan miris di hati
Indonesia kita
Semoga Alloh menunjukkan KEBESARANNYA ,
Terima kasih pak Samad,mengundang anak-anak bangsa berinterigras
Gibran pemuda yg tak patut di calonkan sebagai cawapres d negri ini " Rakyat menolak eksekutifyg takmewakili rakyat.
Waakkakaakakakak fakta nya menang bos gi mana nih
"VALUE YANG BENAR" HARUS DITEGAKKAN !
PDI-P atau Jokowi ???
Sejak munculnya nama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan putra Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dicalonkan sebagai Wakil Presiden RI 2024 mendampingi Prabowo Subianto, ramai berita yang menunjukkan PDI-P mengecilkan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai penyampaian para kader PDI-P menunjukkan bahwa keberhasilan Presiden Joko Widodo mulai menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur Jakarta, dan Presiden RI dua periode seolah karena kehebatan PDI-P. Demikian juga dengan Gibran Rakabuming Raka menjadi Walikota Solo dan Bobby Nasution menjadi Walikota Medan dianggap PDI-P seolah karena kehebatan partai tersebut. Presiden Joko Widodo juga dipojokkkan mulai dari dinasti hingga ketidakmampuan orang tua untuk mencegah putranya untuk tidak menerima tawaran pencalonan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Februari 2024.
Pandangan para kader dan buzzer PDI-P yang menyudutkan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo sangat menyedihkan karena bukan hanya menunjukkan kesombongan tapi juga seolah menganggap masyarakat Indonesia buta dan bodoh tidak bisa melihat kenyataan sesungguhnya. Padahal, jika diperhatikan sejak reformasi Pemimpin PDI-P di tingkat nasional sangat kurang menarik atau bahkan sangat tidak menarik. Jika PDI-P merasa begitu hebat dan bukan pribadi Ir. H. Joko Widodo yang sesungguhnya menarik simpati rakyat dengan berbagai keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur dan lain-lain di tanah air, mengapa:
1. Megawati tidak bisa terpilih kembali sebagai Presiden RI setelah menggantikan Presiden Gusdur yang dilengserkan? ;
2. Puan Maharani yang juga berambisi tidak dicalonkan sebagai calon capres ataupun cawapres? ;
3. Semua orang mengakui kehebatan kerja Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) ketika menjabat sebagai Gubernur DKI setelah Ir. H. Joko Widodo menjadi Presiden RI, tapi dia ditumbangkan apapun alasannya? ;
4. Djarot yang dianggap berhasil di DKI sebagai Wakil Gubernur, tapi tidak bisa terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, sementara Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Walikota Medan?
Lupakah para kader PDI-P tersebut bahwa jabatan Pemimpin Negara, Propinsi dan Kota bukan melalui penunjukkan, melainkan dipilih langsung oleh rakyat? Jika diperhatikan kenyataan tersebut di atas, bukankah sesungguhnya PDI- yang perlu bersyukur kepada Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang telah berhasil mengangkat PDI-P selama dua periode di tingkat nasional ?
Tawaran Prabowo Subianto kepada Gibran sebagai pasangan pada Pilpres 2024 bukan tanpa dasar. Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Solo puas dengan hasil kerja Gibran. Tentu juga tidak terlepas karena popularitas ayahnya Gibran, yaitu Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yang menurut survey sangat dicintai mayoritas masyarakat Indonesia dan berharap buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya.
Apakah PDI-P sesungguhnya merasa khawatir akan kehilangan suara akibat Gibran menjadi pasangan Prabowo? Mungkin sudah saatnya para kader PDI-P tersebut mulai jujur menyampaikan kenyataan dan mengapresiasi keberhasilan Ir. H. Joko Widodo meningkatkan perolehan suara PDI-P sejak beliau menjadi Gubernur DKI dan sejak beliau menunjukkan hasil kerja sebagai Presiden RI.
Salam NKRI,
M. Achsan Djunaedi
ngak mungkin menanam apel panennya jeruk........
Masalah utama soal etika. Moral bangsa Indonesia yang kita banggakan srlama ini seolah dirusak demi kekuasaan.
Yang jelas InsyaAllah prabowo gibran 1 putaran
Terimakasih atas pencerahan yg sangat jelas
Pendaftaran gibran tidak sah karena undang-undang batas umur 40 tahun masih berlaku pada saat mulai pendaftaran capres dan wacapres mulai tgl 25 oktober 2023
BERSATU ! LAWAN PEMBOBROKAN KONSTITUSI DENGAN TIDAK MENCOBLOS/MEMILIH ORANGNYA. !
Setuju smg seluruh Nusantara tdk memilih pasangan yg cacat hukum , slm 3 Jari GAMA yg tepat 2024 u/di dukung jd RI 1.
Ayo menangkan ganjar dan mahfud MD .rakyat harus bersatu
. Melawan politik .reformasi harus eksit. Harus reposisi dan audit. Agar ada kepastian hukum.
Mundur dululah Mahfud dari Menkopulhukam
beri contoh. teladan. klo tdk sama aja dengan prabowo dan gibran takut mundur berani bertarung. bedanya gibran majunkarena pamannya datahg bawa putusan
betul sekali Bang Abraham,tolong selamat konstitusi,selamatkan Demokrasi,selamatkan NKRI,jgn gegara hal ini tercidrai demokrasi kita yg sudah maju luar biasa,pemilu langsung oleh hampir 300 juta pemilih,suatu prestasi DEMOKRASI sgt luar biasa,merdeka
Saya yakin sesuatu yg d dpt dgn cara curang tdk bakal d ridhoi allah
Didalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa setiap warga negara berhak untuk memilih dan berhak untuk dipilih....
dengan syarat syarat
Suarakan
Para ahli hukum dan Bang Abraham Samad
Untuk pencerahan dan pendidikan rakyat dan masyarakan.
Juga jangan sampai Politik Dinasti di Indonesia hidup kembali dengan cara melanggar konstitusi.
Keluarga pak lurah memang urat malunya sudah putus
Betul2 rasa malu nya sudah putus 😂
Setiap saya melihat photo nya sekeluarga pasti muntah 🤮🤮🤮
Negara ini dianggap kerajaan nenek moyang nya Bapak, anak, mantu, adik ipar, dulu cucu di promosikan terus di media 🤦🤦🤦🤦 perasaan saya yang lain nya tidak begitu norak ya
Cuma yang satu ini saja norak berat 😅😅
Bukan putus lagi urat malunya tp emang gak ada urat malunya.
@@Lucky-bp5mwyang penting tujuannya baik, untuk indonesia lebih maju
@@irfandibagus6585gimana baik sih dari awal proses aja udh gak baik. apalagi klo nilai niat awal nya udh pasti rusak. sesuatu yg dimulai dari kerusakan hasilnya gak akan baik
Perusak hukum demi kepentingan pribadi smg dpt hukuman dr Alloh yg lbh pedih
Semoga makin byk org yg berintegritas berani menyuarakan kebenaran
Ni hrs ditawarkan ke publik dan anggota dewan, klo mmg ini sebuah permainan kebenaran, ini hrs ditindak dong, bangkitlah Indonesiaku, tegakkan kebenaran hukum negeri ini
Senengnya dengar tanya jawab mba Bivitri dan pa Abraham Samad...cerdas banget dan jelas banget memberikan edukasi..salam akal sehat..salam perubahan❤❤
Maju Terus Pemuda... 🔥
Terima kasih mbak Bifitri sdh mewakili kami menyuarakan kebenaran agar Hukum di Negeri menjadi lebih baik.
Kami jg sangat prihatin dgn mantan ketua MK...kok tdk mau mundur yaa....apakah budaya malu sdh tdk ada lagi di Negeri ini.
Salam sehat sll dan tetap semangat menyuarakan kebenaran.. 🙏👍💪🇲🇨❤
Di Indonesia memang susah untuk meluruskan suatu masalah yang menyangkut kekuasan, apalagi penguasa yg dihadapi punya power yg menggurita. Jalan satu2nya adalah musnahkan akar masalahnya.
melawan lupa kasus pencoptan hakim aswanto krn dianggap tidak manut pada keinginan penguasa. aswanto batalkan UU Ciptakerja, batalkan UU Covid. Aswanto lamgsung dicopot digantikan guntur hamzah yang saat itu menjabat sekjen. anehnya Guntur belum sblm dilantik langsung berulah diduga mengubah putusan yang sdh dibacakan di depan sidang. bukan nanya itu perjalanan ke sini Guntur dalam putusannya selalu sejalan suara pemerintah.termasuk putusa No 90 karpet merah Gubran guntur sama paman sejalan putusannya
Terimakasih Bu Bifitri.
Serasa lagi kuliah hukum 👍
Terima kasih Bu Vivit, yang telah men-delivered keilmuannya dengan bahasa yang mudah dipahami kepada kami yang awam. Rakyat Indonesia perlu memiliki keilmuan tata negara bahkan untuk level yang dasar sebagai sarana hidup berdemokrasi
preeet...
Betulll
Kalau putusan MK cacat hukum, maka hasilnya pun cacat dan TDK bisa digunakan ! Maka pencalonan Gibran juga cacat hukum ! Sebagai orang yang punya etika dan malu seharusnya tidak merasa bangga ! Se-akan2 ambisi melebihi rasa malu dan TDK menghargai hukum !
Nmnya jg dah nyaman... Ga boleh org lain.
Kalau pun gibran menang.. Pastilah tidak akan tenang rakyat ini...
Terima kasih ibu Bivitri
Sangat mencerahkan rakyat Indonesia. Maju terus ibu dlm perjuangan anda 👍
Sy senang cara bicara mba bivitri tegas cerdas, wanita berwawasan luas
Suka mengikuti podcast abraham samad speak up .. penjelasan para narasumbernya sangat cerdas dan logis seperti juga ibu bivitri susanti 👍
Kemaren undang Margarito Kamis dan katanya sudahlah pasrah aja dan terima Gibran suka atau tdk....Bu vitri ini perlu dipertemukan lsg dgn Margarito Kamis biar jelas
Bu ,Bivitri kok cerdas banget, semoga tetap jujur
Terima kasih bunda bivitri..semoga sht"selalu panjang umur banyak rejeki..berjuang trs bunda demi INDONESIA....dan generasi muda..
Sebelum mahasiswa Solo menggugat, Paman dari Solo kemungkinan besar mendengar kalau mas wali Solo digadang-gadang jadi Cawapres. Kemudian keputusan paman dari Solo dinyatakan melanggar etika berat,
Kalau benar paman religius, ada penghormatan kpd lembaga MK mestinya sdh mengundurkan diri, juga mas wali juga mundur dari pencalonan.
Putusan MK MK itu putusan tenggang rasa.
Jimly menenggang Anwar Usman dan lebih dr itu tdk menyentuh pencalonan Gibran . S3benarnya Jimly bisa memutus pembatalan pencalonan Gibran
Yang penting gibran tetap majuu
Jimly lempar bola panas ke kpu, secara moral harusnya kpu membatalkan gibran krn jelas keputusan 90 berbau nepotisme.. apakah kpu sdh tersandera/berpihak juga ???
@@irfandibagus6585 anak muda gak aji mumpung mas. gibran mo maju klo bapaknya udh gak berkuasa silakan aja. lu kira jebolan cpns bawa2 sodara. ini bicara memimpin 275 juta rakyat indo. pemimpin harus teruji bukan hasil titipan. emg polos dan bodoh itu beda tipis sih
KIM Punyak Cawapres bermasslah.
Ga aneh pak prof jimly kan dipilih pak ketua buat menguji etika ketua jdnya kan aneh hahahh nah diskusinya jg sm ketua mk lah jdnya muter aja disana😊😊
Betul
Bravo Mbak Bivitri, terima kasih pencerahannya!
Seburuk-buruknya sebuah produk hukum suatu negara yang tidak memiliki konsekuensi logis dari rakyatnya maka produk hukum tersebut dinyatakan sah dan tetap diperlakukan sebagai dasar hukum.
Terima kasih banyak, Pak Abraham, Ibu Bivitri, dkk ! Demi masa depan BANGSA & NEGARA kita, majulah terus dan pantang mundur, dengan SUARA KEBENARAN ...
ada wasit mrngkap pemain teriakin curang..spertinya pilpres brpluang 1 putaran,ada paslon punya kejutan 52% jauh mningkt plus koalisinya,45-
50%dr 29% sblumnya
Bukan karena pesimis. Itulah kondisi supremasi hukum di negeri ini. Pimpinan negara jelas2 mempraktekkan KKN tetapi tdk merasa malu bahkan didukung oleh koalisi parpol besar. Mereka takut tdk mendapatkan posisi di pemerintahan dan mengorbankan legitimasi hukum di negeri Indonesia tercinta ini. Nepotisme dianggap syah bahkan menjadi rujukan.
Kami rakyat kecil merasa malu dan prihatin dg kondisi di negeri ini.
Semoga Allah membuka mata hati dan nurani elit2 politik
Sdh jelas 9 thn negara ini tdk di pimpin oleh negarawan atau pemimpin yg berintegritas,sehingga urutan dibawahnya ikut juga tdk negarawan apalagi berintegritas.contoh nyata penempatan direksi pd bumn sdh menghilangkan makna bumn di dirikan utk kemakmuran rakyat,hanya kemakmuran kelompok sehingga berefek banyaknya bumn pailit/merugi dan yg terbaru pt timah diambang bangkrut.
Kami wong awam juga heran aja & gemes,makin diomongin makin dibahas sana sini malah angka surveynya meroket capres cawapres ini ninggalin jauh angkanya tinggi dibanding kandidatnya,tv nyiarin semua meroketnya surveynya padalan masih dibahas legitimit hukumnya,heran aja koq nggak ngefek surveynya malah naik meroket terus
Makanya saya tidak mau terkecoh dengan alasan waktunya anak Muda karena setahu saya kekuasaan jabatan tertinggi pemimpin ada di tangan Presiden bukan Wapres.Dan capresnya malah Yang Tertua dimana sudah 3X kalah pilpres 2X sujud Sukur, 2X kalah di MK. Saya akan memilih Presiden yang punya rekam jejak yang baik, siapa sejarah dibelakangnya dan tidak punya sifat temperamental karena kekuasaan jabatan tertinggi kepimpinan akan ada ditangannya. P
Etik adalah standar yang beralasan mengenai benar dan salah yang menentukan apa yang harus dilakukan manusia, biasanya dalam hal hak, kewajiban, manfaat bagi masyarakat, keadilan, atau kebajikan tertentu. Pelanggaran etik seharusnya tidak dapat ditolerir apalagi yang terkait dengan kepentingan satu bangsa.
Bu Bivitri penjelasannya mantap dan jelas untuk pencerahan masyarakat luas...
Saya bener2 suka dg cara Pak Abraham menggali statement dari para narasumbernya.....simpel, lugas tetapi tajam......keren Pak👍⭐⭐⭐
Betul, beliau bisa menjadi pendengar yang baik