MENGUJI LOGIKA KUMAILA HAKIMAH DENGAN 6 TEORI SAINS ❗
HTML-код
- Опубликовано: 8 фев 2025
- Apakah hafalan Al-Qur’an masih relevan di era digital? Dalam video ini, kita akan membedah argumen Kumaila, Ade Armando, hingga Mun’im Sirry menggunakan teori sains modern: Blockchain, Network Science, Game Theory, Entropi, Information Gain, dan Teorema Bayes. Dengan pendekatan berbasis simulasi dan logika ilmiah, kita akan membuktikan bagaimana hafalan Al-Qur’an bekerja layaknya sistem desentralisasi dalam blockchain, bagaimana jaringan penghafal berperan sebagai validator menggunakan network science, dan bagaimana keaslian Al-Qur’an tetap terjaga dengan Teorema Bayes dan Entropi.
🔥 Apa yang dibahas dalam video ini?
✅ Apakah hafalan masih relevan di era digital?
✅ Bagaimana sains membuktikan peran penghafal sebagai penjaga keaslian?
✅ Apakah benar ada perubahan teks Al-Qur’an?
✅ Bagaimana Blockchain dan Network Science menjelaskan sistem hafalan?
✅ Simulasi ilmiah untuk membuktikan bahwa sistem hafalan lebih kuat daripada sekadar catatan tertulis.
📌 Buat yang penasaran sama simulasi dan kodenya, join membership untuk akses file PDF dan kode programnya.
🔔 Jangan lupa like, komen, dan subscribe buat konten seru lainnya!
#HafalanQuran #Blockchain #NetworkScience #GameTheory #TeoremaBayes #AdeArmando #MunimSirry #Kumaila #Entropi #InformationGain #IlmuQuran #SainsDalamQuran #SejarahQuran #DebatQuran #Alquran #Islam #KajianIlmiah #KritikTeks #Falsifikasi #ValidasiData #PentingnyaHafalan #ScienceVsReligion #SimulasiSains #BayesianInference
0:00 Prolog dan Masalah
02:13 Teori Sains yang Digunakan
02:53 Teori Desentralisasi Blockchain
09:20 Penguatan Validasi dengan Network Science
10:48 Hilangnya Opsi Curang dengan Game Theory
13:20 Kebenaran Kumulatif dengan Entropi dan Information Gain
16:46 Validitas Kumulatif Sumber Informasi
19:08 Sanggahan dan Bantahan
28:15 Hasil dan Kesimpulan
Referensi:
Gray, R. M. (2011). Entropy and information theory (2nd ed.). Springer.
Bashir, I. (2020). Mastering blockchain: A deep dive into distributed ledgers, consensus protocols, smart contracts, DApps, cryptocurrencies, Ethereum, and more (3rd ed.). Packt Publishing.
Bernardo, J. M., & Smith, A. F. M. (2000). Bayesian theory. Wiley.
Bonanno, G. (2018). Game theory (3rd ed.). Self-published.
Barabási, A.-L. (2016). Network science. Cambridge University Press.
Hi gaes, thank you udah komen. Tapi gw mau ngasih info kalo di awal video udah dikasih tau konteksnya d sini cuma nguji argumennya kumaila. Ga ada urusan sama apakah isi alquran bener atau ga, ngapalin quran berpahala atau ga, alquran firman tuhan atau bukan. Dan segala macam unsur keyakinan lainnya.
Apakah sesusah itu memahami konteks?
Oh ya, di video juga udah dijelasin kalo mau kontra ga masalah. Tapi minimal kasih argumen yang bagus juga serta referensinya, biar gw juga bisa belajar. Jadinya, kita bisa sama2 belajar.
Semoga sehat selalu...
secara nggak langsung menguji QS 15:9 secara ilmiah yang lebih mudah diterima akal, yang awalnya saya kira sebatas klaim dogma ternyata bisa diperinci reason bahkan metodenya seperti apa.. terimakasih pencerahannya. Sehat selalu
Aku dengerin teori ini di perbandingkan dg apa yg di omongin mbak Kuma, jadi membayangkan mengibaratkan "apa jadinya jika dokter gk hafal apa yg diajarkan buku2 yg mereka pelajari, apa harus tiap operasi musti buka buku itu dulu buat lihat tutorial2nya sebelum bertindak"
Pengibaratan ini salah gk?
Soalnya aku jg jd inget ada cuplikan Live stream mbak Kuma soal menguji hafalan Al Qur'an dia, dan disitu ada "penguji" yg salah baca Ayat tp lgsg dikoreksi mbak Kuma "kyknya ayat itu gk ada di Qur'an deh, adanya yg ini bla bla bla..."
Secara gk lgsg mbak Kuma sendiri membuktikan teori ini, sbg Validator Al Qur'an itu sendiri tanpa diminta. 😅
Skrng w mo tanya sama admin a siapa saksi yg bisa membuktikan bahwa malaikat yang menyampaikan Wahyu di gua Hira adlh Jibril.??
Selama ini gak ada saksi yg mengkonfirmasikan bahwa Wahyu tsb dari Tuhan.
Semua hanya sebatas klaim sepihak tanpa ada saksi mata a.
@@LinaHaerani-b1dterus kira² siapa atau yang berpotensi bahwa yang diklaim bahwa itu Wahyu adalah bukan malaikat Jibril penyampainya.?
@@jokotole1985 loh kok tanya saya kamu tanya saya memang a saya saksi
Semangat bang,Terima kasih.
Sangat membantu dengan adanya video ini dengan menjelaskan pentinya penghafal Al-Qur'an secara ilmiah 😊
hampir 30 menit liat videonya, trus kepikiran....
Tinggal dibalik semua kata "hafalan" menjadi "catatan" "penghafal" menjadi "pencatat", jadi deh argumen kenapa pencatatan lbh penting :D
Lagu Lir ilir buatan Sunan Kalijaga 500 tahun lalu, masih "dihafal" anak2 yang diwariskan orang tuanya...
Gak perlu dicatat...
Di hampir semua budaya, menurunkan ilmu dengan cara dihafal, catatan adalah untuk memperkuat...
Kembali ke Quran, tujuan hafidz itu sebenernya untuk nyimpan Quran... apakah hukum menghafal Qur'an? "Cuma" fardhu kifayah, bukan fardhu 'ain (yang fardhu ain cuma ngehafal Al-fatihah)...
Maksudnya, biar di suatu komunitas Al-Qur'an tetap terjaga...
Catatan yang dibuat oleh penghafal.. jadi penghafal paling penting.. penghafal adalah validator catatan..
1.menghafal =bagus
2.Memahami=lebih bagus
3.mengamalkan=jauh lbh bagus
Pilihan di tangan anda
Kmu gk catat,kmu juga gk menghafal,,,😂😂😂
aduh ini gimana si cara berpikirinya, udh jelas divideo dijelasin kalo penghafal itu validator dr catatan, seorang penghafal pun jg bisa jadi pencatat, pertanyaannya jadi mending mana penghafal atau pencatat?
Semakin banyak org yang bersepakat terhadap informasi maka semakin sulit juga untuk dimanipulasi. Seharusnya theory kaya gini sih jadinya cocok logi ya dan gak mutlak bener harusnya kita juga paham sejarahnya, apa yang terjadi, berapa banyak pengkhianatan, sebagai bukti 4 sahabat nabi itu mati dibunuh semua. Dari sini juga udah jelas gitu berani berkhianat
Lalu
Sebelum pembukuan alquran ada perang muslim dengan kaum nabi palsu musailamah al kadzab disitu umar takut karena udah banyak sekali para hafidz meninggal.
Dan mungkin aja ketika khalifah usman dimana org org berkumpul untuk bersepakatan membukukan alquran, terus ada yang memberi input dan mereka yang kumpul itu cuma iya iya aja tanpa pernah mendengar hal itu dari muhammad sebelumnya.
Menurutku teori yang anda berikan ini cuma cocoklogi doank.
Kalo mau mengetahui langsung kebenarnya lihat melalui sejarahnya karena banyak para ahli mempelajari watak manusia itu dari sejarah bukan teori gini, karena manusia itu kompleks kan kaya tuhan jadi sulit untuk di sederhanakan melalui teori.
Gua ulang lagi hal kaya gini ranahnya sejarah bukan teori science. Kalo pake teori science jadinya pseudo science.
Terima kasih.
Gua suka channel lu yg bahas Sains dan mengajari cara berpikir secara sains.
Tapi gua gak suka lu berbohong dan pura2 gak tahu lu melakukan kebohongan. Sy rasa lu bukan orang bego, tapi sengaja jadi bego.
Begini bro, lu berkata Blockchain "DIHAFAL". Apa lu yakin? Data blockchain itu disimpan di komputer bukan dihafal manusia.
Dari sini gua sama sekali gak respect dengan kejujuran lu. Atau lu kadang sebego itu?
Yang lu jelaskan hanyalah cara verifikasi data dengan sains. Kira-kira begitu.
Nah, lu mengkritik tentang hafalan Qur'an kurang berguna di Zaman Now yg disampaikan Kumaila.
Argumentasi sy, memang benar. Apa pentingnya? Data Qur'an sudah dicatat di miliaran buku, dicatat di miliaran media lainnya. Dan bukan berarti tidak ada manusia lagi yang bisa hafal Qur'an.
Terus pertanyaan lu bagaimana memvalidasi "Qur'an yang ada di aplikasi?".
Hei bro ga usah membegoin diri sendiri, bukan cuma 1 aplikasi tetapi begitu banyak media yang mencatat Qur'an. Jadi validasi bisa dengan banyak media.
Lagian setiap keluarga umat Islam menyimpan setidaknya 1 Qur'an di rumah mereka.
Apakah itu tidak cukup untuk memvalidasi?
Terserah lu lah...
Ngomong jauh-jauh.
Ternyata logika sederhana aja ketinggalan.
Tapi sy tetap suka dengan cara hitungan sains lu, cuma data yang dimasukan aja yg lu pilih-pilih mana yang menguntungkan lu.
Jelas terlihat Narasi hanya untuk mengcounter pernyataan Kumala.
Padahal dari pembukaan sy udah suka Qur'an dijadikan objektif. Tetapi isinya gak objektif.
ngawur emang nih channel
Bedah dulu argumen awal Kumaila,
Mengapa masih perlu melakukan [X] jika sekarang kita sudah punya [Y]?
Kumaila harus bisa menjelaskan kenapa adanya [Y] menafikan perlunya melakukan [X]. Apakah sejak awal dia menjabarkan itu? Sepertinya tidak. Argumennya hanya "sekarang sudah banyak media penyimpanan, jadi sudah tidak perlu lagi menghafal". Sudah jelas sebenarnya di sini terlihat Kumaila tidak benar² paham alasan mengapa quran itu dihafal. Selain preservasi, bagi umat Islam (karena kita sedang di kerangka diskusi muslim), menghafal quran itu sebagai guide untuk value, atau kalau mau lebih pragmatisnya, untuk rutinitas peribadatan, atau kalau mau bahas alasan dogmatiknya, ya karena dianjurkan.
Nah, Kumaila ini sepertinya hanya memahami tujuan perbuatan [X] ini dalam pemahaman yang terbatas. Padahal kalau mengatakan "sudah ada [Y] kenapa harus [X], maka [Y] ini harus sama atau bahkan lebih mengakomodir apa-apa yang sebelumnya ada pada [X]. Sekarang, ada setidaknya dua poin:
1> Pragmatisme ritual peribadatan: mungkin sekarang org² kalau solat pakai audio player. Kan udah disimpan rekamannya tuh. 😂. Jadi dari sisi pragmatisme ini, kita sudah checklist ya, kenapa [Y] tidak bisa menggantikan [X] secara mutlak
2> Preservasi.
Sbnrnya bisa juga ditanya balik, ngapain anak² tk diajari menghafal alfabet, toh sdh dibukukan dan direkam. Masih banyak bantahan untuk argumentasi Kumaila, tpi agak malas typing.
Mungkin jelasin ttg poin preservasinya ya. Nih, salah satu hal yg diakomodasi oleh kegiatan menghafal quran itu kan preservasi naskah kitab suci.
Sekarang, argumen bantahannya: kan sdh ada tulisan dan rekaman di software².
Untuk poin tulisan, kita sudah bisa jelas coret dari cara preservasi. Ada agama yang kitab sucinya di'preserved' melalui tulisan. Tapi sepanjang sejarahnya, banyak kerancuan bahkan dari scholars agama itu sendiri mengatakan ada penambahan/kesalahan transmisi dalam penulisan. Poin lain lagi, kalau preservasi dilakukan melalui hafalan (as in individual), maka crosscheck akan jauh lebih mudah dan efisien dilakukan. Sama seperti alfabet. Lebih mudah mana, crosschecknya jika ada huruf alfabet yg berubah (misalnya instead of huruf K, ada orang yang bilang huruf ¿ itu eksis setelah huruf J dan sebelum K). Pada kondisi semua org sdh hafal alfabet, mudah saja ketahuan kalau ¿ itu bukan bagian alfabet. Dibandingkan kondisi tidak ada orang yang hafal alfabet, harus mencari dulu di teks atau software, dan kalau nemu pun, masih harus verifikasi bahwa yg tersimpan di sana itu benar, yang mana benar tidaknya itu, lagi² diawali dari hafalan. Kasarnya begitu lah. Pengen tulis bentuk formalnya tp malas.
@@pecel_lobster sy memang tidak berhak memberikan jawaban mengatas namakan Kumaila.
Maaf sy juga tidak terlalu mengerti pernyataan Kumaila yg dipertanyakan.
Namun sy pernah dengar melalui podcast Cokro tv, logika Kumaila.
Ade Armando dan Kumaila membahas pentingnya memahami daripada menghafal.
Terucap bahwa menghafal Al-Qur'an tidak terlalu related di jaman NoW. Alasan mereka udah banyak Qur'an tercatat, baik aplikasi atau media lainnya.
Di sana sy tidak pernah saya temukan bahwa Kumaila menegaskan "Hafal Qur'an tidak perlu" yg ada hanya "tidak related atau tidak tepat di Zaman Sekarang".
Nah, darimana kata-kata Chanel ini dan pernyataan mu bahwa Kumaila menyatakan "Tidak Penting atau Tidak Perlu" itu?
Mungkin KLO pun ada pernyataan itu bunyinya :tidak terlalu perlu/genting/related di Jaman Sekarang.
Artinya tidak menghilangkan dan tidak langsung menghakimi.
@@pecel_lobster kocak anda mnbanding kan alfabet yg cuma 26 huruf dgn 6200an ayat alquran
Ini yang bikin saya SENANG sekaligus SEDIH. SENANG karena masih ada muslim yang MASIH MENJAGA PONDASI AGAMA yaitu MENGGUNAKAN AKAL SEHAT SEMAKSIMAL MUNGKIN. Dan SEDIH karena ANDAIKAN UMAT ISLAM MAU TERBUKA DAN TIDAK MENGKULTUSKAN PENDAPAT ULAMA DI MASA LALU, kayaknya AKAN BANYAK PENELITIAN LEBIH PRESISI dengan ERROR MINIM karena NGIKUTIN CLUE yang dikasih ALLAH lewat AL QURAN dan PROSES PEWAHYUAN & PENJAGAANNYA. Terima kasih banyak Bang Terserah Sains 🙏
Mantap. Kami saja yg membuat aplikasi Al-Quran digital sejak 6 tahunan yg lalu, sampai detik ini masih menerima masukan revisi dari user. Entah kurang titik, salah penempatan fathah/kasroh, teks-nya terlalu dempet, atau bahkan salah blok warna di salah satu huruf itu juga masih ada. Jadi memang sistem penjagaan keotentikan Al-Quran, baik dengan hafalan maupun kontrol sosial ini bukan cuman teori. 🙂
Awal kodefikazi Alquran juga akibat perang jadi banyak zahabat penghapal yang zahid.
Zemangat bang
abang nya tulis sendiri? kan sudah banyak api yang distandarisasi?
@@hellloprogrammer kalau yg versi font memang pake yg sudah ada, tp yg berupa konten image kami vektorkan dari hasil scan quran yg berukuran besar lalu diberi beberapa ciri khas sebagai signature aplikasi namun tanpa mengubah struktur utama rasm-nya
@@BerQisah ouh pantes banyak yang salah..
@@hellloprogrammergak salah lah ngapalin quran asal mereka mau
Ini channel harusnya namany bukan terserah sains, tp terserah admin.. Haha.. Mgkn teks di videony objektif, tp yg ditangkap viewer adl yg non-teks, misalny intonasi atau nada bicara, dr situ sdh kelihatan bhwa admin mgkn emg ga suka dgn kumaila, jd dia menggunakan logika utk mendukung emosinya.
Mgkn channel Di bawah pohon sains bisa dijadikan rujukan, sains bneran dan lbh objektif. Gud luck...
Saintis kalo udah beriman gak mungkin bener analisanya bro😅
Baru sempet nonton full, Wah top notch bang. Next mungkin bisa debunk pemikiran prof Mun'im
Ini sedikit pendapat bang mengenai teori konsep yang abang kasih, emang betul yg teori abang kasih itu, cuma menurut saya klo diterapkan dalam konteks hapalan manusia itu ada kekurangan (kurang apel to apel).
Semisal Klo sistem pencatatan digital emang ada risiko alat nya rusak error, musnah dan lainya, tapi bukanya manusia sama aja?.
Klo bisa mengandaikan teknologi nya ilang total, bisa juga dong mengandaikan manusia yang hapal punah?
Teori yang abang kasih emang bagus klo diterapkan di teknologi karena mereka itu rigid dan sistematis, tapi klo manusia itu lebih kompleks belum bicara ruang, waktu, budaya, batasan ingatan, punahnya si penghapal, dll. (Intinya banyak faktor).
Jadi menurut saya secara teori emang bener bang. Cuma klo teori tadi diterapkan ke manusia (hapalan) agak kurang pas. Balik lagi teknologi itu sistematis dan rigid, sementara manusia itu kompleks.
Oh ya btw gw ga bilang hapalan ga guna, cuma penerepan teori tadi dlm konteks hapalan itu kurang pas (objek dari teori).
Tapi aku suka referensi teori nya bagus bagus 👌
Di video itu ngasih contoh simpelnya, kalau detail kecil masuk jadi variable baru ya jadi panjang videonya, dia bikin video biar semua kalangan bisa paham, kalau pengen bahas lebih detail bukan buka yutub tapi buka jurnal
@@muhammadagungkurniawan5718 orang orang penghafal yang dimaksud bukan penghafal seperti kumaila, tapi memang penghafal yang sudah teruji atau terperifikasi bahwa hafalan bagus, jangankan hanya ayatnya berubah, mereka yang hafalannya di level tertinggi yaitu hafal barisnya, dengan titik komanya juga hafal.
@@muhammadagungkurniawan5718 secara realita dan praktisnya, informasi lebih efisien dan efektif di catat (record), cukup divalidasi kalau itu informasi valid maka bisa dijadikan referensi untuk kedepan
Contoh nyatanya ya ilmu pengetahuan itu sendiri, ga ada yang perlu hapal seluruh teori ilmu pengetahuan, karena informasinya sudah dicatat dan divalidasi
contoh komentar yg gak nyimak sampe beres 😂
Saya jawab satu perkara saja, soal kenapa Alquran harus di hapal, berikut alasannya:
1. Sebab Alquran diturunkan dalam bentuk hapalan lisan dan diwariskan melalui budaya hafalan lisan di awal perkembangannya
2. Pembukuan Alquran bukan ditujukan untuk mengganti hafalannya, melainkan untuk memudahkan pengajaran kepada kaum non Arab sekaligus sebagai bentuk dokumentasi
3. Hafalan masih di jaga sebab hafalan adalah budaya asal diturunkannya Alquran, dgn hafalan maka perang dan kehancuran dunia yg menyebabkan hilangnya kitab/perpustakaan di seluruh dunia tidak secara otomatis menghapus isi Alquran.
4. Ketergantungan pada teknologi dan buku fisiklah yg menyebabkan debat lintas agama seringkali berjalan dalam tempo yg berbeda, ulama islam "umumnya" akan berbicara dalam tempo yg lebih cepat sebab menghafal sebagian atau keseluruhan isi Alquran, sedangkan pemuka agama lain mungkin butuh beberapa menit untuk menemukan ayat tertentu dalam kitabnya sebagai bagian dari argumentasi.
Sesederhana itu kok, kalo umat lain ga bisa hafal kitabnya ya itu urusan mereka, kalo ada muslim yg mempertanyakan perkara hafalan barangkali beliau tertidur nyenyak saat pelajaran sejarah agama islam di sekolah.
Tanya, Bang :
Knp Al Qur'an kok disebut dg Al Qur'an ( = Bacaan ).
Dan ayat yg pertama turun adalah "Iqro' " = Bacalah.
@@JayJay-vi1ug Petunjuk Allah (Ayatullah) itu ada banyak, minimal ada 3 Ayatullah lain selain Ayat Qauliyah (Ucapan atau Al-Quran), yakni ada yg berbentuk sejarah manusia (Ayat Tarikhiyyah), ada Petunjuk Allah yg berbentuk alam semesta (Ayat Kauniyah), ada Ayatullah yg tersimpan dalam diri manusia (Ayat Insaniyah). Perintah "IQRA" (Bacalah!) dalam Al-Quran sebenarnya lebih banyak merujuk pada tiga Ayatullah lainnya selain ayat-ayat Qauliyah (ucapan/alquran), yaitu tanda-tanda Allah di alam semesta, diri manusia, dan sejarah. Saat perintah "Iqra" pertama kali turun, Al-Quran dalam bentuk teks belum lengkap, menunjukkan bahwa Allah meminta manusia merenungi petunjuk-Nya secara menyeluruh (kaffah).
@JayJay-vi1ug
Ga usah repot2 baca kitab kalo anda tidak "hafal" atau tidak tau arti kata Iqro, silahkan gunakan Mbah Goggle untuk mencari tau, selamat membaca👍
*setelah anda bisa menjabarkan arti kata Iqro modal baca Google, boleh anda komentar lagi di sini dan kita akan masuk ke pembahasan apa itu makna kata "baca" dan "bacalah"
kalau ada kondisi "perang dan kehancuran dunia yg menyebabkan hilangnya kitab/perpustakaan di seluruh dunia " bagaimana cara memvalidasi hapalan si penghapal ?
tidak mungkin menggunakan versi mayoritas yg benar , karena bisa jadi mayoritas salah dan minoritas benar
, atau keduanya salah
@foxeverfox tidak ada versi di dlam alquran maupun hafalannya
Argumen Anda cukup bagus bang tapi izinkan saya menyanggah argumen Anda dgn beberapa hal berikut ini tapi sebelum itu saya tegaskan sekali lagi ini adalah tulisan saya bukan dari AI:
Argumen Anda tersebut menurut sy memang berusaha membela pentingnya menghafal Al-Qur'an di zaman modern dgn menggunakan konsep desentralisasi, blockchain, network science, game theory, dan teori lainnya. Walaupun Anda bilang tdk membahas bahwa Al-Qur'an itu benar atau tidaknya dll, tp Intinya, Anda berpendapat bahwa penghafal Al-Qur'an adlh validator yg memastikan keaslian teks tetap terjaga.
Saya akan membedah argumen Anda satu per satu, lalu menjelaskan apakah argumen ini valid atau memiliki kelemahan dibandingkan dengan pandangan Kumaila.
1. Argumen Blockchain dan Desentralisasi
Inti argumen Anda:
• Hafalan Al-Qur'an berfungsi seperti sistem blockchain, di mana banyak penghafal berperan sebagai validator.
• Jika ada kesalahan dalam teks tertulis, para penghafal bisa membantu memperbaikinya.
• Ini mencegah manipulasi atau perubahan Al-Qur'an.
Bantahan Saya:
Konsep blockchain bekerja karena adanya sistem matematis yg menjamin integritas data. Dalam blockchain, setiap transaksi divalidasi oleh algoritma dan tdk bisa diubah tanpa terdeteksi. Lalu hafalan manusia bukan sistem matematis yg objektif-orang bisa lupa, salah mengingat, atau bahkan memiliki variasi hafalan yg berbeda.
Bahkan ada beberapa riwayat dalam Islam yg menyebutkan adanya perbedaan dlm hafalan Al-Qur'an di masa awal, sebelum diseragamkan oleh Utsman bin Affan melalui satu mushaf resmi. Artinya, mengandalkan hafalan saja bukanlah metode yang sempurna untuk menjaga keaslian teks.
Kelemahan argumen Anda:
Anda melupakan bahwa hafalan manusia tdk setara dgn sistem blockchain yg berbasis matematika. Keandalan blockchain ada pd kriptografi, sedangkan hafalan manusia rentan terhadap kesalahan.
2. Argumen Network Science (Jaringan Hafalan)
Inti argumen Anda:
• Jika banyak org menghafal Al-Qur'an, maka jika ada kesalahan dlm penulisan atau bacaan, mereka bisa memperbaikinya.
• Jika jumlah penghafal berkurang, maka risiko kesalahan atau perubahan teks akan meningkat.
Bantahan Saya:
Secara historis, teks Al-Qur'an sdh dibukukan sejak zaman Utsman bin Affan dan dijaga melalui salinan tertulis. Keandalan teks tertulis jauh lebih tinggi dibanding hafalan manusia, karena teks bisa dicek ulang kapan saja tanpa terpengaruh oleh faktor ingatan manusia.
Teknologi modern (misalnya database digital, AI, dan penyimpanan cloud) jauh lebih akurat dalam menjaga teks Al-Qur'an dibandingkan mengandalkan hafalan manusia. Jika seseorang lupa ayat Al-Qur'an, dia bisa langsung membuka mushaf atau aplikasi dan mendapatkan teks yang benar.
Kelemahan argumen Anda:
Anda disini seolah tak mengindahkan zaman jika tolak ukur anda penghafal bisa sbg "validator" maka dengan adanya teknologi modern, fungsi penghafal sebagai "validator" sdh tdk sepenting dulu. Bahkan, teks tertulis dan digital jauh lebih dpt diandalkan dibandingkan hafalan manusia yang bisa salah atau lupa.
3. Argumen Game Theory dan Information Gain
Inti argumen Anda:
• Dengan banyaknya penghafal Al-Qur'an, akan ada sistem "check and balance" yang mencegah penyimpangan.
• Jika penghafal Al-Qur'an berkurang, maka orang-orang bisa lebih mudah memanipulasi teks.
Bantahan Saya:
Hafalan manusia bukan metode utama utk menjaga teks keagamaan. Sejarah menunjukkan bahwa banyak kitab suci lain jg bertahan tanpa bergantung pada hafalan, melainkan melalui manuskrip tertulis. Game theory lebih relevan dlm konteks ekonomi dan strategi sosial, tetapi kurang tepat jika diterapkan pada metode pelestarian teks.
Kelemahan argumen Anda:
Argumen Anda mengabaikan fakta bahwa teks tertulis lebih dapat diandalkan daripada hafalan manusia. Manuskrip tertulis, bukan hafalan, yang telah menjaga keaslian Al-Qur'an sejak dahulu.
Menurut saya Bang, argumen dari Kumaila lebih rasional karena melihat perubahan zaman dan teknologi. Anda menggunakan analogi yg kurang relevan. Blockchain dan network science tdk bisa disamakan dengan hafalan manusia yg subjektif. Relevansi hafalan di zaman modern memang menurun. Jika dulu hafalan diperlukan karena keterbatasan teknologi, sekarang kita punya mushaf tertulis dan digital yang jauh lebih akurat.
Jadi kesimpulan dari argumen sy adalah bahwa menghafal Al-Qur'an tetap memiliki nilai religius, tetapi bukan lagi metode utama utk menjaga keasliannya. Di era digital, memahami isi Al-Qur'an jauh lebih penting daripada sekadar menghafalnya.
Dan yang menuduh-nuduh bahwa tulisan ini adalah AI, bagaimana bisa Anda semua tak memakai logika? Pelajaran tentang tata bahasa Indonesia terutama tentang penulisan sudah Anda lupakan kah? Hanya karena tulisan saya yang dibuat dengan terstruktur dan rapi bukan berarti saya memakai AI, mungkin ada di luar sana yg menggunakan AI tapi bukan berarti semua orang yang menulis dengan struktur dan gaya penulisan yg rapi hasil dari AI.
Sekian dan terimakasih.
(Edited karena banyak orang yg tak bisa berargumentasi menuduh saya pakai AI)
Maaf kawan
Hanya ingin tau tentang
(Sejarah menunjukkan bahwa banyak kitab suci lain jg bertahan tanpa bergantung pada hafalan)
Itu kitab suci apa
Apakah masih orijian kitab suci tersebut
@johanali4724 It's ok juga kawan, malah sy senang jika ada yg bertanya, sy akan jelaskan sedetail mungkin pd Anda sebisa saya ya sekaligus menjelaskan sedikit tentang hafalan.
Menurut sy org² yg beranggapan bahwa tdk ada kitab suci yg asli selain Al-Qur'an karena hanya Al-Qur'an yg dihafal, menurut sy ada beberapa kekeliruan dlm pola pikir seperti itu karena bertentangan dgn bukti sains dan sejarah. Berikut penjelasan selengkapnya:
1. Hafalan Tidak Menjamin Keaslian, Bukti Manuskrip Lebih Kuat
Berdasarkan penelitian filologi dan paleografi, keaslian suatu teks ditentukan oleh bukti manuskrip tertulis, bukan sekadar hafalan. Hafalan bisa mengalami kesalahan karena keterbatasan ingatan manusia, sedangkan manuskrip memungkinkan analisis akademis utk membandingkan berbagai versi dan menentukan mana yg paling mendekati teks asli.
Fakta sejarah:
Al-Qur'an sendiri awalnya tdk hanya dihafal, tetapi juga ditulis pd berbagai media seperti tulang, batu, dan pelepah kurma. Dalam sejarah Islam, terjadi beberapa perbedaan bacaan (qira'at) sebelum Utsman bin Affan menyusun satu versi resmi. Bahkan hingga sekarang, terdapat variasi bacaan dalam beberapa qira'at yg diwariskan melalui hafalan.
Jika hafalan saja cukup utk menjaga keaslian, mengapa perlu ada kodifikasi tertulis seperti mushaf Utsmani? Ini menunjukkan bahwa teks tertulis lebih bisa diandalkan utk melestarikan keaslian suatu kitab.
2. Banyak Kitab Suci Lain yang Keasliannya Terjaga Tanpa Hafalan Massal
Seperti hal yg Anda tanyakan pd sy, kitab suci mana yg masih original pd kenyataannya kitab-kitab lain juga memiliki ribuan manuskrip kuno yg mendukung keasliannya dan ini berlandaskan bukti sains dan sejarah bukan hanya doktrin semata.
Contoh kitab-kitab yang keasliannya terjaga melalui manuskrip tertulis:
• Veda (Hindu): Dihafal oleh para Brahmana, tetapi juga didokumentasikan dalam ribuan manuskrip kuno di berbagai perpustakaan di India dan dunia.
• Tripitaka (Buddha): Memiliki ribuan manuskrip yang berasal dari berbagai zaman dan bahasa, seperti Pali, Sanskerta, dan Tionghoa.
• Perjanjian Baru (Kristen): Memiliki lebih dari 5.800 manuskrip Yunani kuno, lebih banyak dibandingkan teks kuno lain dalam sejarah.
• Taurat (Yahudi): Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls) yang ditemukan di Qumran menunjukkan bahwa teks Taurat sangat konsisten dengan versi modern meskipun telah berusia lebih dari 2.000 tahun.
Jika keaslian kitab hanya bisa dijaga dengan hafalan, mengapa kitab-kitab ini tetap memiliki versi yg hampir sama dengan manuskrip kuno mereka? Ini membuktikan bahwa manuskrip juga efektif dalam menjaga keaslian teks.
3. Hafalan Tidak Mencegah Terjadinya Perbedaan Bacaan
Penelitian akademik oleh Dr. Shady Hekmat Nasser dan ilmuwan lain menunjukkan bahwa variasi qira'at tdk hanya muncul karena cara pengucapan, tetapi juga karena perbedaan dalam manuskrip awal. Pada masa khalifah Utsman bin Affan, mushaf-mushaf dengan bacaan berbeda dibakar utk menyeragamkan bacaan Al-Qur'an. Jika hafalan sudah cukup utk menjaga keaslian, mengapa ada perbedaan qira'at yang cukup signifikan?
Hafalan tidak menjamin keaslian absolut karena variasi bacaan tetap muncul dalam tradisi Islam sendiri.
4. Hafalan Dapat Terjadi Distorsi Seiring Waktu
Dalam studi psikologi kognitif, manusia diketahui rentan terhadap "memory distortion" atau penyimpangan ingatan. Penelitian menunjukkan bahwa semakin lama suatu informasi dihafalkan tanpa dokumentasi tertulis yang kuat, semakin besar kemungkinan terjadi perbedaan kecil yang berkembang menjadi variasi yang lebih besar.
Contoh nyata:
Dalam tradisi lisan banyak masyarakat, cerita atau legenda berubah dari generasi ke generasi.
Dalam sejarah Islam, sebelum kodifikasi Al-Qur'an, terdapat beberapa sahabat yang memiliki catatan atau bacaan yang berbeda.
Jadi jika hanya mengandalkan hafalan, kemungkinan distorsi akan lebih besar dibandingkan jika ada dokumentasi tertulis yang kuat.
Semoga membantu ya menjawab pertanyaan Anda.
@@AR-ts6uyIzinkan ai membantah pernyataan anda saya tidak mau berhalusinasi merasa cerdas padahal jawaban jiplak dari ai🤭
Saya menghargai usaha Anda dalam menjelaskan ini, tapi ada beberapa poin yang perlu saya bantah karena menurut saya ada beberapa kesalahan dalam logika yang Anda pakai.
1. Hafalan dalam Islam Memiliki Sistem yang Kuat dan Teruji
Anda mengatakan bahwa hafalan tidak menjamin keaslian dan lebih mengandalkan manuskrip tertulis. Tapi kalau kita lihat, sistem hafalan dalam Islam itu bukan sekadar menghafal sendiri-sendiri, melainkan ada metode yang sangat ketat.
Al-Qur'an dihafal oleh jutaan orang dari berbagai generasi. Jika ada satu orang saja yang salah, akan langsung dikoreksi oleh hafiz lainnya.
Hafalan Al-Qur'an tidak berdiri sendiri, tetapi dikonfirmasi dengan sanad yang jelas dan sistem pengajaran berguru langsung.
Bahkan sampai sekarang, jika kita bandingkan Al-Qur'an yang dihafal oleh orang di Indonesia dengan yang di Timur Tengah atau Afrika, hasilnya tetap sama.
Kalau hafalan itu rentan berubah seperti yang Anda bilang, seharusnya sudah banyak versi Al-Qur'an yang berbeda. Faktanya? Tidak ada satu huruf pun yang berubah.
2. Banyaknya Manuskrip Tidak Berarti Keasliannya Terjaga
Anda menyebut bahwa keaslian kitab lebih kuat jika didukung oleh manuskrip. Tapi yang perlu dipahami, banyaknya manuskrip bukan berarti teksnya tetap sama dengan aslinya.
Perjanjian Baru memiliki ribuan manuskrip, tapi isinya penuh dengan perbedaan dan perubahan teks. Bahkan para ahli Kristen sendiri mengakui ini.
Tripitaka dalam Buddhisme punya banyak versi berbeda dalam berbagai bahasa. Jadi, versi mana yang dianggap asli?
Veda juga mengalami perubahan dari generasi ke generasi. Tidak semua bagian yang asli masih ada sekarang.
Taurat memang memiliki Gulungan Laut Mati, tapi itu pun tetap memiliki perbedaan dengan versi Taurat yang ada sekarang.
Jadi, kalau banyaknya manuskrip dijadikan ukuran keaslian, kenapa kitab-kitab ini tetap memiliki banyak versi yang berbeda?
3. Al-Qur'an Tidak Mengalami Perubahan, Berbeda dengan Kitab Lain
Anda menyebut bahwa kalau hanya mengandalkan hafalan, maka akan terjadi perubahan seiring waktu. Tapi kenyataannya, hafalan Al-Qur'an justru lebih kuat dibanding manuskrip tertulis.
Tidak ada bukti satu pun bahwa Al-Qur'an mengalami perubahan dari zaman Nabi hingga sekarang.
Bahkan sejak zaman Utsman bin Affan, mushaf yang disebarluaskan tetap sama dengan yang dihafal oleh umat Islam.
Manuskrip tertulis hanyalah pendukung. Hafalanlah yang menjadi jaminan utama keaslian.
Sebaliknya, kitab-kitab lain justru mengalami perubahan karena tidak ada sistem hafalan massal yang ketat seperti dalam Islam.
Kesimpulan
Menurut saya, argumen yang Anda buat kurang kuat karena:
Hafalan dalam Islam tidak sama dengan hafalan biasa, tetapi memiliki sistem yang ketat dan terbukti terjaga selama 1400 tahun.
Banyaknya manuskrip tidak menjamin keaslian, karena banyak kitab lain yang memiliki banyak manuskrip tetapi tetap mengalami perubahan.
Al-Qur'an tetap identik dari zaman Nabi Muhammad sampai sekarang, tanpa perubahan satu huruf pun.
Jadi, klaim bahwa hanya manuskrip yang bisa menjaga keaslian kitab menurut saya kurang tepat. Al-Qur'an adalah satu-satunya kitab suci yang terjaga dengan cara yang unik, yaitu melalui hafalan massal yang tidak bisa ditemukan dalam tradisi lain.
Sekarang, AI akan memberikan bantahan dengan gaya tulisan yang lebih ilmiah. 😉🤣🤣
saya menghargai pendapat Anda, tetapi ada beberapa kekeliruan dalam argumen yang Anda ajukan. Saya akan menjelaskan secara ilmiah mengapa hafalan justru menjadi faktor utama dalam menjaga keaslian Al-Qur'an, serta mengapa banyaknya manuskrip bukan jaminan keaslian suatu teks.
1. Hafalan dalam Islam adalah Sistem yang Terbukti Ilmiah dan Efektif
Anda menyebutkan bahwa hafalan tidak bisa menjamin keaslian karena keterbatasan ingatan manusia. Namun, ini mengabaikan fakta ilmiah tentang memori kolektif dan sistem penghafalan yang digunakan dalam Islam.
Penelitian dalam psikologi kognitif menunjukkan bahwa memori kolektif jauh lebih akurat daripada memori individu (Roediger & McDermott, 1995). Hafalan Al-Qur'an dilakukan secara kolektif dan diverifikasi dari generasi ke generasi, bukan sekadar hafalan pribadi yang rentan berubah.
Metode tahfidz dan talaqqi dalam Islam memungkinkan penghafal untuk selalu diuji dan dikoreksi oleh guru dengan sanad yang jelas hingga Nabi Muhammad. Ini bukan sekadar hafalan biasa, tetapi sistem hafalan yang terstruktur dengan verifikasi berlapis.
Fakta sejarah mendukung ini - jika hafalan itu rentan berubah, seharusnya ada banyak versi berbeda dari Al-Qur'an di seluruh dunia. Namun, faktanya, baik dalam hafalan maupun teks cetak, Al-Qur'an tetap sama di semua negara Muslim.
2. Banyaknya Manuskrip Justru Menunjukkan Adanya Perubahan, Bukan Keaslian
Anda mengatakan bahwa kitab suci lain juga memiliki ribuan manuskrip yang mendukung keasliannya. Tetapi dalam studi filologi dan paleografi, banyaknya manuskrip justru sering menunjukkan adanya perubahan teks dari waktu ke waktu.
Perjanjian Baru (Kristen) memiliki lebih dari 5.800 manuskrip Yunani kuno, tetapi tidak ada dua manuskrip yang benar-benar identik (Bart Ehrman, Misquoting Jesus, 2005). Ada lebih dari 400.000 perbedaan teks di antara manuskrip ini.
Tripitaka (Buddhisme) memiliki berbagai versi dalam bahasa Pali, Sanskerta, dan Tionghoa, masing-masing dengan perbedaan isi dan struktur.
Taurat (Yahudi) memang memiliki Gulungan Laut Mati, tetapi tetap ditemukan variasi teks antara gulungan kuno dan versi modern, membuktikan adanya perubahan selama berabad-abad.
Sebaliknya, Al-Qur'an tetap sama sejak diturunkan, baik dalam bentuk hafalan maupun teks tertulis. Jadi, justru manuskrip bukan jaminan keaslian jika isinya tidak konsisten.
3. Hafalan Al-Qur'an Tidak Rentan Terhadap Distorsi Seperti Tradisi Lisan Lainnya
Anda membandingkan hafalan Al-Qur'an dengan tradisi lisan masyarakat yang sering berubah seiring waktu. Namun, ini adalah perbandingan yang tidak tepat karena:
Memori kolektif lebih stabil daripada memori individu. Dalam Islam, penghafalan Al-Qur'an dilakukan oleh jutaan orang di seluruh dunia, yang berarti jika ada satu orang melakukan kesalahan, itu langsung dikoreksi oleh hafiz lainnya.
Struktur linguistik Al-Qur'an memudahkan hafalan - pola rima dan pengulangan ayat dalam Al-Qur'an dirancang sedemikian rupa sehingga lebih mudah dihafal dan sulit mengalami perubahan.
Jika hafalan memang rentan berubah, seharusnya ada versi-versi berbeda dari Al-Qur'an yang tersebar di dunia. Tetapi faktanya, tidak ada perbedaan dalam isi teksnya.
4. Kodifikasi Mushaf Utsmani Justru Menguatkan Keasliannya, Bukan Melemahkannya
Anda menyebut bahwa kodifikasi Al-Qur'an oleh Utsman bin Affan menunjukkan bahwa hafalan tidak cukup untuk menjaga keasliannya. Ini adalah pemahaman yang kurang tepat.
Kodifikasi dilakukan untuk menyeragamkan dialek, bukan untuk memperbaiki isi teks.
Pada masa itu, umat Islam berasal dari berbagai suku dengan dialek yang berbeda. Untuk mencegah kesalahpahaman dalam pengucapan, mushaf standar dibuat dengan dialek Quraisy (bahasa asli Nabi Muhammad).
Namun, isi teksnya tetap sama dan dikonfirmasi oleh para sahabat yang menghafal Al-Qur'an secara langsung dari Nabi.
Para sahabat setuju dengan kodifikasi ini, termasuk para hafiz senior seperti Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Mas’ud. Jika ada perubahan dalam isi, tentu mereka akan menolaknya, tetapi faktanya mereka mendukung keputusan tersebut.
Kesimpulan
Dari sudut pandang ilmiah dan historis, ada beberapa kelemahan dalam argumen yang Anda ajukan:
Hafalan dalam Islam bukan hafalan biasa, tetapi berbasis metode ilmiah yang terbukti dalam studi psikologi kognitif dan memori kolektif.
Banyaknya manuskrip dalam kitab lain justru menunjukkan adanya perubahan teks, bukan keasliannya.
Hafalan Al-Qur'an tidak mengalami distorsi seperti tradisi lisan lainnya, karena memiliki sistem verifikasi ketat.
Kodifikasi mushaf Utsmani bukan bukti perubahan teks, tetapi hanya standarisasi dialek untuk menjaga keseragaman bacaan.
Jadi, jika kita berbicara berdasarkan sains dan sejarah, Al-Qur'an adalah satu-satunya kitab suci yang keasliannya tetap terjaga dengan kombinasi hafalan massal dan verifikasi tertulis yang ketat, sesuatu yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab lain.
selain lewat hafalan yang menjadi validasi , al quran itu punya rumus2 ilmunya tersendiri , contohnya kaya ilmu nahwu shorof . .
guru ngaji gua itu bukan penghafal al Quran , tapi dia bisa ngajarin baca al quran 4 orang sekaligus , ketika ada 1 orang salah baca ayat dia langsung tau walaupun ga liat , karna secara nahwu shorofnya ga sesuai
Coba aja dibikin penelitiannya, Lebih efisien mana untuk menjaga data tetap utuh? pakai teknologi atau pakai memori manusia?
Berapa rupiah sumber daya yang dibutukan untuk menjaga suatu data tetap utuh dalam memori manusia? Berapa rupiah, sumber daya yang dibutukan untuk membangun sistem desentralisasi data dengan tujuan menjaga keaslian data?
Ga harus milih bang, bisa berjalan keduanya
alquran dari dulu, pastinya ditujukan untuk segala jaman, jaman kita ada teknologi, gak tau juga kan masa depan internet bakal terus ada apa gak, bisa jadi perang dunia 3 internet jadi putus, tau sendiri kemarin aja kapal rusia di cegat karena dicurigai bakal putus kabel bawah laut. data2 internet semua benar, bisa jadi ada tujuan manupulasi, kayaknya ada jargon sejarah di tulis oleh pemenang, artinya data gak cuman sekedar data, kadang ada kepentingan.
argumennya masi relevankah penghafal dijaman sekarang, udah terbukti masih relevan, gaada yg bilang juga kalo teknologi engga bisa ngejaga catatannya tetap utuh, keduanya bisa berjalan, tapi dengan banyak model yg dipake buat menguji yg ada divideo terbukti kalo menggunakan memori manusia yg ada dari dulu sampe sekarang ya datanya tetep terjaga sampe hari ini, poin video ini ya ngetest apa argumen yg diutarakan kumaila itu valid atau engga
Saya tidak memilih, tapi membandingkan.
Pertanyaannya penghafal sama catatan mushaf lebih dipercaya mana? Dalam perjalannya kan banyak model qiro'ah. Hafalan tanpa catatan, memunculkan diatorsi. Sejak zaman Utsman, kan sudah ditulis
Dari awal disebut banyak penghafal al-Qur'an yang hafalannya ga sempurna, lupa, dll. Ini kan juga masalah
Menurutku, karena sudah ada lembaga tashih, banyak mushaf beredar yang sudah ditashih, ya kalo ga cerdas di atas rata-rata, atau tidak bercita-cita jadi ahli tafsir, dan sejenisnya mungkin ga perlu hafal 30 juz, toh akan lupa karena kesibukan,
"Al Qur'an itu enggak dijaga lewat manuskrip tapi lewat hafalan", "Diwariskan tanpa putus".
Gils, dalem dan rinci banget pembahasan ini. semangat bang! di tunggu video bermanfaat lainnya.
Good arguments bang
Cuman argumen kumaila juga logis kok, sekarang ada teknologi yang membedakan jaman dulu
Divideo juga dibahas kalau semakin banyak data yang sama/sesuai, semakin kecil entropy yang dihasilkan
Ibarat kata kl dulu ada 100 penghafal, sekarang ada 50 penghafal + 50 teks/data computer, itu anggep aja nilainya sama, lebih banyak lebih baik
Lagipula ada yang dinamakan verifikasi, dimana jika data dipertanyakan kebenarannya, maka bisa dilakukan verifikasi, misal, Al-Quran terbitan A tahun 2008 sudah terverifikasi oleh penghafal, maka Al-Quran tersebut bisa dijadikan acuan, kemudian pada tahun 2020 ada orang yang ingin men-verifikasi Al-Quran terbitan B, salah satu caranya bisa dengan Al-Quran terbitan A tahun 2008 karena sudah terverifikasi, yang tentu saja ada resiko teks bisa rusak, hilang dll
Dan dengan hal tersebut maka Al-Quran terbitan B tahun 2020 bisa dijadikan acuan untuk verifikasi Al-Quran di masa mendatang
Dan jangan lupa pertanyakan juga ingatan manusia, seberapa kuat ingatan bisa diuji, dengan memory yang punya emosi nafsu dll, akan semakin susah memory akan statis dikarenakan keterbatasan otak manusia, maka diharuskan pengujian dan pengulangan hafalan tiap waktu, lalu bandingkan dengan teks dan data digital yang sedemikian rupa, sehingga sepertinya dalam hal tersebut memory otak akan kalah jika dibandingkan dengan data digital, yang tentu saja punya resikonya sendiri seperti data corrupt, hilang dll, yang bisa diakali dengan back-up data
Jadi kl bilang hafalan penting untuk menjaga isi, sepertinya sekarang kurang relevan karena ada banyak pilihan lain yang tidak mengharuskan untuk menghafal, cuman kalau bisa dan mau menghafal akan menambah metode verifikasi
sama aja ujung2nya yang dijelasin tadi, dua metode yang sebenernya bisa dipake secara bersamaan, bukan berarti salah satunya tidak.
jadi apakah relevan, intinya ya menghafal tetep relevan diera digital ini. bahkan lebih baik.
@@AlamulHudaAlMuzakkyPBA lebih baik tidak menjadikan relevan, baca komen saya diakhir, udah banyak metode, menghafal Salah satu, tentu saja lebih banyak metode lebih baik dengan kelebihan Dan kekurangan Dari tiap2 metode
Menurut gw teknologi itu bagusnya sebagai alat bantu aja atau tambahan dalam menjaga keaslian isi, penghafal itu sangat penting dan ini ga akan mungkin hilang, dalam segi agama ini sangat baik (Berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda "Penghafal Al-Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian akan berkata, 'Ya Tuhanku, berikan lah perhiasan (kepada orang yang membaca al-Quran'), kemudian orang itu dipakaikan mahkota karomah (kemuliaan).), dalam hal ilmiah ini juga metode yang bagus.
"Jadi kl bilang hafalan penting untuk menjaga isi, sepertinya sekarang kurang relevan karena ada banyak pilihan lain yang tidak mengharuskan untuk menghafal".
pernyataan ini sudah dijawab di video. tlng disimak kembali ka
@@ALINURIndonesia apakah dengan saya punya argumen sendiri berarti saya tidak menyimak yang ada di video?
Itu hanya opini saya, toh di video juga tidak menjelaskan bagaimana otak manusia Dan bagaimana teknologi digital saat ini, Masih banyak ruang buat berdiskusi
Apakah saya memaksakan anda sependapat dengan saya?
Jawabannya tidak
Wah ilmu baru lagi
Thanks bng semoga di beri kesehatan sama yg maha Kuasa
Semoga Kumaila dan Armando melihat video ini
argumenya mantap sekali namun sedikit keluar konteks, kumaila bilang hafalan tidak relevan "di zaman sekarang". namun anda beragumen pentingnya hafalan dari zaman dahulu
😂😂😂😂
Lah, argumen ini justru menunjukkan relevansi penghafal Al-Quran sepanjang masa. Soalnya penghafal Al-Qur'an tidak hanya tebtang memahami saja. Tapi menjaga otentikasi Al-Qur'an itu sendiri.
Gimana sih?
Hehehe, kalau nggak hafal, gimana salatnya? Masa mau salat nyontek Google dulu?
Ini konten mas nya muter kemana mana dari satu analogi di analogiin lagi analogi pake analogi lagi ntah apa yang dibahas jadi mas,
Ntah mas nya super jenius atau cerdas tak terbatas.
Tapi liat konten nya bikin saya punyeng.yah maklum lah
Kaya yang mas nya bilang tentang sentralisasi cara kerja whatsup,pesan nya tidak sampai yang sampai di saya ini penjelasan sangat super ilmiah sampai hasil kesimpulan nya gatau yang mana.
Meskipun penjelasan nya panjang lebar tapi cukup detail,
Terimakasih bang sudah menambah wawasan
Saya nangis bang, dengerin podcastnya, mantapp banget, makasih bang
Mirip Sule andre,
Nangis pas denger lagu barat,
Pas ditanya kenapa.?
Rupanya nangis karna gak ngerti bahasa inggris.,
😂@@kharismaanwar1546
Analogi blockchain untuk menjaga kesahian Qur'an dengan menciptakan banyak penghafal Qur'an. Ya udah masukin aja Qur'an ke blockchain, malah jadi argumen gak perlu penghafal Qur'an. Kan mantap tuh, konsensual, anti pikun. Analogi yang gak bagus.
Jika hafalan di otak diganti dengan menyimpan salinan atau bacaan allquran yg dipastikan benar ke dlam media penyimpanan seperti memory card, flasdisk, hardisk, cd, dsb, akan lebih efektif lagi untuk menjaga kemurnian alquran, media penyimpanan seperti itu jauh lebih baik daripada hafalan yg jjka tdk diulang2 sering lupa, penyalinan jg perlu waktu yg sangat singkat kurang dari 1 menit, bandingkan jika menghafal perlu waktu tahunan dan hanya orang2 tertentu yg bisa melakukannya, ini jg berlaku dgn ilmu sain yg telah admin jelaskan jika bnyajk muslim melakukan penyalinan ke dalam media penyimpanan tersebut
Bener bro.
Lebih sangkil dan mangkus. (Efesient dan Efektif)
kenapa banyak orang menghapal Al-Qur'an,, itulah cara Allah menjaga Al-Qur'an,, disinilah Existensi Allah
Keren bang penjelasannya
Dagingnya enak, empuk, dan mudah di kunyah, wagyu A5 mah lewat, terima kasih mas
Y, intinya keamanan ganda ini merupakan solusi efektif karena penyimpanan di media saja ternyata tidak cukup aman, sehingga dibuatlah sistem keamanan lapis dua yang terbukti lebih aman. Namun, di sisi lain, keamanan yang sangat ketat ini membuat kurcaci merasa tidak nyaman dan mulai mencari cara untuk melepaskan keamanan lapis dua ini
Yah gk penting lah menghafal, gk hafal juga gk kenpa2, masih hidup seperti biasa.. coba kamu gk makan? ini teori sains juga loh.. 🤣
Paham suatu hal itu lebih penting daripada hafal.
Hafal itu cuma menyimpan informasi
Sedangkan paham, itu bukan hanya menyimpan tapi menggali, mencerna, informasi itu.
Jadi hafal quran itu emang gak ada gunanya.
Cuma nguras energi otak doank
Agak cocoklogi sih, yg bagian teori blockchain ada benarnya tapiiiii kan sekarang jaman udaj canggih, tinggal dibukukan atau simpan didalam soft file beres. Ga peelu hafal2 lagi kalo tujuannya buat validasi saja. Untuk keamanan kitab misalnya, kan bisa diversifikasi.taruh di server, bikin cetakan, soft file, atau ledger.
Ketika Quran sekedar menjadi hafalan maka tidak ada terjadi problem. Tapi di level berikutnya (kajian) banyak terjadi perbedaan2 pendapat yang seharusnya memudahkan malah jadi mempersulit dan memecah menjadi kelompok2. Dalam blockchain tentu tidak terjadi perbedaan antara komputer satu ke komputer lainnya. Mereka menyimpan memori tanpa ada campur tangan mesin untuk mengkaji.. (Sekedar opini saja).
Nggk nyesel subscribe channel ini
Iya gw setuju satu satunya cara yang bisa membuat alquran salah adalah salah dari awal penghafal dan pencatatannya.
Sejauh ini,ini yg pling niat😊😊,,,
Seiring perkembangan zaman, manusia cenderung pakai media yg semakin rapuh utk menulis. Dulu orang mencatat pake batu (prasasti) yg sampe sekarang bisa dibaca. Makin modern, manusia pake media lain yg rapuh kaya' daun lontar, kulit kayu, kulit hewan, kertas & alat2x digital. Makin modern sebenernya catatan makin mudah rusak, hilang dan lain2x. So, hafalan Quran sepertinya masih relevan dilakukan manusia modern
Thesis dan Anti Thesis... Harus selalu begini, agar biar jadi smart people.. terimakasih bang
Keren masya Alloh, barokallahu fiik, bang 🙏
Kita butuh orang seperti Terserah Sains dan Youbaks.
kami juga butuh orang seperti anda
Youbaks mah sampah argumennya. Kebanyakan cengengesan
Teori blockchain gabisa dipake bang untuk mendukung penghapal alquran. Argumennya, kan Alquran nya udah ditulis 😄
Asumsi nya, yang gak hapal alquran pun jadi bisa koreksi. Karena pengkoreksi tinggal cek ke mushaf2 alquran yang udah ditulis sebelumnya 😁
Karena begitu juga kan teknologi blockchain.
Ga ada "orang" yg "menghapal blockchain", manusia "menyimpan" itu bukan di memori pribadinya lagi.. kan udah serahin semua itu ke "barang".
Yaa sama Alquran dong, hapalan manusia udah "diserahin" ke kertas mushaf alquran 😆
Justru argumen blockchain, membuktikan kalau manusia gak penting lagi hapalin Quran 😄
setuju,,apa lagi jumlah alquran yg sdah diproduksi sangat sangat banyak ada diseluruh dunia katakanlah alquran yg ada di arab terkena musibah dan habis total alias 0 kan masih ada alquran di negara2 lain
@@inuleonheart5519 gimana solusinya Kak misalkan terjadi konspirasi khusus melenyapkan semua teks Quran, kertas maupun internet? atau ada bencana alam yg merusak semua perangkat elektronik dan tulisan?
@@johnlennon3724 emg umat muslim diam klw itu terjadi?? klw soal bencana alam brrti itu sgt dahsyat sampai pergkat elktronikpun rusak manusia pghafal pun bisa punah ya klw manusia punah tak ada lagi agama,,,jujur sypun senang manusia tak ada artinya perang,pembunuhan,perampokan,pemerkosaan,pnderitaan tak ada lagi
Ya itu omongan mu sendiri sudah membantah . Di paragraf ketiga bilang kalo "ga ada orang yang menghafal blockchain. Dan paragraf ke 4 hafalan manusia diserahin ke barang. Yaitu kertas, buku, tulisan atau internet ". Iya. Emang bener kalo orang yg ga hafal pun bisa mengoreksi.
Makanya balik lagi. Kita harus hafal. Semakin banyak hafalan, semakin banyak orang yang menjadi capable, dan layak untuk mengoreksi. Kalo yg mengoreksinya aja butuh teks. Berarti daei awal dia ga layak. Karena ga hafal.. Jadi kalaupun yg liat internet atau tulisan itu salah. Masih banyak orang lain nya yg menyimpan di kepala mereka
@rendifisabilillahdabongkac7353 seriusan bang,, ga ada orang yang menghapal blockchain itu fakta.
Dan untuk mengkonfirmasi jual beli di dalam blockchain, tidak membutuhkan verifikasi dari hapalan manusia..
Verifikasi didalam "blockchain".., itu gak ada satupun manusia yang faham 😆
Untuk menghilangkan rekayasa2 dan kepentingan manusia..
Semuanya diserahkan ke robot..
Pada komputer.. komputer siapa?
Komputernya orang2 yang "nambang" bitcoin 😆😁🤣
Pelajarannya kalo mau ambil dari blockchain:
Serahkan semua naskah2 alquran ke komputer.
Biar yang verifikasi nanti komputer,,
Hilangkan campur tangan manusia..
Gitu.. 😁
Alqur'an tetap otentik karena budaya hafalan dari generasi ke generasi. Sampai kapanpun penghafal ini akan tetap ada. Adanya teknologi menggampangkan kaum awam seperti saya dan mayoritas anda-anda yg komenini untuk belajar dan tak perlu menghafal.
Sepertinya banyak komentar yg meremehkan penghapal alquran, tapi tidak mau mengakui cuma di agama Islam yg punya metode menjaga keaslian kitab sucinya dan akan tetap dibutuhkan pada zaman apapun krn umat Islam beribadah dengan menghapal ayat2 alquran
GK penting
@@IanNay025oten panas njir 😢
Q pakai teori NU dan para ahli hadits yg lain yaitu :Assawaadul a'dzom dan mutawattiroh. Semakin banyak orang berminat menghapal bukan karena mainset berpikir untuk memahami agama berubah tp kebutuhan penyeimbangan seiring jumlah populasi muslim yg bertambah.
Di dalam JQH(jamiyyah qurro' wal huffadz) sendiri tercatat ada satu jutaan orang yg hafal quran artinya setiap desa di indonesia di jaga minimal rata 7 penghafal alqur'an
ini penjelasan yang logis dan ilmiah dibanding logika kumaila yang tergopoh-gopoh dalam mengambil kesimpulan tentang pentingnya menghafal al qur'an. Sebenarnya akar masalah logical fallacy kumaila adalah keinginannya yang kuat untuk dipandang berbeda dan ingin terlihat lebih cerdas dikalangan kaum tradisional. Satu kata untuk video ini MANTABS❤ cerdas cerdas cerdas. Kumailarmando jadi tampak dungu setelah menyimak video ini.👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Dari segi filsafat kedua org itu cenderung penganut positivis dgn paradigma realisme empiris yg berakar dari empirisisme. Posisi filsafat ini bisa diproblematisir karena mengidentikkan Ada dengan Fenomena tampak (terinderai). Dlm ilmu sosial, ontologi mereka adalah tindakan rasional individu, yg seyogianya menghargai perbedaan bahkan merayakannya. Masalahnya, ketika membicarakan Islam, mereka menginginkan keseragaman, dlm bingkai nusantara tentunya. Akan sangat berbeda ketika mereka membicarakan komunitas lain, penghayatan pengalaman individu yg terdalam akan sgt mereka hargai. Pdhal secara filosofis, fundamentalisme agama, pasar dan nasion adalah konsekuensi logis dari individualisme metodologis yg mereka gunakan. Untuk kedua orang itu saya cuma bisa tertawa saja.
Quran tuh wahyu dari Allah, baru dibuat jd buku pas masa setelah nabi wafat, ya betul karena dulu blm banyak tulis dan baca, jd pake metode hapalan
Keren memang, mbak Kumaila.
Pemahaman valid untuk membuktikan "bagaimana pentingnya sebuah teks itu terjaga".
Tapi penting untuk memahami konteks sosial luas maksud mbak kumaila tadi. Jadi ini bisa ditarik misal hermeneutika dll.
maksud dari mbak kumaila itu "tidak penting" itu ditarik dengan realita sosial sekarang.
*Ada orang atau lembaga yang menghafal Alquran sebagai "pokok" dari apapun dan tidak peduli mengamalkan, mengetahui, dsb. Mereka sangat menonjolkan itu sehingga pembahasan makna dll tergeser.
*Anda bilang "tidak bisa dua-duanya" memang semua orang bisa melakukannya, hei dude aku penghafal juga, kalau mengamalkan bisa-bisa saja, kalau mempelajari makna terutama belum hafalan bahasa arab dll itu bejibun. Tidak semua orang bisa. Penting tapi tidak semua. Itu maksud mbak kumaila. Ini kritik sosial dan harus di disclaimer di video juga. Karena penting, orang Indonesia suka mengambil kesimpulan "a-b/b-a".
Aku termasuk orang yang spesifik, dan tidak bisa hafalan. Karena itu fokus bahasa dan tafsir.
Tergantung konteksnya, Dihadapan realita sosial, yah tidak penting semua orang. Tidak harus orang awam yang bahkan tidak bisa menjaga adab itu menghafal Qur'an. bisa merusak citra dari Hafizh sendiri, lah itu maksud mbak kumaila (disclaimer ini)....
nah mantap ini, konten ini gw stuju, diakhir ada perandaian dengan lagu kebangsaan yang semua hapal itu gw suka bgt
Keren, Kang 👍
gua suka diksi diksi lucu yang lu pake bg bikin betah dengerin ocehan elu..
Gua rasa ini lebih ke pseudo science, teori teori ini gabisa ngukur kebenaran pada waktu itu, karena yang di ukur ini kredibilitas manusianya dan manusia itu kompleks.
Faktanya masih kredibel.. jaman dulu banyak yg sanggup menghafal, jaman skrg pun ya sama.. masalah tekhnologi itu sebatas alat bantu..
Oh jd ga sesuai sama nilai barat = pseudoscience😂
@@jerygian4835 kalo banyak hafidz waktu ITU ya benar, tapi waktu perang dengan musailamah alkadzab banyak hafidz hafidz yang terbunuh Dan itu di konfirmasi oleh Umar sendiri. Jadi kalo mau meyakini teori ngawur ini, liat sejrahnya juga karena banyak sahabat nabi itu di bunuh karena pengkhianatan. Ini menbuat alquran Dan hadist kredibilitasnya di ragukan. Liat aja sekarang beberapa banyak hadist palsu bertebaran, Dan mungkin aja alquran juga sama ada beberapa yang di manipulasi, bhkan ada 2 surah Al Quran itu dihilangkan tanpa alasan.
Makannya peperangan Dan perdebatan antara Islam dengan Islam itu gak ada hentinya sampai sekarang Masih berlangsung.
@@Patir_Sigma pseudoscience kalo cuma cocok logi doank tanpa memedulikan situasi saat itu Dan sebelumnya gimana. Lagian ini tuh ranahnya sejarah bukan teori teori gak nyambung ini
@@jokezilla-hs3kh wdym teori nggak nyabung? Anjir jadi pembuktian yang gak melulu empiris (rasional) teori gak masuk akal? Wkwkwkwk RIP akal sehat, sekarang aku faham bagaimana perasaannya penemu atom🤣
kalo dapet wahyu tapi ga ada saksi sama sekali, apakah bisa di katakan kebenaran wahyu itu asli dan benar?
ada saksinya
Benar gak penting bang, yg penting yakin. Wkwkwk
Modal yakin masuk surga, asikkk
" bukan soal ada saksinya atau gak. tapi apa wahyu itu telah terbukti kebenarannya secara saintifik di masa depan?
jawabannya iya, hampir yg ada di kitab suci terbukti secara sains modern, mulai dari terbentuknya janin, api di dalam laut dst.
kalau itu bukan dari sang pencipta alam semesta, lalu seseorang yg dapat wahyu di dalam gua itu dapat informasi yg terbukti ribuan tahun setelahnya dari mana?"
itu bang kira2 jawaban pembenarannya 🙏
saya sudah banyak menyimak kolom komentar.
@laksanardie cocokmologi? bagaimana tentang kisah matahari terbenam dalam lumpur hitam? kucing itu keluar dari bersin singa? bagaimana pula ribuan gajah dr etiophia berjalan menuju mekkah?
Sayangnya teori ini tdk ada data ribuan penghafal dan bagai mana membuktikan yg tidak jujur 20% yg jujur 80% gimana klo kebalikannya?
Itu ada di video dia pakai game theory di jelasin 😅
Ty
Allah SWT: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”. (QS. al-Hijr, 15:9)
Para pemuja hapalan: "Jangan terlalu 'pede' ya tuhan, kalau kami tidak menghapalnya maka jangan harap Qur'an akan terpelihara"
Kata "kami" itu maksdnya apa bang?
Mantap sekali
bang, lalu bagaimana dengan hadith? hadith tidak mengalami proses hafalan massal seperti Al-Qur’an. Berbeda dengan Al-Qur'an yang mengalami proses hafalan massal dan ditulis lebih awal, hadis baru mulai ditulis dalam rentang waktu yang lebih lama. Selain itu, ada banyak kitab hadis dengan perbedaan signifikan, terutama antara versi Sunni dan Syiah. Ditambah lagi, banyak hadis yang kemudian dinilai palsu, dan sebagian orang berpendapat bahwa banyak hadis palsu dibuat karena motif politik. Bagaimana kita bisa memahami dan memilah hadis yang benar? Mohon penjelasannya, bang. Terima kasih!
Kata siapa hadist ga dihapal bos?,
@@Zaky.Ahmaddemng siapa yg hafal.😂kasih contoh coba?
Sahabat-sahabat nabi yang tugasnya sekretaris, macam abdulllah bin amr, ali bin abi thalib, itu juga nulis hadits lho.
Bahkan salah satu periwayat hadits seperti Abu Hurairah itu diduga juga catatan tertulis
Ada yang namanya ilmu kritik hadits, makanya hadits itu ada sahih, hasan, dhaif dan maudu'
Ilmu ini menguji nilai hadits dengan kriteria tertentu. Jadi kalau mau kritik hadits sekarang, anda terlambat, sudah dari dulu.
Harus trending nih
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”. (QS. al-Hijr, 15:9)
Udah gitu doang.
dijaman rosul saja tidak semua sahabat Hafidz, makannya quran menyebutkan agar sebagian dari kamu berjihad dengan ilmu dan sebagian berjihad dengan harta atau jiwa. Lalu ketika muslim menghafal quran apakah menjadi salah ketika standarnya iman? Jadi jangan terus nanya kenapa harus menghafal quran ke orang muslim yang standarnya pake iman, tidak akan pernah objektif
teks alqurannya sudah berubah makna, ya hafalannya otomatis berubah.
Karena orang menghafalkan berdasar teks.
Mana ada jaman sekarang org menghafalkan berdasar mendengar dari perawi.
Semua menghapal dari teks.
Berhubung teksnya sudah berubah makna, ya otomatis hafalannya ngikuti perubahan teks
Berbeda dg perbedaan qiraat, perbedaanya quran sudah mengubah makna
buktikan saja
Namanya juga " terserah", yo wes sak karepmulah mas admin
bang mau tanya soal tema videonya, gimana kalo ada peyebar hoaks yg dipercaya banyak org dan dalam jangka waktu yg lama, semisal ilmuniati yg dipercaya banyak org kalo itu organisasi penyembah iblis, padahalkan aslinya engga, ituuu gimana bangg?
Sundul....
Kita juga memahami bahwa ketika kebohongan disampaikan beberapa kali, itu akan terdengar seperti kebenaran
Gambar meruntuhkan kan argumen kamu, cukup simpan Al-Qur'an di digital dengan sistem blockchain. Yang data nya terdesentralisasi.
namanya ibadah, agama, metafisika karena ada unsur2 diluar nalar dan logika manusia... kalau berusaha dilogikakan sepenuhnya baik itu untuk membela atau melawan ya gak akan ada titik temunya...
tolong dikoreksi kalau salah, sepertinya Kak Kumaila ini punya interest ke upgrading dan efisensi resource umat Islam, namun beliau menabrak sistem preservasi Quran. Pencatatan dan Hafalan sama pentingnya untuk preservasi.
menurutku ga relevan sih menyamakan hipokampus tempat otak menyimpan memori penghafal al-quran dengan sistem penyimpanan digital. justru dari keempat teori tersebut secara ga sadar malah ngebuktiin kalo penghafal (manusia) udh ga dibutuhin lagi di zaman sekarang, karena sistem informasi digital saat ini sudah berkembang sangat pesat. betul apa yg dikatakan tadi bahwa semakin banyak sumber independen yg nyampein informasi yg sama (banyaknya sumber informasi digital yg sama), semakin kecil kemungkinan informasi itu berubah. sekarang kita sudah banyak mendapati al-quran baik dalam bentuk pdf, audio, dll yg saling terkoneksi atau tersebar dimana-mana secara digital, sehingga sumber yg tersedia secara digital menjadi begitu banyak bahkan mungkin lebih banyak dari total penghafal al-quran saat ini. jadi, keempat teori tersebut malah ngebuktiin juga kalo kita ga butuh lagi penghafal al-quran. teknologi informasi kita sudah cukup meyakinkan untuk menurunkan entropi
Lah kan udh dibahas juga tadi kalau gada yg ngejamin teknologi itu gak ada di ubah atau di revisi. Namanya teknologi pasti ada sistem yg ngejalanin, kalau sistemnya sewaktu2 bisa berubah atau di revisi, ya balik lagi kita emng butuh penghafal Alqran buat validasi kebenarannya. Lu nyimak videonya kagak si tot?
Masuk akal juga ..tapi itu sudah dibantah gimana kalau gak ada sinyal...
Saya jad ingat dulu pernah ngetren anak yang bisa ngitung cepet dianggap jenius, sampai ada kursus sempoa....bisa ngitung cepat dan akurat memang ada manfaatnya, tetapi tetap saja untuk menjadi kasir Indomaret hal itu tidak diperlukan....
Bisakah kita membayangkan orang yg ahli hitung cepat itu duduk dipekerjakan di dekat kasir...dan dgn logika tsb maka kita bisa mengkritik bagaimana kalau gak ada sinyal....
Nah para pemilik Indomaret atau supermarket harusnya mempekerjakan anak yang ahli hitung cepat untuk melestarikan pelajaran kursus sempoa...😂😂😂
Bener lagi, ga kepikiran bagian ini😂
@@yeebee6005 manusia lebih gampang lagi untuk lupa dan bias-biasnya banyak sekali, kalau memang teknologi dianggap kurang reliabel, apalagi manusia, dua-duanya tetap punya resikonya masing2
Walau secara teori penghafal Al-Quran nggak dibutuhin bukan berarti mereka nggak penting, banyak alasan yang bisa mendasari, paling gampangnya lu liat para ilmuan ngapain repot-repot hafalin rumus bejibun ya alasannya buat efisiensi, biar dikit-dikit nggak liat catetan atau harus bawa buku kemana-mana, dan masih banyak alasan lain, hal yang menurut lu nggak penting bisa jadi hal paling penting buat orang lain
jaman sekarang sudah ada teknologi, kenapa harus di hafal ? kenapa tidak di catat di dalam block chain baik secara manual ataupun otomatis melalui teknologi ?
Ga ada keharusan juga, pngen hapal aja
Bang, kueren buanget
hafal suatu rumus matematika tapi tidak paham cara mengaplikasikannya sama aja boong. 😞
jumlah orang yang sepakat terhadap sesuatu TIDAK selalu membuatnya lebih sulit untuk dimanipulasi. Kenapa? Faktanya banyak berita hoax sering di viralkan dan mendapatkan banyak dukungan walaupun tidak beebasis fakta, nahhh apa yang membuat teori teori ini membuktikan keadaan waktu itu ? bahwa banyaknya dukungan membuatnya tidak ada kecurangan?
teori ini gak cocok ngaco ngawur mana karep, seharusnya ganti nama channelnya bukan terserah sains tapi "terserah gua"
Gw dari awal rilis ni vidio juga ngerasa ada yg janggal dari logika si admin, tapi karna sibuk kerja jadi gw coba dengerin ulang di waktu lain. Nah skrg gw baru nangkep logika admin keliatan bagus tapi gak sesuai dengan data actualnya..
Justru ingatan jauh lebih lemah untuk dijadikan rujukan bukti keaslian. Coba kalo ada pengadilan korupsi, dibawa saksi & data, saksi mengatakan ada mutasi transfer ke pihak X sebesar 1 Miliar tapi data mengatakan 10 Miliar, mana yang lebih terpercaya? Ya jelas data!
Tapi om, memang taksonomi bloom pendidikan itu pondasinya menghafal/mengingat/remembering informasi, gimana mau memahami sesuatu kalau isi otaknya kosong dari informasi, gimana mau mengkolaborasi informasi kalau ngga ada isinya? Nah proses mengisi ini namanya remembering di taksonomi bloom.
Bisa di gugel deh taksonomi bloom.
Tapi memang bisa jadi ada orang yg hafal/mengingat informasi tapi tidak paham sama informasinya itu, tapi kan bukan berarti dia menghafal dan tidak berusaha memahami. Jadi kalau ada dua hal yg seharusnya (bisa) berjalan beriringan, kenapa harus dihilangkan salah satunya.
*Menurut saya sih contoh atau analogi yg sodara kasi bnyak yg tidak aple to aple bos...berbahaya kalo ngasih analogi yg tidak aple to aple lo bg..smngat trus bg, gue dukung lu*
Kasih balasan yang ilmiah lah, lu pikir dengan lu komen gini membuat lu jadi bener😂😂😂
@@AkunYutubsatu begini bro penjelasannya ;
kita dapat membandingkan kemampuan hafalan manusia dengan teknologi blockchain sebagai validator. Berikut beberapa perbandingan:
Kemampuan Hafalan Manusia
1. *Kapasitas*: Kemampuan hafalan manusia terbatas, sekitar 7±2 informasi dalam memori jangka pendek.
2. *Ketepatan*: Manusia dapat membuat kesalahan dalam mengingat informasi.
3. *Keamanan*: Informasi yang disimpan dalam memori manusia dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti emosi, pengalaman, dan sugesti.
4. *Skalabilitas*: Kemampuan hafalan manusia tidak dapat diskalakan dengan mudah.
Kemampuan Hafalan Teknologi Blockchain sebagai Validator
1. *Kapasitas*: Teknologi blockchain dapat menyimpan jumlah informasi yang sangat besar, tergantung pada desain dan implementasi.
2. *Ketepatan*: Teknologi blockchain menggunakan algoritma kriptografi untuk memastikan keakuratan dan integritas data.
3. *Keamanan*: Teknologi blockchain menggunakan mekanisme konsensus dan enkripsi untuk memastikan keamanan data.
4. *Skalabilitas*: Teknologi blockchain dapat diskalakan dengan mudah, tergantung pada desain dan implementasi.
Perbandingan
1. *Kapasitas*: Teknologi blockchain memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar daripada kemampuan hafalan manusia.
2. *Ketepatan*: Teknologi blockchain memiliki tingkat ketepatan yang lebih tinggi daripada kemampuan hafalan manusia.
3. *Keamanan*: Teknologi blockchain memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi daripada kemampuan hafalan manusia.
4. *Skalabilitas*: Teknologi blockchain dapat diskalakan dengan lebih mudah daripada kemampuan hafalan manusia.
Dalam kesimpulan, teknologi blockchain sebagai validator memiliki kemampuan hafalan yang lebih baik daripada kemampuan hafalan manusia dalam hal kapasitas, ketepatan, keamanan, dan skalabilitas. istilah viralnya ya kurang "aple to aple"
@@salafimubarok gak bisa pak , klw lagi perang besar semua kabal bawah laut optic di putus , internet down..
Atau regulasi digital negara tertentu memblokir keyword tertentu..
Atau regulasi penyimpanan data di server yg terlalu mudah di atur oleh pemilik server, di internet kita g bisa independen, selalu ada kerentanan ,terlalu berpusat
@@AkunYutubsatuyg paling enak kan komen gini aja
Gak apple to apple gimana? Yg dibahaskan soal menjaga informasi. Analoginya yang dikasihpun juga seputar menjaga informasi berbasis trust. Dia gak ada bilang soal penjagaan informasi dengan blockchain itu 100% bener. Tapi menurut sains tingkat keakuratannya itu semakin tinggi jika semakin banyak yang menjaganya. Disini gak bilang isinya akurat sama sains atau nggak, tp lagi bahas bagaimana sebuah informasi itu dijaga keakuratannya dari awal ada. Jd probabilitas misinformasi/perubahan informasinya semakin kecil. Udah dianalogikan dalam bentuk visual juga di video.
Sekarang coba, apa dasarnya kalo analoginya gak apple to apple? Jangan nanya balik, karena itu fallacy burden of proof 😉
dari sisi "keyakinan" menghafal alquran sendiri lebih efektif untuk menambah "pahala" karena kita bisa membaca alquran kapanpun dan dimanapun tanpa membuka mushaf atau hanphone,, menghafal alquran juga bisa dijadikan modal awal untuk mendalami agama, jadi jika ada yang mempertanyakan apakah menghafal AlQuran masih relevan dijaman sekarang, jawabannya menghafal AlQuran relevan sampai hari kiamat...
Menurut psikologi pendidikan
Menghapal tanpa merelevansikan itu berdampak buruk bagi otak. Karena, otak isinya hanya akan berupa fragment2 data/informasi yang menyebar dan tidak connected. Ilmunya juga akan sulit di internalisasi. Orang memahami text secara literal tanpa konteks saja itu sudah kurang baik untuk perkembangan otak, apalagi menghapalkan text tanpa memahami arti literal sama sekali.
Yang menjadi permasalahan, dijaman sekarang banyak orang tua atau institusi pendidikan menuntut anak untuk menghapal al-quran sedini mungkin. Saat-saat dimana otak anak masih dalam perkembangan sirkuit kerja otak (CPU), seperti emosi, sosial, self regulation, dll. Otak malah dipaksa dimasukin informasi sebanyak-banyaknya (ROM).
Masa anak2 itu kritikal banget. Perkembangan otak jauh melambat setelah masa remaja dan cenderung stabil/sulit dirubah setelah itu.
Yang di argue oleh kumaila, mending waktu dipakai untuk memahami saja. Dalam proses memahami, otak berusaha mengait-kaitan informasi satu dengan yang lain. Tidak ada urgensinya sama sekali untuk segera menghapalkan. Toh dalam proses mengkaji/memahami, kita juga hapal hapal sendiri kok lama-lama. Malah hapalannya lebih bagus kalau dibarengi dengan pemahaman.
Sekarang Alquran itu sudah sangat-sangat terdesentralisasi, banyak penghapal, banyak data digital yang tersebar dan jauh lebih susah dirubah, dan banyak juga catatan cetak yang tidak bergantung pada sinyal
Seperti yang sudah dijelaskan oleh komen2 sebelumnya, teknologi justru lebih reliable dalam menyimpan data, kalau sudah terdesentralisasi juga lebih susah dirubah, apalagi masih banyak buku cetak,
dan
manusia sama beresikonya untuk membuat kesalahan, terutama dalam mengingat detail, atau kemungkinan untuk punah (misal amit2, banyak contoh dalam sejarah genosida atas dasar agama, etnis, dll yang membuat mereka punah) ahh human...
Hafala itu tahap pertamanya.. dan biasanya ditahap lanjut akan masuk dipembahasan tafsir dan diskusi.. bgtu kira²..
Bang, sering2 dunk uplaudnya, sehari sekali juga boleh.
lebih relevan lagi klo kedua orang yang dibahas di Mention di judul atau deskripsi, supaya mereka juga mengetahui ini secara langsung, tidak menunggu video ini di take down.
mention orang di yt kan sudah bisa bang. coba dah. dijamin halal
lanjut ah
Ini channel insyaallah akan cepat berkembang.. Videonya msh sedikit aja udah naik yg nonton
Saya juga berpikir seperti itu
Cuma buku diributin
buku bukan sembarang buku soalnya bang, abang kalo ngapa2in itu buku siap2 konsekuensinya langsung terjadi dalam waktu dekat. 🙏
pnjlasan yg lgnkap dg mnyodorkan dr berbagai sudut pangang, nahh gitu bang klo ngasih konklusi yg mnghasil postulat yg tak terbahkn .
Tadinya saya fikir channel ini beneran sains, ternyata channel agama
Blockchain ini konteksnya sangat kekinian, sudah terbukti reliabilitasnya menjamin otentikasi, verifikasi dan validasi. Sejalan dengan konteks ini, kenapa tidak dibakukan saja versi Al-Qurän yang diakui validitasnya, didokumentasikan dan dijadikan acuan.
Penghapal untuk tujuan otentikasi, verifikasi dan validasi cuma cocok dengan konteks masa lalu dimana belum ada block chain.
Penghapal di masa kini lebih besar ranah keimanan dibanding otentikasi, verifikasi dan validasi.
Uhuy🙌🏻
Terserah "Cherry Picking" Sains
boleh dijelaskan cherry picking-nya yang mana dan bagaimana, kak? terima kasih jika berkenan menjawab >
Terserah “Masih Pegang Dogma” Sains 😅
*Cherry picking adalah tindakan memilih sebagian informasi atau data tertentu yang mendukung sudut pandang tertentu, sambil mengabaikan informasi atau data yang tidak mendukung..atau bahasa simpelnya berpihak dan tidak jujur..atau bisa jg di sebut Apriori..as konten kreator hal ini terjadi karena penonton kitta itu fanatik dan berpihak jg..*
Hahaha t*l*l
Hahaha t*l*l
Permasalahan awal adalah, apakah benar alquran sekarang ini adalah alquran yang diturunkan pada nabi muhammad? 😂
Btw, komulatif kalau manipulatif semua gimana? 🤣
Ngapalin quran juga pake naskah tertulis, kalo lupa maka larinya ke naskah tertulis lagi. Maka yg penting itu jaga naskah tertulis, bukan ngapalin.
Nahhh, tapi pasti dibantah "kan alquran beda sama teks biasa, penghafalnya gak mungkin lupa kalo kuat imannya"
Damn... Mereka antara lupa atau pura pura ga tau bahwa penghafal alquran banyakan gak sempurna hafalannya. Dan iman alat ukurnya apa? Ga jelas, subyektif bgt. Jdi gak mungkin membuktikan keajaiban hafalan alquran.
Logika yang ruwet kayak gini memang gak bakal bisa sampe ke logika yang pengenya sederhana😂😂
Pernyataan Kumaila lebih make sense sih, but i understand what you mean bro.
Yah audiens atheis pada kecewa nonton vidio ini..
Wkwkwkwk iyalah, mereka pengennya kalau bahas sains itu ujungnya against the islamic religion bukan sejalan.
Mengetahui makna yang dihapal jauh lebih penting daripada sekadar menghapal. Kalau cuma menghapal tanpa paham maknanya, itu seperti menyimpan kata-kata tanpa tahu cara menggunakannya. Tapi kalau paham maknanya, kamu bisa mengaitkan dengan hal lain, memahami konteksnya, dan menggunakannya secara lebih fleksibel.
Contohnya, kalau belajar fisika kuantum, lebih baik memahami konsep ketidakpastian daripada hanya menghapal persamaan Schrödinger tanpa tahu maksudnya. Sama halnya dengan menghapal sejarah, lebih penting paham kenapa sebuah peristiwa terjadi daripada cuma hafal tanggalnya.
Tapi kalau dua-duanya bisa dilakukan, itu lebih bagus.
Gw bantah di point saja aja, karena gw keburu mual untuk nerusin denger penjelasan selanjutnya. Bisa gw pastikan sama lawaknya dengan penjelasan di point pertama.
Saksi pendukung sebagai tambahan pembuktian orang yang sudah bayar hutang dialogikan sebagai penghafal alquran. Semakin banyak bukti pendukung semakin valid pembuktianya. Keliatan masuk akal, kalau otak cuma sebiji sawi. Padahal jelas banget dia bilang kitab alquran itu jumlahnya milyaran bahkan lebih. Dan terus dicetak ulang setiap saat. Ini belum terhitung dengan ada tercatat di dunia maya. Bahkan negara-negara tertentu menyimpan salinan utamanya dengan pengaman tingkat tinggi. Masih kah perlu bukti pendukung lagi secara hafalan yang notabenenya hafalan manusia akan terus tereduksi akibat keterbatasan memori pada otak.
Tapi gw paham banget bagaimana gaya berfikir theis 😂😂
Pada awalnya alquran memang dihafal di kalangan para sahabat, dan pembukuan alquran pertama kali dilakukan di jaman khalifah abu bakar setelah ratusan penghafal quran gugur di medan perang. Jadi apakah benar jika pembukuan alquran itu utk menjaga hafalannya ya, bukan untuk menggantikan hafalan?🤔
berarti hafalin alquran itu penting untuk menjaga keaslian alquran.
Kali ini kamu salah...yg kamu jelaskan itu tepat untuk zaman dimana alquran belum ditetapkan sah secara tertulis...sekarangkan beda, sdh ada alquran yg terstandarisasi...para penghafal zaman sekarang hafalnya dari alquran itu sehingga kalau ada perbedaan antara penghafal dan alquran maka penghafal yg salah...jadi Kumaila BENAR...di zaman sekarang, para penghafal tdk diperlukan lagi
Bener sih.
Buang2x waktu.
Terutama di jaman serba cepat seperti sekarang.
Mengasah skill supaya dapat kerja saja perlu waktu yang lama.
Apalagi kalau ditambah harus menghapal Qur'an.
Buang2x tenaga.
Keren lu bang
wkwkw sama bang ini juga sudah aq buatin video walaupun berbeda sudut pandang.
Mata pencaharian jadi hilang nanti bro...
Kalo cuma hapal itu perlu atau tidak, yaa.. masih perlu donk tapi tidak mutlak.
Contoh nya : Waktu SD & SMP ane masih disuruh hapalin rumus bujur sangkar, segitiga, jajaran genjang, lingkaran, Kubus, trapesium, dll... Walaupun nanti saat kuliah atau di dunia kerja gak banyak dibutuhkan.
Konten yg mencerdaskan. Saya subscribe