Go indoonesia..💪💪💪 Kebetulan Saya Pemula terjun Didunia Coffe, Dan skrg jdi Barista Di Francis restoran. Dan mulai Mencintai Dunia Baru ini. Meskipun ga Ad Basic Sbloemnya. Tpie saya Smngat Untuk Belajar.
Halo mas, ijinkan saya kembali memberi penjelasan. Persiapan sebelum lomba setiap peserta itu bisa berbulan-bulan lamanya, itu belum dihitung sejak si peserta berlatih untuk kompetisi nasional sampai akhirnya resmi mewakili Indonesia di ajang World Barista Championship (WBC). Nah dalam persiapan untuk WBC, para peserta biasanya mencari biji kopi yang tepat untuk di-develop dan 'membantu' mendongkrak score sensory saat tampil. Siapapun dan darimanapun pesertanya, mereka dituntut untuk tidak subjektif dalam memililih biji kopi. Jika menurut seorang peserta biji A yang berasal dari negaranya sendiri enak, belum tentu saat di-scoring nilainya tinggi. Tentu ini bahaya dan sebuah pertaruhan besar. Seperti yang saya sudah jelaskan sedikit di comment mas satunya lagi bahwa biji kopi dari Indonesia sulit sekali mendapatkan score aman untuk kompetisi sehingga akan sulit di-develop untuk 'membantu' peserta saat kompetisi. Objektifitas adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi dalam memilih biji kopi. Biasanya dalam berlatih dan memilih biji kopi ada rekanan peserta yang sudah bersertifikat Q Grader, QC, dsb yg membantu memilih biji kopi yang tepat. Tentunya dengan berbagai faktor, yang terpenting adalah kualitas dan nilai cupping resmi biji kopi tersebut yakni biasanya score 90 keatas. Sangat sulit sekali biji kopi Indonesia menyentuh angka itu. Penerapan ilmu science di kebun-kebun kopi Amerika Latin dan Afrika sudah masif dan gila-gilaan. Berbagai roastery berani invest untuk bereksperimen untuk mendapatkan green beans yang terbaik untuk kemudian mereka berani beli dengan harga tinggi dan bawa ke negaranya. Fair? Jelas. Petani sangat diuntungkan secara finansial dari penjualan dan dapat ilmu serta investasi alat bantu pengembang pertanian dan si pembeli bisa mendapatkan kopi terbaik. Nah kopi-kopi tersebut yang lazim diucap 'Competition Grade' ini lah yang secara objektif aman digunakan untuk kompetisi. Pakai beans Indonesia bisa? Sangat bisa. Tapi apakah peserta rela sudah mengeluarkan biaya yang tidak kecil sendiri untuk berlatih, akomodasi, dll tapi mendapatkan nilai rendah saat kompetisi? Saya rasa belum tentu mau. Sekarang pelan tapi pasti sudah bagus sekali peserta dari Indonesia tampil konsisten setiap tahun di ajang dunia. Persoalan akan adakah biji kopi dari Indonesia akan konsisten juga dipakai di kompetisi dunia hanya masalah waktu. Eksperimen tak pernah berhenti, begitupun semangatnya.
@@ferzafebrian783 menarik penjelasannya.setuju klo ini hanya masalah waktu sampai resources dan passion ttg kopi di negara ini bs bersaing sm negara2 yg risetnya gila2n. Thank you for the clear explanation 😊
kenapa sih harus bertanya kayak gitu? please you must proud with that guy dude. isn't easy to representing Indonesia in world championship. Think smart before you blame with your typing.
Sebagai orang yg ngak ngerti kopi dan segala mambo jambo nya. Serta gw minumnya paling kopi susu yg pake gula..... Menurut gw ini lomba yg agak ironis yaaa.. Dibuat dan di manage oleh orang orang dan negara negara yg di negaranya ngak tumbuh kopi dan ngak punya sejarah panjang tentang kopi... Coba lomba kaya gini di buat di indonesia oleh orang orang indonesia dan juri orang indonesia... Nah kita yg mengundang barista barista dri etopa. Amerika dan semua belahan dunia.... Itu baru bener. :-)
Halo mas, lomba ini dimanage bergilir di negara2 anggota SCA (Specialty Coffee Association). Tahun ini, 2019, diselenggarakan di Brazil, salah satu negara pemain besar penghasil kopi berkualitas tinggi. Kenapa ngga di Indonesia? Bukan karena kita tidak mau atau bukan kenapa bukan kita yang bikin karena kita penghasil kopi melainkan seperti layaknya bidding untuk tuan rumah Piala Dunia atau Olimpiade harus secara meyakinkan untuk bisa menyelenggarakan dengan standar protokol yang ada. Sebagai informasi, kompetisi lokal baik yang berafiliasi dengan SCAI (Specialty Coffee Assciation of Indonesia) atau tidak sudah banyak dan animo semakin besar. Saya juga sebagai warga Indonesia harus bersikap realistis bahwa kopi dari Indonesia masih harus memerlukan perhatian lebih bukan hanya dari warganya melainkan pemerintah, dari segi kualitas jangka panjang. Kopi Indonesia sulit sekali tembus pasar eropa dan amerika layaknya kopi-kopi dari Amerika Latin dan Afrika. Pahitnya, hal itu jadi patokan akan kualitas sebuah kopi dari suatu negara. Sebagai warga negara kita bisa apa untuk meningkatkan kualitas petani? Yakni semakin mau merogoh kocek untuk 'berani' beli kopi lokal dengan grade specialty. Beli kopi bisa dengan ngopi di kedai lokal dengan distribusi kopi lokal yang bagus atau beli biji kopi lokal grade specialty untuk kemudia diseduh di rumah. Dengan semakin tingginya pembelian dalam negeri, permintaan petani semakin meningkat dan kualitas kopi bisa terjaga. Jadi mas kesimpulannya, jangan melulu anggap kopi kita nomor satu dan membuat kita terlena atau bahkan jumawa. Sebaliknya, rasa optimistis harus tetap dibangun dengan selalu mendukung kopi lokal grade specialty ditengah ketinggalan kita oleh negara lain.
Sebagai barista pemula saya merasa bangga atas jhosua tanu yang bisa berkopetisi di dunia kopi internasional berjuang terus indonesia ku 👍👍👍👍💪💪💪💪💪
Go indoonesia..💪💪💪
Kebetulan Saya Pemula terjun Didunia Coffe, Dan skrg jdi Barista Di Francis restoran.
Dan mulai Mencintai Dunia Baru ini.
Meskipun ga Ad Basic Sbloemnya.
Tpie saya Smngat Untuk Belajar.
Wah.. Luar biasa.. Sy juga baru mau belajar tentang kopi. Bisakah minta kontak WA nya utk konsultasi?
All the besy for you Joshua tanu
Semangat Indonesia
Nothing’ but support for ya⚡️
Bravo for you,,, punya tempat untuk berbagi ga di jakarta?
kesini karena abis baca buku Kopi: Aroma, Rasa, Cerita
He talked like patrick batman
Ini hasil kompetisinya gimana min? Ink pas semifinal atau gimana. Awam nih.
Menurut gw chad wang yang punya pesona paling oke di kompetisi ini,
Whattttt
Funny, none of the judges come from coffee producing country.
Actually there's one from Mexico
Kenapa pake kopi panama?
Halo mas, ijinkan saya kembali memberi penjelasan. Persiapan sebelum lomba setiap peserta itu bisa berbulan-bulan lamanya, itu belum dihitung sejak si peserta berlatih untuk kompetisi nasional sampai akhirnya resmi mewakili Indonesia di ajang World Barista Championship (WBC). Nah dalam persiapan untuk WBC, para peserta biasanya mencari biji kopi yang tepat untuk di-develop dan 'membantu' mendongkrak score sensory saat tampil. Siapapun dan darimanapun pesertanya, mereka dituntut untuk tidak subjektif dalam memililih biji kopi. Jika menurut seorang peserta biji A yang berasal dari negaranya sendiri enak, belum tentu saat di-scoring nilainya tinggi. Tentu ini bahaya dan sebuah pertaruhan besar. Seperti yang saya sudah jelaskan sedikit di comment mas satunya lagi bahwa biji kopi dari Indonesia sulit sekali mendapatkan score aman untuk kompetisi sehingga akan sulit di-develop untuk 'membantu' peserta saat kompetisi. Objektifitas adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi dalam memilih biji kopi. Biasanya dalam berlatih dan memilih biji kopi ada rekanan peserta yang sudah bersertifikat Q Grader, QC, dsb yg membantu memilih biji kopi yang tepat. Tentunya dengan berbagai faktor, yang terpenting adalah kualitas dan nilai cupping resmi biji kopi tersebut yakni biasanya score 90 keatas. Sangat sulit sekali biji kopi Indonesia menyentuh angka itu.
Penerapan ilmu science di kebun-kebun kopi Amerika Latin dan Afrika sudah masif dan gila-gilaan. Berbagai roastery berani invest untuk bereksperimen untuk mendapatkan green beans yang terbaik untuk kemudian mereka berani beli dengan harga tinggi dan bawa ke negaranya. Fair? Jelas. Petani sangat diuntungkan secara finansial dari penjualan dan dapat ilmu serta investasi alat bantu pengembang pertanian dan si pembeli bisa mendapatkan kopi terbaik.
Nah kopi-kopi tersebut yang lazim diucap 'Competition Grade' ini lah yang secara objektif aman digunakan untuk kompetisi. Pakai beans Indonesia bisa? Sangat bisa. Tapi apakah peserta rela sudah mengeluarkan biaya yang tidak kecil sendiri untuk berlatih, akomodasi, dll tapi mendapatkan nilai rendah saat kompetisi? Saya rasa belum tentu mau. Sekarang pelan tapi pasti sudah bagus sekali peserta dari Indonesia tampil konsisten setiap tahun di ajang dunia. Persoalan akan adakah biji kopi dari Indonesia akan konsisten juga dipakai di kompetisi dunia hanya masalah waktu. Eksperimen tak pernah berhenti, begitupun semangatnya.
ada di sajian kedua u/ kopi indo
Yap benar mas, dari Pantan Musara. Salah satu yang terbaik dan terus dilakukan eksperimen dan development disana
@@ferzafebrian783 menarik penjelasannya.setuju klo ini hanya masalah waktu sampai resources dan passion ttg kopi di negara ini bs bersaing sm negara2 yg risetnya gila2n. Thank you for the clear explanation 😊
kenapa sih harus bertanya kayak gitu? please you must proud with that guy dude. isn't easy to representing Indonesia in world championship. Think smart before you blame with your typing.
Sebagai orang yg ngak ngerti kopi dan segala mambo jambo nya. Serta gw minumnya paling kopi susu yg pake gula..... Menurut gw ini lomba yg agak ironis yaaa.. Dibuat dan di manage oleh orang orang dan negara negara yg di negaranya ngak tumbuh kopi dan ngak punya sejarah panjang tentang kopi... Coba lomba kaya gini di buat di indonesia oleh orang orang indonesia dan juri orang indonesia... Nah kita yg mengundang barista barista dri etopa. Amerika dan semua belahan dunia.... Itu baru bener. :-)
Halo mas, lomba ini dimanage bergilir di negara2 anggota SCA (Specialty Coffee Association). Tahun ini, 2019, diselenggarakan di Brazil, salah satu negara pemain besar penghasil kopi berkualitas tinggi. Kenapa ngga di Indonesia? Bukan karena kita tidak mau atau bukan kenapa bukan kita yang bikin karena kita penghasil kopi melainkan seperti layaknya bidding untuk tuan rumah Piala Dunia atau Olimpiade harus secara meyakinkan untuk bisa menyelenggarakan dengan standar protokol yang ada. Sebagai informasi, kompetisi lokal baik yang berafiliasi dengan SCAI (Specialty Coffee Assciation of Indonesia) atau tidak sudah banyak dan animo semakin besar. Saya juga sebagai warga Indonesia harus bersikap realistis bahwa kopi dari Indonesia masih harus memerlukan perhatian lebih bukan hanya dari warganya melainkan pemerintah, dari segi kualitas jangka panjang. Kopi Indonesia sulit sekali tembus pasar eropa dan amerika layaknya kopi-kopi dari Amerika Latin dan Afrika. Pahitnya, hal itu jadi patokan akan kualitas sebuah kopi dari suatu negara. Sebagai warga negara kita bisa apa untuk meningkatkan kualitas petani? Yakni semakin mau merogoh kocek untuk 'berani' beli kopi lokal dengan grade specialty. Beli kopi bisa dengan ngopi di kedai lokal dengan distribusi kopi lokal yang bagus atau beli biji kopi lokal grade specialty untuk kemudia diseduh di rumah. Dengan semakin tingginya pembelian dalam negeri, permintaan petani semakin meningkat dan kualitas kopi bisa terjaga. Jadi mas kesimpulannya, jangan melulu anggap kopi kita nomor satu dan membuat kita terlena atau bahkan jumawa. Sebaliknya, rasa optimistis harus tetap dibangun dengan selalu mendukung kopi lokal grade specialty ditengah ketinggalan kita oleh negara lain.
@@ferzafebrian783 well said
Awam sih. Iyain aja wkwk
penjelasan yg sangat edukatif bgt masnya .. hehe maklumi saja mas mungkin kenal kopinya cuma hitam pahit pakai skm ato gula pasir
@Bilal's Coffee Journey loh anda bisa komen disini udah pro kopi?