Murai Batu Di Alam Liar (Habitat Aslinya)

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 16 окт 2024
  • Nasib burung murai batu [Kittacincla malabarica] kian tidak menentu karena terus diburu.
    Dengan alasan harga jual yang lebih tinggi dan memiliki suaran indah, burung ini ditangkap di hutan untuk diperjualbelikan.
    Di Aceh, burung yang disebut kucica hutan ini tak hanya tersebar di hutan Leuser dan Ulu Masen, tapi juga terdapat di Pulau Weh, Kota Sabang dan Pulau Simeulue.
    Awalnya, murai batu masuk sebagai satwa dilindungi. Namun, berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor106//MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, murai batu tidak lagi masuk daftar dilindungi.
    Murai batu [Kittacincla malabarica] adalah jenis burung dengan kicauan indah yang saat ini tak luput dari perburuan di hutan Aceh. Burung yang disebut kucica hutan ini tak hanya tersebar di hutan Leuser dan Ulu Masen, tapi juga terdapat di Pulau Weh, Kota Sabang dan Pulau Simeulue.
    Maksum, masyarakat di Kecamatan Pining, Kabupaten Gayo Lues mengaku, banyak pemburu masuk ke hutan Kawasan Ekosistem Leuser [KEL] untuk menangkap murai batu. Alasannya, harganya jualnya lebih tinggi dari jenis lain.
    “Pemburu juga akan menangkap burung-burung lain yang kicauan atau bulunya indah, seperti kucica kampung atau kacer [Copsychus saularis]. Tahun 1990-an, burung ini masih mudah ditemui di sekitar permukiman penduduk, namun, saat ini mulai menghilang,” ujarnya, pertengahan Februari 2021.
    Maksum menambahkan, pemburu biasanya menangkap murai batu dengan menggunakan burung murai lain sebagai pemikat.
    “Perangkap yang di dalamnya ada burung pemikat akan digantung di atas pohon. Akibat perburuan ini murai batu jarang datang ke kebun masyarakat dan perannya memakan serangga dan ulat juga terganggu yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem lingkungan.”
    #muraibatu #muraibatugacor #murai #muraibatumedan #muraibatuindonesia #muraigacor #muraibatumedangacor #burung #burungkicau #burungmuraimedangacor

Комментарии • 3