Prosesi Upacara Ngaben di Bali | Pelebon Penglingsir Puri Kawan Carangsari

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 8 фев 2025
  • Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah umat HIndu di Bali. Upacara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya.
    Ngaben dalam bahasa Bali berkonotasi halus yang sering disebut Pelebon.
    Palebon berasal dari kata lebu yang artinya prathiwi atau tanah. Pelebon artinya menjadikan prathiwi (abu).
    Untuk menjadikan tanah itu ada dua cara yaitu dengan cara membakar (ngaben) dan menanam ke dalam tanah (metanem).
    Tujuan dari upacara ngaben adalah mempercepat ragha sarira agar dapat kembali ke asalnya, yaitu Panca Maha Butha di alam ini dan bagi atma dapat cepat menuju alam pitra.
    Landasan filosofis ngaben
    secara umum adalah Panca Sradha yaitu lima
    kerangka dasar Agama Hindu yang terdiri dari Brahman, Atman,
    Karmaphala, Samsara dan Moksa.
    Sedangkan secara khusus ngaben dilaksanakan karena wujud cinta kepada para leluhur dan bhakti anak kepada orang tuanya.
    Upacara ngaben merupakan proses pengembalian unsur Panca Maha Butha kepada Sang Pencipta.
    Ngaben juga disebut sebagai pitra yadnya (lontar yama purwana tattwa).
    Pitra yang artinya leluhur atau orang yang mati sedangkan yadnya adalah persembahan suci yang tulus ikhlas.
    Sumber : kesrasetda.bulelengkab. go.id
    Rangkaian Upacara Ngaben :
    1. Ngulapin.
    Ngulapin merupakan upacara yang bertujuan untuk memanggil sang atma. Upacara ngulapin ini dilakukan jika orang bersangkutan meninggal di luar rumah
    2. Nyiramin
    Jenazah diletakkan diatas pepaya (meja buatan) kemudian dimandikan oleh keluarga.
    Nyiramin merupakan upacara yang bertujuan untuk membersihkan tubuh jenazah.
    Tubuh dari jenazah akan dibersihkan dengan
    menggunakan air.
    Dalam rangka ataupun tujuan untuk mengembalikan fungsi dari bagian-bagian tubuh jenazah kembali ke asalnya, pihak yang bersangkutan atau keluarga akan memberikan simbol-simbol di beberapa bagian tubuh jenazah.
    3. Narpana:
    Setelah jenazah dimandikan, jenazah akan dimasukan keadalam peti. Pemangku atau Petugas rohaniwan akan melaksanakan Narpana. Keluarga akan memercikan tirta: penglukatan, pembersihan tirta khayangan. Kemudian dilanjutkan dengan
    mamasukan barang-barang yang akan ikut
    dibakar, dan kemudian peti akan ditutup.
    4 Ngajum Kajang.
    Ngajum Kajang merupakan upacara yang dlakukan dengan cara menekan kajang sebanyak 3 kali yang dilakukan oleh para kerabat dari mendiang jenazah.
    Kajang merupakan sebuah kertas putih yang sudah ditulisi aksara-aksara sakral dan diyakini memilliki kekuatan magis.
    5 Ngaskara.
    adalah upacara penyucian dari sang jenazah. Tujuan dari pelaksanaan upacara ngaskara yaitu supaya mendiang dapat dengan cepat menyatu dengan
    Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
    6 Mameras.
    Menurut keyakinan umat hindu, seorang cucu lah yang akan membantu untuk menuntun mendiang melalui doa dan juga karma baik yang dilakukannya.
    Maka dari itu, upacara mameras hanya dilakukan jika sebelumnya mendiang sudah memiliki cucu,
    7 Papegatan.
    Upacara papegatan bermakna sebagai pemutusan hubungan duniawi dan juga cinta dari pihak kerabat
    kerabat mendiang, karena umat hindu meyakini jika hal tersebut dapat menghalangi perjalanan roh dari jenazah menuju Tuhan.
    8 Pakiriman ngutang.
    Pada upacara ini, jenazah dan kajangnya akan dinaikkan ke atas wadah atau yang sering disebut bade setelah upacara papegatan selesai.
    9 Puncak dari prosesi Ngaben adalah Ngeseng Sawa. Upacara Ngeseng Sawa adalah upacara pembakaran jenazah yang dilakukan di setra atau kuburan.
    Jenazah yang akan dibakar diletakkan didalam sebuah replika lembu yang disebut Petulangan.
    Petulangan adalah tempat membakar jenazah yang berfungsi sebagai pengantar roh ke alam roh
    a) Nuduk Galih atau Memungut galih (tulang)
    Mempergunakan sepit. Pekerjaan ini disebut
    "inupit" dan nyumput areng. Memungut galih yang telah disiram dengan air, mempergunakan tangan kiri, dari bawah ke atas, (Upeti) lalu diganti dengan tangan kanan atas ke bawah (Sthiti), dilanjutkan dengan tangan kiri lagi dari bawah ke atas
    (Pralina).
    b) Nguyeg (menggilas) galih yang telah terkumpul
    pada senden setelah diisi wangi-wangian, lalu.
    digilas (uyeg). Alas penggilasnya adalah tebu ratu.
    c) Ngereka (mewujudkan)
    Bagian-bagian yang halus dari galih itu, diambil
    dengan "sidu" dan dimasukkan pada kelungah nyuh gading yang telah dikasturi. Klungah Nyuh Gading itu lalu dikasi pakaian putih (udeng sekah) dibuatkan prarai dengan kwangen.
    10 Nganyud.
    Nganyud merupakan proses upacara dimana abu dari sisa pembakaran jenazah akan dihanyutkan ke laut atau sungai. Hal ini bermakna penghanyutan segala kotoran atau hal negative yang ada di tubuh jenazah.
    11 Ngeroras atau Ngerorasin
    Upacara ngeroras merupakan rangkaian terakhir dari upacara ngaben.
    Sumber :
    1. Blog Sastra Budaya Bali
    2. Kompasiana ( penulis : Kadek Dwiantara )
    3. GoodNews ( penulis : Sita N.)
    ‪@AyunkanLangkahmu‬
    Ayunkan Langkahmu
    #ngaben #ngabenbali #budaya #budayabali #ayunkanlangkahmu

Комментарии • 24