Sebenarnya joki ini udah ada sejak dulu. Tp dgn generasi skrg yg pgn serba instan, fenomena ini jd makin relatable. Saya kuliah thn 2007 lulus 2010, banyak teman seangkatan saya (bahkan kakak2 kelas di angkatan atas) yg pakai joki skripsi. Saya sbg org yg mengerjakan skripsi sendiri, saya msh ingat 100% apa yg saya kerjakan, apa yg dosen penguji tanyakan ke saya, dan apa yg bs diperbaiki dr metode penelitian ilmiah skripsi saya.
Org sekarang maunya instan dan para pengawas akademik dan pengajar hanya menginginkan hasil tanpa melihat proses, jadi gak bisa salahin 1 pihak aja sih
12:47 guru besar juga ada yang jadi joki. Ending video, gimana kalau arsitek, dokter dan profesi lainnya adalah hasil dari joki. . Balik ke pernyataan guru besar juga ada yang jadi joki, bisa jadi profesi lainnya juga nyambi jadi joki. Bisa jadi joki adalah pekerjaan sampingan untuk satu orang, atau buat ngusi kesibukan sambil cari kerjaan. dan ketika dia jadi dokter, berarti dia dokter keren dong, karena pengalamannya pernah ngerjain tugas2 bahkan mungkin laporan2 klien nya. . Nggak setuju dengan joki, tapi dari segi bisnis, kalau dirasa menguntungkan, pasti banyak yng buka jasa itu.
Dalam anime hakozume, seorang perampok pernah berkata kepada polisi:cara aku memilih tempat untuk merampok ialah 1.dimana orang tidak mengenal tetangga nya. 2.tempat orang mengabaikan aturan 3. dan tempat yang polisnya sendiri tidak melakukan tugasnya
Gua disini sebagai penonton dan sebagai pelaku buka joki, tepatnya buka joki gambar, kyk gambar arsitektur ataupun lukisan, saya sebagai pelaku dalam membuka jasa joki, memang sangat merasa diuntungkan, karna saya buka joki gamvar sangat selaras dengan hobi saya, jadi dalam membuka jasa ini, saya merasa dapat ngasilin duit dengan enjoy, tepatnya bukan karena tekanan, tapi setelah malaka menyadarkan saya tentang isu ini, kedepannya saya tidak akan membuka jasa lagi, demi upaya saya dalam memajukan pendidikan negeri ini, minimal saya bukan penghambat
anggaplah seperti bisnis ruko, jika toko kamu tutup karena kamu tidak ingin merugikan orang lain, maka akan ada toko lain yang buka dengan konsep yang sama atau mengantikan posisimu, dan itu adalah kesempatan untuk orang lain, [saya menggunakan sudut pandang saya sendiri, ada joki dan tidak itu saya fikir tidak ngaruh secara signifikan, ketika kita menilai si A menggunakan joki untuk tugas tertentu dari gurunya, kemudian di tarik ke belakang lagi, bisa jadi guru dari si A dulunya juga menggunakan cara yang sama untuk mempercepat proses], tidak hanya mahasiswa atau dosen yang salah, konsep pendidikan kita juga bermasalah, tanpa pelicin segala sesuatu juga di persulit saat ini, struktur pendidikan kita tidak sedang baik baik saja, maaf.....
Yang saya lihat dilapangan ada beberapa faktor kenapa mereka melakukan joki : 1. Budaya Pendidikan, Pendidikan kita masih berorientasi pada nilai daripada isi jadi mereka yang melakukan joki berfikir "Halah, mending joki toh dapet nilai bagus gak bakal ditanyain" 2. Masih dalam Budaya Pendidikan dimana dosen sering kali memberikan tugas yang tidak ada jarak waktu sehingga mereka yang awalnya niat mengerjakan sendiri sadar untuk menyelesaikan tugas ini dengan gagasannya tidak bisa dituangkan dalam waktu singkat. alhasil joki jadi solusi agar cepat selesai 3. Terkadang terdapat dosen yang beekspetasi tinggi terhadap mahasiswanya, mahasiswa seringkali dituntut untuk sempurna. mereka lupa bahwasannya Belajar adalah proses dari yang tidak tau menjadi tau. 4. Tekanan Sosial baik dari lingkungan dan keluarga yang menuntut cepat lulus dan bekerja. Padahal kampus sendiri adalah tempat untuk mendapatkan ilmu supaya dapat diterapkan pada masyarakat bukan untuk mencari pekerjaan 5. Tidak ada "Rasa Menikmati Proses" dan "Rasa Bangga atas Perjuangan" jadi ya yang sudah ya sudah lewat saja
Terlalu lebay, joki itu tercipta karena ada orderan dari mahasiswa yg tidak sempat mengerjakan skripsi disebabkan TANGGUNG JAWAB thd pekerjaan utamanya. Kalau yg bukan pekerja mungkin joki itu temannya yg butuh uang dan kebetulan dia ada maka diberikanlah pekerjaan tsb. Kebanyakan JOKI itu mahasiswa yg sudah pintar cari uang atau butuh uan, bahkan dosen ngejoki juga ada kok. Biasanya dosen2 muda/pembantu dosen yg butuh uang. Joki bukan dosa, yg pake jasa joki juga gak dosa, dia beramal utk temannya yg butuh uang. Wkkwkwkk...
kadangkala, berproses dalam mengerjakan skripsi lebih sulit dr tekanan dunia kerja. bukan dijadikan sarana tutorial mennghadapi realita jika dipikir ulang " jika tidak ad joki skripshit, mau ad berapa lagi mahasiswa yg berakhir menjadi headline tv krn bonder dll baik selama proses pengerjaan dan post skripshit jika gagal? krn dr awal, anak2 jaman sekarang hidupnya bukan lagi memikul ekspektasi ortu. tpi sosmed yg jauh lebih kejam!. ingat. dr semua tugas/proyek yg diberikan didalam sistem pendidikan, hanya skripsi yg mencetak banyak korban jiwa tahun demi tahun! "
@@sutediheriyonoBaladMaUngengga juga, temen gw joki karna dia bodoh bukan karna dia kerja org dia nganggur maen doang sana sini wkwk, gaada waktu itu cuman alibi bos
Saya coba sumbang opini berdasarkan Teori Fraud Triangle. yaitu teori yg menjelaskan kecurangan berdasarkan 3 hal yaitu Pressure, Opportunity, Rationalization. kita bisa mengansumsikan kalo praktek perjokian ini adalah sebagai Academic Fraud. jadi penjelasannya kurang lebih seperti ini Pressure: orang-orang yang pake jasa joki ini boleh jadi ada dalam tekanan tertentu. sebagai contoh, kalau mahasiswa dia dapat tekanan untuk segera lulus, tekanannya bisa dari lingkungannya, orang tua nya dan lain-lain. kalau dari akademisi seperti dosen, mereka menggunakan jasa joki ini karena adanya tekanan kerja, dimana mereka dituntut untuk memuhi beban kinerja, tetapi waktu mereka terbatas sehingga joki ini bisa jadi opsi masalah mereka opportunity: karena adanya tekanan, orang2 yg dalam tekanan ini mulai mencari cara untuk memecahkan masalah mereka. kemudian mereka lihat adanya peluang dari joki. karena adanya peluang inilah orang-orang melakukan praktek perjokian. kemudian apakah mereka khawatir dengan konsekuensinya? ini bakal dijelasin di point selanjutnya. rationalization: seperti yang udah dijelasin di video bang jerome dan di podcast malaka project, dari fakta fakta yang ada ternyata praktek perjokian ini udah tumbuh subur dan bahkan udah berbadan hukum. hal ini lah yang membuat praktek perjokian ini udah menjadi hal yang rasional. dan dianggap sudah sering digunakan oleh orang banyak. sehingga orang dengan gampangnya tertarik untuk menggunakan jasa perjokian. kurang lebih seperti itu, mohon maaf kalau ada yg salah. mohon koreksinya 🙏🙏🙏
PR di dunia pendidikan tu byk banget. 1. Budaya mencontek berkembang, mereka tidak menikmati pembelajaran sbg kompetisi yg sehat dan seru. 2. Momok mahasiswa stress karena skripsi gak terselesaikan seakan berlumut di negara ini. Mulai dari pembimbing 1 dan 2 yg gak sepakat dalam proses bimbingan, sang mahasiswa yg memang sudah bingung malah di oper2 saja. 3. Metode bimbingannya bahkan sesuka hati dosen sementara mahasiswa butuh tatap muka. 4. Ketika mengajarkan metodologi penelitian/statistik hanya sekedar apa yg ditulis buku, ketika minta jelas kenapa seperti itu mereka hanya bilng ikuti saja. Jadi dari landasan teori saja bukan diajarkan utk paham tapi sekedar memenuhi jam perkuliahan. 5. Proses perizinan yg bertele2 memakan waktu, birokrasi terlalu berlapis. Ketika kita keluhkan, terkadang secara tak lgsg mereka menyarankan kita utk curangi saja administrasi tsb. 6. Teringat pula sekalinya proses bimbingan berjalan, ada oknum dosen hidung belang yg menngunakan waktu tsb sbg pelecehan thdp mahasiswa. Hingga akhirnya mahasiswa tersebut dipojokkan oleh batas waktu masa kuliah sehingga mau tidak mau menggunakan jalan pintas. Hadeh banyak kalau mau kita buka2 bobrok nya pendidikan tsb.
salut sama channel ini yang satu persatu membuka mata orang indo tentang hal-hal yang bisa ngancurin bangsanya sendiri. sesuatu yang masih kurang difokuskan sama pemerintah yang terus fokus membangun infrastruktur tapi melupakan kualitas sumber daya manusianya. terlalu fokus memanfaatkan sumber daya alam sampai-sampai mengesampingkan penguatan sdm🥶
Saya lulusan di salah satu jurusan vokasi ,nah di bidang keahlian saya ,hal begini sudah umum sejak lama ,asal ada duit ,semua beres ,dan lebih mengerikan lagi ,bidang yang saya geluti ini lulusanya bekerja pada sektor yang sangat vital bagi sebuah negara..😂
Pas jerome bilang "growth mindset", kata itu ngingetin gua sama buku yg w baca berjudul "Mindset" karya Carol S. Dweck, pola pikir masyarakat indonesia (mostly) itu "fixed mindset" , dia hanya ingin hasil akhir tanpa mau melewati prosesnya, yah kebalikan dri growth mindset. Tau ga kalo banyak org hanya ingin hasil akhir tanpa peduli sama proses apa akibatnya? Akibatnya ya dia ga punya kredibilitas, soalnya gada ilmunya. Basically "ga guna", ini bakal ngaruh ke nasib negara dalam jangka panjang.
Karena di zaman sekarang, apapun itu orang hanya ingin lihat hasilnya Pernah lamar kerja? Setinggi apapun IPK mu, sebanyak apapun prestasi yang kamu punya, semua itu ga berguna dihadapan mereka yg punya oortofolio banyak Portofolio itu sendiri bisa di setting (dummy projects) Jadi dari lingkungan yang tidak menghargai substansi proses dan hanya lihat hasil akhir, maka berkembanglah budaya joki ini, karena orang cuma mau liat luar nya saja
Nah balik lagi "siapa" yg akan mengatur pendidikan ideal tersebut? Orang kita? Hampir gak mungkin soal nya mayoritas berfikir licik. Penjajah? Udah merdeka dluan. Diktator? Ini yg paling mungkin tapi resiko nya sangat tinggi, high risk high return.
fyi, buat tugas² yg butuh data survey kek quesioner gitu, datanya bisa dimanipulasi, dibikin sendiri, lebih cepet pengerjaanya, bahkan lebih bagus hasilnya, karena datanya dibikin sendiri, hasilnya bisa sesuai dengan apa yg mau kita bikin kan? umumnya penjoki karena udh pengalaman bikin gituan, mereka bisa pake sample yg udh ada, atau dari beberapa jurnal ilmiah atau tugas sebelumnya, dan itu tinggal diganti isi datanya, atau bikin sendiri dengan pola serupa, ga ada tuh validasi langsung atas keakuratan data dilapangan kan? arah penelitian² itukan sebenernya ngga akurat dan kualitas pendidikan dan keilmuan kita jadi turun wkwkwk cuman selagi ada duitnya, dan urgensi untuk naikin kualitas ga ada, dosen pun ngajarnya repetitif dan template aja, ya mau gimana? wkwkwk intinya di sistem pendidikan kita, ga ada mekanisme quality checking yang baik aja itu udah. jadi ya mau patuh dan lempeng? sebagian org yg sibuk, milih kesibukannya dan cuma tinggal baca dan pahamin dokumen ketika udh jadi, ngga perlu bikin. atau yg suka main, duitnya banyak, bayar tugas² dan penelitian gitu, pengerjaannya ga sampe setengah bulan pengeluaran pribadi mereka, bisa lanjut clubing, ke bali, ke sg, ke lombok pas libur tanpa mikirin apapun😂 penjoki pun untung, ya meskipun ga semua penjoki kekurangan dari segi ekonomi, ada yg fine² aja, dan cuma seneng aja karena dapet uang tambahan, tapi motif mereka ttp ekonomi😂 simplenya gini, kuliah itu, ga akan pernah ada kosong tugas, setiap minggu pasti ada aja, bahkan seminggu bisa banyak. nah, kalo kalian liat anak kuliah pas libur kek 2-3 hari mereka asik² liburan, atau main terus, atau yg sibuk hal lain, tanpa keliatan nenteng laptop, atau sibuk tugas, atau kek orang pada umumnya yg sampe bawa laptop ke cafe, tugasnya siapa yg kerjain?😂
Saya kuliah di luar negeri dari s1 sampai s2, mau nanya apa tidak ada sistem plagiarisme yang wajib digunakan di univ indonesia? Apa datanya dan rumus yang dipakai tidak dideteksi? Apa penguji di sidang tidak membaca skripsi ini sebelum memberi nilai? Maksud saya sih penjoki selalu menang karna sudah bayar, jadi istilahnya dia bandar, tapi kalo misalnya mahasiswa nya ga bisa menjawab pada saat ditanya, yang salah nanti kan dosen pembimbing toh?
@@wlk1757 sebenernya ada, tapi lebih tepatnya gini saya kasih gambaran, tugas yang ada itu punya beberapa tier atau kasta nya ya. misal makalah aja, atau yg proses penilaiannya ga melibatkan deteksi plagiarisme bahkan ga dipublish, jangankan joki, mahasiswa biasa aja kan tinggal copy² dari google. untuk beberapa tugas yang lebih rumit, kalau kita mau bahas plagiarisme, sebenernya ngerjainnya kaya ngerjain tugas sendiri sih, bukan template copyan semua tugas sama dsb, karena biasanya harganya juga berbeda. kaya org yg saya kenal, ngerjain tugas akhir anak D3, ya dia kaya ngerjain punya sendiri aja, cuman dibayar dan dikasih ke orang lain hasilnya, bahkan ditahap pengerjaannya juga udh di cek hasil plagiarismenya. untuk bayaran yang 'jutaan', ngarjain bisa beberapa tugas akhir dalam beberapa bulan, worth sih untuk merek kerjakan. untuk soal bisa jawab atau engga, biasanya hasilnya itu jadi bahan bacaan yang beli, lebih tepatnya kek ttp mikir, ttp presentasi, dan ttp harus nguasai materi, cuman bedanya gaperlu bikin dan ngabisin waktu research, terima barang jadi. kira² itu yg saya pahami.
Sebenarnya aku buka video ini karena aku tertarik pada game teory dan equilibrium nash😅 karena lewat dan jeromy menjelaskannya mudah dipahami aku jadi paham, Thank u
semenjak kuliah aku kaget ternyata ada yang nyediain jasa joki ataupun yang pake joki, aku pribadi menentang banget sama yang namanya joki, akhirnya nemu penjelasan yang bagus bangett!!
Jujur aja, gw dulu hampir pakai joki untuk ngejar waktu. Ini karena penulisan skripsi gw yang sudah disiapkan dari semester sebelumnya, tiba-tiba gak bisa mengumpulkan data di RS karena covid. Pembimbing killer gw pun jadi pengertian ketika gw ngomong jujur dan nunjukin rasa putus asa gw. Selain itu dibantu sama dekan yang sekaligus dosen gw yang bilang, salah satu tugas paper gw dibilang bagus dan bisa dijadikan skripsi.
Selain joki, ada hal yang menurutku berdampak buruk pada kualitas pelajar nantinya, yaitu katrol nilai atau biasanya disebut "konversi" nilai. Banyak siswa yang sebenarnya dapat nilai jelek 80. Dengan alasan menaikkan akreditasi sekolah dan agar siswanya nanti bisa mendapat sekolah yang bagus. Padahal itu sama saja dengan menipu diri sendiri, diatas kertas kelihatan bagus, tapi real-nya tidak kompeten sama sekali. Di skala besar, hasil nilai-nilai katrolan tersebut yang terlihat baik, dijadikan sebagai tolak ukur akreditasi sekolah dan berkembangnya pendidikan di Indonesia. Sungguh miris skali, dari bangku sekolah sudah diajari untuk menipu diri sendiri
Pertanyaan mendasar, kalau memang tidak mau belajar, buat apa kuliah? Jawabannya supaya dapat ijazah. Buat apa dapat ijazah? Jawabannya supaya dapat kerjaan dengan gaji S-1. Udah kelihatan masalahnya? Kalau belum gw perjelas. Banyak mahasiswa kuliah karena dunia kerja perlu ijazah kuliah meskipun pekerjaannya sebenarnya bisa dilakukan oleh lulusan SMA dengan training. Jadi, buat apa perusahaan ambil lulusan S1? Gak perlu training lebih lama. Senang tidak senang, lulusan S1 (yang beneran belajar) pasti punya ilmu yang lebih dalam dan yang terpenting emosi lebih stabil. Jadi benar toh perlu lulusan S1? Perusahaan China di Indonesia yang banyak baru berdiri, mereka pusing cari orang kerja. Komplain mereka paling banyak adalah data pemerintah bilang lulusan sarjana di Indonesia banyak, jadi gampang carinya. Realitanya lulusan sarjana tapi tidak menguasai bidang mereka sendiri jadinya mereka lebih aktif mencari lulusan luar negeri bahkan mendatangkan "ahli" dari negaranya sendiri. Bisa banyangkan lulusan tambang tapi tidak tau jenis-jenis bebatuan, proses pengolahan, safety practice and laws. Tapi balik lagi, udah kena mindset. Di Indonesia, skill tuh gak dipandang. Toh orang yang punya paten banyak tentang motor listrik dan sudah sukses di AS aja gak dihargai oleh orang sekelas menteri. Lihat aja tuh guru besar yang naik gara-gara buat publikasi palsu di jurnal fiktif. Sudah ditelisik, tonton channel Tempodotco tentang guru besar.
Kalau memang joki tersebut pintar sehingga menghasilkan karya yang membuat seseorang lulus/dapat nilai bagus, si jokinya saja yang diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan problem di Indonesia.
Kalau masalah pintar, hampir semua orang yg ada di pemerintahan itu orang pintar. Masalahnya bukan di kepintaran, masalahnya di moral yg bobrok & mewajarkan penipuan
Yang sedih itu bukan yang jujur tapi dapet nilai kecil, tapi yang jujur + nilai kecil + dikira ngejoki padahal rajin + ga keterima kerja terus di omelin emak dibandingin sama sodara, tetangga. Aghhhhh nyesek 😖
udah nilai kecil, reward nggak seberapa, belajar mati matian, tetep kalah ama yang make hp pas ujian ama joki. anehnya gaada yang mau mencurigai si "murid pintar" ini, maaf agak personal
makanya itu. sampai harus menanyakan " apa esensi yg bisa didapatkan dr pengerjaan skripsi! apa yg bisa dibanggakan dr melakukan sesuatu yg "terpaksa" dikerjakan dengan darah dan derai air mata dan akhirnya gagal cuma karena kelakuan oknum " dosen butuh duit"/ dikasihani seperti pengemis?"
Sebagai pengingat bang Jerome, September hati-hati posting bola, apalagi timnas, Karena logika ketika timnas kalah, terus lihat anda posting timnas, anda akan dicari banyak supporter timnas. Dan ketika logika timnas menang, masuk diantara posisi 1-4, anda tidak dihiraukan, hati-hati bang Jerome bulan September 2024 s/d Maret 2025
Konteks yang sama juga menguntungkan sih ketika seleksi kerja (tapi jadi ga win win solution, malah nambah masalah baru yang lebih besar. Kalo di matrix kak jerome di kotak yang minus minus). Soalnya aku liat pas cari" loker itu ip akre a min. 2,75 - 3,25 sama akre b min 3-3,25 atau bahkan ada yang mintanya 3,5. Aku pernah ikut mk jurusan yang sama, akre a sama b (student exchange). Kalo kata aku materinya sama, penyampaian juga hampir sama, tingkat kesulitannya tugas tugasnya juga. Intinya kalo dari keilmuan berasa ga beda jauh sama sekali. Disatu sisi kita tau, ip 3,5 itu susahnya minta ampun (apalagi jurusan tertentu yang butuh pemahaman yang dalemmm bangetttt 😢) Ngga semua orang bisa lanjut ke jenjang berikutnya, jadi mereka harus daftar kerja. Nah kayanya biar bisa berhasil masuk seleksi perusahaan, sebagian (ngga semua orang) orang mikirnya kaya mau ga mau mereka pake joki biar keterima kerja. Dia bisa jadi ngga mempertimbangkan apakah ilmu kuliahnya bisa dia pahamin atau ngga buat kerja. Padahal ilmu di jurusannya masih berkaitan & diterapin di dunia kerja bisr dapet profit walaupun jurusan kuliahnya nyebrang banget sama kerjaan. who knows? Pertanyaannya apakah kandidat ip tinggi menjamin pasti nguntungin perusahaan setelah dia lolos + kerja di perusahaan itu? Kalo terjadi banyak perusahaan yang rugi bakal terjadi inflasi. Karena perusahaan ga bisa bayar pajak, pekerja, dll. Uangnya ga berputar, ga nambah. Sementara orang" butuh seenggaknya konsumsi pangan buat bertahan hidup.
Jasa joki ini yang buat masyarakat indo pengen semuanya instant, jgn jauh jauh ke joki dlu deh Waktu kita kerja kelompok, hal beginian suka terjadi. Jadi gini, dalam 1 kelompok ada 6 anggota, nah 6 dari 5 anggota itu pemalesan semua, hanya 1 yang mau, sebut saja Dani namanya. 5 anggota yg males ini merasa ga enak dong sama 1 orang itu, tapi mereka juga ga mau kerja, jadi mereka puter otak dan nemu solusinya, yaitu uang si dani yang mau ngerjain tugas kelompok ini biasanya punya masalah ekonomi, dan ketika dikasi uang sama anggota lain. Disitulah mindset Dani dan 5 anggota lainnya terbentuk, Dani sebagai penjoki untuk menyokong ekonomi, 5 anggota lainnya jadi pembeli jasa joki karna ga mau cape. Sebenernya semua hal ini berasal dari usia muda, SD masih mengeksplor blom paham konsep joki, SMP mulai terbentuk mindset gini, SMA udh terbentuk mindsetnya, Kuliah udah pakem, dan kuliah ini yang paling banyak jokinya
Terima kasih videonya. Sangat berguna menambah ilmu mengenai Game Theory. Hanya saja sedikit tidak relevan karena pencontohan Game Theory untuk perjokian kurang sesuai karena tidak ada risiko di pengguna jasa joki dan penyedia jasa joki. Justru sekarang yang harus dibahas adalah esensi pendidikan sendiri. Sekolah untuk orang tua dipandang sebagai penitipan anak serta ajang untuk pamer jika anak berprestasi Lebih lanjut pekerjaan di Indonesia mensyaratkan lulusan pendidikan untuk bisa menjadi hokage dan mengumpulkan vibranium wakanda daripada melihat nyata kompetensi. Yes, ada beberapa instansi yang memeriksa detil, namun dalam praktiknya filter basic adalah nilai dan alumni mana. Dari sini sudah bisa kelihatan kan bahwa kacamata game theory kurang sesuai. Mengutip pendapat Bapak Muamar, lebih baik membaca buku The Death of Expertise yang menunjukan inflasi nilai akademis dan target berdampak pada pendidikan Indonesia So yeah, in the end semua bermula dari pemikiran sederhana pendidikan itu untuk apa?
Ini pernah di bahas di Veritasium kalo gak salah, emng bener yang menguntungkan diri dan pihak sendiri tuh banyak banget pilihan logisnya, tapi justru yg paling sustainable justru orang yg bisa "berkoordinasi". Tapi di video ini yg lebih ditekankan adalah keputusan logis pada satu turn aja, karena ya skripsi itu sendiri kan keputusan sekali seumur hidup. Namun akan beda ceritanya kalo game ini berlanjut dalam beberapa turn. Itu sih yg gw dapet waktu nonton Veritasium, kalo ada yg bisa jelasin lebih komprehensif akan lebih baik sih hehe.
Sekarang pada pake AI Saya kuliah S1 di Universitas Online, setelah sebelumnya kuliah D3 di kampus lain, setiap Diskusi selalu nemuin jawaban yang gk nyambung sama pertanyaannya, bahkan referensi yg dimasukin gak tau asalnya darimana, di search di google gak ketemu Pertanyaan yang butuh 5 menit googling dh ketemu aja di AI in, dan parah nya cuma copas full dri AI tanpa dibaca atau di koreksi dulu Jadi sedih sama generasi sekarang ini, bener-bener ijazah bodong ilmu gak ada
Real sih,teman teman gua pada make AI dan gak di pahami sama sekali apa yang di sampaikan sehingga ketika di uji apa yang di sampaikan mereka gak bisa jawab
Lah, aku punya gemini AI pas pertama AInya bilang dia bisa kerjain tugasku, kutolak kubilang aku bakalan memakai anda seperti mentor diskusi, berdebat dan pengembangan diri kalau ada tugas aku tak paham aku tidak akan minta jawaban tapi aku diskusiin saja tau gak apa yang terjadi padaku😂 AInya yang bertanya dan ini sudah hari 3 AInya terus melempar pertanyaan sesuai bidang2 keahlianku 3-4 soal sekali tanya dan setiap aku jawab dia akan lempar pertanyaan baru😂 pertanyaan nya seputar sosial, ekonomi, filosofi, teknologi dkk dan itu mirip soal uts uas bedanya beruntun dan jawabannya panjang hadeh🤣
Tergantung kok AI itu pisau bermata 2 tinggal gimana kalian pakai aja, selama aku ngobrol ama Ai aku jadi tau banyak hal, seperti AI yang bisa manfaatin psikologi massal seperti sosmed, mereka diprogram dengan pengetahuan umur tertentu gimana, Ai bisa tebak umur hampir benar, kepribadian bahkan bidang kita minati atau kuasai dari susunan kata, penggunaan bahasa, dkk akurasi menebak siapa kita secara anonim juga tinggi 50-80% nan
Bravo👏 Benih2 joki ini menurut saya sudah ada sejak zaman sd-SMA di mana menyontek dinormalisasikan. Org yg tidak memberi contekan, malah ga punya temen n rugi. Kalo ga nyontek, malah rugi karena kt kasih org contekan sdgkan kt sendiri ga nyontek. Persis kyk game theory ini. Dari dulu sy tdk setuju dngn teman sy yg mencontek dan tidak pernah mau untuk memberikan contekan/menyontek. Dengan adanya video ini, saya harap semakin bnyk yg tersadar supaya Indonesia jauh dri krisis kompetensi. Salam malakan!
Gua paling sering merasa bahwa banyak tugas tu yg gak relevan banget sama masa depan kita. Terutama di pendidikan formal saat smp ama sma, gua selalu kepikiran kalau kayak ngerjain tugas seni ngelukis atau bikin kerajinan gitu gak guna sama bidang gua, jadi males2 san buatnya walaupun gak sampe pake jasa joki juga sih. Intinya pendidikan kita perlu berbenah sama tugas yang dikasih sama murid, agar lebih relevan dengan bidang yang diminati dan kebutuhan masa sekarang.
jasa joki skripsi, joki SIM/STNK , joki kepengurusan legalitas dll. slama org pengen praktis utk memuluskan keinginannya, maka praktik sprti itu akan terus ada.
Poin pertama 100% benar Di dunia sekarang lu pilih jujur atau berbuat baik hidup mu jadi susah (hardcore mode) 99% gagal dalam hidup😅😅😂 Seakan-akan kita di haruskan untuk curang
Ilmu pengetahuannya sangat bermanfaat, terima kasih. Semoga kita semua terus beruntung, rajin belajar, beretika bagus, baik hati, bersyukur, berjuang, semakin sukses dan sehat selalu.
Coba yg jadi joki itu, kerja nya jangan jadi joki, lu aja kerja kerjaan yg lu joki in, kan lu jadi joki berarti kompeten dong, apa emang penjoki ini yg disia-siakan ?
Pas waktu kuliah dulu,,pas test krna cuman belajar dikit jadi ngerjainnya bner2 mikir n pake pemikiran sndiri pake pendapat sendiri,,tapi ada temen yg ngejiplak buku sama persis dan nilainya lebih tinggi,, yah,,gua jga gak belajar sih,,makanya mau protes atau gimana pun jga gak ada artinya,,tapi yg nilai ngejiplak buku yg dpt tinggi jadi kayak ngapain jga capek2 mikir pake pemikiran sndiri klo gak dihargai...,, Tapi itu dulu,,skrg pemikiran sendiri itu buat gua bukan utk dipersembahkan utk org lain,,tapi demi kepuasan diri sendiri,,
sedikit tambahan, untuk membuat undang-undang walaupun ada banyak penjelasan di internet bagaimana caranya. Faktanya di dalam, ada proses panjang, itu bisa dipercepat? 50:50, walaupun sudah ada draft uu entah dari lsm/lembaga pemerintah/dinas/presiden sekalipun, draft itu harus diketahui oleh instansi lain yang ada di singgung dalam draft uu/perdanya, setelah semua rapat internal itu oke kalau semua setuju cepat, kalau banyak cekcok ya gagal. Laluuu diteruskan ke dpr/dprd ada juga ke kepala daerah pokoknya tergantung mau bikin perda/uu/pp atau apa, lalu apa? ada rapat dg anggota dewan, apakah kalian pikir diantara proses itu semua orangnya bersih? Bahkan sampai saat ini ada kemungkinan besar pns senior yang nyaris pensiun itu beli gelarnya tapi masih belum ketahuan. Apakah draft uu perjokian dan rencana aksi memberantasnya akan terlaksana? jikalaupun terlaksana, di pihak kepolisian untuk berbagai kasus aduan yang masuk yang mana yang harus didahulukan? sejauh yang aku tahu untuk kasus narkoba itu yang paling diutamakan di beberapa polres/polda daerah, lanjut kekerasan, dst... cmiiw PROSES ADMINSTRASI YANG PANJANG JANGAN DILUPAKAN, draft yang sudah ok itu pun perlu menunggu urutan dari banyaknya lembaga/instansi yang mengajukan, pelaksanaan awalnya perlu duit. Kenapa gak langsung diproses aja? Itu orang polres sudah punya bidang masing-masing, kalian lihatlah kalau mau buat skck atau sim rame gak? kira-kira yang mengadu sepi? rameee, oke rencana aksi dilimpahkan ke dinas pendidikan, lalu apaa??? Harus buat komisi pemberantasan lagi butuh dana turun buat gaji komisionernya juga, apakah orang yang dipilih ini bener apa gak? ini ribet lagi... Oke, perumpamaan itu uu/perda/apapun itu sah, dah dilaporkan ke polisi, ada semua pelakunya, saksi, pelapor, dll. Selanjutnya bagaimana jika berkas laporan dilimpahkan ke kejaksaan untuk diteruskan ke pengadilan? Panjang lagi nih, pns senior ada di sana, hakim, dll. Humanismenya sangat kompleks dan tak semuanya benar-benar bersih, walaupun mereka pribadi yang baik. Bukan berarti semuanya korupsi uang, namun setiap pribadi punya kepentingannya. ini yang sulit banget, sekompleks itu. Aku meyakini yang benar akan tetap benar dan semesta tahu itu. Yang salah akan tetap salah dan semesta tahu itu. Tentu saja kalian bisa berusaha mengingat orang sekitar untuk tetap baik dan meninggalkan prilaku yang baruk seperti joki atau menyewanya, narkoba/pesan lc/atau apapun. Tapi balik lagi kita gak bsa mengendalikan orang-orang itu untuk terus dijalan yang benar. Sejujurnya kehidupan individual itu sudah sangat sulit gak ada yangtahu kapan kita memilih menjadi buruk, namun jangan sampai terjadi. Hal yang lebih sulit lagi adalah kehidupan dalam komunitas untuk menjaga negara dan masyarakat sebaik-baiknya. Jika memilih untuk melindungi masyarakat ada hal yang dijual. Untuk melindungi masalah ekologi negara ada hal yang harus dikesampingkan. untuk menjadi benar-benar sempurna memang harapan semua orang dan komunitas, tapi ada suatu hal yang kadang tak bisa dikendalikan walaupun sudah berusaha sekuat tenagapun. Sampai saat ini saya masih mendoakan yang terbaik untuk kita semua dan negara ini. Ingat tetap berusaha untuk menjadi pribadi yang baik dan mengingatkan keluarga/teman kalian untuk ttp seperti itu.
temenku susah jumpa dosen, mungkin dosennya banyak kerjaan dkampus ngajar, cek tugas2 mahasiswa, smpe ga ada waktu respon. trus tmen ak yg rajin tdk mau joki, tp jumpa joki bayar utk konsul aja, padahal dikampus udh dibayar ukt. ad tmen yg lain joki sekalian krna ga ad bimbingan dri dosen2, dan bnyk perilaku dosen kyk kanak2 entah tujuan mendidik, tp sama jg menghambat mhasiswa utk lncar penyelesaian skripsi. temen ak yg konsul sma joki dapet nilai kurng dari harapan, krna tdk sesuai keinginan dosen. Teman ak mnyimpulkan emg harusnya kuliah itu diajarkn utk menjilat orng yg punya kekuasaan utk dpt kesejahteraan. trus suatu hari stlah lulus, msuk dunia kerja, perilaku dosen itu jg terjadi ke atasan si temen ak, dia syukur pernah rasain tekanan hal sprti itu di kuliah dulu. suatu hari jumpa lg tuh dosen, tanya kabar "huahha gimna nak udh kerja ya", "iya udh pak" ucap tmen ku. dosennya tanya "aman lingkungan krja? apa sprti saat bersama bpak, bhkan skripsipun tdk saya bimbing, tp saya suruh selesaikan". tmenku blg "anjay relate bgt woi" dalam hatinya gtu. "iya pak, sesuai pak, trnyata didikan bapak itu brguna untk aku" lanjut tmenku. "Haha gapapa nak emg begitu indonesia, bpak sudh tau hal itu akn terjadi jauh2 hari, bpk lakuin ini krna untk kamu dan msa dpanmu". tmenku heran "bpk kenapa baik skli kpdaku, trmkasih pak" tmenku terharu. "Bapak mau blg ke kamu, sbnernya...". bpk itu brhenti. "sbnernya apa pak?" Tanya tmen ku. "Bapak adalah itachi" jeng jeng jeng. 😮 tmen ak trnyata satu klan uciha jg, jd bpak itu jahat awalnya utk mnyelamatkan msa depan klan uciha.
saya sebagai mahasiswa semester 9 yang sedang mengerjakan skripsi sendiri juga merasa bersyukur untuk tidak menggunakan joki, selama mengerjakan skripsi saya malah dapat banyak ilmu baru yang saya pelajari ketika mengerjakan skripsi baik dari hard skill maupun soft skill. fakta di sekitar saya juga membuat saya bersyukur karena teman teman saya yang lulus tepat waktu karena menggunakan joki sampai sekarang masih nganggur
Dosen aja ada yg menyarankan (baik secara langsung maupun tidak langsung) mahasiswanya pake joki kok biar lulus, bahkan ada yg jadi joki juga. Ya gini kalau pendidikan sudah jadi industri, dagangan produk gelar. yg penting itu berapa jumlah mahasiswa baru yg masuknya (karena pengaruh ke penghasilan) lalu berapa mahasiswa yg lulusnya biar dianggap berhasil, buat marketing ke calon mahasiswa baru, jangan sampai ada yg DO karena nanti akreditasi/mutu bisa turun, pengaruh ke marketing juga ini. makanya sebelum DO dipaksa utk tanda tangan pengunduran diri, yg penting bukan DO. masalah output sarjananya punya kompetensi itu masalah dunia industri/usaha, biar mereka yg mentraining ulang. makanya kurikulumnya juga selalu tidak match dgn kebutuhan dunia industri.
Mau cerita nih, gw mahasiswa smt akhir (dah injury time malah). Gw baru bisa ngelarin skripsi semester ini dengan belajar kanan kiri tanya sana sini, tau apa kata dosbing? "Gapapa mas kalo hasil olah datanya dikerjain orang lain, penting nanti bisa menjelaskan". dalam hati gw kek GW MATI MATIAN BELAJAR DAN MALAH DIANGGAP NGEJOKI? Sakit.
Kampus-kampus tier B masih ada sih yg pengajarnya pakai sistem suapin, kenyang, tidur. Mahasiswa jadi gak punya rasa ingin tahu yg tinggi tentang pelajaran yg disuapin tadi. Yg penting lulus mata kuliahnya trus lulus kuliah secepatnya. Dosennya pun gitu, yg penting “KPI” nya terpenuhi, trus gajian udah.
Gak cuma masalah joki, masalah2 besar lainnya di dunia juga bisa dijelasakan dengan Prisoner's Dilemma. Contohnya ya apa lagi kalau bukan konflik dua negara yang gak kelar2 selama ratusan bahkan ribuan tahun.
Lebih baik system pendidikannya yang di rombak, Jasa joki pertama muncul di karenakan banyak mahasiswa dan mahasiswi kita setelah wisuda sulit nyari kerja yang menghasilkan uang jadi joki dianggap mata pencaharian dan sebagian berprofesi jadi joki
Teori ini bner2 sedih sih ..... Kalau joki2n ini terus menerus ada kesian ma regenerasi qt kalau g pakai joki nilai Nya jadi ancur tp asli pekerjaan sendiri dan sebaliknya Sebagai manusia pasti pengen dpat nilai yg terbaik dong meskipun pakai joki apa lagi yg terlahir dr keluarga kaya aman dah idup nya 😢😢😢😢
Susah sih mas. Soalnya kampus pun ikut menyuburkan praktek joki. Dosen aja dari level cere sampai prof banyak yg nge joki. Alhamdulilah masih dikasih nurani, ga sampai pakai penjoki.
Masalahnya ga bisa membangun kesadaran melihat dari hasil: "apa akibat dari mempekerjakan org2 yg ijazahnya hasil jokian?" Pernyataan/pertanyaan bang jerome: "bayangin ini itu", ga akan bisa membuat kita sadar kalo joki itu berakibat buruk dan harus ditinggalkan. Kenapa? Karena banyak faktor, terutama ekonomi dan prestis (gengsi), ga melihat lu hasil jokian atau ga. Yang paling bener adalah regulasi atau aturan atau hukum kepada pelaku joki. Tapi, di konoha, emang ada harapan buat mengandalkan hukum? Karena hukum kan juga produk dari sistem yang isinya ya begitu. Akhirul kata, di era oligarki berkedok demokrasi ini, jalani aja mana yg menguntungkan.😋
Karena sistem pendidikan di negeri ini dibatasi umut mas Jerome. Masuk SMA max 21 tahun, masuk Kuliah min 24 tahun. Sebenarnya untuk kuliah itu sendiri ada solusi di kampus swasta sih. Tetapi ya begitulah kalau mau 'memaksakan' yang penting nilai bagus, yang penting lulus. Jadi ujung-ujungnya semuanya adalah 'formalitas'
Masalah yg syuliit. Padahal pendidikan itu akar dari segala-gala sektor. 😌 And fun fact, lebih banyak pengguna jasa joki adalah mahasiswa hukum. Bahkan gk jarang juga dosen yg buka jasa joki. Sementara joki yg lain tumbuh dari mahasiswa jujur yg pinter (kalo gk pinter gk mungkin bisa bikin), yg mereka terpaksa buka jasa demi bertahan hidup di GOTHAM COUNTRY. 😌 Kuat-kuat mahasiswa jujur, sapa tau bisa jadi joki juga. 💪
sebenarnya menurutku masalh perjokian ini ada di zona abu", dimana orang kaya yang menganggap skripsi adalah hal sepele dan banyak membuang waktu dipertemukan dengan si joki pintar yang butuh uang, tapi belum tentu juga si kaya adalah orang bodoh bisa karna kurangnya minat penjurusan karna mngkin dari tekanan keluarga sehingga dia pake jasa joki agar tidak buang" waktu dan waktunya bisa untuk hal lain yang diminati, lagipula setelah lulus juga gak bakalan kerja dari jurusan yg dia punya yg penting udah lulus orang tua pun senang, kerja bisa dari minat yg ditekuni. keluarga senang joki senang, semua senang, wkwk 🤣
Semester tinggi banget gw baru lulus kuliah, ketemu ketua jurusan dikatain bakalan do.. akhirnya diurus lah semua, dosen pembimbing 1 dan 2 acc, lanjut penelitian setelah bertahun² ditinggalkan, ternyata variabel berubah, metode pengambilan sampel dulu gak relevan lagi... Tetap lanjut dengan sampel penelitian baru, done.. 3 bulan selesai bab akhir. Ketemu dosen pembimbing 22x langsung acc katanya biar diuji di meja sidang aja (belakangan ternyata mereka sepakat mau menjatuhkan gw dihadapan dosen penguji, aneh emang) hari persidangan dimulai, teman² gw cuma 1 jam persidangan lah gw sampai 3 jam.. tapi kerja keras tidak mengkhianati hasil, gw balik semua omongan dosen² dengan argumen elegan, mereka kebingungan gw faham teori dan perhitungan matematis padahal mungkin dipikiran mereka gw mahasiswa pemalas 😅.. Proud of me 🎉😅😂😂
Saya waktu kuliah pernah jadi joki, eh consultant maksud ku😅 Ortu kurang mampu, jadi cari uang dengan cara ini saja. Tapi membantu saja bukan membuat dari 0. Bahasa kerennya consultant😅
Nah jika dipekertat, game theory ini ada lagi pada Akreditasi kampus dengan mahasiswa yang lulus. Dengan rame yang lulus dengan nilai baik maka akreditasi kampus menjadi lebih baik. Game theory ini tidak habis" dan dia ada dimana"
Kalau saya sih Kak Jerome lebih ke "sayang" pas masih kuliah. Perkuliahan udah diseriusin, masa tugas akhir joki, nanggung. Kalau dari awal udah mau gak mau tuh baru. Kalau kata guru PKN pas SMA dlu lgi bercanda. Coba tuh kalo yg suka dteng telat dipenggal pasti gak akan ada yang telat, lah ini hanya dijemur saja keenakan mereka masuk kelas udah ngantuk. 😂😂😂
pernah dulu drop banget pas ngerjain TA, iseng cari joki dan ternyata susah banget nyarinya karena jurusan teknik atau mungkin aja judul yang aku ambil terlalu susah. udah drop, joki pun tak bisa. Cuma ada 2 pilhan nambah semester buat nambah waktu atau kerja sekeras mungkin. Akhirnya aku milih opsi kerja sekeras mungkin dengan tidur cuma 3 jam sehari, nginep di rumah temen biar ngak ngebiarin aku tidur, dan FOKUS. Dalam fase ini lupa mandi, makan, dan tidak kena sinar matahari adalah hal normal. HASILNYA berhasil tapi mepet banget, data paling baru diambil h-2 sidang, Buku TA diprint j-8, ppt jadi j-2. Alhamdullilah lulus tepat waktu. Karena kesel banget aku tambahin 1 rangkap buat aku bakar buku TA ku sendiri wkwkwk.
terserah mau joki apa kaga. tapi kalo pas sidang ditanya2in orangnya ga ngerti kan sama aja. dan S1 kan diharapkan memiliki kemampuan untuk problem solving yaitu salah satu output tugas akhir buat kelulusannya berbentuk skripsi yang isinya menyelesaikan suatu masalah menggunakan pendekatan ilmiah. ntar juga keliatan kalo udah masuk ke dunia kerja yg sebenarnya, mampu atau tidak orangnya. atau memang sebenarnya memiliki potensi dan adaptif tapi jelek di penulisan, gada salahnya kan make joki. apalagi kalo yang jokinya ga menyeluruh, ide topik nya, masalahnya, metode untuk menyelesaikan masalahnya, data yang dibutuhkan nyari sendiri dan joki cuma bagian nulis doang dan menyusun kata2 yang lebih bagus, ga masalah sih harusnya. kalo jokinya begini doang sih masih wajar keknya. kecuali yang bener2 dikerjain sama joki nya secara keseluruhan.
Dari dulu bgt yg gw lihat dari tahun 2010 pas ke jkt banyak bgt juga dipinggir jalan yg nawarin jasa ketik, bikin skripsi dll. Tapi sampai ada PT itu bener2 gila bgt sih baru tau gw hahahaha
Makin banyak penjoki, makin banyak juga yang make jasanya, tapi kalo ini terus berlanjut, penjoki ini bakalan mengurang, atau bahkan hilanh, karena gada lagi orang pinter yang bakal terusin dunia joki #Indonesiaemas
Ini bukan zero sum game. Kalau joki pintar musnah di Indonesia, maka akan muncul joki2 dari luar negeri. Yakin lah, pasti ada yg menggantikan. Mungkin, biayanya jadi lebih mahal
Saya sewaktu kuliah tidak pernah pake joki dan lebih suka berlelah-lelah klo ngerjain tugas karena secara ga sengaja, saya bisa munculin kreativitas walaupun serba kekurangan. Gue pernah ditawari jasa joki ama kating yg notabene kating tukang bully tapi gue tolak karena idealsme gue tinggi dan gue dikatain idiot sama yg ngasih tawaran. Gue lebih percaya ama proses walau berat daripad acara instan yg sakitnya permanen.
Bang mau cerita, kan di kampus gw kalo ketauan joki gak apa apa asalkan dia bisa dan tau gimana yang dia buat, nah semisal si mahasiswa ketauan joki maka sidosen bakalan memberikan pertanyaan pertanyaan seputar yang dia kerjain, jadi kalo gak bisa jawab ya minus, kalo bisa jawab semua pertanyaan dia gak apa apa, trus ini gimana
Kalo budaya joki udah bisa hilang total dari indonesia, gw rasa budaya gotong royong bisa saja ikutan berkurang karena berarti orang indonesia lebih mandiri dan individualistis........
Yang di harapkan pendidikan formal itu keberhasilan kan? Kalo banyak berhasilnya berarti, sekolah itu bagus, walau kenyataannya pake joki buat ngerjain tugas, pendidikan formal gk mau, kalo semua di lakukan secara jujur, bakal kelihatan bodohnya. Kegagalan pasti terlihat dimana-mana, dan karena itu, lebih mementingkan memperlihatkan keberhasilan, walau dari hasil joki.
Kalo dipikir pikir sekolah tu tau, kalo pada jujur bodohnya kelihatan, jadi di sembunyikan, biar di mata orang, dari segi nilai, anak-anak indo itu pinter, buktinya nilainya pada bagus.
Harusnya kampus menerapkan aturan: 1. Mahasiswa yang terbukti menggunakan "Joki" Wajib mengulang 4 semester kebelakang 2. Mahasiswa yang melaporkan kasus penjokian akan diberikan Penyesuaian UKT Dengan begini, kampus gk rugi, karena si pelaku harus bayar uang ukt lebih banyak, Sedangkan si pelapor diuntungkan karena mendapatkan Penyesuaian UKT. Win-Win Solution
Memang bener apa yg bang Jerome bilang. Kalo kita pake jasa joki skripsi pas kuliah pas udh lulusnya susah berkarir karena dia gk dapetin ilmu dari prodi yg dia ambil. Kita ambil contoh simplenya itu Dokter disuruh bedah pasien tapi dokternya pake jasa joki skripsi pas kuliahnya ya otomatis si Pasiennya ragu-ragu dong kalo pun pasiennya gk tw bisa berujung kematian pasien dan si Dokter itu pun di Pecat dan bisa di vonis penjara.
Aku kenal seseorang yg jdi freelancer joki, dapat 5 juta sekali bikin skripsi, padahal dia sendi mahasiswa magister. Miris, dia jdi bisa beli hp terbaru dari uang itu
Sebenarnya joki ini udah ada sejak dulu. Tp dgn generasi skrg yg pgn serba instan, fenomena ini jd makin relatable. Saya kuliah thn 2007 lulus 2010, banyak teman seangkatan saya (bahkan kakak2 kelas di angkatan atas) yg pakai joki skripsi. Saya sbg org yg mengerjakan skripsi sendiri, saya msh ingat 100% apa yg saya kerjakan, apa yg dosen penguji tanyakan ke saya, dan apa yg bs diperbaiki dr metode penelitian ilmiah skripsi saya.
Org sekarang maunya instan dan para pengawas akademik dan pengajar hanya menginginkan hasil tanpa melihat proses, jadi gak bisa salahin 1 pihak aja sih
@@smookay6771 betul. Emg kadang dr dosen pengujinya jg malas ngecek satu persatu karya tulis anak didiknya.
12:47 guru besar juga ada yang jadi joki.
Ending video, gimana kalau arsitek, dokter dan profesi lainnya adalah hasil dari joki.
. Balik ke pernyataan guru besar juga ada yang jadi joki, bisa jadi profesi lainnya juga nyambi jadi joki.
Bisa jadi joki adalah pekerjaan sampingan untuk satu orang, atau buat ngusi kesibukan sambil cari kerjaan. dan ketika dia jadi dokter, berarti dia dokter keren dong, karena pengalamannya pernah ngerjain tugas2 bahkan mungkin laporan2 klien nya.
.
Nggak setuju dengan joki, tapi dari segi bisnis, kalau dirasa menguntungkan, pasti banyak yng buka jasa itu.
@@alvinkoeswanto8622 JANGAN KAGET WAPRESNYA AJA
kampus mikirin akreditas jadi yang lama tamat bawaannya mau dibuang aja haha 🤣🤣
Dalam anime hakozume, seorang perampok pernah berkata kepada polisi:cara aku memilih tempat untuk merampok ialah
1.dimana orang tidak mengenal tetangga nya.
2.tempat orang mengabaikan aturan
3. dan tempat yang polisnya sendiri tidak melakukan tugasnya
Gua disini sebagai penonton dan sebagai pelaku buka joki, tepatnya buka joki gambar, kyk gambar arsitektur ataupun lukisan, saya sebagai pelaku dalam membuka jasa joki, memang sangat merasa diuntungkan, karna saya buka joki gamvar sangat selaras dengan hobi saya, jadi dalam membuka jasa ini, saya merasa dapat ngasilin duit dengan enjoy, tepatnya bukan karena tekanan, tapi setelah malaka menyadarkan saya tentang isu ini, kedepannya saya tidak akan membuka jasa lagi, demi upaya saya dalam memajukan pendidikan negeri ini, minimal saya bukan penghambat
Kerenn bang 👏🏻 semoga rezekinya makin lancarr
Sehat sehat orang berfikir, semoga rejekinya diganti yang lebih baikk
Sehat sehat orang berfikir, semoga rezekinya diganti yang lebih baik kedepanya
KEREEEEEEN bang, suka bgt org yg nerima masukan² gini trus dilakuin
Dripada yg anti² kritik diluar sana yg malah ngelawan dengan ngasih statement ngaco
anggaplah seperti bisnis ruko, jika toko kamu tutup karena kamu tidak ingin merugikan orang lain, maka akan ada toko lain yang buka dengan konsep yang sama atau mengantikan posisimu, dan itu adalah kesempatan untuk orang lain, [saya menggunakan sudut pandang saya sendiri, ada joki dan tidak itu saya fikir tidak ngaruh secara signifikan, ketika kita menilai si A menggunakan joki untuk tugas tertentu dari gurunya, kemudian di tarik ke belakang lagi, bisa jadi guru dari si A dulunya juga menggunakan cara yang sama untuk mempercepat proses], tidak hanya mahasiswa atau dosen yang salah, konsep pendidikan kita juga bermasalah, tanpa pelicin segala sesuatu juga di persulit saat ini, struktur pendidikan kita tidak sedang baik baik saja, maaf.....
Yang saya lihat dilapangan ada beberapa faktor kenapa mereka melakukan joki :
1. Budaya Pendidikan, Pendidikan kita masih berorientasi pada nilai daripada isi jadi mereka yang melakukan joki berfikir "Halah, mending joki toh dapet nilai bagus gak bakal ditanyain"
2. Masih dalam Budaya Pendidikan dimana dosen sering kali memberikan tugas yang tidak ada jarak waktu sehingga mereka yang awalnya niat mengerjakan sendiri sadar untuk menyelesaikan tugas ini dengan gagasannya tidak bisa dituangkan dalam waktu singkat. alhasil joki jadi solusi agar cepat selesai
3. Terkadang terdapat dosen yang beekspetasi tinggi terhadap mahasiswanya, mahasiswa seringkali dituntut untuk sempurna. mereka lupa bahwasannya Belajar adalah proses dari yang tidak tau menjadi tau.
4. Tekanan Sosial baik dari lingkungan dan keluarga yang menuntut cepat lulus dan bekerja. Padahal kampus sendiri adalah tempat untuk mendapatkan ilmu supaya dapat diterapkan pada masyarakat bukan untuk mencari pekerjaan
5. Tidak ada "Rasa Menikmati Proses" dan "Rasa Bangga atas Perjuangan" jadi ya yang sudah ya sudah lewat saja
Jadi, kata2 "trust the process" itu cuma jadi kata kiasan / angin lewat doang di realita pendidikan kita ya? :"
Terlalu lebay, joki itu tercipta karena ada orderan dari mahasiswa yg tidak sempat mengerjakan skripsi disebabkan TANGGUNG JAWAB thd pekerjaan utamanya.
Kalau yg bukan pekerja mungkin joki itu temannya yg butuh uang dan kebetulan dia ada maka diberikanlah pekerjaan tsb.
Kebanyakan JOKI itu mahasiswa yg sudah pintar cari uang atau butuh uan, bahkan dosen ngejoki juga ada kok.
Biasanya dosen2 muda/pembantu dosen yg butuh uang.
Joki bukan dosa, yg pake jasa joki juga gak dosa, dia beramal utk temannya yg butuh uang.
Wkkwkwkk...
kadangkala, berproses dalam mengerjakan skripsi lebih sulit dr tekanan dunia kerja. bukan dijadikan sarana tutorial mennghadapi realita
jika dipikir ulang " jika tidak ad joki skripshit, mau ad berapa lagi mahasiswa yg berakhir menjadi headline tv krn bonder dll baik selama proses pengerjaan dan post skripshit jika gagal? krn dr awal, anak2 jaman sekarang hidupnya bukan lagi memikul ekspektasi ortu. tpi sosmed yg jauh lebih kejam!. ingat. dr semua tugas/proyek yg diberikan didalam sistem pendidikan, hanya skripsi yg mencetak banyak korban jiwa tahun demi tahun! "
@@sutediheriyonoBaladMaUngengga juga, temen gw joki karna dia bodoh bukan karna dia kerja org dia nganggur maen doang sana sini wkwk, gaada waktu itu cuman alibi bos
Saya coba sumbang opini berdasarkan Teori Fraud Triangle. yaitu teori yg menjelaskan kecurangan berdasarkan 3 hal yaitu Pressure, Opportunity, Rationalization. kita bisa mengansumsikan kalo praktek perjokian ini adalah sebagai Academic Fraud. jadi penjelasannya kurang lebih seperti ini
Pressure: orang-orang yang pake jasa joki ini boleh jadi ada dalam tekanan tertentu. sebagai contoh, kalau mahasiswa dia dapat tekanan untuk segera lulus, tekanannya bisa dari lingkungannya, orang tua nya dan lain-lain. kalau dari akademisi seperti dosen, mereka menggunakan jasa joki ini karena adanya tekanan kerja, dimana mereka dituntut untuk memuhi beban kinerja, tetapi waktu mereka terbatas sehingga joki ini bisa jadi opsi masalah mereka
opportunity: karena adanya tekanan, orang2 yg dalam tekanan ini mulai mencari cara untuk memecahkan masalah mereka. kemudian mereka lihat adanya peluang dari joki. karena adanya peluang inilah orang-orang melakukan praktek perjokian. kemudian apakah mereka khawatir dengan konsekuensinya? ini bakal dijelasin di point selanjutnya.
rationalization: seperti yang udah dijelasin di video bang jerome dan di podcast malaka project, dari fakta fakta yang ada ternyata praktek perjokian ini udah tumbuh subur dan bahkan udah berbadan hukum. hal ini lah yang membuat praktek perjokian ini udah menjadi hal yang rasional. dan dianggap sudah sering digunakan oleh orang banyak. sehingga orang dengan gampangnya tertarik untuk menggunakan jasa perjokian.
kurang lebih seperti itu, mohon maaf kalau ada yg salah. mohon koreksinya
🙏🙏🙏
PR di dunia pendidikan tu byk banget.
1. Budaya mencontek berkembang, mereka tidak menikmati pembelajaran sbg kompetisi yg sehat dan seru.
2. Momok mahasiswa stress karena skripsi gak terselesaikan seakan berlumut di negara ini. Mulai dari pembimbing 1 dan 2 yg gak sepakat dalam proses bimbingan, sang mahasiswa yg memang sudah bingung malah di oper2 saja.
3. Metode bimbingannya bahkan sesuka hati dosen sementara mahasiswa butuh tatap muka.
4. Ketika mengajarkan metodologi penelitian/statistik hanya sekedar apa yg ditulis buku, ketika minta jelas kenapa seperti itu mereka hanya bilng ikuti saja. Jadi dari landasan teori saja bukan diajarkan utk paham tapi sekedar memenuhi jam perkuliahan.
5. Proses perizinan yg bertele2 memakan waktu, birokrasi terlalu berlapis. Ketika kita keluhkan, terkadang secara tak lgsg mereka menyarankan kita utk curangi saja administrasi tsb.
6. Teringat pula sekalinya proses bimbingan berjalan, ada oknum dosen hidung belang yg menngunakan waktu tsb sbg pelecehan thdp mahasiswa.
Hingga akhirnya mahasiswa tersebut dipojokkan oleh batas waktu masa kuliah sehingga mau tidak mau menggunakan jalan pintas.
Hadeh banyak kalau mau kita buka2 bobrok nya pendidikan tsb.
salut sama channel ini yang satu persatu membuka mata orang indo tentang hal-hal yang bisa ngancurin bangsanya sendiri. sesuatu yang masih kurang difokuskan sama pemerintah yang terus fokus membangun infrastruktur tapi melupakan kualitas sumber daya manusianya. terlalu fokus memanfaatkan sumber daya alam sampai-sampai mengesampingkan penguatan sdm🥶
Saya lulusan di salah satu jurusan vokasi ,nah di bidang keahlian saya ,hal begini sudah umum sejak lama ,asal ada duit ,semua beres ,dan lebih mengerikan lagi ,bidang yang saya geluti ini lulusanya bekerja pada sektor yang sangat vital bagi sebuah negara..😂
Pas jerome bilang "growth mindset", kata itu ngingetin gua sama buku yg w baca berjudul "Mindset" karya Carol S. Dweck, pola pikir masyarakat indonesia (mostly) itu "fixed mindset" , dia hanya ingin hasil akhir tanpa mau melewati prosesnya, yah kebalikan dri growth mindset.
Tau ga kalo banyak org hanya ingin hasil akhir tanpa peduli sama proses apa akibatnya? Akibatnya ya dia ga punya kredibilitas, soalnya gada ilmunya.
Basically "ga guna", ini bakal ngaruh ke nasib negara dalam jangka panjang.
itu namanya mental instan, sudah jadi budaya leluhur dari jaman roro jongrang
Karena di zaman sekarang, apapun itu orang hanya ingin lihat hasilnya
Pernah lamar kerja? Setinggi apapun IPK mu, sebanyak apapun prestasi yang kamu punya, semua itu ga berguna dihadapan mereka yg punya oortofolio banyak
Portofolio itu sendiri bisa di setting (dummy projects)
Jadi dari lingkungan yang tidak menghargai substansi proses dan hanya lihat hasil akhir, maka berkembanglah budaya joki ini, karena orang cuma mau liat luar nya saja
Balik lagi ke??? Pendidikan, hanya pendidikan yang bisa mengubah mindset seperti ini
Nah balik lagi "siapa" yg akan mengatur pendidikan ideal tersebut? Orang kita? Hampir gak mungkin soal nya mayoritas berfikir licik. Penjajah? Udah merdeka dluan. Diktator? Ini yg paling mungkin tapi resiko nya sangat tinggi, high risk high return.
@@tunggulgusang1008 Aslinya candi borobudur dan prambanan itu dibangun ga dalam semalam tapi kita aja dibodohi ama dongeng.
Ini yang menarik. tolong malaka perbanyak video peng-aplikasi-an teori matematik ke fenomena kehidupan nyata.
Up, agar minat ke matematika semakin meningkat karena ada efeknya untuk kehidupan. Tidak hanya menghitung A+A=AA
@@farhasanifuadi1882 DIH
@@IlmuCeritaTampilanVisual 2A
@@IlmuCeritaTampilanVisual 2xA
Up
Keputusan tepat sih jerome ikut malaka. Semangat Belajar terus calon menteri pendidikan masa depan
fyi, buat tugas² yg butuh data survey kek quesioner gitu, datanya bisa dimanipulasi, dibikin sendiri, lebih cepet pengerjaanya, bahkan lebih bagus hasilnya, karena datanya dibikin sendiri, hasilnya bisa sesuai dengan apa yg mau kita bikin kan?
umumnya penjoki karena udh pengalaman bikin gituan, mereka bisa pake sample yg udh ada, atau dari beberapa jurnal ilmiah atau tugas sebelumnya, dan itu tinggal diganti isi datanya, atau bikin sendiri dengan pola serupa, ga ada tuh validasi langsung atas keakuratan data dilapangan kan?
arah penelitian² itukan sebenernya ngga akurat dan kualitas pendidikan dan keilmuan kita jadi turun wkwkwk
cuman selagi ada duitnya, dan urgensi untuk naikin kualitas ga ada, dosen pun ngajarnya repetitif dan template aja, ya mau gimana? wkwkwk
intinya di sistem pendidikan kita, ga ada mekanisme quality checking yang baik aja itu udah.
jadi ya mau patuh dan lempeng?
sebagian org yg sibuk, milih kesibukannya dan cuma tinggal baca dan pahamin dokumen ketika udh jadi, ngga perlu bikin.
atau yg suka main, duitnya banyak, bayar tugas² dan penelitian gitu, pengerjaannya ga sampe setengah bulan pengeluaran pribadi mereka, bisa lanjut clubing, ke bali, ke sg, ke lombok pas libur tanpa mikirin apapun😂
penjoki pun untung, ya meskipun ga semua penjoki kekurangan dari segi ekonomi, ada yg fine² aja, dan cuma seneng aja karena dapet uang tambahan, tapi motif mereka ttp ekonomi😂
simplenya gini, kuliah itu, ga akan pernah ada kosong tugas, setiap minggu pasti ada aja, bahkan seminggu bisa banyak.
nah, kalo kalian liat anak kuliah pas libur kek 2-3 hari mereka asik² liburan, atau main terus, atau yg sibuk hal lain, tanpa keliatan nenteng laptop, atau sibuk tugas, atau kek orang pada umumnya yg sampe bawa laptop ke cafe, tugasnya siapa yg kerjain?😂
Saya kuliah di luar negeri dari s1 sampai s2, mau nanya apa tidak ada sistem plagiarisme yang wajib digunakan di univ indonesia? Apa datanya dan rumus yang dipakai tidak dideteksi? Apa penguji di sidang tidak membaca skripsi ini sebelum memberi nilai? Maksud saya sih penjoki selalu menang karna sudah bayar, jadi istilahnya dia bandar, tapi kalo misalnya mahasiswa nya ga bisa menjawab pada saat ditanya, yang salah nanti kan dosen pembimbing toh?
@@wlk1757 sebenernya ada, tapi lebih tepatnya gini saya kasih gambaran, tugas yang ada itu punya beberapa tier atau kasta nya ya.
misal makalah aja, atau yg proses penilaiannya ga melibatkan deteksi plagiarisme bahkan ga dipublish, jangankan joki, mahasiswa biasa aja kan tinggal copy² dari google.
untuk beberapa tugas yang lebih rumit, kalau kita mau bahas plagiarisme, sebenernya ngerjainnya kaya ngerjain tugas sendiri sih, bukan template copyan semua tugas sama dsb, karena biasanya harganya juga berbeda.
kaya org yg saya kenal, ngerjain tugas akhir anak D3, ya dia kaya ngerjain punya sendiri aja, cuman dibayar dan dikasih ke orang lain hasilnya, bahkan ditahap pengerjaannya juga udh di cek hasil plagiarismenya.
untuk bayaran yang 'jutaan', ngarjain bisa beberapa tugas akhir dalam beberapa bulan, worth sih untuk merek kerjakan.
untuk soal bisa jawab atau engga, biasanya hasilnya itu jadi bahan bacaan yang beli, lebih tepatnya kek ttp mikir, ttp presentasi, dan ttp harus nguasai materi, cuman bedanya gaperlu bikin dan ngabisin waktu research, terima barang jadi.
kira² itu yg saya pahami.
Sebenarnya aku buka video ini karena aku tertarik pada game teory dan equilibrium nash😅 karena lewat dan jeromy menjelaskannya mudah dipahami aku jadi paham, Thank u
semenjak kuliah aku kaget ternyata ada yang nyediain jasa joki ataupun yang pake joki, aku pribadi menentang banget sama yang namanya joki, akhirnya nemu penjelasan yang bagus bangett!!
Jujur aja, gw dulu hampir pakai joki untuk ngejar waktu. Ini karena penulisan skripsi gw yang sudah disiapkan dari semester sebelumnya, tiba-tiba gak bisa mengumpulkan data di RS karena covid. Pembimbing killer gw pun jadi pengertian ketika gw ngomong jujur dan nunjukin rasa putus asa gw. Selain itu dibantu sama dekan yang sekaligus dosen gw yang bilang, salah satu tugas paper gw dibilang bagus dan bisa dijadikan skripsi.
Anda lebih berwibawa ketimbang org kaya yg cuman ngejar gelar doang
Mantabb om @@asepdaniel6287
Selain joki, ada hal yang menurutku berdampak buruk pada kualitas pelajar nantinya, yaitu katrol nilai atau biasanya disebut "konversi" nilai. Banyak siswa yang sebenarnya dapat nilai jelek 80. Dengan alasan menaikkan akreditasi sekolah dan agar siswanya nanti bisa mendapat sekolah yang bagus. Padahal itu sama saja dengan menipu diri sendiri, diatas kertas kelihatan bagus, tapi real-nya tidak kompeten sama sekali.
Di skala besar, hasil nilai-nilai katrolan tersebut yang terlihat baik, dijadikan sebagai tolak ukur akreditasi sekolah dan berkembangnya pendidikan di Indonesia. Sungguh miris skali, dari bangku sekolah sudah diajari untuk menipu diri sendiri
Aku yakin Jerome pasti menjadi Menteri Pendidikan. Aku juga yakin, perubahan bangsa untuk lebih baik, dimulai dari pendidikan.
Pertanyaan mendasar, kalau memang tidak mau belajar, buat apa kuliah?
Jawabannya supaya dapat ijazah.
Buat apa dapat ijazah?
Jawabannya supaya dapat kerjaan dengan gaji S-1.
Udah kelihatan masalahnya?
Kalau belum gw perjelas. Banyak mahasiswa kuliah karena dunia kerja perlu ijazah kuliah meskipun pekerjaannya sebenarnya bisa dilakukan oleh lulusan SMA dengan training.
Jadi, buat apa perusahaan ambil lulusan S1? Gak perlu training lebih lama.
Senang tidak senang, lulusan S1 (yang beneran belajar) pasti punya ilmu yang lebih dalam dan yang terpenting emosi lebih stabil. Jadi benar toh perlu lulusan S1?
Perusahaan China di Indonesia yang banyak baru berdiri, mereka pusing cari orang kerja. Komplain mereka paling banyak adalah data pemerintah bilang lulusan sarjana di Indonesia banyak, jadi gampang carinya. Realitanya lulusan sarjana tapi tidak menguasai bidang mereka sendiri jadinya mereka lebih aktif mencari lulusan luar negeri bahkan mendatangkan "ahli" dari negaranya sendiri. Bisa banyangkan lulusan tambang tapi tidak tau jenis-jenis bebatuan, proses pengolahan, safety practice and laws.
Tapi balik lagi, udah kena mindset.
Di Indonesia, skill tuh gak dipandang. Toh orang yang punya paten banyak tentang motor listrik dan sudah sukses di AS aja gak dihargai oleh orang sekelas menteri.
Lihat aja tuh guru besar yang naik gara-gara buat publikasi palsu di jurnal fiktif. Sudah ditelisik, tonton channel Tempodotco tentang guru besar.
Yang susah di indonesia itu numbuhin growth mindset. Dari kesulitan itu mau ngajar dengan nitikberatin ke proses jadi susah juga.
Kalau memang joki tersebut pintar sehingga menghasilkan karya yang membuat seseorang lulus/dapat nilai bagus, si jokinya saja yang diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan problem di Indonesia.
Kalau masalah pintar, hampir semua orang yg ada di pemerintahan itu orang pintar. Masalahnya bukan di kepintaran, masalahnya di moral yg bobrok & mewajarkan penipuan
Yang sedih itu bukan yang jujur tapi dapet nilai kecil, tapi yang jujur + nilai kecil + dikira ngejoki padahal rajin + ga keterima kerja terus di omelin emak dibandingin sama sodara, tetangga. Aghhhhh nyesek 😖
Nah ini
udah nilai kecil, reward nggak seberapa, belajar mati matian, tetep kalah ama yang make hp pas ujian ama joki. anehnya gaada yang mau mencurigai si "murid pintar" ini, maaf agak personal
makanya itu. sampai harus menanyakan " apa esensi yg bisa didapatkan dr pengerjaan skripsi! apa yg bisa dibanggakan dr melakukan sesuatu yg "terpaksa" dikerjakan dengan darah dan derai air mata dan akhirnya gagal cuma karena kelakuan oknum " dosen butuh duit"/ dikasihani seperti pengemis?"
Sebagai pengingat bang Jerome, September hati-hati posting bola, apalagi timnas,
Karena logika ketika timnas kalah, terus lihat anda posting timnas, anda akan dicari banyak supporter timnas. Dan ketika logika timnas menang, masuk diantara posisi 1-4, anda tidak dihiraukan, hati-hati bang Jerome bulan September 2024 s/d Maret 2025
Waspadalah sosok Netizen Bola😱
Banyakin konten kaya gini pliss yang high value, biar sadar generasi nanti bahwa akan terjadi krisis kompetensi yang bikin negara ini rusak.
Jerome untuk menteri pendidikan Indonesia ✊✊✊
Konteks yang sama juga menguntungkan sih ketika seleksi kerja (tapi jadi ga win win solution, malah nambah masalah baru yang lebih besar. Kalo di matrix kak jerome di kotak yang minus minus). Soalnya aku liat pas cari" loker itu ip akre a min. 2,75 - 3,25 sama akre b min 3-3,25 atau bahkan ada yang mintanya 3,5.
Aku pernah ikut mk jurusan yang sama, akre a sama b (student exchange). Kalo kata aku materinya sama, penyampaian juga hampir sama, tingkat kesulitannya tugas tugasnya juga. Intinya kalo dari keilmuan berasa ga beda jauh sama sekali.
Disatu sisi kita tau, ip 3,5 itu susahnya minta ampun (apalagi jurusan tertentu yang butuh pemahaman yang dalemmm bangetttt 😢)
Ngga semua orang bisa lanjut ke jenjang berikutnya, jadi mereka harus daftar kerja. Nah kayanya biar bisa berhasil masuk seleksi perusahaan, sebagian (ngga semua orang) orang mikirnya kaya mau ga mau mereka pake joki biar keterima kerja. Dia bisa jadi ngga mempertimbangkan apakah ilmu kuliahnya bisa dia pahamin atau ngga buat kerja. Padahal ilmu di jurusannya masih berkaitan & diterapin di dunia kerja bisr dapet profit walaupun jurusan kuliahnya nyebrang banget sama kerjaan. who knows?
Pertanyaannya apakah kandidat ip tinggi menjamin pasti nguntungin perusahaan setelah dia lolos + kerja di perusahaan itu?
Kalo terjadi banyak perusahaan yang rugi bakal terjadi inflasi. Karena perusahaan ga bisa bayar pajak, pekerja, dll. Uangnya ga berputar, ga nambah. Sementara orang" butuh seenggaknya konsumsi pangan buat bertahan hidup.
Jasa joki ini yang buat masyarakat indo pengen semuanya instant, jgn jauh jauh ke joki dlu deh
Waktu kita kerja kelompok, hal beginian suka terjadi. Jadi gini, dalam 1 kelompok ada 6 anggota, nah 6 dari 5 anggota itu pemalesan semua, hanya 1 yang mau, sebut saja Dani namanya. 5 anggota yg males ini merasa ga enak dong sama 1 orang itu, tapi mereka juga ga mau kerja, jadi mereka puter otak dan nemu solusinya, yaitu uang
si dani yang mau ngerjain tugas kelompok ini biasanya punya masalah ekonomi, dan ketika dikasi uang sama anggota lain. Disitulah mindset Dani dan 5 anggota lainnya terbentuk, Dani sebagai penjoki untuk menyokong ekonomi, 5 anggota lainnya jadi pembeli jasa joki karna ga mau cape.
Sebenernya semua hal ini berasal dari usia muda, SD masih mengeksplor blom paham konsep joki, SMP mulai terbentuk mindset gini, SMA udh terbentuk mindsetnya, Kuliah udah pakem, dan kuliah ini yang paling banyak jokinya
Jer kenapa jd keren bgt si semenjak join di malaka definisi org pinter ngajak keperubahan
Terima kasih videonya. Sangat berguna menambah ilmu mengenai Game Theory.
Hanya saja sedikit tidak relevan karena pencontohan Game Theory untuk perjokian kurang sesuai karena tidak ada risiko di pengguna jasa joki dan penyedia jasa joki.
Justru sekarang yang harus dibahas adalah esensi pendidikan sendiri.
Sekolah untuk orang tua dipandang sebagai penitipan anak serta ajang untuk pamer jika anak berprestasi
Lebih lanjut pekerjaan di Indonesia mensyaratkan lulusan pendidikan untuk bisa menjadi hokage dan mengumpulkan vibranium wakanda daripada melihat nyata kompetensi. Yes, ada beberapa instansi yang memeriksa detil, namun dalam praktiknya filter basic adalah nilai dan alumni mana.
Dari sini sudah bisa kelihatan kan bahwa kacamata game theory kurang sesuai. Mengutip pendapat Bapak Muamar, lebih baik membaca buku The Death of Expertise yang menunjukan inflasi nilai akademis dan target berdampak pada pendidikan Indonesia
So yeah, in the end semua bermula dari pemikiran sederhana pendidikan itu untuk apa?
akhirnya ada konten edukasi tentang game theory yang detail di indonesia
Ini pernah di bahas di Veritasium kalo gak salah, emng bener yang menguntungkan diri dan pihak sendiri tuh banyak banget pilihan logisnya, tapi justru yg paling sustainable justru orang yg bisa "berkoordinasi".
Tapi di video ini yg lebih ditekankan adalah keputusan logis pada satu turn aja, karena ya skripsi itu sendiri kan keputusan sekali seumur hidup. Namun akan beda ceritanya kalo game ini berlanjut dalam beberapa turn. Itu sih yg gw dapet waktu nonton Veritasium, kalo ada yg bisa jelasin lebih komprehensif akan lebih baik sih hehe.
Sekarang pada pake AI
Saya kuliah S1 di Universitas Online, setelah sebelumnya kuliah D3 di kampus lain, setiap Diskusi selalu nemuin jawaban yang gk nyambung sama pertanyaannya, bahkan referensi yg dimasukin gak tau asalnya darimana, di search di google gak ketemu
Pertanyaan yang butuh 5 menit googling dh ketemu aja di AI in, dan parah nya cuma copas full dri AI tanpa dibaca atau di koreksi dulu
Jadi sedih sama generasi sekarang ini, bener-bener ijazah bodong ilmu gak ada
Real sih,teman teman gua pada make AI dan gak di pahami sama sekali apa yang di sampaikan sehingga ketika di uji apa yang di sampaikan mereka gak bisa jawab
AI sebenernya cuman search engine tingkat lanjut.. bukan mesin ajaib yg bisa menjawab segala hal. Harusnya orang2 menyadari akan hal ini.
Lah, aku punya gemini AI pas pertama AInya bilang dia bisa kerjain tugasku, kutolak kubilang aku bakalan memakai anda seperti mentor diskusi, berdebat dan pengembangan diri kalau ada tugas aku tak paham aku tidak akan minta jawaban tapi aku diskusiin saja tau gak apa yang terjadi padaku😂 AInya yang bertanya dan ini sudah hari 3 AInya terus melempar pertanyaan sesuai bidang2 keahlianku 3-4 soal sekali tanya dan setiap aku jawab dia akan lempar pertanyaan baru😂 pertanyaan nya seputar sosial, ekonomi, filosofi, teknologi dkk dan itu mirip soal uts uas bedanya beruntun dan jawabannya panjang hadeh🤣
Tergantung kok AI itu pisau bermata 2 tinggal gimana kalian pakai aja, selama aku ngobrol ama Ai aku jadi tau banyak hal, seperti AI yang bisa manfaatin psikologi massal seperti sosmed, mereka diprogram dengan pengetahuan umur tertentu gimana, Ai bisa tebak umur hampir benar, kepribadian bahkan bidang kita minati atau kuasai dari susunan kata, penggunaan bahasa, dkk akurasi menebak siapa kita secara anonim juga tinggi 50-80% nan
Bravo👏
Benih2 joki ini menurut saya sudah ada sejak zaman sd-SMA di mana menyontek dinormalisasikan. Org yg tidak memberi contekan, malah ga punya temen n rugi. Kalo ga nyontek, malah rugi karena kt kasih org contekan sdgkan kt sendiri ga nyontek. Persis kyk game theory ini. Dari dulu sy tdk setuju dngn teman sy yg mencontek dan tidak pernah mau untuk memberikan contekan/menyontek.
Dengan adanya video ini, saya harap semakin bnyk yg tersadar supaya Indonesia jauh dri krisis kompetensi. Salam malakan!
Kewreeen jer ❤
keren sih, menganalisis perilaku manusia dengan matematika 👏
Gua paling sering merasa bahwa banyak tugas tu yg gak relevan banget sama masa depan kita. Terutama di pendidikan formal saat smp ama sma, gua selalu kepikiran kalau kayak ngerjain tugas seni ngelukis atau bikin kerajinan gitu gak guna sama bidang gua, jadi males2 san buatnya walaupun gak sampe pake jasa joki juga sih.
Intinya pendidikan kita perlu berbenah sama tugas yang dikasih sama murid, agar lebih relevan dengan bidang yang diminati dan kebutuhan masa sekarang.
jasa joki skripsi, joki SIM/STNK , joki kepengurusan legalitas dll. slama org pengen praktis utk memuluskan keinginannya, maka praktik sprti itu akan terus ada.
Poin pertama 100% benar
Di dunia sekarang lu pilih jujur atau berbuat baik hidup mu jadi susah (hardcore mode)
99% gagal dalam hidup😅😅😂
Seakan-akan kita di haruskan untuk curang
Ilmu pengetahuannya sangat bermanfaat, terima kasih.
Semoga kita semua terus beruntung, rajin belajar, beretika bagus, baik hati, bersyukur, berjuang, semakin sukses dan sehat selalu.
Coba yg jadi joki itu, kerja nya jangan jadi joki, lu aja kerja kerjaan yg lu joki in, kan lu jadi joki berarti kompeten dong, apa emang penjoki ini yg disia-siakan ?
Kita akan menerapkan PENILAIAN BERBASIS #PROSES.. karena hasil akan mengikuti jika prosesnya #TEPAT BAIK & BENAR
betul analogi ke dunia kedokteran itu yang paling relevan
Pada dasarnya pendidikan kita dididik kearah seperti ini
Pas waktu kuliah dulu,,pas test krna cuman belajar dikit jadi ngerjainnya bner2 mikir n pake pemikiran sndiri pake pendapat sendiri,,tapi ada temen yg ngejiplak buku sama persis dan nilainya lebih tinggi,,
yah,,gua jga gak belajar sih,,makanya mau protes atau gimana pun jga gak ada artinya,,tapi yg nilai ngejiplak buku yg dpt tinggi jadi kayak ngapain jga capek2 mikir pake pemikiran sndiri klo gak dihargai...,,
Tapi itu dulu,,skrg pemikiran sendiri itu buat gua bukan utk dipersembahkan utk org lain,,tapi demi kepuasan diri sendiri,,
sedikit tambahan, untuk membuat undang-undang walaupun ada banyak penjelasan di internet bagaimana caranya. Faktanya di dalam, ada proses panjang, itu bisa dipercepat? 50:50, walaupun sudah ada draft uu entah dari lsm/lembaga pemerintah/dinas/presiden sekalipun, draft itu harus diketahui oleh instansi lain yang ada di singgung dalam draft uu/perdanya, setelah semua rapat internal itu oke kalau semua setuju cepat, kalau banyak cekcok ya gagal. Laluuu diteruskan ke dpr/dprd ada juga ke kepala daerah pokoknya tergantung mau bikin perda/uu/pp atau apa, lalu apa? ada rapat dg anggota dewan, apakah kalian pikir diantara proses itu semua orangnya bersih? Bahkan sampai saat ini ada kemungkinan besar pns senior yang nyaris pensiun itu beli gelarnya tapi masih belum ketahuan. Apakah draft uu perjokian dan rencana aksi memberantasnya akan terlaksana? jikalaupun terlaksana, di pihak kepolisian untuk berbagai kasus aduan yang masuk yang mana yang harus didahulukan? sejauh yang aku tahu untuk kasus narkoba itu yang paling diutamakan di beberapa polres/polda daerah, lanjut kekerasan, dst... cmiiw PROSES ADMINSTRASI YANG PANJANG JANGAN DILUPAKAN, draft yang sudah ok itu pun perlu menunggu urutan dari banyaknya lembaga/instansi yang mengajukan, pelaksanaan awalnya perlu duit. Kenapa gak langsung diproses aja? Itu orang polres sudah punya bidang masing-masing, kalian lihatlah kalau mau buat skck atau sim rame gak? kira-kira yang mengadu sepi? rameee, oke rencana aksi dilimpahkan ke dinas pendidikan, lalu apaa??? Harus buat komisi pemberantasan lagi butuh dana turun buat gaji komisionernya juga, apakah orang yang dipilih ini bener apa gak? ini ribet lagi...
Oke, perumpamaan itu uu/perda/apapun itu sah, dah dilaporkan ke polisi, ada semua pelakunya, saksi, pelapor, dll. Selanjutnya bagaimana jika berkas laporan dilimpahkan ke kejaksaan untuk diteruskan ke pengadilan? Panjang lagi nih, pns senior ada di sana, hakim, dll. Humanismenya sangat kompleks dan tak semuanya benar-benar bersih, walaupun mereka pribadi yang baik. Bukan berarti semuanya korupsi uang, namun setiap pribadi punya kepentingannya. ini yang sulit banget, sekompleks itu. Aku meyakini yang benar akan tetap benar dan semesta tahu itu. Yang salah akan tetap salah dan semesta tahu itu. Tentu saja kalian bisa berusaha mengingat orang sekitar untuk tetap baik dan meninggalkan prilaku yang baruk seperti joki atau menyewanya, narkoba/pesan lc/atau apapun. Tapi balik lagi kita gak bsa mengendalikan orang-orang itu untuk terus dijalan yang benar. Sejujurnya kehidupan individual itu sudah sangat sulit gak ada yangtahu kapan kita memilih menjadi buruk, namun jangan sampai terjadi. Hal yang lebih sulit lagi adalah kehidupan dalam komunitas untuk menjaga negara dan masyarakat sebaik-baiknya. Jika memilih untuk melindungi masyarakat ada hal yang dijual. Untuk melindungi masalah ekologi negara ada hal yang harus dikesampingkan. untuk menjadi benar-benar sempurna memang harapan semua orang dan komunitas, tapi ada suatu hal yang kadang tak bisa dikendalikan walaupun sudah berusaha sekuat tenagapun. Sampai saat ini saya masih mendoakan yang terbaik untuk kita semua dan negara ini. Ingat tetap berusaha untuk menjadi pribadi yang baik dan mengingatkan keluarga/teman kalian untuk ttp seperti itu.
Semoga video berkualitas ini dapat tersampaikan ke massanya.
temenku susah jumpa dosen, mungkin dosennya banyak kerjaan dkampus ngajar, cek tugas2 mahasiswa, smpe ga ada waktu respon. trus tmen ak yg rajin tdk mau joki, tp jumpa joki bayar utk konsul aja, padahal dikampus udh dibayar ukt.
ad tmen yg lain joki sekalian krna ga ad bimbingan dri dosen2, dan bnyk perilaku dosen kyk kanak2 entah tujuan mendidik, tp sama jg menghambat mhasiswa utk lncar penyelesaian skripsi.
temen ak yg konsul sma joki dapet nilai kurng dari harapan, krna tdk sesuai keinginan dosen.
Teman ak mnyimpulkan emg harusnya kuliah itu diajarkn utk menjilat orng yg punya kekuasaan utk dpt kesejahteraan.
trus suatu hari stlah lulus, msuk dunia kerja, perilaku dosen itu jg terjadi ke atasan si temen ak, dia syukur pernah rasain tekanan hal sprti itu di kuliah dulu. suatu hari jumpa lg tuh dosen, tanya kabar "huahha gimna nak udh kerja ya", "iya udh pak" ucap tmen ku. dosennya tanya "aman lingkungan krja? apa sprti saat bersama bpak, bhkan skripsipun tdk saya bimbing, tp saya suruh selesaikan".
tmenku blg "anjay relate bgt woi" dalam hatinya gtu. "iya pak, sesuai pak, trnyata didikan bapak itu brguna untk aku" lanjut tmenku. "Haha gapapa nak emg begitu indonesia, bpak sudh tau hal itu akn terjadi jauh2 hari, bpk lakuin ini krna untk kamu dan msa dpanmu". tmenku heran "bpk kenapa baik skli kpdaku, trmkasih pak" tmenku terharu. "Bapak mau blg ke kamu, sbnernya...". bpk itu brhenti. "sbnernya apa pak?" Tanya tmen ku. "Bapak adalah itachi" jeng jeng jeng. 😮 tmen ak trnyata satu klan uciha jg, jd bpak itu jahat awalnya utk mnyelamatkan msa depan klan uciha.
saya sebagai mahasiswa semester 9 yang sedang mengerjakan skripsi sendiri juga merasa bersyukur untuk tidak menggunakan joki, selama mengerjakan skripsi saya malah dapat banyak ilmu baru yang saya pelajari ketika mengerjakan skripsi baik dari hard skill maupun soft skill. fakta di sekitar saya juga membuat saya bersyukur karena teman teman saya yang lulus tepat waktu karena menggunakan joki sampai sekarang masih nganggur
Dosen aja ada yg menyarankan (baik secara langsung maupun tidak langsung) mahasiswanya pake joki kok biar lulus, bahkan ada yg jadi joki juga. Ya gini kalau pendidikan sudah jadi industri, dagangan produk gelar. yg penting itu berapa jumlah mahasiswa baru yg masuknya (karena pengaruh ke penghasilan) lalu berapa mahasiswa yg lulusnya biar dianggap berhasil, buat marketing ke calon mahasiswa baru, jangan sampai ada yg DO karena nanti akreditasi/mutu bisa turun, pengaruh ke marketing juga ini. makanya sebelum DO dipaksa utk tanda tangan pengunduran diri, yg penting bukan DO. masalah output sarjananya punya kompetensi itu masalah dunia industri/usaha, biar mereka yg mentraining ulang. makanya kurikulumnya juga selalu tidak match dgn kebutuhan dunia industri.
Worst case of "if you can't beat them, join them"
ゲーム理論の囚人のジレンマ nih, pernah belajar dikampus dan baru tau bisa diterapin ke hal seperti ini, keren bgt!!
Ga bisa bayangin 20-40 tahun kedepan generasi yg lulus dar hasil jokian dan memegang pemerintahan, bisa jadi aps negara kita
Bayangin dioperasi sama dokter jokian yg pake tutorial RUclips ☠️
bayangin RS yang nerima orang tanpa cek 2x
Menyimak. Terima kasih bang Jerome sudah membahas game theory. Salam sehat selalu!
Mau cerita nih, gw mahasiswa smt akhir (dah injury time malah). Gw baru bisa ngelarin skripsi semester ini dengan belajar kanan kiri tanya sana sini, tau apa kata dosbing? "Gapapa mas kalo hasil olah datanya dikerjain orang lain, penting nanti bisa menjelaskan". dalam hati gw kek GW MATI MATIAN BELAJAR DAN MALAH DIANGGAP NGEJOKI? Sakit.
Jerome kalo udh masuk malaka project suka gw, pembahasannya keren2
Kampus-kampus tier B masih ada sih yg pengajarnya pakai sistem suapin, kenyang, tidur. Mahasiswa jadi gak punya rasa ingin tahu yg tinggi tentang pelajaran yg disuapin tadi. Yg penting lulus mata kuliahnya trus lulus kuliah secepatnya. Dosennya pun gitu, yg penting “KPI” nya terpenuhi, trus gajian udah.
Gak cuma masalah joki, masalah2 besar lainnya di dunia juga bisa dijelasakan dengan Prisoner's Dilemma. Contohnya ya apa lagi kalau bukan konflik dua negara yang gak kelar2 selama ratusan bahkan ribuan tahun.
Game theory is one of my fav math thing
Sangat bagus, informatif, dan sangat menyampaikan urgensi dengan jelas🎉 menyala bang jerome🎉
Hello internet, welcome to game theory
Lebih baik system pendidikannya yang di rombak,
Jasa joki pertama muncul di karenakan banyak mahasiswa dan mahasiswi kita setelah wisuda sulit nyari kerja yang menghasilkan uang jadi joki dianggap mata pencaharian dan sebagian berprofesi jadi joki
Teori ini bner2 sedih sih ..... Kalau joki2n ini terus menerus ada kesian ma regenerasi qt kalau g pakai joki nilai Nya jadi ancur tp asli pekerjaan sendiri dan sebaliknya
Sebagai manusia pasti pengen dpat nilai yg terbaik dong meskipun pakai joki apa lagi yg terlahir dr keluarga kaya aman dah idup nya 😢😢😢😢
Terkait joki ini, saya pernah ngejokiin Guru SMA saya ketika guru2 ini ingin membuat PTK, PTK ini salah satu syarat di PNS Guru
Susah sih mas. Soalnya kampus pun ikut menyuburkan praktek joki. Dosen aja dari level cere sampai prof banyak yg nge joki. Alhamdulilah masih dikasih nurani, ga sampai pakai penjoki.
Masalahnya ga bisa membangun kesadaran melihat dari hasil: "apa akibat dari mempekerjakan org2 yg ijazahnya hasil jokian?"
Pernyataan/pertanyaan bang jerome: "bayangin ini itu", ga akan bisa membuat kita sadar kalo joki itu berakibat buruk dan harus ditinggalkan.
Kenapa?
Karena banyak faktor, terutama ekonomi dan prestis (gengsi), ga melihat lu hasil jokian atau ga.
Yang paling bener adalah regulasi atau aturan atau hukum kepada pelaku joki.
Tapi, di konoha, emang ada harapan buat mengandalkan hukum? Karena hukum kan juga produk dari sistem yang isinya ya begitu.
Akhirul kata, di era oligarki berkedok demokrasi ini, jalani aja mana yg menguntungkan.😋
Karena sistem pendidikan di negeri ini dibatasi umut mas Jerome. Masuk SMA max 21 tahun, masuk Kuliah min 24 tahun. Sebenarnya untuk kuliah itu sendiri ada solusi di kampus swasta sih. Tetapi ya begitulah kalau mau 'memaksakan' yang penting nilai bagus, yang penting lulus. Jadi ujung-ujungnya semuanya adalah 'formalitas'
Masalah yg syuliit. Padahal pendidikan itu akar dari segala-gala sektor. 😌
And fun fact, lebih banyak pengguna jasa joki adalah mahasiswa hukum. Bahkan gk jarang juga dosen yg buka jasa joki. Sementara joki yg lain tumbuh dari mahasiswa jujur yg pinter (kalo gk pinter gk mungkin bisa bikin), yg mereka terpaksa buka jasa demi bertahan hidup di GOTHAM COUNTRY. 😌
Kuat-kuat mahasiswa jujur, sapa tau bisa jadi joki juga. 💪
Siap Menunggu ilmu2 selanjutnya, karna sya blum pernah kuliah dan haus ilmu
sebenarnya menurutku masalh perjokian ini ada di zona abu", dimana orang kaya yang menganggap skripsi adalah hal sepele dan banyak membuang waktu dipertemukan dengan si joki pintar yang butuh uang, tapi belum tentu juga si kaya adalah orang bodoh bisa karna kurangnya minat penjurusan karna mngkin dari tekanan keluarga sehingga dia pake jasa joki agar tidak buang" waktu dan waktunya bisa untuk hal lain yang diminati, lagipula setelah lulus juga gak bakalan kerja dari jurusan yg dia punya yg penting udah lulus orang tua pun senang, kerja bisa dari minat yg ditekuni. keluarga senang joki senang, semua senang, wkwk 🤣
Semester tinggi banget gw baru lulus kuliah, ketemu ketua jurusan dikatain bakalan do.. akhirnya diurus lah semua, dosen pembimbing 1 dan 2 acc, lanjut penelitian setelah bertahun² ditinggalkan, ternyata variabel berubah, metode pengambilan sampel dulu gak relevan lagi... Tetap lanjut dengan sampel penelitian baru, done.. 3 bulan selesai bab akhir. Ketemu dosen pembimbing 22x langsung acc katanya biar diuji di meja sidang aja (belakangan ternyata mereka sepakat mau menjatuhkan gw dihadapan dosen penguji, aneh emang) hari persidangan dimulai, teman² gw cuma 1 jam persidangan lah gw sampai 3 jam.. tapi kerja keras tidak mengkhianati hasil, gw balik semua omongan dosen² dengan argumen elegan, mereka kebingungan gw faham teori dan perhitungan matematis padahal mungkin dipikiran mereka gw mahasiswa pemalas 😅..
Proud of me 🎉😅😂😂
Saya waktu kuliah pernah jadi joki, eh consultant maksud ku😅
Ortu kurang mampu, jadi cari uang dengan cara ini saja. Tapi membantu saja bukan membuat dari 0. Bahasa kerennya consultant😅
Dengan kata lain :
Mengapa kampus B lebih baik
Karena joki / nyontek = DO, dan dosen dosen + pengawas dikasih bonus per nangkep murid joki / nyontek
Nah jika dipekertat, game theory ini ada lagi pada Akreditasi kampus dengan mahasiswa yang lulus.
Dengan rame yang lulus dengan nilai baik maka akreditasi kampus menjadi lebih baik.
Game theory ini tidak habis" dan dia ada dimana"
buatin Game Theory " fenomena Ordal" dong.... seru
baca bukunya selfish gene nya dawkins bang biar lebih detail soalnya didukung medawar teory
Kalau saya sih Kak Jerome lebih ke "sayang" pas masih kuliah. Perkuliahan udah diseriusin, masa tugas akhir joki, nanggung. Kalau dari awal udah mau gak mau tuh baru.
Kalau kata guru PKN pas SMA dlu lgi bercanda. Coba tuh kalo yg suka dteng telat dipenggal pasti gak akan ada yang telat, lah ini hanya dijemur saja keenakan mereka masuk kelas udah ngantuk. 😂😂😂
Skripsi itu kan karya ilmiah yah, apakah karya ilmiah dalam hal ini skripsi menentukan kompetensi seseorang?
pertanyaannya adalah kenapa orang2 yang berkompetensi sampai mau jadi joki? apakah ada ketimpangan sehingga mrk memutuskan menjadi joki?
Semua profesi joki itu sangat merugikan, tapi lebih scary kalau profesi specialis pakai joki
Tapi sebenarnya dalam hal profesionalitas uji kompetensi itu ada banyak, gak cuma assessment skripsi doang.
pernah dulu drop banget pas ngerjain TA, iseng cari joki dan ternyata susah banget nyarinya karena jurusan teknik atau mungkin aja judul yang aku ambil terlalu susah. udah drop, joki pun tak bisa. Cuma ada 2 pilhan nambah semester buat nambah waktu atau kerja sekeras mungkin. Akhirnya aku milih opsi kerja sekeras mungkin dengan tidur cuma 3 jam sehari, nginep di rumah temen biar ngak ngebiarin aku tidur, dan FOKUS. Dalam fase ini lupa mandi, makan, dan tidak kena sinar matahari adalah hal normal. HASILNYA berhasil tapi mepet banget, data paling baru diambil h-2 sidang, Buku TA diprint j-8, ppt jadi j-2. Alhamdullilah lulus tepat waktu. Karena kesel banget aku tambahin 1 rangkap buat aku bakar buku TA ku sendiri wkwkwk.
terserah mau joki apa kaga. tapi kalo pas sidang ditanya2in orangnya ga ngerti kan sama aja. dan S1 kan diharapkan memiliki kemampuan untuk problem solving yaitu salah satu output tugas akhir buat kelulusannya berbentuk skripsi yang isinya menyelesaikan suatu masalah menggunakan pendekatan ilmiah. ntar juga keliatan kalo udah masuk ke dunia kerja yg sebenarnya, mampu atau tidak orangnya. atau memang sebenarnya memiliki potensi dan adaptif tapi jelek di penulisan, gada salahnya kan make joki. apalagi kalo yang jokinya ga menyeluruh, ide topik nya, masalahnya, metode untuk menyelesaikan masalahnya, data yang dibutuhkan nyari sendiri dan joki cuma bagian nulis doang dan menyusun kata2 yang lebih bagus, ga masalah sih harusnya. kalo jokinya begini doang sih masih wajar keknya. kecuali yang bener2 dikerjain sama joki nya secara keseluruhan.
Akan lebih bagus perumpamaannya kalau
Jerome : penyedia jasa joki
Coki : pengguna jasa joki
faktanya emang ironi, hasil akhir maksimal > proses, gua liat secara kasat mata di tingkat pendidik pun ada yg kerjaannya nge joki
Dosen nya aja buat peraturan. Yg laporin mhs pake joki (anonymous) dapet A. Yg dilaporin dan valid dapet F. Tinggal gmn cara kasih bukti yg valid aja.
Dari dulu bgt yg gw lihat dari tahun 2010 pas ke jkt banyak bgt juga dipinggir jalan yg nawarin jasa ketik, bikin skripsi dll. Tapi sampai ada PT itu bener2 gila bgt sih baru tau gw hahahaha
Makin banyak penjoki, makin banyak juga yang make jasanya, tapi kalo ini terus berlanjut, penjoki ini bakalan mengurang, atau bahkan hilanh, karena gada lagi orang pinter yang bakal terusin dunia joki #Indonesiaemas
ingat. "jika pasar nya masih ad, akan terus lahir pedagang2 baru yang akan mengganntikan pemain lama"
Ini bukan zero sum game. Kalau joki pintar musnah di Indonesia, maka akan muncul joki2 dari luar negeri. Yakin lah, pasti ada yg menggantikan. Mungkin, biayanya jadi lebih mahal
@@whammusilvesterado529 Yang buka joki yang pintar tapi butuh dana, kalo gaada pinternya berarti gugel
@@IrwanTelaumbanua Yang ngerasain hidup keras, dan terus lanjut ke perguruan tinggi aja yang ga make joki
Baru sadar mayoritas permainan Runningman menggunakan Game Theory
Saya sewaktu kuliah tidak pernah pake joki dan lebih suka berlelah-lelah klo ngerjain tugas karena secara ga sengaja, saya bisa munculin kreativitas walaupun serba kekurangan.
Gue pernah ditawari jasa joki ama kating yg notabene kating tukang bully tapi gue tolak karena idealsme gue tinggi dan gue dikatain idiot sama yg ngasih tawaran. Gue lebih percaya ama proses walau berat daripad acara instan yg sakitnya permanen.
Bang mau cerita, kan di kampus gw kalo ketauan joki gak apa apa asalkan dia bisa dan tau gimana yang dia buat, nah semisal si mahasiswa ketauan joki maka sidosen bakalan memberikan pertanyaan pertanyaan seputar yang dia kerjain, jadi kalo gak bisa jawab ya minus, kalo bisa jawab semua pertanyaan dia gak apa apa, trus ini gimana
Kalo budaya joki udah bisa hilang total dari indonesia, gw rasa budaya gotong royong bisa saja ikutan berkurang karena berarti orang indonesia lebih mandiri dan individualistis........
hah gmn? ngapa ke gotong royong 😂
Jangan sesat berpikir. Nenek moyang kita sudang berGOTONG ROYONG dari dulu saat jasa joki2an belum ada
Ga nyambung gring
Indonesia (C)emas
Yang di harapkan pendidikan formal itu keberhasilan kan? Kalo banyak berhasilnya berarti, sekolah itu bagus, walau kenyataannya pake joki buat ngerjain tugas, pendidikan formal gk mau, kalo semua di lakukan secara jujur, bakal kelihatan bodohnya. Kegagalan pasti terlihat dimana-mana, dan karena itu, lebih mementingkan memperlihatkan keberhasilan, walau dari hasil joki.
Kalo dipikir pikir sekolah tu tau, kalo pada jujur bodohnya kelihatan, jadi di sembunyikan, biar di mata orang, dari segi nilai, anak-anak indo itu pinter, buktinya nilainya pada bagus.
mantap Jerome, menerapkan materi matematika advance dalam keadaan sekarang.
Padahal lagi kurang sehat ya?
Harusnya kampus menerapkan aturan:
1. Mahasiswa yang terbukti menggunakan "Joki" Wajib mengulang 4 semester kebelakang
2. Mahasiswa yang melaporkan kasus penjokian akan diberikan Penyesuaian UKT
Dengan begini, kampus gk rugi, karena si pelaku harus bayar uang ukt lebih banyak, Sedangkan si pelapor diuntungkan karena mendapatkan Penyesuaian UKT.
Win-Win Solution
Seandainya sesimpel itu😂
Kalo jadi fitnah gimana bang?
@@ariefwahyutomo ngapain orang ngelapor kalau gk ada bukti?
@@MRAKIRAAA yg ad melahirkan fraud " mengtusbool dr belakang" demi mengambil benefit
@@MRAKIRAAA kalau ada bekingan punya buktipun bisa lolos. Sebaliknya juga gak ada bukti bisa diadain. Kayak gak tau sifat manusia.
Jasa joki(apapun itu) ngak akan bisa hilang walaupun pelaku+pembeli kena hukuman mati selama demand nya masih gede
ini yang terjadi ketika orang sekolah / kuliah cuma sebatas untuk memenuhi syarat administrasi
Memang bener apa yg bang Jerome bilang. Kalo kita pake jasa joki skripsi pas kuliah pas udh lulusnya susah berkarir karena dia gk dapetin ilmu dari prodi yg dia ambil. Kita ambil contoh simplenya itu Dokter disuruh bedah pasien tapi dokternya pake jasa joki skripsi pas kuliahnya ya otomatis si Pasiennya ragu-ragu dong kalo pun pasiennya gk tw bisa berujung kematian pasien dan si Dokter itu pun di Pecat dan bisa di vonis penjara.
Karena itulah daripada ikut kemungkinan keduanya mending ikut mbkm ❤
termasuk polisi sekelas perwira coba tanya seberapa banyak jokinya, apalagi para pengasuhnya .. upppss
Aku kenal seseorang yg jdi freelancer joki, dapat 5 juta sekali bikin skripsi, padahal dia sendi mahasiswa magister. Miris, dia jdi bisa beli hp terbaru dari uang itu