Makna " Bersemayam di Atas Arsy " dalam QS Al A'raf - Buya Yahya Menjawab

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 10 сен 2024
  • Bagi yang ingin berkontribusi menambahkan subtittle ke dalam bahasa apapun, silahkan klik link di bawah ini:
    www.youtube.com...
    Klik Video, lalu klik Subtittle/CC, lalu add subtittle.
    FOLLOW US :
    TWITTER | @albahjahtv
    / albahjahtv
    INSTAGRAM | @albahjahtv
    / albahjahtv
    LIKE US :
    FACEBOOK | Al-Bahjah TV
    / albahjahtv
    JOIN US :
    TELEGRAM |@albahjahtv
    t.me/albahjahtv
    INFORMASI INFAQ :
    INFAQ PENGEMBANGAN DAN OPERASIONAL AL BAHJAHTV
    Bank Syariah Mandiri (BSM)
    No. Rek : 73 11 55555 8
    Kode Bank : 451
    a/n : Al Bahjah TV
    LEMBAGA PENGEMBANGAN DAKWAH AL-BAHJAH
    Jl. Pangeran Cakrabuana No. 179 Blok Gudang Air Kel. Sendang Kec.Sumber Kab. Cirebon 45611

Комментарии • 577

  • @mancangahofficial3263
    @mancangahofficial3263 4 года назад +35

    Buya paling semangat kalau membahas tauhid,
    Sehat selalu Guruku.... salam dari kawasan radio wadi FM Kuningan Palutungan Jawa barat

  • @adesaefullah9450
    @adesaefullah9450 2 года назад +9

    Buya Yahya Karunia Allah bagi bangsa Indonesia dan dunia..Ulama cerdas..luarbiasa..semoga Allah jaga Beliau

  • @widodoshodiq4822
    @widodoshodiq4822 2 года назад +5

    Yang penting Alloh Maha Tinggi diatas makhlukNya......

  • @zulkarnainalatsari684
    @zulkarnainalatsari684 3 года назад +16

    Alhamdulillah.
    Keimanan bahwa Dzat Allah berada di atas, adalah sesuai dengan:
    - ribuan ayat dan hadits shahih
    - ijmak ulama Salaf
    - akal
    - fithrah
    Alhamdulillah.
    Imam Abul Hasan Al Asy'ari sendiri sudah rujuk dengan aqidah para Salaf. Bahwa Dzat Allah berada di atas Arsy, di atas langit ketujuh.
    Dan beliau sempat menulis kitab aqidah Ahlussunah wal Jamaah yang sebenarnya:
    - Al Ibanah 'an Ushulid Diyanah.
    - Ar Risalah ilaa Ahlits Tsaghor
    - Maqolatul Islamiyin.
    Alhamdulillah.

    • @bangzee3294
      @bangzee3294 3 года назад +1

      Jika dengan begitu iman mu makin kuat maka pegang itu, tpi jngan kau menggugurkan iman2nya orang yg beda pemahaman dengan mu, sesungguhnya kebenaran sejati hanya milik Allah.. kita hanyalah makhluk yg tidak pasti benar

    • @zulkarnainalatsari684
      @zulkarnainalatsari684 3 года назад +1

      @@bangzee3294
      Tugas saya hanya menyampaikan, Mas.
      Bukan untuk memberi stempel ahli bid'ah apalagi kafir.
      Baaraka llaahu fiikum.

    • @bangzee3294
      @bangzee3294 3 года назад

      @@zulkarnainalatsari684itu hak mas nya untuk menyampaikan.. iya bukan stempel cuma sering di sebutkan.. itu terkadang menyakiti hati saya, walaupun begitu saya tetap ikhlas menerimanya.. semoga Allah memberikan ampunan kepada kita semua..

    • @lfhome2175
      @lfhome2175 3 года назад

      - Al Ibanah 'an Ushulid Diyanah Coba Di Baca dan dibaca juga kitab al luma'

    • @zulkarnainalatsari684
      @zulkarnainalatsari684 3 года назад +1

      @@lfhome2175
      Sudah.
      Alhamdulillah.
      Tidak ada takwil dan tafwidh.

  • @medinaline4283
    @medinaline4283 4 года назад +10

    YA ALLAH YA RABBI YA KARIM !!! LIMPAHKANLAH RIZKI DUNIA AKHIRAT BAGI BUYA BAGI PEMIRSANYA YG MEN CINTAI AGAMANYA YG LURUS YG BERSANAD KEPADA NABI SAW. !!! YA ALLAH QABULKANLAH DO 'AKU INI !!! AAMIIIM YRA!!!

    • @abdullah5975
      @abdullah5975 4 года назад +1

      *NASIHAT ULAMA SALAF*
      ===========°
      من اقوال السلف
      قال سفيان بن عيينة ـ رحمه الله ـ
      «ليس العاقل الذي يَعرِفُ الخيرَ والشرَّ؛ إنما العاقل الذي إذا رأى الخير اتَّبعه، وإذا رأى الشرَّ اجتنبه».
      || حِليةُ الأولِيـــاء لأبي نُعَيم (( ٨/ ٣٣٩))
      وشُعَبُ الإيمانِ للبَيْهَقِيّ (( ٤٦٦٤ )) ||
      Mutiara Salaf
      Sufyan bin Uyaynah rahimahullah berkata :
      *Orang yang berakal itu bukanlah orang yang mengetahui kebenaran dan keburukan, sesungguhnya orang-orang yang berakal itu adalah orang yang jika melihat kebenaran maka ia mengikutinya dan jika melihat keburukan ia menjauhinya..*
      ( Hilyatul Auliya liabi Nuaim : 8/339)
      (Syuabul Iman Lil Baihaqi: 4664)

    • @babaqonita268
      @babaqonita268 4 года назад +4

      Aaamiin.. semoga Buya sehat selalu...
      Perlu diketahui saudaraku, bukan hanya Buya saja yang punya sanad, guru2 kami dan ustadz ustadz kami juga punya sanad.. ustadz zulqornain Muhammad Sanusi beliau pya byk sanad, qiroaat dan kitab hadist, beliau juga hafal sohih muslim...
      Belajar di Yaman .

    • @abdullah5975
      @abdullah5975 4 года назад

      @@babaqonita268
      Betul.
      Baaraka llaahu fiikum.

    • @abdwahab1043
      @abdwahab1043 Год назад

      @@babaqonita268 dzul sanusi ustadz malikahu.??

    • @damin8614
      @damin8614 3 месяца назад

      Amiin

  • @bachriunadriah7393
    @bachriunadriah7393 3 года назад +4

    1. Dalam Kitab Tauhid Sifat Duapuluh Kifayatul Awam hal. 114 "Al Qur'an Bukan Kalam Allah".
    2. Ayat2 Al Qur'an ttg Sifat2 Allah :
    a. Di Tamtsil / ditasbih, diserupakan dengan sifat makhluk
    b. Karena Sifat2 Allah serupa dengan sifat makhluk, maka makna lafadz ayat di Takwil / di Tahrif ( dirubah ) . Contoh : Istiwa'ala = Istawla ( menguasai)

  • @ekosulistiyatmojo7918
    @ekosulistiyatmojo7918 4 года назад +35

    Nah...cocok buya. Artinya bisa juga kita serahkan kpd Allah. Dan sy meyakini bahwa Allah istiwa ‘alal Arsy itu bukan berarti Allah butuh tempat. Ya spt kata imam Malik tadi. Syukron buya

    • @rushakgaming9732
      @rushakgaming9732 3 года назад +2

      Jawaban Buya sesuai dgn UAH dan tentunya sebagian ulama lain... Dan memang seharusnya tidak boleh menjelaskan dgn menyerupai2

    • @orangberiman6262
      @orangberiman6262 2 года назад

      Bener ..bukan hanya modal terjemah, karena makna hakikinya Allah yg tahu .

    • @keanuriver4502
      @keanuriver4502 Год назад

      Masing masing ulama punya pendapat, gak mungkin semuanya bener, semakin dibahas semakin terpecah umat

    • @abdullah5975
      @abdullah5975 11 месяцев назад

      Ustadz Firanda membacakan puluhan kitab para ulama yang meyakini bahwa "Allah berada di atas Arsy" :
      ruclips.net/video/FR9JFrQkisU/видео.htmlsi=OboF2RHF2LXpLMz8

    • @Berbahagialah421
      @Berbahagialah421 3 месяца назад

      Potongan wahabi psti g mau percaya ama vidio buya yahya

  • @jumatyusuman521
    @jumatyusuman521 2 года назад +2

    Hebat Buya Yahya ini. Alhamdulillah. Jelas sekali. Ulama yg sangat saya kagumi...

  • @alpabravo4384
    @alpabravo4384 3 года назад +3

    Alhamdulillah Buya penjelasannya Allah tidak membutuhkan tempat.... Tapi masih banyak yg ngotot Khalik diserupakan dengan makhluk padahal dalam Surat Al- Ikhlas sudah jelas...

  • @plaisirdamourjobim4633
    @plaisirdamourjobim4633 4 года назад +13

    Ilmu luas, logika mantab. Itulah guru Buya Yahya.

  • @hanisolihah1621
    @hanisolihah1621 9 месяцев назад

    Selalu suka sama cara Buya Yahya menjelaskan. Selalu senyum dan lemah lembut. Seneng bgt dengernya masyaAllah. Sehat selalu berkah selalu Buya ❤

  • @AbyRohim
    @AbyRohim 4 года назад +9

    Allahu Akbar, 💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻
    Semoga Buya Sehat Selalu. Aamiin

  • @agusbabang4996
    @agusbabang4996 3 года назад +2

    Alhamdulilah bayak orang yang awam2 paham termasuk saya terimakasih buya .

  • @azwarsamad
    @azwarsamad 4 года назад +10

    4:15 MENTAKWIL ayat mutasyabihat ttg istiwa Allah menyelisihi para salafus saleh krn mereka tidak ada yg menTAKWIL ayat ttg istiwa Allah ☝️
    Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata ttg ayat : ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ
    “Lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” [Al-A’raaf: 54
    “...Pandangan yang kami ikuti berkenaan dengan masalah ini adalah pandangan Salafush Shalih seperti Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin Sa’ad, Imam asy-Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan Imam-Imam lainnya sejak dahulu hingga sekarang, yaitu 👉MEMBIARKANNYA apa adanya, tanpa takyif (mempersoalkan kaifiyahnya/hakikatnya), tanpa tasybih (penyerupaan) dan tanpa ta’thil (penolakan). Dan setiap makna zhahir yang terlintas pada benak orang yang menganut faham musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk), maka makna tersebut sangat jauh dari Allah, karena tidak ada sesuatu pun dari ciptaan Allah yang menyerupai-Nya. Seperti yang difirmankan-Nya.
    لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ
    "...Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya... "[Asy-Syuuraa: 11]
    👉 sumber Tafsiir Ibni Katsiir (II/246-247), cet. Daarus Salaam, th. 1413 H. Inilah akidah yg HAQ selain ini akidah BATIL ☝️

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 4 года назад +1

      Dalam kitab Al-Ibanah tulisannya, pada hal 21 cetakan Darul Fadhillah, Mesir, Imam Asy’ari berkata, “Allah Istiwa di Arsy sesuai dengan apa yang Dia maksud. Makna ini mengunci kita untuk tidak membayangkan Istawa Allah seperti apa. Dilanjutkan, “Allah Istawa dengan makna yang Dia maksud, bukan makna yang kita maksud. Kalau bagi kita,Istawa bermakna menempati, tapi bagi Allah bukan.”
      Istiwa Allah suci (bebas) dari 5 perkara, yaitu ; 1. ‘Mumassah’ (persentuhan) Istiwa Allah tidak mengalami persentuhan seperti kita menduduki kursi, pantat dan bagian tubuh kita yang lain bersentuhan dengan kursi tersebut. Tidak demikian!
      2. Istiqrar (menempati), artinya istawa Allah di atas Arsy bukan bermakna Dia menempati Arsy itu.
      3. ‘Tamakkun’ (menjadikannya tempat). Allah menciptakan Arsy bukan menjadikannya sebagai tempat kediaman-Nya.
      4. Hulul (memasukinya). Tadinya Allah di luar Arsy lalu masuk ke dalamnya. Tidak! Tidak demikian.
      5. Intiqal (berpindah) artinya Allah berpindah ke Arsy setelah Allah menciptakan Arsy. Turun ke langit dunia dengan terlebih dahulu meninggalkan Arsy lalu balik lagi ke Arsy. Tidak! Tidak demikian!)

    • @zulkarnainalatsari684
      @zulkarnainalatsari684 3 года назад

      Alhamdulillah.
      Keimanan bahwa Dzat Allah berada di atas, adalah sesuai dengan:
      - ribuan ayat dan hadits shahih
      - ijmak ulama Salaf
      - akal
      - fithrah
      Alhamdulillah.
      Imam Abul Hasan Al Asy'ari sendiri sudah rujuk dengan aqidah para Salaf. Bahwa Dzat Allah berada di atas Arsy, di atas langit ketujuh.
      Dan beliau sempat menulis kitab aqidah Ahlussunah wal Jamaah yang sebenarnya:
      - Al Ibanah 'an Ushulid Diyanah.
      - Ar Risalah ilaa Ahlits Tsaghor
      - Maqolatul Islamiyin.
      Alhamdulillah.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 года назад

      @@zulkarnainalatsari684 benar! Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah (Asy'ariyah-Maturidiyah) sangat detail dalam membahas sifat Allah. Semua diperinci sesuai kandungan maknanya masing-masing. Bila ada suatu kata, entah kata itu warid (tercantum) dalam Al-Qur’an dan hadits, atau merupakan kata baru yang tak dikenal di masa sebelumnya, maka sebelum disematkan sebagai ungkapan bagi Allah harus diperinci terlebih dahulu kandungan maknanya: apakah mengandung makna fisik atau tidak. Makna fisik di sini merujuk pada makna jismiyah atau sesuatu yang bervolume / materi.
      1. 1. Kata yang bermakna non-fisik. Untuk kata yang punya makna non-fisik, maka bisa disematkan pada Allah selama maknanya positif dan menunjukkan kesempurnaan. Tetapi dengan catatan ada perbedaan kualitas kesempurnaan antara kondisi ketika kata itu disematkan pada Allah dan ketika disematkan pada makhluk. Misalnya kata: berilmu, berkuasa, berkehendak bebas, hebat, sempurna dan sebagainya. Makna non-fisik ini bisa sama-sama dimiliki oleh Allah dan manusia tetapi sangat berbeda dari segi kualitas kesempurnaannya. Misalnya: kekuasaan manusia terbatas dan perlu diusahakan sedangkan kekuasaan Allah tak terbatas dan tak perlu diusahakan; Ilmu manusia terbatas sedangkan ilmu Allah tak terbatas dan tak perlu diusahakan. Begitu seterusnya untuk contoh kata lainnnya. Allah dianggap punya versi yang sempurna dari makna itu sedangkan makhluk hanya punya versi rendahan saja. Konteks makna non-fisik ini bisa diungkapkan dengan ungkapan "Allah punya kekuasaan dan ilmu, tapi beda dengan kekuasaan dan ilmu manusia". Maksudnya berbeda dalam hal kesempurnaan tadi.
      Kata yang bermakna fisik.
      Adapun kata yang punya makna fisikal, maka makna fisiknya sama sekali tak bisa disematkan pada Allah dan secara tegas wajib dimustahilkan dari Allah sebab makna fisik juga tergolong makna kekurangan. Hanya makhluk saja yang boleh punya makna fisikal ini. Karena itu maka tak bisa dikatakan "Allah punya bentuk fisik, tapi beda dengan bentuk fisik manusia". Demikian juga dilarang berkata "Entahlah kita tidak tahu apakah Allah berupa fisik atau tidak" sebab ketidaktahuan ini berarti mengatakan bisa saja Allah bersifat demikian. Bila sebuah kata yang mempunyai nuansa makna fisik ternyata warid (dinyatakan) dalam Al-Qur’an atau hadits shahih, maka kata itu ditetapkan dan diimani keberadaannya tetapi makna fisiknya dibuang sebab memang mustahil Allah punya makna fisik. Adapun bila kata itu tidak ada (tidak warid) dalam Al-Qur’an dan hadits, maka langsung saja ditolak dan dilarang dengan keras untuk disematkan pada Allah tanpa perlu diperinci lagi. Secara rinci, kategori kata yang bermakna fisik ini terbagi menjadi dua jenis, yakni:
      Kata yang maknanya punya unsur fisik dan non-fisik sekaligus. Yang tergolong dalam jenis ini misalnya kata: mendengar, melihat, berkalam, tinggi dan besar. Kelima kata ini warid dalam Al-Qur’an dan hadits shahih sehingga harus diimani dan ditetapkan keberadaannya. Akan tetapi seluruh nuansa makna fisik yang melekat padanya harus dibuang dari Allah. Akhirnya Ahlussunnah wal Jama'ah menyatakan bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berkalam, tetapi semuanya tanpa alat/organ semisal mata, telinga, dan pita suara atau lidah. Demikian juga Allah Mahatinggi tetapi tidak dalam arti ketinggian lokasi secara fisik dan Mahabesar tetapi bukan dalam arti ukuran fisik. Ketinggian dan kebesaran Allah adalah dalam arti non-fisik semisal ketinggian derajat dan kebesaran kekuasaan. Kata yang maknanya hanya punya unsur fisik saja. Adapun kata yang secara literal hanya bermakna fisik saja, misalkan: yad (tangan), wajh (wajah), 'ain (mata), dan semacamnya yang secara literal berarti organ-organ atau bagian tubuh, maka ia diterima dan diimani hanya apabila warid dalam Al-Qur’an dan hadits shahih saja. Demikian juga kata yang makna literalnya tidak menunjukkan kesempurnaan apapun melainkan hanya menunjukkan kegiatan fisik semata, misalnya: nuzul, istawa, dan sebagainya. Semua contoh di atas diterima dan diimani sebab warid dalam Al-Qur’an dan hadits shahih. Hanya saja ditegaskan bahwa yad bukanlah organ tangan, wajh bukanlah organ wajah atau bagian depan kepala, 'ain bukanlah organ mata, nuzul bukanlah kegiatan turun dari ruang atas ke ruang bawah dan istawa bukan duduk atau bertempat secara fisik. Bila kata tersebut tidak warid, maka ditolak secara mutlak dan diharamkan untuk disematkan pada Allah. Misalnya kata: lisan, jisim, partikel, unsur, ukuran (hadd), berat (tsaql), batasan ujung (nihayah), duduk bersemayam (jalasa/qa'ada), berdiri (qama), bertempat tinggal (istaqarra), berpijak, melayang, dan banyak lainnya yang sama sekali tak disebutkan oleh Allah dan Rasulullah dalam hadits yang sahih tetapi hanya ada dalam khayalan para mujassimah (aliran yang meyakini Allah berfisik). Dilarang keras menetapkan semua kata yang tidak warid ini dan juga dilarang memperincinya seolah ada yang maknanya layak bagi Allah. Tak ada satu pun kesempurnaan yang bisa didapat dari semua kata itu dan tak ada juga nash shahih yang mengatakannya sehingga tak ada alasan untuk menetapkannya. Kata yang warid yang bermakna fisik di atas tidak bisa sekedar disematkan pada Allah dengan embel-embel catatan "berbeda dari makhluk" sebab seluruh makna fisik berarti kekurangan, tak peduli seberbeda apa pun tetap saja kekurangan. Jadi, ungkapan "Tuhan punya yad tapi berbeda dengan yad makhluk" sebenarnya tidak tepat sebab secara literal berarti Tuhan mempunyai organ tangan yang berbeda dengan organ tangan makhluk. Perbedaan dalam konteks organ ini hanyalah perbedaan dalam hal ukuran saja dan kadar kekuatan saja, misalnya tangan manusia kecil dan lemah sedangkan tangan Tuhan besar dan kuat. Ini aqidah menyimpang dari para mujassimah yang gemar mengkhayal seolah Tuhan adalah sesosok raksasa super besar yang berbeda dengan apa pun selainnya. Mujassim adalah mereka yang tak mau membedakan makna fisik dan non-fisik, semuanya mau disematkan pada Allah meskipun dengan embel-embel "berbeda dari makhluk". Ungkapan "Tuhan punya yad tapi berbeda dengan yad makhluk" bisa saja dibenarkan hanya apabila diartikan bahwa yad makhluk berupa organ fisik sedangkan yad Allah bukan organ fisik. Dalam makna ini berarti yad manusia (tangannya) adalah suatu yang terukur, terbatas dan bervolume sedangkan yad Allah sama sekali bukan dari jenis sesuatu yang terukur, terbatas dan bervolume. Akhirnya, yad manusia yang bernama Fulan yang tinggal sendirian di benua Antartika bisa dibayangkan meski belum pernah melihat sosoknya sebab pasti terukur dan bervolume dengan bentuk yang berbeda dengan yad Jhony, Jefrey, dan lainnya. Sedangkan yad Allah sama sekali tak bisa dibayangkan sebab perbedaannya mutlak dalam arti bukan perbedaan fisikal lagi. Sejak berabad-abad lalu, mujassimah menjadikan penolakan makna fisik ini sebagai bahan fitnah bagi Ahlussunnah wal Jama’ah (Asy'ariyah-Maturidiyah). Mereka memfitnah bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah menolak istawa, menolak nuzul, menolak keberadaan yadullah, wajhullah, ‘ainullah, dan semacamnya yang warid dalam Al-Qur’an dan hadits sahih. Mereka juga memfitnah seolah ada penolakan terhadap Al-Qur’an dan hadits dan para ulama salaf. Padahal sejatinya yang ditolak hanyalah makna fisikal saja sebab itu adalah sifat kekurangan. Ahlussunnah wal Jama’ah dengan tegas menetapkan dan mengimani seluruh sifat yang warid dan menafikan seluruh kekurangan dan khayalan tentang Allah.
      Imam Abul Hasan Al-Asy'ari tidak pernah rujuk kepada aqidah salaf. Dari dulu juga aqidah beliau aqidah salaf. Hanya karena mempunyai ayah tiri seorang muktazilah beliau pernah terbawa2, namun pada akhirnya beliau jadi pengkritik keras ayahtirinya sendiri. Wallahu a'lam.

    • @zulkarnainalatsari684
      @zulkarnainalatsari684 3 года назад

      @@LingkungSeniSantriKalijaga
      Wallahu a'lam.
      Kita dilarang berbicara tentang Dzat Allah tanpa ilmu (dalil Al Qur'an dan As Sunnah Shahihah).
      Jadi cukup kita mengatakan dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya katakan:
      Dzat Allah berada di atas Arsy di atas langit ketujuh.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 года назад

      @@zulkarnainalatsari684 ya kan saya juga gtu bilangnya. Hal yg warid alias tercantum dalam dalil sahih, yakini dan tetapkan. Yang tidak ada jangan coba2 deh

  • @nanikyunaningsih5855
    @nanikyunaningsih5855 Год назад +2

    Tentang sifat Alloh yg mampu menjangkau hanya iman....bukan akal manusia....

  • @putriamalia41
    @putriamalia41 3 года назад +3

    MashaAllah.. Syukron buya atas penjelasannya🙏

  • @IbnuRaziNasir
    @IbnuRaziNasir 20 дней назад

    1. Ini ayat mutasyabiha
    2. Laysa ka mislihi syay un
    3. segala sesuatu yang disifatkan ke Allah yang ada pada makhluk Nya, seperti istiwa , jangan menyerupai makna Makhluk Nya. Makhluk : Raja bertahta, istiwa di singgasananya, berkuasa di kerajaan raja tersebut.
    Jangan samakan Allah istiwa 'alal Arsy dengab raja, imam malik nengatakab makna istiwa, sudah dimaklumi, urusan dengan Allah hanya Allah yang Tahu.
    4. a. Ta'fid, serahkan pada Allah saja. b. Makna yang sesuai dengan nilai tauhid itu sendiri, yakni Allah Maha Tinggi dan Maha Kuasa.
    5. Allah tidak butuh tempat. Allah di atas Arsy nya , Maha Tinggi, menguasai sejuaioya g ada didalam dibawahnya arsy , alam semeta ini.
    7. Jangan sampai kita terjebak mujassimah dan mu'tazilah.

  • @indrasaputra-rj6er
    @indrasaputra-rj6er 4 года назад +5

    Subhanallah... Terimakasih guru kami tercinta buya yahya...

  • @ramiahbarat2013
    @ramiahbarat2013 2 года назад +3

    Ya Allah, bahaya sekali ini harus diperkuat tauhid disekolah ini sekarang banyak" anak" bertanya benar Allah berada diars,😭 harus kuat belajar sifat Allah swt yang 20.

    • @acehalfaqir6516
      @acehalfaqir6516 2 года назад

      Masukkan pembelajaran tersebut sebagai dasar kurikulum di sekolah

  • @a.amiruddinmuchtar1013
    @a.amiruddinmuchtar1013 3 года назад +2

    Jazakallah khairan...luar biasa penjelasannya Buya🙏🙏🙏

  • @LingkungSeniSantriKalijaga
    @LingkungSeniSantriKalijaga 3 года назад +4

    Salah satu slogan salafi wahabi yang terkenal adalah 'Menerima khabariyah ttg Allah baik dari Al-Quran maupun Hadis Nabi sesuai teksnya tanpa takwil, tanpa tamtsil (permisalan dengan apa pun), tanpa tasybih (penyerupaan dengan makhluk) dan tanpa meniadakan makna yang sebenarnya'. Nah, pernyataan 'tanpa meniadakan makna yg sebenarnya' inilah yg rancu. Makna apa? Makna sesuai yang dipahami oleh bahasa dan istilah yang dipakai manusia/makhluk?
    Inilah jungkir baliknya pemahaman itsbat salah kaprah Ibnu Taimiyah. Makna suatu hal yg disematkan pada Allah dan pada makhluk, itu sama, baru ujungnya diembel2i berbeda dengan makhluk. Begitu rumusnya. Dan hasilnya adalah begini ;
    Istawa.
    Makna Istawa yang berlaku bagi makhluk adalah menempati sesuatu, bersemayam, duduk, menetap di suatu tempat. Maka bagi Allah juga sama seperti itu hanya saja menempatnya, bersemayamnya, menetapnya Allah berbeda dengan manusia dan jangan ditanyakan bagaimananya. Terbukti salah satu makna istawa Allah versi Ibnu Taimiyah memang Istaqarra alias menetap.
    Di sinilah jungkir baliknya pemahaman Ibnu Taimiyah. Dibilang jangan membagaimanakan tapi disebutkan bahwa makna Istawa adalah 'menetap'. Bilang 'menetap'nya saja itu sudah membagaimanakan. Kok bisa ya, bilang Allah menetap tinggi di Atas Arsy tapi jangan tanya bagaimananya? Sementara mereka bilang 'menetap' saja itu sudah membagaimanakan. Kepriben sih...?
    Kalau memang tidak membagaimanakan, cukup pakai rumus tafwidh ;
    Istawa ;
    Allah mempunyai sifat Istawa sebagaimana yang Dia katakan, bukan yang kita katakan. Kalau bagi kita, Istawa adalah bersemayam, duduk, bertempat tinggal, menetap di suatu tempat, maka bagi Allah ya bukan. Lalu apa? Di sinilah kita bilang Wallahua'lam. Hanya Allah yg Maha Tahu rincian Istawa-Nya. Kita hanya disuruh meyakini, bukan mendetailkan bagaimana Istawanya Allah.
    Selesai!
    Tidak membagaimanakan tapi bilang Allah menetap tinggi di Atas Arsy.
    Ya Musyabbihah sudah

    • @SuperAburyan
      @SuperAburyan 2 года назад +1

      iya om, masalah besarnya Ibn Taimiyah yang jadi sandaran wahabi salafi itu berpendapat orang yang melakukan Tafwidh lebih jahil dari orang yang melakukan Ta'wil. kesimpulannya semua orang salah. yang bener cuma mereka yang mengatakan seperti komentar anda. itulah aliran baru. salafi wahabi namanya.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 2 года назад

      @@SuperAburyan benerrrr banget!

    • @azmanaiman6677
      @azmanaiman6677 11 месяцев назад

      MashaAllah .ngeri juga kalau keselio masalah ginian.

  • @hanafisupartosaad427
    @hanafisupartosaad427 3 года назад +6

    Mantab buya. Penjelasannya bisa diterima baik kalangan salafi maupun asy'airah.
    Kalau salafi: makna istawa kalau disandarkan pada makhluk (raja)...ya pahamlah. Tapi kalau disandarkan pada Allah عز وجل maka makna hakikinya dipahami tetapi BGMN dan SEPERTI APA istawaNYA tidak diketahui karena laisa kamitslihi syaiun, dan tidak ada dalil yg menjelaskan bgmn seperti apanya. Bertanya tentang kaifiyat ttg itu bid'ah. Sedangkan ulama2 asyairah: makna hakiki israwa itu ditakwil menjadi ISTAULA (berkuasa). Makna hakiki kata istawa ini harus ditakwil (dirubah) menjadi ISTAULA agar akal logika bisa menerima (akal logika mensucikan Allah عز وجل sesuai keagunganNYA). Dgn takwil semacam ini maka akal logika manusia bisa menerima. Hanya saja resiko takwil itu bisa saja terjatuh pada perbuatan MERUBAH RUBAH MAKNA HAKIKI ALQUR'AN. Niat awalnya memang bagus utk mengagungkan dan memuliakan Zat Allah عز وجل, tetapi beresiko merubah2 makna hakiki Alqur'an. Jadi yg paling aman dan selamat....ikut saja tafsir Ibnu Katsir (beliau termasuk ulama salaf). بارك الله فيكم

    • @IbnuRaziNasir
      @IbnuRaziNasir 20 дней назад

      Tolong kalimat dalam tafsir Ibnu Katsir seperti apa ga, terimakasih penjelasannya

  • @thekamikaze6951
    @thekamikaze6951 2 года назад +2

    mantap..jelas sekali penjelesannya..thnks Buya..hati2 mentafsir ayat2 Al Quran teman2..jgn pake nafsu cari la org yg alim

  • @zenlife__114
    @zenlife__114 4 года назад +5

    Salam untuk al mukaram buya yahya dari aceh

  • @hasanudinmisilu6187
    @hasanudinmisilu6187 Год назад

    Terima kasih Buya pencerahannya sehat n berkah sll, Aamiin 🤲🤲🤲🙏🙏🙏

  • @jayussuranto5978
    @jayussuranto5978 Год назад +1

    Insya Alloh keilmuan Buya Yahya di atas engkong Yazid jawaz, UKB, firanda Dirja, SRB dkk

  • @fikriaripratomo6221
    @fikriaripratomo6221 4 года назад +5

    Singkat Jelas, Berimbang, dan Rasional.. Sehat Terus Buyaa

  • @encusamsu9963
    @encusamsu9963 4 года назад +6

    Masyaallah, penjelasannya sangat dpt dimengerti Buya 😇

  • @imamyasin8686
    @imamyasin8686 3 года назад +2

    Semoga sehat selalu guru besarku Buya Yahya

  • @nasruddin8874
    @nasruddin8874 Год назад

    AlhamdulliLah , tks atas penjelasannya Buya Yahya

  • @tahtakisariyya3625
    @tahtakisariyya3625 Год назад

    Subhanallah...
    Trimakasih ...penjelasnnya BUYA...

  • @muhammadyusufibrahim4222
    @muhammadyusufibrahim4222 3 года назад +6

    Alhamdulillah saya faham buya.. Menurut saya 'Arsyi itu adalah lambang kekuasaan Allah. Arasy adalah makhluk yg paling besar Allah ciptakan.

  • @gugumgumira5918
    @gugumgumira5918 3 года назад +1

    Jawaban buya sama seperti UAS. emng dua ini mantap

  • @melaniputri6040
    @melaniputri6040 Год назад

    Ini baru ahlussunnah waljamaah Asy'ari sifat 20 seperti yang saya pelajari sama ayah saya dan kakek saya di secanggang Stabat saya sendiri zailani

  • @JunaediChanel
    @JunaediChanel 2 года назад +2

    Sehat selalu waliyullah

  • @irfanpermana3874
    @irfanpermana3874 3 года назад +2

    “Allah yang Maha Pengasih itu berada di atas Arsy” (QS. Thaha: 5).
    Kalo ane yang awam agama ini boleh berpendapat pake sedikit logika akal sehat aja, Alquran mengatakan Allah berada diatas Arsy, bukan berarti Allah butuh kepada tempat dan bukan berarti juga Arsy lebih besar dari Allah, logikanya ane coba pake logika mahluk aja, Langit diatas Bumi bukan berarti Langit butuh kepada bumi apalagi Bumi lebih besar daripada Langit, nyatanya justru Langit yang diatas Bumi ini susah dibayangkan karena sangat jauh lebih Besar dan luas daripada Bumi yang mungil ini. Apalagi kalo bicara Allah yang Maha Besar yang berada di atas Arsy tentu saja lebih tidak bisa dibayangkan lagi. Wallahu A'lam

  • @nazirwanwan4935
    @nazirwanwan4935 2 года назад +2

    Istiwa Allah hanya Allah yang tahu sementara istiwa mahkluk tentu tidak sama dengan istiwa Allah namun jika menolak istiwa Allah karena berfikiran istiwa Allah seperti mahkluk sehingga menolak istiwa Allah maka sejatinya orang yang berfikiran demikian itu lah yang sejatinya Mujassimah sebab menolak istiwa Allah karena di dalam fikirannya membayangkan istiwa Allah seperti manusia duduk di kursi sebab pemikirannya dipenuhi SUBHAT. Sementara kita wajib mengimani bahwa Allah istiwa di atas Arsy sesuai dengan keagunganNya. Sebab itu lebih bijak dan lebih selamat jika kita meyakini bahwa Allah istiwa di atas Arsy seperti tekstual ayatnya namun kita tidak boleh membayangkan istiwa Allah itu seperti apa sebab Allah tidak memberitahukan keadaan istiwaNya seperti apa,lagi pula Allah tidak serupa dengan makhlukNya,jika ingin di bayangkan dengan akal fikiran tidak mungkin akan mampu karena akal terbatas.sebab itu Allah menyuruh kita mengimani apa adanya seperti yang Allah beri tahu. Demikian

  • @YRD666
    @YRD666 Год назад

    Fir’aun mendustakan Rabb Nabi Musa ’alahissalam berada di langit
    Fir’aun meminta orang dekatnya yaitu Haman untuk membangun bangunan yang tinggi agar ia bisa melihat Rabb nabi Musa, karena Fir’aun menuduh nabi Musa telah berdusta ketika mengatakan Rabbnya ada di atas langit.
    Allah Ta’ala berfirman,
    (37) وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (36) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا
    “Dan berkatalah Fir’aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Rabb Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta”.” (QS. Al Mu’min: 36-37)
    Dalam ayat yang lain,
    وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَآأَيُّهَا الْمَلأُ مَاعَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل لِّي صَرْحًا لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
    “Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”.” (QS. Al Qashash: 38)
    Ahli Tafsir At-Thabari menjelaskan bahwa Fir’aun mendustakan nabi Musa yang telah mengklaim memiliki Rabb yaitu Allah di langit, beliau berkata,
    وقوله : ( وإني لأظنه كاذبا ) يقول : وإني لأظن موسى كاذبا فيما يقول ويدعي من أن له في السماء ربا أرسله إلينا
    “Makna ayat perkataan Fir’aun ‘sesungguhnya aku memandangnya (Musa) seorang pendusta’ yaitu Fir’aun menuduh Musa telah berdusta karena mengklaim memiliki Rabb di langit yang mengutus Musa kepada Fir’aun dan tentaranya.” (Tafsir At-Thabari)

  • @tarikforest3498
    @tarikforest3498 3 года назад +1

    Allah mendengar dan melihat,
    1. Apakah Allah sama dg mahluk?
    2. Yang dilarang membayangkan menyerupakan mahluk apalagi mentakwil (merubah artinya)
    3. Serahkan tafsirnya sesuai yg dimaknai oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat sahabatnya. Jika tdk ada keterangan yg sohih, maka jangan merubah² maknanya... Itu dosa besar.

  • @all4953
    @all4953 2 месяца назад

    Istiwa Alal arsy, Allah menetap, diatas, tinggi< imam malik mengartikan istiwa dan kaifiyahnya tidaklah diketahui.. berarti sudah cocok dzat Allah itu ada "diatas", bukan dimana2, jadi ketika ditanya, dimana Allah? Ya diatas,.. simplee

  • @abuahmadabdillah3133
    @abuahmadabdillah3133 4 года назад +7

    Bagaimana ya Agar bisa Bertanya ke Buya Yahya

  • @SiswantoSiswanto-fv7ox
    @SiswantoSiswanto-fv7ox 5 месяцев назад

    Alhamdulillaah mantab penjelasannya

  • @gondrongsadam8314
    @gondrongsadam8314 2 года назад +1

    intinya ALLAH berbeda dengan ciptaanNYA

  • @acehnesedailylife1064
    @acehnesedailylife1064 3 месяца назад

    Apa yang membuat kalian mengingkari ayat Allah? Allah Beristiwa di atas Arsy bukan berarti Allah butuh kepada tempat, bukan berarti Allah sama dengan Makhluk. Kalian sering sekali berdalil dengan Surat Asy-Syura Ayat ke-11 ( “laisa kamitsli syai'un”). Apa kalian lupa, Allah mengakhiri ayat tersebut dengan dua Sifat yang umumnya dimiliki makhluk-Nya (Wahuwas Sami Al Basir). Allah melihat dan mendengar, lantas apakah Allah menyamakan diriNya dengan makhluk? tentu tidak. Melihat dan Mendengar nya Allah berbeda dengan makhluk. Allah memiliki nama dan sifat sesuai dengan keagungan dan kemuliaannya. Tidak semua harus masuk akal, karena akal kita terbatas, tugas kita beriman saja, bagaimananya sifat Allah hanya Allah yang lebih tau. Harusnya metode ini yang kalian pakai untuk memaknai ayat-ayat nama dan sifat. Sesederhana itu sebenarnya aqidah kita, namun datang orang-orang belakangan yang pikirannya tercemar filsafat yang mencoba memaknai Alquran dengan akal dan logika mereka, sehingga Aqidah ini menjadi rumit. wallahu a'lam bishawab

  • @syaifuljamil2756
    @syaifuljamil2756 3 года назад +2

    جزاك الله خيران

  • @muhammadhakim8950
    @muhammadhakim8950 3 года назад +2

    Semoga sihat selalu buya💓

  • @achmadhusniabdillah4735
    @achmadhusniabdillah4735 3 года назад

    Luar biasa bijak sekali buya dengan ilmunya

  • @YahyaZakaria-eo6ye
    @YahyaZakaria-eo6ye 7 месяцев назад

    Mudah2an penjelasan buya yahya didengar oleh kyai IR.

  • @chanelhasanah743
    @chanelhasanah743 3 года назад +1

    Masalahnya Arsy itu makhluk yang paling tinggi dan paling besar. Maka pertanyaannya : Alloh diatas Arsy atau dibawah Arsy?. Sebab jika Alloh tidak boleh dikatakan diatas Arsy berarti dibawah Arsy, ini logika bahasa. Itu sebabnya Al Qur'an menceritakan dengan bahasa yg lebih terhormat bahwa Alloh diatas Arsy, ini makna yg lebih mulia

  • @muhammadaini9302
    @muhammadaini9302 Год назад +1

    Semoga semakin banyak yang tau "Mentakwil Al-quran itu tidak boleh/haram"

    • @Rijal181
      @Rijal181 Год назад

      Lebih tepatnya mentakwil yang mutasyabihat yang ga boleh

  • @ryanhidayat1195
    @ryanhidayat1195 3 года назад +1

    Assalamu alaikum Buya. Insya Allah buya selalu dalam keadaan sehat wal afiat sehingga buya dapat terus membimbing aqidah ummat. Insya Allahu Ta’ala. Shallahu ala Nabiyy Muhammad SAW wa ala aliihi wa saallam..

  • @Uefa-APro
    @Uefa-APro 4 года назад +2

    Pemahaman pak yahya khas asy'ariyah mutaakhirin/mu'tazilah. Arti lafazh Istawa {saja} dalam bahasa Arab memang banyak bisa menguasai dan atau arti-arti yang lainnya. Berbeda dengan yang kita bahas yaitu lafaz istawa' ala. Dalam konteks ini kita harus fokus kepada yang tertulis di Al Quran, yaitu lafazh istawa' ala. Lafazh istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) dalam bahasa Arab - yang dengannya Allah menurunkan wahyu - berarti (عَلاَ وَارْتَفَعَ), yaitu berada di atas (tinggi/di ketinggian). Hal ini adalah kesepakatan salaf dan ahli bahasa. Tidak ada yang memahaminya dengan arti lain di kalangan para salaf dan seluruh ahli bahasa Arab.

    • @bahlulbidatun5457
      @bahlulbidatun5457 3 года назад

      mrk orng2 yg berdiri dipintu2 menggiring umat ke ? mrk bahlul2bidáh bodoh tp tetep aja banyak pengikutnya kan uda akhir jaman bro ... wk wk wk wk ...

    • @alitunjungnugraha
      @alitunjungnugraha 3 года назад

      @@bahlulbidatun5457 astaghfirullah

  • @mohammadqosim45
    @mohammadqosim45 2 года назад +1

    Oke Allah beristiwa'dengan sebenarna

  • @asepriswandi6592
    @asepriswandi6592 2 года назад

    Yg di debat kan bukan soal istawa/istaula.
    Tp soal ALAL= di atas, arti 'alal' bukan dimana2.
    Istawa diatas arsy,
    Istaula juga diatas arsy,
    BUKAN istaula/berkuasa dimana2.
    Jadi jelas makna DIATAS tak bisa dibantah/diganti
    ALLAH DI ATAS ARSY, tanpa membutuhkan tempat ITULAH KEHENDAkNya . QS Thaha:5.banyak dalil
    Berani BANTAH KEHENDAK ALLAH??
    tak ada DALIL Allah dimana2 sperti GAS oksigen, nitrogen, helium, dll yg MENYEBAR Disetiap ruang.
    Ingat gas itu mahluk juga. & jangan sifati Allah sprti mahluk.
    Bedakan dengan:
    ALLAH MAHA MENDENGAR,
    mahkluk juga mendengar(tp terbatas)
    Allah MAHA MELIHAT
    mahluk juga melihat(tp terbatas)
    Melihat&mendengar Allah berbeda dgn mahluk, walaupun mahluk bisa mendengar dan melihat.
    Begitu juga dgn mahluk/malaikat bisa di atas,
    Tapi terbatas juga,
    diatasnya malaikat berbeda dgn di atasnya Allah
    Sy tanya, ADAkah mahluk yg bisa berada DI ATAS ARSY?? Jawabnya TIDAK.
    Tak ada satu pun mahluk yg mampu bersanding dgn ALLAH, berada di ATAS arsy.
    Malaikat tertinggi pun cuma bisa memikul Arsy(di bawahnya)
    Hanya ALLAH saja satu satunya yg mampu berada TINGGI di atas arsy, kita menunjuk Allah ada diatas dgn Niat mengagung kan Nya.
    Krna ALLAH lah satu2 nya dzat yg maha tinggi.
    Yg MAMPU BERADA DI ATAS ARSY.
    KONSEKWENSI Jika Allah ada dmana2 sperti gas, :
    1. ada banyak mahkluk yg setara dgn Allah.
    2. Sifat MAHA TINGGI ALLAH GUGUR, krna ada BANYAK MAHLUK yg setara, bahkan mengalahkan tinggi nya ALLAH
    3.ALLAH sifatnya seperti Mahluk Gas yg tak berwujud, memenuhi ruangan, ada dmana2.
    4. Sifat Allah seperti gas, adalah batil.
    Krna TAK ADA DALIL satu pun
    KESIMPULAN:
    ALLAH DI ATAS ARSY
    TAK ADA MAHLUK YG MAMPU berada di atas Arsy.
    Artinya Allah TIDAK sperti mahluk , tak ada mahluk yg mampu berada diatas ARSY
    Itulah maksud Laaisa kamislihi sai'un.
    Ahlul kalam Katanya pake akal, tp ga faham kata "MAHA"
    mahluk melihat,mahluk mendengar.
    mahluk bisa DiAtas
    Krna Allah ga boleh sama dgn mahluk,
    akal Ahlul bid'ah berfikir:
    Allah TIDAK MENDENGAR, TIDAK MELIHAT.
    ALLAH TIDAK DIATAS
    Krna ga boleh sama dgn mahluk.
    Harusnya
    ALLAH
    MAHA MENDENGAR, MAHA MELIHAT, ALLAH MAHA TINGGI (DIATAS SEGALA SESUATU, DIATAS ARSY)
    DALILnya ALLAH DI ATAS, bukan Allah dibawah/dimana2, krna ga ada dalil Allah menyebar kemana-mana seperti gad oksigen, hidrogen dll
    Gas yg ada dimana2 juga mahluk, jangan samakan Allah dgn mahluk gas yg menyebar luas

    • @acehalfaqir6516
      @acehalfaqir6516 2 года назад

      Para salafussoleh yang bersifat warak amat takut untuk berfatwa apabila setiap kali diajukan soalan kerana khuatir akan memasukkan pendapat peribadi ke dalam agama Allah tanpa sengaja.
      Imam Al Khatib al Baghdadi meriwayatkan dalam kitab al Faqih wal Mutafaqih daripada ‘Atha’ bin al Saib (seorang tabi’in) katanya,
      “Aku pernah melihat suatu kaum (maksudnya para sahabat Nabi sallaLlahu ‘alaihi wasallam). Jika salah seorang mereka ditanyakan suatu soalan, ia menjawabnya dengan gemetar.
      Al Khatib jua meriwayatkan daripada Muhammad bin Sirin (seorang Imam tabiin di Basrah), bahawa setiap kali beliau ditanyakan hukum halal dan haram, raut wajahnya segera berubah, seolah-olah ia bukan Ibnu Sirin yang dahulu.
      Begitu juga Imam Malik sebagaimana riwayat Abu Shalt,
      “Setiap kali Imam Malik ditanya tentang suatu fatwa, beliau berasa seolah-olah berada di antara Syurga dengan neraka”.
      Ketakukan yang dirasakan oleh para ulama besar ini lahir dari pada kesedaran mereka bahwa berbicara tentang hukum agama berarti sedang bercakap atas nama Allah dan RasulNya.
      Maka sudah pasti, pada Hari Hisab nanti Allah akan meminta pertanggung jawaban daripada setiap fatwa/ jawapan yang mereka sampaikan.lalu datanglah generasi-generasi penurut syahwat peninggal shalat, berbicara seenaknya dalam hukum2Nya.
      Wahai saudaraku yg kucintai sepenuh hati ketahuilah Al Qur-an itu kalam Allah. Tahukah kamu siapa Allah itu? Dialah yang telah menciptakan Arsy, langit, galaksi-galaksi, planet-planet, bintang2, gunung-gunung, lautan, daratan dan seluruh isinya, Dialah yang menggenggam hati dan pikiran semua makhluk. Dimanakah pengagunganmu terhadap kalam-Nya? Allah sedang berfirman kepadamu, Dia sedang memerintahmu, Dia sedang melarangmu, Dia sedang mengancammu, Dia sedang memotivasimu, Dia sedang menyindirmu, Dia sedang mencelamu habis-habisan, Dia sedang menceritakan berbagai kisah kepadamu agar engkau mengambil pelajaran.
      Akan tetapi engkau buta dan tuli, maka engkau pun memperlakukan kalam-Nya sebagai karya seni dan fantasi. Ya, subhanallah, alangkah gobloknya dirimu. Namun kegoblokanmu ini baru kau sadari ketika engkau sudah dibenci oleh dunia, ketika kau sudah hilang dari ingatan teman-temanmu, ingatan orang2 yang lebih kau ta`ati daripada-Nya, ya ketika tubuhmu dimakan ulat, otakmu dihisap belatung, saat itulah kau baru sadar dengan penyesalan yg tiada berarti,oh alangkah gobloknya diri ini. 😭😭😭😭

  • @jambuair-gy4sk
    @jambuair-gy4sk Год назад

    Yg pasti allah itu gak butuh tempat, gak terhalang waktu, gak ada dalam ruang. Karena tempat, ruang, dan waktu adalah ciptaan allah semuanya. allah ada sebelum ada tempat/arsy, sebelum ada waktu, sebelum ada ruang. Itu sebabnya allah mengetahui apa yg terjadi di (waktu) masa depan, karena allah tidak terikat/tidak butuh waktu kemarin, waktu kini, maupun waktu masa depan.
    Sementara manusia gak tau apa yg terjadi di masa depan, karena manusia terikat dalam ruang tertentu, tempat tertentu, dan waktu kini. Sehingga, sebelum waktu masa depan tiba, ya semua yg terikat ruang, waktu, dan tempat gak akan tau (dan gak akan mengalami) apa yg terjadi di masa depan.
    Jadi sudah pasti allah gak ada dimana-mana (sebagaimana manusia memahami kata dimana), juga gak ada di arsy (sebagaimana manusia memahami kata di atas langit), allah juga gak ada dalam waktu tertentu (sebagaimana manusia memahami waktu) karena allah tidak terikat tempat, ruang, dan waktu yg berstatus mahkluknya allah.
    Kalo ada kalimat allah ada di arsy, allah memiliki tangan, memiliki mata/melihat, maha mengetahui, maha besar, maha berkuasa dll itu konteksnya di level hakikat, untuk memudahkan manusia memahami konsep ketauhidan, karena bahasa arab itu bahasa manusia yg memang terperangkap dalam waktu, ruang, dan tempat.
    Jadi itu semua, adalah penyederhanaan konsep ketauhidan ke dalam bahasa manusia, yg sudah pasti sesungguhnya bahasa apapun tidak akan pernah bisa mendeskripsikan konsep tuhan dengan sempurna sebagaimana ada nya tuhan.
    Termasuk juga konsep allah itu maha rahman dan rahim pun penyederhanaan dari fakta tentang sifat2 allah dalam bahasa manusia. wallahualam.

    • @BRKN_Doom
      @BRKN_Doom 10 месяцев назад

      Na'udzubillah, perkataan kufur "Jadi sudah pasti allah gak ada dimana-mana " jadi kesini arah kalian memaksakan Allah tidak diatas Arsy

  • @ayampencen6363
    @ayampencen6363 14 дней назад

    5:39 serahkan kpd Allah..kalau tak sampai di akal jgn mengakal-akalkan..

  • @yarlistaufid9619
    @yarlistaufid9619 5 месяцев назад

    Ayat yg buya baca itu justru untuk penetapan sifat allah bukan untuk menolak kabar soheh dari allah.

  • @amiruddinam5819
    @amiruddinam5819 Год назад

    Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tidak mungkin masalah Aqidah Allah mempersulit hambaNya. Bgaiamana jika org arab badui dikala itu yg tdk hebat masalah bahasa arab. Intinya Allah diatas Ars tpi itu urusan Allah bgaimana Dia diatas Ars. Bukan urusan kita yg sampai" mengatakan Allah suci dari berbagai arah.

  • @kunto_wicaksono
    @kunto_wicaksono 2 года назад

    Alloh bersemayam di atas Arsy bkan berarti Alloh butuh Arsy tp hal itu sbg bukti kekuasaan Alloh. Sama hal nya Alloh menciptakan langit dan bumi beserta isi nya bkan berarti Alloh butuh semua itu tp hal itu sbg bukti Alloh maha kuasa, mampu menciptakan apa yg dikehendaki nya.

  • @sayyidgaming7095
    @sayyidgaming7095 Год назад

    Asyariyah: non takwil, mengimani dgn menyerahkan artinya pda Allah ,
    Maturidiyah: takwil dgn dukungan dalil
    Masih ahlussunah, masing2 ingin mensucikan Tuhan

  • @sangfajar9494
    @sangfajar9494 2 года назад

    Terimakasih buya

  • @rudiboelle70hermawan67
    @rudiboelle70hermawan67 3 года назад +1

    Abdullah bin abbas radiallahu anhuma mengatakan :
    " ...apabila setiap mereka sudah menafsirkan al-qur'an dengan menafsirkan masing-masing maka akan berpecah belah."
    (syu'batul iman al-imam al-baihaqi)

  • @vebirdschanel8067
    @vebirdschanel8067 Год назад

    Maha suci ALLAH Yang MAHA GHAIB, wujud dan zatNYA, tidak dapat di jangkau oleh Indra mahluk ciptaNYA,DIA(ALLAH) yang MAHA ADA sebelum segala -galanya diciptakan dan apabila segala-galanya binasa, maka ALLAH tetap ada karena DIA (ALLAH) yang maha Kekal, ALLAH yg menciptakan segala -galanya dan segala tempat sedangkan ALLAH tidak membutuhkan sega-galanya dan segala tempat, tetapi segala tempat itulah yang membutuhkan ALLAH, ALLAH yang menciptakan Arsy, sedangkan Arsy itu selalu berzikir dan ta,at serta patuh kepada ALLAH dan sangat membutuhkan ALLAH, sedangkan ALLAH tidak membutuhkan mahluk ciptaannya, karena Arsy senantiasa berzikir dan ta,at dan patuh kepada ALLAH, maka ALLAH mengangkatnya kedalaman kitab suci Al-Qur'an, semisalnya jika hati manusia selalu berzikir dan ta,at serta patuh pada perintah ALLAH, maka insyaallah ALLAH yang mengangkatnya ketempat yang mulia seperti Arsy tersebut , demikianlah perumpamaannya

  • @syamsuladinugroho9352
    @syamsuladinugroho9352 Год назад

    Alhamdulillah... Clear

  • @dhianpertiwi3466
    @dhianpertiwi3466 3 года назад +1

    Semoga slalu sehat trs buya yahya😊😊

  • @suswadi8140
    @suswadi8140 7 месяцев назад

    TANGAN.... KIASAN.....MAHA MENGANUGRAHKAN PERTOLONGAN KURSI KIASAN..... SEGALA SESUATU DI MILIKI (ALLOH) DAN BERADA DALAM PENGATURAN NYA.....

  • @ningsihsri1067
    @ningsihsri1067 Год назад

    Perjalanan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Isra Miraj . Sami'na wa atho'na.

  • @risfayanti
    @risfayanti 3 года назад +1

    Jelas Buya, sy paham...

  • @missRos648
    @missRos648 2 года назад

    KATA KUNCINYA KALO KITA LAGI SHOLAT MENYEBUT ALLAHUAKBAR ALLAH MAHA BESAR. DIA DIATAS LANGIT... BAGI ALLAH BUMI ITU IBARAT CINCIN YANG DIBUANG DI PADANG PASIR... LANGIT PERTAMA SAMPAI LANGIT KETUJUH IBARAT CINCIN YG DIBUANG DI PADANG PASIR HANYA SETITIK DEBU, JADI ALLAH MAHA BESAR BERADA DI ATAS LANGIT TIDAK KELIHATAN DAN TIDAK ADA DI BUMI

  • @trysaputra2808
    @trysaputra2808 Год назад

    Kita wajib mengimani istiwa Allah di atas Arsy,
    Gitu aja jgan nanya gimana gimananya,karena pertanyaan itu sesat..
    Karena kita nggak di beri tau istiwanya Allah gimana,

  • @LingkungSeniSantriKalijaga
    @LingkungSeniSantriKalijaga 2 года назад

    KENAPA ARRAHMANU'ALAL 'ARSYISTAWA?
    Arrahman adalah salah satu dari 99 Asma Allah (Asmaul Husna). Yang menarik karena menjadi perdebatan antar ahlussunnah karena Allah mengabadikan Asma Arrahman dalam Q.S. 20 : 5 dalam kalimat ARRAHMANU'ALAL'ARSYISTAWA. Yang mana sumber perdebatannya adalah mengenai makna kalimah tersebut. Sebagian ada yg memaknai secara tekstual, sebagian tafwidh alias memasrahkan hakikat maknanya pada Allah, dan sebagian mentakwil.
    Sebagai pengikut dua metode (tafwidh+takwil) tersebut saya malah fokus kepada ketetapan Allah menyematkan Asma Arrahman sebagai subjek yang istawa'alal'Arsy tsb. Allah menyematkan Asma Arrahman padahal Asmanya bukan hanya itu. Masih banyak yg lain seperti Arrahim, Al-Malik, Al-Quddus, Assalam dan banyak lagi. Tapi kenapa Dia pilih Asma Arrahman untuk disematkan di ayat tsb?
    Bila kita mau berfikir jernih dengan akal sehat, jawabannya mudah sekali!
    Arrahman menandakan Maha Pemurahnya Allah. Arsy adalah makhluk terbesar yang besarnya melebihi jagat raya bahkan ditetapkan sebagai makhluk teragumg oleh Allah. Lalu kta Istawa, salah satu maknanya adalah DI ATAS. Sedangkan dalam ilmu bahasa, frasa DI ATAS tidak selalu menunjukkan sebuah posisi fisik, namun bisa menunjukkan KEUNGGULAN, KELEBIHAN, KEISTIMEWAAN DIBANDINGKAN YANG SELAIN DIA/SELAIN ITU. Bahkan juga ISTAWA itu bisa mengandung makna MELEBIHI. Apalagi ini akan jadi lebih luas karena melebihi itu bisa LEBIH BESAR atau LEBIH KECIL.
    Maka berdasarkan hal tsb untuk mengetahui makna ARRAHMANU'ALAL'ARSYISTAWA itu sebenarnya mudah saja. Ada dua kemungkinan, karena ini tergolong takwil juga ya ;
    1. Keagungan Allah Yang Maha Pemurah itu jauh melebihi Arsy yg Allah tetapkan sebagai makhluk teragung
    2. Maha Pemurahnya Allah itu melebihi besarnya Arsy yang jauh lebih besar dari jagat raya seisinya.
    Semuanya seisi jagat dikasihi oleh Allah tanpa pandang bulu, artinya dipenuhi kebutuhan hidupnya. mau yang baik, jahat, mukmin, kafir, taqwa, fasiq, zindiq semua dipenuhi kebutuhannya tanpa kecuali. Makhluk yg yerbesar sampai terkecil melebihi mikroskopis dipenuhi kebutuhannya oleh Allah. Sebab itulah dalam ayat 5 surat thoha itu ARRAHMANU'ALAL'ARSYISTAWA, karena tak dapat disangkal bahwa Allah itu Maha Pemurah kepada seluruh makhluk-Nya, melebihi besarnya Arsy yang jauh lebih besar dari jagat raya seisinya. Karena itulah dalam ayat tersebut, Allah mencantumkan Asma Arrahman, bukan Arrahim, Al-Malik, Al-Quddus dll apalagi Al-Mutakabbir atau Al-Muqit.
    Wallahua'lam

  • @sarmidiinun3487
    @sarmidiinun3487 3 года назад

    Yes.Great. Alhamdulillah.

  • @yarlistaufid9619
    @yarlistaufid9619 5 месяцев назад

    Istawa itu maknanya meninggi. Lihat kamus lisan arab.

  • @basrishah1461
    @basrishah1461 3 года назад

    Ini penjelasan terbaik

  • @biabdillah1288
    @biabdillah1288 3 года назад +1

    ARRAHMANU ALAL ARSYISTAWA
    Memang ada ikhtilaf di kalangan ulama mengenai makna
    "Istawa"
    Namun Tidak ada IKHTILAF mengenai makna
    Arrahmanu alal arsy
    Allah di atas Arasy.
    Artinya semua ulama sepakat bahwa allah di atas Arasy.
    - Tapi jangan bertanya bagaimana istawa allah di atas arasy?
    - tidak boleh mengartikan " Bumi kan bulat lah kalo nunjuk ke atas, atas yang mana??
    - tak boleh membayangkan bahwa allah itu mutar, ke arah mana saja disana allah.
    - tak boleh mengartikan "Bagaimana Allah turun ke langit dunia di sepertiga malam?
    Ini semua Pertanyaan mengenai Dzat Allah, mengenai Bagaimana istawa allah itu.
    Ini semua pertanyaan bid'ah
    Menurut imam malik.
    MEYAKINI ALLAH DI ATAS ARASY INI MASUK AKAL,
    MENANYAKAN BAGAIMANA ISTAWA ALLAH DI ATAS ARASY INI BID'AH, karna gak masuk akal. Karna kita tidak diberitahu lebih jauh dalam Al Qur'an.

    • @grow2328
      @grow2328 3 года назад

      assalamualaikum mohon maaf. intinya kita tinggal imani saja ya Allah di atas arsy. arsy itu makhluk ciptaan Allah ya? dan Allah tidak butuh makhluk. oh iya saya boleh minta kontak wa kah? byk yg ingin saya tanyakan soal ini, agar tdk salah pemahaman. syukron.

  • @nkonganwar1996
    @nkonganwar1996 4 года назад +6

    Assalammu Allikumm wr. wb.

  • @septianpratama6860
    @septianpratama6860 Год назад

    Saya yakin tuhan itu ada

  • @nasir5214-y4s
    @nasir5214-y4s 3 года назад +1

    DZAT ALLAH BERADA DI ATAS KETINGGIAN
    (lebih dekat kepada arsy).
    -
    Dalilnya:
    ""Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yg kadarnya lima puluh ribu tahun"" (QS. Al Ma'arij 4)
    Kata "naik" pada ayat di atas sangat jelas sekali menunjukkan posisi dari bawah ke atas.
    Tidak mungkin lagi ditakwil oleh ahlul bid'ah dengan "menguasai" atau "ketinggian nilai"

    • @jidetasu9666
      @jidetasu9666 2 года назад

      Itukan ada kata yang dikurung.kalau kata naik hilangkan,,jadi malaikat malaikat dan jibril menghadap kepada tuhanya dalam sehari yang kadarnya 5000 tahun...terus apa kaitanya yang bilang allah diatas langit...kalimat ini masih murni terjamahan belum ditafsirkan..

    • @sayyidgaming7095
      @sayyidgaming7095 Год назад

      Itu perbuatan malaikat yg memang makhluk

  • @amiiiinmentaijinuntukmaama937
    @amiiiinmentaijinuntukmaama937 2 года назад

    Mudah dipahami buya masya allah

  • @asepriswandi6592
    @asepriswandi6592 2 года назад

    ALLAH DI ATAS ARSY, tanpa membutuhkan tempat ITULAH KEHENDAkNya . QS Thaha:5.banyak dalil.
    Berani BANTAH KEHENDAK ALLAH??
    tak ada DALIL Allah dimana2 sperti GAS oksigen, nitrogen, helium, dll yg menempati ruang. Ingat gas itu mahluk.
    Sy tanya, ADAkah mahluk yg bisa berada DI ATAS ARSY?? Jawabnya TIDAK.
    Tak ada satu pun mahluk yg mampu bersanding dgn ALLAH, berada di ATAS arsy.
    Hanya ALLAH saja satu satunya yg mampu berada TINGGI di atas arsy, kita menunjuk Allah ada diatas dgn Niat mengagung kan Nya.
    Krna ALLAH lah satu2 nya dzat yg maha tinggi.
    Yg MAMPU BERADA DI ATAS ARSY
    KONSEKWENSI Jika Allah ada dmana2 sperti gas, :
    1. ada banyak mahkluk yg setara dgn Allah.
    2. Sifat MAHA TINGGI ALLAH GUGUR, krna ada BANYAK MAHLUK yg setara, bahkan mengalahkan tinggi nya ALLAH
    3.ALLAH sifatnya seperti Mahluk Gas yg tak berwujud, memenuhi ruangan, ada dmana2.
    4. Sifat Allah seperti gas, adalah batil.
    Krna TAK ADA DALIL satu pun
    KESIMPULAN:
    ALLAH DI ATAS ARSY
    TAK ADA MAHLUK YG MAMPU berada di atas Arsy.
    Artinya Allah TIDAK sperti mahluk , tak ada mahluk yg mampu berada diatas ARSY
    Itulah maksud Laaisa kamislihi sai'un

  • @MuhammadMahdi-vu2vu
    @MuhammadMahdi-vu2vu 3 месяца назад

    Setuju

  • @anyamannyaman
    @anyamannyaman 2 года назад

    Sesungguhnya asal muasal ucapan ta’thil (mengingkari) sifat-sifat (Allah) itu diambil dari murid-murid Yahudi dan orang-orang musyrikin serta para penyembah bintang-bintang. Dan sesungguhnya yang pertama kali diketahui berpegang dengan ucapan tersebut di dalam Islam adalah Ja’ad bin Dirham. Kemudian Jahm bin Shafwan mengambilnya dari Ja’ad dan dialah yang menyebarkannya hingga dinisbatkan kepadanya aqidah kelompok Jahmiyah. Dan dikatakan bahwa Ja’ad mengadopsi ucapannya dari Abaan (Bayaan) bin Sam’aan dan Abaan mengadopsinya dari Thalut yang merupakan keponakan dari Labiid bin Al-A’shaam. Dan Thalut mengadopsinya dari Labiid bin Al-A’shaam Al-Yahudi yang menyihir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
    Aqidah Jahmiyah yang ini juga diadopsi banyak muslim di Indonesia:
    Mengingkari ketinggian Allah di atas ‘Arsy dan bahwa makna istiwa’ adalah istiila’/menguasai.

  • @putrakadua7161
    @putrakadua7161 3 года назад

    Mantap...buya...
    Terima kasih...
    Hatur nuhun...👍👍👍👍

  • @Hape123hp
    @Hape123hp Год назад

    Masya Allah

  • @IndahPonsel-ki3gq
    @IndahPonsel-ki3gq 2 года назад

    Klu mw gk fusing ,berpikir allah itu serba maha di atas segalanya,yg gk bisa di umpamakn apa pun,dunia yg luas ini bagi allah hanya setitik debu,klu allah berkta kursi jgan pusing kursi allah seluas langit dn bumi,,jgan terlalu mendalm bisa jdi ribet memahami allah cukup ktakn allah itu esa kerjkn perintahnya jauhi lrang surga blssan mu

  • @firdaushaji2638
    @firdaushaji2638 3 года назад +2

    Pandangan megatakan Allah duduk di kerusi itu adalah pandangan yg sempit dan menyesatkan.

    • @galibanzihnifadlullah5962
      @galibanzihnifadlullah5962 3 года назад +2

      Allah bersemayam di atas arsy, wajib kita yakini, tetapi cara bersemayamnya tidak sama dengan manusia. Allah melihat, manusia pun dapat melihat. Apakah melihat allah sama dengan melihatnya manusia?

    • @denganituingatlahdia8867
      @denganituingatlahdia8867 3 года назад

      @@galibanzihnifadlullah5962 Apa yang dikatakan saudara diatas itu ada benar, karena yang duduk diatas Arasy adalah malaikat penjaga Arasy. Allah tugaskannya duduk di sana. Seperti mana Buya katakan itu lebih tepat Allah menguasai Arasy. Duduk atau tidak itu usah dibahas, Dia ngak bisa dinisbahkan seperti makhluk. Allah tidak butuhkan makhluk kalau Allah duduk di atas Arasy maknanya Allah 'butuhkan' Arasy.

  • @seputarkita9507
    @seputarkita9507 4 года назад +2

    Jelas sekali buya penjelasannya

  • @ariyanti1196
    @ariyanti1196 3 года назад

    Joz mudah di pahami

  • @PolitikKucing12
    @PolitikKucing12 3 года назад

    Adem banget

  • @auzanalsayf
    @auzanalsayf 3 года назад

    Saya punya pernyataan salafi mungkin kawan kawan bisa memberikan jawaban nih dari ucapan tsb :
    1. Jika Istawa diartikan dengan menguasai, maka sebelum penciptaan langit dan Bumi dalam 6 hari Allah tidak menguasai Arsy, karena menguasainya adalah setelah 6 hari penciptaan langit dan Bumi, padahal Arsy adalah makhluk pertama atau kedua bersama Qolam yang Allah ta'ala ciptakan.
    2. Takwil Istiwa' menjadi Istila' tidak benar, karena istila' yang secara literal artinya menguasai itu membutuhkan saingan kemudian dia menang dan menguasai, dan memiliki saingan adalah sesuatu yang mustahil bagi Allah ta'ala.
    Semoga kawan kawan bisa memberikan jawaban atas 2 poin tsb, terima kasih.

  • @aljazair71
    @aljazair71 Год назад

    Settuju buyah, Allah ber istiwa diatas arsy.... Kaifiatnya hanya Allah yh tahu... pd semua nama n sifat Allah tsb hanya Allah sndiri yg tahu kaifiatnya, krn Allah tdk sama dg mahluk.... Jawaban pertanyaan “Di Manakah Allah?” sangat jelas dalam sebuah hadits di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada seorang budak,
    أَيْنَ اللَّهُ
    “Di manakah Allah?”
    Lalu budak tersebut menjawab,
    فِى السَّمَاءِ
    “Di atas langit”
    Perhatikan teks lengkap haditsnya berikut,
    ﻋَﻦْ ﻣُﻌَﺎﻭِﻳَﺔَ ﺑْﻦِ ﺍْﻟﺤَﻜَﻢِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﻤَّﺎ ﺟَﺎﺀَ ﺑِﺘِﻠْﻚَ ﺍْﻟﺠَﺎﺭِﻳَﺔِ ﺍﻟﺴَّﻮْﺩَﺍﺀَ ﻗﺎَﻝَ ﻟَﻬَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻳْﻦَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﻦْ ﺃَﻧَﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻋْﺘِﻘْﻬَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٌ
    “Dari Mu’awiyah bin al-Hakam bahwasanya dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa seorang budak wanita hitam. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya pada budak wanita tersebut: ’Di mana Allah?’ Budak itu menjawab, ’Di atas langit’. Rasul bertanya lagi, ’Siapakah aku?’ Budak itu menjawab, ’Engkau adalah utusan Allah’. Maka Rasul berkata: ’Merdekakanlah ia karena ia adalah mukminah (wanita beriman)’”[1]
    Perhatikan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’awiyah bin Al-Hakam agar memerdekakan budak tersebut, karena budak tersebut beriman dan tanda keimanannya adalah dengan tepat menjawab pertanyaan “di mana kah Allah” dan jawabannya tepat yaitu “di atas langit”.
    Dalam riwayat Ahmad, Mu’awiyah bin Al-Hakam meminta nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pertanyaan ujian kepada budak wanita tersebut, untuk membuktikan apakah ia beriman atau tidak, jika budak itu beriman maka ia akan merdekakan, ia berkata,
    ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻥ ﻋﻠﻲَّ ﺭﻗﺒﻪ ﻣﺆﻣﻨﺔ ﻓﺈﻥ ﻛﻨﺖ ﺗﺮﻯ ﻫﺬﻩ ﻣﺆﻣﻨﺔ ﻓﺄﻋﺘﻘﻬﺎ
    “Wahai Rasulullah, saya punya budak yang mukmin, jika engkau mengetahui (tanda-tanda) ia beriman, maka aku akan bebaskan ia”
    Sehingga untuk menjawab pertanyaan “di mana kah Allah”, maka jawabannya sebagaimana hadits tersebut. Sangat jelas dan sesuai dengan zhahir hadits serta tidak perlu ditakwil (dicari-cari arti lainnya) karena sangat banyak dalil yang menjelaskan Allah berada di atas langit.
    Sebagaimana dalam firman Allah,
    ﺃَﺃَﻣِﻨﺘُﻢ ﻣَّﻦ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀ ﺃَﻥ ﻳَﺨْﺴِﻒَ ﺑِﻜُﻢُ ﺍﻷَﺭْﺽَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻫِﻲَ ﺗَﻤُﻮﺭُ
    “Apakah kalian merasa aman dari Rabb yang berada di atas langit, bahwa kalian akan dijungkirbalikkan dengan dibalikkannya bumi, sehingga dengan tiba-tiba bumi terguncang?” (Qs. al-Mulk: 16).
    Ibnu Abdil Barr rahimahullah menjelaskan makna ayat ini, bahwa Allah berada di atas langit, beliau berkata
    ﻭﺃﻣﺎ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ‏( ﺃَﺃَﻣِﻨْﺘُﻢْ ﻣَﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺃَﻥْ ﻳَﺨْﺴِﻒَ ﺑِﻜُﻢُ ‏) ﺍﻟﻤﻠﻚ 16/ ﻓﻤﻌﻨﺎﻩ : ﻣَﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻳﻌﻨﻲ : ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ .
    “Maknanya adalah Rabb yang berada di atas langit yaitu di atas ‘Arsy.”[2]
    Begitu juga dengan beberapa hadits yang sangat jelas mengatakan Allah berada di atas langit, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam,
    ﺃَﻻَ ﺗَﺄْﻣَﻨُﻮْﻧِﻲ ﻭَ ﺃَﻧَﺎ ﺃَﻣِﻴْﻦُ ﻣَﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ
    “Tidakkah kalian mau percaya kepadaku, padahal aku adalah kepercayaan dari Rabb yang ada di langit? ”[3]
    Begitu juga dengan ijma’ ulama bahwa Allah berada di atas langit/di atas ‘Arsy
    Al-Auza’i rahimahullah berkata,
    ﻛﻨﺎ ﻭﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻮﻥ ﻣﺘﻮﺍﻓﺮﻭﻥ ﻧﻘﻮﻝ : ﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻓﻮﻕ ﻋﺮﺷﻪ ﻭﻧﺆﻣﻦ ﺑﻤﺎ ﻭﺭﺩﺕ ﺑﻪ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺗﻪ
    “Dahulu ketika para tabi’in masih banyak, kami mengatakan bahwa Allah ‘azza wa jalla berada di atas ‘arsy-Nya dan kami mengimani sifat Allah sesuai apa yang terdapat dalam Sunnah.”[4]
    Adz-Dzahabi rahimahullah berkata,
    ﻫﺬﺍ ﻗﻮﻝ ﺍﻻﺋﻤﺔ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ : ﻧﻌﺮﻑ ﺭﺑﻨﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺍﻟﺴﺎﺑﻌﺔ ﻋﻠﻰ ﻋﺮﺷﻪ ، ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺟﻞ ﺟﻼﻟﻪ : ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ
    “Ini perkataan para imam Islam, Sunnah, dan Jama’ah yaitu: kami mengetahui Rabb kami di atas langit yang ketujuh di atas ‘arsy-Nya, sebagaimana Allah Jalla Jalaaluhu berfirman (yang artinya) : Ar-Rahmaan di atas ‘arsy beristiwa”[5]
    Syaikhul Islam berkata,
    بعض أكابر أصحاب الشافعي أنه قال: “في القرآن ألف دليل أو أزيد تدل على أن الله تعالى عالٍ على الخلق، وأنه فوق عباده، وقال غيره: فيه ثلاثمائة دليل تدل على ذلك…”
    “Mayoritas ulama syafi’iyah mengatakan bahwa dalam Al-Quran terdapat 1000 dalil atau lebih yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala maha tinggi dan berada di atas makhluk dan hamba-Nya. Beberapa ulama lain mengatakan ada 300 dalil yang menunjukkan hal tersebut.”[6]
    Demikian semoga bermanfaat, Wallaahu 'alam bishshawab
    Catatan kaki:
    [1] HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, An- Nasaai, Malik
    [2] At-Tamhid 7/130
    [3] HR. Bukhari, no. 4351 dan Muslim, no. 1064
    [4] Muktashar Al-‘Uluw Adz-Dzahabi 137, Fathul Bari 13/417
    [5] Al-’Uluw li Al-’Aliy Al-’Adziim 2/1103
    [6] Majmu’ Al Fatawa 5/121

  • @yudiantobinsoedjoko1969
    @yudiantobinsoedjoko1969 Год назад

    tsumma istawaa alaa al-arsy dan ayat lain, ar-rahmaanu alaa al-arsy istawaa
    tidak ada kata: Allah secara langsung pasti merupakan kata ganti atau berada dalam kata kerja atau menggunakan Nama lain sebagai atribut/sifat/karakteristik NYA
    Membayangkan Allah sebagai satu SOSOK TERTENTU diantara SOSOK-SOSOK LAIN itu yang disebut kemitraan.
    Alquran menjelaskan segala sesuatu dnegan tafshil (perincian), buat apa kitab suci jika "yang penting percaya", sudah tak usah diungkit-ungkit.... ya justru itu Muhammad, saw. diutus, ngasih tahu orang yang salah duga tentang Tuhan dan Ketuhanan.
    Jika membahas ayat-ayat tentang Allah, ya KITA dan AKU mesti dihilangkan dulu, sebab Satu-Satunya Wujud/Keberadaan ya hanya DIA.

  • @yarlistaufid9619
    @yarlistaufid9619 5 месяцев назад

    Jadi buya terbawa oleh akal mutazilah.

  • @maswildan8702
    @maswildan8702 2 года назад

    Sebelum mentakwil, trnyata buya Yahya menyerupakan ALLAH dg makhluk (mujassim), kemudian menolaknya...
    Serupa dg pemikiran jahmiyah & mu'tazilah yg jg mentakwil istawa dg istawla...
    Pdhal 4 imam madzhab semuanya membantah takwil tsb...

  • @amiruddinam5819
    @amiruddinam5819 Год назад

    Terserah Allah bagaimana maunya Dia. Jangan kmu yg atur Allah. Allah tdk ada serupa memang dgn makhluk. Bgaimana dengan menguasai, kan makhluk juga menguasai daerah". Sama" menguasai tpi beda penguasaan Allah dan Makhluk.

  • @kemalaljawie2398
    @kemalaljawie2398 2 года назад

    MARI SODARA SEIMAN KEMBALI KEPADA PEMAHAMAN SAHABAT JANGAN TAQLID BUTA SAMA USTAD2 BEGELAR DR,LC
    Karenanya tidak boleh dikatakan Allah ada di satu tempat atau di mana-mana, juga tidak boleh dikatakan Allah ada di satu arah atau semua arah penjuru. Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani (W. 973 H) dalam kitabnya al Yawaqiit Wa alJawaahir menukil perkataan Syekh Ali al Khawwash: “Tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di mana-mana”. Aqidah yang mesti diyakini bahwa Allah ada tanpa arah dan tanpa tempat.
    Al Imam Ali -semoga Allah meridlainya- mengatakan yang maknanya: “Sesungguhnya Allah menciptakan Arsy (makhluk Allah yang paling besar) untuk menampakkan kekuasaan-Nya bukan untuk menjadikannya tempat bagi Dzat-Nya” (diriwayatkan oleh Abu Manshur al Baghdadi dalam kitab alFarq bayna alFiraq, hal. 333)
    Sayyidina Ali -semoga Allah meridlainya- juga mengatakan yang maknanya: “Sesungguhnya yang menciptakan anya (tempat) tidak boleh dikatakan bagi-Nya di mana (pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan kayfa (sifat-sifat makhluk) tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana” (diriwayatkan oleh Abu al Muzhaffar al Asfarayini dalam kitabnya at-Tabshirfi ad-Din, hal. 98)

  • @ridhomaulana9341
    @ridhomaulana9341 4 года назад +4

    Langit ada di atas bumi , apakah langit membutuhkan bumi?
    saat bumi hancur apakah langit juga hancur?
    Berfikir mengunakan akal hanya akan menjauhkan dari logika yang sebenarnya.

  • @bismillah5246
    @bismillah5246 2 года назад +3

    BERAGAM DALIL SAHIH MENUNJUKKAN ALLÂH ﷻ DI ATAS LANGIT
    Keyakinan bahwa Allah di atas langit adalah aqidah yang mendasar bagi seorang mukmin. Keyakinan ini sebenarnya sudah tertanam di hati setiap insan yang masih bersih dan lurus fitrahnya. Namun, berbagai sebab yang ada membuat manusia lupa atau sengaja melupakannya.
    Maka di kesempatan kali ini kami hendak memaparkan dalil-dalil sahih yang menunjukkan bahwa Allah di atas langit. Semoga pembaca tergolong orang yang diberi taufik untuk memahami dalil-dalil tersebut dan mengimaninya dengan sebenar-benar iman.
    DALIL KE-1: AL-QURAN MENYATAKAN SEMUA URUSAN DILAPORKAN NAIK KE ATAS LANGIT DAN ALLAH DI ATAS LANGIT
    Allah ‘Azza wa Jalla berfirman ; “Sudah merasa amankah kamu, bahwa DIA YANG DI LANGIT tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang ? (al-Mulk/67:16)
    “Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa DIA YANG DI LANGIT tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu ? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku” (al-Mulk/67:17)
    SEMUA URUSAN NAIK KE LANGIT
    “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, KEMUDIAN (URUSAN) ITU NAIK KEPADA-NYA dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitungan kalian.” (as-Sajdah/32: 5)
    “..KEPADA-NYALAH NAIK perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya…” (Faathir/35:10)
    DALIL KE-2: ALLAH BERISTIWA DI ATAS ‘ARASY
    Setidaknya ada tujuh ayat dengan lafal yang sama menerangkan bahwa Allah Ta’ala beristiwa’ di atas Arasy, berikut cuplikan salah satu ayatnya:
    Allah Ta’ala berfirman; “Sesungguhnya Rabb kalian Allah yang mencipta langit-langit dan bumi dalam enam hari KEMUDIAN BERISTIWA’ DI ATAS ARASY, mengganti malam dengan siang yang mengikutinya dengan cepat. Matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk terhadap perintah-Nya. Hanya milik-Nya seluruh ciptaan dan peraturan. Mahasuci Allah Rabb semesta alam.” (al-A’raf/7:54)
    “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, KEMUDIAN DIA BERSEMAYAM DI ATAS 'ARSY. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (as-Sajdah/32: 4)
    Adapun ayat- ayat yang lain bisa dilihat di dalam surah-surah berikut: (Yunus/10:3), (ar-Ra’du/13:2), (Thaaha/20:5), (al-Furqan/25:59), (al-Hadid/57:4).
    Perlu diketahui, bahwa di dalam bahasa Arab, kata istiwa’ jika diiringi dengan kata ‘ala maka mengandung empat unsur makna, yaitu: di atas (عَلَى), tinggi (اِرْتَفَعَ), menetap (اِسْتَقَرَّ) dan naik (صَعَدَ).1
    Adapun ‘Arsy secara bahasa artinya singgasana, yang dalam tinjauan syariat dimaknai sebagai makhluk Allah Ta’ala yang paling tinggi dan paling besar.
    DALIL KE-3: NABI MUSA MEYAKINI KEBERADAAN ALLAH DI ATAS LANGIT
    Allâh Ta’ala berfirman; “Fir’aun berkata, wahai Haman dirikanlah untukku sebuah menara tinggi supaya aku bisa mencapai pintu. YAITU PINTU LANGIT, sehingga aku bisa melihat Ilah (sesembahan) Musa dan sungguh aku meyakini dia seorang pendusta.” (Ghafir/40:36-37)
    Terkait ayat tersebut Imam Abu Muhammad al-Juwaini (w. 438 H) rahimahullah menyatakan, “Ayat ini dijadikan dasar bahwa Nabi Musa ‘alaihisallam memberitakan kepada Fir’aun bahwa Allah di atas langit. Oleh sebab itu Fir’aun menyangkalnya dengan ucapannya, sungguh aku meyakini dia seorang pendusta.”
    DALIL KE-4: KISAH HAMBA SAHAYA MENJAWAB BAHWA ALLAH DI ATAS LANGIT
    Suatu ketika Rasulullah ﷺ bertanya kepada seorang hamba sahaya; “Di mana Allah?” maka ia menjawab, ALLAH DI ATAS LANGIT, kemudian Rasulullah ﷺ berkata kepada tuannya, bebaskanlah budak wanita ini karena ia seorang mukminah.” (HR. Muslim no. 537 di dalam sahihnya, dari Sahabat Muawiyah bin al-Hakam)
    DALIL KE-5: ALLAH DI ATAS LANGIT MENGASIHI HAMBA-HAMBA YANG PENGASIH
    Rasulullah ﷺ bersabda; “Hamba-hamba yang pengasih akan dikasihi oleh Yang Maha Pengasih. Kasihilah orang-orang yang di bumi, NISCAYA (ALLAH) YANG DI ATAS LANGIT akan mengasihi kalian.” (HR. Abu Dawud no. 4941, dari Sahabat Abdullah bin Amer bin al-‘Ash, sahih)4
    DALIL KE-6: ALLAH MENIKAHKAN ZAINAB DENGAN RASUL ﷺ DARI ATAS LANGIT
    Salah satu istri Nabi ﷺ yang mulia, Zainab bintu Jahsy, berkata kepada para istri Nabi yang lainnya: “yang menikahkan kalian (dengan Rasul) adalah keluarga (wali nikah) kalian. Sedangkan yang menikahkan aku (dengan Rasul) ADALAH ALLAH DARI ATAS LANGIT yang ketujuh.” (HR. al-Bukhari no. 7420, 7421 di dalam shahihnya, dari Sahabat Anas bin Malik)
    DALIL KE-7: RASUL ﷺ ORANG KEPERCAYAAN ALLAH DI ATAS LANGIT
    Rasulullah ﷺ bersabda; “Tidakkah kalian mempercayai aku padahal AKU ADALAH ORANG KEPERCAYAAN ALLAH DI ATAS LANGIT? Datang kepadaku kabar dari langit pagi dan petang.” (Muttafaq ‘alaih)
    DALIL KE-8: ALLAH DI ATAS LANGIT MURKA KEPADA ISTRI YANG TIDAK TAAT SUAMI
    Rasulullah ﷺ bersabda; “Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidaklah seorang suami mengajak istrinya naik ranjang kemudian ia menolaknya, kecuali ALLAH DI ATAS LANGIT murka kepadanya sampai suami tersebut ridha kepadanya.” (HR. Muslim no. 1732 di dalam shahihnya, dari Sahabat Abu Hurairah)
    DALIL KE-9: MALAIKAT MEMBAWA RUH ORANG SALEH KEPADA ALLAH DI ATAS LANGIT
    Nabi ﷺ bersabda; “Jika jenazah itu seorang yang saleh, maka para malaikat berkata: keluarlah wahai jiwa yang baik dari jasad yang baik. Berbahagialah dengan ketentraman dan kebahagiaan, serta Rabb yang tidak akan marah. Hal ini senantiasa disebut-sebut untuknya sampai ia keluar. Kemudian ia dibawa NAIK KE LANGIT, lalu diminta dibukakan pintu langit untuknya. Ditanyakan kepadanya, siapa ini? Maka dijawab, Fulan (dengan nama terbaiknya -penj). Lalu ia disambut, Selamat datang jiwa yang baik. Ia senantiasa disambut sampai berhenti pada langit yang Allah Ta’ala berada di sana.” (HR. Ahmad no. 4262, dari Sahabat Abu Hurairah, sahih)5
    DALIL KE-10: HUKUM ALLAH DARI ATAS LANGIT KETUJUH
    Nabi ﷺ berkata kepada Sa’ad bin Muadz, “Kamu telah menerapkan hukum kepada mereka sesuai dengan hukum AL-MALIK (ALLAH) DARI ATAS LANGIT yang ketujuh.” (HR. an-Nasai no. 8223, dari Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, hasan)
    DALIL KE-11: KISAH NABI ﷺ NAIK KE LANGIT (MI’RAJ)
    Disebutkan di dalam sebuah hadits panjang yang mengisahkan kejadian Nabi ﷺ ketika dibawa naik oleh malaikat Jibril dari satu tingkat langit hingga ke langit di atasnya hingga sampai ke sidratul muntaha.
    Di sanalah Nabi ﷺ berjumpa dengan Allah Ta’ala dan menerima kewajiban shalat fardhu 5 waktu. Panjang sekali kisah pada hadits tersebut, bagi pembaca yang ingin menyimak lebih lanjut silakan lihat kelengkapan haditnya (HR. al-Bukhari no. 3887 dan Muslim no. 164, dari Sahabat Malik bin Sha’sha’ah)
    Ringkasnya, hadits tersebut menunjukkan Allah di atas langit ketujuh. Karena Nabi ﷺ harus melalui tujuh tingkatan langit hingga berjumpa dengan Allah Ta’ala.
    DALIL KE-12: PARA MALAIKAT NAIK UNTUK BERBICARA DENGAN ALLAH DI ATAS LANGIT
    Rasulullah ﷺ bersabda; “Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang senantiasa berkeliling di muka bumi selain para malaikat yang mencatat amalan manusia. Jika para malaikat tersebut menemukan sekumpulan orang yang sedang berzikir mengingat Allah Ta’ala maka mereka saling memanggil: Mari ke sini, ada yang kalian cari! Mereka pun mengerumuni sekumpulan orang itu. Apabila orang-orang tersebut telah berpisah maka MEREKA NAIK KE LANGIT (yaitu menuju Allah di atas langit, penj). Allah Ta’ala berkata, apa yang sedang diperbuat hamba-hamba-Ku ketika kalian meninggalkan mereka? Mereka menjawab, kami meninggalkan mereka dalam keadaan memuji, mengagungkan dan mengingat-Mu.” Alhadits. (Muttafaq ‘Alaih, dari Sahabat Abu Hurairah).
    KEBATHILAN UCAPAN ALLAH TA'ALA ADA DIMANA-MANA :
    1). Referensi:
    islamhariini.com/allah-di-atas-langit/
    2). Referensi:
    almanhaj.or.id/58-hukum-mengatakan-allah-ada-dimana-mana.html
    3). Referensi:
    muslim.or.id/36086-firaun-mendustakan-allah-berada-di-atas-langit.html
    4). Referensi:
    islamhariini.com/dimana-allah-sebenarnya-imam-empat-mazhab-menjawab/
    5). Referensi:
    salafy.or.id/ahlusunnah-mengimani-bahwa-allah-taala-di-atas-arsy-nya/
    6). Referensi:
    muslim.or.id/35494-menjawab-pertanyaan-di-manakah-allah.html
    7). Referensi:
    almanhaj.or.id/7237-jalan-yang-menyimpang-dari-ahlus-sunnah.html
    8). Referensi:
    almanhaj.or.id/2271-dimana-allah.html
    9). Referensi:
    rumaysho.com/933-di-manakah-allah-4.html
    10). Referensi:
    muhammadiyah.or.id/benarkah-allah-ada-di-atas-arsy/
    11). Referensi:
    almanhaj.or.id/2665-keberadaan-allah-azza-wa-jalla.html
    12). Referensi:
    muslim.or.id/35494-menjawab-pertanyaan-di-manakah-allah.html
    13). Referensi:
    muslim.or.id/56-sifat-istiwa-allah-di-atas-arsy.html
    14). Referensi:
    muslim.or.id/28375-akidah-imam-asy-syafii-mengenai-istiwa-allah.html
    15). Referensi:
    muslim.or.id/24561-tawil-terhadap-ayat-tentang-sifat-allah.html
    16). Referensi:
    muslim.or.id/18545-menjawab-beberapa-syubhat-seputar-sifat-istiwa.html
    17). Referensi:
    islamhariini.com/melihat-allah/
    18). Referensi:
    islamhariini.com/menelisik-aqidah-imam-syafii-bag-1/
    19). Referensi:
    islamhariini.com/menelisik-aqidah-imam-syafii-bag-2/
    20). Referensi:
    islamhariini.com/menelisik-aqidah-imam-syafii-bag-3/
    21). Referensi:
    islamhariini.com/menelisik-aqidah-imam-syafii-bag-4-hakikat-tauhid/
    22). Referensi:
    islamhariini.com/dimana-allah-berada/
    23). Referensi:
    islamhariini.com/makna-allah-bersama-kita-sifat-al-maiyyah-allah/
    24). Referensi:
    aslibumiayu.net/20731/firaun-manusia-pertama-yang-mengingkari-bahwa-allah-ada-di-atas/
    25). Referensi:
    almanhaj.or.id/22576-tidak-ada-pertentangan-antara-turunnya-allah-taala-ke-langit-dunia-dan-bersemayam-nya-di-atas-arasy.html

  • @wahyuadytia6045
    @wahyuadytia6045 Год назад

    Mau nya menetapkan Allah tidak sama dengan makhluk, tapi akhirnya menyelewengkan sifat Allah karena takut sama dengan makhluk. Muter Muter gak jelas 😅 الله يهديه

    • @Hape123hp
      @Hape123hp Год назад

      Maaf, menyelewengkan sifat Allah yang mana ya?

  • @nursalim7864
    @nursalim7864 Год назад

    Asalamualaikum Ustadz guru muliya kiyai Sehat nyimak s