Nyuruh anak rajin belajar, membaca. Tapi ortu (orang rumah) ga ada kebiasaan baca. Dan dunia dewasa lebih sedikit waktu buat membaca. Tidak akan mengisi otak, jika perut masih kosong.
Betul, parahnya ketika si anak membaca kebanyakan ortu malah tidak mendukung hal itu baik secara verbal maupun secara perlakuan namun parahnya tetap memaksa si anak belajar. Keponakan saya awalnya rajin membaca jadi malas karena si ortu tidak mensupport dan tentunya si ortu jarang belajar makanya gak terlalu menghargai.
Oya mas menambahkan, kenapa kita suka tontonan berbasik visual dan cenderung lebih didongengin terutama di pulau Jawa. Saya ambil dari buku yang ane baca tentang sejarahnya Madiun. Kebetulan di bab 1 si penulis menyinggung masyarakat tradisional di Jawa terutama rakyat jelata, yang ternyata dulunya kita lebih sering dicekoki oleh literasi berbasik visual, misal kayak pertunjukkan wayang, ludruk, seni-seni tari tak luput juga dengan penyiar-penyiar yang ngrangkep jadi pedagang a.k.a ustad yang datang dari Arab dengan membawa dakwah-dakwahnya dengan metode ceramah. Alahasil kita lebih berpaku kepada konten visual dan lebih suka mendengarkan dibanding format tekstual seperti buku bacaan.
Setuju faktor faktor saya pikir adalah : 1. Minat baca rendah 2. Ada minat baca, buku fisik original kemahalan 3. Ada minat baca, punya buku fisik, terkadang isinya terlalu "Berusaha memanjangkan poin" (akhirnya agak malas membeli buku) 4. Banyaknya alternatif informasi yang lebih disukai oleh umum 5. Stereotype sosial yang "kadang" agak tidak mengenakan terhadap pembaca buku. Saya sering menemukan orang mengolok-ngolok orang yang sering membaca buku di suatu tempat 6. Alternatif buku digital (easy to pirate), then why i have to buy except appreciation? 7. Biaya operational business industri buku (percetakan, sewa tempat, sewa gudang, mengelola dll) agak berat Yap ini mungkin fase pengerucutan "buku fisik" yang tidak lagi fokus kepada "masyarakat umum", tapi buku fisik selalu punya tempat bagi beberapa orang.
Beberapa orang menganggap yang suka baca buku itu orang Culun, gak keren, buang uang, padahal baca buku itu sebuah hobi yang menyenangkan bagi orang yang punya hobi tersebut
@@FaustEidelian gua hobi baca buku, tapi gak bisa bilang modif motor itu GK ada gunanya, karna banyak orang yg terkenal dan menang kontes dari hobi tersebut. Daripada ngeributin hobi mana yg GK guna, mending saling menerima hobi tersebut, asal GK mengganggu orang. Kalau udh mengganggu orang ya udh salah orgnya.
Menurut gue, alasan dasarnya satu: kita emang dibikin gasuka sama ilmu pengetahuan karena trauma sama pendidikan, terutama sekolah. Yes, disini gue bicara sistem pendidikan Indonesia yang lebih menekankan di ranking dan nilai. Orang kita udah tertanam mindset "belajar itu beban dan membosankan" karena sistem pendidikan sekolah kita. Kenapa? 1. Kita semua dipaksa belajar hal-hal yang kita sebenernya gak tertarik, dan belom tentu dipake juga buat masa depan kita. In short, kita dipaksa hal yang kita gak minat samsek. Ada anak seneng dan bakatnya di sepakbola dipaksa belajar matematika, ada anak minatnya musik dipaksa belajar fisika, anak suka seni dipaksa belajar kimia, dll. 2. Udah cukup dipaksa belajar aja? Nope, mereka dipaksa buat perform bagus dan menguasai pelajaran-pelajaran tadi... dan itu dipersaingkan kek semacam kompetisi. Tau darimana? Ada yang namanya KKM, nilai minimal yang harus dicapai... dan itu kita lomba-lombaan buat dapet nilai paling bagus dalam bidang-bidang yang sebenernya gak mau kita jalanin. Kita gasuka matematika karena lebih seneng main bola, dipaksa buat dapet nilai bagus disana. Tau sendiri kan kalo nilainya "pas-pasan" kayak apa? noh, dibanding-bandingin sama anak tetangga. 3. Bonus point di banyak tempat, namanya nilai dan ranking masih jadi acuan buat dapet sekolah/kuliah favorit. 4. MIPA is overrated (peace, gue dulu anak IPA, tapi gue mengakui hal ini). Ada anak tetangga jurusan teknik atau kedokteran, atau ada anak tetangga yang juara olimpiade MIPA? Siap-siap aja dibandingin dan dianggap gblk kalo lu gak bisa menyamai dia. Lu mau jadi seniman atau cari kerja di bidang non konvensional? Ya siap-siap aja lu kena nyinyir tetangga, bahkan keluarga. 5. Pengajaran guru yang... membosankan. Ini berkaitan juga sama gaji guru yang kecil, sehingga guru-guru jadi kurang motivasi buat mengembangkan metode belajar. In short, orang-orang kita jadi gak interest sama ilmu pengetahuan dan sains karena ya... kesan awal soal sains dan pengetahuan udah jelek sudah awal, bahkan jadi trauma alam bawah sadar kita. Makanya begitu denger sama "ilmu pengetahuan" aja, ya udah dianggap angin lalu karena kesannya "ah udah males". Jadinya pelariannya kita ya ke hal-hal kek konspirasi atau gosip atau hidup orang lain, ya sebagai hiburan. Kita butuh hiburan begitu karena... stress. Apakah ini semua kebetulan atau disengaja? Gue melihat ini... disengaja. Gue inget kontennya Hasan Askari "Kamu Dibohongi Orang Kaya", dimana disebut disana "kita semua dibikin gasuka baca buku karena mereka (kaum kapitalis) itu pembaca semua". Perlu diingat hukum alam "yang kuat akan menguasai yang lemah", dimana disini konteksnya... yak, lagi-lagi duit, cuma bisa dibuat atau direbut dari orang lain, mereka gak mau ada saingan baru. Mereka gamau ada orang baru naik ke level mereka karena persaingan di tingkat atas itu... udah sengit banget. Alasan yang sama kenapa sistem pendidikan kita juga masih "gitu-gitu aja", karena well... sistem pendidikan disini itu masalah kompleks, dan ada hubungannya sama kebijakan pemerintah, yang lagi-lagi banyak dikontrol sama kapitalis dan politikus rakus. Kontrol gimana? Mereka bikin sistem pendidikan "gitu-gitu aja": buat mencetak orang jadi pekerja dan lebih bisa dikendalikan. Buat penjelasan lebih lanjut bisa cek Guru Gembul soal "4 pihak yang menghancurkan pendidikan Indonesia". Intinya apa? lagi-lagi masalah duit.
@@t0gahimik00 lu berani ngomong point 1 pasti lu punya contoh negaranya, negara mana yg semua bidang semua pekerjaan cuma ditentuin dari non akademik, sebutin inget semua bidang pekerjaan
8:20 bener bang, sebenernya akar masalahnya dari sistem pendidikan dinegara kita adalah tidak mengedepankan dan FOKUS untuk hal itu, padahal bapak pendidikan kita udh ada gagasan ide jenius dengan tujuan kek gitu, cuman hancur gagasan beliau pas jaman ORBA, skrng minat anak" dinegara kita jdi berantakan, malah lebih bahagiain dirinya sendiri yaitu lebih FOKUS suka Entertainment dibanding sm belajar biar hidup dan pikiran jadi bener🤣
Setuju karena saya juga mengalami wkwk, gimana mau menimba ilmu kalo kebutuhan lain seperti apresiasi dan mental malah diabaikan di negara ini, ada orang baca buku malah dikatain
ada situasi berubah ketika datang sebuah kalimat, "sekolah itu tidak perlu" banyak tujuan hidup (karir) yang mulai terdistrupsi karena zaman modern ini, banyak alasan bagi mereka yang menghindari membaca ilmu pengetahuan tersebut karena merasa proses membaca itu lebih "sulit" ketimbang cara yang lain, entah dalam mendapatkan laki2 perempuan, uang, jabatan, ketika ada kalimat "yang penting" cakep, "yang penting" punya uang, "yang penting" orang dalam, kalimat2 seperti itu membuat semua motivasi dalam proses mencari ilmu memudar apapun tujuan akhir mereka (depresif) seolah "yang penting" ada apanya titik.. tidak pernah mempersiapkan semua pemantasan diri terhadap posisi kita nanti, ketika ada pasangan, ada kekayaan dan semua bidang keilmuan, bagaimana kita akan bertindak jika kita tidak ada dasar yang jelas yang kita tau yang mereka yakini atau kita semua, mungkin di beberapa proses akan mudah jika ada cara yang kita bisa gunakan lebih singkat dan cepat, tapi semua kemudahan ini membuat mindset "berusaha" dan motivasi seolah tidak ada lagi disana, semua teknologi ini bertujuan untuk mempermudah manusia mencapai tujuan hidupnya, untuk memahami setiap tujuan, jalan dan tindakan, perlu kita perbanyak juga seperti membaca konten yang mampu menjadi pengantar ke setiap pilihan hidup kita, atau momen ketika kita ada di tengah jalan hidup, kita sendirilah yang harus memperjuangkannya, kemudian mempertahankan, minimal ya seperti itu sih nah sebelum ke membangun keinginan membaca ilmu pengetahuan, bagaimana caranya kita bisa membangun rasa penasarannya terlebih dahulu? menurutku ada kaitannya dengan kondisi kita yang kompleks yang membuat semua kondisi ini seperti sekarang, tetaplah bikin konten seperti ini bang, menurutku sudah cukup menstimulus penonton2mu, termasuk saya salah satunya, semangat bang!!
Gw liat komentar yang bilang kitab-kitab suci adalah halu, gw merasa kasihan. Padahal "Science without religion is lame, religion without science is blind." Setiap ayat yang dijelaskan dalam sebuah kitab suci, selalu bisa dibuktikan oleh sains.
"Baca buku buat apa sih" Jujur pernah ada pikiran kek gini, karena w sering baca artikel digital dan nonton hampir ribuan film, merasa hebat dengan hal itu, sampai akhirnya w masuk komunitas buku dan penulis dan sadar w tetep kalah banget secara pengetahuan dan luasnya kosa kata. So, ya, buku itu penting banget dan jangan heran kenapa rata² negara terpintar itu masih stay ke buku.
Baca buku doang atau hobi baca buku implikasinya bukan jadi pinter atau cerdas melainkan hanya terinformasi doang. Mengelola informasi yg terkandung dalam buku itu merupakan hal yg terpisah. Makanya gue sering kesel sama orang orang yg kampanye nyuruh baca buku dengan embel embel baca buku jadi pinter atau cerdas. Bagiku no...!!! Its wrong.
@@EgiFegita Kalau kau bilang: baca buku itu sifatnya seru berarti itu ranahnya selera. Bukan objektif, tapi subjektif seru menurutmu dan tidak seru juga bagi beberapa orang lainnya. Berarti terserah orang mau baca buku atau tidak kalau mengikuti refrensi selera.
Bener dulu gw udah ngerasa pinter bgt cm dari nonton youtube dan baca2 dari internet Ternyata semua itu cm puncak gunung es Di buku dijelasin lebih runtut meski kadang ada aja buku nyebelin yg sengaja ditebel2in sampai bikin ngantuk
Ya itulah Indonesia... Gak mau buka mata dan PROPAGANDA PEMBENARAN DIRI... "Kalau kamu memberitakan suatu KEBOHONGAN dan FITNAH berkali kali, maka orang percaya kebohongan dan fitnah itu adalah KEBENARAN." Josef Gobel. Gue SETUJU dengan pendapat loe.
Contohnya literasi orang-orang kita. Ada yg komentar "Film itu banyak yg di ambil dari kisah nyata". Lucunya banyak yg balas komen dengan "terus avenger itu?", "lah? Film superman dari kisah nyata berarti?".
Menurut gue dari jaman dulu dalam hal literatur & arsip kita kurang dibanding bangsa lain karena emang kita udah dimanjain sama kondisi alam, jadi manja & males mikir. Kebawa sampe sekarang, bisa melalui dna, tradisi dan kebiasaan. Mau makan & tinggal udah dikasih privilege sama alam, sedangkan bangsa lain di negara 4 musim biar bisa hidup survive ga kedinginan aja harus mikir, mereka harus lakuin trial & error dan harus didokumentasikan biar tau cara2 yg efektif bisa works yg mana yg engga yg mana. Makanya mungkin mereka bisa terbiasa sama arsip dari jaman2 manusia sejarah, ujung2nya ke minat baca dan curiosity akan pengetahuan yg lebih tinggi
satu suara dengan bang Eno, pernah denger pendapat bang Pandji P soal minat baca ini, "orang indonesia ga beli buku bukan karena minat baca rendah, mereka ga tau minat mereka apa," makanya orang yg suka baca buku karena emang udah stay curious & dig deeper sama minat mereka makanya rela buat ngeluarin duit ke situ another story, temen-temen gue yang jarang baca buku adalah mereka yang selalu yang paling tahu sama hot tea media sosial berbasis microblog macem twitterr wkwkwk
gw rasa emg bukan minat bacanya yg kecil tpi literasi akan sciencenya emg kecil gw ga baca atau beli buku fisik, tpi gw beli banyak ebook ttg design atau development 😂 Podcast jga laku banget di indo, mungkin ilmu pengetahuan/science bisa dbawa k platform sana ..
Kalok gw no, gw dulu ga minat baca buku filsafat, tapi karna lingkungan gw atau temen gw yang baca dia sering ngomongin buku itu dan buat gww jadi suka baca buku, jadi yang bisa membuat kita bisa cinta ilmu pengetahuan dari lingkungan atau temen lu
Minat baca ttg pengetahuan /apapun selalu didasari dg penasaran, rasa penasaran khususnya ttg sains ini yg selalu menjadi awal dr sebuah perkembangan peradaban, penulis buku sains jg sebenarnya adalah orang2 yg berhasil menjawab rasa penasaran mrk dan dibagikan ke kita. Nah masalahnya kita sering penasaran di hal2 yg kalaupun ke jawab gak berdampak apa2 ke kita apalg dunia luar. Terus yg kedua kebiasaan kita adalah suka informasi yg instan dan males/ gak tau cara cari kebenaran informasinya, makanya tuh kalo ada sbuah informasi yg disampaikan sama orang terkenal meskipun bukan bidangnya langsung ditelan mentah2 dan seolah2 jd kebenaran absolut. Mnrt gw ini krn dr pendidikan dasar kita krg distimulasi ttg berpikir kritis sama berpikir ilmiah. Bisa jadi bukan fokus utama di kurikulum atau memang fasilitas/ tenaga pengajarnya yg krg mumpuni. Trs faktor yg terakhir krn masalah stunting yg berpengaruh ttg kecakapan dan kemampuan berlogika, jd kalo di internet kita sering ketemu orang yg udah kita banjiri fakta ttp gak bisa nangkep esensinya ya bisa jadi itu salah satu di antara 2 faktor itu.
Lumayan sedih sih atas tutupunya toko buku ini😟, padahal setengah tahun belakangan ini aku baru aja punya minat untuk membaca buku, gara gara videonya Raymond chin yang membahas tentang investasi wajib di umur 20an, salah satunya adalah ilmu. Dari situ, aku yang memang dari dulu ga suka baca buku, baca buku cuma buat pelajaran sekolah aja, tiba tiba jadi pengen beli buku sendiri, pilih buku sesuai keinginanku dan pakai uang sendiri juga. Setelah aku beli buku pertama yang berjudul "Atomic Habits", entah kenapa buku itu ngena banget buat aku dan secara perlahan bikin aku jadi suka banget baca buku, bahkan untuk orang yang baru pertama kali baca buku setebal 300+ halaman, itu ga membutuhkan waktu lama, dan sebulan setelahnya aku jadi rajin beli dan baca buku, sampai itu jadi agenda tiap bulan. 🤣🤣
Gue pun ketika masuk dunia perkuliahan juga nggak cukup mendapatkan informasi melalui internet dan video, tapi juga suka baca buku dan jurnal. Karena pemikiran dasar, rangkuman/intisari adanya di buku. Dan kenapa itu baru terjadi semasa kuliah, karena gue menemukan praktiknya saat kuliah jadi ketika gue baca teori dasarnya gue bisa membayangkannya. Beda waktu gue di SD-SMA yang cuman dikasih teori tapi kita nggak tau bagaimana membayangkannya, jadi pengetahuan berasa seperti kebanjiran fakta aja yang tragisnya sempat gue gak suka buku pada waktu itu
di luar negeri toko buku masih eksis...majalah masih banyak yg survive...di indonesia majalah banyak yg almarhum. tingkat pendidikannya masih rendah itu kuncinyy
Kayanya kalo bahas literasi apa lagi pengetahuan itu masuknya dari pendidikan dari kecil, apa yg sodorkan anak dari kecil. Sebenernya banyak cara memperbaiki literasi cuma masalahnya pemerintah dan masyarakat mau gak. Percuma juga kalo pemerintah gerak tapi masyarakatnya gamau. Dan percuma juga masyarakatnya mau gerak tapi ga didukung pemerintah.
Oh iya dari segi kacamata penjual dan pecinta buku, menurut saya alasan kenapa toko buku tutup itu faktornya macam2. Kalo dari kurangnya minat ilmu pengetahuan saja saya ga setuju.. kalo dari minat baca masyarakat Indonesia rendah pun menurut saya jg kurang tepat, kenapa? Karena memang sejak dulu minat baca orang Indonesia rendah, kenapa tutupnya baru skrg??.. Menurut saya bbrp faktor diantaranya: 1. perubahan perilaku masyarakat yg lebih banyak belanja online, karena bisa lebih murah dan praktis (untuk org yg tipenya pgn hemat) 2. Tipe orang yg mau ngeluarin duit brp saja untuk buku lebih suka belanja di tempat yg nyaman, bersih, enak dipandang, rapi, perawatan dan penyusunan buku yg bagus shg toko buku terlihat lbh hidup, keliatan kok auranya. Sebagai contoh toko gramedia yg sampai skrg masih ramai. 3. Org yg tipenya membicarakan buku lebih suka menghabiskan waktu di toko buku yg banyak acara komunitasnya atau setidaknya owner atau pelanggan lain suka mendiskusikan buku. 4. Pandemi, tentu saja ini menjadi faktor, hampir semua sektor terkena imbasnya, banyak usaha tutup, perusahaan phk karyawan dll.
Saya dulu rajin membaca buku, karena di perpus saya bukunya keluaran tahun 80-an sampai 2000-an, yg dimana buku itu bercerita sambil mengajarkan sesuatu. Seperti saya suku baca tentang pembuatan keramik, pemanfaatan gambas, dan berbagai buku pengetahuan lainnnya, namun narasinya dibawakan dengan teknik bercerita. Seperti Arief Anak Kreatif, yg mencerikan keseharian Arif dalam membuat keramik, sampai detail keramiknya dijelaskan dalam narasi. Saat SMP, banyak buku fakta-fakta unik dan berbagai cerita sering saya baca, novel justru tidak menarik minat saya. Sekarang entah knp minat baca saya sekarang. Tapi senior saya pernah bilang bahwa bukan minat baca yg kurang, namun buku yang cocok untuk saya blm saya temukan.
Fahrenheit 451, 1984, dan Nazi Germany. Di sana membuktikan Buku mengajarkan Ideologi dan peragaman pikiran. Dengan pembakaran Buku adalah awal dari Dystopian Future.
jujur gua sih emg males banget membaca, tp gua dapet ilmu dari mendengar, dari jaman radio lagi rame-rame nya sampai skrg podcast, termasuk gua dapet byk ilmu dari konten2 lu juga bang 🙏😁👍
Fakta jika kita berkunjung ke rumah orang kaya, kita bisa nemuin buku di ruangan tamu, kerja, kamar tidur mereka, tapi klo rumah orang kurang mampu, you know lah.
Ilmu pengetahuan itu luas karena semua fenomena masyarakat itu ada ilmunya contoh kasus perselingkuhan, gw jg sering ngikutin tapi dari ngikutin kasus itu gw jd baca" soal hukum perselingkuhan, trs liat kronologis nya kira" di kasus ini siapa yg salah, secara hukum melihatnya gmna, jd belajar secara langsung soal praktek asas praduga tak bersalah, padahal disini gw bukan anak hukum, tp gw jd baca" soal hukum karena terpancing kasus artis. Msh contoh yg sama, mungkin dari ngeliat kasus perselingkuhan kita bisa belajar fenomena psikologi soal penyebab perselingkuhan menurut buku, jurnal, psikolog dll dan BUKAN DARI TIKTOK YG JUDULNYA "CIRI" COWO REDFLAG", atau "CIRI-CIRI PASANGAN KAMU SELINGKUH" damn itu cmn kesaksian 1 orang aja dan gak bs lu generalisasi, tp org bnyk yg merasa relate dan nganggep it fakta, wowww Ilmu pengetahuan bukan cmn sains, kalo kalian suka dengan ilmu sosial ya silahkan pelajari karena itu juga ad bidang ilmunya kok, setiap hobi kalian pasti ada dasar ilmu yg mempelajarinya dan kalian bs belajar dari situ Mnrt gw sistem pendidikan mmg hrs nekenin logical thinking dgn serius sih, pake data empiris, cari sumber yg valid dsb dsb.
Tapi memang minat baca kita rendah tapi mungkin sudah beralih ke minat melihat dan mendengar suatu objek dan itu tidak bisa didapat di buku contohnya tutorial saja lebih menarik untuk melihat bukan membaca dan itu sebuah perkembangan jaman yang dimana ilmu tidak hanya ditulis dan diimajinasikan melainkan dilihat dan didengar
Terakhir giat giatnya baca buku dan komik ditahun 2017😢. ngumpulin uang jajan buat ke Gramedia beli novel dan komik,bahkan sempat nabung berbulan bulan buat beli novel the silmarillion(the lord of the ring).tapi semenjak beli hp jadi mulai lepas kebiasaan itu,karna hampir semua ada di hp,gak perlu lagi beli komik per volume karna bisa baca komik di hp,pingin tau tentang sejarah dan karangan novel juga banyak pembahasannya di hp. Yg jelas perkembangan teknologi jadi salah satu faktor kurangnya minat baca buku
Perpustakaan, Jadi inget pas SMP di perpustakaan ada buku IPA yang belum di buka, penjaga perpustakaan emang galak, cuma karena gw sering dateng ke perpus jadi penjaganya fine fine aja sama gw. Gw rada kaget buku bagus isinya soal kimia, khususnya dasar dasar tabel periodik, itu isinya mudah di pahami, sayang banget hal itu gak pernah di sentuh. Oh yah gw seneng baca ensiklopedia pas sd, 8 volume pervolume membahas yang berbeda, volume 1 antariksa, volume 2 teori evolusi, dan sebagainya sampai volume 8 membahas dampak iptek itu sendiri. Satu lagi, kalau di sekolah kalau ke perpus pasti kebanyakan pada kabur, yah gw juga kabur pramuka sih tapi baca buku atau lanjut baca
@@LOLiCONzteringat pas SMP dulu pas minjam buku di perpustakaan desa liat muka penjaganya rada aneh ke gua karna gua minjem buku perjalanannya hidup Osama bin Laden,dan bertahun tahun kemudian baru sadar apa penyebabnya 😂
btw pas sd dulu saya baca buku terus pas jam istirahat sekolah, bahkan gak sadar kawan sekolah dah pulang. Sampe catat dibuku, tapi sialnya bukunya dah kena sita sama guru gara-gara temen sebelah buku ambil. Alasannya saya terlalu sering gambar dikelas kiranya buku saya semuanya isi gambar saya padahal tidak semua, sampai buku catatan perpus saya kena juga. Tapi gpp lah saya ringkas lagi lewat aplikasi memo cari lewat internet sampai sekarang, walau gak semuanya sih :v
Selain minat akan pengetahuan yang rendah, kita juga lebih nyaman buat mencari tahu ilmu pengetahuan lewat browsing, video yutub & dengerin podcast. Malah sekarang gampang ada chat GPT juga, kita bisa ngobrol & searching mudah tentang masalah yang kita hadapi atau pengetahuan yang mau kita cari. Tinggal ketik aja kyk ngobrol di chat, nanti dia tinggal research otomatis materi, artikel yang kita butuhkan buat pengetahuan, Sekarang semuanya serba digital sih, jadi memang toko buku konvensional sudah digantikan dengan e-book dll
Yang dimaksud minat baca kurang, kurang baca berbagai informasi, berbagai kajian ilmu, berbagai prespektif. Kalo misal kita baca itu2 aja, mau itu bacaan sampah mau baca yg briliant, kalo sumbernya itu2 aja maka si pembaca ini cenderung akan mensimplifikasi problem. Itu bahayanya. Jadi bukan soal bukunya apa. Apa aja ga masalah, kalo kita baca buku lain mencounter suatu buku, maka kita bisa lebih punya pandangan mana yg sampah mana yg bagus. Makanya disebut minat baca kurang. Nah tadi disebut minat terhadap ilmu pengetahuan. Ada channel bahas sains yg keren banget, namanya Rumah Editor. Viewsnya banyak kok. Nah berarti orang2 tuh interest ke sains atau filsafat sebenernya. Cuma bukan buku yg dipilih sebagai media. Kenapa? Karena manja. Video udah enak, di ceritain, tinggal liat, tinggal denger, udah gitu dibantu mikir lagi. Baca buku udah harus mahamin maksudnya, harus tau sumber lain, udah gitu setelah tau maksudnya tau sumber lain, harus punya pandangan terhadap korelasinya, itu kan capek. Tapi asiknya disitu baca buku.
udah ada sensusnya juga sih, literasi baca orang indonesia itu 1:1000 alias 0,001%. baca komentar yang agak panjang aja banyak orang yang malas, apalagi baca buku yang berpuluh sampai ratusan halaman.
Kalo gak mampu beli buku, saya biasa-nya nyari E-Book gratis atau baca Wattpad, yg penting baca dan tahu apa yg dibaca dan manfaatnya buat saya itu apa.😁
Denger berita ini, sedih bgt.. Plis toko buku lain juga jangan tutup juga.. Aku sering mengunjungi toko buku dan suka beli buku apalagi ttg self improvment, development, parenting, sama ilmu financial.. bener2 ngubah hidupku, dan menerapkan apa yg aku baca.. seperti buku ttg psycology of money, rich dad poor dad, bener2 ngubah mindset keuanganku dan hasilnya financial ku aman.. Memang pribadiku lebih suka buku secara fisik, karena lebih menghargai karya si penulis, lebih fokus baca dan bisa diwariskan.. harganya mahal, iyes.. tapi worth it dari kualitas
bang eno, makasih udh bikin #radiosingham, ini bener bener konten yg enjoy buat didengar & ditonton, banyak sekali pendapat yg bikin gua "Iya juga ya" dan lain lain, pokonya terimakasih
Kalo aku liat, mayoritas orang disini lebih suka ngebahas apa dan siapa ketimbang kenapa dan gimana. Kenapa dan gimana itu menurutku awal dari kecintaan sm ilmu pengetahuan
Satu - satunya buku original yang saya beli itu bukunya Pak Onno W. Purbo. Berkat bukunya beliau, gue bisa selangkah lebih paham tentang jaringan, linux dan ilmu - ilmu komputerisasi lainnya. Gue dulu miskin, punya komputer juga warisan bahkan baju pun warisan terus 😅. Perpustakaan di sekolah gue dulu ga terlalu banyak buku yang menarik sama passion, jadi mau ga mau nyari ebook bajakan di internet. Setelah punya duit sendiri, akhirnya gue bisa beli buku sendiri... Entah karena kebiasaan baca ebook, buku fisik rasanya ga menarik buat gue... akhirnya, gue lebih milih beli buku digital di Amazon, karena dulu cuma Amazon yang punya koleksi yang lebih beter di banding google playbook atau gramedia digital. Sekarang, google play book sama gramedia digital punya bacaan yang menarik di banding dulu apalagi buku - buku terjemahan bahasa Indonesia banyak di situ, mungkin ini faktornya kenapa sekarang - sekarang buku - buku fisik udah mulai kurang diminati, hanya pembaca buku sejati atau kolektor mungkin yang masih prefer ke buku fisik (ada yang bilang, bau dari buku fisik itu wangi(?))
@@bilidanmaku Sorry bre, ane lupa judulnya. Tapi, buku itu beli taun 2011-an... Dah 10 tahun yang lalu. Mungkin, udah ga relevan sama teori jaman sekarang. Buku TCP/IP-nya Kang OWP yang rilis sekitar taun 2015-an kayaknya masih bisa kepake.
Gua coba mau berfikir lebih extream. Memang benar, tingkat minat baca indonesia rendah. Tapi itu tidak semata2 terjadi begitu saja. Menurut gua ini ada hubungan nya dengan pemimpin / orang tingkat atas juga (politisi, pns, dll). Mereka mana ada yang yang menyebarkan tentang pentingnya membaca buku. Sedangkan Rakyat Tingkat menengah kebawah, pasti meniru leader mereka. Gua kasih contoh, leader indo itu paling menjunjung tinggi motto "kaya adalah kunci". Bukti nya mereka suka korupsi untuk memperkaya diri mereka sendiri. Dan secara gak langsung, itu pasti mempengaruhi pemikiran rakyat menengah kebawah. Untuk apa kita belajar / membaca, sedangkan pemimpin kita bisa lebih kaya daripada yang baca buku. Jadi membaca itu ya gak guna / paling mentok pemikiran nya buku itu cuma buat bocah2 belajar disekolah. Ditambah lagi fakta kalau leader indo yang gak pernah memperjuangkan edukasi bagaimana memanfaatkan ilmu pengetahuan dari buku, itu sudah cukup untuk menjadikan rakyat kecil tidak peduli lagi dengan buku.
gw buka usaha elektronik, gw sediain buku untuk bacaan walau tergolong berat2 untuk yg sekalian nunggu barang servisannya jadi, tapi dari ratusan org yg datang, cuman ada beberapa (atau dengan ratio 3:100) doang yg menyentuh buku tersebut, jd mereka dr pada baca sesuatu atau menambah pengetahuan, mending pusrenk kebanyakan.
ga usah jauh jauh, yang dulu pada rajin jajan komik waktu harga nya masih ngotak di 11-12 ribu kemudian tiba tiba naik drastis di jual di harga 20 ribuan gue stop beli komik fisik, apalagi buku selain komik 😅
Aku juga sadar si ke toko buku cuman buat beli manga, kagak beli buku yang lain kaya buku novel atau pengetahuan. Karena emang tertarik cuman buat beli manga doang.
2:20 tapo emang bener bang, Harga toko buku di Indonesia tuh mahal bat, apa lagi kalo novel tebel start dari di atas cepe, kalo buku buku politik tuh diatas 150K, + Perpus yang memadai kebanyakan cuman di kota kota besar
Emang bener menurutku jg bukan minat baca tapi minat ke ilmu pengetahuan nya. Ngga ush jauh jauh ke ortu aja. Pas ortu liatin video random dari internet yang kadang aneh klo sekedar di nalar sekilas. Sering kali ku coba buat jelasin secara ilmiah atau cari tau buat infoin ke mereka gimana nya fenomena itu sebenernya bisa terjadi dan ya... bisa di tebak omongan ku di tolak lah singkatnya. Dibilang sok menggurui atau sok tau lah dan bisa juga malah di omelin karna di anggap tidak percaya dgn kepercayaan turun temurun soal suatu hal. Paling parah malah di marahin pas jelasin kenapa hp bisa meledak pas lagi main....
Aku ngikutin channel Rumah editor dan kontennya bikin aku tau kalau pelajaran fisika itu menarik dan asik ternyata... jujur pelajaran sekolah dulu gak menarik karna gak ngerti itu ilmu buat apa, dulu juga sempat nanya ke guru fisika praktik fisika tuh gimana? eh malah d suruh naik pohon kelapa terus jatohin diri... Menurut ku kekurangan pengajar2 kita tuh di bagian mereka ngajar cuma "text book" dan tujuan akhir cuma smpai ke lulus ujian text sekolah, makanya ilmu2 jadi terasa gak menarik. Buat ningkatin minat orang ke suatu ilmu, buat ilmu itu jadi menarik dulu, Itu si mnurutku
14:46 Semua orang punya pandangan tersendiri dalam menyikapi sesuatu hal tertentu, walau tanpa ada data sekalipun untuk membentuk kesimpulan masing2 yg berbeda selama tidak bermajas negatif. Dan sepenuhnya, abang tidak salah menyampaikan informasi secara pribadi dijaman modern sekarang.
dulu emng sering banget ke toko buku beli banyak komik, tapi lama2 makin mahal dan baca online jga bisa, jadi minat gw buat beli buku makin lama makin males
Ga setuju sih kalo cuma ilmu pengetahuan aja, orang lbh suka nonton anime daripada baca manga, lebih suka nonton film drpd baca novel.. Saya punya toko buku, sering disepelekan banyak orang memang, bahkan dari keluarga sendiri pernah bilang, "ngapain kamu jualan buku? Dikasih buku gratis aja aku gamau, siapa yg mau beli?" Sakit hati saya, hahahaha..
Bang bahas dampak dari Teknologi jaman sekarang bang, dimana Teknologi jaman sekarang secara ga sadar membuat kita kecanduan media sosial.. Gimana tuh solusinya bang..
Jadi inget pas SMP ada perpustakaan kecil yang bisa dibilang cukup lengkap dan banyak buku original di satu rak gitu, tapi gak boleh dipinjem, cuma boleh dibaca di tempat. Waktu itu istirahatnya kayak sebentar banget gitu 10 menit buat ngantri di kantin sisanya ke perpus. Baru duduk terus buka buku langsung bel masuk. Baru baca beberapa halaman langsung ditaro, jadinya agak males kalo mau baca di perpus, udah ngantrinya lumayan (dulu kantinnya kecil), makannya buru, lari ke perpus, ambil buku langsung bel masuk, jadi dilema sendiri bang waktu itu 😅. Udah mana gak boleh dipinjem eh masih ada yang ilang bukunya, ada satu atau dua buku gitu yang ilang jadi kepaksa baca buku lain dan akhirnya pas lulus cuma baca sekitar setengah buku sama beberapa bab dari novel lain (gak ada yang tamat). Jadi serba salah kalo jadi murid yang mau baca ke perpus😅 (jam pulang pun gak bisa). Kalau aja waktu istirahat bisa dilamain, tapi.. Kalo dipikir-pikir gak mungkin bakal ditambahin juga, toh guru-guru juga pada tahu kalo jamnya ditambah bukannya pada baca buku tapi paling main mobel lejend bambang 🙃 Segitu aja pengalaman dari aku😅
gua sekarang lebih sering beli ebook daripada buku sekarang, karena udah males numpukin buku. atau bawa buku keluar buat dibaca di waktu luang. lebih milih baca di hp aja biar lebih simpel dan ngurangin bawaan
gw dulu ketoko buku 1x beli kamus doang 😂 lagian jauh & cuma ada dikota" doang satu"nya kesempatan paling kalo ada bazaar dadakan nah tu biasanya tiap murid dibagiin lembaran yg isinya list buku ma harganya, ntar dicentang mana aja yg mau, terus besoknya siapin duit tinggal serah terima doang jujur aja gk ada experience milih" sambil baca buku, yg justru daya jualnya disitu
Sampai sekarang masih suka baca buku fisik, bau kertasnya ngangenin, biasaya pinjam di perpustakan provinsi, sudah nggak pernah beli, tapi nggak tahu ya, buku2 baru cenderung kurang menarik, dibandingkan buku2 5 - 10 tahun lalu, atau bahkan dibandingkan buku yang 20 tahun lalu, Sekarang pindah baca komen2 an netizen, yang positif dan agak panjang, banyak ilmunya juga hlo, walaupun harus diperdalam lagi, #maafnumpangkomen
Setujuu sih samaaa pembahasan ini no. Terus menurut gua pribadi juga setidaknya orang orang disekitar gua itu tingkat untuk nambah informasi yang lebih luas itu cukup kecil sihh
Bener Bang no gua belajar ini itu di internet, pas mau share ke temen kerja, ga ada yang mau atau tertarik untuk diobrolin. Gua tetep cari ilmu pengetahuan yang paling deket dan paling mudah dipahami, masih tetep ga bisa. Kaya mereka anti bgt dengan pembahasan ilmu pengetahuan. aneh kadang gua jadi ragu ini gua hidup sama apa sih
Kenapa minat masyarakat Indonesia terhadap ilmu pengetahuan dan sains itu menurun? Jawabannya adalah karena di negara kita ini apa apa kalau kerja kudu nyogok atau gak harus punya orang dalam.jadi di pikiran masyarakat itu buat apa cape cape belajar kalau ujung ujungnya nyari kerja harus nyogok juga.di negara kita ini orang berilmu itu gak di anggap, akhirnya apa? Orang bodoh yang seharusnya dia bukan disitu malah memerintah negara dan membuat negara ini makin hari makin kacau.jadi jangan heran nanti kalau ada orang orang hebat yang asli dari Indonesia lebih memilih kerja di luar negri dari pada di dalam negri! Kenapa? Karena di luar negeri mereka lebih menghargai orang berilmu.
Gue dari dulu paling sebel ama orang yg kampanye ngajakk ngajak bahkan maksa orang buat baca buku. Apalagi pakai embel embel makin banyak baca buku maka semakin cerdas dan pintar (kognitif) Pretttt... Baca buku doang implikasinya ga bikin otaklu cerdas atau pinter, lu cuma terinformasi doang. Untuk menilai atau mengelola isi atau informasi yg tertera pada buku itu merupakan hal yg terpisah. Cuman dulu gue tau ni orang orang yg kampanye membaca buku bikin pinter bla bla bla Kemudian mengambil kesimpulan (jumping conclusion) kalau intelektual masyarakat Indonesia rendah disebabkan oleh minat baca yg rendah padahal baca banyak buku tapi ngga punya kemampuan untuk mengelola informasi yg tertera dalam buku tersebut ya sama aja dorolnya. Akhirnya, aku dapet insight dari video ini yaitu seperti hipotesa eno bening. Bisa saja faktor dungunya masyarakat bukan karena minat baca yg rendah melainkan "rendahnya ketertarikan akan ilmu pengetahuan"
Bro lu kurang riset, coba deh tonton videonya Dr.Indrawan, minat baca buku rendah itu hanya faktor kecil yang tidak terlalu berpengaruh,faktor utama yang menyebab kan toko buku dalam kasus ini Gunung Agung tutup adalah miss managemen yaitu: ketidak pekaan thd perubahan perilaku pasar pembaca buku, bro 3% dari seluruh penduduk Indonesia itu uda cukup besar
Menurut data yg bru dilaporkan Orang indo bnyk yg skizo, nah jdi masuk akal klo orang indo bnyak yg suka horor.. Ngehalu.. Delusi, kalau ada kejadian yg ga masuk logika bagi dia langsung dikaitkan dengan hal2 mistis, pdhal mah bisa aja dia ngehalu😂
Toko buku masih banyak yg jualan buku-buku konspirasi juga bahkan biasanya ditaro rak paling depan tuh wkwk. Gw setiap ke toko buku sulit bgt nemu buku pop-soshum yang asik. Kalau ada pun ditulis dosen dengan bahasa yang kaku. We need more pop-science writers. Itu yg kurang sih di Indonesia.
Jujur aja bang, kalo buat saya toko buku tutup ini ya bukan cuma "sains" secara harfiah. Mksdnya kalo orang mau cari buku keilmuan spesifik dia pasti ke perpus, atau minimal cari onlen contoh, "buku keilmuan tentang tenaga listrik dan proteksinya". Tapi beberapa ada juga yg mulai tutup ya karena apa yg toko buku ini jual ga memenuhi ekspektasi mereka, misal saya mau cari novel yang import ya pada akhirnya katakan di toko TGA kaga ada, karena mereka jarang import buku. Anggep aja banyak customer kayak gitu, ya sudah. Berkurang pendapatan. Terus anak anak, jaman gw smp sma kalo ke toko buku, gw pasti akan selalu cari tuh yang namanya buku kilat rumus blablabla (karena gw ipa) dengan harga yang cukup murah. Sekarang harus gw akui harga mahal, dan di internet udah cukup banyak banget. Bisa diprint, kalo butuh penjelasan lebih rinci bisa tonton india india sains di yutub. Demikian opini saya
Jadi inget awal-awal lulus kuliah, gua menemukan cara dapet uang dengan jadi Aps Publisher dan ini kerjaan bisa dikerjain dari rumah, akhirnya gua memutuskan untuk pulang dan yaa mencoba mengenalkan profesi ini ke lingkurang rumah gua. dan you know what i get? malah cibiran wkwkwkkw... lulus kuliah ko di rumah aja, belum kerja yaaa, ko ga pernah keliatan ngelamar kerja udah luluskan? dan temeh-temen gua yang berusaha gua ajarin pun malah pada scaptis, padahal gua niat bgt waktu itu bawa laptop ke tempat ningkrong mau liatin cara kerja gua dan yaa sambil ngajarin dikit-dikit tpi nihil. mreka malah mau nonton MPL 😅
Org yg berpikir sumber pengetahuan itu dari buku, padahal sumber pengetahuan itu bisa dari mana Aja, yg paling utama itu ya dari pengalaman, Buku itu cuma media, sama Aja kek internet, "Tapi internet kan ga valid isinya, isinya hoax, doktrin" Emang info dari buku udah berarti pasti benar, lu baca buku mein kampf hitler berarti isinya benar, lu baca buku tentang flat earth berarti itu benar..? Nenek2 pun bisa nulis buku, bukan berarti isinya itu valid,
Berarti bagaimana filsafat timur/Indonesia itu dapat menumbuhkan kecintaan kepada ilmu pengetahuan yang notabene timbul dari pemikiran barat. Begitukah?
Buku itu hasil penuangan isi kepala manusia ke dalam bentuk tulisan, sama seperti podcast yang mana merupakan penuangan isi kepala manusia dalam bentuk lisan.
Pertanyaannya bukan gimana caranya meningkatkan minat baca, tapi gimana caranya meningkatkan minat, karena orang kalo udah tau minatnya apa dia akan cari segala informasi sesuai minatnya termasuk dari buku
seandainya buku adalah ilmu pengetahuan tergantikan oleh teknolgi.seperti piringan hitam pada media musik, yang berubah menjadi kaset pita dan menjadi media mp3. tahu bener kagak.
Lebih suka beli ebook walau rasanya kurang ya lebih suka nyentuh buku fisik.... Dan suka baca buku ebook dari pada ke perpustakaan soalnya banyak buku ya enggak update kalo untuk topik tertentu ok lah tapi mislanya teknologi yang misal sudah begini dan begitu tapi di perpustakaan tempat ane masih 15 tahun yang lalu materinya. yang baru sangat jarang diupdate salah satu contohnya buku tentang IT diperpustakaan materi sudah ketinggalan tapi masih bisa dipake sih... Kalo buku fisik sekarang banyak beli novel kalo untuk materi spesifik seperti database yang materinya lengkap itu harganya 300rb an bahkan ada buku yang kepengen ane beli harganya 800rb...
Lu tau gips ga.... Cuman gara" ngobrol gw jadi tau kalau gips terbuat dari campuran bahan kalsium dengan bahan" lain, Dan ngerambat ke kapur yang pake kalsium juga, nyambung lagi... Sealing wax terbuat dari getah pohon tertentu,kalsium,fat,pewarna sintetis. Bahan pembuatan zirconia apa ya? Hmmmm.
Nyuruh anak rajin belajar, membaca. Tapi ortu (orang rumah) ga ada kebiasaan baca. Dan dunia dewasa lebih sedikit waktu buat membaca. Tidak akan mengisi otak, jika perut masih kosong.
Saya menyuruh anak saya membaca buku supaya tidak seperti saya. POV seorang bapak yg kecanduan judol dan gak bisa lepas dari gadget
Betul, parahnya ketika si anak membaca kebanyakan ortu malah tidak mendukung hal itu baik secara verbal maupun secara perlakuan namun parahnya tetap memaksa si anak belajar.
Keponakan saya awalnya rajin membaca jadi malas karena si ortu tidak mensupport dan tentunya si ortu jarang belajar makanya gak terlalu menghargai.
Oya mas menambahkan, kenapa kita suka tontonan berbasik visual dan cenderung lebih didongengin terutama di pulau Jawa. Saya ambil dari buku yang ane baca tentang sejarahnya Madiun. Kebetulan di bab 1 si penulis menyinggung masyarakat tradisional di Jawa terutama rakyat jelata, yang ternyata dulunya kita lebih sering dicekoki oleh literasi berbasik visual, misal kayak pertunjukkan wayang, ludruk, seni-seni tari tak luput juga dengan penyiar-penyiar yang ngrangkep jadi pedagang a.k.a ustad yang datang dari Arab dengan membawa dakwah-dakwahnya dengan metode ceramah. Alahasil kita lebih berpaku kepada konten visual dan lebih suka mendengarkan dibanding format tekstual seperti buku bacaan.
Setuju faktor faktor saya pikir adalah :
1. Minat baca rendah
2. Ada minat baca, buku fisik original kemahalan
3. Ada minat baca, punya buku fisik, terkadang isinya terlalu "Berusaha memanjangkan poin" (akhirnya agak malas membeli buku)
4. Banyaknya alternatif informasi yang lebih disukai oleh umum
5. Stereotype sosial yang "kadang" agak tidak mengenakan terhadap pembaca buku. Saya sering menemukan orang mengolok-ngolok orang yang sering membaca buku di suatu tempat
6. Alternatif buku digital (easy to pirate), then why i have to buy except appreciation?
7. Biaya operational business industri buku (percetakan, sewa tempat, sewa gudang, mengelola dll) agak berat
Yap ini mungkin fase pengerucutan "buku fisik" yang tidak lagi fokus kepada "masyarakat umum", tapi buku fisik selalu punya tempat bagi beberapa orang.
Beberapa orang menganggap yang suka baca buku itu orang Culun, gak keren, buang uang, padahal baca buku itu sebuah hobi yang menyenangkan bagi orang yang punya hobi tersebut
@@LOLiCONz org indo lebih suka hal hal yg gk guna kek modif motor pake knalpot yg suaranya bikin telinga auto tuli🗿
@@FaustEidelian orang indo hobinya bikin polisi jadi banyak kerjaan bang 🗿
@@wtombokan5222 baguslah biar gk makan gaji buta
@@FaustEidelian gua hobi baca buku, tapi gak bisa bilang modif motor itu GK ada gunanya, karna banyak orang yg terkenal dan menang kontes dari hobi tersebut.
Daripada ngeributin hobi mana yg GK guna, mending saling menerima hobi tersebut, asal GK mengganggu orang. Kalau udh mengganggu orang ya udh salah orgnya.
Menurut gue, alasan dasarnya satu: kita emang dibikin gasuka sama ilmu pengetahuan karena trauma sama pendidikan, terutama sekolah. Yes, disini gue bicara sistem pendidikan Indonesia yang lebih menekankan di ranking dan nilai.
Orang kita udah tertanam mindset "belajar itu beban dan membosankan" karena sistem pendidikan sekolah kita. Kenapa?
1. Kita semua dipaksa belajar hal-hal yang kita sebenernya gak tertarik, dan belom tentu dipake juga buat masa depan kita. In short, kita dipaksa hal yang kita gak minat samsek. Ada anak seneng dan bakatnya di sepakbola dipaksa belajar matematika, ada anak minatnya musik dipaksa belajar fisika, anak suka seni dipaksa belajar kimia, dll.
2. Udah cukup dipaksa belajar aja? Nope, mereka dipaksa buat perform bagus dan menguasai pelajaran-pelajaran tadi... dan itu dipersaingkan kek semacam kompetisi. Tau darimana? Ada yang namanya KKM, nilai minimal yang harus dicapai... dan itu kita lomba-lombaan buat dapet nilai paling bagus dalam bidang-bidang yang sebenernya gak mau kita jalanin. Kita gasuka matematika karena lebih seneng main bola, dipaksa buat dapet nilai bagus disana. Tau sendiri kan kalo nilainya "pas-pasan" kayak apa? noh, dibanding-bandingin sama anak tetangga.
3. Bonus point di banyak tempat, namanya nilai dan ranking masih jadi acuan buat dapet sekolah/kuliah favorit.
4. MIPA is overrated (peace, gue dulu anak IPA, tapi gue mengakui hal ini). Ada anak tetangga jurusan teknik atau kedokteran, atau ada anak tetangga yang juara olimpiade MIPA? Siap-siap aja dibandingin dan dianggap gblk kalo lu gak bisa menyamai dia. Lu mau jadi seniman atau cari kerja di bidang non konvensional? Ya siap-siap aja lu kena nyinyir tetangga, bahkan keluarga.
5. Pengajaran guru yang... membosankan. Ini berkaitan juga sama gaji guru yang kecil, sehingga guru-guru jadi kurang motivasi buat mengembangkan metode belajar.
In short, orang-orang kita jadi gak interest sama ilmu pengetahuan dan sains karena ya... kesan awal soal sains dan pengetahuan udah jelek sudah awal, bahkan jadi trauma alam bawah sadar kita. Makanya begitu denger sama "ilmu pengetahuan" aja, ya udah dianggap angin lalu karena kesannya "ah udah males". Jadinya pelariannya kita ya ke hal-hal kek konspirasi atau gosip atau hidup orang lain, ya sebagai hiburan. Kita butuh hiburan begitu karena... stress.
Apakah ini semua kebetulan atau disengaja? Gue melihat ini... disengaja.
Gue inget kontennya Hasan Askari "Kamu Dibohongi Orang Kaya", dimana disebut disana "kita semua dibikin gasuka baca buku karena mereka (kaum kapitalis) itu pembaca semua". Perlu diingat hukum alam "yang kuat akan menguasai yang lemah", dimana disini konteksnya... yak, lagi-lagi duit, cuma bisa dibuat atau direbut dari orang lain, mereka gak mau ada saingan baru. Mereka gamau ada orang baru naik ke level mereka karena persaingan di tingkat atas itu... udah sengit banget.
Alasan yang sama kenapa sistem pendidikan kita juga masih "gitu-gitu aja", karena well... sistem pendidikan disini itu masalah kompleks, dan ada hubungannya sama kebijakan pemerintah, yang lagi-lagi banyak dikontrol sama kapitalis dan politikus rakus. Kontrol gimana? Mereka bikin sistem pendidikan "gitu-gitu aja": buat mencetak orang jadi pekerja dan lebih bisa dikendalikan. Buat penjelasan lebih lanjut bisa cek Guru Gembul soal "4 pihak yang menghancurkan pendidikan Indonesia".
Intinya apa? lagi-lagi masalah duit.
Point no 1 kocak bet wkwkw, mau tanya lu udah kerja?
Ada ya org ga bisa bedaain pelajaran akademik dan non akademik dan beg* nya malah berusaha dicampurin wkwkwkw hadeh
@@dimasputramaulana2633 udah. Emang kenapa?
@@t0gahimik00 lu berani ngomong point 1 pasti lu punya contoh negaranya, negara mana yg semua bidang semua pekerjaan cuma ditentuin dari non akademik, sebutin inget semua bidang pekerjaan
@@dimasputramaulana2633 you missed the point, bukan soal akademik vs non akademik, itu hanya supaya kontras perbandingannya
8:20 bener bang, sebenernya akar masalahnya dari sistem pendidikan dinegara kita adalah tidak mengedepankan dan FOKUS untuk hal itu, padahal bapak pendidikan kita udh ada gagasan ide jenius dengan tujuan kek gitu, cuman hancur gagasan beliau pas jaman ORBA, skrng minat anak" dinegara kita jdi berantakan, malah lebih bahagiain dirinya sendiri yaitu lebih FOKUS suka Entertainment dibanding sm belajar biar hidup dan pikiran jadi bener🤣
Setuju karena saya juga mengalami wkwk, gimana mau menimba ilmu kalo kebutuhan lain seperti apresiasi dan mental malah diabaikan di negara ini, ada orang baca buku malah dikatain
Disuruh belajar 1 jam aja udah kaya menderita selama hidup khususnya gen z yang lebaynya kebangetan
ada situasi berubah ketika datang sebuah kalimat, "sekolah itu tidak perlu"
banyak tujuan hidup (karir) yang mulai terdistrupsi karena zaman modern ini, banyak alasan bagi mereka yang menghindari membaca ilmu pengetahuan tersebut karena merasa proses membaca itu lebih "sulit" ketimbang cara yang lain, entah dalam mendapatkan laki2 perempuan, uang, jabatan, ketika ada kalimat "yang penting" cakep, "yang penting" punya uang, "yang penting" orang dalam, kalimat2 seperti itu membuat semua motivasi dalam proses mencari ilmu memudar apapun tujuan akhir mereka (depresif) seolah "yang penting" ada apanya titik.. tidak pernah mempersiapkan semua pemantasan diri terhadap posisi kita nanti, ketika ada pasangan, ada kekayaan dan semua bidang keilmuan, bagaimana kita akan bertindak jika kita tidak ada dasar yang jelas
yang kita tau yang mereka yakini atau kita semua, mungkin di beberapa proses akan mudah jika ada cara yang kita bisa gunakan lebih singkat dan cepat, tapi semua kemudahan ini membuat mindset "berusaha" dan motivasi seolah tidak ada lagi disana, semua teknologi ini bertujuan untuk mempermudah manusia mencapai tujuan hidupnya, untuk memahami setiap tujuan, jalan dan tindakan, perlu kita perbanyak juga seperti membaca konten yang mampu menjadi pengantar ke setiap pilihan hidup kita, atau momen ketika kita ada di tengah jalan hidup, kita sendirilah yang harus memperjuangkannya, kemudian mempertahankan, minimal ya seperti itu sih
nah sebelum ke membangun keinginan membaca ilmu pengetahuan, bagaimana caranya kita bisa membangun rasa penasarannya terlebih dahulu? menurutku ada kaitannya dengan kondisi kita yang kompleks yang membuat semua kondisi ini seperti sekarang, tetaplah bikin konten seperti ini bang, menurutku sudah cukup menstimulus penonton2mu, termasuk saya salah satunya, semangat bang!!
Gw liat komentar yang bilang kitab-kitab suci adalah halu, gw merasa kasihan. Padahal "Science without religion is lame, religion without science is blind." Setiap ayat yang dijelaskan dalam sebuah kitab suci, selalu bisa dibuktikan oleh sains.
saintisme bro, sama kyk org yg baru baca Russel ama Nietzsche terus ngatain org beragama itu tolol wkwk
@@penggunasepertinyatidakdik4374 wkwkwk
"Baca buku buat apa sih"
Jujur pernah ada pikiran kek gini, karena w sering baca artikel digital dan nonton hampir ribuan film, merasa hebat dengan hal itu, sampai akhirnya w masuk komunitas buku dan penulis dan sadar w tetep kalah banget secara pengetahuan dan luasnya kosa kata.
So, ya, buku itu penting banget dan jangan heran kenapa rata² negara terpintar itu masih stay ke buku.
Baca buku doang atau hobi baca buku implikasinya bukan jadi pinter atau cerdas melainkan hanya terinformasi doang.
Mengelola informasi yg terkandung dalam buku itu merupakan hal yg terpisah.
Makanya gue sering kesel sama orang orang yg kampanye nyuruh baca buku dengan embel embel baca buku jadi pinter atau cerdas.
Bagiku no...!!!
Its wrong.
Agak sad kl w denger ada org yg nyepelein baca buku. Walaupun udah ada hp, tp menurut w baca buku ttp seru loh:"")
@@EgiFegita
Kalau kau bilang:
baca buku itu sifatnya seru berarti itu ranahnya selera.
Bukan objektif, tapi subjektif seru menurutmu dan tidak seru juga bagi beberapa orang lainnya.
Berarti terserah orang mau baca buku atau tidak kalau mengikuti refrensi selera.
@@miiulen5615 bnr sih
Bener dulu gw udah ngerasa pinter bgt cm dari nonton youtube dan baca2 dari internet
Ternyata semua itu cm puncak gunung es
Di buku dijelasin lebih runtut meski kadang ada aja buku nyebelin yg sengaja ditebel2in sampai bikin ngantuk
sekarang udah eda elektronik book, jadi pada males beli buku
Ya itulah Indonesia...
Gak mau buka mata dan PROPAGANDA PEMBENARAN DIRI...
"Kalau kamu memberitakan suatu KEBOHONGAN dan FITNAH berkali kali, maka orang percaya kebohongan dan fitnah itu adalah KEBENARAN."
Josef Gobel.
Gue SETUJU dengan pendapat loe.
Contohnya literasi orang-orang kita.
Ada yg komentar "Film itu banyak yg di ambil dari kisah nyata".
Lucunya banyak yg balas komen dengan "terus avenger itu?", "lah? Film superman dari kisah nyata berarti?".
So fucking foolish
Menurut gue dari jaman dulu dalam hal literatur & arsip kita kurang dibanding bangsa lain karena emang kita udah dimanjain sama kondisi alam, jadi manja & males mikir. Kebawa sampe sekarang, bisa melalui dna, tradisi dan kebiasaan. Mau makan & tinggal udah dikasih privilege sama alam, sedangkan bangsa lain di negara 4 musim biar bisa hidup survive ga kedinginan aja harus mikir, mereka harus lakuin trial & error dan harus didokumentasikan biar tau cara2 yg efektif bisa works yg mana yg engga yg mana. Makanya mungkin mereka bisa terbiasa sama arsip dari jaman2 manusia sejarah, ujung2nya ke minat baca dan curiosity akan pengetahuan yg lebih tinggi
satu suara dengan bang Eno, pernah denger pendapat bang Pandji P soal minat baca ini, "orang indonesia ga beli buku bukan karena minat baca rendah, mereka ga tau minat mereka apa," makanya orang yg suka baca buku karena emang udah stay curious & dig deeper sama minat mereka makanya rela buat ngeluarin duit ke situ
another story, temen-temen gue yang jarang baca buku adalah mereka yang selalu yang paling tahu sama hot tea media sosial berbasis microblog macem twitterr wkwkwk
gw rasa emg bukan minat bacanya yg kecil
tpi literasi akan sciencenya emg kecil
gw ga baca atau beli buku fisik, tpi gw beli banyak ebook ttg design atau development 😂
Podcast jga laku banget di indo, mungkin ilmu pengetahuan/science bisa dbawa k platform sana ..
Soalnya sekolah gak mengasikkan dan tiap hari baca buku di sekolah jadi ada trauma baca buku ilmu. Bukannya ngasih solusi malah di kritik oleh guru.
Kalok gw no, gw dulu ga minat baca buku filsafat, tapi karna lingkungan gw atau temen gw yang baca dia sering ngomongin buku itu dan buat gww jadi suka baca buku, jadi yang bisa membuat kita bisa cinta ilmu pengetahuan dari lingkungan atau temen lu
Minat baca ttg pengetahuan /apapun selalu didasari dg penasaran, rasa penasaran khususnya ttg sains ini yg selalu menjadi awal dr sebuah perkembangan peradaban, penulis buku sains jg sebenarnya adalah orang2 yg berhasil menjawab rasa penasaran mrk dan dibagikan ke kita. Nah masalahnya kita sering penasaran di hal2 yg kalaupun ke jawab gak berdampak apa2 ke kita apalg dunia luar. Terus yg kedua kebiasaan kita adalah suka informasi yg instan dan males/ gak tau cara cari kebenaran informasinya, makanya tuh kalo ada sbuah informasi yg disampaikan sama orang terkenal meskipun bukan bidangnya langsung ditelan mentah2 dan seolah2 jd kebenaran absolut. Mnrt gw ini krn dr pendidikan dasar kita krg distimulasi ttg berpikir kritis sama berpikir ilmiah. Bisa jadi bukan fokus utama di kurikulum atau memang fasilitas/ tenaga pengajarnya yg krg mumpuni. Trs faktor yg terakhir krn masalah stunting yg berpengaruh ttg kecakapan dan kemampuan berlogika, jd kalo di internet kita sering ketemu orang yg udah kita banjiri fakta ttp gak bisa nangkep esensinya ya bisa jadi itu salah satu di antara 2 faktor itu.
Lumayan sedih sih atas tutupunya toko buku ini😟, padahal setengah tahun belakangan ini aku baru aja punya minat untuk membaca buku, gara gara videonya Raymond chin yang membahas tentang investasi wajib di umur 20an, salah satunya adalah ilmu. Dari situ, aku yang memang dari dulu ga suka baca buku, baca buku cuma buat pelajaran sekolah aja, tiba tiba jadi pengen beli buku sendiri, pilih buku sesuai keinginanku dan pakai uang sendiri juga. Setelah aku beli buku pertama yang berjudul "Atomic Habits", entah kenapa buku itu ngena banget buat aku dan secara perlahan bikin aku jadi suka banget baca buku, bahkan untuk orang yang baru pertama kali baca buku setebal 300+ halaman, itu ga membutuhkan waktu lama, dan sebulan setelahnya aku jadi rajin beli dan baca buku, sampai itu jadi agenda tiap bulan. 🤣🤣
Gue pun ketika masuk dunia perkuliahan juga nggak cukup mendapatkan informasi melalui internet dan video, tapi juga suka baca buku dan jurnal. Karena pemikiran dasar, rangkuman/intisari adanya di buku. Dan kenapa itu baru terjadi semasa kuliah, karena gue menemukan praktiknya saat kuliah jadi ketika gue baca teori dasarnya gue bisa membayangkannya. Beda waktu gue di SD-SMA yang cuman dikasih teori tapi kita nggak tau bagaimana membayangkannya, jadi pengetahuan berasa seperti kebanjiran fakta aja yang tragisnya sempat gue gak suka buku pada waktu itu
di luar negeri toko buku masih eksis...majalah masih banyak yg survive...di indonesia majalah banyak yg almarhum. tingkat pendidikannya masih rendah itu kuncinyy
Keinget Video Kok Bisa, kenapa "konten edukasi sepi peminat". Itu udah beberapa tahun yang lalu
Kayanya kalo bahas literasi apa lagi pengetahuan itu masuknya dari pendidikan dari kecil, apa yg sodorkan anak dari kecil.
Sebenernya banyak cara memperbaiki literasi cuma masalahnya pemerintah dan masyarakat mau gak. Percuma juga kalo pemerintah gerak tapi masyarakatnya gamau. Dan percuma juga masyarakatnya mau gerak tapi ga didukung pemerintah.
Oh iya dari segi kacamata penjual dan pecinta buku, menurut saya alasan kenapa toko buku tutup itu faktornya macam2. Kalo dari kurangnya minat ilmu pengetahuan saja saya ga setuju.. kalo dari minat baca masyarakat Indonesia rendah pun menurut saya jg kurang tepat, kenapa? Karena memang sejak dulu minat baca orang Indonesia rendah, kenapa tutupnya baru skrg??.. Menurut saya bbrp faktor diantaranya:
1. perubahan perilaku masyarakat yg lebih banyak belanja online, karena bisa lebih murah dan praktis (untuk org yg tipenya pgn hemat)
2. Tipe orang yg mau ngeluarin duit brp saja untuk buku lebih suka belanja di tempat yg nyaman, bersih, enak dipandang, rapi, perawatan dan penyusunan buku yg bagus shg toko buku terlihat lbh hidup, keliatan kok auranya. Sebagai contoh toko gramedia yg sampai skrg masih ramai.
3. Org yg tipenya membicarakan buku lebih suka menghabiskan waktu di toko buku yg banyak acara komunitasnya atau setidaknya owner atau pelanggan lain suka mendiskusikan buku.
4. Pandemi, tentu saja ini menjadi faktor, hampir semua sektor terkena imbasnya, banyak usaha tutup, perusahaan phk karyawan dll.
Saya dulu rajin membaca buku, karena di perpus saya bukunya keluaran tahun 80-an sampai 2000-an, yg dimana buku itu bercerita sambil mengajarkan sesuatu. Seperti saya suku baca tentang pembuatan keramik, pemanfaatan gambas, dan berbagai buku pengetahuan lainnnya, namun narasinya dibawakan dengan teknik bercerita. Seperti Arief Anak Kreatif, yg mencerikan keseharian Arif dalam membuat keramik, sampai detail keramiknya dijelaskan dalam narasi. Saat SMP, banyak buku fakta-fakta unik dan berbagai cerita sering saya baca, novel justru tidak menarik minat saya. Sekarang entah knp minat baca saya sekarang. Tapi senior saya pernah bilang bahwa bukan minat baca yg kurang, namun buku yang cocok untuk saya blm saya temukan.
Fahrenheit 451, 1984, dan Nazi Germany.
Di sana membuktikan Buku mengajarkan Ideologi dan peragaman pikiran.
Dengan pembakaran Buku adalah awal dari Dystopian Future.
Buku sekarang bukan lagi sebagai
Media pendidikan tapi sebagai media investasi
jujur gua sih emg males banget membaca, tp gua dapet ilmu dari mendengar, dari jaman radio lagi rame-rame nya sampai skrg podcast, termasuk gua dapet byk ilmu dari konten2 lu juga bang 🙏😁👍
Fakta jika kita berkunjung ke rumah orang kaya, kita bisa nemuin buku di ruangan tamu, kerja, kamar tidur mereka, tapi klo rumah orang kurang mampu, you know lah.
Gw punya temen dia orang kaya dia suka banget baca buku
Ilmu pengetahuan itu luas karena semua fenomena masyarakat itu ada ilmunya contoh kasus perselingkuhan, gw jg sering ngikutin tapi dari ngikutin kasus itu gw jd baca" soal hukum perselingkuhan, trs liat kronologis nya kira" di kasus ini siapa yg salah, secara hukum melihatnya gmna, jd belajar secara langsung soal praktek asas praduga tak bersalah, padahal disini gw bukan anak hukum, tp gw jd baca" soal hukum karena terpancing kasus artis.
Msh contoh yg sama, mungkin dari ngeliat kasus perselingkuhan kita bisa belajar fenomena psikologi soal penyebab perselingkuhan menurut buku, jurnal, psikolog dll dan BUKAN DARI TIKTOK YG JUDULNYA "CIRI" COWO REDFLAG", atau "CIRI-CIRI PASANGAN KAMU SELINGKUH" damn itu cmn kesaksian 1 orang aja dan gak bs lu generalisasi, tp org bnyk yg merasa relate dan nganggep it fakta, wowww
Ilmu pengetahuan bukan cmn sains, kalo kalian suka dengan ilmu sosial ya silahkan pelajari karena itu juga ad bidang ilmunya kok, setiap hobi kalian pasti ada dasar ilmu yg mempelajarinya dan kalian bs belajar dari situ
Mnrt gw sistem pendidikan mmg hrs nekenin logical thinking dgn serius sih, pake data empiris, cari sumber yg valid dsb dsb.
Tapi memang minat baca kita rendah tapi mungkin sudah beralih ke minat melihat dan mendengar suatu objek dan itu tidak bisa didapat di buku contohnya tutorial saja lebih menarik untuk melihat bukan membaca dan itu sebuah perkembangan jaman yang dimana ilmu tidak hanya ditulis dan diimajinasikan melainkan dilihat dan didengar
Terakhir giat giatnya baca buku dan komik ditahun 2017😢. ngumpulin uang jajan buat ke Gramedia beli novel dan komik,bahkan sempat nabung berbulan bulan buat beli novel the silmarillion(the lord of the ring).tapi semenjak beli hp jadi mulai lepas kebiasaan itu,karna hampir semua ada di hp,gak perlu lagi beli komik per volume karna bisa baca komik di hp,pingin tau tentang sejarah dan karangan novel juga banyak pembahasannya di hp.
Yg jelas perkembangan teknologi jadi salah satu faktor kurangnya minat baca buku
Kita lebih suka mendongeng, bercerita, mendengarkan, menonton daripada membaca, menulis atau mencatat
Perpustakaan, Jadi inget pas SMP di perpustakaan ada buku IPA yang belum di buka, penjaga perpustakaan emang galak, cuma karena gw sering dateng ke perpus jadi penjaganya fine fine aja sama gw. Gw rada kaget buku bagus isinya soal kimia, khususnya dasar dasar tabel periodik, itu isinya mudah di pahami, sayang banget hal itu gak pernah di sentuh. Oh yah gw seneng baca ensiklopedia pas sd, 8 volume pervolume membahas yang berbeda, volume 1 antariksa, volume 2 teori evolusi, dan sebagainya sampai volume 8 membahas dampak iptek itu sendiri.
Satu lagi, kalau di sekolah kalau ke perpus pasti kebanyakan pada kabur, yah gw juga kabur pramuka sih tapi baca buku atau lanjut baca
Semoga gw bisa punya minat baca setinggi lu suatu hari nanti, gw mau coba mulai dr yang sederhana dlu
@@edgaralanpoe2808 ayok semangat! Baca itu bisa dimulai dari apa aja, gw aja mulai suka baca gara gara komik
@@LOLiCONzteringat pas SMP dulu pas minjam buku di perpustakaan desa liat muka penjaganya rada aneh ke gua karna gua minjem buku perjalanannya hidup Osama bin Laden,dan bertahun tahun kemudian baru sadar apa penyebabnya 😂
@@LOLiCONz terima kasih bro
btw pas sd dulu saya baca buku terus pas jam istirahat sekolah, bahkan gak sadar kawan sekolah dah pulang. Sampe catat dibuku, tapi sialnya bukunya dah kena sita sama guru gara-gara temen sebelah buku ambil. Alasannya saya terlalu sering gambar dikelas kiranya buku saya semuanya isi gambar saya padahal tidak semua, sampai buku catatan perpus saya kena juga. Tapi gpp lah saya ringkas lagi lewat aplikasi memo cari lewat internet sampai sekarang, walau gak semuanya sih :v
Selain minat akan pengetahuan yang rendah, kita juga lebih nyaman buat mencari tahu ilmu pengetahuan lewat browsing, video yutub & dengerin podcast. Malah sekarang gampang ada chat GPT juga, kita bisa ngobrol & searching mudah tentang masalah yang kita hadapi atau pengetahuan yang mau kita cari. Tinggal ketik aja kyk ngobrol di chat, nanti dia tinggal research otomatis materi, artikel yang kita butuhkan buat pengetahuan, Sekarang semuanya serba digital sih, jadi memang toko buku konvensional sudah digantikan dengan e-book dll
Mau darimana pun sumbernya Pembahasan dari buku selalu lebih komprehensif dan mendalam
Yang dimaksud minat baca kurang, kurang baca berbagai informasi, berbagai kajian ilmu, berbagai prespektif. Kalo misal kita baca itu2 aja, mau itu bacaan sampah mau baca yg briliant, kalo sumbernya itu2 aja maka si pembaca ini cenderung akan mensimplifikasi problem. Itu bahayanya. Jadi bukan soal bukunya apa. Apa aja ga masalah, kalo kita baca buku lain mencounter suatu buku, maka kita bisa lebih punya pandangan mana yg sampah mana yg bagus.
Makanya disebut minat baca kurang.
Nah tadi disebut minat terhadap ilmu pengetahuan. Ada channel bahas sains yg keren banget, namanya Rumah Editor. Viewsnya banyak kok.
Nah berarti orang2 tuh interest ke sains atau filsafat sebenernya. Cuma bukan buku yg dipilih sebagai media. Kenapa? Karena manja. Video udah enak, di ceritain, tinggal liat, tinggal denger, udah gitu dibantu mikir lagi. Baca buku udah harus mahamin maksudnya, harus tau sumber lain, udah gitu setelah tau maksudnya tau sumber lain, harus punya pandangan terhadap korelasinya, itu kan capek. Tapi asiknya disitu baca buku.
Inilah pentingnya pendidikan tentang literasi dan bukan hanya hafalan.
udah ada sensusnya juga sih, literasi baca orang indonesia itu 1:1000 alias 0,001%. baca komentar yang agak panjang aja banyak orang yang malas, apalagi baca buku yang berpuluh sampai ratusan halaman.
Kalo gak mampu beli buku, saya biasa-nya nyari E-Book gratis atau baca Wattpad, yg penting baca dan tahu apa yg dibaca dan manfaatnya buat saya itu apa.😁
Denger berita ini, sedih bgt..
Plis toko buku lain juga jangan tutup juga..
Aku sering mengunjungi toko buku dan suka beli buku apalagi ttg self improvment, development, parenting, sama ilmu financial.. bener2 ngubah hidupku, dan menerapkan apa yg aku baca.. seperti buku ttg psycology of money, rich dad poor dad, bener2 ngubah mindset keuanganku dan hasilnya financial ku aman..
Memang pribadiku lebih suka buku secara fisik, karena lebih menghargai karya si penulis, lebih fokus baca dan bisa diwariskan.. harganya mahal, iyes.. tapi worth it dari kualitas
Buat menumbuhkan minat dan kemampuan berpikir kritis sejak dini sebenarnya bisa dimulai dari tiga kata.
"Menurut kamu gimana?"
bang eno, makasih udh bikin #radiosingham, ini bener bener konten yg enjoy buat didengar & ditonton, banyak sekali pendapat yg bikin gua
"Iya juga ya" dan lain lain, pokonya terimakasih
Kalo aku liat, mayoritas orang disini lebih suka ngebahas apa dan siapa ketimbang kenapa dan gimana. Kenapa dan gimana itu menurutku awal dari kecintaan sm ilmu pengetahuan
Satu - satunya buku original yang saya beli itu bukunya Pak Onno W. Purbo. Berkat bukunya beliau, gue bisa selangkah lebih paham tentang jaringan, linux dan ilmu - ilmu komputerisasi lainnya. Gue dulu miskin, punya komputer juga warisan bahkan baju pun warisan terus 😅. Perpustakaan di sekolah gue dulu ga terlalu banyak buku yang menarik sama passion, jadi mau ga mau nyari ebook bajakan di internet. Setelah punya duit sendiri, akhirnya gue bisa beli buku sendiri... Entah karena kebiasaan baca ebook, buku fisik rasanya ga menarik buat gue... akhirnya, gue lebih milih beli buku digital di Amazon, karena dulu cuma Amazon yang punya koleksi yang lebih beter di banding google playbook atau gramedia digital. Sekarang, google play book sama gramedia digital punya bacaan yang menarik di banding dulu apalagi buku - buku terjemahan bahasa Indonesia banyak di situ, mungkin ini faktornya kenapa sekarang - sekarang buku - buku fisik udah mulai kurang diminati, hanya pembaca buku sejati atau kolektor mungkin yang masih prefer ke buku fisik (ada yang bilang, bau dari buku fisik itu wangi(?))
Punya bau yg khas sih menurut gua, karena gua juga sering beli buku buku fisik, pas dibuka itu beuh baunya memang ada bau khusus tersendiri aja
Buku baru biasanya gitu bang, tapi kalo udah lama ya bakalan hilang juga sih baunya, btw ingfo judul bukunya bang
@@bilidanmaku Sorry bre, ane lupa judulnya. Tapi, buku itu beli taun 2011-an... Dah 10 tahun yang lalu. Mungkin, udah ga relevan sama teori jaman sekarang. Buku TCP/IP-nya Kang OWP yang rilis sekitar taun 2015-an kayaknya masih bisa kepake.
akses nya tidak memadai, masa harus lewat hp mulu, klo ke pespus daerah kbykn ga diurus.. bahkan ada yg ditutup.. gimana mau minat njer..
Gua coba mau berfikir lebih extream. Memang benar, tingkat minat baca indonesia rendah. Tapi itu tidak semata2 terjadi begitu saja.
Menurut gua ini ada hubungan nya dengan pemimpin / orang tingkat atas juga (politisi, pns, dll). Mereka mana ada yang yang menyebarkan tentang pentingnya membaca buku. Sedangkan Rakyat Tingkat menengah kebawah, pasti meniru leader mereka.
Gua kasih contoh, leader indo itu paling menjunjung tinggi motto "kaya adalah kunci". Bukti nya mereka suka korupsi untuk memperkaya diri mereka sendiri.
Dan secara gak langsung, itu pasti mempengaruhi pemikiran rakyat menengah kebawah. Untuk apa kita belajar / membaca, sedangkan pemimpin kita bisa lebih kaya daripada yang baca buku. Jadi membaca itu ya gak guna / paling mentok pemikiran nya buku itu cuma buat bocah2 belajar disekolah. Ditambah lagi fakta kalau leader indo yang gak pernah memperjuangkan edukasi bagaimana memanfaatkan ilmu pengetahuan dari buku, itu sudah cukup untuk menjadikan rakyat kecil tidak peduli lagi dengan buku.
gw buka usaha elektronik, gw sediain buku untuk bacaan walau tergolong berat2 untuk yg sekalian nunggu barang servisannya jadi, tapi dari ratusan org yg datang, cuman ada beberapa (atau dengan ratio 3:100) doang yg menyentuh buku tersebut, jd mereka dr pada baca sesuatu atau menambah pengetahuan, mending pusrenk kebanyakan.
Menurut ku ilmu pengetahuan ibarat magic yang nyata. Manusia bisa terbang karena ilmu pengetahuan
ga usah jauh jauh, yang dulu pada rajin jajan komik waktu harga nya masih ngotak di 11-12 ribu kemudian tiba tiba naik drastis di jual di harga 20 ribuan gue stop beli komik fisik, apalagi buku selain komik 😅
Aku juga sadar si ke toko buku cuman buat beli manga, kagak beli buku yang lain kaya buku novel atau pengetahuan. Karena emang tertarik cuman buat beli manga doang.
2:20 tapo emang bener bang, Harga toko buku di Indonesia tuh mahal bat, apa lagi kalo novel tebel start dari di atas cepe, kalo buku buku politik tuh diatas 150K, + Perpus yang memadai kebanyakan cuman di kota kota besar
Emang bener menurutku jg bukan minat baca tapi minat ke ilmu pengetahuan nya. Ngga ush jauh jauh ke ortu aja. Pas ortu liatin video random dari internet yang kadang aneh klo sekedar di nalar sekilas. Sering kali ku coba buat jelasin secara ilmiah atau cari tau buat infoin ke mereka gimana nya fenomena itu sebenernya bisa terjadi dan ya... bisa di tebak omongan ku di tolak lah singkatnya. Dibilang sok menggurui atau sok tau lah dan bisa juga malah di omelin karna di anggap tidak percaya dgn kepercayaan turun temurun soal suatu hal. Paling parah malah di marahin pas jelasin kenapa hp bisa meledak pas lagi main....
Aku ngikutin channel Rumah editor dan kontennya bikin aku tau kalau pelajaran fisika itu menarik dan asik ternyata... jujur pelajaran sekolah dulu gak menarik karna gak ngerti itu ilmu buat apa, dulu juga sempat nanya ke guru fisika praktik fisika tuh gimana? eh malah d suruh naik pohon kelapa terus jatohin diri...
Menurut ku kekurangan pengajar2 kita tuh di bagian mereka ngajar cuma "text book" dan tujuan akhir cuma smpai ke lulus ujian text sekolah, makanya ilmu2 jadi terasa gak menarik.
Buat ningkatin minat orang ke suatu ilmu, buat ilmu itu jadi menarik dulu,
Itu si mnurutku
14:46 Semua orang punya pandangan tersendiri dalam menyikapi sesuatu hal tertentu, walau tanpa ada data sekalipun untuk membentuk kesimpulan masing2 yg berbeda selama tidak bermajas negatif. Dan sepenuhnya, abang tidak salah menyampaikan informasi secara pribadi dijaman modern sekarang.
dulu emng sering banget ke toko buku beli banyak komik, tapi lama2 makin mahal dan baca online jga bisa, jadi minat gw buat beli buku makin lama makin males
Ga setuju sih kalo cuma ilmu pengetahuan aja, orang lbh suka nonton anime daripada baca manga, lebih suka nonton film drpd baca novel..
Saya punya toko buku, sering disepelekan banyak orang memang, bahkan dari keluarga sendiri pernah bilang, "ngapain kamu jualan buku? Dikasih buku gratis aja aku gamau, siapa yg mau beli?"
Sakit hati saya, hahahaha..
kasih gw aja bro wkwk
Setuju ama argumennya bang eno, sepemikiran kita bang gua hidup di sekeliling org yg lebih percaya tuyul penyebab duit hilang. 😅😅😅
Bang bahas dampak dari Teknologi jaman sekarang bang, dimana Teknologi jaman sekarang secara ga sadar membuat kita kecanduan media sosial.. Gimana tuh solusinya bang..
Yups, tapi sekarang pemerintah mulai sadar, materi terkait penelitian baik eksak maupun sosial udah wajib di tingkat menengah atas.
Jadi inget pas SMP ada perpustakaan kecil yang bisa dibilang cukup lengkap dan banyak buku original di satu rak gitu, tapi gak boleh dipinjem, cuma boleh dibaca di tempat. Waktu itu istirahatnya kayak sebentar banget gitu 10 menit buat ngantri di kantin sisanya ke perpus. Baru duduk terus buka buku langsung bel masuk. Baru baca beberapa halaman langsung ditaro, jadinya agak males kalo mau baca di perpus, udah ngantrinya lumayan (dulu kantinnya kecil), makannya buru, lari ke perpus, ambil buku langsung bel masuk, jadi dilema sendiri bang waktu itu 😅.
Udah mana gak boleh dipinjem eh masih ada yang ilang bukunya, ada satu atau dua buku gitu yang ilang jadi kepaksa baca buku lain dan akhirnya pas lulus cuma baca sekitar setengah buku sama beberapa bab dari novel lain (gak ada yang tamat). Jadi serba salah kalo jadi murid yang mau baca ke perpus😅 (jam pulang pun gak bisa).
Kalau aja waktu istirahat bisa dilamain, tapi.. Kalo dipikir-pikir gak mungkin bakal ditambahin juga, toh guru-guru juga pada tahu kalo jamnya ditambah bukannya pada baca buku tapi paling main mobel lejend bambang 🙃
Segitu aja pengalaman dari aku😅
Gw sd solo user perpus
Apa cuma gw disini yang blom pernah baca buku APAPUN sampe abis, dari halaman cover sampe halaman paling belakang? 😢
gua sekarang lebih sering beli ebook daripada buku sekarang, karena udah males numpukin buku. atau bawa buku keluar buat dibaca di waktu luang. lebih milih baca di hp aja biar lebih simpel dan ngurangin bawaan
gw dulu ketoko buku 1x beli kamus doang 😂
lagian jauh & cuma ada dikota" doang
satu"nya kesempatan paling kalo ada bazaar dadakan
nah tu biasanya tiap murid dibagiin lembaran yg isinya list buku ma harganya, ntar dicentang mana aja yg mau, terus besoknya siapin duit
tinggal serah terima doang
jujur aja gk ada experience milih" sambil baca buku, yg justru daya jualnya disitu
Sampai sekarang masih suka baca buku fisik, bau kertasnya ngangenin, biasaya pinjam di perpustakan provinsi, sudah nggak pernah beli, tapi nggak tahu ya, buku2 baru cenderung kurang menarik, dibandingkan buku2 5 - 10 tahun lalu, atau bahkan dibandingkan buku yang 20 tahun lalu,
Sekarang pindah baca komen2 an netizen, yang positif dan agak panjang, banyak ilmunya juga hlo, walaupun harus diperdalam lagi,
#maafnumpangkomen
Setujuu sih samaaa pembahasan ini no. Terus menurut gua pribadi juga setidaknya orang orang disekitar gua itu tingkat untuk nambah informasi yang lebih luas itu cukup kecil sihh
Bener Bang no gua belajar ini itu di internet, pas mau share ke temen kerja, ga ada yang mau atau tertarik untuk diobrolin. Gua tetep cari ilmu pengetahuan yang paling deket dan paling mudah dipahami, masih tetep ga bisa. Kaya mereka anti bgt dengan pembahasan ilmu pengetahuan. aneh kadang gua jadi ragu ini gua hidup sama apa sih
cuma beberapa temen dekat yg emang udh lama ngobrol ilmu pengetahuan, adek gua, dan penakan gua
@Vladolf_Pootler iya gitulah
Kenapa minat masyarakat Indonesia terhadap ilmu pengetahuan dan sains itu menurun? Jawabannya adalah karena di negara kita ini apa apa kalau kerja kudu nyogok atau gak harus punya orang dalam.jadi di pikiran masyarakat itu buat apa cape cape belajar kalau ujung ujungnya nyari kerja harus nyogok juga.di negara kita ini orang berilmu itu gak di anggap, akhirnya apa? Orang bodoh yang seharusnya dia bukan disitu malah memerintah negara dan membuat negara ini makin hari makin kacau.jadi jangan heran nanti kalau ada orang orang hebat yang asli dari Indonesia lebih memilih kerja di luar negri dari pada di dalam negri! Kenapa? Karena di luar negeri mereka lebih menghargai orang berilmu.
Gue dari dulu paling sebel ama orang yg kampanye ngajakk ngajak bahkan maksa orang buat baca buku.
Apalagi pakai embel embel makin banyak baca buku maka semakin cerdas dan pintar (kognitif)
Pretttt...
Baca buku doang implikasinya ga bikin otaklu cerdas atau pinter, lu cuma terinformasi doang.
Untuk menilai atau mengelola isi atau informasi yg tertera pada buku itu merupakan hal yg terpisah.
Cuman dulu gue tau ni orang orang yg kampanye membaca buku bikin pinter bla bla bla
Kemudian mengambil kesimpulan (jumping conclusion) kalau intelektual masyarakat Indonesia rendah disebabkan oleh minat baca yg rendah padahal baca banyak buku tapi ngga punya kemampuan untuk mengelola informasi yg tertera dalam buku tersebut ya sama aja dorolnya.
Akhirnya, aku dapet insight dari video ini yaitu seperti hipotesa eno bening.
Bisa saja faktor dungunya masyarakat bukan karena minat baca yg rendah melainkan "rendahnya ketertarikan akan ilmu pengetahuan"
Bro lu kurang riset, coba deh tonton videonya Dr.Indrawan, minat baca buku rendah itu hanya faktor kecil yang tidak terlalu berpengaruh,faktor utama yang menyebab kan toko buku dalam kasus ini Gunung Agung tutup adalah miss managemen yaitu: ketidak pekaan thd perubahan perilaku pasar pembaca buku, bro 3% dari seluruh penduduk Indonesia itu uda cukup besar
Menurut data yg bru dilaporkan Orang indo bnyk yg skizo, nah jdi masuk akal klo orang indo bnyak yg suka horor.. Ngehalu.. Delusi, kalau ada kejadian yg ga masuk logika bagi dia langsung dikaitkan dengan hal2 mistis, pdhal mah bisa aja dia ngehalu😂
Toko buku masih banyak yg jualan buku-buku konspirasi juga bahkan biasanya ditaro rak paling depan tuh wkwk. Gw setiap ke toko buku sulit bgt nemu buku pop-soshum yang asik. Kalau ada pun ditulis dosen dengan bahasa yang kaku. We need more pop-science writers. Itu yg kurang sih di Indonesia.
Jujur aja bang, kalo buat saya toko buku tutup ini ya bukan cuma "sains" secara harfiah. Mksdnya kalo orang mau cari buku keilmuan spesifik dia pasti ke perpus, atau minimal cari onlen contoh, "buku keilmuan tentang tenaga listrik dan proteksinya".
Tapi beberapa ada juga yg mulai tutup ya karena apa yg toko buku ini jual ga memenuhi ekspektasi mereka, misal saya mau cari novel yang import ya pada akhirnya katakan di toko TGA kaga ada, karena mereka jarang import buku. Anggep aja banyak customer kayak gitu, ya sudah. Berkurang pendapatan.
Terus anak anak, jaman gw smp sma kalo ke toko buku, gw pasti akan selalu cari tuh yang namanya buku kilat rumus blablabla (karena gw ipa) dengan harga yang cukup murah. Sekarang harus gw akui harga mahal, dan di internet udah cukup banyak banget. Bisa diprint, kalo butuh penjelasan lebih rinci bisa tonton india india sains di yutub.
Demikian opini saya
Jadi inget awal-awal lulus kuliah, gua menemukan cara dapet uang dengan jadi Aps Publisher dan ini kerjaan bisa dikerjain dari rumah, akhirnya gua memutuskan untuk pulang dan yaa mencoba mengenalkan profesi ini ke lingkurang rumah gua. dan you know what i get?
malah cibiran wkwkwkkw...
lulus kuliah ko di rumah aja, belum kerja yaaa, ko ga pernah keliatan ngelamar kerja udah luluskan?
dan temeh-temen gua yang berusaha gua ajarin pun malah pada scaptis, padahal gua niat bgt waktu itu bawa laptop ke tempat ningkrong mau liatin cara kerja gua dan yaa sambil ngajarin dikit-dikit tpi nihil. mreka malah mau nonton MPL 😅
Ajarin gua dong bang😅
@@rizkysaputra9144 Andromo...cba cari tau itu
Org yg berpikir sumber pengetahuan itu dari buku, padahal sumber pengetahuan itu bisa dari mana Aja, yg paling utama itu ya dari pengalaman,
Buku itu cuma media, sama Aja kek internet,
"Tapi internet kan ga valid isinya, isinya hoax, doktrin"
Emang info dari buku udah berarti pasti benar, lu baca buku mein kampf hitler berarti isinya benar, lu baca buku tentang flat earth berarti itu benar..?
Nenek2 pun bisa nulis buku, bukan berarti isinya itu valid,
Berarti bagaimana filsafat timur/Indonesia itu dapat menumbuhkan kecintaan kepada ilmu pengetahuan yang notabene timbul dari pemikiran barat. Begitukah?
filsafat timur gk kalah ama filsafat barat bro, madilog dan banyak karya yg lainnya di asia juga worth reading kok
Minimal 1 hari tuh 2 jam baca baca tapi niatin mau cari ilmu mau paham jaminlah 2 jam 2 hari tuh ada yang masuk.
Kadang suka ada dikotomi antara fiksi & non fiksi
Buku itu hasil penuangan isi kepala manusia ke dalam bentuk tulisan, sama seperti podcast yang mana merupakan penuangan isi kepala manusia dalam bentuk lisan.
Buku itu jendela ilmu
Bener juga yah, kalau minat baca sih, kurang apa fans one piece buat njelasin kenapa jack bisa hidup dalam laut padahal dia pemakan devil friut
Justru yang bahaya adalah kalau sampai tutupnya Perpustakaan.
Pertanyaannya bukan gimana caranya meningkatkan minat baca, tapi gimana caranya meningkatkan minat, karena orang kalo udah tau minatnya apa dia akan cari segala informasi sesuai minatnya termasuk dari buku
Setuju
walau jadi 00,01% aku akan tetap berusaha buat toko buku ga tutup hwhw
I need to do the real research for this topic! Thanks bang udah mantik gue🤘🏼
Jika semua orang minat membaca, tidak akan ada kurir cod yang jadi sasaran komplain pembeli yang malas baca diskripsi 😒
seandainya buku adalah ilmu pengetahuan tergantikan oleh teknolgi.seperti piringan hitam pada media musik, yang berubah menjadi kaset pita dan menjadi media mp3. tahu bener kagak.
Lebih suka beli ebook walau rasanya kurang ya lebih suka nyentuh buku fisik.... Dan suka baca buku ebook dari pada ke perpustakaan soalnya banyak buku ya enggak update kalo untuk topik tertentu ok lah tapi mislanya teknologi yang misal sudah begini dan begitu tapi di perpustakaan tempat ane masih 15 tahun yang lalu materinya. yang baru sangat jarang diupdate salah satu contohnya buku tentang IT diperpustakaan materi sudah ketinggalan tapi masih bisa dipake sih... Kalo buku fisik sekarang banyak beli novel kalo untuk materi spesifik seperti database yang materinya lengkap itu harganya 300rb an bahkan ada buku yang kepengen ane beli harganya 800rb...
Mungkin harus ada pemantiknya misalnya hetalia tuh, fangirlnya pada rajin baca buku sejarah gara gara itu
Rasa suka dan penasaran kita pada ilmu pengetahuan di bunuh di Sekolah.
Kalo menurut drakor Romance Is A Bonus Book, covernya tidak menarik peminat pembaca buku 😅
Daripada pemerintah subsidi kendaraan listrik. Bukannya lebih baik subsidi buku ? Buku dijual lebih murah karna subsidi
buku boleh kiamat, bacaan jangan.
yang ilang itu cuman medianya, isinya? lanjut terus.
yang jadi pertanyaan adalah...
emang ada yang mau baca?
disini udah ada ebook model subsciption apa belom sih? kayak film/series yg ada di OTT gitu
Buku mahal,gua kalau mau beli buku pas sekolah kudu nabung sebulan satu buku,jadi lebih prefer beli digital dimana promo banyak dan lebih murah
bang review the flash dong
Toko buku emang tutup tapi sekarang banyak yang beli secara online jadi masih banyak yang beli buku fisik
semangat bang eno
Dibalik toko buku yang tutup ternyata masalahnya jauh lebih suram 🥲
gw juga males sih mau beli buku ampe 150k+, ini ngebuat gw lebih memilih perpustakaan atau minjem temen sih 🙃
bener no, buku luar jarang di translate ke indo, dan gue kalo mau beli 3 bulan sekali jir sebagai siswa sma
Lu tau gips ga.... Cuman gara" ngobrol gw jadi tau kalau gips terbuat dari campuran bahan kalsium dengan bahan" lain,
Dan ngerambat ke kapur yang pake kalsium juga,
nyambung lagi... Sealing wax terbuat dari getah pohon tertentu,kalsium,fat,pewarna sintetis.
Bahan pembuatan zirconia apa ya? Hmmmm.