Apa yang Mungkin Terjadi Sebelum Big Bang? Teori dan Konsep Terbaru dalam Kosmologi

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 13 сен 2024
  • Selamat datang di video kami! Dalam perjalanan ini, kita akan menjelajahi salah satu pertanyaan paling mendalam dan misterius dalam kosmologi: Apa yang mungkin terjadi sebelum Big Bang? Meskipun Big Bang sering dianggap sebagai titik awal dari segala sesuatu, banyak teori dan spekulasi mencoba mengungkap apa yang mungkin ada sebelum peristiwa monumental ini.
    🌀 Apa yang Akan Anda Temukan di Video Ini?
    • Teori Singularitas Gravitasi: Bagaimana konsep singularitas menjelaskan kondisi ekstrem sebelum Big Bang.
    • Teori Multiverse: Apakah ada alam semesta lain yang mungkin ada sebelum yang kita kenal sekarang?
    • Model-model Kosmologi: Menyelami berbagai model matematis dan spekulatif tentang apa yang bisa ada sebelum Big Bang.
    • Keterbatasan Pengetahuan Manusia: Apa yang membuat pertanyaan ini begitu sulit dijawab dan bagaimana batasan ilmiah mempengaruhi pemahaman kita.
    🌟 Bergabunglah dalam Eksplorasi! Jangan lewatkan penjelajahan mendalam ini ke dalam misteri kosmik. Berlangganan, tekan tombol like, dan aktifkan notifikasi untuk terus mengikuti konten menarik kami tentang kosmologi dan banyak lagi!
    💬 Bagikan Pendapat Anda! Apa pendapat Anda tentang teori-teori ini? Apakah Anda memiliki pertanyaan atau ide lain tentang apa yang mungkin terjadi sebelum Big Bang? Tulis di kolom komentar di bawah!
    Terima kasih telah menonton dan tetaplah penasaran!
    #SebelumBigBang
    #AsalUsulAlamSemesta
    #TeoriAlamSemesta

Комментарии • 84

  • @user-bn9zm1zt1j
    @user-bn9zm1zt1j 26 дней назад +5

    Tetaplah dengan suara seperti ini supaya selalu saya like dan tetap subscribe.

  • @kurniawanbayu9646
    @kurniawanbayu9646 27 дней назад +4

    Untuk itulah, Semesta Mengembang😊

  • @BSayendra
    @BSayendra 27 дней назад +6

    String Theory, Loop Quantum Gravity, dan Tuhan.
    Tuhan dengan t besar adalah pertanyaan besar dalam sejarah manusia dan akan tetap menjadi pertanyaan besar di masa mendatang sampai ada bukti meyakinkan ada tidaknya Tuhan, Tuhan transenden yang memungkinkan adanya semesta, yang kita tahu sejauh ini setelah Big Bang seolah hilang tanpa jejak rimbanya. Tuhan dengan t kecil, tuhannya agama-agama, tuhan imanen yang cemburu, minta disembah, turut campur urusan manusia di bumi di antara trilyunan planet semesta seperti tuhan kurang kerjaan, sepertinya sudah terlalu jelas absurdnya.
    Namun mari kita menilik perkembangan pengetahuan manusia saat ini beserta postulat yang berkembang. Titik awal semesta Big Bang sudah banyak buktinya, yang menjadi pertanyaan adalah benarkah Big Bang itu awal? Bisakah Big Bang terjadi dengan sendirinya atau ada kejadian sebelum Big Bang? Jika Tuhan menciptakan Big Bang , dimanakah bukti dan jejaknya?
    Stephen Hawking berpostulat bahwa secara matematis Big Bang bisa terjadi dengan sendirinya dengan energi negatif, sehingga menjelang akhir hayatnya dia justru berani menjadi atheis dan menganggap Tuhan tidak diperlukan dalam penciptaan semesta. Kandidat theory of everything, 2 yang paling kuat adalah String Theory dan Loop Quantum Gravity. Dari String Theory ada kemungkinan bahwa di luar semesta kita ada banyak semesta lain, jadi Big Bang bukanlah hal istimewa, ada banyak Big Bang yang menciptakan semesta-semesta baru, jadi dari string teory Tuhan sebenarnya juga tidak atau belum diperlukan. Dari Loop Quantum Gravity menyebutkan bahwa Big Bang adalah hasil dari Big Bounce dari semesta sebelumnya, semesta sebelum semesta kita yang mengerucut mengecil lalu meledak lagi dan menjadi semesta baru yang kita tinggali saat ini. Dari Loop Quantum Gravity juga tidak menyaratkan adanya Tuhan.
    Tuhan adalah hipotesa yang tidak atau belum diperlukan oleh semesta yang kita ketahui saat ini. Tentu tugas kolektif manusia adalah mencari jawaban atas pertanyaan besar ini, tapi sekali lagi jawabannya bukanlah dari agama-agama, tapi dari pencarian jujur yang menyenangkan sekaligus melelahkan dengan sains beserta bukti-buktinya.

  • @aguswahidin2295
    @aguswahidin2295 27 дней назад +6

    Titik yang sangat padat dan sangat panas itu bisa meledak karena tersedia ruang, karena tak mungkin/mustahil titik itu bisa meledak (mustahil terjadi big bang) kalau tdk ada ruang. Mana mungkin bisa meledak kalau tdk ada ruang. Mustahil hasil ledakan itu terpencar ke berbagai arah kalau tdk ada ruang.
    Artinya dari sisi pemikiran apapun tak mungkin ada ledakan, jika tak ada ruang utk meledak.
    Artinya lagi: ruang sdh tersedia sebelum adanya big bang yg menghasilkan galaksi, bintang, planet dll.
    Artinya lagi dan lagj siapa yg menciptakan ruang? Siapa yg menciptakan titik yg sangat padat dan sangat panas itu?
    Artinya lagi, lagi dan lagi bahwa adanya Tuhan Sang Pencipta jauh lebih logis dari pada tdk percaya adanya Tuhan.

    • @dwisetyo7
      @dwisetyo7 27 дней назад +4

      Sains lebih tertarik pada mekanisme secara rasional. Bukan pada logika-logika yg disusun untuk melompat pada kesimpulan yang kaku & selesai tanpa bisa digugat.
      Itulah kenapa sains "tidak mau langsung membahas Tuhan" (yg melakukan semuanya & selesai).

    • @cenel2an
      @cenel2an 27 дней назад +4

      ​@@dwisetyo7logika apaan, teori semua😅

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  18 дней назад

      Poin yang sangat menarik!
      Bapak benar, banyak orang bertanya bagaimana mungkin Big Bang bisa terjadi tanpa ruang untuk ledakan tersebut. Argumen ini memang membawa kita pada pertanyaan yang lebih besar: siapa yang menciptakan ruang itu sendiri, dan dari mana asal usul titik yang sangat padat dan panas tersebut?
      Dari perspektif ini, gagasan bahwa ada Tuhan Sang Pencipta yang mengatur segalanya memang terasa lebih logis bagi banyak orang, terutama ketika kita berbicara tentang hal-hal yang melampaui pemahaman manusia.
      Terima kasih sudah berbagi pemikiran yang mendalam ini-ini benar-benar menambah kedalaman diskusi kita! 🙏

  • @user-im5wf7jw9t
    @user-im5wf7jw9t 27 дней назад +6

    Demikianlah : ada Chalik rob atau pencipta dan ada hamba atau ciptaan. Bukan menyatu , jadi jangan lupa batasan machluk .jika dilewati akan hancur .

    • @kunangkunang8092
      @kunangkunang8092 26 дней назад +4

      Seprti allah dan kalimatullahnya tidak bisa di pisahkan betulkan😂😂😂

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  18 дней назад

      Saya setuju bahwa hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya adalah sesuatu yang sangat esensial dan mendalam, sebagaimana analogi yang Anda berikan. Memang benar bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tidak bisa berdiri sendiri tanpa kehendak dan dukungan Tuhan.
      Mengenai istilah "menyatu," saya juga sepakat bahwa ini bisa menjadi kata yang penuh makna, menggambarkan hubungan yang terus-menerus antara ciptaan dan Sang Pencipta. Tuhan adalah sumber dari segala sesuatu, dan segala sesuatu pasti kembali kepada-Nya. Seperti yang Anda kutip dari Surat Al-Ikhlas, Tuhan adalah satu-satunya yang tidak bergantung pada apa pun, sementara segala sesuatu bergantung pada-Nya.
      Semoga diskusi ini membawa manfaat dan semakin memperkuat pemahaman kita tentang hakikat Tuhan dan hubungan kita dengan-Nya.
      Wallahualam, sekali lagi terima kasih atas pandangan yang sangat berharga ini. 🙏

    • @kunangkunang8092
      @kunangkunang8092 18 дней назад +1

      @@kisah_edukasi tidak sy hanya to the point bahwa allah dan firmanya itu satu tidak bisa di pisahkan

  • @DewiRahayu-d5e
    @DewiRahayu-d5e 25 дней назад +4

    Apakah angka itu hal gaib ? Apakah angka ada bentuk pisiknya ? Perhitungan matematika dapat membuktikan hal pisika

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  18 дней назад

      Pernyataan yang sangat menarik!
      Angka sebenarnya adalah konsep abstrak dalam matematika dan tidak memiliki bentuk fisik. Mereka adalah simbol yang kita gunakan untuk menggambarkan kuantitas, urutan, atau ukuran. Meskipun angka tidak memiliki bentuk fisik, mereka sangat penting dalam memodelkan dan menganalisis fenomena fisik.
      Matematika memang dapat digunakan untuk membuktikan atau memprediksi hal-hal dalam fisika. Dengan menggunakan perhitungan matematis, kita dapat memahami dan menjelaskan hukum-hukum alam, seperti hukum Newton atau teori relativitas Einstein.
      Terima kasih sudah memicu diskusi tentang topik yang sangat bagus ini!

  • @MetifaIndah-yo6fb
    @MetifaIndah-yo6fb 26 дней назад +5

    Ungkapan "sebelum big bang" itu sdh bertentangan (kontradiksi) dgn konsep big bang itu sendiri, karena "sebelum" itu mengindikasikan ada konsep waktu disaat big bang belum terjadi. Padahal, well kita tahu big bang adalah awal terbentuknya ruang waktu.

    • @kadekanggakadek7060
      @kadekanggakadek7060 22 дня назад +4

      Nah itu dia ,tapi disini kita mencoba untuk keluar dari hukum tersebut dengan melibatkan imajinasi kita

    • @MetifaIndah-yo6fb
      @MetifaIndah-yo6fb 21 день назад +1

      @@kadekanggakadek7060
      Imaginasi manusia mmg "tdk terbatas", tp bagaimanapun jg ketdk terbatasan itu tiada mampu keluar dari pengalaman empirik. Contoh: KETIADAAN. Imaginasi kita hanya mampu membayangkan ketiadaan dr entitas (materi), bukan ketiadaan dr "ada". Bagaimana membayangkan ketiadaan dr "ada"? Tdk ada sedikitpun gambaran. Bagaimana mendiskripsikan ketiadaan ruang, ketiadaan waktu? Imaginasi kita tiada daya mengarungi itu semua. Kenapa? Karena tdk ada contoh empiriknya.
      Jadi sekali lg pertanyaan/ pernyataan ttg "sebelum" big bang itu adalah kontradiktio in terminis. Bahkan jika itu hanya sebatas konsepsi.
      Tentu saja apa yg saya sampaikan memiliki relevansi hanya jika sebelumnya kita sepakat ttg konsepsi big bang sbg "awal" semesta. Jujur saya sendiri belum sepakat. Alam semesta lebih logis untuk dipahami jika tiada memiliki "awal". Tentu saja "awal" disini mengacu hanya pd akal budi dan imaginasi kita yg terbatas. Apa yg terjadi sesungguhnya Wallahu a'lam bisawab.

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  18 дней назад +1

      Tepat sekali!
      Ungkapan "sebelum Big Bang" memang membawa kontradiksi karena konsep "sebelum" mengandaikan adanya waktu, padahal waktu itu sendiri baru terbentuk bersama dengan Big Bang. Big Bang adalah awal dari ruang dan waktu, jadi kita memang tidak bisa menerapkan konsep waktu seperti yang kita pahami untuk membicarakan apa yang terjadi "sebelumnya." Ini benar-benar menunjukkan betapa rumitnya memahami alam semesta di luar batasan dimensi kita.
      Terima kasih atas pandangan yang tajam ini!

    • @MetifaIndah-yo6fb
      @MetifaIndah-yo6fb 17 дней назад +1

      @@kisah_edukasi
      Dengan kata lain, jika suatu peristiwa tdk memiliki periode "sebelum", artinya ia tdk bisa dikatakan "berawal". Awal tanpa sebelum adalah awal yg tanpa batas, yg artinya...tdk terbatas.
      Menurutku mustahil membayangkan semesta berawal, sama mustahilnya membayangkan semesta memiliki ujung (batas luar): Semesta itu "ada", maka diluar batas semesta adalah "tdk ada". Bagaimana mendiskripsikan "tdk ada"? Bagaimana membayangkan "kondisi" tanpa ruang tanpa waktu? (Sengaja kata kondisi dlm tanda kutip karena "kondisi" itupun menuntut adanya ruang waktu).

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  16 дней назад

      @@MetifaIndah-yo6fb
      Pemikiran yang sangat mendalam!
      Memang benar bahwa konsep "awal" dan "batas" membawa kita ke wilayah yang sulit dipahami oleh pikiran manusia. Ketika kita berbicara tentang awal tanpa "sebelum," atau batas tanpa "luar," kita memasuki ranah yang melampaui pemahaman intuitif kita tentang ruang dan waktu. Ini adalah salah satu alasan mengapa banyak filsuf dan ilmuwan berpendapat bahwa ada batasan dalam memahami alam semesta menggunakan kerangka pikir yang kita miliki saat ini.
      Bayangan tentang semesta yang tidak berawal atau tidak berujung memang menantang, dan mungkin sulit untuk diterima oleh pikiran manusia yang terbiasa dengan konsep waktu yang linear. Sering kali, diskusi seperti ini membawa kita ke wilayah spekulasi yang mendalam dan, dalam beberapa kasus, mendekati refleksi filosofis atau spiritual.
      Apakah semesta ini tidak terbatas atau memiliki batas, baik dalam ruang maupun waktu, adalah pertanyaan yang terus memicu perdebatan dalam sains dan filsafat. Terima kasih telah berbagi pemikiran ini. diskusi seperti ini adalah cara yang bagus untuk merenungkan realitas yang mungkin jauh lebih kompleks daripada yang bisa kita bayangkan.

  • @sutediheriyonoBaladMaUng
    @sutediheriyonoBaladMaUng 25 дней назад +4

    Teori itu SEMENTARA sampai ketemu TEORI BARU lagi.
    Teori baru Alam semrsta itu ada kemudisn tiada (teori siklus), teori alam semesta membelah (multiverse) hanyalah sementara seperti halnya teori big bang.
    Jangan sakralkan SEBUAH TEORI IPTEK srbab TUHAN PASTI akan MENGUJINYA sampai TEORI tsb hancur.

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  18 дней назад

      Pernyataan yang sangat valid!
      Memang, teori-teori tentang alam semesta seperti Big Bang, teori siklus, atau multiverse adalah pemahaman sementara yang terus berkembang seiring dengan penemuan baru dan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap teori memberikan pandangan berbeda tentang bagaimana alam semesta berfungsi dan mungkin akan digantikan atau disempurnakan oleh teori-teori baru di masa depan.
      Ini adalah bagian dari kemajuan ilmiah selalu terbuka untuk revisi dan penemuan baru. Terima kasih telah menyoroti pentingnya fleksibilitas dalam teori-teori ilmiah!

  • @AnonBebas
    @AnonBebas 26 дней назад +4

    Bagaimana bisa memahami ttg pra bigbang sementara hukum2 fisika runtuh atau tdk berlaku.
    Lalu, dg hukum apa, teori apa atau asumsi2 apa kita bs memahami sesuatu yg tdk kita pahami. Ini sgt spekulatif. Tdk berdasar sama sekali.
    Stephen Hawking memahami pra bigbang dan post blackhole sbg ssuatu yg tdk mgkin djangkau dg akal pikiran. Hukum2 Fisika runtuh. Bhkn, ia smpat katakan bhw bg org yg prcaya Tuhan, mgkin di kedua masa itulah hukum2 Tuhan bekerja. Sayangnya, ia tdk percaya Tuhan. Maka, Hawking lbh mmilih tdk mau tahu ttg peristiwa sblum bigbang dan ssudah blackhole.
    Ada batas untuk sains.

    • @dwisetyo7
      @dwisetyo7 25 дней назад +3

      @@AnonBebas betul, sains itu berkembang belakangan setelah mitologi & filsafat. Karena dasar pijakan sains yg ontologis, dg demikian sains tidak membahas hal2 yg belum/tidak ada buktinya.

    • @AnonBebas
      @AnonBebas 25 дней назад +4

      @@dwisetyo7 Sains tdk bs mnjawab prtanyaan filsafat: bgm sebuah keteraturan alam berasal dr sesuatu yg random (acak). Mungkinkah kerandoman bs mlahirkan keteraturan dg sendirinya?
      Einstein mnyadari hal ini.

    • @dwisetyo7
      @dwisetyo7 25 дней назад +3

      @@AnonBebas ya... Filsafat atau agamawan sekalipun juga tidak bisa menjawab nya.
      Jika hanya sebuah jawaban tanpa landasan yang ilmiah ya ngga perlu juga.

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  17 дней назад

      Pemikiran yang sangat mendalam!
      Memang benar, memahami kondisi pra-Big Bang merupakan tantangan besar karena hukum-hukum fisika seperti yang kita kenal mungkin tidak berlaku dalam konteks tersebut. Ini membuat setiap teori tentang apa yang terjadi sebelum Big Bang menjadi spekulatif dan sulit dipahami dengan akal pikiran kita saat ini.
      Stephen Hawking sendiri menyadari batasan ini dan mengakui bahwa ada batas di mana sains mungkin tidak bisa menjelaskan segalanya. Bagi mereka yang percaya Tuhan, mungkin ini adalah saat di mana hukum-hukum Tuhan bekerja di luar pemahaman manusia. Hawking, meskipun tidak percaya pada Tuhan, memilih untuk tidak berspekulasi lebih jauh tentang kondisi sebelum Big Bang dan setelah black hole, karena itu melampaui batasan-batasan yang dapat dijangkau oleh sains.
      Ini menunjukkan bahwa meskipun sains telah membawa kita sangat jauh dalam memahami alam semesta, masih ada banyak hal yang mungkin tetap menjadi misteri. Terima kasih atas perspektif yang sangat mendalam ini!

    • @AnonBebas
      @AnonBebas 17 дней назад

      ​​​​​​@@kisah_edukasi
      Adanya batas2 pd sains dlm menjelaskan semesta, sebnarnya bukan hanya terjadi pd pra-bigbang dan post-blackhole saja.
      Bahkan, di masa ketika hukum Fisika msh berlaku dan dianggap sbg ilmu pasti yg dapat menjelaskn fenomena universal perilaku materi alam semesta, toh ada celah ktidakpastian jg, skligus menunjukkan "ktidakberdayaan" sebagai batas2 sains itu sendiri.
      Justru, ketidakpastian dan "ketidakbrdayaan" sains itu diakui sendiri oleh kaum saintis, bukan kaum agamawan. Yaitu, hukum Ketidakpastian Heisenberg, dimana sains tidak mungkin bisa memastikan karakter partikel sub atomik, tentang posisi dan kecepatan secara bersamaan.
      Ada keterbatasan sains ketika hendak mengamati karakter elektron misalnya, posisi tepatnya dimana, kcepatannya berapa, justru karena alat yg digunakan berupa foton akan merusak karakter elektron itu sendiri saat mengenai objek yg diamati.
      Klaim empirisme sains secara mutlak, pada titik ini memiliki "cacat". Karena sejatinya, karakter elektron yg kita pahami sekarang ini, tidaklah benar2 hasil dari kerja2 pengamatan yg sepenuhnya empiris.
      Saintis kemudian berusaha dg mnjelaskannya melalui Fisika quantum. Tetapi, "cacat" itu sendiri tetap saja masih melekat pada sains. Bahkan hingga Fisika yg kini sedang menuju hukum penyatuan gravitasi universal, sebagaimana yg dilakukan oleh Stephen Hawking, dan para Fisikawan setelahnya.
      Konsekuensi dari "cacat" sains itu, adalah adanya probabilitas acak yg tidak terikat oleh hukum2 Fisika yg dikenal hingga saat ini, yg mendasarkan pada kepastian dan keteraturan prilaku partikel/materi semesta. Lalu, ke-acakan itu patuh pada hukum2 atau kehendak apa?
      Lagi2 saintis akan tetap menyebutkan bahwa keacakan itu patuh dan digerakan oleh hukum2 semesta itu sendiri, yg sebenarnya terbukti di luar jangkauan sains.
      Ini berarti, sekaligus menutup ruang untuk mengakui adanya peran kehendak bebas milik Tuhan. Ketidakpastian dalam perilaku materi di alam semesta dianggap sebagi sesuatu yg "wajar" saja dalam sains, tanpa perlu adanya kehadiran peran Tuhan.
      Sangat mungkin, ini bisa terjadi karena adanya trauma para saintis yg diakibatkan oleh konflik masa lalu antara sains dan dogma gereja di Eropa.

  • @user-im5wf7jw9t
    @user-im5wf7jw9t 27 дней назад +4

    Einstein menemukan kekekalan energi . Stephen Hawking menemukan ledakan atau .... Itulah perbedaannya.

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  2 дня назад

      Pernyataan ini menggambarkan perbedaan konsep-konsep yang ditemukan oleh dua ilmuwan besar:
      Albert Einstein dikenal karena menemukan prinsip kekekalan energi, yang termaktub dalam teori relativitas umum dan lebih spesifik lagi dalam rumus terkenalnya, E = mc². Rumus ini menunjukkan hubungan antara energi (E), massa (m), dan kecepatan cahaya (c), yang mengindikasikan bahwa massa dapat diubah menjadi energi dan sebaliknya, namun total energi dalam sistem tertutup tetap konstan.
      Stephen Hawking, di sisi lain, dikenal karena teorinya mengenai lubang hitam dan kontribusinya dalam kosmologi, terutama tentang Big Bang. Dia mengusulkan bahwa alam semesta dimulai dari sebuah ledakan besar atau Big Bang dan kemudian mengembang. Hawking juga mengembangkan teori tentang radiasi Hawking, yang menunjukkan bahwa lubang hitam tidak sepenuhnya "hitam," tetapi bisa mengeluarkan radiasi dan pada akhirnya menguap.
      Perbedaan utama adalah bahwa Einstein fokus pada konsep relativitas dan kekekalan energi, sementara Hawking mengeksplorasi asal usul alam semesta, evolusi, serta sifat lubang hitam.

  • @LastingLight-bb1wb
    @LastingLight-bb1wb 26 дней назад +4

    Sebelum big bang manusia masih di kuasai oleh turunan adam yang anaknya zalim bernama mobil dan untuk menghentikan sepak terjangnya Allah membuat big bang terlebih dahulu dan bigbang terjadi 50 ribu tahun yang lalu dan tertulis di Al Quran Malaikat jibril naik bersama malaikat lain membawa urusan setiap 50 ribu tahun jadi jika Malaikat jibril naik kembali itu pertanda manusia banya yang sesat seperti qobil dan akan terjadi kiamat..saya hanya mengingatkan ke semuanya bahwa akhir zaman semakin dekat persiapkan dengan beramal semuanya untuk kebaikan nanti di kehidupan yang abadi..

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  2 дня назад

      Pandangan ini mengaitkan kisah-kisah dalam Al-Qur'an, khususnya tentang Habil dan Qabil, dengan teori ilmiah seperti Big Bang, serta menghubungkannya dengan konsep akhir zaman dan pertanda kiamat. Dalam Islam, kisah Habil dan Qabil menggambarkan konflik pertama antar manusia, yang mengajarkan pentingnya moralitas dan dampak dari tindakan zalim.
      Meskipun teori Big Bang adalah konsep ilmiah tentang asal usul alam semesta, Anda mencoba mengaitkannya dengan konteks spiritual dan sejarah manusia, yaitu bahwa peristiwa besar seperti Big Bang bisa menjadi bentuk intervensi ilahi untuk menghentikan kezaliman. Ayat yang Anda sebutkan tentang malaikat Jibril yang naik setiap 50 ribu tahun juga bisa dipahami sebagai simbol keteraturan kosmis dan intervensi ilahi dalam urusan manusia.
      Pesan utamanya adalah seruan agar kita lebih sadar akan tanda-tanda akhir zaman dan pentingnya mempersiapkan diri dengan beramal baik. Dalam konteks agama, mengingatkan untuk kembali ke jalan yang benar dan beramal soleh adalah inti dari banyak ajaran spiritual. Kebaikan yang dilakukan di dunia akan membawa manfaat di kehidupan yang abadi, sebagaimana yang diajarkan dalam banyak agama, termasuk Islam.

  • @SamsunPram-qi5oz
    @SamsunPram-qi5oz 21 день назад +3

    Kalau ada orang yang bilang awal nya itu tidak ada itu karna manusia yang tidak tahu sebenarnya ada tuhan karna tuhan yang awal ia penguasa segalanya
    Manusia tidak tahu bukan ber arti tidak ada ,tiba tiba ada itu namanya ke ajaiban 😁

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  20 дней назад +2

      "Terima kasih, Memang benar, dalam banyak tradisi keagamaan dan filosofi, Tuhan dipandang sebagai sumber dan awal dari segala sesuatu, sesuatu yang manusia sering kali tidak bisa sepenuhnya pahami dengan akal dan pengetahuan terbatas kita. Apa yang kita sebut sebagai 'keajaiban' mungkin adalah Tuhan bekerja yang belum sepenuhnya dimengerti oleh manusia.

  • @NaufalgzxdNaufalmsn
    @NaufalgzxdNaufalmsn 27 дней назад +9

    Allah SWT menciptakan alam semesta dari tidak ada menjadi ada

    • @yuliarahman7550
      @yuliarahman7550 27 дней назад +5

      betul sekali

    • @dwisetyo7
      @dwisetyo7 27 дней назад +7

      Science ingin memahami mekanisme nya secara rasional.

    • @stios6237
      @stios6237 27 дней назад +7

      Orang2 religius/beragama gak cocok nonton konten science. Semua temuan ilmuwan koq diklaim tuhannya yg bikin sedangkan nonton konten ini aja pake tehnologi digital yg mereka juga gak paham.

    • @gdebagus4128
      @gdebagus4128 27 дней назад +4

      Untuk apa?

    • @palagaisiala2356
      @palagaisiala2356 27 дней назад +4

      😂 si paling masjid

  • @Gbsalik-h7k
    @Gbsalik-h7k 16 дней назад +1

    Allah adalah yg awal dan yg akhir, yg lahir dan yg batin jadi alam semesta itu ada didalam Allah ruang dan waktu yg Allah sendiri, dulu, sekarang dan yg akan datang bagi Allah sama saja, kecil dan besar bagi Allah sama saja🙏 26:00

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  14 дней назад

      Itu adalah pandangan yang sangat mendalam dan penuh makna. Dengan memahami bahwa Allah adalah yang awal dan yang akhir, serta yang meliputi segala sesuatu, kita bisa melihat bahwa seluruh alam semesta ini ada dalam kekuasaan-Nya. Ruang dan waktu adalah ciptaan Allah, dan bagi-Nya, segala sesuatu, baik yang telah terjadi, sedang terjadi, atau akan terjadi, adalah sama. Tidak ada perbedaan antara besar atau kecil, dulu atau sekarang, karena semuanya ada dalam kehendak-Nya. Pandangan ini mengajarkan kita tentang kebesaran Allah dan betapa tak terbatasnya kekuasaan-Nya atas alam semesta.

  • @Gbsalik-h7k
    @Gbsalik-h7k 16 дней назад +1

    89
    ADA DAN TIADA PADA MANUSIA ITU BISA
    DISAMAKAN DENGAN KEGIATAN PERNAFASAN
    Pada saat manusia melakukan kegiatan
    pernafasan, manusia merasa tidak perlu
    berfikir lebih dahulu dan hampir semua
    manusia tidak menyadarinya. Manusia
    baru menyadari apabila dirinya merasa
    kesulitan untuk bernafas dan akan
    merasa lega bila bisa bernafas kembali.
    Apabila kegiatan bernafas dilakukan
    dengan secara sadar kemudian seseorang
    menahan nafas hingga batas kemampuan,
    maka bila hal ini dilakukan berulang
    akan ada sesuatu pengalaman yang baru
    yaitu pada saat menghembuskan nafas
    hingga batas kemampuan, yang terjadi
    keberadaan atau keakuan menjadi lemah
    kemudian sampai seolah mau hilang
    keberadaan atau keakuan kita lalu meng-
    hirup udara lagi dan keberadaan atau
    keakuan kita kembali lagi dan merasa
    lega. Bila kegiatan pernafasan yang
    disadari ini kita lakukan berulang-
    ulang lalu kita cermati maka kegiatan
    pernafasan ini menjadikan diri kita
    pada tataran antara ada dan tiada. Dan
    apabila dicermati lagi, maka pada saat
    kita menghembuskan nafas pelan-pelan
    sampai habis maka tubuh kita seolah
    mengembang seperti balon yang dipompa
    yang semakin membesar seolah mau
    meletus dan disini ada suatu keajaiban
    bahwa pada saat hembusan penghabisan
    ada perasaan ngeri dan takut tapi ada
    suatu yang maha besar sangat dahsyat
    didalam sana yaitu suatu alam
    lain yang menanti kita itulah alam saat
    seseorang mengalami kematian.

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  12 дней назад

      "Refleksi Anda tentang pernapasan sebagai metafora antara ada dan tiada benar-benar menggugah. Memang, dalam setiap hembusan napas, kita mengalami momen yang sangat mendalam-seolah-olah kita berada di antara dua dunia, dunia ini dan dunia yang akan datang. Pengalaman ini mengingatkan kita akan keajaiban hidup dan kematian, serta realitas yang lebih besar yang menanti kita. Terima kasih telah berbagi pandangan yang begitu dalam dan bermakna."

  • @Gbsalik-h7k
    @Gbsalik-h7k 7 дней назад +1

    143
    DULU AKU MERASAKAN BAHWA AKU SEBAGIAN
    DARI ALAM NAMUN SEKARANG
    ALAM ADALAH SEBAGIAN DARI PADAKU
    Sebagaimana yang telah kita ketahui
    bahwa alam semesta adalah ciptaan Allah
    yang kemudian dikenal dengan makro-
    kosmos, sedang manusia disebut alam
    kecil atau mikrokosmos. Apa yang ada
    dimakrokosmos ada juga pada manusia
    sebagai mikrokosmos. Jika kita melihat
    makrokosmos kita merasa sangat kecil
    dibandingan dengan besar dan luasnya
    makrokosmos dan kita sebagai mikro-
    kosmos merasa menjadi bagian dari
    makrokosmos. Allah menciptakan manusia
    terdiri dari dua unsur yaitu jasmani
    dan ruhani. Unsur-unsur jasmani sama
    dengan unsur-unsur yang terdapat pada
    alam semesta yaitu kebendaan, sedang
    unsur ruhani bersifat nurani dan tidak
    sama dengan unsur-unsur alam. Jika yang
    kita bangun atau yang kita perhatikan
    hanya unsur jasmani yaitu pangan,
    sandang dan papan maka kita masuk pada
    unsur alam dan akan terbawa pada hukum
    alam dan menjadi bagian dari alam.
    Sebaliknya jika yang kita bangun atau
    yang kita perhatikan unsur ruhani
    dengan Qonaah yaitu merasa cukup, tidak
    panjang angan-angan, tawakal, ridho
    dengan ketentuan Allah, berserah diri
    hanya kepada Allah dan dengan per
    tolongan Allah maka kita bisa keluar
    dari diri kita yang cenderung kepada
    unsur alam. Dan barang siapa yang sudah
    bisa keluar dari dirinya yang alami
    (mikrokosmos) maka diapun bisa keluar
    dari alam semesta yang merupakan
    makrokosmos dengan hukum-hukum yang ada
    pada makrokosmos yaitu hukum materi
    sehingga yang tadinya kita seolah
    bagian dari alam semesta, berbalik
    menjadi alam semesta adalah bagian dari
    pada kita, karena sisi kita yang nurani
    lebih baik dari yang meteri, dengan
    tetap bergantung pada pertolongan dari
    Allah.

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  2 дня назад

      Pandangan ini menggambarkan perjalanan spiritual manusia dalam memahami perannya di alam semesta, serta hubungan antara unsur jasmani dan ruhani. Dalam konsep ini, manusia tidak hanya bagian dari alam (makrokosmos), tetapi juga memiliki potensi untuk menguasai alam melalui kesadaran ruhani yang lebih tinggi.
      Pada awalnya, manusia merasa kecil dan hanya menjadi bagian dari alam semesta yang luas. Namun, dengan mendalami spiritualitas, khususnya dengan memperhatikan unsur ruhani-seperti tawakal, ridha, dan kesadaran akan ketentuan Allah-manusia dapat mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Kesadaran ini membawa manusia keluar dari keterikatan pada hukum-hukum materi, sehingga ia tidak lagi merasa sebagai bagian kecil dari alam, tetapi justru merasa bahwa alam semesta adalah bagian dari dirinya.
      Dalam pandangan ini, manusia dengan sisi ruhaninya yang lebih baik dari sisi materi memiliki keistimewaan untuk melampaui batas-batas fisik dan hukum-hukum alam. Namun, semua itu tidak lepas dari ketergantungan manusia pada pertolongan dan rahmat Allah. Alam yang sebelumnya menguasai manusia dalam pandangan materialis, kini menjadi sesuatu yang lebih kecil dalam pandangan spiritual yang lebih tinggi.
      Kesimpulannya, ketika manusia memperkuat aspek ruhaninya, ia mampu merasakan bahwa alam semesta adalah bagian dari dirinya, bukan sebaliknya, dan ini adalah pencapaian spiritual yang tinggi dengan pertolongan Allah SWT.

  • @kusmardiyantototok946
    @kusmardiyantototok946 2 дня назад +1

    Sebagai satu-satunya entitas yang pertama kali ada (al-awwal) sebelum ruang-waktu dan entitas lainnya ada tidak mungkin Allah subhanahu wa ta'ala (di dalam Al-Qur'an) dan Utusan-Nya (di dalam as-sunnah) tidak menceritakan asal usul alam semesta ini, sebagai mana fakta yang mungkin hanya diketahui Allah subhanahu wa ta'ala

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  2 дня назад

      Memang benar, sebagai satu-satunya entitas yang pertama kali ada, Allah SWT dalam Al-Qur'an dan melalui sabda Nabi-Nya telah memberikan petunjuk tentang asal usul alam semesta. Al-Qur'an mengisyaratkan tentang penciptaan langit dan bumi dari keadaan yang padu, kemudian dipisahkan oleh Allah (QS. Al-Anbiya: 30), yang oleh sebagian ilmuwan dikaitkan dengan teori Big Bang. Ini adalah fakta yang hanya diketahui oleh Allah SWT, dan wahyu-Nya memberi kita panduan untuk merenungkan asal-usul alam semesta dengan tetap mengakui keterbatasan akal manusia.
      Wallahu a'lam.

  • @Gbsalik-h7k
    @Gbsalik-h7k 16 дней назад +1

    Bagi kita alam semesta ada karena kita ada, kalau kita tidak ada alam semesta ya tidak ada.

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  2 дня назад

      Pernyataan ini mencerminkan gagasan bahwa alam semesta ada dalam kesadaran manusia, dan tanpa kesadaran tersebut, alam semesta mungkin tidak akan "ada" dalam pengertian yang bisa kita pahami. Pandangan ini memiliki kemiripan dengan prinsip antropik atau konsep dalam filsafat dan fisika kuantum yang menyatakan bahwa alam semesta dapat dipahami dan diukur hanya karena ada makhluk yang sadar untuk mengamati dan mengukurnya.
      Namun, dari perspektif sains, alam semesta tetap ada, terlepas dari ada atau tidaknya pengamat yang menyadarinya. Sementara dalam perspektif spiritual atau filosofis, ada yang percaya bahwa alam semesta dan manusia saling terhubung pada tingkat kesadaran yang lebih dalam.
      Dalam filsafat idealisme, misalnya, segala sesuatu yang ada merupakan hasil dari kesadaran. Jadi, alam semesta dianggap "ada" karena ada makhluk sadar yang mengalaminya. Namun, dalam pandangan materialisme, alam semesta tetap ada secara independen dari pengamat.

  • @alexyan7245
    @alexyan7245 18 дней назад +1

    mau tanya dong, big bang itu kan meledaknya suatu objek, lalu berpencarlah objek ledakan itu dengan kecepatan cahaya, ada yang menjadi bintang ada yang menjadi planet dll, lalu bintang seperti matahari misalnya membengkokan lembaran sehingga terciptalah orbit untuk bumi dll, pertanyaannya apakah lembaran itu sudah ada sebelum big bang atau ada bersamaan dengan ledakan objek big bang itu?

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  17 дней назад

      Pertanyaan yang Anda ajukan menyentuh konsep dasar kosmologi dan relativitas umum, terutama bagaimana ruang-waktu berhubungan dengan peristiwa Big Bang.
      Menurut teori Big Bang, bukan hanya materi yang "meledak" atau berpencar dari satu titik, tetapi juga ruang-waktu itu sendiri yang mulai mengembang. Sebelum Big Bang, konsep "ruang" seperti yang kita pahami sekarang tidak ada, sehingga tidak ada lembaran atau ruang yang bisa dibengkokkan oleh massa seperti bintang.
      Dalam konteks relativitas umum, ruang-waktu adalah suatu "lembaran" atau manifold yang bisa dibengkokkan oleh massa dan energi. Lembaran ruang-waktu ini muncul bersamaan dengan peristiwa Big Bang. Jadi, ruang-waktu yang membentuk lembaran-lembaran ini mulai ada dan mengembang bersama dengan alam semesta.
      Penjelasan lebih rinci:
      1. Sebelum Big Bang:
      - Menurut sebagian besar model kosmologi, tidak ada ruang atau waktu sebelum Big Bang. Teori Big Bang menggambarkan titik awal dari ruang dan waktu itu sendiri.
      - Konsep "sebelum" Big Bang menjadi sulit dipahami karena waktu itu sendiri baru dimulai saat Big Bang terjadi.
      2. Saat Big Bang:
      - Big Bang bukanlah ledakan di dalam ruang, melainkan ledakan dari ruang itu sendiri. Ketika Big Bang terjadi, ruang-waktu mulai mengembang, membawa materi dan energi bersamanya.
      3. Setelah Big Bang:
      - Ketika alam semesta mengembang dan mendingin, materi mulai berkumpul karena gravitasi, membentuk bintang, galaksi, dan struktur lainnya.
      - Bintang-bintang seperti Matahari membengkokkan ruang-waktu di sekitar mereka, menciptakan orbit untuk planet-planet sesuai dengan relativitas umum.
      Jadi, lembaran ruang-waktu itu ada bersamaan dengan Big Bang, dan terus berkembang seiring dengan ekspansi alam semesta.

  • @user-py8du7vc6l
    @user-py8du7vc6l 21 день назад +3

    laahh kata katanya ngikutin sisi terang cuma diubah ke suara google, beda nya ini nyuruh subcribe+ada opening nya

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  18 дней назад

      Terima kasih atas masukannya!
      Kami berusaha untuk membuat konten yang informatif dan menarik, dan memang mungkin ada beberapa kesamaan dalam penyampaian informasi dengan channel lain. Kami menggunakan AI untuk membantu menyampaikan materi dengan cara yang mudah dipahami, dan tentu saja, setiap channel memiliki gaya dan pendekatannya masing-masing.
      Jika ada saran atau feedback lebih lanjut, kami sangat menghargainya! Terima kasih telah menonton! 🙏

  • @mikharienmetalworks8498
    @mikharienmetalworks8498 25 дней назад +5

    Bahas daya beli masarakat yg lemah lebih bermanfaat daripada bahas big bang gak ada manfaatnya dan buang waktu.

    • @user-ro9uu6ih7m
      @user-ro9uu6ih7m 20 дней назад +3

      Miriss bnget komenya

    • @luthfisaifurrohman434
      @luthfisaifurrohman434 20 дней назад +4

      ​@@user-ro9uu6ih7m hahaha kadang suka mikir kok ada ya orang yang se-nyebelin itu 😂

    • @rianbudianarian4267
      @rianbudianarian4267 20 дней назад +2

      Anda saja mungkin yg harus membuat konten tersebut, siapa tau viewnya banyak

    • @teguhteguh7296
      @teguhteguh7296 20 дней назад +1

      Diam lebih bermanfaat dari pada koment kya gitu bang 😂

    • @ihwanrosid6232
      @ihwanrosid6232 18 дней назад +1

      Jika semua manusia cara berpikir nya seperti Kamu...mungkin manusia moderen saat ini masih Berburu babi hutan dan Tinggal di hutan.....😅😂😂

  • @budisetiawan1168
    @budisetiawan1168 24 дня назад +4

    Usul, yg narasi orang beneran aja jd ngmgnya gk aneh n lafal bhs inggrisnya benar

  • @bambangsumajudin8763
    @bambangsumajudin8763 16 дней назад

    Ga ada info yg menarik SEBELUM BIG BANG yg dijelaskan dlm video ini .

    • @kisah_edukasi
      @kisah_edukasi  16 дней назад

      Terima kasih atas feedback-nya! Memang, informasi tentang apa yang terjadi sebelum Big Bang adalah salah satu misteri terbesar dalam kosmologi, dan sains saat ini masih terbatas dalam memberikan jawaban yang pasti. Video ini lebih fokus pada konsep-konsep yang sudah ada dalam teori ilmiah, tetapi kami terus berupaya untuk memperdalam pembahasan di masa mendatang.
      Jika ada aspek tertentu yang ingin kami bahas lebih lanjut, jangan ragu untuk berbagi. Kami sangat menghargai masukan dari penonton untuk terus meningkatkan kualitas konten kami. Stay tuned untuk video-video berikutnya yang mungkin bisa menjawab pertanyaan ini lebih mendalam!