Assalamu'alaikum... Salam rahayu... Semangat terus berkreasi, semoga informasinya berguna bagi kita semua Salam budaya Salam LIKE & SUBSCRIBE matur sembah nuwun 🙏🙏🙏
BLAMBANGAN GAGAL DI ISLAMKAN ===== Islam di Bumi Blambangan Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai sentimen etnis dan religius yang merebak di tengah-tengah rakyat Blambangan, penting rasanya melihat sejarah Blambangan abad ke-16, ketika rakyat di kawasan ini berkenalan dengan Islam dan Kristen untuk pertama kalinya. Ini merupakan epos yang merekam perubahan dramatis dalam kehidupan politik dan kultural Jawa. Pada tahun 1530-an, Kerajaan Majapahit runtuh. Di pesisir laut utara Jawa, Demak, kerajaan Islam pertama di pulau tersebut, didirikan pada 1513. Sepuluh tahun kemudian, daerah bekas kekuasaan Majapahit berhasil diislamkan, setidaknya secara nominal. Tuban dan Kediri menerima Islam pada tahun 1527 sementara Surabaya tiga tahun berikutnya. Dengan keruntuhan Majapahit, Blambangan menjadi satu-satunya kerajaan Hindu di Jawa. Ketika kerajaan Majapahit runtuh, sebagian besar para pemeluk Hindu yang paling taat di bekas wilayah Majapahit berpindah ke timur, ke kawasankawasan seperti Pasuruan, Panarukan, Blambangan, dan Bali. Pada tahun 1545, Demak mengislamkan Panarukan dengan kekuatan militer, namun upaya untuk mengislamkan Blambangan gagal. Babad Blambangan mendeskripsikan bagaimana, pada masa kekuasaan Santa Guna (sekitar 1575), seorang Arab Muslim, Sayid Ishak atau Seh Walilanang, tiba di Blambangan melalui Ampeldenta (Surabaya). Tujuan utama Syekh ini adalah mengislamkan Raja Blambangan. Kebetulan anak perempuan raja, yang menderita sakit parah, dapat disembuhkan oleh Syekh Walilanang. Sebagai imbalannya, Raja pun menikahkan ulama tersebut dengan putrinya. Ini dilakukan karena sejauh ini ia menolak keras untuk memeluk Islam. Karena sangat kecewa, Syekh Walilanang pergi dari Blambangan dan meninggalkan istrinya yang tengah hamil. Setelah kepergiannya, epidemic menyerang seluruh wilayah kerajaan. Bertepatan dengan itu, istri Syekh Walilanang melahirkan, namun sang raja menghanyutkan bayi itu di lautan untuk menyelamatkannya dari serangan wabah. Untunglah, sang bayi berhasil diselamatkan dan dibesarkan oleh Nyai Gede Penatih, janda kaya dari Ki Samboja, seorang pemuka agama Blambangan yang diusir dari kerajaan tersebut. Kemudian, bayi ini dikenal sebagai Raden Paku atau Sunan Giri, seorang wali dan salah satu dari sembilan wali terkenal yang dipercaya menyebarkan Islam di Jawa. Kronik Jawa Tengah, Serat Kanda, dan Babad Tanah Jawi yang menceritakan proses Islamisasi Blambangan, menduga bahwa kedatangan Syekh Walilanang terjadi jauh sebelum itu, yaitu pada masa pemerintahan Menak Dadaliputih yang konon merupakan anak dari Bhre Wirabumi. Versi ini juga menyebutkan bahwa Syekh Walilanang gagal mengajak sang Raja untuk memeluk Islam, dan bahwa sang Raja sebenarnya ingin mengeksekusinya. Untuk menyelamatkan diri, Syekh Walilanang lari dari Blambangan meninggalkan istrinya yang tengah hamil. Ketika lahir, bayi itu dihanyutkan di laut karena Raja menolak membesarkan anak yang ayahnya Muslim. Agaknya kedua sumber ini ditulis oleh penulis Muslim (pujangga). Kata "epidemi" atau "wabah" tampaknya digunakan sebagai simbol. Kata ini merupakan analogi dari kepercayaan lama Blambangan, Hindu. Hilangnya epidemi setelah kedatangan Syekh Walilanang merupakan tanda bahwa ia berhasil mengislamkan rakyat Blambangan. Dalam versi-versi ini sang ulama mengajak putri raja untuk memeluk Islam namun ia gagal meyakinkan raja. Epidemi yang kembali merajalela ketika ia meninggalkan Blambangan dapat ditafsirkan sebagai kembalinya rakyat Blambangan kepada kepercayaan lama mereka. Penghanyutan bayi menjadi simbol oposisi terhadap elemen Islam. Sekali lagi, simbolisme digunakan oleh penulis Babad Blambangan untuk menggambarkan perlawanan terhadap proses Islamisasi. Sekitar tahun 1570-an, setelah beberapa dekade berada di bawah kekuasaan Bali, Blambangan kembali dikuasai oleh dinasti Lembu Miruda. Nama dari penguasa baru ini adalah Santa Guna atau Menak Cablang. Ia adalah anak Menak Cucu dari Candi Bang, saudara dari Menak Pentor. Pada tahun 1575, Panarukan diduduki oleh orang-orang Muslim (kemungkinan dari Surabaya), namun kemudian direbut kembali oleh Raja Santaguna. Pada 1584, ketika para pedagang Portugis tiba di Panarukan, mereka diizinkan oleh Santaguna untuk membeli budak untuk dibawa ke Malaka. Sebuah pemukiman Portugis didirikan di Panarukan. Capucijn bahkan mernerintahkan untuk membangun sebuah gereja dan kompleks peribadatan Kristen. Lima tahun kemudian, empat misionaris Portugis tiba untuk mengelola tempat ini. Putra Mahkota Blambangan beralih memeluk Kristen, namun ia terkena peakonit campak dan meninggal dunia. Para misionaris Portugis ini juga berhasil mengkristenkan seorang pemuka agama Hindu Blambangan, yang kemudian menumbuhkan sentimen perlawanan Hindu sehingga salah satu pendeta Portugis terbunuh. Pada tahun 1587, Pasuruan, wilayah Blambangan paling barat, dikuasai oleh Senapati Mataram. Pada 1588 anak Santaguna naik tahta setelah ayahnya turun tahta. Pada 1596-1597, perang berkecamuk antara Blambangan dan Pasuruan. Dalam jurnalnya (2 April 1595-13 Juni 1597), seorang anggota armada pertama Belanda yang mengunjungi kepulauan Nusantara, Frank der Does, menulis bahwa ia diberitahu oleh seorang bangsawan Blambangan, bahwa Bupati Pasuruan melamar putri Raja Blambangan (pada saat itu Thomas Cavendish berada di sana). Sang Raja menerima lamaran tersebut, namun setelah malam pertama, sang Putri Blambangan dibunuh oleh suaminya sendiri. Inilah yang menjadi penyebab pecahnya perang antara kedua belah pihak. Dalam jurnalnya, Van der Does mengatakan bahwa pembunuhan Putri Blambangan terjadi karena ia menolak memeluk Islam. Perang ini juga dicatat dalam buku laporan perjalanan harian armada Belanda pertama ke Hindia Timur (1595-1597). 3 Catatan tersebut melaporkan bahwa Belanda tiba di Blambangan pada 17 Januari 1597, namun mereka tidak bisa memperoleh apapun karena selama tiga bulan tempat itu dikepung oleh sekitar 8000 prajurit Pasuruan. Ketika Blambangan meminta bantuan Raja Gelgel (Klungkung) Bali, Lombok, dan Sumbawa, permintaan bantuan militer tersebut tidak direspons sehingga sang Raja harus mengulangi permintaannya, kali ini dengan janji pemberian upeti tahunan dan penyerahan otonominya. Kapal Belanda berpapasan dengan tentara Bali yang berkumpul di Gilimanuk. Jalur' laut ke Blambangan diblokir. Di Bali (Lolosan, Jembrana, Kuta, dan Badung) Belanda juga gagal mendapatkan perbekalan dan air bersih karena perhatian rakyat Bali tersita oleh persiapan misi ekspedisi 20.000 prajurit untuk menyelamatkan Blambangan dari kepungan pasukan Muslim. Pada saat perang berkecamuk, koloni Portugis di Panarukan dihancurkan dan pada 1599 seluruh misionaris Portugis harus meninggalkan Blambangan. Perang berakhir dengan kehancuran Blambangan oleh Bali, yang kemudian diikuti oleh runtuhnya kerajaan tersebut pada 1597. Seluruh keluarga kerajaan dipenggal, dan orang Bali, Mas Kriyan, merebut kekuasaan di Blambangan. Hingga paruh pertama abad ke-18, Blambangan tidak berhasil di ISLAMKAN atau di KRISTENKAN, meski pernah diduduki oleh Mataram antara tahun 1625-1636. Utusan Belanda yang mengunjungi Blambangan pada 1691 dan kemudian pada 1736 menyaksikan bahwa dua raja terkuat Blambangan, Tawangalun dan Danureja, tetap beragama Hindu. Pigeaud, dengan merujuk pada laporan-laporan mereka, menulis: Berdasar laporan-laporan para pengelana Belanda, dapat dikatakan bahwa tubuh Tawangalun, yang menjadi Susuhunan dan tubuh Pangeran Danureja dikremasi setelah kematian mereka pada tahun 1679 dan 1736. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa raja-raja keturunan Tawangalun ini tidak memeluk agama Islam. Pengaruh Islam dalam keluarga kerajaan Blambangan mulai kentara pada masa kekuasaan Pangeran Adipati Danuningrat atau Pangeran Pati (1736-1764). Sumber-sumber lokal dan Belanda menyebut Danuningrat tetap beragama Hindu. Gezaghebber Breton mengamati bahwa ketika ia bertemu Danuningrat di Pasuruan pada tahun 1763, Raja Blambangan itu tidak memakan daging sapi yang merupakan pantangan dalam agama Hindu, namun ia memiliki seorang penasihat Muslim. Kemungkinan, setelah tinggal selama beberapa minggu di Pasuruan dan beberapa bulan di Lumajang, ia diperkenalkan lebih dekat pada ajaran Islam karena para penguasa di kedua tempat tersebut adalah Muslim. Hanya ada satu bukti yang secara eksplisit mengatakan bahwa Danuningrat telah memeluk Islam sebelum pengasingannya ke Bali. Artifak-artifak historis yang ditemukan di Seseh (Bali) menyatakan, bahwa Danuningrat telah memeluk Islam atau setidaknya para pemeluk Hindu setempat menganggapnya sebagai seorang Muslim. Lazim diterima bahwa makamnya di Seseh merupakan sebuah kuburan Islam, karena tubuhnya dikubur bukan dikremasi Petunjuk-petunjuk pengaruh Islam di antara para elit istana Blambangan dapat juga ditemukan dalam sumber-sumber lokal, seperti dalam kasus Pangeran Wilis, saudara tiri Danuningrat. Dalam Babad Blambangan disebutkan bahwa selama masa pelarian ke Pesisir Manis, Wilis membaca teks Islam berbahasa Jawa, Suluk Sudarsih. Pigeaud yang meneliti kronik ini memberikan interpretasi yang sama. Ia mengatakan bahwa kemungkinan Danuningrat dan saudaranya, Wilis, telah memeluk Islam, atau setidaknya dilihat demikian oleh orang lain. Pigeaud juga meyakini bahwa pembuangan Danuningrat merupakan balasan atas upayanya mengajukan tawaran kepada Kompeni, yang dikenal sebagai sekutu dan pelindung Raja Jawa Tengah dan memiliki kebijakan lunak terhadap Islam. (SUMBER dari Buku PEREBUTAN HEGOMONI BLAMBANGAN - Sri Margana) 🙏🙏🙏
Assalamualaikum mas,,Salam santun dr sy pribadi di Tangerang Banten,, Alhamdulillah berkat penelusuran nya sy pribadi Jd tahu keberadaan makam Bliau di Banyuwangi,,Moga barokah n sukses slalu
Beda tempat beda sejarah mas, sebenarnya yang di Banyuwangi itu ada juga yang menyebutnya petilasan. Untuk maqam Dewi Sekardadu yang asli masih simpang siur letaknya dimana, karena banyak sekali petilasannya.
Nggeh dulur 🙏 Berdasarkan literatur yg saya baca memang Mak Dewi sesar dadu ada di tempat2 yg jnengan sebutkan itu, cuma asalnya Dewi Sekardadu iku Soko Blambangan, lan akhire hijrah ndek gersik iku. . kurang lebihnya seperti itu 🙏
Mohon ma,af Syeh maulana ishaq insya Allah kalau saya gak keliru bukan Santri Sunan Ampel, seperti yg disampaikan di konten ini, tetapi kalau putra Syeh maulana ishaq yaitu Sunan giri ( joko samudra / R. Paku / Ainul Yakin ) Santri Sunan Ampel.
Tolong belajar sejarah lebih mendalam min, di deskripsi dewi Sekardadu cucu prabu menak sembuyu. 🙏🙏 Itu salah. Yg benar putrinya. Cucunya Sunan giri, ( joko samudra, raden paku ) mungkin salah ketik
putri sekardadu adalah putri raja belambangan(prabu minak sembuyu)bukan cucu sang prabu.dakwah syaeh maulana ishaq di wilayah blambangan hampir gagal karena hasutan patih dari prabu minak sembuyu,yaitu patih bajul segara.yaitu krna ajaran islam melarang makan babi,minum tuak,dan berjudi.dimana ketiga hal tsb merupakan kegermaran orang2zaman dahulu.krna demi menghindari pertumpahan darah,Syekh maulana ishaq lbh memilih pergi dari belambangan dengan meninggalkan dewi sekardadu yang sedang mengandung anak dari syekh maulana ishaq.setelah si bayi lahir,hasutan patih bajul segara masih terus berlanjut.hingga membuat sang prabu dengan sedih dan berat hati terpaksa meembuang bayi laki2cucunya kelaut dalam sebuah peti krna menurut hasutan patih bajul segara,Bayi laki2tsb akan membahayakan kerajaan.ketika di tengah laut,peti tersebut di tabrak oleh kapal dagang dari gresik.anehnya,kapa tersebut tidak hisa melaju seakan terhambat oleh peti berisi bayi tsb.hingga sang kapten yg bernama abu hurairoh mengangkat peti tersebut.dan bayi tsb di bawa hingga ke gresik dan di serahkan kepada juragan kapten kapal tsb yg bernama Nyi ageng kinasih.oleh saudagar tsb bayi itu di namai Joko samudro(karna di temukan di tengah laut).ketika muda,joko samudro belajar pada sunan ampel di daerah ampel.hingga di gelari Raden paku.kemudian raden paku mendirikan padepokan di daerah giri.hingga ketika di angkat jd anggota walisongo di gelari sunan giri.
Mantap critanya detil
Bagus
Mantab
Trimakasih.
Alhamdulillah, Maturnuwun buat kontennya...ini yg sy cari, Maturnuwun 🙏💪
Mantap Trim. S info nya om.. Religius..
Salam dari serang banten 🙏
Kai apik isun bangga dadi lare oseng_
Matur kesuwon dulur
Lanjutkan tetua dedi
Siap
Hadir Salam teko dulur GROGOL GIRI ☝️
Alhamndulillah dekat rumah saya
Makam buyutika
@@rofiqohfiqoh1745 terimakasih kak 🙏
Juos master
Ok
Mantapz bos..
Lnjutkn lort ditunggu konten yg sejarah laenya biar bernfaat..
Siap
Mantappp
Sip mantap wenjong enak gurih pokoe endul tak kendul uhuuuuuuuuy
Wkakakak 😂
Sejarah melenceng
Yallh
Subhanallahh
Masya Allah stadz....👍🏻👍🏻👍🏻
Mantaaap
Makasih lur
Bismillah
MasyaAllah
Lahaulawalaquawwata illabillahilaliyuladhim.
Lanjut kang Dadik
Assalamu'alaikum...
Salam rahayu...
Semangat terus berkreasi, semoga informasinya berguna bagi kita semua
Salam budaya
Salam LIKE & SUBSCRIBE
matur sembah nuwun 🙏🙏🙏
Salam kenal kang
Sukses selalu kang
Betul2 mantap,luarbiasa..di tunggu vidio brikut mnya
Terimakasih 🙏
Ikai hang sun demenai👍👍👍
Lanjut
Matur kesuwon dulur ..
Dungokno sukses..
Sangat setuju ada sejarah waliyullah beserta juriyatnya semakin melebar tayang the best
Wahh mau gantiiin mr. Tukul jalan" nih..wkwkwk
Wkakaka doanya aja pak ..smoga sukses 🙏
BLAMBANGAN GAGAL DI ISLAMKAN
=====
Islam di Bumi Blambangan
Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai sentimen etnis dan religius yang merebak di tengah-tengah rakyat Blambangan, penting rasanya melihat sejarah Blambangan abad ke-16, ketika rakyat di kawasan ini berkenalan dengan Islam dan Kristen untuk pertama kalinya. Ini merupakan epos yang merekam perubahan dramatis dalam kehidupan politik dan kultural Jawa.
Pada tahun 1530-an, Kerajaan Majapahit runtuh. Di pesisir laut utara Jawa, Demak, kerajaan Islam pertama di pulau tersebut, didirikan pada 1513. Sepuluh tahun kemudian, daerah bekas kekuasaan Majapahit berhasil diislamkan, setidaknya secara nominal. Tuban dan Kediri menerima Islam pada tahun 1527 sementara Surabaya tiga tahun berikutnya. Dengan keruntuhan Majapahit, Blambangan menjadi satu-satunya kerajaan Hindu di Jawa.
Ketika kerajaan Majapahit runtuh, sebagian besar para pemeluk Hindu yang paling taat di bekas wilayah Majapahit berpindah ke timur, ke kawasankawasan seperti Pasuruan, Panarukan, Blambangan, dan Bali.
Pada tahun 1545, Demak mengislamkan Panarukan dengan kekuatan militer, namun upaya untuk mengislamkan Blambangan gagal.
Babad Blambangan mendeskripsikan bagaimana, pada masa kekuasaan Santa Guna (sekitar 1575), seorang Arab Muslim, Sayid Ishak atau Seh Walilanang, tiba di Blambangan melalui Ampeldenta (Surabaya). Tujuan utama Syekh ini adalah mengislamkan Raja Blambangan. Kebetulan anak perempuan raja, yang menderita sakit parah, dapat disembuhkan oleh Syekh Walilanang.
Sebagai imbalannya, Raja pun menikahkan ulama tersebut dengan putrinya. Ini dilakukan karena sejauh ini ia menolak keras untuk memeluk Islam. Karena sangat kecewa, Syekh Walilanang pergi dari Blambangan dan meninggalkan istrinya yang tengah hamil.
Setelah kepergiannya, epidemic menyerang seluruh wilayah kerajaan. Bertepatan dengan itu, istri Syekh Walilanang melahirkan, namun sang raja menghanyutkan bayi itu di lautan untuk menyelamatkannya dari serangan wabah.
Untunglah, sang bayi berhasil diselamatkan dan dibesarkan oleh Nyai Gede Penatih, janda kaya dari Ki Samboja, seorang pemuka agama Blambangan yang diusir dari kerajaan tersebut.
Kemudian, bayi ini dikenal sebagai Raden Paku atau Sunan Giri, seorang wali dan salah satu dari sembilan wali terkenal yang dipercaya menyebarkan Islam di Jawa.
Kronik Jawa Tengah, Serat Kanda, dan Babad Tanah Jawi yang menceritakan proses Islamisasi Blambangan, menduga bahwa kedatangan Syekh Walilanang terjadi jauh sebelum itu, yaitu pada masa pemerintahan Menak Dadaliputih yang konon merupakan anak dari Bhre Wirabumi.
Versi ini juga menyebutkan bahwa Syekh Walilanang gagal mengajak sang Raja untuk memeluk Islam, dan bahwa sang Raja sebenarnya ingin mengeksekusinya.
Untuk menyelamatkan diri, Syekh Walilanang lari dari Blambangan meninggalkan istrinya yang tengah hamil. Ketika lahir, bayi itu dihanyutkan di laut karena Raja menolak membesarkan anak yang ayahnya Muslim.
Agaknya kedua sumber ini ditulis oleh penulis Muslim (pujangga). Kata "epidemi" atau "wabah" tampaknya digunakan sebagai simbol.
Kata ini merupakan analogi dari kepercayaan lama Blambangan, Hindu.
Hilangnya epidemi setelah kedatangan Syekh Walilanang merupakan tanda bahwa ia berhasil mengislamkan rakyat Blambangan.
Dalam versi-versi ini sang ulama mengajak putri raja untuk memeluk Islam namun ia gagal meyakinkan raja. Epidemi yang kembali merajalela ketika ia meninggalkan Blambangan dapat ditafsirkan sebagai kembalinya rakyat Blambangan kepada kepercayaan lama mereka.
Penghanyutan bayi menjadi simbol oposisi terhadap elemen Islam.
Sekali lagi, simbolisme digunakan oleh penulis Babad Blambangan untuk menggambarkan perlawanan terhadap proses Islamisasi.
Sekitar tahun 1570-an, setelah beberapa dekade berada di bawah kekuasaan Bali, Blambangan kembali dikuasai oleh dinasti Lembu Miruda.
Nama dari penguasa baru ini adalah Santa Guna atau Menak Cablang. Ia adalah anak Menak Cucu dari Candi Bang, saudara dari Menak Pentor.
Pada tahun 1575, Panarukan diduduki oleh orang-orang Muslim (kemungkinan dari Surabaya), namun kemudian direbut kembali oleh Raja Santaguna.
Pada 1584, ketika para pedagang Portugis tiba di Panarukan, mereka diizinkan oleh Santaguna untuk membeli budak untuk dibawa ke Malaka.
Sebuah pemukiman Portugis didirikan di Panarukan. Capucijn bahkan mernerintahkan untuk membangun sebuah gereja dan kompleks peribadatan Kristen.
Lima tahun kemudian, empat misionaris Portugis tiba untuk mengelola tempat ini.
Putra Mahkota Blambangan beralih memeluk Kristen, namun ia terkena peakonit campak dan meninggal dunia. Para misionaris Portugis ini juga berhasil mengkristenkan seorang pemuka agama Hindu Blambangan, yang kemudian menumbuhkan sentimen perlawanan Hindu sehingga salah satu pendeta Portugis terbunuh.
Pada tahun 1587, Pasuruan, wilayah Blambangan paling barat, dikuasai oleh Senapati Mataram. Pada 1588 anak Santaguna naik tahta setelah ayahnya turun tahta. Pada 1596-1597, perang berkecamuk antara Blambangan dan Pasuruan. Dalam jurnalnya (2 April 1595-13 Juni 1597), seorang anggota armada pertama Belanda yang mengunjungi kepulauan Nusantara, Frank der Does, menulis bahwa ia diberitahu oleh seorang bangsawan Blambangan, bahwa Bupati Pasuruan melamar putri Raja Blambangan (pada saat itu Thomas Cavendish berada di sana). Sang Raja menerima lamaran tersebut, namun setelah malam pertama, sang Putri Blambangan dibunuh oleh suaminya sendiri.
Inilah yang menjadi penyebab pecahnya perang antara kedua belah pihak. Dalam jurnalnya, Van der Does mengatakan bahwa pembunuhan Putri Blambangan terjadi karena ia menolak memeluk Islam. Perang ini juga dicatat dalam buku laporan perjalanan harian armada Belanda pertama ke Hindia Timur (1595-1597).
3 Catatan tersebut melaporkan bahwa Belanda tiba di Blambangan pada 17 Januari 1597, namun mereka tidak bisa memperoleh apapun karena selama tiga bulan tempat itu dikepung oleh sekitar 8000 prajurit Pasuruan. Ketika Blambangan meminta bantuan Raja Gelgel (Klungkung) Bali, Lombok, dan Sumbawa, permintaan bantuan militer tersebut tidak direspons sehingga sang Raja harus mengulangi permintaannya, kali ini dengan janji pemberian upeti tahunan dan penyerahan otonominya.
Kapal Belanda berpapasan dengan tentara Bali yang berkumpul di Gilimanuk. Jalur' laut ke Blambangan diblokir.
Di Bali (Lolosan, Jembrana, Kuta, dan Badung) Belanda juga gagal mendapatkan perbekalan dan air bersih karena perhatian rakyat Bali tersita oleh persiapan misi ekspedisi 20.000 prajurit untuk menyelamatkan Blambangan dari kepungan pasukan Muslim.
Pada saat perang berkecamuk, koloni Portugis di Panarukan dihancurkan dan pada 1599 seluruh misionaris Portugis harus meninggalkan Blambangan. Perang berakhir dengan kehancuran Blambangan oleh Bali, yang kemudian diikuti oleh runtuhnya kerajaan tersebut pada 1597.
Seluruh keluarga kerajaan dipenggal, dan orang Bali, Mas Kriyan, merebut kekuasaan di Blambangan.
Hingga paruh pertama abad ke-18, Blambangan tidak berhasil di ISLAMKAN atau di KRISTENKAN, meski pernah diduduki oleh Mataram antara tahun 1625-1636.
Utusan Belanda yang mengunjungi Blambangan pada 1691 dan kemudian pada 1736 menyaksikan bahwa dua raja terkuat Blambangan, Tawangalun dan Danureja, tetap beragama Hindu.
Pigeaud, dengan merujuk pada laporan-laporan mereka, menulis:
Berdasar laporan-laporan para pengelana Belanda, dapat dikatakan bahwa tubuh Tawangalun, yang menjadi Susuhunan dan tubuh Pangeran Danureja dikremasi setelah kematian mereka pada tahun 1679 dan 1736.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa raja-raja keturunan Tawangalun ini tidak memeluk agama Islam.
Pengaruh Islam dalam keluarga kerajaan Blambangan mulai kentara pada masa kekuasaan Pangeran Adipati Danuningrat atau Pangeran Pati (1736-1764). Sumber-sumber lokal dan Belanda menyebut Danuningrat tetap beragama Hindu. Gezaghebber Breton mengamati bahwa ketika ia bertemu Danuningrat di Pasuruan pada tahun 1763, Raja Blambangan itu tidak memakan daging sapi yang merupakan pantangan dalam agama Hindu, namun ia memiliki seorang penasihat Muslim. Kemungkinan, setelah tinggal selama beberapa minggu di Pasuruan dan beberapa bulan di Lumajang, ia diperkenalkan lebih dekat pada ajaran Islam karena para penguasa di kedua tempat tersebut adalah Muslim.
Hanya ada satu bukti yang secara eksplisit mengatakan bahwa Danuningrat telah memeluk Islam sebelum pengasingannya ke Bali. Artifak-artifak historis yang ditemukan di Seseh (Bali) menyatakan, bahwa Danuningrat telah memeluk Islam atau setidaknya para pemeluk Hindu setempat menganggapnya sebagai seorang Muslim.
Lazim diterima bahwa makamnya di Seseh merupakan sebuah kuburan Islam, karena tubuhnya dikubur bukan dikremasi
Petunjuk-petunjuk pengaruh Islam di antara para elit istana Blambangan dapat juga ditemukan dalam sumber-sumber lokal, seperti dalam kasus Pangeran Wilis, saudara tiri Danuningrat. Dalam Babad Blambangan disebutkan bahwa selama masa pelarian ke Pesisir Manis, Wilis membaca teks Islam berbahasa Jawa, Suluk Sudarsih.
Pigeaud yang meneliti kronik ini memberikan interpretasi yang sama. Ia mengatakan bahwa kemungkinan Danuningrat dan saudaranya, Wilis, telah memeluk Islam, atau setidaknya dilihat demikian oleh orang lain. Pigeaud juga meyakini bahwa pembuangan Danuningrat merupakan balasan atas upayanya mengajukan tawaran kepada Kompeni, yang dikenal sebagai sekutu dan pelindung Raja Jawa Tengah dan memiliki kebijakan lunak terhadap Islam.
(SUMBER dari Buku PEREBUTAN HEGOMONI BLAMBANGAN - Sri Margana)
🙏🙏🙏
Terimakasih cak atas tambahan ilmu dan wawasannya. 🙏🙏❤️❤️
Keren bang kisahnya👍
Sangat bermanfaat om mantap.
Terimakasih 🙏
Aku ingin tau sejarah banyuwangi
Ditonton yang berjudul kerajaan Blambangan. Disitu ada sangkut pautnya
Naah...yg kayak gini patut kita share supaya generasi muda lebih tertarik dg sejarah para leluhurnya...lanjutkan
Siap
Nice,tingkatkan lagi
Siap
Mantap menambah wawasan kita,semangat
Siap ..👍
Sejarahwangsasailendrahinggaperangpadli
Subhanallah lanjutkan cak dedi mantab
Siap
Mantab ustadz 👍🙏
Maturnuwon 🙏
Lanjutkan dek dedi semangat
Siap 🙏
Suarane mistis tp mantap
Rabo ya
@@osingcreator3799 kmna
@@massamsi syuting
Mantap...
Sangat bermanfaat 👍
Mantap mas ...
Lanjutkan
Maturnuwon mas..
Siap ..
Keren kontennya
Matursuwon 🙏
Request, petilasan mbah daeng wkwkwkw🙏
Olong kang sabar, mariki mrunu wkakak 😂😂
@@osingcreator3799 siap di tunggu vidio selanjutnya wkwkwk
@@kangheruofficial2640 woke
Hadir bang sukses selalu....
Terimakasih 🙏
Assalamualaikum mas,,Salam santun dr sy pribadi di Tangerang Banten,, Alhamdulillah berkat penelusuran nya sy pribadi Jd tahu keberadaan makam Bliau di Banyuwangi,,Moga barokah n sukses slalu
Beda tempat beda sejarah mas, sebenarnya yang di Banyuwangi itu ada juga yang menyebutnya petilasan. Untuk maqam Dewi Sekardadu yang asli masih simpang siur letaknya dimana, karena banyak sekali petilasannya.
Lanjutkan bang dedi
Keren banget!!! Ditunggu karya-karya selanjutnya 👌👌
Siap
Mana bos dedi karya selanjutnya
Lanjutkan ustadz..kupas terus sejarah" yg ada d Banyuwangi
Siap lurr 🙏
Semangat lur
Mantab mas bro, semoga sukses iya
Amin ..
Sama'' mas bro
@@gojrikchannel7461 woke
@@osingcreator3799 iya mas bro
Riwayat Jaya pra adanya layanan sari ke bali dan ke jawa tengah di kawal raden kuda merta dan cakradara
Luar biasa mas.... lanjutkan....
Eson arek gresik.nok Gresik Yo onok makam Dewi Sekardadu ada 2.di Sidoarjo Yo onok🙏.di Lamongan Yo onok
Nggeh dulur 🙏
Berdasarkan literatur yg saya baca memang Mak Dewi sesar dadu ada di tempat2 yg jnengan sebutkan itu, cuma asalnya Dewi Sekardadu iku Soko Blambangan, lan akhire hijrah ndek gersik iku. . kurang lebihnya seperti itu 🙏
@@osingcreator3799 kira2.yg asli di Gresik apa Sidoarjo ya
@@AminAmin-tb4yv kalau maqamnya masih simpang siur.. itu semua hanyalah petilasan
@@osingcreator3799 👍.eson duwe konco Nok kemiren
@@AminAmin-tb4yv mantap lur 👍
Siiip semoga perjuangan di rahmati oleh Allah swt
Amin
lanjutan bos Dedi semoga barokah
Asiap ..dungone lurr 👍🙏
Di tunggu sejarah berikutnya yang ada di bwi mas
Siap saudara 👍👍🙏
Mantab nonton ginian tengah malam 🤣🤣🤣
Terimakasih 🙏
Prabusuryohadiwijoyojadigurubismo
Banyuwangi banyak menyimpan rahasia sejarah awal blambangan
Ojo lali kang sejarah banyuwangai🤣🤣🤣
Siap siap 😀👍👍
Byek isun seng tau mrunu mageh
Bareng
Mohon ma,af Syeh maulana ishaq insya Allah kalau saya gak keliru bukan Santri Sunan Ampel, seperti yg disampaikan di konten ini, tetapi kalau putra Syeh maulana ishaq yaitu Sunan giri ( joko samudra / R. Paku / Ainul Yakin ) Santri Sunan Ampel.
Tolong belajar sejarah lebih mendalam min, di deskripsi dewi Sekardadu cucu prabu menak sembuyu. 🙏🙏 Itu salah. Yg benar putrinya. Cucunya Sunan giri, ( joko samudra, raden paku ) mungkin salah ketik
PadapendidikanygditerbitkanolehkihajardewantoroputraputrablambanganjDirajAbesardikediridanmajapaitsetelahditerjangbanjirbandangselama25thwAktukerajaanmasihbernanatoyoarum
👍👍
putri sekardadu adalah putri raja belambangan(prabu minak sembuyu)bukan cucu sang prabu.dakwah syaeh maulana ishaq di wilayah blambangan hampir gagal karena hasutan patih dari prabu minak sembuyu,yaitu patih bajul segara.yaitu krna ajaran islam melarang makan babi,minum tuak,dan berjudi.dimana ketiga hal tsb merupakan kegermaran orang2zaman dahulu.krna demi menghindari pertumpahan darah,Syekh maulana ishaq lbh memilih pergi dari belambangan dengan meninggalkan dewi sekardadu yang sedang mengandung anak dari syekh maulana ishaq.setelah si bayi lahir,hasutan patih bajul segara masih terus berlanjut.hingga membuat sang prabu dengan sedih dan berat hati terpaksa meembuang bayi laki2cucunya kelaut dalam sebuah peti krna menurut hasutan patih bajul segara,Bayi laki2tsb akan membahayakan kerajaan.ketika di tengah laut,peti tersebut di tabrak oleh kapal dagang dari gresik.anehnya,kapa tersebut tidak hisa melaju seakan terhambat oleh peti berisi bayi tsb.hingga sang kapten yg bernama abu hurairoh mengangkat peti tersebut.dan bayi tsb di bawa hingga ke gresik dan di serahkan kepada juragan kapten kapal tsb yg bernama Nyi ageng kinasih.oleh saudagar tsb bayi itu di namai Joko samudro(karna di temukan di tengah laut).ketika muda,joko samudro belajar pada sunan ampel di daerah ampel.hingga di gelari Raden paku.kemudian raden paku mendirikan padepokan di daerah giri.hingga ketika di angkat jd anggota walisongo di gelari sunan giri.
Ma'af itu bukan mkam ibundanya sunan giri, itu Hox, saya orang BWI seorang musafir belasan tahun
Kalau makamnya masih simpang siur, yang ada itu hanya petilasan semua.
Lanjutkan kupas ttg kisah legenda2 banyuwangi saran aja bang, kalo isa kasih animasi tokoh mirip v-clip ndurasi di perpanjang lagi pasti tambah seru
Siap laksanakan bosku
Subhanallah di tunggu cak Dedi vidio selanjutnya
Siap 👍
ibunda joko samudro nama lain sunan giri
Nggeh leres 👍👍🙏
Derek city hadir😄
Siap dulur 👍👍🙏
Ndamelo koten maleh😄
@@mfirmanh7901 siap .. ditunggu
Mana bos dedi karya selanjutnya