ASSALAMU'ALAIKUM Wr Wb Ustadz terimakasih banyak yang selalu hadir memberikan ilmunya yang sangat baik untuk kami, jarang komen namun saya selalu menyimak kajian nya 👍👍🙏
Assalamualaikum ustad, teruslah memberikan pencetahan spt ini, jgn pernah bosann. Sejak pandemi ini brgulir, sungguh sangat menolong jiwa saya. Terimakasih
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuhu Alhamdulillahirobil alamiin BarokAllahu fiikum Jazakumullahu khairan pak ustad Aamiin Aamiin Ya Rabbal Alamiin 🙏 Allahumma sholi ala,sayidina Muhammad wa ala ali sayidina Muhammad Allahumma sholi wasalim wabarik alaih 🙏 Terima kadih atas ilmu tausiyahnya yg bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akherat Salam Jum'at Mubarok Salam silahturahim 🙏
1. Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Salah satu perkara yang paling ironi dalam kehidupan manusia adalah ketika ia mendapatkan semua kebaikan dalam hidupnya, semua kenikmatan yang ia kecap dan ia reguk, tapi justru dari semua kenikmatan yang ia dapatkan tersebut dibalas dengan kemaksiatan dia kepada Allah.” Inilah yang menyebabkan hilangnya keberkahan dari hidup kita, walaupun kita memiliki banyak barang, tetapi hanya menumpuk saja di rumah kita dan tidak ada manfaat pada kehidupan dunia dan akhiratnya. 2. Kita bersyukur ketika melakukan ketaatan. Karena dengan bersyukur maka barang yang kita miliki akan menjadi jelas manfaatnya untuk kebaikan dan urusan akhirat kita. 3. Hilangnya keberkahan itu jauh lebih menyedihkan daripada hilangnya barang tersebut. Berapa banyak orang yang kehilangan keberkahan dari setiap barang yang ada di rumahnya, tetapi ia tidak merasa. Padahal barang-barang itu sudah tidak lagi menjalankan fungsinya, kecuali hanya ditumpuk-tumpuk saja di setiap sudut rumahnya. Semoga kita mampu bersyukur dengan ketaatan, sehingga bisa muncul kembali makna keberkahan pada setiap karunia yang kita peroleh dalam kehidupan kita. 4. Syukur itu menenangkan, syukur itu menyenangkan. Untuk mereka yang memahani bahwa gelombang kehidupan ini tidak bisa dikalahkan kecuali dengan modal kesabaran dan kesyukuran. 5. Kita mempelajari buku Menjadi Muslim Hebat karena ingin mendalami sisi karakter yang harus kita asah dan kita setting agar sesuai dengan karakter yang dijabarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ini adalah salah satu PR besar dalam kehidupan kita. Kita harus membangun karakter yang di install sesuai dengan yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan sunnah. Hal ini penting, sehingga kita bisa mempadu-padankan antara kehidupan iman dengan kehidupan karakter kita. 6. Banyak orang yang bisa menjadi muslim taat, tetapi belum tentu bisa menjadi muslim hebat di hadapan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam pencapaian hidupnya. Banyak orang yang ibadahnya bagus, akan tetapi belum tentu ia memiliki karakter yang baik, kuat dan istimewa dalam kehidupan. Sehingga tidak banyak lahir pencapaian-pencapaiannya dalam menjalani kehidupan. Contoh: Ada orang yang rajin sholat, tetapi belum tentu ia orang yang bekerja keras, justru ia mudah patah semangat. Ada orang yang mengerjakan puasa sunnah, tetapi tidak memiliki cita-cita yang tinggi. Cita-citanya terlalu sederhana, yang penting hidup, lalu mati, dan diampuni dosanya oleh Allah. Ia tidak ingin melahirkan prestasi-prestasi yang mampu menjadi legacy dia dihadapan Allah nanti sebelum ia meninggal dunia. 7. Iman akan membentuk karakter yang hebat dalam kehidupan seorang manusia. Hebat di hadapan Allah bukan hanya hebat di hadapan manusia yang justru bisa menjadikan ia sombong dan jumawa. 8. Kita tidak akan pernah mampu melejitkan potensi dalam kehidupan kita, sebelum kita betul-betul memadamkan dan mengalahkan seluruh problem dan kendala yang ada di dalam diri kita. Oleh karena itu kita harus paham apa yang menjadi masalah basic dalam kehidupan kita yang harus kita selesaikan. Setelah kita mengetahui apa yang menjadi kendala dalam diri kita, maka kita berusaha untuk menyembuhkan dan mengatasi semua kendala tersebut. Sehingga potensi-potensi yang ada di dalam diri kita bisa melejit, setelah kita menyelesaikan semua persoalan yang menghambat kualitas diri kita. 9. Sifat malas lah yang membuat kita menjadi kaum rebahan, yang membiarkan kebaikan-kebaikan luput dalam kehidupan kita. Karena malas terkadang menjadi fitrahnya manusia, ketika manusia suka berkeluh-kesah. Manusia juga suka mengambil yang ringan dan paling gampang. Akhirnya sifat malas itu menjadi sesuatu yang merusak kualitas. Baik kualitas keimanan, maupun kulitas hidup kita secara umum. 10. Rasulullah ﷺ sampai memberikan kita dzikir agar terhindar dari sifat lemah dan malas yang dibaca oleh beliau setiap pagi: “Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal huzni, wal ajzi, wal kasali, wal bukhli, wal jubni, wal dholaid daini, wa gholabatir rijali.” Artinya: "Ya Tuhanku, aku berlindung pada-Mu dari rasa sedih serta duka cita ataupun kecemasan, dari rasa lemah serta kemalasan, dari kebakhilan serta sifat pengecut, dan beban hutang serta tekanan orang-orang (jahat)." 11. Sangat besar pengaruh dari doa dzikir pagi diatas ketika dikabulkan oleh Allah. Karena semua kebaikan dan prestasi yang kita lakukan dalam kehidupan ini akan menjadi sempurna ketika kita mampu memadamkan karakter malas yang ada pada diri kita. 12. Kita memiliki hawa nafsu. Ada beberapa macam nafsu. Yaitu nafsu lawwamah (mencela diri sendiri), dan al amarrah bi suu’ (nafsu yang selalu mendorong untuk melakukan keburukan). Nafsu inilah yang membuat kebanyakan orang melakukan dosa, melakukan kemaksiatan, dan merasa dia mendapatkan kepuasan. Tanpa menyadari bahwa semua perkara dosa tersebut akan menghalangi kebaikan-kebaikan yang seharusnya ia dapatkan. Contoh: Malik bin Dinar tidak akan menjadi seorang ulama kalau ia masih minum khamr. Akan tetapi saat ia meninggalkan khamr-nya, kemaksiatannya, Allah lejitkan kebaikan-kebaikan yang ada di dalam dirinya.
13. Kemaksiatan itu akan menghilangkan keberkahan dalam kualitas hidup kita. Maka kita harus mempunyai sebuah komitmen yang super kuat untuk meninggalkan kemaksiatan dan dosa. Dari setiap dosa dan kemaksiatan yang kita tinggalkan, akan menghidupkan pelita-pelita cahaya yang mempesona. Kendala diri yang kedua pada manusia adalah suka memperturutkan hawa nafsunya pada dosa dan kemaksiatan. 14. Kendala diri yang ketiga pada manusia adalah memiliki sifat bosan. Fitrahnya manusia selain ia mempunyai kecondongan sifat malas adalah mempunyai rasa bosan, Rasa bosan inilah yang membuat kita tidak istiqomah dan iltizam (menekuni sesuatu) dalam melakukan kebaikan. Yang berbahaya itu bukan rasa bosannya, karena ia merupakan fitrah manusia, akan tetapi ketika kita tidak tahu cara mengendalikan rasa bosan. Sehingga akhirnya rasa bosan ini menjadi pemicu unuk melakukan kerusakan-kerusakan berupa dosa dan kemaksiatan. Contoh: Laki-laki yang berzina, karena merasa bosan dengan istrinya. Ia melakukan itu tanpa berpikir efek buruk dan konsekuensi yang bisa ia dapatkan kelak. Ia tidak berpikir bahwa perbuatan zina tersebut bisa berdampak kepada putrinya. Karena zina adalah hutang. Semua resiko ini berani ia tebas, karena alasan rasa bosan. 15. Dalam perjalanan hidup kita banyak orang yang meninggalkan kebaikan karena rasa bosan. Ia akhirnya mencicipi kemaksiatan yang menggiurkan, ketika ingin menghindari rasa bosan dan jenuh atas apa yang ia lalukan. Contoh: Anak yang kabur dari pondok pesantren karena merasa bosan. 16. Rasulullah ﷺ bersabda, “Wahai manusia, hendaklah kalian itu beramal dengan apa yang kalian mampu. Allah itu tidak pernah bosan, sampai kalian sendiri yang menjadi bosan. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang didawamkan/dilazimkan secara terus-menerus” (HR. Muslim). 17. Jadi ia mampu untuk mengelola rasa bosan yang hadir dalam perjalanannya saat menempuh suatu amalan, walaupun amal itu sedikit. Maka amal itulah yang Allah cintai, ketika ia mampu mengalahkan rasa bosan. Contoh: Ada orang yang bercita-cita untuk menghapalkan Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah. Awalnya ia menghapal 100 ayat, lalu ditambah 20 ayat lagi. Lalu ia merasa susah untuk hafal 20 ayat setelah 100 ayat yang pertama. Akhirnya ia merasa bosan. Ia menutup mushaf-nya (Kitab Al-Qur’an) dan tidak lagi membuka mushaf tersebut. Ia baru mau membuka lagi setelah beberapa pekan kemudian. Resikonya ia bukan hanya kehilangan 20 ayat, tetapi kehilangan juga 100 ayat yang sudah dihapalkan beberapa pekan yang lalu. 18. Bagaimana cara kita berdamai dengan keterbatasan dan kelemahan diri kita, ketika muncul rasa bosan pada perjalanan kebaikan yang kita lakukan? Orang yang berkarakter hebat bukanlah orang yang tidak memiliki rasa bosan ataupun rasa malas. Kadang-kadang pasti muncul sifat malas dan rasa bosan dalam diri kita. Yang membahayakan bukan rasa bosannya, tapi punyakah kita referensi yang terbaik untuk mengatasinya saat kita merasa bosan melakukan hal yang sama? Contoh: Merasa bosan saat mendidik anak. Merada bosan dengan pasangan. 19. Berikut beberapa poin penting dari para ulama yang dapat menjadi rujukan kita untuk mengatasi rasa bosan. Yang pertama kita harus berpikir bahwa pada saat kita merasa bosan, Allah tidak pernah merasa bosan untuk memberikan pahala-Nya kepada kita. Hal ini akan dapat memberikan penyemangat (booster) bagi kita. Intinya, janganlah kita berbalik arah. Kalau kita merasa letih, maka beristirahatlah. Kalau sudah sampai terengah-engah, maka berhentilah. Kita bisa merangkak, jika sudah sangat kelelahan, tetapi jangan pernah berbalik kebelakang. Supaya kita tidak capek dan tidak kembali ke belakang, ingatlah bahwa Allah tidak pernah bosan untuk memberikan pahala kepada kita, walaupun kita bosan dengan apa yang kita lakukan. 20. Imam Syafi’i berkata, “Perjalanan menuju kepada Allah itu perjalanan yang panjang. Kalau kamu mampu, berlarilah. Kalau kamu tidak mampu berlari, jalanlah yang cepat. Kalau kamu tidak mampu jalan yang cepat, jalanlah biasa. Kalau kamu tidak mampu berjalan biasa, maka berjalanlah sembari duduk Istirahat). Kalau kamu tidak mampu berjalan sembari duduk (istirahat), maka merangkaklah. Tapi jangan pernah berbalik ke belakang.” 21. Perjalanan kebaikan kita menuju kepada Allah adalah perjalanan yang panjang. Kita akan merasa lelah, letih dan bosan. Bahkan tidak sedikit orang yang berbalik arah. Maka yang harus kita lakukan adalah menghadirkan Allah pada saat kita sedang melakukan ikhtiar, apapun yang sedang kita rencanakan untuk kebaikan hidup. Tanamkanlah cita-cita untuk melakukan kebaikan untuk kehidupan akhirat kita setinggi mungkin. Maka ikutilah alurnya, rutenya. Sembari kita membayangkan bahwa Allah tidak pernah bosan memberikan pahala kepada kita, selama kita senantiasa berada di jalan ini, tidak meninggalkan jalan ini dan berbalik arah. 22. Kalaupun kita akhirnya harus merubah ritme perjalan kita dari berlari menjadi merangkak, maka tidak apa-apa. Yang terpenting jangan pernah berbalik arah. Karena ini dapat merusak kualitas kehidupan kita. Contoh: Ada orang yang sedang merencanakan membuat Rumah Qur’an saat menghadapi kendala jangan berhenti. 23. Yang kedua, supaya kita tidak merasa bosan, maka kita harus bisa menghadirkan sebuah makna, bahwasanya apa yang kita lakukan dan kerjakan, walaupun kita merasa bosan atau jemu, bisa jadi ada banyak mata yang melihat kita dari kejauhan dan menginginkan posisi yang sama dengan posisi yang hari ini kita peroleh. Bisa jadi mereka memimpikan dan berdoa setiap malam untuk berada di posisi kita saat ini yang sedang membuat kita merasa bosan tanpa kita menyadarinya. Hal ini akan bisa menetralisir rasa bosan kita, ketika kita membayangkan nikmat yang bisa kita dapatkan, pada apa yang sedang kita lakukan. Contoh: Saat kita merasa bosan dalam menghadapi anak kita saat lelah pulang kerja, maka bayangkahlah bagaimana perasaan orang yang menginginkan memiliki anak, tetapi belum diberikan keturunan oleh Allah. Maka ini bisa menjadikan rasa bosan kita itu hilang.
ASSALAMU'ALAIKUM Wr Wb Ustadz terimakasih banyak yang selalu hadir memberikan ilmunya yang sangat baik untuk kami, jarang komen namun saya selalu menyimak kajian nya 👍👍🙏
Semoga bermanfaat
Assalamualaikum ustad, teruslah memberikan pencetahan spt ini, jgn pernah bosann. Sejak pandemi ini brgulir, sungguh sangat menolong jiwa saya. Terimakasih
Alhamdulillah terimakasih ya ustadz atas ilmunya, semoga barokah dan ustadz diberi kekuatan utk tetap memberi nasehat2 kehidupan kepada kami
Alhamdulillah syukran ustaz
Mood booster..... bangeetttt... makasiiiii ustadz.... Barakallahufiik jazakallah khayran
Bismillah
Assalamualaikum
Semoga kita semua di atas kebaikan dan di atas jalan yang Haq...Aamiin.
Maa Sya Allah, Barakallahu fiikum ust
taiwan hadir pak ustad makasih ilmu nya
Barakallahu fiikum ustadz
Terima kasih booster paginya Ustadz, barakallahu fiikum..
Terimakasih Ustadz... jazakalloh Khair...
Alhamdulillah Jazakumullahu khoir ustad
Maa syaa Allah barakallahu fiik ustadz
MasyaAllah
Barakallahu fiik🙏
Semoga ustadz diberi kesehatan, Terimakasih ustadz atas ilmunya
Alhamdulillah jazakumullah Khair ustadz atas ilmunya
Inilah yang sedang sy rasakan...mulai merasa bosan ,syukron ustadz diingatkan.
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh, Tegal nyimak ustadz
Wa'alaikumsalam..
Jazakallah kheiran ustadz.
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuhu
Alhamdulillahirobil alamiin
BarokAllahu fiikum
Jazakumullahu khairan pak ustad
Aamiin Aamiin Ya Rabbal Alamiin 🙏
Allahumma sholi ala,sayidina Muhammad wa ala ali sayidina Muhammad Allahumma sholi wasalim wabarik alaih 🙏
Terima kadih atas ilmu tausiyahnya yg bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akherat
Salam Jum'at Mubarok
Salam silahturahim 🙏
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh ,,,
Alhamdulillah ,,, barakallah ,,, notif NUTRISI pagi ini dr ustadz , Aamiin Allahumma Aamiin
liat ini kok ya pas lagi bosen ibadah ahaha, emang ALLAH keren kalau ingetin
😀😀😀
Baarokallah..
Assallamualaikum, Bismillah Terima kasih Ilmunya ustadz,
Semoga ustadz Dan keluarga selalu sehat wal’afiat dalam lindungan Allah SWT Amiin 🙏
Alhamdulilah
Terimakasih Ustadz atas ilmunya
Assalamu'alaium wr wb
Hadir
1. Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Salah satu perkara yang paling ironi dalam kehidupan manusia adalah ketika ia mendapatkan semua kebaikan dalam hidupnya, semua kenikmatan yang ia kecap dan ia reguk, tapi justru dari semua kenikmatan yang ia dapatkan tersebut dibalas dengan kemaksiatan dia kepada Allah.” Inilah yang menyebabkan hilangnya keberkahan dari hidup kita, walaupun kita memiliki banyak barang, tetapi hanya menumpuk saja di rumah kita dan tidak ada manfaat pada kehidupan dunia dan akhiratnya.
2. Kita bersyukur ketika melakukan ketaatan. Karena dengan bersyukur maka barang yang kita miliki akan menjadi jelas manfaatnya untuk kebaikan dan urusan akhirat kita.
3. Hilangnya keberkahan itu jauh lebih menyedihkan daripada hilangnya barang tersebut. Berapa banyak orang yang kehilangan keberkahan dari setiap barang yang ada di rumahnya, tetapi ia tidak merasa. Padahal barang-barang itu sudah tidak lagi menjalankan fungsinya, kecuali hanya ditumpuk-tumpuk saja di setiap sudut rumahnya. Semoga kita mampu bersyukur dengan ketaatan, sehingga bisa muncul kembali makna keberkahan pada setiap karunia yang kita peroleh dalam kehidupan kita.
4. Syukur itu menenangkan, syukur itu menyenangkan. Untuk mereka yang memahani bahwa gelombang kehidupan ini tidak bisa dikalahkan kecuali dengan modal kesabaran dan kesyukuran.
5. Kita mempelajari buku Menjadi Muslim Hebat karena ingin mendalami sisi karakter yang harus kita asah dan kita setting agar sesuai dengan karakter yang dijabarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ini adalah salah satu PR besar dalam kehidupan kita. Kita harus membangun karakter yang di install sesuai dengan yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan sunnah. Hal ini penting, sehingga kita bisa mempadu-padankan antara kehidupan iman dengan kehidupan karakter kita.
6. Banyak orang yang bisa menjadi muslim taat, tetapi belum tentu bisa menjadi muslim hebat di hadapan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam pencapaian hidupnya. Banyak orang yang ibadahnya bagus, akan tetapi belum tentu ia memiliki karakter yang baik, kuat dan istimewa dalam kehidupan. Sehingga tidak banyak lahir pencapaian-pencapaiannya dalam menjalani kehidupan. Contoh: Ada orang yang rajin sholat, tetapi belum tentu ia orang yang bekerja keras, justru ia mudah patah semangat. Ada orang yang mengerjakan puasa sunnah, tetapi tidak memiliki cita-cita yang tinggi. Cita-citanya terlalu sederhana, yang penting hidup, lalu mati, dan diampuni dosanya oleh Allah. Ia tidak ingin melahirkan prestasi-prestasi yang mampu menjadi legacy dia dihadapan Allah nanti sebelum ia meninggal dunia.
7. Iman akan membentuk karakter yang hebat dalam kehidupan seorang manusia. Hebat di hadapan Allah bukan hanya hebat di hadapan manusia yang justru bisa menjadikan ia sombong dan jumawa.
8. Kita tidak akan pernah mampu melejitkan potensi dalam kehidupan kita, sebelum kita betul-betul memadamkan dan mengalahkan seluruh problem dan kendala yang ada di dalam diri kita. Oleh karena itu kita harus paham apa yang menjadi masalah basic dalam kehidupan kita yang harus kita selesaikan. Setelah kita mengetahui apa yang menjadi kendala dalam diri kita, maka kita berusaha untuk menyembuhkan dan mengatasi semua kendala tersebut. Sehingga potensi-potensi yang ada di dalam diri kita bisa melejit, setelah kita menyelesaikan semua persoalan yang menghambat kualitas diri kita.
9. Sifat malas lah yang membuat kita menjadi kaum rebahan, yang membiarkan kebaikan-kebaikan luput dalam kehidupan kita. Karena malas terkadang menjadi fitrahnya manusia, ketika manusia suka berkeluh-kesah. Manusia juga suka mengambil yang ringan dan paling gampang. Akhirnya sifat malas itu menjadi sesuatu yang merusak kualitas. Baik kualitas keimanan, maupun kulitas hidup kita secara umum.
10. Rasulullah ﷺ sampai memberikan kita dzikir agar terhindar dari sifat lemah dan malas yang dibaca oleh beliau setiap pagi: “Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal huzni, wal ajzi, wal kasali, wal bukhli, wal jubni, wal dholaid daini, wa gholabatir rijali.” Artinya: "Ya Tuhanku, aku berlindung pada-Mu dari rasa sedih serta duka cita ataupun kecemasan, dari rasa lemah serta kemalasan, dari kebakhilan serta sifat pengecut, dan beban hutang serta tekanan orang-orang (jahat)."
11. Sangat besar pengaruh dari doa dzikir pagi diatas ketika dikabulkan oleh Allah. Karena semua kebaikan dan prestasi yang kita lakukan dalam kehidupan ini akan menjadi sempurna ketika kita mampu memadamkan karakter malas yang ada pada diri kita.
12. Kita memiliki hawa nafsu. Ada beberapa macam nafsu. Yaitu nafsu lawwamah (mencela diri sendiri), dan al amarrah bi suu’ (nafsu yang selalu mendorong untuk melakukan keburukan). Nafsu inilah yang membuat kebanyakan orang melakukan dosa, melakukan kemaksiatan, dan merasa dia mendapatkan kepuasan. Tanpa menyadari bahwa semua perkara dosa tersebut akan menghalangi kebaikan-kebaikan yang seharusnya ia dapatkan. Contoh: Malik bin Dinar tidak akan menjadi seorang ulama kalau ia masih minum khamr. Akan tetapi saat ia meninggalkan khamr-nya, kemaksiatannya, Allah lejitkan kebaikan-kebaikan yang ada di dalam dirinya.
13. Kemaksiatan itu akan menghilangkan keberkahan dalam kualitas hidup kita. Maka kita harus mempunyai sebuah komitmen yang super kuat untuk meninggalkan kemaksiatan dan dosa. Dari setiap dosa dan kemaksiatan yang kita tinggalkan, akan menghidupkan pelita-pelita cahaya yang mempesona. Kendala diri yang kedua pada manusia adalah suka memperturutkan hawa nafsunya pada dosa dan kemaksiatan.
14. Kendala diri yang ketiga pada manusia adalah memiliki sifat bosan. Fitrahnya manusia selain ia mempunyai kecondongan sifat malas adalah mempunyai rasa bosan, Rasa bosan inilah yang membuat kita tidak istiqomah dan iltizam (menekuni sesuatu) dalam melakukan kebaikan. Yang berbahaya itu bukan rasa bosannya, karena ia merupakan fitrah manusia, akan tetapi ketika kita tidak tahu cara mengendalikan rasa bosan. Sehingga akhirnya rasa bosan ini menjadi pemicu unuk melakukan kerusakan-kerusakan berupa dosa dan kemaksiatan. Contoh: Laki-laki yang berzina, karena merasa bosan dengan istrinya. Ia melakukan itu tanpa berpikir efek buruk dan konsekuensi yang bisa ia dapatkan kelak. Ia tidak berpikir bahwa perbuatan zina tersebut bisa berdampak kepada putrinya. Karena zina adalah hutang. Semua resiko ini berani ia tebas, karena alasan rasa bosan.
15. Dalam perjalanan hidup kita banyak orang yang meninggalkan kebaikan karena rasa bosan. Ia akhirnya mencicipi kemaksiatan yang menggiurkan, ketika ingin menghindari rasa bosan dan jenuh atas apa yang ia lalukan. Contoh: Anak yang kabur dari pondok pesantren karena merasa bosan.
16. Rasulullah ﷺ bersabda, “Wahai manusia, hendaklah kalian itu beramal dengan apa yang kalian mampu. Allah itu tidak pernah bosan, sampai kalian sendiri yang menjadi bosan. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang didawamkan/dilazimkan secara terus-menerus” (HR. Muslim).
17. Jadi ia mampu untuk mengelola rasa bosan yang hadir dalam perjalanannya saat menempuh suatu amalan, walaupun amal itu sedikit. Maka amal itulah yang Allah cintai, ketika ia mampu mengalahkan rasa bosan. Contoh: Ada orang yang bercita-cita untuk menghapalkan Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah. Awalnya ia menghapal 100 ayat, lalu ditambah 20 ayat lagi. Lalu ia merasa susah untuk hafal 20 ayat setelah 100 ayat yang pertama. Akhirnya ia merasa bosan. Ia menutup mushaf-nya (Kitab Al-Qur’an) dan tidak lagi membuka mushaf tersebut. Ia baru mau membuka lagi setelah beberapa pekan kemudian. Resikonya ia bukan hanya kehilangan 20 ayat, tetapi kehilangan juga 100 ayat yang sudah dihapalkan beberapa pekan yang lalu.
18. Bagaimana cara kita berdamai dengan keterbatasan dan kelemahan diri kita, ketika muncul rasa bosan pada perjalanan kebaikan yang kita lakukan? Orang yang berkarakter hebat bukanlah orang yang tidak memiliki rasa bosan ataupun rasa malas. Kadang-kadang pasti muncul sifat malas dan rasa bosan dalam diri kita. Yang membahayakan bukan rasa bosannya, tapi punyakah kita referensi yang terbaik untuk mengatasinya saat kita merasa bosan melakukan hal yang sama? Contoh: Merasa bosan saat mendidik anak. Merada bosan dengan pasangan.
19. Berikut beberapa poin penting dari para ulama yang dapat menjadi rujukan kita untuk mengatasi rasa bosan. Yang pertama kita harus berpikir bahwa pada saat kita merasa bosan, Allah tidak pernah merasa bosan untuk memberikan pahala-Nya kepada kita. Hal ini akan dapat memberikan penyemangat (booster) bagi kita. Intinya, janganlah kita berbalik arah. Kalau kita merasa letih, maka beristirahatlah. Kalau sudah sampai terengah-engah, maka berhentilah. Kita bisa merangkak, jika sudah sangat kelelahan, tetapi jangan pernah berbalik kebelakang. Supaya kita tidak capek dan tidak kembali ke belakang, ingatlah bahwa Allah tidak pernah bosan untuk memberikan pahala kepada kita, walaupun kita bosan dengan apa yang kita lakukan.
20. Imam Syafi’i berkata, “Perjalanan menuju kepada Allah itu perjalanan yang panjang. Kalau kamu mampu, berlarilah. Kalau kamu tidak mampu berlari, jalanlah yang cepat. Kalau kamu tidak mampu jalan yang cepat, jalanlah biasa. Kalau kamu tidak mampu berjalan biasa, maka berjalanlah sembari duduk Istirahat). Kalau kamu tidak mampu berjalan sembari duduk (istirahat), maka merangkaklah. Tapi jangan pernah berbalik ke belakang.”
21. Perjalanan kebaikan kita menuju kepada Allah adalah perjalanan yang panjang. Kita akan merasa lelah, letih dan bosan. Bahkan tidak sedikit orang yang berbalik arah. Maka yang harus kita lakukan adalah menghadirkan Allah pada saat kita sedang melakukan ikhtiar, apapun yang sedang kita rencanakan untuk kebaikan hidup. Tanamkanlah cita-cita untuk melakukan kebaikan untuk kehidupan akhirat kita setinggi mungkin. Maka ikutilah alurnya, rutenya. Sembari kita membayangkan bahwa Allah tidak pernah bosan memberikan pahala kepada kita, selama kita senantiasa berada di jalan ini, tidak meninggalkan jalan ini dan berbalik arah.
22. Kalaupun kita akhirnya harus merubah ritme perjalan kita dari berlari menjadi merangkak, maka tidak apa-apa. Yang terpenting jangan pernah berbalik arah. Karena ini dapat merusak kualitas kehidupan kita. Contoh: Ada orang yang sedang merencanakan membuat Rumah Qur’an saat menghadapi kendala jangan berhenti.
23. Yang kedua, supaya kita tidak merasa bosan, maka kita harus bisa menghadirkan sebuah makna, bahwasanya apa yang kita lakukan dan kerjakan, walaupun kita merasa bosan atau jemu, bisa jadi ada banyak mata yang melihat kita dari kejauhan dan menginginkan posisi yang sama dengan posisi yang hari ini kita peroleh. Bisa jadi mereka memimpikan dan berdoa setiap malam untuk berada di posisi kita saat ini yang sedang membuat kita merasa bosan tanpa kita menyadarinya. Hal ini akan bisa menetralisir rasa bosan kita, ketika kita membayangkan nikmat yang bisa kita dapatkan, pada apa yang sedang kita lakukan. Contoh: Saat kita merasa bosan dalam menghadapi anak kita saat lelah pulang kerja, maka bayangkahlah bagaimana perasaan orang yang menginginkan memiliki anak, tetapi belum diberikan keturunan oleh Allah. Maka ini bisa menjadikan rasa bosan kita itu hilang.