Ventilator Karya Anak Bangsa, Siap Dukung Kinerja Teknis Rumah Sakit

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 11 июл 2020
  • Gubernur DIJ Hamengku Buwono X (HB X) mengapresiasi ventilator karya tim riset Universitas Gadjah Mada (UGM). Menurutnya, karya ini adalah bukti bahwa kajian riset medis di Indonesian telah maju. Adanya alat penopang pernapasan ini diharapkan mampu bersaing dengan produk impor.
    Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini berharap produk ini dapat mengurangi ketergantungan pada impor. Di satu sisi, HB X juga mengakui upaya ini tidaklah mudah. Terlebih jika kebiasaan birokrasi pemerintahan dan industri di Indonesia lebih mementingkan produk impor.
    “Produk dalam negeri sangat penting untuk didorong agar mandiri. Biarpun ada kemampuan tanpa diberi kesempatan tentu akan sulit. Jika tidak diberi ruang, bagaimana bisa maju jika hanya mengandalkan import yang maunya agar lebih gampang,” jelasnnya, ditemui di Kompleks Kepatihan Pemprov DIJ, beberapa waktu lalu.
    HB X mendorong agar tim riset mengkaji secara serius dan segera melakukan evaluasi pasca uji alat dan uji klinis. Tujuannya agar ventilator tersebut bisa diperkenalkan ke publik, untuk selanjutnya digunakan di beberapa rumah sakit.
    “Yang namanya rumah sakit dalam keadaan darurat (Covid-19) mestinya ventilator itu penting. Untuk memberikan ruang pada pasien pada penyakit tertentu yang memerlukan itu. Namun jika berbicara harga ini menjadi dilematis,” katanya.
    Rektor UGM Panut Mulyono menuturkan ada dua jenis ventilator yang dibuat. Jenis pertama khusus untuk ICU. Ventilator ini tengah menjalani uji alat di Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan Surabaya. Setelahnya siap uji klinis di RSUP Sardjito.
    Ventilator kedua tak hanya dapat digunakan di ICU. Artinya fungsinya bukan hanya di ruang ICU. Jenis ini sudah memasuki masa produksi massal. Saat ini masih menjalani uji klinis di RSUP Sardjito.
    Keunggulan dari ventilator ini tak hanya sebatas karya anak bangsa. Alat medis ini juga dapat berfungsi optimal layaknya ventilator pada umumnya. Hanya saja dari segi harga lebih terjangkau. Selain itu perawatan dapat dilakukan secara mandiri oleh teknisi asal UGM.
    Segi efektivitas umur juga lebih panjang dibandingkan produk import. Panut menuturkan ventilator import memiliki usia pakai. Apabila telah melewati masa pakai maka wajib dihancurkan. Sementara ventilator karya anak bangsa cukup diperbaharui softwarenya.
    Direktur PT Stechiq Robotika Indonesia Malik Khidir menuturkan awal Agustus menjadi target produk massal. Untuk saat ini Ventilator non ICU telah diproduksi sebanyak 10 unit. Sementara untuk kompone telah disiapkan sebanyak 60 unit. (dwi/tif)
    .
    .
    VIDEOGRAFER : DWI AGUS/RADAR JOGJA
    VIDEOEDITOR : GANIFIANTO/RADAR JOGJA
    .
    Ikuti juga akun kami:
    Instagram : @radarjogja
    Line : radarjogjaofficial
    Twitter : @radarjogja
    Website : radarjogja.jawapos.com/
    .
    Alamat : Jl. Ring Road Utara no.88 (Barat Polda DIY), Yogyakarta 55281
    Telpon : (0274) 4477785
    Radar Jogja Channel tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab komentator sebagaimana diatur dalam UU ITE.
  • НаукаНаука

Комментарии •