Kiraen bahas homodeus atau adu argumen dengan harari tapi ternyata narasumber sprtinya belum baca buku tersebut . Dan lucunya rasio berpikir dipisahkan dari sains wkwkkwkwk dikira sains itu gak pakai mikir kali pak. Saya ingin mengutip perkataan Nietzsche "Tuhan adalah dugaan ,aku tidak ingin dugaan itu membatasi nalarmu". Sains dikatakan dogma wkwkwk sains itu berdasarkan bukti pak bukan yang penting yakin dan sains tidak malu untuk mengatakan suatu hal yang belum terbukti dengan ucapan "masih belum dibuktikan" beda dengan kaum dogmatis yang penting percaya 😂.
terjadinya segala sesuatu di dunia ini menurut science melalui proses yang sangat amat panjang, berjuta bahkan bermilyar-milyar tahun lamanya. ya sekarang sudah tertata sebaik ini karena melalui proses yang sangat panjang, pak
kenapa lebih rasional bahwa semua ini ada yang mengatur daripada meyakini bahwa memang alam semesta ini ada dan tumbuh dengan waktu yang amat sangat lama? mungkin yang analogi dadu tadi, bahwa ada ribuan dadu dengan angka 6 yang sama semua mungkin saja terjadi kan? semesta ini punya waktu yang sangat banyak untuk mengocok dan melempar dadu. Manusia bisa sampai secerdas sekarang juga dari hasil evolusi yang sangat sangat amat lama.
@@tvgame9145bilang semua ini tidak mungkin kebetulan karena pasti ada yang mendesain, tapi siapa yang mendesain pendesain? Kenapa lebih masuk akal semesta ini berasal dr suatu entitas sang maha daripada ada karena big bang theory dan melalui proses yang amat sangat panjang (bermilyar tahun)?
Pemikiran manusia yang menetapkan jika entitas atau-pun realitas yang menjadikan segala sesuatu yang "ada" itu adalah "ALAM", berakar dari ajaran "Filsafat-Alam/Naturalisme"...! Sedangkan pemikiran yang menyatakan jika penyebab segala sesuatu yang "ada" adalah "MATERI" berasal dari ajaran "Filsafat-Materialisme". Sedangkan ajaran pemikiran yang menyatakan jika yang menjadi sebab segala sesuatu yang ada adalah "Prima-Causa" (Penyebab-Pertama/Utama), yaitu entitas pribadi "TUHAN", berpangkal dari ajaran "Filsafat-Deisme"...! Artinya, baik ajaran yang menyakini, maupun yang tidak menyakini adanya enitas pribadi Tuhan Semesta Alam. Masing-masing memiliki asal-usul yang "bernenek-moyang"....!!! Pertanyaan yang kemudian muncul terhadap ajaran hidup yang menyakini adanya entitas pribadi yang disebut sebagai "TUHAN SEMESTA ALAM"...! Dari manakah SUMBER PENGETAHUAN tentang entitas pribadi Tuhan Semesta Alam yang didapatkan/diperoleh oleh manusia tersebut berasal...??? OBJEKTIVITAS terhadap pengetahuan tentang enitas pribadi Tuhan Semesta Alam yang didapatkan oleh manusia, hanya akan terjadi jika PENGETAHUAN tersebut didapatkan atau berasal dari Tuhan Semesta Alam itu sendiri...! Sebab, jika "pengetahuan" manusia tentang Tuhan Semesta Alam itu berasal dari masing-masing manusia itu sendiri. Maka, yang akan terjadi adalah pengetahuan yang subjektive.
masa sih? barusan saya tanya chat gpt bisa kok meneliti kasus pembunuhan berencana pakai full metode empiris sains Semua proses investigasi yang dijelaskan sebelumnya berlangsung dalam kerangka empiris tanpa memerlukan keterlibatan metafisik. Berikut adalah alasannya: 1. Empirisme dalam Investigasi Empirisme adalah pendekatan yang bergantung pada observasi, eksperimen, dan pengumpulan bukti fisik. Semua langkah dalam investigasi sabotase rem mobil atau pembunuhan berencana dapat dijelaskan dalam kerangka ini: • Forensik mekanik: Menganalisis struktur rem atau komponen yang rusak. • Forensik kimia: Mengidentifikasi zat yang digunakan untuk sabotase. • Forensik digital: Melacak komunikasi atau bukti elektronik. • Rekonstruksi kejadian: Menggunakan simulasi fisika untuk mereplikasi kecelakaan. Langkah-langkah ini sepenuhnya berdasarkan bukti nyata yang bisa diukur, diverifikasi, dan direplikasi, sesuai prinsip empirisme. 2. Apakah Niat Membutuhkan Metafisika? Niat pelaku adalah konsep psikologis yang sering kali diinterpretasikan berdasarkan data empiris: • Bukti komunikasi (pesan teks, email, atau catatan). • Pola perilaku (sejarah konflik atau ancaman sebelumnya). • Jejak tindakan (misalnya, keberadaan pelaku di lokasi sabotase). Meskipun niat tidak berwujud secara fisik, kesimpulannya dapat ditarik secara rasional dari kombinasi fakta empiris. Tidak ada kebutuhan untuk melibatkan metafisika (entitas di luar dimensi fisik) dalam memahami niat pelaku. 3. Mengapa Tidak Memerlukan Metafisika? • Metafisika mencakup hal-hal yang berada di luar pengalaman langsung atau pengamatan empiris, seperti keberadaan jiwa, takdir, atau entitas non-material. • Dalam konteks investigasi kriminal, semua elemen-bukti fisik, rekonstruksi kejadian, dan kesimpulan niat-berdasarkan data yang dapat diakses melalui alat ilmiah dan penalaran logis. • Tidak ada bukti atau kebutuhan logis untuk melibatkan hal-hal metafisik dalam membuktikan sabotase atau pembunuhan berencana. 4. Contoh Analog: Kasus investigasi pembunuhan berencana mirip dengan memecahkan teka-teki kompleks. Misalnya: • Menemukan sidik jari pada senjata pembunuhan tidak memerlukan asumsi metafisik; cukup dengan ilmu forensik. • Membuktikan bahwa pelaku berada di lokasi kejadian (misalnya melalui GPS) tidak melibatkan metafisika, melainkan teknologi. Pola dan bukti empiris yang konsisten sudah cukup untuk mengungkap kebenaran. Kesimpulan Investigasi sabotase rem atau pembunuhan berencana sepenuhnya dapat dilakukan dalam kerangka empiris, menggunakan sains, logika, dan teknologi. Tidak ada kebutuhan untuk melibatkan metafisika dalam menyelidiki atau membuktikan peristiwa semacam ini. Metafisika hanya relevan jika kita membahas pertanyaan moral, filosofis, atau spiritual di balik tindakan tersebut-bukan pembuktian faktual.
materinya bagus dan baik, tetapi castingnya sangat jelek: ruang sempit, tidak terbuka, dan dengan asap rokok yang juga tidak bisa keluar. pada sisi lain, ini pertunjukan yang bisa mengkoptasi materi diskusinya. mengapa orang-orang yang berpikir ekstrim dengan segala media dan propertinya seperti cak nun dan maiyah, gerung dan fnn, bahkan juga dengan gus dur, mereka semua enak ditonton dan diikuti, tanpa terganggu oleh propertinya.
QS al Qashash : 71. “Katakanlah, bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?” 72. “Katakanlah, bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?”
buku putih dengan judul tertulis warna merah nya itu jadi kangen jaman2 kuliah heuheu
Yang bilang anak kiri, cocok mendengarkan ini ❤
Cocoklogi
Kidal? 😂
@@ThieryHenry-og3bj wkwkw kadal 🤣
Lanjutkan mencerdaskan
Terimakasih dukungannya
Kita ada ini karena bumi memungkinkan untuk hidup,jangan dibalik seolah-olah bumi yang harus menyesuaikan dengan kehidupan kita😑.
Kiraen bahas homodeus atau adu argumen dengan harari tapi
ternyata narasumber sprtinya belum baca buku tersebut .
Dan lucunya rasio berpikir dipisahkan dari sains wkwkkwkwk dikira sains itu gak pakai mikir kali pak.
Saya ingin mengutip perkataan Nietzsche "Tuhan adalah dugaan ,aku tidak ingin dugaan itu membatasi nalarmu".
Sains dikatakan dogma wkwkwk sains itu berdasarkan bukti pak bukan yang penting yakin dan sains tidak malu untuk mengatakan suatu hal yang belum terbukti dengan ucapan "masih belum dibuktikan" beda dengan kaum dogmatis yang penting percaya 😂.
@@tvgame9145kann agak lucu sih belum baca bukunya tapi mengomentari bukunya 😭😭
terjadinya segala sesuatu di dunia ini menurut science melalui proses yang sangat amat panjang, berjuta bahkan bermilyar-milyar tahun lamanya. ya sekarang sudah tertata sebaik ini karena melalui proses yang sangat panjang, pak
kenapa lebih rasional bahwa semua ini ada yang mengatur daripada meyakini bahwa memang alam semesta ini ada dan tumbuh dengan waktu yang amat sangat lama? mungkin yang analogi dadu tadi, bahwa ada ribuan dadu dengan angka 6 yang sama semua mungkin saja terjadi kan? semesta ini punya waktu yang sangat banyak untuk mengocok dan melempar dadu. Manusia bisa sampai secerdas sekarang juga dari hasil evolusi yang sangat sangat amat lama.
Narasumber nya ngacok ,sains dibilang dogma😂.
@@tvgame9145bilang semua ini tidak mungkin kebetulan karena pasti ada yang mendesain, tapi siapa yang mendesain pendesain? Kenapa lebih masuk akal semesta ini berasal dr suatu entitas sang maha daripada ada karena big bang theory dan melalui proses yang amat sangat panjang (bermilyar tahun)?
Pemikiran manusia yang menetapkan jika entitas atau-pun realitas yang menjadikan segala sesuatu yang "ada" itu adalah "ALAM", berakar dari ajaran "Filsafat-Alam/Naturalisme"...! Sedangkan pemikiran yang menyatakan jika penyebab segala sesuatu yang "ada" adalah "MATERI" berasal dari ajaran "Filsafat-Materialisme".
Sedangkan ajaran pemikiran yang menyatakan jika yang menjadi sebab segala sesuatu yang ada adalah "Prima-Causa" (Penyebab-Pertama/Utama), yaitu entitas pribadi "TUHAN", berpangkal dari ajaran "Filsafat-Deisme"...!
Artinya, baik ajaran yang menyakini, maupun yang tidak menyakini adanya enitas pribadi Tuhan Semesta Alam. Masing-masing memiliki asal-usul yang "bernenek-moyang"....!!!
Pertanyaan yang kemudian muncul terhadap ajaran hidup yang menyakini adanya entitas pribadi yang disebut sebagai "TUHAN SEMESTA ALAM"...! Dari manakah SUMBER PENGETAHUAN tentang entitas pribadi Tuhan Semesta Alam yang didapatkan/diperoleh oleh manusia tersebut berasal...???
OBJEKTIVITAS terhadap pengetahuan tentang enitas pribadi Tuhan Semesta Alam yang didapatkan oleh manusia, hanya akan terjadi jika PENGETAHUAN tersebut didapatkan atau berasal dari Tuhan Semesta Alam itu sendiri...!
Sebab, jika "pengetahuan" manusia tentang Tuhan Semesta Alam itu berasal dari masing-masing manusia itu sendiri. Maka, yang akan terjadi adalah pengetahuan yang subjektive.
masa sih? barusan saya tanya chat gpt bisa kok meneliti kasus pembunuhan berencana pakai full metode empiris sains
Semua proses investigasi yang dijelaskan sebelumnya berlangsung dalam kerangka empiris tanpa memerlukan keterlibatan metafisik. Berikut adalah alasannya:
1. Empirisme dalam Investigasi
Empirisme adalah pendekatan yang bergantung pada observasi, eksperimen, dan pengumpulan bukti fisik. Semua langkah dalam investigasi sabotase rem mobil atau pembunuhan berencana dapat dijelaskan dalam kerangka ini:
• Forensik mekanik: Menganalisis struktur rem atau komponen yang rusak.
• Forensik kimia: Mengidentifikasi zat yang digunakan untuk sabotase.
• Forensik digital: Melacak komunikasi atau bukti elektronik.
• Rekonstruksi kejadian: Menggunakan simulasi fisika untuk mereplikasi kecelakaan.
Langkah-langkah ini sepenuhnya berdasarkan bukti nyata yang bisa diukur, diverifikasi, dan direplikasi, sesuai prinsip empirisme.
2. Apakah Niat Membutuhkan Metafisika?
Niat pelaku adalah konsep psikologis yang sering kali diinterpretasikan berdasarkan data empiris:
• Bukti komunikasi (pesan teks, email, atau catatan).
• Pola perilaku (sejarah konflik atau ancaman sebelumnya).
• Jejak tindakan (misalnya, keberadaan pelaku di lokasi sabotase).
Meskipun niat tidak berwujud secara fisik, kesimpulannya dapat ditarik secara rasional dari kombinasi fakta empiris. Tidak ada kebutuhan untuk melibatkan metafisika (entitas di luar dimensi fisik) dalam memahami niat pelaku.
3. Mengapa Tidak Memerlukan Metafisika?
• Metafisika mencakup hal-hal yang berada di luar pengalaman langsung atau pengamatan empiris, seperti keberadaan jiwa, takdir, atau entitas non-material.
• Dalam konteks investigasi kriminal, semua elemen-bukti fisik, rekonstruksi kejadian, dan kesimpulan niat-berdasarkan data yang dapat diakses melalui alat ilmiah dan penalaran logis.
• Tidak ada bukti atau kebutuhan logis untuk melibatkan hal-hal metafisik dalam membuktikan sabotase atau pembunuhan berencana.
4. Contoh Analog:
Kasus investigasi pembunuhan berencana mirip dengan memecahkan teka-teki kompleks. Misalnya:
• Menemukan sidik jari pada senjata pembunuhan tidak memerlukan asumsi metafisik; cukup dengan ilmu forensik.
• Membuktikan bahwa pelaku berada di lokasi kejadian (misalnya melalui GPS) tidak melibatkan metafisika, melainkan teknologi.
Pola dan bukti empiris yang konsisten sudah cukup untuk mengungkap kebenaran.
Kesimpulan
Investigasi sabotase rem atau pembunuhan berencana sepenuhnya dapat dilakukan dalam kerangka empiris, menggunakan sains, logika, dan teknologi. Tidak ada kebutuhan untuk melibatkan metafisika dalam menyelidiki atau membuktikan peristiwa semacam ini. Metafisika hanya relevan jika kita membahas pertanyaan moral, filosofis, atau spiritual di balik tindakan tersebut-bukan pembuktian faktual.
@@RadminaSajani metafisika kurang lbh bisa didefinisikan jadi obyek yg belum terdefini oleh sains secara utuh
materinya bagus dan baik, tetapi castingnya sangat jelek: ruang sempit, tidak terbuka, dan dengan asap rokok yang juga tidak bisa keluar. pada sisi lain, ini pertunjukan yang bisa mengkoptasi materi diskusinya. mengapa orang-orang yang berpikir ekstrim dengan segala media dan propertinya seperti cak nun dan maiyah, gerung dan fnn, bahkan juga dengan gus dur, mereka semua enak ditonton dan diikuti, tanpa terganggu oleh propertinya.
Apakah siang dan malam itu ada?
Dibumi jelas ada, sehingga bahasa tercipta utk menytakan fenomenanya.
QS al Qashash :
71. “Katakanlah, bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?”
72. “Katakanlah, bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?”
Al Qur'an kalau ngecounter argume dari orang2 yg ingkar emang nggak main2 ❤
Di bagian bumi kutub dan selatan tidak ada siang tidak ada malam .
Terkadang malam tanpa siang berbulan-bulan dan sebaliknya.
@@tvgame9145 tapi tetep ada siang tetep ada malam walaupun beda lama waktunya. Kayak fenomena Midnight Sun
Terlalu banyak cocokologi dsini😂
Masalahnya semua ilmu itu bisa dicocoklogi. Tp validitas hipotesisnya bs diuji dgn uji2 ilmiah.
Hargai yg tdk merokok ya bang