Alhamdulillah Syukron kasirt ustadz, saya manut NU , semoga ustadz sehat2 selalu dan diberikan keberkahan serta lindungan alloh subhanahu wa ta'ala Aamiin aamiin yaa Alloh yaa robbal'alamiin
Ketangguhan dan kualitas Al-Azhar dan para ulamanya sudah teruji baik secara agamis, logis, klinis, bahkan higienis lebih dari 1000 tahun. Maka mau mencari alasan apalagi untuk meragukannya? 🙏🏻😊. Jangan lupa Al-Fatihah nya untuk Al-'Allamah Asy-Syaikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi rahimahullahu ta'ala. 😭🙏🏻❤️
Sumber Islam Madinah & Mekkah Tempat Rasullah Saw Lahir & Dakwah Tidak mungkin 2 Kota Rusak Agama nya Pasti allah Menjaga 2 Kota Tersebut Dan Masih Menjaga Kemurnian Agama .
@@jib-hamdani4851 ga gitu juga cara memahami hadits,sebelum kerajaan Saudi berdiri dan Mazhab Hambali diterapkan secara resmi oleh kerajaan dan juga pemahaman Ibnu Taimiyah didalamnya,maka Mekkah dan Madinah itu masih bermazhab Syafi'i yg artinya aqidahnya Ashari,itu bs dilihat dari dokumen sejarah 2 pendiri ormas terbesar KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Ashari,,yg keduanya murid langsung dari imam Haramain saat itu dimekkah,ini jauh sebelum kerajaan Saudi berdiri,dan Syaikh Abdul Wahab pendiri gerakan Wahabi yg memang bermazhab fiqh Hambali dan beraqidah Ibnu Taimiyah, berkolaborasi dg pendiri kerajaan Saudi mendirikan kerajaan Arab Saudi,dan klo dibaca sejarah Mazhab dimekkah dan Madinah itu tergantung penguasanya,klo yg berkuasa saat ini penganut madzhab Hambali dan pemahaman ibn Taimiyah maka itulah yg diterapkan dinegri itu dan disebarkan kedunia Islam,tp seblm itu Mekkah dan Madinah juga pernah bermazhab Syafi'i dan itu dibuktikan dg banyaknya tokoh ulama kita zaman penjajahan yg murid langsung dr imam imam dimekkah saat itu yg bermazhab Syafi'i dan berpemahaman aqidah Ashari,JD ini BKN soal betul dan salah ,apalg dihubungkan dg hadits diatas...
@@abishakil7192 InI Fitnah Terhadap Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah Baca Kitab" Nya Jangan Asal Fitnah ..itu tuduhan Dari orang syiah Liat sejarah nya ..
@@abishakil7192 Baca Kitab a Akhi Jangan Fitnah Kalo Gak Tau tentang Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab ...Sebenarnya Wahabi Abdullah Wahhab Bin Abdrurrahman Bin Rustum .. #Baca Lagi Sejarah Allahu YaHdik
Mantap syekh...penjelasan dr syekh Ramadhan Al Buthi dn Syekh Ali Jum'ah sangat jelas dn mudah dtrimah akal Cm...bgitulah...kawan2 dsebelah ttp tdk menerimah ini dn memahami dg makma zhahir dri ayat tersebut
Coba perhatikan baik baik ucapan syekh Ali jumah, dia mengatakan tida boleh menyerupakan Allah dengan Mahluk, namun tanpa sadar dia mengtakan bahwa bagaimana Allah turun disepertiga malam, bagaimana dg libya kata syekh, aljazair, amerka...ini artinya Syekh Ali jumah telah menetapkan Allah menyerupai mahluk krn Syekh telah menetapkan sifat keterbatasan bagi Allah.... Klo ngaji jgn terkeco dg keindahan kata kata guru tapi analisa baik baik kata katanya, kata perkata agar kita tdk tertipu.
@@tamrinmuhammad570 Anda gk paham maksud Blio rupanya. Gini Pak, menurut kelompok Wahabi, Alloh SWT benar2 turun secara hakekat (Dzat). Jika benar Alloh SWT turun (Dzatnya), sedangkan faktanya adalah adanya perbedaan waktu dibelahan bumi, berarti Alloh SWT habis turun dibelahan timur, kemudian naik lagi untuk persiapan turun dibelahan barat???😊
Alhamdulillah Banyak terimakasih untuk pencerahannya Insya Allah, Indonesia menjadi media yg baik dalam mengharmonisasi berbagai pemahaman. Kita semua berikhtiar untuk Islam kita yg lebih baik. Untuk kemanusiaan dan Indonesia yg lebih baik
Masya Allah TabarakalLah LahaolalakuataIllahbillah terimakasih atas tayangannya vidio ini dan kami tambah yakin 100 persen mengikuti Aqidah Ansynsyaariyah mantap Bravoooooo Bravoooooo Bravoooooo habis❤❤❤❤❤❤❤
Subhanallah.. Syukran katsiran ustdz... Ini sangat bermanfaat. Krn ada kelompok tertentu yg selama ini mrmaknai istiwa disamakan dg makna dan sifat makhluk yaitu duduk. Jk di takwil dg makna berkuasa msh memungkinkan, sekalipun blm tepat. Jazakallah khairu jaza' 👍👍👍
mereka menuduh takwil adalah bidah dan mengira cara mereka adalah jalan tafwidhnya para salaf padahal mujassimah tipis-tipis..mereka ingin memonopoli pemahaman mengkerucut pada golongan mereka saja. Makanya mereka bebal dan ga mau yang lain dibenarkan juga..
Trimakasih syechk sudah menerjemahkan. Semoga allah balas kebaikan. Berkat terjemahan kami semua dapat ilmu banyak dari guru besar. Syechk ali jumah dan syechk muhammad ramadhan al buthi. Aamiin yarabb
Cinta Rasul, Cinta Sunnah, berkah Sunnah langsung dari Kota Kanjeng Rasul Madinah Al Munawarah. Shahih Fiqih: ruclips.net/user/ShahihFiqihvideos Yufid TV: ruclips.net/user/yufidvideos
Assalamu'alaikum. Benar-benar kanal/channel penuh ilmu.Apalah saya,umat awam. Simpulan saya....pusing.Semakin dipikirkan,semakin saya kesulitan "membedakan" dua argumen antara Ibnu Taimiyah dg.Asy'ariyah.Saya memilih tidak memikirkan apalagi menanyakan. Izin share video ini klo ada yg.bertanya tentang istiwa Allah.
Istiwa A'ala Arsy menurut Bahasa Arab adalah meninggi diatas Arasy Nya bukan nya bersemayam . Bersemayam maksud nya Duduk, sampai kapan mengatakan Allah SWT perlu beristirehat 😂😂😂 sedang sentiasa menetap dengan ZatNya
Itu firman Ar Rahmanu ala al arsy istawa' tentu saja kita imana. Yg tdk kita imani terjemahanmu Allah berada di langit. Kalo di bilang masa pendudukan jepang, apa kau terjemahkan org jepun duduk2 di Indo, kan tidak. Sangat jelas perkataan Imam Malik : istawa Allah sdh maklum, bertanya kaif itu bidah. Jadi jika ada pertanyaan Dimana Allah, lgsg semprit aja : wrong question😅.
Yang lebih tepat Allah Maha Tinggi diatas Makhluk-Nya dia tidak membutuhkan tempat, sebagaimana makhluk membutuhkan tempat. Mengimani ayat ini wajib bagi setiap Muslim Dan menanyakan bagaimana caranya adalah pertanyaan bidah/bodoh.
sudah dimaklumi madzhab Al Asy’ariyyah yang berkembang sekarang ini, hakikatnya adalah madzhab Al Kullabiyyah. Abul Hasan Al Asy’ari sendiri telah bertaubat dari pemikiran lamanya, yaitu pemikiran Mu’tazilah. "Rujuknya Imam Abul Hasan Asy'ari" Tahukah bahwa Abul Hasan Al Asy'ari telah meninggalkan aqidah asy'ariyahnya dan telah rujuk kepada madzhab salaf. Ini dinyatakan oleh imam ibnu Katsir dalam tarikhnya, imam Adz Dzahabi dalam siyar a’lam nubala (15/86) demikian juga imam Al Aluusi dalam kitab garaib igtirab (hal 385-386). Dan tiga kitab terakhir karya Abul Hasan Al Asy’ari menyatakan demikian yaitu kitab: 1. Maqolat islamiyin. Dalam kitab tersebut beliau membedakan aqidah kullabiyah yang merupakan fase kedua beliau dengan akidah ahlul hadits yang menetapkan seluruh sifat dan beliau menyatakan dengan tegas bahwa beliau ikut ahlul hadits. 2. Al Ibanah. Kitab ini sangat tegas beliau menetap seluruh sifat diantaranya bahwa Allah berisitiwa di atas Arasy. 3. Risalah ila ahli tsagr. Dalam kitab ini pun beliau menetapkan bahwa Allah beristiwa di atas Arasy Namun kaum asy’ariyah di zaman ini menganggap bahwa kitab al ibanah itu bukan tulisan abul hasan Al Asy’ari. Akan tetapi klaim ini batil karena beberapa ulama Asy’ariyah menetapkan bahwa kitab tersebut adalah tulisan terakhir beliau. Seperti Al Hafidz ibnu Asakir dalam kitab tabyin kadzabil muftari. Demikian pula ibnu Dirbas Asy Syafii. Beliau berkata : فاعلموا معشر الإخوان... بأن كتاب (الإبانة عن أصول الديانة) الذي ألفه الإمام أبو الحسن علي بن إسماعيل الأشعري، هو الذي استقر عليه أمره فيما كان يعتقده، وبما كان يدين الله سبحانه وتعالى بعد رجوعه عن الاعتزال بمن الله ولطفه وكل مقالة تنسب إليه الآن مما يخالف ما فيه، فقد رجع عنها، وتبرأ إلى الله سبحانه وتعالى منها. “Ketahuilah wahai saudara2.. bahwa kitab al ibanah yang ditulis oleh imam Abul Hasan Al Asy’ari adalah kitab terakhir yang menjadi keyakinan beliau setelah beliau rujuk dari keyakinan mu’tazilah. Dan setiap pendapat beliau yang bertentangan dengan kitab tersebut telah beliau ralat dan berlepas diri kepada Allah darinya”. (Adz Dzabb an abil hasan al asy’ari hal. 107)
Kepada teman-teman wahabi, saya mau tanya serius ini. Firman Allāh berikut ini jika diterjemahkan apa adanya tanpa ta'wil, terjemahan apa adanya dalam bahasa Indonesia bagaimana ya? وَ هُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَ فِى الْأَرْض Dan juga ayat berikut ini : هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأْتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِى ظُلَلٍۢ مِّنَ ٱلْغَمَامِ Tolong dijawab dengan baik, benar dan jujur ya... Terimakasih 🙏
@@muftimunir6116 mantab elu bro,..keahlian wahbabi ya terjemah via gugel translate perkalimat ,maknya ciri khas ngustat wahbabi slalu pake leptop,klo leptop ke tutup ilang lah ilmu nya...
*MAKNA ISTAWA: BERADA MENETAP TINGGI DI ATAS* Di kamus bahasa Arab dan penjelasan para ulama "Asy'ariyah" sendiri, ISTAWA 'ALAA maksudnya secara bahasa adalah 'ALAA (tinggi/ di atas) dan ISTAQARRA (stabil/tetap/menetap). Imam Al Bukhari menukilkan ucapan Dua Imam Tabiin: Mujahid dan Abul Aliyah, bahwa arti ISTAWA adalah: 'ALAA dan IRTAFA'A (Tinggi, naik). Dan jika kita kumpulkan lafazh ISTAWA 'ALAA di dalam Al Qur'an, maka kita akan mendapatkan kesesuaian makna 'ALAA dan ISTAQARRA pada semua lafazh tersebut. Tidak ada yang bermakna ISTAULAA (menguasai). Baik itu subyeknya adalah ALLAH, maupun SELAIN ALLAH. Imam Abul Hasan Al Asy'ari sendiri di dalam kitab Al Ibanah Cetakan Mesir (Al Ibanah yang menurut kaum "Asy'ariyah" adalah Al Ibanah yang asli), di halaman 108, menyalahkan pemaknaan ISTAWA 'ALAA dengan makna MENGUASAI (ISTAULAA, MALAKA, QAHARA). Dan memaknai istawa dengan menguasai, dan menolak keberadaan Allah di atas Arsy, adalah pemahaman kelompok bid'ah sesat: Jahmiyah, Mu'tazilah, dan Haruriyah (Khawarij). Para ulama Nusantara pendahulu kita pun memaknai ISTAWA 'ALAA dengan BERSEMAYAM (tinggal, berkediaman, menetap, duduk, dan lain-lain). Kata BERSEMAYAM, kalau kita gali lebih dalam, lebih dekat kepada makna umum: ISTAQARRA (stabil/tetap/menetap). Bukan JALASA (duduk). Sebagaimana pada kalimat: - "Jenazah BERSEMAYAM di rumah duka." - "Namanya BERSEMAYAM di hatiku.", kata BERSEMAYAM jelas tidak bisa dimaknai dengan DUDUK. Kesimpulannya: 1. Makna yang bisa difahami secara umum untuk penggunaan kata BERSEMAYAM, di dalam bahasa Indonesia, adalah makna: tinggal, menetap (ISTAQARRA). 2. Maka penerjemahan: "Allah BERSEMAYAM di atas Arsy (Singgasana)" Atau: "Allah berada menetap tinggi di atas Arsy (Singgasana)", adalah penerjemahan yang sudah sesuai secara bahasa. *APAKAH HAL INI BERARTI MENYERUPAKAN ALLAH DENGAN MANUSIA (MAKHLUK)?* Jawabnya: Perbuatan Allah yang seolah-olah juga dilakukan oleh manusia (makhluk), TIDAKLAH MELAZIMKAN KESERUPAAN antara Allah dengan manusia (makhluk). Contohnya: Allah mendengar melihat dan berbicara. Mendengar, melihat dan berbicara nya Allah, jelas JAUH BERBEDA dengan mendengar melihat dan berbicara nya manusia (makhluk). KESAMAAN adalah hanya dari sisi MAKNA BAHASA. Adapun secara CARA (kaifiyahnya), hanya Allah yang tahu, dan tidak bisa dibayangkan bagaimana caranya oleh manusia. Dan jelas JAUH BERBEDA dengan cara KEBERADAAN manusia (makhluk). Kata ISTAWA 'ALAA sudah jelas maknanya. BAGAIMANA CARANYA Allah istawa 'alaa, tidak diketahui. Mengimani bahwa Allah ISTAWA 'ALAA Arsy, adalah WAJIB. Bertanya apalagi merinci "bagaimana caranya (TAKYIF)", adalah BID'AH SESAT. Demikian. Semoga bermanfaat...
@@andikachandra160 Pada asalnya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah meneruskan aqidah dan madzhab Imam Ahmad bin Hambal. Dalam hal aqidah, disebut dengan aqidah Ahlussunah wal Jamaah. Dan ini adalah aqidah keempat Imam madzhab. Aqidah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan para Salafus shalih. Yakni sebagai lawan dari aqidah-aqidah bidah sesqt yang muncul mulai masa Utsman bin Affan (Syiah dan Khawarij) dan masa kemudian (qadariyah, murjiah, mu'tazilah, jabbariyah, jahmiyah, dll). .... Ada juga beberapa perbedaan pendapat di antara para ulama Ahlussunah wal Jamaah dalam perkara cabang-cabang aqidah. Adapun di dalam keberadaan Allah di atas Arsy, semuanya sepakat.
@@andikachandra160 Perbedaan pendapat di urusan cabang aqidah adalah wajar. Sebagian Hanabilah ada yang beraqidah bidah asyariyah juga wajar. Sebagian Syafi'iyah, Malikiyah, Hanafiah ada yang beraqidah Ahlussunah wal Jamaah juga wajar. Yang penting kita terus bersemangat untuk beraqidah Ahlussunah wal Jamaah yang sebenarnya. Bukan yang ngaswaja (ngaku Ahlussunah wal Jamaah, padahal beraqidah bidah sesat). Bukan pula yang santai tak peduli mau menjadi Ahlussunah wal Jamaah atau menjadi ahli bidah sesat.
@@andikachandra160 Saya tidak tahu siapa yang sampeyan maksud tokoh atsari Hanabilah. Yang saya tahu : Imam Hambali dan para ulama madzhab Hambali beraqidah Ahlussunah wal Jamaah. Tidak tafwidh makna. Tolong nukilkan ucapan yang menunjukkan tafwidh makna dari ulama madzhab Hambali.
@@andikachandra160 Cerita sampeyan itu bersifat katanya-katanya. Tanpa nara sumber yang jelas. Dan sangat berbeda dengan penjelasan yang valid dari kitab-kitab yang ada.
Ternyata benar kata Imam Adz dzahabi dan ibnu Katsir rohimahumallah, Asy 'ariyah menolak sifat Allah karena menganggap serupa dengan makhluk kemudian menetapkan Sifat bagi Allah dengan Akal mereka yang justru serupa juga dengan makhluk, kemudian dengan apa yang mereka tetapkan membawa ayat "laisa kamitslihi syaiun wahuwas samiul bashir".
wujud =Allah ada tanpa awal ahir,beda dgn mahluk ada awal ahir, qidam=Allah dahulu tanpa awwalan beda dgn mahluq baqo'= Allah kekal tanpa ahiran beda dgn mahluk mukholafah lil hawadits= beda dgn sswt yg baru (mahluk) qiyamuhu binafsihi = tegak sendiri tanpa ada sekutu (beda dgn mahluk) wahdaniat = allah yg wahid klo mahluk 1 masih ada unsur kepala tangan darah dll sdang Allah maha suci dr itu semua qudrot= allah maha kuasa gk munkin kuasanya Allah sama dgn mahluk samapai ahir semua ada dalilnya di al quran terus yg sama apanya? yg menyamakan itu org yg gk paham 🤣🤣🤣 pake dalil inceng2an 🤦🤦🤣
Cinta Rasul, Cinta Sunnah, berkah Sunnah langsung dari Kota Kanjeng Rasul Madinah Al Munawarah. Shahih Fiqih: ruclips.net/user/ShahihFiqihvideos Yufid TV: ruclips.net/user/yufidvideos
Assalamu'alaikum Ustadz, terima kasih videonya saya setuju dengan pendapat Syaikh Ramadhan Al-buthi dan Syaikh Ali Jum'ah.. saya sendiri lebih condong ke tafwid bil makna, jadi kita tahu tentang istiwanya tapi caranya kita serahkan kepada Allah tentang itu. Cukup imani tidak perlu bertanya bagaimana, karena kita tidak ada Ilmu disana. Mungkin video berikutnya ditambahkan pembahasan tetang bank, riba, dan denda ustadz, bagaimana pendapat dari Ulama Salafi dan bagaimana pendapat dari Ulama Al-Azhar. Barakallahu fiikh
Doktrin Yang Mematikan Akal Oleh : Rahmat Taufik Tambusai Dalam satu acara jamuan syukuran, saya kebetulan satu meja dengan salah seorang tamu. Disela sela obrolan, beliau bertanya kepada saya, bapak alumni mana? lalu saya jawab singkat, alumni Al Azhar pak. Kemudian bapak tersebut menimpali, alumni madinah lebih original dan lebih asli, dengan santai saya balik bertanya, asli bagaimananya pak? lalu dijawabnya, di sana diturunkan Al Quran dan dipraktekkan sunnah nabi, maka alumni madinah lebih asli. Lalu saya bertanya, yang membawa ajaran nabi setelah nabi meninggal siapa pak? Dengan semangat bapak tersebut menjawab, para sahabat nabi, lalu saya lanjutkan pertanyaannya, apakah semua sahabat nabi menetap di madinah setelah nabi wafat? Sampai pertanyaan ini, bapak tersebut diam membisu dengan muka bingung. Lalu saya sampaikan, kalau seandainya para sahabat nabi semuanya menetap dan meninggal di madinah wajar dikatakan alumni madinah lebih asli, karena para sahabat tidak ada yang keluar dari madinah, hanya mengajar di madinah sampai wafat, kemudian diteruskan ulama setelahnya sampai wafat pula disana, tetapi kenyataannya setelah nabi meninggal para sahabat bertebaran di muka bumi. Seperti Muaz bin jabal, Bilal bin rabah, Ibnu abbas dll, mereka tidak menetap di madinah setelah nabi meninggal, Muaz bin jabal dan Bilal bin rabah ke damaskus, Ibnu abbas ke Thaif, apakah yang mengambil ilmu dari mereka tidak dikatakan asli lagi ? Sedangkan mereka mengambil ilmu langsung dari nabi, atau karena mereka tidak menetap di madinah sehingga membuat ilmu mereka tidak asli lagi? Anak keturunan nabi, semenjak terjadi pembantaian di karbala, mereka dikejar - kejar, hampir seluruh mereka mencari daerah yang paling aman. Ada yang ke yaman, ada yang ke mesir, ada yang ke syuria, maroko dll, apakah disebabkan mereka tidak tinggal di madinah membuat ilmu mereka tidak original lagi? Padahal mereka mengambil ilmu tersebut dari ayah mereka yang keturunan langsung dari nabi. Nafisah binti Hasan bin Zaid bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dari namanya jelas keturunan nabi, salah seorang guru imam Syafii, yang menetap dan meninggal di mesir. Apakah ilmu yang di mesir tidak asli? Dan termasuk Syekh Al Azhar hari ini Syekh Ahmad Thayib merupakan anak keturunan Rasulullah. Kemudian saya tanya kembali, yang bapak maksudkan, alumni madinah zaman nabi atau zaman sekarang? Kalau zaman nabi sudah jelas original dididik langsung oleh nabi, yang disebut dengan para sahabat nabi, para sahabat mengajarkan kepada para tabiin, para tabiin mengajarkan kepada ulama mazhab, dan dilanjukkan oleh murid mereka sampai kepada ulama kita pada masa kini. Maka sanad ilmu yang seperti ini tetap dikatakan asli, walaupun mereka mengambil ilmu tersebut dari sahabat yang tidak tinggal di madinah, karena ilmu mereka bersumber dari nabi. Kalau yang bapak maksud alumni madinah zaman sekarang, berarti bapak telah didoktrin dan termakan doktrin orang - orang yang tidak bertanggung jawab. Ini yang disebut dengan doktrin mematikan akal. Nabi tidak pernah menjadikan kota madinah sebagai ukuran asli atau tidak aslinya ajaran beliau. Kalau seandainya madinah menjadi ukuran asli atau tidak aslinya ajaran nabi, maka para sahabat dan ulama akan berbondong - bondong untuk tinggal menetap di kota madinah sampai mati. Dan para ulama tidak pernah menjadikan orang madinah sebagai standar keilmuan seseorang, jikalau dijadikan orang yang hidup di madinah sebagai standar keilmuan seseorang, maka yang paling layak untuk diikuti Imam Malik pendiri mazhab maliki, sebab beliau lahir, besar dan wafat di madinah, sehingga digelar dengan imam darul hijrah, imam tempat hijrahnya nabi. Kalau yang bapak maksudkan pemahaman yang dikembangkan oleh alumni madinah hari ini, maka bapak sudah terjerumus kepada fanatik buta. Tidakkah bapak tau, pemahaman yang mereka bawa, bukan dari ulama madinah, tetapi dari ulama najd, Syekh Muhammad bin abdul wahhab, bin Baz, Usaimin, Sholeh fauzan dan dari albania Syekh Nasiruddin albani. Dan setahu penulis tidak ada satu pun dari keturunan Nabi.Yang membawa pertama paham tersebut, tidak ada yang asli madinah, kecuali ditingkat murid - murid mereka. Jadi alumni madinah yang mana bapak maksud ? Kemudian saya sampaikan, kalau alumni madinah lebih asli, maka jangan pernah pakai kitab - kitab ulama yang bukan alumni madinah, jangan pakai kitab hadits shahih bukhari, muslim dll kitab tafsir ibnu kasir, thabari dll kitab fiqih Syafii, Hanafi, Hanbali dll karena mereka bukan alumni madinah. Untuk bapak ketahui, salah seorang alumni S3 madinah, menceritakan kepada kami pada tahun 2003, bahwa kampus madinah baru membuka program doktoral jurusan bahasa arab, dan hampir semua dosennya diambil dari Al Azhar mesir. Terus original yang mana bapak maksud ? sedangkan dosennya semuanya dari luar madinah. Istilah jurusan Syariah, Usuluddin, Hadits, Tafsir dll awal pertama yang mencetusnya universitas Al Azhar pak, yang lainnya mengikuti. Terakhir saya sampaikan, saya tidak benci alumni mana pun, termasuk alumni madinah, yang saya sangkal tadi adalah menjadikan daerah atau tempat sebagai standar keaslian ilmu dan ajaran islam, karena nabi tidak pernah menyampaikannya. karena nabi tidak pernah menyampaikan, maka Ini bidah baru yang diada - adakan. Jika ini yang dikembangkan maka akan melahirkan generasi yang fanatik buta, yang akhirnya menyebabkan akalnya mati. Tidak mau membaca sejarah dan belajar kepada banyak ulama, yang hanya mencukupkan diri dengan apa yang didoktrin oleh gurunya. Akibat yang lebih besar adalah merusak ilmu dan ajaran nabi muhammad, karena akal sudah mati disebabkan doktrin dan fanatik buta.
Sesungguhnya para pakar bahasa arab ketika mendengar takwil mereka tersebut langsung mengingkarinya dengan keras. Ibnu Al-A’raabi pernah ditanya: Apakah benar jika Istawa ditafsirkan dengan Istaula/menguasai? beliau menjawab: Orang arab tidak mengetahui makna tersebut. Dan beliau adalah senior imam bahasa arab.
. Al-Khaththaabi pernah berkata di dalam kitabnya “Syiar Ad-Diin”: Ucapan bahwa Allah ada di atas Arsy. Kemudian beliau membawakan dalil dari ayat-ayat Al-Qur’an seraya berkata: Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah ada di atas langit, tinggi di atas Arsy. Dan telah menjadi sesuatu yang lumrah dalam diri kaum muslimin baik yang awam atau yang alim untuk mereka berdoa kepada Rabb mereka ketika bermunajat dengan mengangkat kedua tangan mereka ke atas langit. Itu semua dikarenakan ilmu tentang Allah (yang dimunajati) ada di atas langit. Kemudian beliau juga berkata: Sebagian orang mengira bahwa maknanya adalah menguasai dengan berdasarkan kepada bait syair yang misterius, yang tidak diucapkan oleh seorang penyair arab yang masyhur yang bisa dijadikan sebagai hujjah. Seandainya makna Istiwa’ adalah menguasai, maka ucapan (ayat di atas) itu tidak ada faidahnya. Hal ini karena ilmu dan kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu, meliputi semua tempat baik di langit maupun di bumi dan yang di bawah Arsy. Maka adakah makna pengkhususan disebutkannya Arsy? Kemudian ada makna yang tersirat dari Istiila’/menguasai yaitu adanya perebutan. Apabila telah menang (merebut), maka dikatakan dia telah menguasainya (apakah terjadi perebutan arsy antara Allah dan selain-Nya- pent). Inilah ucapan beliau dan beliau termasuk imam bahasa arab.
Langit itu maujud /yang di adakan/yg di ciptakan maka bersifat baru jika alloh SWT di langit sebelum langit di ciptakan alloh SWT dimana yaaa? Langit kiblatnya doa Ka'bah kiblatnya sholat.. Maaf sy org tdk faham cuma memakai akal saja
Kami Asy'ariah dan Maturidiyah Memahami masalah : Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى ar-rohmaanu 'alal-'arsyistawaa Dengan 2 metode yaitu : 1. Metode Tafwid Berdasarkan 4 imam madzhab, Menyerahkan urusan ayat tersebut hakekat yang sebenarnya hanya kepada Allah Karena 4 imam madzhab mengatakan : Tidak bertanya-tanya hakekat, tidak membayangkan, tidak memikirkan, Tidak Mensifatkan kecuali Sifat Maha Suci Yang Haq dari Allah itu sendiri. Jika melakukan nya maka bid'ah. 2. Metode tafsir Berdasarkan imam abu Hasan Al- Asy'ari. اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى ar-rohmaanu 'alal-'arsyistawaa Sesuai apa yang dimaksud oleh Allah Sendiri sesuai dengan Dzat dan Sifat-Nya yang Maha Suci dan Dialah yang benar berhak menjelaskan. Untuk membela keyakinan kami, Sehingga kami pun berfikir apakah yang dimaksud oleh Allah tersebut... اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى ar-rohmaanu 'alal-'arsyistawaa Ditafsirkan menjadi Allah Maha Kuasa berbuat Apa yang Dia Kehendaki terhadap Arsy. Dari dalil Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: فَعَّا لٌ لِّمَا يُرِيْدُ fa''aalul limaa yuriid "Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Al-Buruj 85: Ayat 16) Lalu Apa saja yg dimaksud dengan Allah Maha Kuasa Berbuat Apa yang Dia kehendaki terhadap Arsy...? Yaitu Allah menguasai terhadap Arsy-Nya Allah mengatur terhadap Arsy-Nya Allah menggerakkan Arsy-Nya Allah memelihara terhadap Arsy-Nya Allah menyempurnakan Nikmat-Nya terhadap Arsy-Nya Allah memiliki Arsy Allah adalah Tuhan bagi Arsy Allah mengurus Arsy-Nya Allah mampu membinasakan Arsy-Nya di hari kiamat Jika Allah menghendaki. Allah Telah Ada Dzat dan Sifat-Nya dengan Sendiri-Nya Maha Agung Tanpa Bandingan-Nya, Maha Kekal tidak pernah berubah Dzat dan Sifat-Nya, Dialah Yang Awal, Dialah Yang Akhir, Dialah yang Dzahir, dan Dialah Yang Bathin, Dialah Yang Qadim. Dialah Allah Yang Menciptakan segala sesuatu dengan Haq. Allah Maha kuasa atas segala sesuatu, Allah Maha Besar, Maha Tinggi, Maha Luas, Maha Halus, Maha Meliputi Segala urusan-Nya, Allah tidak bertempat di Arsy karena Arsy sangat kecil disisi Allah Tidak Setara dan Serupa dengan semua Dzat dan Sifat-Nya Allah yang Maha Agung tanpa bandingan-Nya. Maha Suci Allah. Tuhan semesta Alam Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُ ۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ tabaarokallazii biyadihil-mulku wa huwa 'alaa kulli syai-ing qodiir "Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu," (QS. Al-Mulk 67: Ayat 1) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ wa izaa sa-alaka 'ibaadii 'annii fa innii qoriib, ujiibu da'watad-daa'i izaa da'aani falyastajiibuu lii walyu-minuu bii la'allahum yarsyuduun "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 186) Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata Dan Rasulullah Muhammad adalah Utusan Allah yang Jujur, benar, Terpuji dan Termulia disisi Allah. Sungguh Kami memohon Ampun kepadamu wahai Rabb kami, atas sifat kami yang lemah, zhalim dan bodoh ini. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: اِنَّا عَرَضْنَا الْاَ مَا نَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَا لْجِبَا لِ فَاَ بَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَ شْفَقْنَ مِنْهَا وَ حَمَلَهَا الْاِ نْسَا نُ ۗ اِنَّهٗ كَا نَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًا innaa 'arodhnal-amaanata 'alas-samaawaati wal-ardhi wal-jibaali fa abaina ay yahmilnahaa wa asyfaqna min-haa wa hamalahal-ingsaan, innahuu kaana zholuumang jahuulaa "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh," (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 72) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفًا yuriidullohu ay yukhoffifa 'angkum, wa khuliqol-ingsaanu dho'iifaa "Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 28) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: اَلَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰٓئِرَ الْاِ ثْمِ وَا لْفَوَا حِشَ اِلَّا اللَّمَمَ ۗ اِنَّ رَبَّكَ وَا سِعُ الْمَغْفِرَةِ ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِكُمْ اِذْ اَنْشَاَ كُمْ مِّنَ الْاَ رْضِ وَاِ ذْ اَنْتُمْ اَجِنَّةٌ فِيْ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ ۚ فَلَا تُزَكُّوْۤا اَنْفُسَكُمْ ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى allaziina yajtanibuuna kabaaa-irol-ismi wal-fawaahisya illal-lamama inna robbaka waasi'ul-maghfiroh, huwa a'lamu bikum iz angsya-akum minal-ardhi wa iz angtum ajinnatung fii buthuuni ummahaatikum, fa laa tuzakkuuu angfusakum, huwa a'lamu bimanittaqoo "(Yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An-Najm 53: Ayat 32)
inilah hasil tafsir atau penjelasan ayat yang lain, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى ar-rohmaanu 'alal-'arsyistawaa Ditafsirkan dari dalil-dalil... Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: اَللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ allohu laaa ilaaha illaa huwa robbul-'arsyil-'azhiim "Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang Maha Agung mempunyai 'Arsy."" (QS. An-Naml 27: Ayat 26) وَهُوَ الْغَفُوْرُ الْوَدُوْدُ wa huwal-ghofuurul-waduud "Dan Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih," (QS. Al-Buruj 85: Ayat 14) ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدُ zul-'arsyil-majiid "yang memiliki 'Arsy, lagi Maha Mulia," (QS. Al-Buruj 85: Ayat 15) فَعَّا لٌ لِّمَا يُرِيْدُ fa''aalul limaa yuriid "Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Al-Buruj 85: Ayat 16) رَفِيْعُ الدَّرَجٰتِ ذُو الْعَرْشِ ۚ يُلْقِى الرُّوْحَ مِنْ اَمْرِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَا دِهٖ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَا قِ rofii'ud-darojaati zul-'arsy, yulqir-ruuha min amrihii 'alaa may yasyaaa-u min 'ibaadihii liyungziro yaumat-talaaq "(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, yang memiliki 'Arsy, yang menurunkan wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, agar memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat)," (QS. Ghafir 40: Ayat 15) سُبْحٰنَ رَبِّ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ sub-haana robbis-samaawaati wal-ardhi robbil-'arsyi 'ammaa yashifuun "Maha Suci Tuhan Pemilik langit dan Bumi, Tuhan Pemilik `Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu."" (QS. Az-Zukhruf 43: Ayat 82) فَاِ نْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۗ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ fa ing tawallau fa qul hasbiyallohu laaa ilaaha illaa huw, 'alaihi tawakkaltu wa huwa robbul-'arsyil-'azhiim "Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang Maha Agung memiliki ‘Arsy."" (QS. At-Taubah 9: Ayat 129) فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَـقُّ ۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ رَبُّ الْعَرْشِ الْـكَرِيْمِ fa ta'aalallohul-malikul-haqq, laaa ilaaha illaa huw, robbul-'arsyil-kariim "Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan Yang Maha Mulia (yang memiliki) 'Arsy." (QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 116)
@@rz_deathbringer1221 Tolong tafsirkan ayat ini Surah Az-Zumar, Verse 67: وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. Allah punya tangan seperti dengan firman nya atau tidak?
@@ishamsyahputra Maha Suci Allāh dari punya tangan. Ketika Pak Arif mengatakan Pak Budi adalah tangan kanan saya, tentu saja itu tidak bisa dipahami secara tekstual.
@@muftimunir6116 Saya minta Tafsir nya, bukan pendapat kamu... Dikisahkan oleh `Abdullah: Seorang rabi (Yahudi) datang kepada Rasulullah (ﷺ) dan dia berkata, "Wahai Muhammad! Kami belajar bahwa Allah akan meletakkan semua langit di satu jari, dan bumi di satu jari, dan pohon di satu jari, dan air di satu jari. dan debu di satu jari, dan semua makhluk lain di satu jari. Kemudian Dia akan berkata, 'Aku adalah Raja.' Kemudian Nabi (ﷺ) tersenyum sehingga gigi geraham depan terlihat, dan itu adalah konfirmasi kepada rabi Yahudi. Kemudian Rasulullah (ﷺ) membacakan: 'Mereka tidak membuat perkiraan yang adil tentang Allah seperti yang seharusnya kepada-Nya. Dan pada hari kiamat seluruh bumi akan digenggam dengan tangan-Nya dan langit akan digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia, dan Maha Tinggi Dia di atas segala yang mereka persekutukan dengan-Nya.' (39.67) حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَبِيدَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ جَاءَ حَبْرٌ مِنَ الأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ، إِنَّا نَجِدُ أَنَّ اللَّهَ يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالْمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ، وَسَائِرَ الْخَلاَئِقِ عَلَى إِصْبَعٍ، فَيَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ. فَضَحِكَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الْحَبْرِ ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} Bukhari 4811 Bukan kah Allah dan Rasulallah SAW yang menyakinkan sifat tangan Allah?
@@ishamsyahputra ini tafsir nya : Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: اِنَّمَاۤ اَمْرُهٗۤ اِذَاۤ اَرَا دَ شَیْئًـا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ innamaaa amruhuuu izaaa arooda syai-an ay yaquula lahuu kung fa yakuun "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu." (QS. Ya-Sin 36: Ayat 82) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: هُوَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ ۗ فَاِ ذَا قَضٰۤى اَمْرًا فَاِ نَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ huwallazii yuhyii wa yumiit, fa izaa qodhooo amrong fa innamaa yaquulu lahuu kung fa yakuun "Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Maka apabila Dia hendak menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu." (QS. Ghafir 40: Ayat 68) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: فَاِ ذَا نُفِخَ فِى الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَّا حِدَةٌ fa izaa nufikho fish-shuuri nafkhotuw waahidah "Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup," (QS. Al-Haqqah 69: Ayat 13) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَحُمِلَتِ الْاَ رْضُ وَ الْجِبَا لُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَّا حِدَةً wa humilatil-ardhu wal-jibaalu fa dukkataa dakkataw waahidah "dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan." (QS. Al-Haqqah 69: Ayat 14) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: فَيَوْمَئِذٍ وَّقَعَتِ الْوَا قِعَةُ fa yauma-iziw waqo'atil-waaqi'ah "Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat," (QS. Al-Haqqah 69: Ayat 15) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَا نْشَقَّتِ السَّمَآءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَّاهِيَةٌ wangsyaqqotis-samaaa-u fa hiya yauma-iziw waahiyah "dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi rapuh." (QS. Al-Haqqah 69: Ayat 16)
Dapet aja lg video2 ky gini. Walau sudah yaqin, tapi kita perlu video2 spt ini utk meyaqinkan orang lain yg masih beku hatinya karena taqlid buta kpd alu syaikh.
Sesungguhnya menafsirkan Istiwa’ dengan menguasai termasuk menafsirkan Kalamullah/firman Allah dengan akal semata yang tidak pernah dilakukan oleh seorang sahabat Nabi atau tabi’in, atau imam kaum muslimin atau salah seorang dari ahli tafsir yang mereka meriwayatkan dari para salaf.
Iya tp kenapa ulama salafi saudi menafsirkan ayat tentang Allah turun ke langit dunia itu mksudnya ilmu Allah yg turun. Knp mrk boleh menafsirkan sprti itu, ttpi ulama al azhar mesir menafsirkan istiwa bermakna menguasai tdk boleh.
@@khaerun4778 sy fakir ilmu tadz, sy belum bsa taruh nukilannya dri mna. Hanya mengikuti kajian2 kampung baik dari ulama berpahaman asyariyah maupun ulama berpahaman salafi saudi, tipikal sy senang melihat pengajian trutama akidah dri 2 sisi yg berbeda 🙏
@@ariffadl19 masya Allah... Afwan sya juga bukan ustad akhy... Sya cuma penuntut ilmu yg berusaha mencari kebenaran.. Dan kokoh di atasnya Semoga Allah memberi kita semua taufik dan hidayah Nya... Btw... Harap jgn memberi klaiman terhadap sesuatu yg belum valid.. Krna d hari kemudian kita akan bertanggung jawab akan hal tersebut... Jika ada informasi yg kita dapat... Baiknya d cari dlu sumbernya... Valid atau hanya tuduhan yg tak berdasar...
Maka orang yang menuduh asya'irah golongan sesat adalah orang yang yang tidak faham / tidak mengerti tentang aqidah asya'irah, metode aqidah asya'irah adalah metode tanzih.
@@Peanuts76 Alhamdulillah...saya dulu juga sempat tertarik wahabi karena seolah logis .ternyata banyak banget kontradiksi dan ketidakkonsistenan di sana. Beruntung udah blajar agama dari kecil..jadi punya saringan
@@orangberiman6262 bahkan saya udah ngelepas agama dengan paradoks paradoks KeTuhanan nya mas, ga ada agama yang paling benar, tadinya saya berpikir Islam lah yg paling benar, tidak mas, kita bahkan bida bahagia tanpa agama dan tanpa diancam dosa dan neraka..... Baca teks teks agama terutama Islam terkesan ada teks teks yang mengatakan soal siksa akhirat yang begitu menakutkan, tidak perlu seperti itu menjalani hidup....
@@orangberiman6262 hidup bukan perdebatan tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, tiap orang punya ceritanya sendiri, dulunya saya berpikir hanya di Islam saja ada kebenaran itu, di agama lain tak ada, ternyata tidak juga.... Bahkan saya mempertanyakan konsep konsep tentang adanya Tuhan, eksistensi Tuhan itu sendiri, dan apakah Tuhan itu benar benar ada bukan sekedar doktrin yg dicekokkan kepada kita.... Ya sudah monggo mas dengan pencariannya, saya sudah ninggalin agama lama
@@orangberiman6262 mungkin Nietzche itu benar, agama jadi opium kita yg tidak bisa menerima kenyataan, saya sendiri depresi semenjak kecil.... Pengalaman saya tidak bagus dengan org org beragama, anggep saja itu karena perbedaan karakter individu pelaku agama
Sesungguhnya menafsirkan Al-Qur’an yang menyelisihi penafsiran para salaf mengandung dua kemungkinan: a. Itu penafsiran yang salah b. Ucapan salaf itu yang salah. Orang yang berakal tidak meragukan lagi bahwa ucapan yang menyelisihi ucapan salaf itulah yang keliru.
Bismillah. Disiplin ilmu saya adalah Aqidah. Alhamdulillah saya bisa mendalaminya hingga tingkat advanced. Dlm kontek ini maka ada hal yg belum dikupas di Clip ini. Asy'ariyah sendiri terbagi 2. Muthakadimun dan Muthaakirin. Dlm kitab Al Ibanah kita ketahui bahwa Imam Asyaari menyatakan Allah istawa ala arsy, aqidahnya Imam Asyaari sama dgn Imam Ahmad. Kitab Al ibanah itu dibenarkan isinya oleh murid² abul Hasan Al Asyaari. Meski dituduh kitab palsu/telah dirubah oleh yg menuduh golongan Asy'ariyah Muthaakirin. Sedangkan Asy'ariyah Muthaakirin mentakwil 'istawa' dgn 'istaula'. Aqidah mereka sama dgn Aqidah Jahm bin Sufyan dan Jaad bin Dirham (Jahmiyah). Wallahualam bishowab.
Mohon pelajari lebih dalam lagi saudara, jangan bertanya tentang hal yang terjadi dirumah seseorang dari tetangganya, apalagi dari pembencinya, tanya lah langsung kepada empunya rumah, maka dengan begitu anda telah berlaku adil Dari pernyataan anda ini jelas, anda belajar aqidah dari guru-guru anda yang bukan asyairah, yang memang kampanye mereka pembenci asyairah adalah membagi menjadi mutaqaddimin dan mutaakhirin, kemudian menyesatkan mutaakkhriin, Perlu diketahui bahwa tradisi keilmuwan asyairah adalah mengambil ilmu secara bersanad sampai kepada imam Al Asy'ari, termasuk kitab ibanah yang beredar juga disampaikan dengan cara waris mewarisi, riwayat wa dirayah, bahwa kitab ibanah itu memang karya imam Asyari, tidak ada yang menolaknya, hanya sekarang ada yang mencetak versi berbeda, mengatasnamakan imam asyaari, Nah jika ada dua versi kitab yang berbeda tentu yang diambil ilmunya yang memiliki rantai waris sampai ke imam Asy'ari bukan? Bukan dari orang luar yang mengklaim pemahaman Asy'ari sepihak, Kemudian perlu diketahui penjelasan imam Asy'ari dalam kitab Ibanah memang mengambil prinsip Tafwidh, bukan ta'wil, hanya anda tidak bisa membedakan antara tafwidh dan itsbat sifat versi IBN Taimiyah yang anda anut. Makanya anda mengira itu sama padahal berbeda. Jadi saran saya belajarlah yang lebih luas lagi
@@abdullah5975yg jengkel itu klompok yg bersi kukuh bahwa Alloh bersemayam/duduk di atas arasy dengan dalih mengimani ayat 5 srt thoha, tapi meterjemahkan istawa kpd jalasa/bersamayam aw duduk, ini artinya Alloh menempati arasy, padahal ma'na istawa itu banyak, bukan hanya jalasa/qo'ada, nah mnurut ulama salaf jangan mema'nai shifat Alloh dengan ma'na yg serupa dengan makhluq karena itu tidak layak di nisbatkan kpd Alloh, seperti jalasa/qo'ada itu shifat makhluq tidak layak dan tidak boleh di nisbatkan kpd Alloh yg maha suci dari seperti dengan makhluq, maka ulama salaf membolehkan pengguna'an takwil maka ayat2 shifat Alloh yg perlu di takwil agar orang2 awam tidak terjerumus kpd menyerupakan Alloh dengan makhluq silahka ayat2 shifat Alloh di takwil kpd ma'na yg layak kpd Alloh, ya contoh nya ayat istawa, jika mau tafwidh ya tafwid saja gk usah di terjemahkan, jika mau di takwil noleh dengan ma'na yg layak kpd Alloh, seperti istaula, qodaro, qoharo, artinya menguasai atw berkuasa atas arasy, dengan takwil ini maka orang awam selamat dari mentajsimkan Alloh, beda dengan menterjemahkan istawa dengan bersemayam artinya duduk/bertempat di atas arasy ini terjerumus kpd mentajsimkan Alloh, mka orang2 yg menetrjemahkan istawa dengan bersemayam dialah mujassimah, golongan mujassimah itu gol sesat.
Sebenarnya jika kaum ahli bidah sesat itu mau mengikuti Al Quran dan Hadits dengan penjelasan para Salafus Shalih, maka mereka tidak akan bingung dengan Sifat-Sifat Allah. Yakni tinggal mengimaninya tanpa membayangkan bagaimana caranya.
Harmoni itu keselarasan yang terbentuk atas banyak hal yang berbeda yang menjadi satu kesatuan..dalam narasi konten ini Antum hanya selaras dengan Asyariyyah saja...seharusnya narasinya tetap netral dan menyerahkan semuanya ke penonton...sekalipun Antum memang Asyariyyah...baru Harmoni...kalo judulnya sudah secara mutlak menganggap Rancu akidah Salafiyyah...ya itu namanya bukan harmoni, yang antum anggap rancu, jangan diutarakan secara mutlak. jadikan kedua pendapat ini pelajaran yang membuka pikiran penonton. Sebuah khazanah wawasan keislaman, bahwa sesungguhnya perbedaan itu keniscayaan, dan kami yang di akar rumput hanya bisa memilih mana yang masuk keakal dan hati...berdebat tidak mutlak diperbolehkan.berdebat yang diperbolehkan itu jika dengan ilmu, kalo sama orang gak berilmu,islam justru menyarankan untuk meninggalkan perdebatan,...biarkan perdebatan itu ada dikalangan para ulama...jangan antum tambah2i dengan narasi2 yang mengundang perdebatan dikalangan bawah yang heterogen, tapi mengatasnamakan harmoni.... Saya sangat suka konten ini...sekalipun saya lebih memilih pendapat2 ulama salafiyyah,,,tapi saya menyadari saya bukan orang pesantren, jadi ya semua ilmu saya ambil, saya termasuk penggemar Kh. Idrus Ramli, Gus Baha, Syaikh Ali Jum'ah, Syaikh Ali jufri, syaikh2 dari al Azhar, jugah syaikh dari madinah, Syaikh Al Khamis, Syaikh Fauzan Al Fauzan, dll...soal pendapat mana yang saya yakini biar jadi urusan saya. alhasil khazanah keilmuan saya bertambah, dan membuat saya menjadi orang yang luwes dalam bergaul ke banyak kalangan, NU, Salafi, HTI, JT dll. menghadapi perbedaan mereka dengan ilmu dan bisa lebih menghargai pendapat yang mereka ambil tanpa harus mempengaruhi satu sama lain. Jadi, saran saya sih, dengan narasi yang dibangun, lebih baik menjadi "missionaris" Asyariyyah saja...Karna bagi saya yang antum sampaikan itu paradox...tapi sungguh saya sangat suka kontennya....barokallah ustadz...
Kalo menurut sy youtuber jujur,,maksute ya salam Harmoni kan ,dia menghormati alias TDK memaksakan kehendak atau pun menyalahkan,masalah pilihan dan berani bersudut pandang Krn tahu ilmu :
syukron ustadz, data" pendapat nya dan kesimpulan nya dibuka dengan baik sekali. dan ku lebih setuju dengan penjelasan dari imam malik, dan pendapat ulama salafi karena di alquran nya sudah diberitakan adanya arasy. sedangkan bentuk arays nya tentu tidak bisa kita gambarkan karena itu kebesaran Alloh SWT sang maha pencipta.
Islam diturunkan dengan bahasa Penduduk Makkah dan Madinah. Dalam kaidah Antropologi Linguistik, pemaknaan sebuah kata mestinya dikembalikan kepada penutur asli bahasa tersebut. Dalam kaidah Islam, Pemahaman Islam mestinya dikembalikan kepada pemahaman Rasulullah dan Para Sahabat sebagai penerima langsung Risalah Islam dan telah di Tazkiyah langsung oleh Allah sendiri akan Kelurusan pemahaman dan amalan para Sahabat, generasi yang dididik langsung oleh Rasulullah. Di kalangan penutur bahasa asli, penduduk Makkah dan Madinah, TIDAK DIKENAL oleh mereka "Istiwa' " bermakna "Istawla". Istiwa' difahami maklum oleh generasi Rasulullah dan Para Sahabatnya bahkan hingga kini, bisa dicari didalam kamus baku. Bahwa arti Istiwa' adalah "ada di atas" bahkan ini yang dimaksud oleh Imam Malik dan Imam 3 madzhab yg lain. Allah menggunakan kata istiwa' untuk kapal Nabi Nuh di atas gunung (Hud:44), istiwa' orang di atas perahu, atau istiwa' di atas pohon, kita sama sekali tidak masalah, dan mudah mengerti, tidak sama kaifiyahnya walaupun sama2 disebut istiwa'. Istiwa'nya kapal nabi Nuh di atas gunung (Hud : 44) berbeda dengan Istiwa'nya seorang di atas untanya, Tentu amat mudah difahami oleh orang awam sekalipun. Terlebih Istiwa'nya Allah di atas Arsy, tidak sama dengan Istiwa' nya seorang raja di singgasananya. Sebagaimana Allah mengatakan diriNya Sami'ul Bashir, Maha Melihat dan Maha Mendengar, Allah melihat manusia melihat juga. Apakah ini artinya menyamakan manusia dengan Allah? tentu tidak demikian. Allah sendiri yang mengatakan diriNya Laisa Kamislihi Syai'un, wahuwa As Sami'ul Bashir, dia sendiri yang mengatakan Dia Melihat dan Mendengar dan sekaligus tidak sama dengan apapun dari makhluknya. Semestinya ini cukup menjadi kaidah dalam memahami Asma' Was Shifat, tidak terkecuali memahami Istiwa' Allah. Dan demikianlah akidah Ahlussunnah yg haq, ajaran Rasulullah, para Sahabat, hingg Imam 4 Madzhab. Mudah sekali akidah Sunnah ini. Adapun Istawla, maknanya menguasai setelah sebelumnya dikuasai orang lain. Sebagaimana contoh dari Syaikh dalam video ini, ""Bisyr "menguasai" Irak tanpa perang dan pertumpahan darah"". Itu artinya Irak tadinya TIDAK DIKUASAI oleh Bisyr. Siapa 'Penguasa 'Arsy' sebelum Allah?? sehingga Allah perlu "istawla" terhadap Arsy?? Subhanallah.. Terlalu jauh pembelokan Istawla ini, baik dari segi bahasa maupun dari segi syar'i. Terlebih lagi Allah menyatakan "Istiwa' 'Ala". Taruhlah kita terima ada Istiwa' ada salah satu maknanya adalah Istawla, akan tetapi Allah dalam Al Qur'an berfirman 'istiwa' 'alal Arsy". Secara tata bahasa, "Istiwa' 'Ala tidak bisa tidak kecuali maknanya "Di Atas". Bagi Allah tentu Istiwa'nya Laisa kamislihi syai'un. Maha Suci dari keserupaan kaifiyah dengan makhlukNya. Kemudian makna kata "Majhul" artinya sejak zaman dahulu adalah "tidak diketahui hakikatnya" bukan " tidak diterima akal". Artinya, Istiwa' maklum difahami sebagai "di atas" di kalangan penutur asli bahasa Makkah dan Madinah, Para Sahabat, dan inilah yang keterangan Imam 4 Madzhab. Allah Melihat, Mendengar, Berbicara, Murka, Ridho, Tertawa, memiliki Betis, Kedua Tangan, memiliki jari jemari, Turun ke langit dunia. Kaifiyah dan hakikatnya ada, karena Allah ada. Namun hakikatnya dan Kaifiyahnya Majhul... Tidak ada yag mengetahui bentuknya, tidak ada yang mengetahui kaifiyahnya, karena tidak ada yang pernah melihatNya, tidakpula Lisan Rasulullah menerangkannya. Allah turun ke langit dunia setiap sepertiga malam terakhir?? Ya demikianlah yang keluar dari Lisan Rasulullah As Shadiqul Masduq. Yang benar lagi dibenarkan oleh Allah. Rasulullah, Para Sahabat, hingga Imam 4 Madzhab beriman tanpa mempertanyakan kaifiyahnya dan tidak pula mempertanyakannya. Mau di Libya masih siang, di Indonesia malam, atau bagaimana, Allah Lebih Tahu tentang diriNya, dan Dia Maha Mampu berbuat yang dikehendakiNyA. Dan Dia tidak ditanya atas apa yang Dia perbuat.. Terserah Allah, mseskipun akal makhluk tidak sampai, meskipun golongan Asy'ariyah dan semacamnya tidak suka karena tidak sesuai akal mereka. Adapun hakikat Ahlussunnah, adalah kita menerima Firman Allah dan Sunnah Rasulullah, mencukupkan diri dengan apa yang dicukupkan oleh Para Sahabat atas Agama Islam. Bahkan inilah inti ajaran Imam 4 Madzhab. Berikut keterangan Syaikh Al Utsaimin, Ulama Madinah ruclips.net/video/EYDUPQ9uQVE/видео.html
Masalah "istiwa" ini sdh menjadi perdebatan dikalangan ulama2 besar, sejak dahulu. Jadi tdk perlu lagi kita kasih dalil2, seakan ini yg benar. Ulama2 yg memperdebatkannya bukan ulama2 kaleng2, sama2 orang arab dan pastinya fasih berbahasa arab, tp utk memahami makna sebuah ayat (ayat mutasyabihat) diperlukan ilmu yg mumpuni dan hrs banyak referensi kitab2 dr ulama2 sebelumnya. Kita tinggal mau ikut yg mana, dan hargai pendapat yg lain. Tp memvonis aqidah asyariah sesat ini yg salah. Kl aku secara pribadi cocok dgn pendapat ulama2 ASWAJA (Aqidah Asyari) krn ini lebih berhati2 dan InsyaAllah akan selamat, tp kl mengatakan Allah diatas, punya wajah, tangan, naik, turun hanya dipahami secara tekstual (pendapat ust salafi), mau tdk mau pasti akan terbayang di otak kita (fitrah manusia) dan ini lebih bahaya krn bisa kufur.
@@Irengmanise Aqeedah Ashariyah itu Aqeedah Ahlus Sunnah? Huh? Ashariyah sejati itu apa ya? 🙈 Ashariyah, Murjiah: Iman tidak naik dan turun Ahlus Sunnah: Iman naik dan turun Ashariyah, Mutazilah, Jahmiyah: Allah tidak beristiwa atas Arsy nya Ahlus Sunnah: Allah beristiwa atas Arsy nya Mutazilah: Quran itu mahluk Ashariyah: Quran yang dalam mushaf itu mahluk, Quran yang betul bersama Allah Ahlus Sunnah: Quran itu Kalamullah, bukan mahluk Mutazilah, Jahmiyah: menolak semua sifat Allah Maturidiyah: menyakinkan 7 sifat Allah Ashariyah: menyakinkan 7 atau 20 sifat Allah Ahlus Sunnah: menyakinkan semua sifat Allah Madhab Ashariyah itu tidak ada metodologi yang konsisten dan seragam yang dapat ditunjuk dan katakan, "Inilah madzhab Ashariyah yang definitif dan lengkap"... 🙈 Kalau kita kumpulkan semua kitab Ashariyah, dari awal hingga akhir, bisa terlihat banyak kontradiksi dan kebingungan. Kecuali Ashariyah Awal, seperti al-Baqillani, secara keseluruhan sangat konsisten dan tidak pernah jatuh ke dalam kontradiksi yang mencolok, tidak seperti yang terjadi pada Fakhr ud-Deen ar-Raazee. Kontradiksi dalam usool aqeedah nya itu sangat memalukan. 🙈 "Sekiranya itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal kontradiksi di dalamnya" (QS 4:82) Ayat ini sesuai dengan madhab Ashariyah 🙈
@@ishamsyahputra Sudah menjadi kesepakatan ulama ahlussunah yang lurus baik Wahabi dan Asyariyah itu termasuk Ahlussunah. Ada pernyataan seorang ustadz Muhammadiyah yang sampi saat ini saya ingat, "sebenarnya kita (NU, Muhammadiyah, Wahabi) itu berjalan berkelok-kelok di jalan kebenaran yang lebar. Walaupun sepertinya kita berbeda pendapat sebenarnya kita semua masih dalam batas kebenaran." Seperti mobil di jalan tol yang mendahului truk dari sebelah kanan, lalu mendahului mobil yang pakai lajur kanan tapi terlalu lambat dari sebelah kiri, sepintas kita melihat mobi itu ugal-ugalan. Tapi jika kita menggunakan jalan sebagai patokan, kita tetap melihat dia tetap di dalam jalur yang benar (karena masih berjalan di atas jalan tol). Jika kita bisa mentolerir orang-orang kafir di sekeliling kita, kenapa sulit bagi kita untuk mentolerir orang-orang yang beriman kendati berbeda pendapat. Ahlussunah itu luas jangan dipersempit dengan hanya mengatakan golonganmu yang ahlussunah. Sesungguhnya ciri seorang mukmin itu bersikap keras terhadap orang kafir dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman.
Ahlus Sunnah ditanya tentang Istiwa, maka ia akan menjawab, kami mengimani lafadz Istiwa, memahami makna dhahir-nya (tekstual) secara bahasa, dan menyerahkan hakikat bagaimana Istiwa itu kepada Allah, karena Allah tidak menerangkan bagaimana Dia beristiwa, dan kami beriman kepada Allah sesuai keagungan-Nya, Dia tidak serupa dengan makhluk-Nya. Beda dengan ahli tafwid, mereka akan berkata: "Saya tidak tau makna Istiwa, Allahu A'lam!". Terlihat bijak, tapi kenyataannya mereka lari dari kewajiban untuk mengimani lafadz sekaligus makna-makna nas Al-Qur'an dan Hadits tentang nama dan sifat Allah. Athar sifat julus yang banyak di bahas oleh para salaf bukan dari hadits palsu yang di sebutkan oleh Sheikh Ali Jum'ah tapi melainkan athar dari Mujahid bin Jabr al-Makkiy (tabi'in murid Ibnu Abbas) dalam menafsirkan ayat 79 surah Al-Israa'. Mengenai "al-Maqam al-Mahmud" Mujahid berkata "Allah mendudukkan beliau (Nabi) di atas Arsy-Nya". [Ibnu Abi ‘Ashim, Al-Khallal, Ibnu Mandah]. Ulama dalam masalah ini mempunyai dua pandangan. 1. Menganggap perkataan Mujahid ini sebagai dhaif dan tidak diterima. Ini adalah pendapat, Ibnu Abdil Bar, Adh-Dhahabi, Albani, dll. 2. Menganggap perkataan Mujahid ini tidaklah mustahil. Tapi karena tidak ada nas sahih dari al-Qur'an serta hadits Nabi maka perkataan Mujahid tidaklah dianggap hujjah, perkataan tabi’in tidak dianggap hujjah disisi Ibn Taimiyah dan juga mayoritas fuqaha. Sebaliknya athar ini juga tidak ditolak kerana para salaf menerima khabar ini dan mempertahankannya. Ini pendapat Ibn Taymiyah, At-Tabari, dll. Dua pandangan ini tidaklah berbeda karena dua-duanya menganggap athar ini tidak menjadi hujjah. Berbeda dengan Asy'ariyah, bait syair Bisyr yang sudah jelas tidak ada asal usulnya tetapi justru dijadikan hujjah untuk men-ta'wil. Untuk masalah ta'wil cukup dari perkataan Imam Abul Hasan al-Asy'ari sendiri. Beliau berkata dalam kitabnya Risalah ilaa Ahli Ats-Tsagr: Dan mereka (para salaf) berkonsensus (ijmak) bahwasanya Allah ta’ala di atas langit, diatas Arsy-Nya bukan di bumi. Hal ini telah ditunjukan oleh firman Allah, Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu (Al-Mulk : 16). Dan Allah berfirman kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya (Fathir : 10). Dan Allah berfirman Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang ber-Istiwa di atas Arsy (Thaha : 5). Dan bukanlah Istiwa-nya di atas Arsy maknanya Istiilaa’ / Istawla (menguasai) sebagaimana yang dikatakan oleh Qadariah (Mu’tazilah). [Abul Hasan al-Asy'ari - Risalah ilaa Ahli Ats-Tsagr]
Jadi wajar kalau bin baz menganut paham bumi datar, krn kalau bumi bulat maka atasnya org satu dg yg lain adalah berbeda, bisa jd atasnya org jepang beda dg org spanyol!!! Yg ditunjuk pun beda" Tempatnya padahal sama sama nunjuk atas
وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا Arab latin: Wa minal-laili fa taḥajjad bihī nāfilatal laka 'asā ay yab'aṡaka rabbuka maqāmam maḥmụdā Artinya: "Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." Al israa' ayat 79
Allah punya sifat wujud, makhluk juga punya sifat wujud, seharusnya sifat ini harus dibuang dari sifat 20. Tapi aneh mengapa ketika Allah mengenalkan tentang wujudNya, harus ditakwil oleh asy'ariyah ? Allah memiliki sifat Qiyamuhu binafsihi : berdiri sendiri, namun dalam penjelasan tentang DzatNya dan SifatNya harus butuh bantuan dari asy'ariyah ? Allah memiliki sifat : Qudrat : kuasa Iradat : kehendak Ilmu : mengetahui Hayat : hidup Sama' : mendengar Bashar : melihat Kalam : berfirman Makhluknya juga memiliki sifat seperti diatas, tapi ketika Allah menyampaikan bahwa Allah juga punya wajah, mata, tangan, kaki, hal tersebut dianggap menyerupai makhlukNya, jadi bagi asy'ariyah Allah tidak boleh punya wajah , mata, tangan, kaki. Begitulah jubir Allah yg harus menjelaskan walaupun Allah memiliki sifat Qadiran : maha kuasa Muridan : maha berkehendak Aliman : maha mengetahui Hayyan : maha hidup Samian : maha mendengar Bashiran : maha melihat Mutakaliman : maha berfirman Berarti kedudukan Asy'ariyah lebih tinggi dari Allah dan RasulNya. Namun aqidah tinggalah aqidah, kita tdk tahu manfaat dari aqidah Asy'ariyah dan Almaturidiyah, fakta dilapangan para penganut ini tidak mampu menghambat atau menghentikan perbuatan tahayul, kurafat, sihir, perdukunan dan kultus, bahkan sampai saat ini semakin banyak dan berkembang, hampir semua daerah memiliki tempat² kramat.
Pengambilan kesimpulan yg kliru om ..... Makanya banyak2 blajar. Knp dgn sifat2 itu. Lagian ujung2nya selalu mempersoalkan yg kramat2.??? Tapi itu juga terserah ente mengartikan "kramat". Klo ana sih, kramat itu lebih berarti tempat yg bersejarah. Misalnya jabal nur, yg kondisinya sedemikian memprihatinkan ..... (Soalnya liat video vlognya pak ustad ini, makasih sudah upload pak ustad). Kondisi itu juga krn paham2 anti "kramat". Bagaimana kekeramatan maqom ibrahim dipertahankan oleh allah, bagaimana kekeramatan sumur zamzam bisa anda nikmati hingga detik ini ...... Bagaimana kekeramatan sebuah pohon tempat para nabi berteduh juga masih hidup sampai detik ini????? Maka semuanya akan kembali ke diri kita masing2 om ..... Saya sangat2 bersyukur atas tempat2 "keramat" itu .... Setidaknya memberikan semangat untuk berkunjung kesana, aamiin.
@@aryajayasuper silahkan sampaikan jika anda telah banyak belajar. Apa yang dimaksud kramat menurut anda ? Kenyataannya penganut asya'iroh almaturidiyah, tidak dapat melarang bahkan sampai mencegah perkembangan quburiyun, kultus, perdukunan, TBC, ziarah musyrik dll. Alhamdulillah pemerintah Saudi menjaga tempat² sejarah, tampa harus menjadikan tempat tersebut menjadi ziarah kemusyrikan. Sekali lagi alhamdulillah atas usaha pemerintah Saudi yang selalu merawat dan menjaga syariat islam.
Btw di mana pun wahabi itu selalu meyakini Allah di atas langit di atas arsy berdasarkan peristiwa isra mi'raj, yang artinya Allah disetarakan oleh mereka dengan dewa2. Tetangga kita yg menyembah dewa2 mempunyai keyakinan bahwa dewa mereka berda di arah dan tempat tertentu, seraya berkeyakinan bahwa dewa2 mereka dalam bertempat dan berarah itu tdk membutuhkan kepada tempat dan arah tsb . Bada subuh tadi saya kasih balasan di komentar seorang wahabi di video channel aswaja yg lain. Ya, dia berkomentar seperti yang saya sebut di muka. Maka seperti ini balasan saya ; Langit adalah tempat yang disediakan Allah untuk Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat. Bukan tempat Allah. Nabi Musa pergi ke bukit Thursina, Nabi ibrahim ke Palestina. Beliau berdua yang mulia, sama berkata hendak bertemu Allah. Apakah Allah bertempat di bukit thursina dan palestina? Tidak! Tapi keduanya adalah tempat yg disediakan Allah untuk nabi-Nya. Begitu pun sidratul muntaha tempat Nabi SAW menerima perintah shalat. Sidratul Muntaha di atas langit sana adalah tempat termulia untuk Nabi kita melebihi bukit thursina dan palestina untuk dua nabi sebelumnya. Itu tempat yg disediakan Allah untuk Nabi, bukan tempatnya Allah Apa coba jawabnya? "Allah itu di atas arsy. Arsy itu di atas langit bukan tidak di mana2. 🤣 Ya saya jawab ; Arsy itu di atas langit. Arsy itu makhluk kok. Tapi Allah tidak sama dengan makhluk. Allah di atas arsy tidak semakna dengan Arsy di atas langit. Bila disebut Arsy di atas langit, itu jelas adalah merupakan suatu posisi fisik yg maknanya posisi Arsy ada di atas langit itu. Allah itu tidak sama dengan cptaan-Nya. Kalau sampeyan maksudkan bahwa Allah di atas Arsy sama dengan posisi Arsy di atas langit, maka apa bedanya Allah dengan Dewa Syiwa? Tetangga kita bilang Dewa Syiwa yg mereka sembah ada di atas puncak gunung himalaya. Sampeyan dkk selalu bilang Allah diatas arsy. Apa sih Allah di atas Arsy itu menurut yg sampeyan yakini? Kalau yg saya yakini, karena Allah tdk sama dengan makhluk-Nya adalah Allah Maha Tinggi bukan dalam arti posisi fisik, tapi tiada yang sebanding dan menyerupai-Nya. Arsy adalah makhluk paling agung. Allah di atas arsy artinya Allah lebih agung drpada Arsy. Bila Allah lebih agung dari Arsy otomatis Maha Agung tiada makhluk-Nya yg sebanding apalagi menandingi-Nya. Begitu! Allah itu tidak bertempat. Maknanya Allah ada tanpa menempati suatu tempat, ruang, atau wadah. Tak ada tempat, ruang, wadah yang meliputi, mengelilingi, apalagi membatasi Allah. Justru Allah yang melingkupi dan membatasi seluruh makhluk-Nya. Kedekatan Allah SWT dengan makhluk-Nya dari dasar bumi terdalam sampai ujung langit / ujung jagat raya itu sama. Bukan Allah ada di mana-mana, tapi kedekatan Allah tak dapat dibayangkan. Nah sekali lagi menurut keyakinan sampeyan, Allah di atas Arsy itu apa sih maksudnya? Lalu sang wahabi menjawab. Dia berkata pokoknya langit, sidratul muntaha, arsy semua di atas. Jadi intinya dia ngotot Allah nongkrong di atas Arsy. Pernyataan dia berkonsekwensi ke situ. Diakhiri dengan ungkapan, "Bagaimana Tuhan di sana saya tidak tahu." Sudah saya duga, lagi2 menyetarakan Allah dengan Dewa. Naudzubillah...! Saya jawablah ; ya sudah kalau bgtu, jangan gunakan kalimat 'Allah berada di atas Arsy'. Karena bukan begitu adanya. Masbro pa tidak sadar ungkapan, "Bagaimana Tuhan di sana saya tidak tahu....," itu adalah memaknakan Allah berposisi fisik di suatu tempat? Kalau bgtu apa bedanya Allah dengan dewa syiwa yg disembah tetangga kita? Pakailah akal sehat dan keimanan sampeyan masbro! Istawa Allah itu hanya Allah yg maha tahu bagaimana-Nya dan bukan bermakna Allah ada di atas Arsy nongkrong di sana. Sekali lagi hanya Allah yg maha tahu apa istawa yg layak bagi-Nya.
Cerita lama tentang asmara Dua manusia menjalin cinta Awal bahagia berujung duka Terhempas, terdampar bahteranya Hancurlah, sirnalah cita-cita Setelah lama masa berpisah Tiada terduga kini berjumpa Bertemu muka bertatap mata Berdebar, bergetar tali jiwa Terkenang, terbayang nostalgia Sejuta rasa merasuk jiwa Berkecamuk dalam dada Kelu dan kaku serasa lidah Tak mampu untuk berkata Namun sinar mata tiada mungkin berdusta Seakan-akan membuka semua rahasia Cerita lama tentang asmara Dua manusia menjalin cinta Awal bahagia berujung duka Terhempas, terdampar bahteranya Hancurlah, sirnalah cita-cita Setelah lama masa berpisah Tiada terduga kini berjumpa Bertemu muka bertatap mata Berdebar, bergetar tali jiwa Terkenang, terbayang nostalgia Berdebar, bergetar tali jiwa Terkenang, terbayang nostalgia Berdebar, bergetar tali jiwa Terkenang, terbayang nostalgia
Mau gimana lagi ya.. wong dari dasar penetapan mana ayat muhkamat dan mana ayat mutasyabihatnya saja sudah bertentangan antara aswaja dan salafi wahabi. si salafi wahabi bilang : "arrohmanu alal arsyistawa" dikatakan ayat muhkamat. sedangkan aswaja berpendapat ayat tsb ayat mutasyabihat. kalau dari sini saja sudah begini, mau buat diskusi.. 😄 yg ada adu mulut iya.. apa lagi karakter kaum wahabi menyala² gitu dlm berucap.. 😬 afwan 🙏🏻
Jika saya simpulkan maksud dari pertanyaan seseorang yang bertanya kepada imam abu Hanifah secara tidak langsung adalah BAGAIMANA CARA ALLAH ITU ADA ? sehingga : Quote dari Ibnu Taimiyah : Cara-NYA ALLAH ISTAWAA-Nya itu ADA. tapi tidak diketahui oleh manusia. MAKA BENAR hanyalah ALLAH Yang MAHA TAHU Menjelaskan urusan - NYA SENDIRI. Quote dari Asy'ariah dan maturidiyah : Cara-NYA ALLAH ISTAWAA itu MUSTAHIL diketahui oleh Manusia. MAKA BENAR. HANYA ALLAH YANG MAHA TAHU itu SENDIRI Menjelaskan urusan - NYA KEDUA PENDAPAT SAMA TUJUANNYA. MAKA KITA HARUS TERIMA. JANGAN BERPECAH BELAH
Huh? Ibn Taymiyyah rahimahullah mengikuti dan menyatakan ajaran Salaf, bahwa kita ngerti dan ketahui arti zahir perkataan istiwa. Kita percaya akan arti zahirnya. Bagaimana-nya atau cara Allah beristiwa tidak diketahui dan diserahkan kepada Allah. Imam Syafi'i rahimahullah, yang bijaksana dan yang memahami liguistik Arab tidak mengunakan takwil al-Makna. Cuba kasikan takwil nya Hadith tersebut: Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan. Dan siapa yang yang memohon ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no.1145 dan Muslim, no.758)
@@rz_deathbringer1221 Huh? Mahluk hina? Ini Hadith Sahih loh 🙈 Tidak bisa menjawab dengan ilmia ya? 🙈 Imam al-Syafi‘i Rahimahullahu Ta’ala juga mengatakan: الْقَوْلُ فِي السُّنَّةِ الَّتِيْ أَنَا عَلَيْهَا وَرَأَيْتُ أَصْحَابَنَا عَلَيْهَا أَهْلَ الْحَدِيْثِ الَّذِيْنَ رَأَيْتُهُمْ وَأَخَذْتُ عَنْهُمْ مِثْلَ سُفْيَانَ وَمَالِكٍ وَغَيْرِهِمَا الإِقْرَارُ بِشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَأَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ فِيْ سَمَائِهِ يَقْرُبُ مِنْ خَلْقِهِ كَيْفَ شَاءَ وَيَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا كَيْفَ شَاءَ. “Pendapat dalam sunah (akidah) yang saya yakini dan diyakini oleh kawan-kawan saya ahli hadis yang saya bertemu dengan mereka dan belajar kepada mereka seperti Sufyan, Malik, dan selain keduanya adalah menetapkan syahadat bahwa tidak ada yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali hanya Allah saja dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah dan bahwa Allah di atas ‘Arsy-Nya di langit-Nya dekat dengan para hamba-Nya sekehendak Dia dan Dia turun ke langit dunia sekehendak-Nya.” [Adab al-Syāfi‘i wa Manāqibuhu hlm. 93 karya Ibn Abi Hatim, I‘tiqād al-Imām al-Syāfi‘i no. 4 karya al-Hakari. Dan dinukil oleh Ibn Qudamah dalam Iṡbāt Ṣifat al-‘Uluww hlm. 123, Ibn al-Qayyim dalam Ijtimā‘ Juyūsy al-Islāmiyyah hlm. 164, al-Zahabi sebagaimana dalam Mukhtaṣar al-‘Uluww hlm. 176, dan al-Suyuti dalam al-Amr bi al-Ittibā‘ hlm. 313.] Ini aqeedah nya Imam Syafi'i rahimahullah, sanad nya Sahih. 🙈 Harus konsisten ya... Imam Syafi'i rahimahullah juga termasuk mahluk hinaan kamu? 🙈 "Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada." 🙈🙈🙈🙈🙈
@@ishamsyahputra TUNJUKKAN KEPADA SAYA SEMUA DARI IMAM SYAFI'I, TENTANG SIFAT DAN DZAT-NYA ALLAH BUKAN HASIL TUKILAN ORANG LAIN... MURNI DARI BELIAU YANG BERBAHASA INDONESIA JUGA BOLEH
BEDANYA MASIH BESAR. YG TAFWID DAN TAWIL TDK MENGKAFIRKAN LAWANNYA. ADAPUN KELOMPOK SALAFI INI MENGKAFIRKAN LAWAN DEBATNYA. ITULAH YG MENJADIKAN UMMAT ISLAM BERCERAI BERAI.
1. Nukilan Ijma’ al-Imam Abu Utsman bin Said ad-Daarimiy (wafat 280 Hijriyah) وَقَدِ اتَّفَقَتِ الْكَلِمَةُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى فَوْقَ عَرْشِهِ فَوْقَ سَمَوَاتِهِ 1. Nukilan Ijma’ al-Imam Abu Utsman bin Said ad-Daarimiy (wafat 280 Hijriyah) وَقَدِ اتَّفَقَتِ الْكَلِمَةُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى فَوْقَ عَرْشِهِ فَوْقَ سَمَوَاتِهِ Dan telah sepakat kalimat dari kaum muslimin bahwasanya Allah Ta’ala berada di atas ‘Arsy di atas langit-Nya (anNaqd ‘ala Bisyr al-Marrisiy halaman 154) 2. Nukilan Ijma’ dari Zakariyya bin Yahya as-Saajiy (wafat 307 Hijriyah) الْقَوْلُ فِي السُّنَّةِ فِي الَّتِي رَأَيْتُ عَلَيْهَا أَهْلَ الْحَدِيْثِ الَّذِيْنَ لَقِيْتُهُمْ إِنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ فِي سَمَائِهِ يَقْرُبُ مِنْ خَلْقِهِ كَيْفَ شَاءَ Ucapan dalam Sunnah yang aku lihat ada pada Ahlul Hadits yang aku temui: Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya di atas langit-Nya. Dia mendekat pada makhluk-Nya sesuai dengan cara yang dikehendaki-Nya (Tadzkiratul Huffadzh karya adz-Dzahabiy (2/201)) 3. Nukilan Ijma’ dari Ibnu Abi Zaid al-Qoyrowaaniy (wafat tahun 386 Hijriyah) فِيْمَا اجْتَمَعَتْ عَلَيْهِ الْأُمُوْرُ مِنْ أُمُوْرِ الدِّيَانَةِ مِنَ السُّنَنِ الَّتِي خِلَافُهَا بِدْعَةٌ وَضَلَالَةٌ إِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اسْمُهُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَالصِّفَاتُ الْعُلَى… وَأَنَّهُ فَوْقَ سَمَوَاتِهِ عَلَى عَرْشِهِ دُوْنَ أَرْضِهِ وَأَنَّهُ فِي كُلِّ مَكَانٍ بِعِلْمِهِ Berdasarkan kesepakatan (Ulama) dalam perkara Dien yang sesuai Sunnah yang berbeda dengan bid’ah dan kesesatan: Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi Nama-Nya memiliki Nama-Nama yang baik dan Sifat-Sifat yang tinggi…dan sesungguhnya Dia berada di atas langit-Nya di atas ‘Arsy-Nya, dan Dia berada di setiap tempat dengan ilmu-Nya (kitab al-Jaami’, dinukil oleh Ibnu Qoyyim dalam Ijtima’ul Juyusy al-Islamiyyah (1/83)). 4. Nukilan Ijma’ dari Ibnu Baththoh (wafat tahun 387 Hijriyah) أَجْمَعَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ ، أَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ ، فَوْقَ سَمَوَاتِهِ ، بَائِنٌ مِنْ خَلْقِهِ Kaum muslimin dari kalangan Sahabat dan Tabi’in telah sepakat bahwasanya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya, di atas langit-Nya, terpisah dari makhluk-Nya (al-Ibanah - Tatimmatur Rodd ‘alal Jahmiyyah (3/316)). 5. Nukilan Ijma’ dari Abu Umar atTholamankiy (wafat tahun 429 Hijriyah) أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ عَلَى أَنَّ مَعْنَى {وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ} وَنَحْوُ ذَلِكَ مِنْ الْقُرْآنِ : أَنَّ ذَلِكَ عِلْمُهُ وَأَنَّ اللَّهَ فَوْقَ السَّمَوَاتِ بِذَاتِهِ مُسْتَوٍ عَلَى الْعَرْشِ كَيْفَ شَاءَ Kaum muslimin dari kalangan Ahlus Sunnah sepakat bahwasanya makna (ayat): وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ Dan Dia bersama kalian di mana pun kalian berada (Q.S al-Hadid ayat 4) Dan ayat yang semisal dengan itu dalam alQuran maksudnya adalah ilmu-Nya. Sesungguhnya Allah berada di atas langit dengan Dzat-Nya, istiwa’ di atas ‘Arsy sesuai dengan yang dikehendaki-Nya (al-Wushul fi Ma’rifatil Ushul, dinukil dalam Ijtima’ul Juyusy al-Islamiyyah (1/76)). 6. Nukilan Ijma’ dari Abu Utsman as-Shobuniy (wafat tahun 449 Hijriyah) وَيَعْتَقِدُ أَصْحَابُ الْحَدِيْثِ وَيَشْهَدُوْنَ أَنَّ اللهَ فَوْقَ سَبْعِ سَمَوَاتِهِ عَلَى عَرْشِهِ كَمَا نَطَقَ كِتَابُهُ وَعُلَمَاءُ الْأُمَّةِ وَأَعْيَانُ الْأَئِمَّةِ مِنَ السَّلَفِ ، لَمْ يَخْتَلِفُوْا أَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ وَعَرْشَهُ فَوْقَ سَمَوَاتِهِ Dan Ash-haabul Hadits meyakini serta bersaksi bahwasanya Allah berada di atas langit-Nya di atas ‘Arsy-Nya sebagaimana dinyatakan oleh Kitab-Nya, para Ulama umat, dan para Imam dari kalangan Salaf. Mereka tidak berselisih pendapat bahwasanya Allah berada di atas ‘Ars-Nya sedangkan ‘Arsy-Nya berada di atas langit-Nya (Aqidatus Salaf Ash-haabil Hadits)
Alhamdulillah aku masih percaya Allah di atas langit karena banyak dalil di dalam Al-quran dan a-sunnah, begitu orang yg tidak percaya Allah di atas langit, karna di hanya menggunakan akalnya saja, dia tidak menggunakan Al-quran dan Hadist dan dia suka mentakwil, Alhamdulillah para ulama saudi menjelaskan apa di dalam al-quran dan Hadist, sedangkan para ulama al-azhar hanya suka mentakwil Al-quran, apa kamu pernah melihat ulama al-azhar pernah membawa ceramah di masjid dil haram dan Madinah tidak karna di hanya menggunakan akalnya saja bukan Al-quran dan hadist, semoga engkau di berikan hidayah oleh Allah,
Heheheee... Kok sama kayak keyakinan bani sun go kong.. "dewa2 di langit".. Sama kayak keyakinan bani roma yunan.. "zeus dan dewa2 di langit".. Sama kayak keyakinan bani pak ul.. "bapak di surga".. Dan bani2 lain yg meyakini tuhannya punya tempat tinggal di langit/surga.. 🤣🤣🤣 Masa kecilnya kebanyakan nonton kera sacty sih.. Beda dg keyakinan muslimin dan para ulama, "Allah tidaklah mungkin disifati dg sifat2 benda, terkena hukum waktu, terkena hukum ruang".. mustahil Allah demikian.. Padahal istiwa bisa dimaknai "menguasai", tapi bani whbi lebih suka memaknai "duduk/bersemayam".. 🤦♂️🤦♂️🤦♂️
@@dtp5896 haha mantaaaap,. Emng klo orang yg udah ngaco, mau dikasih dalil naqli atau aqli gakan mau nerima wkwk Ngerasa paling bertauhid, ngerasa paling salaf wkwk Yg lain kafir, surga buat mereka aja anjir ahahahahahahahahahhahahhahahahaha Mamam tuh tuhan son go kong 🤣
Maaf ustadz, antum terus mengaungkan bahwa salaf itu tafwid. Mohonlah sesekali di bahas kitab AKIDAH SALAF WA ASHABIL HADITS KARYA AL IMAM As Shobuni. Agar kita tahu akidahnya para salaf dan para ahli hadits sesuai dengan siapa. Apakah antum berani????
Tidak semua hal bisa memuaskan semua orang. Mending anda bikin kontennya, Itu lebih baik ketimbang nantangin. Boleh jadi referensi beliau blm sampai kpd imam salaf yg anda maksud. Paling tidak konten yg anda buat ttg imam salaf tsb akan menambah khazanah keilmuan Islam. Ok! Ditunggu uploadnya...
@@krisyanharyadi kitab akidah salaf wa ashabul hadits tidak memuaskan siapa ². Kitab akidah salaf hanya akan memuaskan ahlussunah. Karena di sana di jelaskan bagaimana dan apa itu akidahnya kaum salaf dan kaum ahlul hadits. Adapun kami sudah puas dgn apa yg ada di sisi kami. Yakni kitab Al Ulluw yg di tulis oleh Al Imam Adzahabi. Yg berisi tentang perkataan para ulama dari zaman ke zaman tentang akidah Allah di atas Arsy dgn sanadnya. Sementara di sisi anda tidak ada kitab yg mengumpulkan perkataan para ulama BAHWA ALLAH maujuud bila makan atau istiwa adalah istaula.
@@zulkhali sederhana saja, ketika ada golongan yang menolak Allah di atas Arsy seperti kaum Jahm'iyyah dan mu'tazilah dan yg sepemahaman dgn mereka. Al imam Adzahabi menulis kitab yg mengumpulkan perkataan para ulama dari zaman ke zaman sampai ke zaman beliau. Bahwa Allah di atas Arsy dgn dzat Nya dan ilmu Nya di segala tempat. Di dalam kitab Al Ulluw. Masih tidak cukup, ketika masih saja ada yang mengingkari Allah di atas Arsy...maka kembali beliau menulis kitab dgn judul kitabul Arsy.
Saya s7 ustadz karena dengan debat secara ilmiah sangat mencerdaskan dalam beragama dan orang yg suka dengan perdebatan agama dalam artian mencari kebenaran dan titik temu persamaan adalah tandanya orang yang peduli terhadap agamanya, dalam arti bukan tergolong orang yg mengikuti agama warisan
IMAM AL-QURTHUBI Rahimahullah mengatakan : و "العلي" يراد به علو القدر والمنزلة لا علو المكان، لأن الله منزه عن التحيز. وحكى الطبري عن قوم أنهم قالوا "هو العلي عن خلقه بارتفاع مكانه عن أماكن خلقه"، قال ابن عطية : وهذا قول جهلة مجسمين، وكان الوجه ألا يحكى. Dan nama "Al-'Aliy", yang dimaksud dengan itu adalah tingginya derajat dan juga martabat, bukan ketinggian tempat dikarnakan ALLAH Maha Suci daripada tempat, dan telah dikisahkan oleh Ath-Thabari tentang suatu kaum dimana mereka berkata bahwa "ALLAH Maha Tinggi dari makhluk-Nya dengan ketinggian tempat-Nya yang berada di atas tempat-tempat makhluk-Nya", Ibnu 'Athiyyah menyatakan bahwa ini adalah perkataan bodoh dari orang-orang Mujassimah yang mana hal itu tak semestinya dikisahkan. [Tafsir Al-Qurthubi : Jilid 3, Halaman 278] . Dengan demikian maka wajib kita pahami ketika para ulama berkata bahwa ALLAH di atas langit, di atas 'Arsy dan di atas segala sesuatu, maka tujuan mereka hanyalah ingin meninggikan derajat-Nya sebagai sang Maha Pencipta. . . IMAM IBNU HAJAR AL-ASQALANI Rahimahullah mengatakan : ولا يلزم من كون جهتي العلو والسفل محال على الله أن لا يوصف بالعلو، لأن وصفه بالعلو من جهة المعنى، والمستحيل كون ذلك من جهة الحس. Dan ketidak laziman dari adanya arah atas dan bawah, bukanlah memustahilkan bahwa ALLAH juga tidak bisa disifati dengan Maha Tinggi, dikarnakan sifat ketinggian-Nya adalah dari segi maknawi, dan yang mustahil jika hal itu dipahami dari segi indrawi. [Fathul Bari : Jilid 6, Halaman 136]
Kami kaum Asy'ari, juga mengimani, menerima Bahwa Allah beristiwa di atasy arsy, Allah berada di atas langit, bahwa Allah Turun di sepertiga malam menjelang fajar, Allah punya tangan, punya kaki , punya wajah, Tapi kabar-kabar itu KAMI TOLAK jika keluar dari mulut WAHABI, yang terlanjur mahsyur mengkaitkan Zat Allah dengan sifat jism, fisik , badan, jasad, jawhar.
Disinilh akal berbicara untuk menyaring mana yg lebih masuk akal antara dua perbeda,an pendafat, bukan untuk kegaduhan, org yg mafan akan menghormati pendafat yg lain, bukan menghargai, sebab dalam menghargai tersimpan kemunafikan.
Jawaban imam Malik kepada sipenanya menjadi kaidah dalam memahami ayat ayat tentang sifat Alloh.. Istawa ma'lum Bagaimana istawanya majhul Bertanya tentang itu bid'ah Intinya dimani aja.. Alloh istawa, punya tangan, punya kaki , punya wajah .. kita imani Seperti apa rupanya tidak perlu kita cari tahu yang jelas laisa kamislihi syai'un
hargailah pendapat masing ulama dan pengikutnya, bersatulah Umat Islam, karena BID'AH YG PALING BESAR ADALAH MENGGANTI HUKUM ALLAH DENGAN HUKUM BUATAN MANUSIA, karena yg perlu diperbincangkan adalah ideologi demokrasi dg Kapitalisnya yg mencampakkan aturan sang pencipta alam semesta
ولا ينبغي للمسلمين أن يبالغوا في الوصول إلى علم الله، فإن الله لا يخبرنا بالتفصيل عن جوهره لأن السبب الذي أعطاه الله لا يكفي لفهم جوهره، فالله يتعمد ذلك من أجل الإيمان.
Sudah jelas dan gamblang dlm Al quran bbrapa ayat yg Alloh mengabarkan tentang istiwa nya di atas arsy...msh byk yg mengingkari nya dan berdalil dgn logika...kalau kalau terus... padahal kita cukup mengimani nya saja tanpa byk bertanya,berandai andai apalagi sampai main logika...ingat yg menyebabkan seseorang terjatuh ke dlm kekufuran itu krn byk bertanya hal2 yg Alloh dan Rasul nya perintahkan cukup di imani saja tanpa byk bertanya.... Wallahu a'lam
Kepada teman-teman wahabi, saya mau tanya serius ini. Firman Allāh berikut ini jika diterjemahkan apa adanya tanpa ta'wil, terjemahan apa adanya dalam bahasa Indonesia bagaimana ya? وَ هُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَ فِى الْأَرْض Dan juga ayat berikut ini : هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأْتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِى ظُلَلٍۢ مِّنَ ٱلْغَمَامِ Tolong dijawab dengan baik, benar dan jujur ya... Terimakasih 🙏
Allah Tuhan semesta alam sendiri yang menegaskan dalam banyak ayat bahwa Dia bersemayam di arsy, walaupun kaifiyah bersemayamnya jangan disamakan dgn makhluk, maka kita harus ikuti apa yg ditegaskan dalam Al Quran, adapun yang dimana2 itu adalah Kuasa_Nya, para malaikat-Nya dan pengawasan_Nya, di zaman yg canggih seperti skrng ini, kita bisa sedikit memahami dgn kehebatan teknologi CCTV, walaupun ilmu Allah jauh lebih besar dan lebih tinggi, ketika Allah berulangkali mengatakan Dirinya bersemayam di atas Arsy, lalu kenapa kita harus mendebatnya lagi, Wallaahu a'lam..
Kepada teman-teman wahabi, saya mau tanya serius ini. Firman Allāh berikut ini jika diterjemahkan apa adanya tanpa ta'wil, terjemahan apa adanya dalam bahasa Indonesia bagaimana ya? وَ هُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَ فِى الْأَرْض Dan juga ayat berikut ini : هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأْتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِى ظُلَلٍۢ مِّنَ ٱلْغَمَامِ Tolong dijawab dengan baik, benar dan jujur ya... Terimakasih 🙏
@@muftimunir6116 اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى.. dalil tidak berdiri sendiri tapi pasti terhubung dgn dalil lainnya sebab al quran bersih dari kontradiksi..😇
@@ERWINKMMRP setuju. Dan ini justru membenarkan bahwa makna istiwā yang multiarti alias bisa memiliki banyak arti tidak boleh dipahami bersemayam padahal masih banyak arti yang laun selain bersemayam. Memahami makna istiwā harus dijelaskan dengan dalil lainnya biar tidak sesat paham dan sesat aqidah.
@@muftimunir6116 ini tafsir dari kemenag RI terkait ayat di atas Tafsir Ringkas Kemenag RI Tuhan yang menurunkan Al-Qur’an ini adalah Yang Maha Pengasih terhadap semua makhuk tanpa terkecuali; yang bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur semua urusan makhluk-Nya...
Sy lebih memilih pendapat syeh Ramadhan Albuthi yaitu dgn metode tafwidh ,istwa artinya secara maklum( secara bahasa) adalah bersemayam sesuai kebesaran Allah. Orang yg mentakwil secara sadar atau tdk sadar sdh berfikir menyamakan Allah dg makhluk makanya di takwil supaya tdk sama dg sifat makhluk. Padahal mentakwil istiwa dg kekuasaan tetap saja tdk terlepas dari menyamakan sifat Allah dg makhluk karena makhluk jg bersifat berkuasa seperti raja atau presiden.
Allahu akbar! (Allah Maha besar ) jangan katakan istiwa Atau duduk atau tempat lebih besar dari Allah sedangkan Allah sendiri sudah Maha besar... Dan ketika kita mengatakan Allah bersemayam atau bertempat pertanyaannya, tempat manakah yang lebih besar dari Allah sedangkan Allah sudah maha besar dan tidak ada lebih besar Dari Allah subhana huwata'ala
Persoalan agama adalah persoalan ibadah ,dan ibadah itu untuk Allah subhaana wataala,makalakukan dengan benar sesuai dalil yg shoheh,amalan yg benar walaupun sedikit,ikuti ulama kalau sesuai dalil dan tidak ada ulama yg maksum kecuali rasulullah hingga wahyu datang ,Sy dulu di pwsantren thn 1991 selesai banyak guru dari mesir,saudi ,pakistan,yordania bahkan dari sudan dan indoneaia sendiri,tp yg terbaik dari timur tengah di samping ilmu dan pengamalan yg luar biasa dalam keseharian dan cara mereka juga mengajar tetancap di dada......
`Abdullah bin `Amr bin Al-`As meriwayatkan: Saya mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari (hati) manusia, tetapi mencabutnya dengan meninggalnya orang-orang yang alim sampai tidak ada satupun dari (agama) itu. orang-orang terpelajar) tetap, orang-orang akan mengambil sebagai pemimpin mereka orang-orang bodoh yang ketika berkonsultasi akan memberikan keputusan mereka tanpa pengetahuan. Jadi mereka akan tersesat dan akan menyesatkan orang-orang.” حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ " إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا، يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا ". قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ. Bukhari 100
Mari kita terapkan kaidah besar dari Al imam Malik ini... Al yaadun maklum, wal kaifiyatu majhul, wal imaanu wajib, an suaalu bid'ah. Tangan Allah itu maklum di ketahui maknanya dlm bahasa, kaifiyah tangan tidak di ketahui, beriman kepada tangan Allah adalah wajib, bertanya tentang tangan Allah adalah bid'ah.
Kepada teman-teman wahabi, saya mau tanya serius ini. Firman Allāh berikut ini jika diterjemahkan apa adanya tanpa ta'wil, terjemahan apa adanya dalam bahasa Indonesia bagaimana ya? وَ هُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَ فِى الْأَرْض Dan juga ayat berikut ini : هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأْتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِى ظُلَلٍۢ مِّنَ ٱلْغَمَامِ Tolong dijawab dengan baik, benar dan jujur ya... Terimakasih 🙏
@@muftimunir6116 jawabannya mudah, Al Qur'an bukan di pahami dgn terjemahan. Tapi di pahami dari tafsir yg sudah ada, tinggal lihat saja apa tafsiran ayat tersebut. Silahkan lihat tafsir Ibnu Katsir. Yg tafsir ini kita sepakat i keadaannya. Mau lewat aplikasi ada...mau lihat langsung jg ada.
@@RIFA_17886 maaf, saya minta tolong itu apa terjemahannya secara tekstual apa adanya tanpa takwil tanpa tafsir. Sama seperti Ar-Rahmān 'alal-'Arsyis-tawā. Terjemahan tanpa tafsir dan tanpa takwilnya kan Ar-Rahmān istiwā di atas 'Arsy. Apa itu istiwa? Ya macam-macam artinya, bisa bersemayam, bisa menuju, bisa menguasai, bisa sempurna, dll. Istiwā yang multi arti alias bisa memiliki banyak arti secara tekstual, tentunya akan sangat rawan salah jika hanya diartikan bersemayam karena masih banyak arti yang lain. Lalu bagaimana Anda memahami 2 firman Allāh yang saya tanyakan tadi tanpa takwil tanpa tafsir, padahal artinya secara tekstual tidak multiarti? Semoga faham narasi saya. Sama seperti firman Allāh berikut ini; ٱلَّذِىٓ أَحْسَنَ كُلَّ شَىْءٍ خَلَقَهُۥ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ ٱلْإِنسَـٰنِ مِن طِينٍۢ ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُۥ مِن سُلَـٰلَةٍۢ مِّن مَّآءٍۢ مَّهِينٍۢ ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِۦ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۚ قَلِيلًۭا مَّا تَشْكُرُونَ (Allāh) Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia (Allāh) menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia (Allāh) menyempurnakan (bentuk fisik)nya dan Dia (Allāh) meniupkan ke dalamnya (yakni kedalaman jasad manusia itu) sebagian dari roh-Nya (maksudnya roh ciptaan-Nya) dan Dia (Allāh) menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kalian sedikit sekali bersyukur. (As-Sajdah 32 : 7-9) Akan menjadi sesat ketika seseorang memahami kata demi kata dalam ayat di atas secara tekstual dan apa adanya. Kalimat Dia (Allāh) meniupkan roh-Nya, tidak boleh dikatakan Allāh Yang Meniup meskipun redaisinya Allāh Yang Meniup, tetapi malaikat yang meniupkan roh atas perintah Allāh. Begitu juga kata roh-KU tidak boleh diartikan tekstual apa adanya karena Allāh bukan roh, tetapi maksudnya roh ciptaan Allāh. Ini tidak ada bedanya dengan hadits Tuhan kita turun ke langit bumi, maksudnya malaikat Tuhan kita turun atas perintah Allah ke langit bumi.
@@muftimunir6116 kalimat itu ada yg majas, dan ada yg tidak majas. Kemudian ada kalimat yg memang tidak bisa di fahami kecuali dgn majas. Maka memang harus di bawa ke majas. Tapi tidak selalu, karena ada satu dua yg harus di pahami majas. Kemudian setiap kalimat harus di bawa ke majas. Aku melihat singa. Maka ini adalah kalimat hakiki Aku melihat singa podium. Maka ini kalimat majas , tidak bisa di pahami secara apa adanya. Bagaimana di ketahui kalimat itu majas atau bukan??? Tergantung qorinahnya Ini penjelasan Al Imam Syafi'i kapan harus majas dan kapan tidak majas
@@RIFA_17886 Siapa bilang kalimat 'aku melihat singa' tidak bisa dipahami majas.? Jika pak Budi sudah terkenal hebat diatas podium dan sudah dimaklumi demikian adanya, maka ketika dengan ungkapan kekaguman seseorang yang bertemu Pak Budi mengungkapkan kekagumannya dengan mengatakan 'aku melihat Singa', maka hanya orang bodoh dan sedikit akal yang mengatakan pak Budi adalah Singa dalam arti hakiki. Belajar bahasa lagi Mas Bro.. Dan maaf, saya cukupkan sampai disini, buang-buang waktu. Terimakasih 🙏
Setuju Admin perdebatan dlm masalah agama bs menambah wawasan kita dlm belajar agama....tp terkadang ada admin yg gak adil.. jika TDK sesuai dgn pendapatnya..maka komen kita di hapus... Astaghfirullah 😭
Al-Azhar di Mesir memang sudah termasyhur di dunia Islam, lalu dalam hati orang itu ada 2 pepatah Melayu "dalamnya laut bisa diduga tetapi dalam hati siapa tahu" dan yang kedua "bahasa menunjukkan Budi pekerti". Lha kalau digabung/dipersatukan menjadi perkataan : dari pembahasan orang bisa menduga apa yang diutarakan, terang jelas khan apa yang tersirat dan tersurat ' Ada yang berat hati/tidak suka terhadap sumber ilmu agama Islam terbesar lagi lengkap '
Membahas dan memaksakan Hal yang tidak pernah diketahui (indra manusia tidak pernah mampu) Maka, kembalikan pada maknanya. dan saya condong menanyakan hal yang tidak pernah ada jawabannya Bid'ah.
Alhamdulillah Syukron kasirt ustadz, saya manut NU , semoga ustadz sehat2 selalu dan diberikan keberkahan serta lindungan alloh subhanahu wa ta'ala Aamiin aamiin yaa Alloh yaa robbal'alamiin
Benar.
Assyairah mengajar kedua dua metode.
Terbaik. Salam dr Malaysia.
Ketangguhan dan kualitas Al-Azhar dan para ulamanya sudah teruji baik secara agamis, logis, klinis, bahkan higienis lebih dari 1000 tahun. Maka mau mencari alasan apalagi untuk meragukannya? 🙏🏻😊. Jangan lupa Al-Fatihah nya untuk Al-'Allamah Asy-Syaikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi rahimahullahu ta'ala. 😭🙏🏻❤️
Sumber Islam Madinah & Mekkah Tempat Rasullah Saw Lahir & Dakwah Tidak mungkin 2 Kota Rusak Agama nya Pasti allah Menjaga 2 Kota Tersebut Dan Masih Menjaga Kemurnian Agama .
Sesungguhnya iman akan kembali ke Madinah seperti seekor ular yang kembali ke lubang sarangnya”
( HR al-Bukhâri dan Muslim )
@@jib-hamdani4851 ga gitu juga cara memahami hadits,sebelum kerajaan Saudi berdiri dan Mazhab Hambali diterapkan secara resmi oleh kerajaan dan juga pemahaman Ibnu Taimiyah didalamnya,maka Mekkah dan Madinah itu masih bermazhab Syafi'i yg artinya aqidahnya Ashari,itu bs dilihat dari dokumen sejarah 2 pendiri ormas terbesar KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Ashari,,yg keduanya murid langsung dari imam Haramain saat itu dimekkah,ini jauh sebelum kerajaan Saudi berdiri,dan Syaikh Abdul Wahab pendiri gerakan Wahabi yg memang bermazhab fiqh Hambali dan beraqidah Ibnu Taimiyah, berkolaborasi dg pendiri kerajaan Saudi mendirikan kerajaan Arab Saudi,dan klo dibaca sejarah Mazhab dimekkah dan Madinah itu tergantung penguasanya,klo yg berkuasa saat ini penganut madzhab Hambali dan pemahaman ibn Taimiyah maka itulah yg diterapkan dinegri itu dan disebarkan kedunia Islam,tp seblm itu Mekkah dan Madinah juga pernah bermazhab Syafi'i dan itu dibuktikan dg banyaknya tokoh ulama kita zaman penjajahan yg murid langsung dr imam imam dimekkah saat itu yg bermazhab Syafi'i dan berpemahaman aqidah Ashari,JD ini BKN soal betul dan salah ,apalg dihubungkan dg hadits diatas...
@@abishakil7192 InI Fitnah Terhadap Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah Baca Kitab" Nya Jangan Asal Fitnah ..itu tuduhan Dari orang syiah Liat sejarah nya ..
@@abishakil7192 Baca Kitab a Akhi Jangan Fitnah Kalo Gak Tau tentang Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab ...Sebenarnya Wahabi Abdullah Wahhab Bin Abdrurrahman Bin Rustum ..
#Baca Lagi Sejarah Allahu YaHdik
Mantap syekh...penjelasan dr syekh Ramadhan Al Buthi dn Syekh Ali Jum'ah sangat jelas dn mudah dtrimah akal
Cm...bgitulah...kawan2 dsebelah ttp tdk menerimah ini dn memahami dg makma zhahir dri ayat tersebut
Al Azhar seperti Baitul Hikmah di zaman Dinasti Umawiy. Sumber Ilmu dan Ulama
Itulah pentingnya belajar sifat yg 20, untuk menangkis pemahaman pemahaman yang membawa kemurtadan
Wow semudah itu memurtadkan ya
Mengapa cuma 20, sifat Allah sangat banyak...?
Coba perhatikan baik baik ucapan syekh Ali jumah, dia mengatakan tida boleh menyerupakan Allah dengan Mahluk, namun tanpa sadar dia mengtakan bahwa bagaimana Allah turun disepertiga malam, bagaimana dg libya kata syekh, aljazair, amerka...ini artinya Syekh Ali jumah telah menetapkan Allah menyerupai mahluk krn Syekh telah menetapkan sifat keterbatasan bagi Allah....
Klo ngaji jgn terkeco dg keindahan kata kata guru tapi analisa baik baik kata katanya, kata perkata agar kita tdk tertipu.
@@tamrinmuhammad570 hahaha .siapa yg ngomong cuma 20..
Kelihatan banget kurang referensi
.
Tapi percuma sih klo meladeni kaum model begini
🤣🤣🤣
@@tamrinmuhammad570
Anda gk paham maksud Blio rupanya. Gini Pak, menurut kelompok Wahabi, Alloh SWT benar2 turun secara hakekat (Dzat). Jika benar Alloh SWT turun (Dzatnya), sedangkan faktanya adalah adanya perbedaan waktu dibelahan bumi, berarti Alloh SWT habis turun dibelahan timur, kemudian naik lagi untuk persiapan turun dibelahan barat???😊
Alhamdulillah
Banyak terimakasih untuk pencerahannya
Insya Allah, Indonesia menjadi media yg baik dalam mengharmonisasi berbagai pemahaman. Kita semua berikhtiar untuk Islam kita yg lebih baik. Untuk kemanusiaan dan Indonesia yg lebih baik
Masya Allah TabarakalLah LahaolalakuataIllahbillah terimakasih atas tayangannya vidio ini dan kami tambah yakin 100 persen mengikuti Aqidah Ansynsyaariyah mantap Bravoooooo Bravoooooo Bravoooooo habis❤❤❤❤❤❤❤
Subhanallah.. Syukran katsiran ustdz... Ini sangat bermanfaat. Krn ada kelompok tertentu yg selama ini mrmaknai istiwa disamakan dg makna dan sifat makhluk yaitu duduk. Jk di takwil dg makna berkuasa msh memungkinkan, sekalipun blm tepat. Jazakallah khairu jaza' 👍👍👍
mereka menuduh takwil adalah bidah dan mengira cara mereka adalah jalan tafwidhnya para salaf padahal mujassimah tipis-tipis..mereka ingin memonopoli pemahaman mengkerucut pada golongan mereka saja. Makanya mereka bebal dan ga mau yang lain dibenarkan juga..
Barakallahu Fik, Jazakallahu khairan Ya Ustaz Fuad, Kami di bumi Andalusia, mohon keberkatan mengambil manfaat dari perkongsiannya. InshaaAllah
Alhamdulillah. Syukron ustadz
Trimakasih syechk sudah menerjemahkan. Semoga allah balas kebaikan. Berkat terjemahan kami semua dapat ilmu banyak dari guru besar. Syechk ali jumah dan syechk muhammad ramadhan al buthi. Aamiin yarabb
ALHAMDULILLAH IKUTI ASWAJA
Cinta Rasul, Cinta Sunnah, berkah Sunnah langsung dari Kota Kanjeng Rasul Madinah Al Munawarah.
Shahih Fiqih:
ruclips.net/user/ShahihFiqihvideos
Yufid TV:
ruclips.net/user/yufidvideos
@@Reanwings GAK AKAN PERCAYA KUMPULAN WAHANABLOON
@@aljawi4367 whb?? Tetapi mereka hanya menyampaikan Mazhab Salafi...
@@ProfIping maitul maqdis dikuasai yahudi mkkh mdnah dikuasai antek yahudi (wahyudi)
@@ProfIping MADZHAB SALAF WKWK MADZHAB DUL WAHAB NGALBANI
Assalamu'alaikum.
Benar-benar kanal/channel penuh ilmu.Apalah saya,umat awam.
Simpulan saya....pusing.Semakin dipikirkan,semakin saya kesulitan "membedakan" dua argumen antara Ibnu Taimiyah dg.Asy'ariyah.Saya memilih tidak memikirkan apalagi menanyakan.
Izin share video ini klo ada yg.bertanya tentang istiwa Allah.
Hal semacam ni TDK pantas di jadikan perdebatan yg senang orang kafir
ALLOH BERADA DIATAS LANGIT DAN BERISTIWA' DIATAS ARSY SPT YG DIJELASKAN DIDLM AKQUR'AN MAKA KITA WAJIB MENGIMANINYA.
Istiwa A'ala Arsy menurut Bahasa Arab adalah meninggi diatas Arasy Nya bukan nya bersemayam .
Bersemayam maksud nya Duduk, sampai kapan mengatakan Allah SWT perlu beristirehat 😂😂😂 sedang sentiasa menetap dengan ZatNya
Itu firman Ar Rahmanu ala al arsy istawa' tentu saja kita imana. Yg tdk kita imani terjemahanmu Allah berada di langit. Kalo di bilang masa pendudukan jepang, apa kau terjemahkan org jepun duduk2 di Indo, kan tidak. Sangat jelas perkataan Imam Malik : istawa Allah sdh maklum, bertanya kaif itu bidah. Jadi jika ada pertanyaan Dimana Allah, lgsg semprit aja : wrong question😅.
Yang lebih tepat Allah Maha Tinggi diatas Makhluk-Nya dia tidak membutuhkan tempat, sebagaimana makhluk membutuhkan tempat. Mengimani ayat ini wajib bagi setiap Muslim Dan menanyakan bagaimana caranya adalah pertanyaan bidah/bodoh.
@@MrDabboe Sekalian tampol bang 😃
Terima kasih atas video bermanfaat ini.
Menjadi lebih faham titik perbedaan antara keduanya.
اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد عبدك ورسولك النبي الأمي وعلى آله وصحبه وسلم
Waalaikumsalam Warahmatullahi wa Barakatuh
sudah dimaklumi madzhab Al Asy’ariyyah yang berkembang sekarang ini, hakikatnya adalah madzhab Al Kullabiyyah. Abul Hasan Al Asy’ari sendiri telah bertaubat dari pemikiran lamanya, yaitu pemikiran Mu’tazilah.
"Rujuknya Imam Abul Hasan Asy'ari"
Tahukah bahwa Abul Hasan Al Asy'ari telah meninggalkan aqidah asy'ariyahnya dan telah rujuk kepada madzhab salaf.
Ini dinyatakan oleh imam ibnu Katsir dalam tarikhnya, imam Adz Dzahabi dalam siyar a’lam nubala (15/86) demikian juga imam Al Aluusi dalam kitab garaib igtirab (hal 385-386).
Dan tiga kitab terakhir karya Abul Hasan Al Asy’ari menyatakan demikian yaitu kitab:
1. Maqolat islamiyin. Dalam kitab tersebut beliau membedakan aqidah kullabiyah yang merupakan fase kedua beliau dengan akidah ahlul hadits yang menetapkan seluruh sifat dan beliau menyatakan dengan tegas bahwa beliau ikut ahlul hadits.
2. Al Ibanah. Kitab ini sangat tegas beliau menetap seluruh sifat diantaranya bahwa Allah berisitiwa di atas Arasy.
3. Risalah ila ahli tsagr. Dalam kitab ini pun beliau menetapkan bahwa Allah beristiwa di atas Arasy
Namun kaum asy’ariyah di zaman ini menganggap bahwa kitab al ibanah itu bukan tulisan abul hasan Al Asy’ari.
Akan tetapi klaim ini batil karena beberapa ulama Asy’ariyah menetapkan bahwa kitab tersebut adalah tulisan terakhir beliau. Seperti Al Hafidz ibnu Asakir dalam kitab tabyin kadzabil muftari.
Demikian pula ibnu Dirbas Asy Syafii. Beliau berkata :
فاعلموا معشر الإخوان... بأن كتاب (الإبانة عن أصول الديانة) الذي ألفه الإمام أبو الحسن علي بن إسماعيل الأشعري، هو الذي استقر عليه أمره فيما كان يعتقده، وبما كان يدين الله سبحانه وتعالى بعد رجوعه عن الاعتزال بمن الله ولطفه وكل مقالة تنسب إليه الآن مما يخالف ما فيه، فقد رجع عنها، وتبرأ إلى الله سبحانه وتعالى منها.
“Ketahuilah wahai saudara2.. bahwa kitab al ibanah yang ditulis oleh imam Abul Hasan Al Asy’ari adalah kitab terakhir yang menjadi keyakinan beliau setelah beliau rujuk dari keyakinan mu’tazilah. Dan setiap pendapat beliau yang bertentangan dengan kitab tersebut telah beliau ralat dan berlepas diri kepada Allah darinya”. (Adz Dzabb an abil hasan al asy’ari hal. 107)
Jazakallah khair antum sdh wakilkan smuanya... Barakallahu fiik akhi...
Al ibanah yg antum kuasai ibanah terbitan yg mana???
Maaf cuma mau tau.
Kepada teman-teman wahabi, saya mau tanya serius ini.
Firman Allāh berikut ini jika diterjemahkan apa adanya tanpa ta'wil, terjemahan apa adanya dalam bahasa Indonesia bagaimana ya?
وَ هُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَ فِى الْأَرْض
Dan juga ayat berikut ini :
هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأْتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِى ظُلَلٍۢ مِّنَ ٱلْغَمَامِ
Tolong dijawab dengan baik, benar dan jujur ya...
Terimakasih 🙏
Jazkallah khair
@@muftimunir6116 mantab elu bro,..keahlian wahbabi ya terjemah via gugel translate perkalimat ,maknya ciri khas ngustat wahbabi slalu pake leptop,klo leptop ke tutup ilang lah ilmu nya...
Keren ustd....terima kasih tayangannya dan penjelasan ustd...jazakallah khoyron
Semoga bermanfaat
*MAKNA ISTAWA: BERADA MENETAP TINGGI DI ATAS*
Di kamus bahasa Arab dan penjelasan para ulama "Asy'ariyah" sendiri, ISTAWA 'ALAA maksudnya secara bahasa adalah 'ALAA (tinggi/ di atas) dan ISTAQARRA (stabil/tetap/menetap).
Imam Al Bukhari menukilkan ucapan Dua Imam Tabiin: Mujahid dan Abul Aliyah, bahwa arti ISTAWA adalah: 'ALAA dan IRTAFA'A (Tinggi, naik).
Dan jika kita kumpulkan lafazh ISTAWA 'ALAA di dalam Al Qur'an, maka kita akan mendapatkan kesesuaian makna 'ALAA dan ISTAQARRA pada semua lafazh tersebut.
Tidak ada yang bermakna ISTAULAA (menguasai).
Baik itu subyeknya adalah ALLAH, maupun SELAIN ALLAH.
Imam Abul Hasan Al Asy'ari sendiri di dalam kitab Al Ibanah Cetakan Mesir (Al Ibanah yang menurut kaum "Asy'ariyah" adalah Al Ibanah yang asli), di halaman 108, menyalahkan pemaknaan ISTAWA 'ALAA dengan makna MENGUASAI (ISTAULAA, MALAKA, QAHARA).
Dan memaknai istawa dengan menguasai, dan menolak keberadaan Allah di atas Arsy, adalah pemahaman kelompok bid'ah sesat: Jahmiyah, Mu'tazilah, dan Haruriyah (Khawarij).
Para ulama Nusantara pendahulu kita pun memaknai ISTAWA 'ALAA dengan BERSEMAYAM (tinggal, berkediaman, menetap, duduk, dan lain-lain).
Kata BERSEMAYAM, kalau kita gali lebih dalam, lebih dekat kepada makna umum: ISTAQARRA (stabil/tetap/menetap). Bukan JALASA (duduk).
Sebagaimana pada kalimat:
- "Jenazah BERSEMAYAM di rumah duka."
- "Namanya BERSEMAYAM di hatiku.",
kata BERSEMAYAM jelas tidak bisa dimaknai dengan DUDUK.
Kesimpulannya:
1. Makna yang bisa difahami secara umum untuk penggunaan kata BERSEMAYAM, di dalam bahasa Indonesia, adalah makna: tinggal, menetap (ISTAQARRA).
2. Maka penerjemahan:
"Allah BERSEMAYAM di atas Arsy (Singgasana)"
Atau:
"Allah berada menetap tinggi di atas Arsy (Singgasana)",
adalah penerjemahan yang sudah sesuai secara bahasa.
*APAKAH HAL INI BERARTI MENYERUPAKAN ALLAH DENGAN MANUSIA (MAKHLUK)?*
Jawabnya:
Perbuatan Allah yang seolah-olah juga dilakukan oleh manusia (makhluk), TIDAKLAH MELAZIMKAN KESERUPAAN antara Allah dengan manusia (makhluk).
Contohnya:
Allah mendengar melihat dan berbicara.
Mendengar, melihat dan berbicara nya Allah, jelas JAUH BERBEDA dengan mendengar melihat dan berbicara nya manusia (makhluk).
KESAMAAN adalah hanya dari sisi MAKNA BAHASA.
Adapun secara CARA (kaifiyahnya), hanya Allah yang tahu, dan tidak bisa dibayangkan bagaimana caranya oleh manusia.
Dan jelas JAUH BERBEDA dengan cara KEBERADAAN manusia (makhluk).
Kata ISTAWA 'ALAA sudah jelas maknanya.
BAGAIMANA CARANYA Allah istawa 'alaa, tidak diketahui.
Mengimani bahwa Allah ISTAWA 'ALAA Arsy, adalah WAJIB.
Bertanya apalagi merinci "bagaimana caranya (TAKYIF)", adalah BID'AH SESAT.
Demikian.
Semoga bermanfaat...
@@andikachandra160
Pada asalnya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah meneruskan aqidah dan madzhab Imam Ahmad bin Hambal.
Dalam hal aqidah, disebut dengan aqidah Ahlussunah wal Jamaah. Dan ini adalah aqidah keempat Imam madzhab.
Aqidah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan para Salafus shalih.
Yakni sebagai lawan dari aqidah-aqidah bidah sesqt yang muncul mulai masa Utsman bin Affan (Syiah dan Khawarij) dan masa kemudian (qadariyah, murjiah, mu'tazilah, jabbariyah, jahmiyah, dll).
....
Ada juga beberapa perbedaan pendapat di antara para ulama Ahlussunah wal Jamaah dalam perkara cabang-cabang aqidah.
Adapun di dalam keberadaan Allah di atas Arsy, semuanya sepakat.
@@andikachandra160
Barang kali cuma beda istilah, tapi sama maksudnya.
@@andikachandra160
Perbedaan pendapat di urusan cabang aqidah adalah wajar.
Sebagian Hanabilah ada yang beraqidah bidah asyariyah juga wajar.
Sebagian Syafi'iyah, Malikiyah, Hanafiah ada yang beraqidah Ahlussunah wal Jamaah juga wajar.
Yang penting kita terus bersemangat untuk beraqidah Ahlussunah wal Jamaah yang sebenarnya. Bukan yang ngaswaja (ngaku Ahlussunah wal Jamaah, padahal beraqidah bidah sesat).
Bukan pula yang santai tak peduli mau menjadi Ahlussunah wal Jamaah atau menjadi ahli bidah sesat.
@@andikachandra160
Saya tidak tahu siapa yang sampeyan maksud tokoh atsari Hanabilah.
Yang saya tahu : Imam Hambali dan para ulama madzhab Hambali beraqidah Ahlussunah wal Jamaah. Tidak tafwidh makna.
Tolong nukilkan ucapan yang menunjukkan tafwidh makna dari ulama madzhab Hambali.
@@andikachandra160
Cerita sampeyan itu bersifat katanya-katanya. Tanpa nara sumber yang jelas.
Dan sangat berbeda dengan penjelasan yang valid dari kitab-kitab yang ada.
Jazakallah Khoir y ustadz atas pencerahannya
Mekkah dan Madinah👍,,,,disitulah Islam lahir dan kembali 👍
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah👍
Ibnu Taimiyah bukan ulama salaf
Syekh Abdul Wahab adalah ulama nejed
alhamdulillah nambah ilmu
Ternyata benar kata Imam Adz dzahabi dan ibnu Katsir rohimahumallah, Asy 'ariyah menolak sifat Allah karena menganggap serupa dengan makhluk kemudian menetapkan Sifat bagi Allah dengan Akal mereka yang justru serupa juga dengan makhluk, kemudian dengan apa yang mereka tetapkan membawa ayat "laisa kamitslihi syaiun wahuwas samiul bashir".
wujud =Allah ada tanpa awal ahir,beda dgn mahluk ada awal ahir,
qidam=Allah dahulu tanpa awwalan beda dgn mahluq
baqo'= Allah kekal tanpa ahiran beda dgn mahluk
mukholafah lil hawadits= beda dgn sswt yg baru (mahluk)
qiyamuhu binafsihi = tegak sendiri tanpa ada sekutu (beda dgn mahluk)
wahdaniat = allah yg wahid klo mahluk 1 masih ada unsur kepala tangan darah dll
sdang Allah maha suci dr itu semua
qudrot= allah maha kuasa gk munkin kuasanya Allah sama dgn mahluk
samapai ahir semua ada dalilnya di al quran terus yg sama apanya? yg menyamakan itu org yg gk paham 🤣🤣🤣 pake dalil inceng2an 🤦🤦🤣
Faham Istiwa A'ala Arsy dengan Allah SWT meninggi diatas Arasy dan bukan Allah SWT bersemayam diatas Arasy .
Syukran kasiran ustadz
Cinta Rasul, Cinta Sunnah, berkah Sunnah langsung dari Kota Kanjeng Rasul Madinah Al Munawarah.
Shahih Fiqih:
ruclips.net/user/ShahihFiqihvideos
Yufid TV:
ruclips.net/user/yufidvideos
Assalamu'alaikum Ustadz, terima kasih videonya saya setuju dengan pendapat Syaikh Ramadhan Al-buthi dan Syaikh Ali Jum'ah.. saya sendiri lebih condong ke tafwid bil makna, jadi kita tahu tentang istiwanya tapi caranya kita serahkan kepada Allah tentang itu. Cukup imani tidak perlu bertanya bagaimana, karena kita tidak ada Ilmu disana.
Mungkin video berikutnya ditambahkan pembahasan tetang bank, riba, dan denda ustadz, bagaimana pendapat dari Ulama Salafi dan bagaimana pendapat dari Ulama Al-Azhar.
Barakallahu fiikh
Wsslm. Thanks. Sudah pernah sy upload video ttg bank, riba, dan kredit. Cek di video2 sebelumnya
@@FuadFansuri Mohon maaf ustadz. Ternyata videonya sudah ada, saya yg kurang teliti.
Terima kasih.
Mantap prof kesimpulannya
Doktrin Yang Mematikan Akal
Oleh : Rahmat Taufik Tambusai
Dalam satu acara jamuan syukuran, saya kebetulan satu meja dengan salah seorang tamu. Disela sela obrolan, beliau bertanya kepada saya, bapak alumni mana? lalu saya jawab singkat, alumni Al Azhar pak. Kemudian bapak tersebut menimpali, alumni madinah lebih original dan lebih asli, dengan santai saya balik bertanya, asli bagaimananya pak? lalu dijawabnya, di sana diturunkan Al Quran dan dipraktekkan sunnah nabi, maka alumni madinah lebih asli. Lalu saya bertanya, yang membawa ajaran nabi setelah nabi meninggal siapa pak?
Dengan semangat bapak tersebut menjawab, para sahabat nabi, lalu saya lanjutkan pertanyaannya, apakah semua sahabat nabi menetap di madinah setelah nabi wafat? Sampai pertanyaan ini, bapak tersebut diam membisu dengan muka bingung. Lalu saya sampaikan, kalau seandainya para sahabat nabi semuanya menetap dan meninggal di madinah wajar dikatakan alumni madinah lebih asli, karena para sahabat tidak ada yang keluar dari madinah, hanya mengajar di madinah sampai wafat, kemudian diteruskan ulama setelahnya sampai wafat pula disana, tetapi kenyataannya setelah nabi meninggal para sahabat bertebaran di muka bumi.
Seperti Muaz bin jabal, Bilal bin rabah, Ibnu abbas dll, mereka tidak menetap di madinah setelah nabi meninggal, Muaz bin jabal dan Bilal bin rabah ke damaskus, Ibnu abbas ke Thaif, apakah yang mengambil ilmu dari mereka tidak dikatakan asli lagi ? Sedangkan mereka mengambil ilmu langsung dari nabi, atau karena mereka tidak menetap di madinah sehingga membuat ilmu mereka tidak asli lagi? Anak keturunan nabi, semenjak terjadi pembantaian di karbala, mereka dikejar - kejar, hampir seluruh mereka mencari daerah yang paling aman. Ada yang ke yaman, ada yang ke mesir, ada yang ke syuria, maroko dll, apakah disebabkan mereka tidak tinggal di madinah membuat ilmu mereka tidak original lagi?
Padahal mereka mengambil ilmu tersebut dari ayah mereka yang keturunan langsung dari nabi. Nafisah binti Hasan bin Zaid bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dari namanya jelas keturunan nabi, salah seorang guru imam Syafii, yang menetap dan meninggal di mesir. Apakah ilmu yang di mesir tidak asli? Dan termasuk Syekh Al Azhar hari ini Syekh Ahmad Thayib merupakan anak keturunan Rasulullah. Kemudian saya tanya kembali, yang bapak maksudkan, alumni madinah zaman nabi atau zaman sekarang? Kalau zaman nabi sudah jelas original dididik langsung oleh nabi, yang disebut dengan para sahabat nabi, para sahabat mengajarkan kepada para tabiin, para tabiin mengajarkan kepada ulama mazhab, dan dilanjukkan oleh murid mereka sampai kepada ulama kita pada masa kini.
Maka sanad ilmu yang seperti ini tetap dikatakan asli, walaupun mereka mengambil ilmu tersebut dari sahabat yang tidak tinggal di madinah, karena ilmu mereka bersumber dari nabi. Kalau yang bapak maksud alumni madinah zaman sekarang, berarti bapak telah didoktrin dan termakan doktrin orang - orang yang tidak bertanggung jawab. Ini yang disebut dengan doktrin mematikan akal.
Nabi tidak pernah menjadikan kota madinah sebagai ukuran asli atau tidak aslinya ajaran beliau. Kalau seandainya madinah menjadi ukuran asli atau tidak aslinya ajaran nabi, maka para sahabat dan ulama akan berbondong - bondong untuk tinggal menetap di kota madinah sampai mati. Dan para ulama tidak pernah menjadikan orang madinah sebagai standar keilmuan seseorang, jikalau dijadikan orang yang hidup di madinah sebagai standar keilmuan seseorang, maka yang paling layak untuk diikuti Imam Malik pendiri mazhab maliki, sebab beliau lahir, besar dan wafat di madinah, sehingga digelar dengan imam darul hijrah, imam tempat hijrahnya nabi.
Kalau yang bapak maksudkan pemahaman yang dikembangkan oleh alumni madinah hari ini, maka bapak sudah terjerumus kepada fanatik buta. Tidakkah bapak tau, pemahaman yang mereka bawa, bukan dari ulama madinah, tetapi dari ulama najd, Syekh Muhammad bin abdul wahhab, bin Baz, Usaimin, Sholeh fauzan dan dari albania Syekh Nasiruddin albani. Dan setahu penulis tidak ada satu pun dari keturunan Nabi.Yang membawa pertama paham tersebut, tidak ada yang asli madinah, kecuali ditingkat murid - murid mereka. Jadi alumni madinah yang mana bapak maksud ?
Kemudian saya sampaikan, kalau alumni madinah lebih asli, maka jangan pernah pakai kitab - kitab ulama yang bukan alumni madinah, jangan pakai kitab hadits shahih bukhari, muslim dll kitab tafsir ibnu kasir, thabari dll kitab fiqih Syafii, Hanafi, Hanbali dll karena mereka bukan alumni madinah. Untuk bapak ketahui, salah seorang alumni S3 madinah, menceritakan kepada kami pada tahun 2003, bahwa kampus madinah baru membuka program doktoral jurusan bahasa arab, dan hampir semua dosennya diambil dari Al Azhar mesir. Terus original yang mana bapak maksud ? sedangkan dosennya semuanya dari luar madinah.
Istilah jurusan Syariah, Usuluddin, Hadits, Tafsir dll awal pertama yang mencetusnya universitas Al Azhar pak, yang lainnya mengikuti. Terakhir saya sampaikan, saya tidak benci alumni mana pun, termasuk alumni madinah, yang saya sangkal tadi adalah menjadikan daerah atau tempat sebagai standar keaslian ilmu dan ajaran islam, karena nabi tidak pernah menyampaikannya. karena nabi tidak pernah menyampaikan, maka Ini bidah baru yang diada - adakan. Jika ini yang dikembangkan maka akan melahirkan generasi yang fanatik buta, yang akhirnya menyebabkan akalnya mati. Tidak mau membaca sejarah dan belajar kepada banyak ulama, yang hanya mencukupkan diri dengan apa yang didoktrin oleh gurunya. Akibat yang lebih besar adalah merusak ilmu dan ajaran nabi muhammad, karena akal sudah mati disebabkan doktrin dan fanatik buta.
Masya Allah ini adalah pencerahan
😊🙏
afwan, izin copas akhii 🙏🏻 Barakallahu fiik
teruskan usaha.. sangat bermanfaat
akhirnya semua bertitik pada ayat ليس كمثله شيء
Terima ksh ustadz
Sy suka closingnya.." yang pada akhirnya kita bisa menerima perbedaan pendapat. Sehingga kita bisa hidup harmoni"
Salam harmoni ustadh
Syukron Bro
Sesungguhnya para pakar bahasa arab ketika mendengar takwil mereka tersebut langsung mengingkarinya dengan keras. Ibnu Al-A’raabi pernah ditanya: Apakah benar jika Istawa ditafsirkan dengan Istaula/menguasai? beliau menjawab: Orang arab tidak mengetahui makna tersebut. Dan beliau adalah senior imam bahasa arab.
. Al-Khaththaabi pernah berkata di dalam kitabnya “Syiar Ad-Diin”: Ucapan bahwa Allah ada di atas Arsy. Kemudian beliau membawakan dalil dari ayat-ayat Al-Qur’an seraya berkata: Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah ada di atas langit, tinggi di atas Arsy. Dan telah menjadi sesuatu yang lumrah dalam diri kaum muslimin baik yang awam atau yang alim untuk mereka berdoa kepada Rabb mereka ketika bermunajat dengan mengangkat kedua tangan mereka ke atas langit. Itu semua dikarenakan ilmu tentang Allah (yang dimunajati) ada di atas langit. Kemudian beliau juga berkata: Sebagian orang mengira bahwa maknanya adalah menguasai dengan berdasarkan kepada bait syair yang misterius, yang tidak diucapkan oleh seorang penyair arab yang masyhur yang bisa dijadikan sebagai hujjah. Seandainya makna Istiwa’ adalah menguasai, maka ucapan (ayat di atas) itu tidak ada faidahnya. Hal ini karena ilmu dan kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu, meliputi semua tempat baik di langit maupun di bumi dan yang di bawah Arsy. Maka adakah makna pengkhususan disebutkannya Arsy? Kemudian ada makna yang tersirat dari Istiila’/menguasai yaitu adanya perebutan. Apabila telah menang (merebut), maka dikatakan dia telah menguasainya (apakah terjadi perebutan arsy antara Allah dan selain-Nya- pent). Inilah ucapan beliau dan beliau termasuk imam bahasa arab.
Setuju
Langit itu maujud /yang di adakan/yg di ciptakan maka bersifat baru jika alloh SWT di langit sebelum langit di ciptakan alloh SWT dimana yaaa?
Langit kiblatnya doa
Ka'bah kiblatnya sholat..
Maaf sy org tdk faham cuma memakai akal saja
@@budiutama8090 tundukkan akal anda dihadapan Wahyu dalam perkara ini
@@lukmanali3667akal yang tunduk itu gimana sih? Sedangkan ada golongan2 dgn dalih wahyu, malah mengeluarkan umat dari pemahaman para ulama.
Mantaaaaapks ustad. Banyak pelajaran sy dpat
Kami Asy'ariah dan Maturidiyah Memahami masalah :
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى
ar-rohmaanu 'alal-'arsyistawaa
Dengan 2 metode yaitu :
1. Metode Tafwid
Berdasarkan 4 imam madzhab, Menyerahkan urusan ayat tersebut hakekat yang sebenarnya hanya kepada Allah
Karena 4 imam madzhab mengatakan :
Tidak bertanya-tanya hakekat, tidak membayangkan, tidak memikirkan, Tidak Mensifatkan kecuali Sifat Maha Suci Yang Haq dari Allah itu sendiri.
Jika melakukan nya maka bid'ah.
2. Metode tafsir
Berdasarkan imam abu Hasan Al- Asy'ari.
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى
ar-rohmaanu 'alal-'arsyistawaa
Sesuai apa yang dimaksud oleh Allah Sendiri sesuai dengan Dzat dan Sifat-Nya yang Maha Suci dan Dialah yang benar berhak menjelaskan.
Untuk membela keyakinan kami,
Sehingga kami pun berfikir apakah yang dimaksud oleh Allah tersebut...
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى
ar-rohmaanu 'alal-'arsyistawaa
Ditafsirkan menjadi
Allah Maha Kuasa berbuat Apa yang Dia Kehendaki terhadap Arsy.
Dari dalil
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَعَّا لٌ لِّمَا يُرِيْدُ
fa''aalul limaa yuriid
"Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki."
(QS. Al-Buruj 85: Ayat 16)
Lalu
Apa saja yg dimaksud dengan Allah Maha Kuasa Berbuat Apa yang Dia kehendaki terhadap Arsy...?
Yaitu
Allah menguasai terhadap Arsy-Nya
Allah mengatur terhadap Arsy-Nya
Allah menggerakkan Arsy-Nya
Allah memelihara terhadap Arsy-Nya
Allah menyempurnakan Nikmat-Nya terhadap Arsy-Nya
Allah memiliki Arsy
Allah adalah Tuhan bagi Arsy
Allah mengurus Arsy-Nya
Allah mampu membinasakan Arsy-Nya di hari kiamat Jika Allah menghendaki.
Allah Telah Ada Dzat dan Sifat-Nya dengan Sendiri-Nya Maha Agung Tanpa Bandingan-Nya, Maha Kekal tidak pernah berubah Dzat dan Sifat-Nya, Dialah Yang Awal, Dialah Yang Akhir, Dialah yang Dzahir, dan Dialah Yang Bathin, Dialah Yang Qadim.
Dialah Allah Yang Menciptakan segala sesuatu dengan Haq. Allah Maha kuasa atas segala sesuatu, Allah Maha Besar, Maha Tinggi, Maha Luas, Maha Halus, Maha Meliputi Segala urusan-Nya, Allah tidak bertempat di Arsy karena Arsy sangat kecil disisi Allah Tidak Setara dan Serupa dengan semua Dzat dan Sifat-Nya Allah yang Maha Agung tanpa bandingan-Nya. Maha Suci Allah. Tuhan semesta Alam
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُ ۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
tabaarokallazii biyadihil-mulku wa huwa 'alaa kulli syai-ing qodiir
"Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,"
(QS. Al-Mulk 67: Ayat 1)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
wa izaa sa-alaka 'ibaadii 'annii fa innii qoriib, ujiibu da'watad-daa'i izaa da'aani falyastajiibuu lii walyu-minuu bii la'allahum yarsyuduun
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 186)
Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata
Dan Rasulullah Muhammad adalah Utusan Allah yang Jujur, benar, Terpuji dan Termulia disisi Allah. Sungguh Kami memohon Ampun kepadamu wahai Rabb kami, atas sifat kami yang lemah, zhalim dan bodoh ini.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّا عَرَضْنَا الْاَ مَا نَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَا لْجِبَا لِ فَاَ بَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَ شْفَقْنَ مِنْهَا وَ حَمَلَهَا الْاِ نْسَا نُ ۗ اِنَّهٗ كَا نَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًا
innaa 'arodhnal-amaanata 'alas-samaawaati wal-ardhi wal-jibaali fa abaina ay yahmilnahaa wa asyfaqna min-haa wa hamalahal-ingsaan, innahuu kaana zholuumang jahuulaa
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh,"
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 72)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفًا
yuriidullohu ay yukhoffifa 'angkum, wa khuliqol-ingsaanu dho'iifaa
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 28)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَلَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰٓئِرَ الْاِ ثْمِ وَا لْفَوَا حِشَ اِلَّا اللَّمَمَ ۗ اِنَّ رَبَّكَ وَا سِعُ الْمَغْفِرَةِ ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِكُمْ اِذْ اَنْشَاَ كُمْ مِّنَ الْاَ رْضِ وَاِ ذْ اَنْتُمْ اَجِنَّةٌ فِيْ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ ۚ فَلَا تُزَكُّوْۤا اَنْفُسَكُمْ ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى
allaziina yajtanibuuna kabaaa-irol-ismi wal-fawaahisya illal-lamama inna robbaka waasi'ul-maghfiroh, huwa a'lamu bikum iz angsya-akum minal-ardhi wa iz angtum ajinnatung fii buthuuni ummahaatikum, fa laa tuzakkuuu angfusakum, huwa a'lamu bimanittaqoo
"(Yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa."
(QS. An-Najm 53: Ayat 32)
inilah hasil tafsir atau penjelasan ayat yang lain,
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى
ar-rohmaanu 'alal-'arsyistawaa
Ditafsirkan dari dalil-dalil...
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
allohu laaa ilaaha illaa huwa robbul-'arsyil-'azhiim
"Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang Maha Agung mempunyai 'Arsy.""
(QS. An-Naml 27: Ayat 26)
وَهُوَ الْغَفُوْرُ الْوَدُوْدُ
wa huwal-ghofuurul-waduud
"Dan Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih,"
(QS. Al-Buruj 85: Ayat 14)
ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدُ
zul-'arsyil-majiid
"yang memiliki 'Arsy, lagi Maha Mulia,"
(QS. Al-Buruj 85: Ayat 15)
فَعَّا لٌ لِّمَا يُرِيْدُ
fa''aalul limaa yuriid
"Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki."
(QS. Al-Buruj 85: Ayat 16)
رَفِيْعُ الدَّرَجٰتِ ذُو الْعَرْشِ ۚ يُلْقِى الرُّوْحَ مِنْ اَمْرِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَا دِهٖ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَا قِ
rofii'ud-darojaati zul-'arsy, yulqir-ruuha min amrihii 'alaa may yasyaaa-u min 'ibaadihii liyungziro yaumat-talaaq
"(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, yang memiliki 'Arsy, yang menurunkan wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, agar memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat),"
(QS. Ghafir 40: Ayat 15)
سُبْحٰنَ رَبِّ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ
sub-haana robbis-samaawaati wal-ardhi robbil-'arsyi 'ammaa yashifuun
"Maha Suci Tuhan Pemilik langit dan Bumi, Tuhan Pemilik `Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu.""
(QS. Az-Zukhruf 43: Ayat 82)
فَاِ نْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۗ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
fa ing tawallau fa qul hasbiyallohu laaa ilaaha illaa huw, 'alaihi tawakkaltu wa huwa robbul-'arsyil-'azhiim
"Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang Maha Agung memiliki ‘Arsy.""
(QS. At-Taubah 9: Ayat 129)
فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَـقُّ ۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ رَبُّ الْعَرْشِ الْـكَرِيْمِ
fa ta'aalallohul-malikul-haqq, laaa ilaaha illaa huw, robbul-'arsyil-kariim
"Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan Yang Maha Mulia (yang memiliki) 'Arsy."
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 116)
@@rz_deathbringer1221 Tolong tafsirkan ayat ini
Surah Az-Zumar, Verse 67:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Allah punya tangan seperti dengan firman nya atau tidak?
@@ishamsyahputra Maha Suci Allāh dari punya tangan.
Ketika Pak Arif mengatakan Pak Budi adalah tangan kanan saya, tentu saja itu tidak bisa dipahami secara tekstual.
@@muftimunir6116 Saya minta Tafsir nya, bukan pendapat kamu...
Dikisahkan oleh `Abdullah:
Seorang rabi (Yahudi) datang kepada Rasulullah (ﷺ) dan dia berkata, "Wahai Muhammad! Kami belajar bahwa Allah akan meletakkan semua langit di satu jari, dan bumi di satu jari, dan pohon di satu jari, dan air di satu jari. dan debu di satu jari, dan semua makhluk lain di satu jari. Kemudian Dia akan berkata, 'Aku adalah Raja.' Kemudian Nabi (ﷺ) tersenyum sehingga gigi geraham depan terlihat, dan itu adalah konfirmasi kepada rabi Yahudi. Kemudian Rasulullah (ﷺ) membacakan: 'Mereka tidak membuat perkiraan yang adil tentang Allah seperti yang seharusnya kepada-Nya. Dan pada hari kiamat seluruh bumi akan digenggam dengan tangan-Nya dan langit akan digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia, dan Maha Tinggi Dia di atas segala yang mereka persekutukan dengan-Nya.' (39.67)
حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَبِيدَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ جَاءَ حَبْرٌ مِنَ الأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ، إِنَّا نَجِدُ أَنَّ اللَّهَ يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالْمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ، وَسَائِرَ الْخَلاَئِقِ عَلَى إِصْبَعٍ، فَيَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ. فَضَحِكَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الْحَبْرِ ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Bukhari 4811
Bukan kah Allah dan Rasulallah SAW yang menyakinkan sifat tangan Allah?
@@ishamsyahputra ini tafsir nya :
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّمَاۤ اَمْرُهٗۤ اِذَاۤ اَرَا دَ شَیْئًـا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
innamaaa amruhuuu izaaa arooda syai-an ay yaquula lahuu kung fa yakuun
"Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu."
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 82)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
هُوَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ ۗ فَاِ ذَا قَضٰۤى اَمْرًا فَاِ نَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
huwallazii yuhyii wa yumiit, fa izaa qodhooo amrong fa innamaa yaquulu lahuu kung fa yakuun
"Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Maka apabila Dia hendak menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu."
(QS. Ghafir 40: Ayat 68)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَاِ ذَا نُفِخَ فِى الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَّا حِدَةٌ
fa izaa nufikho fish-shuuri nafkhotuw waahidah
"Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup,"
(QS. Al-Haqqah 69: Ayat 13)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَحُمِلَتِ الْاَ رْضُ وَ الْجِبَا لُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَّا حِدَةً
wa humilatil-ardhu wal-jibaalu fa dukkataa dakkataw waahidah
"dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan."
(QS. Al-Haqqah 69: Ayat 14)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَيَوْمَئِذٍ وَّقَعَتِ الْوَا قِعَةُ
fa yauma-iziw waqo'atil-waaqi'ah
"Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat,"
(QS. Al-Haqqah 69: Ayat 15)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا نْشَقَّتِ السَّمَآءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَّاهِيَةٌ
wangsyaqqotis-samaaa-u fa hiya yauma-iziw waahiyah
"dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi rapuh."
(QS. Al-Haqqah 69: Ayat 16)
Assalamualaikum ustaz dah dengar video sebelumnya.. Terima kasih atas penjelasannya.
Dapet aja lg video2 ky gini. Walau sudah yaqin, tapi kita perlu video2 spt ini utk meyaqinkan orang lain yg masih beku hatinya karena taqlid buta kpd alu syaikh.
Beriman kepada Ayat-ayat Al Quran dan jangan ditanya bagaimana... hanya Allah Subhanahu Wata'ala yang mengetahui...
Sesungguhnya menafsirkan Istiwa’ dengan menguasai termasuk menafsirkan Kalamullah/firman Allah dengan akal semata yang tidak pernah dilakukan oleh seorang sahabat Nabi atau tabi’in, atau imam kaum muslimin atau salah seorang dari ahli tafsir yang mereka meriwayatkan dari para salaf.
Iya tp kenapa ulama salafi saudi menafsirkan ayat tentang Allah turun ke langit dunia itu mksudnya ilmu Allah yg turun. Knp mrk boleh menafsirkan sprti itu, ttpi ulama al azhar mesir menafsirkan istiwa bermakna menguasai tdk boleh.
@@ariffadl19 bisa anda nukilkan...???
Ulama siapa yg bilang dan d buku apa???
Dan dalam konteks apa mereka bilang sperti itu??
@@khaerun4778 sy fakir ilmu tadz, sy belum bsa taruh nukilannya dri mna. Hanya mengikuti kajian2 kampung baik dari ulama berpahaman asyariyah maupun ulama berpahaman salafi saudi, tipikal sy senang melihat pengajian trutama akidah dri 2 sisi yg berbeda 🙏
@@ariffadl19 masya Allah...
Afwan sya juga bukan ustad akhy... Sya cuma penuntut ilmu yg berusaha mencari kebenaran.. Dan kokoh di atasnya
Semoga Allah memberi kita semua taufik dan hidayah Nya...
Btw... Harap jgn memberi klaiman terhadap sesuatu yg belum valid.. Krna d hari kemudian kita akan bertanggung jawab akan hal tersebut...
Jika ada informasi yg kita dapat... Baiknya d cari dlu sumbernya... Valid atau hanya tuduhan yg tak berdasar...
@@khaerun4778
Fatwa ustad2 wahabi yg serampangan infonya udah valid.....
Alhamdulillah
Maka orang yang menuduh asya'irah golongan sesat adalah orang yang yang tidak faham / tidak mengerti tentang aqidah asya'irah, metode aqidah asya'irah adalah metode tanzih.
Benar, saya dulu skeptis dengan tuduhan Salafi, tapi ga punya data, ternyata memang Asya'irah itu udah ratusan tahun, hehehehe....
@@Peanuts76 Alhamdulillah...saya dulu juga sempat tertarik wahabi karena seolah logis .ternyata banyak banget kontradiksi dan ketidakkonsistenan di sana. Beruntung udah blajar agama dari kecil..jadi punya saringan
@@orangberiman6262 bahkan saya udah ngelepas agama dengan paradoks paradoks KeTuhanan nya mas, ga ada agama yang paling benar, tadinya saya berpikir Islam lah yg paling benar, tidak mas, kita bahkan bida bahagia tanpa agama dan tanpa diancam dosa dan neraka.....
Baca teks teks agama terutama Islam terkesan ada teks teks yang mengatakan soal siksa akhirat yang begitu menakutkan, tidak perlu seperti itu menjalani hidup....
@@orangberiman6262 hidup bukan perdebatan tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, tiap orang punya ceritanya sendiri, dulunya saya berpikir hanya di Islam saja ada kebenaran itu, di agama lain tak ada, ternyata tidak juga....
Bahkan saya mempertanyakan konsep konsep tentang adanya Tuhan, eksistensi Tuhan itu sendiri, dan apakah Tuhan itu benar benar ada bukan sekedar doktrin yg dicekokkan kepada kita....
Ya sudah monggo mas dengan pencariannya, saya sudah ninggalin agama lama
@@orangberiman6262 mungkin Nietzche itu benar, agama jadi opium kita yg tidak bisa menerima kenyataan, saya sendiri depresi semenjak kecil....
Pengalaman saya tidak bagus dengan org org beragama, anggep saja itu karena perbedaan karakter individu pelaku agama
Izin ngaji kyai semoga dpt ilmu bermanfaat
Sesungguhnya menafsirkan Al-Qur’an yang menyelisihi penafsiran para salaf mengandung dua kemungkinan:
a. Itu penafsiran yang salah
b. Ucapan salaf itu yang salah. Orang yang berakal tidak meragukan lagi bahwa ucapan yang menyelisihi ucapan salaf itulah yang keliru.
Masalahnya ulama salaf jg mentakwil ayat2 sifat, nah yg anti takwil berarti menyelisihi ulama salaf dong.
@@markzack3076siapa ulama salaf dan mana buktinya???
@@khaerun4778 wow buanyak, baca aja kitab2 ulama salaf
@@markzack3076 tunjukkan salah satu nya!!!D buku apa hal berapa...???
@@khaerun4778 percuma, kamu pasti lebih percaya doktrin ustadz2 kamu.
Alhamdulillah, ada persamaan didalam perbedaan, syukron ustadz
Bismillah. Disiplin ilmu saya adalah Aqidah.
Alhamdulillah saya bisa mendalaminya hingga tingkat advanced. Dlm kontek ini maka ada hal yg belum dikupas di Clip ini.
Asy'ariyah sendiri terbagi 2. Muthakadimun dan Muthaakirin. Dlm kitab Al Ibanah kita ketahui bahwa Imam Asyaari menyatakan Allah istawa ala arsy, aqidahnya Imam Asyaari sama dgn Imam Ahmad.
Kitab Al ibanah itu dibenarkan isinya oleh murid² abul Hasan Al Asyaari. Meski dituduh kitab palsu/telah dirubah oleh yg menuduh golongan Asy'ariyah Muthaakirin.
Sedangkan Asy'ariyah Muthaakirin mentakwil 'istawa' dgn 'istaula'. Aqidah mereka sama dgn Aqidah Jahm bin Sufyan dan Jaad bin Dirham (Jahmiyah).
Wallahualam bishowab.
Mohon pelajari lebih dalam lagi saudara, jangan bertanya tentang hal yang terjadi dirumah seseorang dari tetangganya, apalagi dari pembencinya, tanya lah langsung kepada empunya rumah, maka dengan begitu anda telah berlaku adil
Dari pernyataan anda ini jelas, anda belajar aqidah dari guru-guru anda yang bukan asyairah, yang memang kampanye mereka pembenci asyairah adalah membagi menjadi mutaqaddimin dan mutaakhirin, kemudian menyesatkan mutaakkhriin,
Perlu diketahui bahwa tradisi keilmuwan asyairah adalah mengambil ilmu secara bersanad sampai kepada imam Al Asy'ari, termasuk kitab ibanah yang beredar juga disampaikan dengan cara waris mewarisi, riwayat wa dirayah, bahwa kitab ibanah itu memang karya imam Asyari, tidak ada yang menolaknya, hanya sekarang ada yang mencetak versi berbeda, mengatasnamakan imam asyaari,
Nah jika ada dua versi kitab yang berbeda tentu yang diambil ilmunya yang memiliki rantai waris sampai ke imam Asy'ari bukan? Bukan dari orang luar yang mengklaim pemahaman Asy'ari sepihak,
Kemudian perlu diketahui penjelasan imam Asy'ari dalam kitab Ibanah memang mengambil prinsip Tafwidh, bukan ta'wil, hanya anda tidak bisa membedakan antara tafwidh dan itsbat sifat versi IBN Taimiyah yang anda anut. Makanya anda mengira itu sama padahal berbeda. Jadi saran saya belajarlah yang lebih luas lagi
Ada yang jengkel kapada ayat "Allah menetap tinggi di atas Arsy".
@@abdullah5975yg jengkel itu klompok yg bersi kukuh bahwa Alloh bersemayam/duduk di atas arasy dengan dalih mengimani ayat 5 srt thoha, tapi meterjemahkan istawa kpd jalasa/bersamayam aw duduk, ini artinya Alloh menempati arasy, padahal ma'na istawa itu banyak, bukan hanya jalasa/qo'ada, nah mnurut ulama salaf jangan mema'nai shifat Alloh dengan ma'na yg serupa dengan makhluq karena itu tidak layak di nisbatkan kpd Alloh, seperti jalasa/qo'ada itu shifat makhluq tidak layak dan tidak boleh di nisbatkan kpd Alloh yg maha suci dari seperti dengan makhluq, maka ulama salaf membolehkan pengguna'an takwil maka ayat2 shifat Alloh yg perlu di takwil agar orang2 awam tidak terjerumus kpd menyerupakan Alloh dengan makhluq silahka ayat2 shifat Alloh di takwil kpd ma'na yg layak kpd Alloh, ya contoh nya ayat istawa, jika mau tafwidh ya tafwid saja gk usah di terjemahkan, jika mau di takwil noleh dengan ma'na yg layak kpd Alloh, seperti istaula, qodaro, qoharo, artinya menguasai atw berkuasa atas arasy, dengan takwil ini maka orang awam selamat dari mentajsimkan Alloh, beda dengan menterjemahkan istawa dengan bersemayam artinya duduk/bertempat di atas arasy ini terjerumus kpd mentajsimkan Alloh, mka orang2 yg menetrjemahkan istawa dengan bersemayam dialah mujassimah, golongan mujassimah itu gol sesat.
@@acengq4366
Yang jengkel adalah yang melihat terjemahan Al Quran resmi Departemen Agama dll : "Allah bersemayam di atas Arsy".
Sebenarnya jika kaum ahli bidah sesat itu mau mengikuti Al Quran dan Hadits dengan penjelasan para Salafus Shalih, maka mereka tidak akan bingung dengan Sifat-Sifat Allah.
Yakni tinggal mengimaninya tanpa membayangkan bagaimana caranya.
Alhamdulillah... Sungguh luar biasa... 🙏
Yang saya heran kita sebagai Aswaja memaklumi pemahaman mereka,sedangkan mereka menyesatkan kaum ash'ari..
Ya itu yg bikin jengkel bg , tukang takfiri tukang nyesati
Ilmu tinggkat tinggi,,mantap
Harmoni itu keselarasan yang terbentuk atas banyak hal yang berbeda yang menjadi satu kesatuan..dalam narasi konten ini Antum hanya selaras dengan Asyariyyah saja...seharusnya narasinya tetap netral dan menyerahkan semuanya ke penonton...sekalipun Antum memang Asyariyyah...baru Harmoni...kalo judulnya sudah secara mutlak menganggap Rancu akidah Salafiyyah...ya itu namanya bukan harmoni, yang antum anggap rancu, jangan diutarakan secara mutlak. jadikan kedua pendapat ini pelajaran yang membuka pikiran penonton. Sebuah khazanah wawasan keislaman, bahwa sesungguhnya perbedaan itu keniscayaan, dan kami yang di akar rumput hanya bisa memilih mana yang masuk keakal dan hati...berdebat tidak mutlak diperbolehkan.berdebat yang diperbolehkan itu jika dengan ilmu, kalo sama orang gak berilmu,islam justru menyarankan untuk meninggalkan perdebatan,...biarkan perdebatan itu ada dikalangan para ulama...jangan antum tambah2i dengan narasi2 yang mengundang perdebatan dikalangan bawah yang heterogen, tapi mengatasnamakan harmoni....
Saya sangat suka konten ini...sekalipun saya lebih memilih pendapat2 ulama salafiyyah,,,tapi saya menyadari saya bukan orang pesantren, jadi ya semua ilmu saya ambil, saya termasuk penggemar Kh. Idrus Ramli, Gus Baha, Syaikh Ali Jum'ah, Syaikh Ali jufri, syaikh2 dari al Azhar, jugah syaikh dari madinah, Syaikh Al Khamis, Syaikh Fauzan Al Fauzan, dll...soal pendapat mana yang saya yakini biar jadi urusan saya. alhasil khazanah keilmuan saya bertambah, dan membuat saya menjadi orang yang luwes dalam bergaul ke banyak kalangan, NU, Salafi, HTI, JT dll. menghadapi perbedaan mereka dengan ilmu dan bisa lebih menghargai pendapat yang mereka ambil tanpa harus mempengaruhi satu sama lain.
Jadi, saran saya sih, dengan narasi yang dibangun, lebih baik menjadi "missionaris" Asyariyyah saja...Karna bagi saya yang antum sampaikan itu paradox...tapi sungguh saya sangat suka kontennya....barokallah ustadz...
Kalo menurut sy youtuber jujur,,maksute ya salam Harmoni kan ,dia menghormati alias TDK memaksakan kehendak atau pun menyalahkan,masalah pilihan dan berani bersudut pandang Krn tahu ilmu :
syukron ustadz, data" pendapat nya dan kesimpulan nya dibuka dengan baik sekali. dan ku lebih setuju dengan penjelasan dari imam malik, dan pendapat ulama salafi karena di alquran nya sudah diberitakan adanya arasy. sedangkan bentuk arays nya tentu tidak bisa kita gambarkan karena itu kebesaran Alloh SWT sang maha pencipta.
Sangat bermanfaat. Keep posting. Barakallahufikum
Islam diturunkan dengan bahasa Penduduk Makkah dan Madinah. Dalam kaidah Antropologi Linguistik, pemaknaan sebuah kata mestinya dikembalikan kepada penutur asli bahasa tersebut. Dalam kaidah Islam, Pemahaman Islam mestinya dikembalikan kepada pemahaman Rasulullah dan Para Sahabat sebagai penerima langsung Risalah Islam dan telah di Tazkiyah langsung oleh Allah sendiri akan Kelurusan pemahaman dan amalan para Sahabat, generasi yang dididik langsung oleh Rasulullah.
Di kalangan penutur bahasa asli, penduduk Makkah dan Madinah, TIDAK DIKENAL oleh mereka "Istiwa' " bermakna "Istawla". Istiwa' difahami maklum oleh generasi Rasulullah dan Para Sahabatnya bahkan hingga kini, bisa dicari didalam kamus baku. Bahwa arti Istiwa' adalah "ada di atas" bahkan ini yang dimaksud oleh Imam Malik dan Imam 3 madzhab yg lain.
Allah menggunakan kata istiwa' untuk kapal Nabi Nuh di atas gunung (Hud:44), istiwa' orang di atas perahu, atau istiwa' di atas pohon, kita sama sekali tidak masalah, dan mudah mengerti, tidak sama kaifiyahnya walaupun sama2 disebut istiwa'.
Istiwa'nya kapal nabi Nuh di atas gunung (Hud : 44) berbeda dengan Istiwa'nya seorang di atas untanya, Tentu amat mudah difahami oleh orang awam sekalipun. Terlebih Istiwa'nya Allah di atas Arsy, tidak sama dengan Istiwa' nya seorang raja di singgasananya.
Sebagaimana Allah mengatakan diriNya Sami'ul Bashir, Maha Melihat dan Maha Mendengar, Allah melihat manusia melihat juga. Apakah ini artinya menyamakan manusia dengan Allah? tentu tidak demikian. Allah sendiri yang mengatakan diriNya Laisa Kamislihi Syai'un, wahuwa As Sami'ul Bashir, dia sendiri yang mengatakan Dia Melihat dan Mendengar dan sekaligus tidak sama dengan apapun dari makhluknya. Semestinya ini cukup menjadi kaidah dalam memahami Asma' Was Shifat, tidak terkecuali memahami Istiwa' Allah. Dan demikianlah akidah Ahlussunnah yg haq, ajaran Rasulullah, para Sahabat, hingg Imam 4 Madzhab.
Mudah sekali akidah Sunnah ini.
Adapun Istawla, maknanya menguasai setelah sebelumnya dikuasai orang lain. Sebagaimana contoh dari Syaikh dalam video ini, ""Bisyr "menguasai" Irak tanpa perang dan pertumpahan darah"". Itu artinya Irak tadinya TIDAK DIKUASAI oleh Bisyr. Siapa 'Penguasa 'Arsy' sebelum Allah?? sehingga Allah perlu "istawla" terhadap Arsy?? Subhanallah.. Terlalu jauh pembelokan Istawla ini, baik dari segi bahasa maupun dari segi syar'i.
Terlebih lagi Allah menyatakan "Istiwa' 'Ala". Taruhlah kita terima ada Istiwa' ada salah satu maknanya adalah Istawla, akan tetapi Allah dalam Al Qur'an berfirman 'istiwa' 'alal Arsy". Secara tata bahasa, "Istiwa' 'Ala tidak bisa tidak kecuali maknanya "Di Atas". Bagi Allah tentu Istiwa'nya Laisa kamislihi syai'un. Maha Suci dari keserupaan kaifiyah dengan makhlukNya.
Kemudian makna kata "Majhul" artinya sejak zaman dahulu adalah "tidak diketahui hakikatnya" bukan " tidak diterima akal". Artinya, Istiwa' maklum difahami sebagai "di atas" di kalangan penutur asli bahasa Makkah dan Madinah, Para Sahabat, dan inilah yang keterangan Imam 4 Madzhab. Allah Melihat, Mendengar, Berbicara, Murka, Ridho, Tertawa, memiliki Betis, Kedua Tangan, memiliki jari jemari, Turun ke langit dunia. Kaifiyah dan hakikatnya ada, karena Allah ada. Namun hakikatnya dan Kaifiyahnya Majhul... Tidak ada yag mengetahui bentuknya, tidak ada yang mengetahui kaifiyahnya, karena tidak ada yang pernah melihatNya, tidakpula Lisan Rasulullah menerangkannya.
Allah turun ke langit dunia setiap sepertiga malam terakhir?? Ya demikianlah yang keluar dari Lisan Rasulullah As Shadiqul Masduq. Yang benar lagi dibenarkan oleh Allah. Rasulullah, Para Sahabat, hingga Imam 4 Madzhab beriman tanpa mempertanyakan kaifiyahnya dan tidak pula mempertanyakannya. Mau di Libya masih siang, di Indonesia malam, atau bagaimana, Allah Lebih Tahu tentang diriNya, dan Dia Maha Mampu berbuat yang dikehendakiNyA. Dan Dia tidak ditanya atas apa yang Dia perbuat.. Terserah Allah, mseskipun akal makhluk tidak sampai, meskipun golongan Asy'ariyah dan semacamnya tidak suka karena tidak sesuai akal mereka.
Adapun hakikat Ahlussunnah, adalah kita menerima Firman Allah dan Sunnah Rasulullah, mencukupkan diri dengan apa yang dicukupkan oleh Para Sahabat atas Agama Islam. Bahkan inilah inti ajaran Imam 4 Madzhab.
Berikut keterangan Syaikh Al Utsaimin, Ulama Madinah
ruclips.net/video/EYDUPQ9uQVE/видео.html
Masalah "istiwa" ini sdh menjadi perdebatan dikalangan ulama2 besar, sejak dahulu. Jadi tdk perlu lagi kita kasih dalil2, seakan ini yg benar. Ulama2 yg memperdebatkannya bukan ulama2 kaleng2, sama2 orang arab dan pastinya fasih berbahasa arab, tp utk memahami makna sebuah ayat (ayat mutasyabihat) diperlukan ilmu yg mumpuni dan hrs banyak referensi kitab2 dr ulama2 sebelumnya. Kita tinggal mau ikut yg mana, dan hargai pendapat yg lain. Tp memvonis aqidah asyariah sesat ini yg salah. Kl aku secara pribadi cocok dgn pendapat ulama2 ASWAJA (Aqidah Asyari) krn ini lebih berhati2 dan InsyaAllah akan selamat, tp kl mengatakan Allah diatas, punya wajah, tangan, naik, turun hanya dipahami secara tekstual (pendapat ust salafi), mau tdk mau pasti akan terbayang di otak kita (fitrah manusia) dan ini lebih bahaya krn bisa kufur.
@@Irengmanise betul
@@Irengmanise Aqeedah Ashariyah itu Aqeedah Ahlus Sunnah?
Huh? Ashariyah sejati itu apa ya? 🙈
Ashariyah, Murjiah: Iman tidak naik dan turun
Ahlus Sunnah: Iman naik dan turun
Ashariyah, Mutazilah, Jahmiyah: Allah tidak beristiwa atas Arsy nya
Ahlus Sunnah: Allah beristiwa atas Arsy nya
Mutazilah: Quran itu mahluk
Ashariyah: Quran yang dalam mushaf itu mahluk, Quran yang betul bersama Allah
Ahlus Sunnah: Quran itu Kalamullah, bukan mahluk
Mutazilah, Jahmiyah: menolak semua sifat Allah
Maturidiyah: menyakinkan 7 sifat Allah
Ashariyah: menyakinkan 7 atau 20 sifat Allah
Ahlus Sunnah: menyakinkan semua sifat Allah
Madhab Ashariyah itu tidak ada metodologi yang konsisten dan seragam yang dapat ditunjuk dan katakan, "Inilah madzhab Ashariyah yang definitif dan lengkap"... 🙈
Kalau kita kumpulkan semua kitab Ashariyah, dari awal hingga akhir, bisa terlihat banyak kontradiksi dan kebingungan. Kecuali Ashariyah Awal, seperti al-Baqillani, secara keseluruhan sangat konsisten dan tidak pernah jatuh ke dalam kontradiksi yang mencolok, tidak seperti yang terjadi pada Fakhr ud-Deen ar-Raazee. Kontradiksi dalam usool aqeedah nya itu sangat memalukan. 🙈
"Sekiranya itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal kontradiksi di dalamnya" (QS 4:82)
Ayat ini sesuai dengan madhab Ashariyah 🙈
@@Irengmanise sya pun demikian
@@ishamsyahputra Sudah menjadi kesepakatan ulama ahlussunah yang lurus baik Wahabi dan Asyariyah itu termasuk Ahlussunah.
Ada pernyataan seorang ustadz Muhammadiyah yang sampi saat ini saya ingat, "sebenarnya kita (NU, Muhammadiyah, Wahabi) itu berjalan berkelok-kelok di jalan kebenaran yang lebar.
Walaupun sepertinya kita berbeda pendapat sebenarnya kita semua masih dalam batas kebenaran."
Seperti mobil di jalan tol yang mendahului truk dari sebelah kanan, lalu mendahului mobil yang pakai lajur kanan tapi terlalu lambat dari sebelah kiri, sepintas kita melihat mobi itu ugal-ugalan. Tapi jika kita menggunakan jalan sebagai patokan, kita tetap melihat dia tetap di dalam jalur yang benar (karena masih berjalan di atas jalan tol).
Jika kita bisa mentolerir orang-orang kafir di sekeliling kita, kenapa sulit bagi kita untuk mentolerir orang-orang yang beriman kendati berbeda pendapat.
Ahlussunah itu luas jangan dipersempit dengan hanya mengatakan golonganmu yang ahlussunah. Sesungguhnya ciri seorang mukmin itu bersikap keras terhadap orang kafir dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman.
Shollu 'alannabiyy...
Ahlus Sunnah ditanya tentang Istiwa, maka ia akan menjawab, kami mengimani lafadz Istiwa, memahami makna dhahir-nya (tekstual) secara bahasa, dan menyerahkan hakikat bagaimana Istiwa itu kepada Allah, karena Allah tidak menerangkan bagaimana Dia beristiwa, dan kami beriman kepada Allah sesuai keagungan-Nya, Dia tidak serupa dengan makhluk-Nya.
Beda dengan ahli tafwid, mereka akan berkata: "Saya tidak tau makna Istiwa, Allahu A'lam!". Terlihat bijak, tapi kenyataannya mereka lari dari kewajiban untuk mengimani lafadz sekaligus makna-makna nas Al-Qur'an dan Hadits tentang nama dan sifat Allah.
Athar sifat julus yang banyak di bahas oleh para salaf bukan dari hadits palsu yang di sebutkan oleh Sheikh Ali Jum'ah tapi melainkan athar dari Mujahid bin Jabr al-Makkiy (tabi'in murid Ibnu Abbas) dalam menafsirkan ayat 79 surah Al-Israa'. Mengenai "al-Maqam al-Mahmud" Mujahid berkata "Allah mendudukkan beliau (Nabi) di atas Arsy-Nya". [Ibnu Abi ‘Ashim, Al-Khallal, Ibnu Mandah]. Ulama dalam masalah ini mempunyai dua pandangan.
1. Menganggap perkataan Mujahid ini sebagai dhaif dan tidak diterima. Ini adalah pendapat, Ibnu Abdil Bar, Adh-Dhahabi, Albani, dll.
2. Menganggap perkataan Mujahid ini tidaklah mustahil. Tapi karena tidak ada nas sahih dari al-Qur'an serta hadits Nabi maka perkataan Mujahid tidaklah dianggap hujjah, perkataan tabi’in tidak dianggap hujjah disisi Ibn Taimiyah dan juga mayoritas fuqaha. Sebaliknya athar ini juga tidak ditolak kerana para salaf menerima khabar ini dan mempertahankannya. Ini pendapat Ibn Taymiyah, At-Tabari, dll.
Dua pandangan ini tidaklah berbeda karena dua-duanya menganggap athar ini tidak menjadi hujjah.
Berbeda dengan Asy'ariyah, bait syair Bisyr yang sudah jelas tidak ada asal usulnya tetapi justru dijadikan hujjah untuk men-ta'wil.
Untuk masalah ta'wil cukup dari perkataan Imam Abul Hasan al-Asy'ari sendiri. Beliau berkata dalam kitabnya Risalah ilaa Ahli Ats-Tsagr:
Dan mereka (para salaf) berkonsensus (ijmak) bahwasanya Allah ta’ala di atas langit, diatas Arsy-Nya bukan di bumi. Hal ini telah ditunjukan oleh firman Allah,
Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu (Al-Mulk : 16).
Dan Allah berfirman
kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya (Fathir : 10).
Dan Allah berfirman
Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang ber-Istiwa di atas Arsy (Thaha : 5).
Dan bukanlah Istiwa-nya di atas Arsy maknanya Istiilaa’ / Istawla (menguasai) sebagaimana yang dikatakan oleh Qadariah (Mu’tazilah). [Abul Hasan al-Asy'ari - Risalah ilaa Ahli Ats-Tsagr]
Jadi wajar kalau bin baz menganut paham bumi datar, krn kalau bumi bulat maka atasnya org satu dg yg lain adalah berbeda, bisa jd atasnya org jepang beda dg org spanyol!!! Yg ditunjuk pun beda" Tempatnya padahal sama sama nunjuk atas
وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
Arab latin: Wa minal-laili fa taḥajjad bihī nāfilatal laka 'asā ay yab'aṡaka rabbuka maqāmam maḥmụdā
Artinya: "Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji."
Al israa' ayat 79
Barokallohufiikum...
Allah punya sifat wujud, makhluk juga punya sifat wujud, seharusnya sifat ini harus dibuang dari sifat 20.
Tapi aneh mengapa ketika Allah mengenalkan tentang wujudNya, harus ditakwil oleh asy'ariyah ?
Allah memiliki sifat Qiyamuhu binafsihi : berdiri sendiri, namun dalam penjelasan tentang DzatNya dan SifatNya harus butuh bantuan dari asy'ariyah ?
Allah memiliki sifat :
Qudrat : kuasa
Iradat : kehendak
Ilmu : mengetahui
Hayat : hidup
Sama' : mendengar
Bashar : melihat
Kalam : berfirman
Makhluknya juga memiliki sifat seperti diatas, tapi ketika Allah menyampaikan bahwa Allah juga punya wajah, mata, tangan, kaki, hal tersebut dianggap menyerupai makhlukNya, jadi bagi asy'ariyah Allah tidak boleh punya wajah , mata, tangan, kaki.
Begitulah jubir Allah yg harus menjelaskan walaupun Allah memiliki sifat Qadiran : maha kuasa
Muridan : maha berkehendak
Aliman : maha mengetahui
Hayyan : maha hidup
Samian : maha mendengar
Bashiran : maha melihat
Mutakaliman : maha berfirman
Berarti kedudukan Asy'ariyah lebih tinggi dari Allah dan RasulNya.
Namun aqidah tinggalah aqidah, kita tdk tahu manfaat dari aqidah Asy'ariyah dan Almaturidiyah, fakta dilapangan para penganut ini tidak mampu menghambat atau menghentikan perbuatan tahayul, kurafat, sihir, perdukunan dan kultus, bahkan sampai saat ini semakin banyak dan berkembang, hampir semua daerah memiliki tempat² kramat.
Pengambilan kesimpulan yg kliru om ..... Makanya banyak2 blajar. Knp dgn sifat2 itu.
Lagian ujung2nya selalu mempersoalkan yg kramat2.???
Tapi itu juga terserah ente mengartikan "kramat". Klo ana sih, kramat itu lebih berarti tempat yg bersejarah. Misalnya jabal nur, yg kondisinya sedemikian memprihatinkan ..... (Soalnya liat video vlognya pak ustad ini, makasih sudah upload pak ustad).
Kondisi itu juga krn paham2 anti "kramat".
Bagaimana kekeramatan maqom ibrahim dipertahankan oleh allah, bagaimana kekeramatan sumur zamzam bisa anda nikmati hingga detik ini ...... Bagaimana kekeramatan sebuah pohon tempat para nabi berteduh juga masih hidup sampai detik ini?????
Maka semuanya akan kembali ke diri kita masing2 om .....
Saya sangat2 bersyukur atas tempat2 "keramat" itu .... Setidaknya memberikan semangat untuk berkunjung kesana, aamiin.
@@aryajayasuper silahkan sampaikan jika anda telah banyak belajar.
Apa yang dimaksud kramat menurut anda ?
Kenyataannya penganut asya'iroh almaturidiyah, tidak dapat melarang bahkan sampai mencegah perkembangan quburiyun, kultus, perdukunan, TBC, ziarah musyrik dll. Alhamdulillah pemerintah Saudi menjaga tempat² sejarah, tampa harus menjadikan tempat tersebut menjadi ziarah kemusyrikan. Sekali lagi alhamdulillah atas usaha pemerintah Saudi yang selalu merawat dan menjaga syariat islam.
@@yudibrata2314 kemusyrikan kata ente ????
Dan menjaga kata ente lagi????
Berarti ente gak paham sejarah atau "keramat".
@@aryajayasuper silahkan jelaskan maksud dari kramat ?
@@yudibrata2314 lah .... Sudah tuh.
Tujuan berdebat hanya satu : Merombak yang batil, agar kebenaran menjadi terang.
Tidak ya akhi bukan berdebat tapi "diskusi" sebenarnya tujuaannya adalah "titik temu"
Btw di mana pun wahabi itu selalu meyakini Allah di atas langit di atas arsy berdasarkan peristiwa isra mi'raj, yang artinya Allah disetarakan oleh mereka dengan dewa2. Tetangga kita yg menyembah dewa2 mempunyai keyakinan bahwa dewa mereka berda di arah dan tempat tertentu, seraya berkeyakinan bahwa dewa2 mereka dalam bertempat dan berarah itu tdk membutuhkan kepada tempat dan arah tsb . Bada subuh tadi saya kasih balasan di komentar seorang wahabi di video channel aswaja yg lain. Ya, dia berkomentar seperti yang saya sebut di muka. Maka seperti ini balasan saya ;
Langit adalah tempat yang disediakan Allah untuk Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat. Bukan tempat Allah. Nabi Musa pergi ke bukit Thursina, Nabi ibrahim ke Palestina. Beliau berdua yang mulia, sama berkata hendak bertemu Allah. Apakah Allah bertempat di bukit thursina dan palestina? Tidak! Tapi keduanya adalah tempat yg disediakan Allah untuk nabi-Nya. Begitu pun sidratul muntaha tempat Nabi SAW menerima perintah shalat. Sidratul Muntaha di atas langit sana adalah tempat termulia untuk Nabi kita melebihi bukit thursina dan palestina untuk dua nabi sebelumnya. Itu tempat yg disediakan Allah untuk Nabi, bukan tempatnya Allah
Apa coba jawabnya?
"Allah itu di atas arsy. Arsy itu di atas langit bukan tidak di mana2. 🤣
Ya saya jawab ;
Arsy itu di atas langit. Arsy itu makhluk kok. Tapi Allah tidak sama dengan makhluk. Allah di atas arsy tidak semakna dengan Arsy di atas langit. Bila disebut Arsy di atas langit, itu jelas adalah merupakan suatu posisi fisik yg maknanya posisi Arsy ada di atas langit itu. Allah itu tidak sama dengan cptaan-Nya. Kalau sampeyan maksudkan bahwa Allah di atas Arsy sama dengan posisi Arsy di atas langit, maka apa bedanya Allah dengan Dewa Syiwa? Tetangga kita bilang Dewa Syiwa yg mereka sembah ada di atas puncak gunung himalaya. Sampeyan dkk selalu bilang Allah diatas arsy. Apa sih Allah di atas Arsy itu menurut yg sampeyan yakini?
Kalau yg saya yakini, karena Allah tdk sama dengan makhluk-Nya adalah Allah Maha Tinggi bukan dalam arti posisi fisik, tapi tiada yang sebanding dan menyerupai-Nya. Arsy adalah makhluk paling agung. Allah di atas arsy artinya Allah lebih agung drpada Arsy. Bila Allah lebih agung dari Arsy otomatis Maha Agung tiada makhluk-Nya yg sebanding apalagi menandingi-Nya. Begitu!
Allah itu tidak bertempat. Maknanya Allah ada tanpa menempati suatu tempat, ruang, atau wadah. Tak ada tempat, ruang, wadah yang meliputi, mengelilingi, apalagi membatasi Allah. Justru Allah yang melingkupi dan membatasi seluruh makhluk-Nya. Kedekatan Allah SWT dengan makhluk-Nya dari dasar bumi terdalam sampai ujung langit / ujung jagat raya itu sama. Bukan Allah ada di mana-mana, tapi kedekatan Allah tak dapat dibayangkan.
Nah sekali lagi menurut keyakinan sampeyan, Allah di atas Arsy itu apa sih maksudnya?
Lalu sang wahabi menjawab. Dia berkata pokoknya langit, sidratul muntaha, arsy semua di atas.
Jadi intinya dia ngotot Allah nongkrong di atas Arsy. Pernyataan dia berkonsekwensi ke situ.
Diakhiri dengan ungkapan, "Bagaimana Tuhan di sana saya tidak tahu."
Sudah saya duga, lagi2 menyetarakan Allah dengan Dewa. Naudzubillah...!
Saya jawablah ;
ya sudah kalau bgtu, jangan gunakan kalimat 'Allah berada di atas Arsy'. Karena bukan begitu adanya. Masbro pa tidak sadar ungkapan, "Bagaimana Tuhan di sana saya tidak tahu....," itu adalah memaknakan Allah berposisi fisik di suatu tempat? Kalau bgtu apa bedanya Allah dengan dewa syiwa yg disembah tetangga kita? Pakailah akal sehat dan keimanan sampeyan masbro! Istawa Allah itu hanya Allah yg maha tahu bagaimana-Nya dan bukan bermakna Allah ada di atas Arsy nongkrong di sana. Sekali lagi hanya Allah yg maha tahu apa istawa yg layak bagi-Nya.
Itu penjelasan syikh al buthi dan syaikh jumah mengimani Allah beristiwa,
Cerita lama tentang asmara
Dua manusia menjalin cinta
Awal bahagia berujung duka
Terhempas, terdampar bahteranya
Hancurlah, sirnalah cita-cita
Setelah lama masa berpisah
Tiada terduga kini berjumpa
Bertemu muka bertatap mata
Berdebar, bergetar tali jiwa
Terkenang, terbayang nostalgia
Sejuta rasa merasuk jiwa
Berkecamuk dalam dada
Kelu dan kaku serasa lidah
Tak mampu untuk berkata
Namun sinar mata tiada mungkin berdusta
Seakan-akan membuka semua rahasia
Cerita lama tentang asmara
Dua manusia menjalin cinta
Awal bahagia berujung duka
Terhempas, terdampar bahteranya
Hancurlah, sirnalah cita-cita
Setelah lama masa berpisah
Tiada terduga kini berjumpa
Bertemu muka bertatap mata
Berdebar, bergetar tali jiwa
Terkenang, terbayang nostalgia
Berdebar, bergetar tali jiwa
Terkenang, terbayang nostalgia
Berdebar, bergetar tali jiwa
Terkenang, terbayang nostalgia
Mau gimana lagi ya..
wong dari dasar penetapan mana ayat muhkamat dan mana ayat mutasyabihatnya saja sudah bertentangan antara aswaja dan salafi wahabi.
si salafi wahabi bilang : "arrohmanu alal arsyistawa" dikatakan ayat muhkamat.
sedangkan aswaja berpendapat ayat tsb ayat mutasyabihat.
kalau dari sini saja sudah begini, mau buat diskusi.. 😄 yg ada adu mulut iya..
apa lagi karakter kaum wahabi menyala² gitu dlm berucap.. 😬
afwan 🙏🏻
terbaikkkk
Jika saya simpulkan maksud dari pertanyaan seseorang yang bertanya kepada imam abu Hanifah secara tidak langsung adalah
BAGAIMANA CARA ALLAH ITU ADA ?
sehingga :
Quote dari Ibnu Taimiyah :
Cara-NYA ALLAH ISTAWAA-Nya itu ADA. tapi tidak diketahui oleh manusia.
MAKA BENAR hanyalah ALLAH Yang MAHA TAHU Menjelaskan urusan - NYA SENDIRI.
Quote dari Asy'ariah dan maturidiyah :
Cara-NYA ALLAH ISTAWAA itu MUSTAHIL diketahui oleh Manusia.
MAKA BENAR. HANYA ALLAH YANG MAHA TAHU itu SENDIRI Menjelaskan urusan - NYA
KEDUA PENDAPAT SAMA TUJUANNYA.
MAKA KITA HARUS TERIMA.
JANGAN BERPECAH BELAH
Huh?
Ibn Taymiyyah rahimahullah mengikuti dan menyatakan ajaran Salaf, bahwa kita ngerti dan ketahui arti zahir perkataan istiwa. Kita percaya akan arti zahirnya. Bagaimana-nya atau cara Allah beristiwa tidak diketahui dan diserahkan kepada Allah.
Imam Syafi'i rahimahullah, yang bijaksana dan yang memahami liguistik Arab tidak mengunakan takwil al-Makna.
Cuba kasikan takwil nya Hadith tersebut:
Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan. Dan siapa yang yang memohon ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no.1145 dan Muslim, no.758)
@@ishamsyahputra anda menyekutukan Allah dengan Langit Dunia, sungguh Makhluk hina punya pemahaman seperti itu
@@rz_deathbringer1221 Huh? Mahluk hina?
Ini Hadith Sahih loh 🙈
Tidak bisa menjawab dengan ilmia ya? 🙈
Imam al-Syafi‘i Rahimahullahu Ta’ala juga mengatakan:
الْقَوْلُ فِي السُّنَّةِ الَّتِيْ أَنَا عَلَيْهَا وَرَأَيْتُ أَصْحَابَنَا عَلَيْهَا أَهْلَ الْحَدِيْثِ الَّذِيْنَ رَأَيْتُهُمْ وَأَخَذْتُ عَنْهُمْ مِثْلَ سُفْيَانَ وَمَالِكٍ وَغَيْرِهِمَا الإِقْرَارُ بِشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَأَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ فِيْ سَمَائِهِ يَقْرُبُ مِنْ خَلْقِهِ كَيْفَ شَاءَ وَيَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا كَيْفَ شَاءَ.
“Pendapat dalam sunah (akidah) yang saya yakini dan diyakini oleh kawan-kawan saya ahli hadis yang saya bertemu dengan mereka dan belajar kepada mereka seperti Sufyan, Malik, dan selain keduanya adalah menetapkan syahadat bahwa tidak ada yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali hanya Allah saja dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah dan bahwa Allah di atas ‘Arsy-Nya di langit-Nya dekat dengan para hamba-Nya sekehendak Dia dan Dia turun ke langit dunia sekehendak-Nya.”
[Adab al-Syāfi‘i wa Manāqibuhu hlm. 93 karya Ibn Abi Hatim, I‘tiqād al-Imām al-Syāfi‘i no. 4 karya al-Hakari. Dan dinukil oleh Ibn Qudamah dalam Iṡbāt Ṣifat al-‘Uluww hlm. 123, Ibn al-Qayyim dalam Ijtimā‘ Juyūsy al-Islāmiyyah hlm. 164, al-Zahabi sebagaimana dalam Mukhtaṣar al-‘Uluww hlm. 176, dan al-Suyuti dalam al-Amr bi al-Ittibā‘ hlm. 313.]
Ini aqeedah nya Imam Syafi'i rahimahullah, sanad nya Sahih. 🙈
Harus konsisten ya... Imam Syafi'i rahimahullah juga termasuk mahluk hinaan kamu? 🙈
"Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada."
🙈🙈🙈🙈🙈
@@ishamsyahputra itu hasil tukilan orang. Dasar makhluk hina.
@@ishamsyahputra TUNJUKKAN KEPADA SAYA SEMUA DARI IMAM SYAFI'I, TENTANG SIFAT DAN DZAT-NYA ALLAH BUKAN HASIL TUKILAN ORANG LAIN... MURNI DARI BELIAU YANG BERBAHASA INDONESIA JUGA BOLEH
مَاشَآءَاللّٰه
BEDANYA MASIH BESAR. YG TAFWID DAN TAWIL TDK MENGKAFIRKAN LAWANNYA. ADAPUN KELOMPOK SALAFI INI MENGKAFIRKAN LAWAN DEBATNYA. ITULAH YG MENJADIKAN UMMAT ISLAM BERCERAI BERAI.
dgn kedatangan mereka makin komplitlah perpecahan ummat jd 73 🤣 shodaqo rosulullah...
1. Nukilan Ijma’ al-Imam Abu Utsman bin Said ad-Daarimiy (wafat 280 Hijriyah)
وَقَدِ اتَّفَقَتِ الْكَلِمَةُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى فَوْقَ عَرْشِهِ فَوْقَ سَمَوَاتِهِ
1. Nukilan Ijma’ al-Imam Abu Utsman bin Said ad-Daarimiy (wafat 280 Hijriyah)
وَقَدِ اتَّفَقَتِ الْكَلِمَةُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى فَوْقَ عَرْشِهِ فَوْقَ سَمَوَاتِهِ
Dan telah sepakat kalimat dari kaum muslimin bahwasanya Allah Ta’ala berada di atas ‘Arsy di atas langit-Nya (anNaqd ‘ala Bisyr al-Marrisiy halaman 154)
2. Nukilan Ijma’ dari Zakariyya bin Yahya as-Saajiy (wafat 307 Hijriyah)
الْقَوْلُ فِي السُّنَّةِ فِي الَّتِي رَأَيْتُ عَلَيْهَا أَهْلَ الْحَدِيْثِ الَّذِيْنَ لَقِيْتُهُمْ إِنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ فِي سَمَائِهِ يَقْرُبُ مِنْ خَلْقِهِ كَيْفَ شَاءَ
Ucapan dalam Sunnah yang aku lihat ada pada Ahlul Hadits yang aku temui: Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya di atas langit-Nya. Dia mendekat pada makhluk-Nya sesuai dengan cara yang dikehendaki-Nya (Tadzkiratul Huffadzh karya adz-Dzahabiy (2/201))
3. Nukilan Ijma’ dari Ibnu Abi Zaid al-Qoyrowaaniy (wafat tahun 386 Hijriyah)
فِيْمَا اجْتَمَعَتْ عَلَيْهِ الْأُمُوْرُ مِنْ أُمُوْرِ الدِّيَانَةِ مِنَ السُّنَنِ الَّتِي خِلَافُهَا بِدْعَةٌ وَضَلَالَةٌ إِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اسْمُهُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَالصِّفَاتُ الْعُلَى… وَأَنَّهُ فَوْقَ سَمَوَاتِهِ عَلَى عَرْشِهِ دُوْنَ أَرْضِهِ وَأَنَّهُ فِي كُلِّ مَكَانٍ بِعِلْمِهِ
Berdasarkan kesepakatan (Ulama) dalam perkara Dien yang sesuai Sunnah yang berbeda dengan bid’ah dan kesesatan: Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi Nama-Nya memiliki Nama-Nama yang baik dan Sifat-Sifat yang tinggi…dan sesungguhnya Dia berada di atas langit-Nya di atas ‘Arsy-Nya, dan Dia berada di setiap tempat dengan ilmu-Nya (kitab al-Jaami’, dinukil oleh Ibnu Qoyyim dalam Ijtima’ul Juyusy al-Islamiyyah (1/83)).
4. Nukilan Ijma’ dari Ibnu Baththoh (wafat tahun 387 Hijriyah)
أَجْمَعَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ ، أَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ ، فَوْقَ سَمَوَاتِهِ ، بَائِنٌ مِنْ خَلْقِهِ
Kaum muslimin dari kalangan Sahabat dan Tabi’in telah sepakat bahwasanya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya, di atas langit-Nya, terpisah dari makhluk-Nya (al-Ibanah - Tatimmatur Rodd ‘alal Jahmiyyah (3/316)).
5. Nukilan Ijma’ dari Abu Umar atTholamankiy (wafat tahun 429 Hijriyah)
أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ عَلَى أَنَّ مَعْنَى {وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ} وَنَحْوُ ذَلِكَ مِنْ الْقُرْآنِ : أَنَّ ذَلِكَ عِلْمُهُ وَأَنَّ اللَّهَ فَوْقَ السَّمَوَاتِ بِذَاتِهِ مُسْتَوٍ عَلَى الْعَرْشِ كَيْفَ شَاءَ
Kaum muslimin dari kalangan Ahlus Sunnah sepakat bahwasanya makna (ayat):
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ
Dan Dia bersama kalian di mana pun kalian berada (Q.S al-Hadid ayat 4)
Dan ayat yang semisal dengan itu dalam alQuran maksudnya adalah ilmu-Nya. Sesungguhnya Allah berada di atas langit dengan Dzat-Nya, istiwa’ di atas ‘Arsy sesuai dengan yang dikehendaki-Nya (al-Wushul fi Ma’rifatil Ushul, dinukil dalam Ijtima’ul Juyusy al-Islamiyyah (1/76)).
6. Nukilan Ijma’ dari Abu Utsman as-Shobuniy (wafat tahun 449 Hijriyah)
وَيَعْتَقِدُ أَصْحَابُ الْحَدِيْثِ وَيَشْهَدُوْنَ أَنَّ اللهَ فَوْقَ سَبْعِ سَمَوَاتِهِ عَلَى عَرْشِهِ كَمَا نَطَقَ كِتَابُهُ وَعُلَمَاءُ الْأُمَّةِ وَأَعْيَانُ الْأَئِمَّةِ مِنَ السَّلَفِ ، لَمْ يَخْتَلِفُوْا أَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ وَعَرْشَهُ فَوْقَ سَمَوَاتِهِ
Dan Ash-haabul Hadits meyakini serta bersaksi bahwasanya Allah berada di atas langit-Nya di atas ‘Arsy-Nya sebagaimana dinyatakan oleh Kitab-Nya, para Ulama umat, dan para Imam dari kalangan Salaf. Mereka tidak berselisih pendapat bahwasanya Allah berada di atas ‘Ars-Nya sedangkan ‘Arsy-Nya berada di atas langit-Nya (Aqidatus Salaf Ash-haabil Hadits)
Alhamdulillah aku masih percaya Allah di atas langit karena banyak dalil di dalam Al-quran dan a-sunnah, begitu orang yg tidak percaya Allah di atas langit, karna di hanya menggunakan akalnya saja, dia tidak menggunakan Al-quran dan Hadist dan dia suka mentakwil, Alhamdulillah para ulama saudi menjelaskan apa di dalam al-quran dan Hadist, sedangkan para ulama al-azhar hanya suka mentakwil Al-quran, apa kamu pernah melihat ulama al-azhar pernah membawa ceramah di masjid dil haram dan Madinah tidak karna di hanya menggunakan akalnya saja bukan Al-quran dan hadist, semoga engkau di berikan hidayah oleh Allah,
Heheheee...
Kok sama kayak keyakinan bani sun go kong.. "dewa2 di langit"..
Sama kayak keyakinan bani roma yunan.. "zeus dan dewa2 di langit"..
Sama kayak keyakinan bani pak ul.. "bapak di surga"..
Dan bani2 lain yg meyakini tuhannya punya tempat tinggal di langit/surga..
🤣🤣🤣
Masa kecilnya kebanyakan nonton kera sacty sih..
Beda dg keyakinan muslimin dan para ulama, "Allah tidaklah mungkin disifati dg sifat2 benda, terkena hukum waktu, terkena hukum ruang".. mustahil Allah demikian..
Padahal istiwa bisa dimaknai "menguasai", tapi bani whbi lebih suka memaknai "duduk/bersemayam".. 🤦♂️🤦♂️🤦♂️
jangankan ulama Al Azhar...Ulama Asy'ariyah di seluruh dunia bnyak menjadi pengajar di makkah dan madinah khususnya era tahun 50 an ke atas
@@dtp5896 haha mantaaaap,. Emng klo orang yg udah ngaco, mau dikasih dalil naqli atau aqli gakan mau nerima wkwk
Ngerasa paling bertauhid, ngerasa paling salaf wkwk
Yg lain kafir, surga buat mereka aja anjir ahahahahahahahahahhahahhahahahaha
Mamam tuh tuhan son go kong 🤣
Se7👍
"astawa :bersemayam diatas arasy (ujud bangunan karya ciptaanya)
maha mulia dari sifat kefanaha ciptaanya"
Maaf ustadz, antum terus mengaungkan bahwa salaf itu tafwid.
Mohonlah sesekali di bahas kitab AKIDAH SALAF WA ASHABIL HADITS KARYA AL IMAM As Shobuni.
Agar kita tahu akidahnya para salaf dan para ahli hadits sesuai dengan siapa.
Apakah antum berani????
Tidak semua hal bisa memuaskan semua orang.
Mending anda bikin kontennya,
Itu lebih baik ketimbang nantangin.
Boleh jadi referensi beliau blm sampai kpd imam salaf yg anda maksud.
Paling tidak konten yg anda buat ttg imam salaf tsb akan menambah khazanah keilmuan Islam. Ok!
Ditunggu uploadnya...
@@krisyanharyadi kitab akidah salaf wa ashabul hadits tidak memuaskan siapa ². Kitab akidah salaf hanya akan memuaskan ahlussunah. Karena di sana di jelaskan bagaimana dan apa itu akidahnya kaum salaf dan kaum ahlul hadits.
Adapun kami sudah puas dgn apa yg ada di sisi kami. Yakni kitab Al Ulluw yg di tulis oleh Al Imam Adzahabi. Yg berisi tentang perkataan para ulama dari zaman ke zaman tentang akidah Allah di atas Arsy dgn sanadnya. Sementara di sisi anda tidak ada kitab yg mengumpulkan perkataan para ulama BAHWA ALLAH maujuud bila makan atau istiwa adalah istaula.
@@RIFA_17886
Nah silakan bikin videonya jd bisa memperluas sudut pandang.
@@RIFA_17886 Adz Dzahabi hidup tahun berapa mas... lalu yg membahas kitab itu (muhaqiqnya) siapa. Jadi kitab apa yg anda bicarakan?
@@zulkhali sederhana saja, ketika ada golongan yang menolak Allah di atas Arsy seperti kaum Jahm'iyyah dan mu'tazilah dan yg sepemahaman dgn mereka.
Al imam Adzahabi menulis kitab yg mengumpulkan perkataan para ulama dari zaman ke zaman sampai ke zaman beliau. Bahwa Allah di atas Arsy dgn dzat Nya dan ilmu Nya di segala tempat. Di dalam kitab Al Ulluw. Masih tidak cukup, ketika masih saja ada yang mengingkari Allah di atas Arsy...maka kembali beliau menulis kitab dgn judul kitabul Arsy.
اللهم صل على سيدنا محمد
Bismillah nyimak pa ustadz ,uplod nya lebih byk pa ustadz ,terima ksh atas ilmu 🙏
Saya s7 ustadz karena dengan debat secara ilmiah sangat mencerdaskan dalam beragama dan orang yg suka dengan perdebatan agama dalam artian mencari kebenaran dan titik temu persamaan adalah tandanya orang yang peduli terhadap agamanya, dalam arti bukan tergolong orang yg mengikuti agama warisan
terima kasih
Ini yg kami tunggu
Allah yang Maha Tinggi beristiwa di atas, terpisah dan melampaui seluruh makhlukNya yang rendah.
IMAM AL-QURTHUBI Rahimahullah mengatakan :
و "العلي" يراد به علو القدر والمنزلة لا علو المكان، لأن الله منزه عن التحيز. وحكى الطبري عن قوم أنهم قالوا "هو العلي عن خلقه بارتفاع مكانه عن أماكن خلقه"، قال ابن عطية : وهذا قول جهلة مجسمين، وكان الوجه ألا يحكى.
Dan nama "Al-'Aliy", yang dimaksud dengan itu adalah tingginya derajat dan juga martabat, bukan ketinggian tempat dikarnakan ALLAH Maha Suci daripada tempat, dan telah dikisahkan oleh Ath-Thabari tentang suatu kaum dimana mereka berkata bahwa "ALLAH Maha Tinggi dari makhluk-Nya dengan ketinggian tempat-Nya yang berada di atas tempat-tempat makhluk-Nya", Ibnu 'Athiyyah menyatakan bahwa ini adalah perkataan bodoh dari orang-orang Mujassimah yang mana hal itu tak semestinya dikisahkan.
[Tafsir Al-Qurthubi : Jilid 3, Halaman 278]
.
Dengan demikian maka wajib kita pahami ketika para ulama berkata bahwa ALLAH di atas langit, di atas 'Arsy dan di atas segala sesuatu, maka tujuan mereka hanyalah ingin meninggikan derajat-Nya sebagai sang Maha Pencipta.
.
.
IMAM IBNU HAJAR AL-ASQALANI Rahimahullah mengatakan :
ولا يلزم من كون جهتي العلو والسفل محال على الله أن لا يوصف بالعلو، لأن وصفه بالعلو من جهة المعنى، والمستحيل كون ذلك من جهة الحس.
Dan ketidak laziman dari adanya arah atas dan bawah, bukanlah memustahilkan bahwa ALLAH juga tidak bisa disifati dengan Maha Tinggi, dikarnakan sifat ketinggian-Nya adalah dari segi maknawi, dan yang mustahil jika hal itu dipahami dari segi indrawi.
[Fathul Bari : Jilid 6, Halaman 136]
@@shitpostvideos9911 Allah Maha Tinggi dzatNya, namaNya, maupun sifatNya.
Kami kaum Asy'ari, juga mengimani, menerima
Bahwa Allah beristiwa di atasy arsy, Allah berada di atas langit, bahwa Allah Turun di sepertiga malam menjelang fajar, Allah punya tangan, punya kaki , punya wajah,
Tapi kabar-kabar itu KAMI TOLAK jika keluar dari mulut WAHABI, yang terlanjur mahsyur mengkaitkan Zat Allah dengan sifat jism, fisik , badan, jasad, jawhar.
@@sharpshooterusopp1520 Wahabi mana yang berpendapat begitu? Udah baca buku Wahabi apa?
@@AchmadFaisalAmri Allah istawa 'alal arsy bidzatihi?
jazakallah
Disinilh akal berbicara untuk menyaring mana yg lebih masuk akal antara dua perbeda,an pendafat, bukan untuk kegaduhan, org yg mafan akan menghormati pendafat yg lain, bukan menghargai, sebab dalam menghargai tersimpan kemunafikan.
Jawaban imam Malik kepada sipenanya menjadi kaidah dalam memahami ayat ayat tentang sifat Alloh..
Istawa ma'lum
Bagaimana istawanya majhul
Bertanya tentang itu bid'ah
Intinya dimani aja..
Alloh istawa, punya tangan, punya kaki , punya wajah .. kita imani
Seperti apa rupanya tidak perlu kita cari tahu yang jelas laisa kamislihi syai'un
@Abahnya si Saif dan neng Bibah ya ane lebih mengikuti ulama salaf.. dalam hal ini.. imam 4 mahdzab
Alhamdulillah trmk saudreku Ulun/Ana Toton Triadi Bin Sutarmizi Hidayat dri Pontianak semga keberkahan utk semua. Aamiin. YRA🙏
Indonesia
Islamnya adem
Damai
Di jazirah Arab
Kok komplit aja🙏
hargailah pendapat masing ulama dan pengikutnya, bersatulah Umat Islam, karena BID'AH YG PALING BESAR ADALAH MENGGANTI HUKUM ALLAH DENGAN HUKUM BUATAN MANUSIA, karena yg perlu diperbincangkan adalah ideologi demokrasi dg Kapitalisnya yg mencampakkan aturan sang pencipta alam semesta
mantap pak dosen..salam harmoni
Ya Allah satukanlah umat muslim indonesia dan berikanlah pemimpin negri ini dari para ulama amin.
Nyimak Ustadz
ولا ينبغي للمسلمين أن يبالغوا في الوصول إلى علم الله، فإن الله لا يخبرنا بالتفصيل عن جوهره لأن السبب الذي أعطاه الله لا يكفي لفهم جوهره، فالله يتعمد ذلك من أجل الإيمان.
Terima kasih ustaz..👍👍👍
Sudah jelas dan gamblang dlm Al quran bbrapa ayat yg Alloh mengabarkan tentang istiwa nya di atas arsy...msh byk yg mengingkari nya dan berdalil dgn logika...kalau kalau terus... padahal kita cukup mengimani nya saja tanpa byk bertanya,berandai andai apalagi sampai main logika...ingat yg menyebabkan seseorang terjatuh ke dlm kekufuran itu krn byk bertanya hal2 yg Alloh dan Rasul nya perintahkan cukup di imani saja tanpa byk bertanya.... Wallahu a'lam
Kepada teman-teman wahabi, saya mau tanya serius ini.
Firman Allāh berikut ini jika diterjemahkan apa adanya tanpa ta'wil, terjemahan apa adanya dalam bahasa Indonesia bagaimana ya?
وَ هُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَ فِى الْأَرْض
Dan juga ayat berikut ini :
هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأْتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِى ظُلَلٍۢ مِّنَ ٱلْغَمَامِ
Tolong dijawab dengan baik, benar dan jujur ya...
Terimakasih 🙏
Allah Tuhan semesta alam sendiri yang menegaskan dalam banyak ayat bahwa Dia bersemayam di arsy, walaupun kaifiyah bersemayamnya jangan disamakan dgn makhluk, maka kita harus ikuti apa yg ditegaskan dalam Al Quran, adapun yang dimana2 itu adalah Kuasa_Nya, para malaikat-Nya dan pengawasan_Nya, di zaman yg canggih seperti skrng ini, kita bisa sedikit memahami dgn kehebatan teknologi CCTV, walaupun ilmu Allah jauh lebih besar dan lebih tinggi, ketika Allah berulangkali mengatakan Dirinya bersemayam di atas Arsy, lalu kenapa kita harus mendebatnya lagi, Wallaahu a'lam..
Kepada teman-teman wahabi, saya mau tanya serius ini.
Firman Allāh berikut ini jika diterjemahkan apa adanya tanpa ta'wil, terjemahan apa adanya dalam bahasa Indonesia bagaimana ya?
وَ هُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَ فِى الْأَرْض
Dan juga ayat berikut ini :
هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأْتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِى ظُلَلٍۢ مِّنَ ٱلْغَمَامِ
Tolong dijawab dengan baik, benar dan jujur ya...
Terimakasih 🙏
@@muftimunir6116 sebutkan nama surah dan ayat ke berapanya tadz.. 🙏
@@muftimunir6116 اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى.. dalil tidak berdiri sendiri tapi pasti terhubung dgn dalil lainnya sebab al quran bersih dari kontradiksi..😇
@@ERWINKMMRP setuju. Dan ini justru membenarkan bahwa makna istiwā yang multiarti alias bisa memiliki banyak arti tidak boleh dipahami bersemayam padahal masih banyak arti yang laun selain bersemayam. Memahami makna istiwā harus dijelaskan dengan dalil lainnya biar tidak sesat paham dan sesat aqidah.
@@muftimunir6116 ini tafsir dari kemenag RI terkait ayat di atas Tafsir Ringkas Kemenag RI
Tuhan yang menurunkan Al-Qur’an ini adalah Yang Maha Pengasih terhadap semua makhuk tanpa terkecuali; yang bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur semua urusan makhluk-Nya...
Truskan ustad. Rajin rajin upload video kayak begini supaya wahabi2 sadar
Alhamdulillah saya sempat mendapat kucuran ilmu dari ulama2 Alazhar
sdh lama ane monitor chanel ini..tp br ini mw subcribe...soalx cr refrensi bt vs wahabiyyun
Sy lebih memilih pendapat syeh Ramadhan Albuthi yaitu dgn metode tafwidh ,istwa artinya secara maklum( secara bahasa) adalah bersemayam sesuai kebesaran Allah. Orang yg mentakwil secara sadar atau tdk sadar sdh berfikir menyamakan Allah dg makhluk makanya di takwil supaya tdk sama dg sifat makhluk. Padahal mentakwil istiwa dg kekuasaan tetap saja tdk terlepas dari menyamakan sifat Allah dg makhluk karena makhluk jg bersifat berkuasa seperti raja atau presiden.
Allahu akbar! (Allah Maha besar ) jangan katakan istiwa Atau duduk atau tempat lebih besar dari Allah sedangkan Allah sendiri sudah Maha besar... Dan ketika kita mengatakan Allah bersemayam atau bertempat pertanyaannya, tempat manakah yang lebih besar dari Allah sedangkan Allah sudah maha besar dan tidak ada lebih besar Dari Allah subhana huwata'ala
Persoalan agama adalah persoalan ibadah ,dan ibadah itu untuk Allah subhaana wataala,makalakukan dengan benar sesuai dalil yg shoheh,amalan yg benar walaupun sedikit,ikuti ulama kalau sesuai dalil dan tidak ada ulama yg maksum kecuali rasulullah hingga wahyu datang ,Sy dulu di pwsantren thn 1991 selesai banyak guru dari mesir,saudi ,pakistan,yordania bahkan dari sudan dan indoneaia sendiri,tp yg terbaik dari timur tengah di samping ilmu dan pengamalan yg luar biasa dalam keseharian dan cara mereka juga mengajar tetancap di dada......
dalam matematika, kita terbiasa dengan terminologi "tak terdefinisi", semakna dengan "ghairu ma'qul".
`Abdullah bin `Amr bin Al-`As meriwayatkan:
Saya mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari (hati) manusia, tetapi mencabutnya dengan meninggalnya orang-orang yang alim sampai tidak ada satupun dari (agama) itu. orang-orang terpelajar) tetap, orang-orang akan mengambil sebagai pemimpin mereka orang-orang bodoh yang ketika berkonsultasi akan memberikan keputusan mereka tanpa pengetahuan. Jadi mereka akan tersesat dan akan menyesatkan orang-orang.”
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ " إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا، يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا ".
قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ.
Bukhari 100
Anda benar bahkan paling benar....
Semakin debat semakin mendukung
Mari kita terapkan kaidah besar dari Al imam Malik ini...
Al yaadun maklum, wal kaifiyatu majhul, wal imaanu wajib, an suaalu bid'ah.
Tangan Allah itu maklum di ketahui maknanya dlm bahasa, kaifiyah tangan tidak di ketahui, beriman kepada tangan Allah adalah wajib, bertanya tentang tangan Allah adalah bid'ah.
Kepada teman-teman wahabi, saya mau tanya serius ini.
Firman Allāh berikut ini jika diterjemahkan apa adanya tanpa ta'wil, terjemahan apa adanya dalam bahasa Indonesia bagaimana ya?
وَ هُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَ فِى الْأَرْض
Dan juga ayat berikut ini :
هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأْتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِى ظُلَلٍۢ مِّنَ ٱلْغَمَامِ
Tolong dijawab dengan baik, benar dan jujur ya...
Terimakasih 🙏
@@muftimunir6116 jawabannya mudah, Al Qur'an bukan di pahami dgn terjemahan. Tapi di pahami dari tafsir yg sudah ada, tinggal lihat saja apa tafsiran ayat tersebut. Silahkan lihat tafsir Ibnu Katsir. Yg tafsir ini kita sepakat i keadaannya.
Mau lewat aplikasi ada...mau lihat langsung jg ada.
@@RIFA_17886 maaf, saya minta tolong itu apa terjemahannya secara tekstual apa adanya tanpa takwil tanpa tafsir.
Sama seperti Ar-Rahmān 'alal-'Arsyis-tawā. Terjemahan tanpa tafsir dan tanpa takwilnya kan Ar-Rahmān istiwā di atas 'Arsy. Apa itu istiwa? Ya macam-macam artinya, bisa bersemayam, bisa menuju, bisa menguasai, bisa sempurna, dll. Istiwā yang multi arti alias bisa memiliki banyak arti secara tekstual, tentunya akan sangat rawan salah jika hanya diartikan bersemayam karena masih banyak arti yang lain. Lalu bagaimana Anda memahami 2 firman Allāh yang saya tanyakan tadi tanpa takwil tanpa tafsir, padahal artinya secara tekstual tidak multiarti?
Semoga faham narasi saya.
Sama seperti firman Allāh berikut ini;
ٱلَّذِىٓ أَحْسَنَ كُلَّ شَىْءٍ خَلَقَهُۥ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ ٱلْإِنسَـٰنِ مِن طِينٍۢ
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُۥ مِن سُلَـٰلَةٍۢ مِّن مَّآءٍۢ مَّهِينٍۢ
ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِۦ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۚ قَلِيلًۭا مَّا تَشْكُرُونَ
(Allāh) Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia (Allāh) menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
Kemudian Dia (Allāh) menyempurnakan (bentuk fisik)nya dan Dia (Allāh) meniupkan ke dalamnya (yakni kedalaman jasad manusia itu) sebagian dari roh-Nya (maksudnya roh ciptaan-Nya) dan Dia (Allāh) menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kalian sedikit sekali bersyukur.
(As-Sajdah 32 : 7-9)
Akan menjadi sesat ketika seseorang memahami kata demi kata dalam ayat di atas secara tekstual dan apa adanya. Kalimat Dia (Allāh) meniupkan roh-Nya, tidak boleh dikatakan Allāh Yang Meniup meskipun redaisinya Allāh Yang Meniup, tetapi malaikat yang meniupkan roh atas perintah Allāh. Begitu juga kata roh-KU tidak boleh diartikan tekstual apa adanya karena Allāh bukan roh, tetapi maksudnya roh ciptaan Allāh.
Ini tidak ada bedanya dengan hadits Tuhan kita turun ke langit bumi, maksudnya malaikat Tuhan kita turun atas perintah Allah ke langit bumi.
@@muftimunir6116 kalimat itu ada yg majas, dan ada yg tidak majas.
Kemudian ada kalimat yg memang tidak bisa di fahami kecuali dgn majas. Maka memang harus di bawa ke majas.
Tapi tidak selalu, karena ada satu dua yg harus di pahami majas. Kemudian setiap kalimat harus di bawa ke majas.
Aku melihat singa.
Maka ini adalah kalimat hakiki
Aku melihat singa podium.
Maka ini kalimat majas , tidak bisa di pahami secara apa adanya.
Bagaimana di ketahui kalimat itu majas atau bukan???
Tergantung qorinahnya
Ini penjelasan Al Imam Syafi'i kapan harus majas dan kapan tidak majas
@@RIFA_17886 Siapa bilang kalimat 'aku melihat singa' tidak bisa dipahami majas.? Jika pak Budi sudah terkenal hebat diatas podium dan sudah dimaklumi demikian adanya, maka ketika dengan ungkapan kekaguman seseorang yang bertemu Pak Budi mengungkapkan kekagumannya dengan mengatakan 'aku melihat Singa', maka hanya orang bodoh dan sedikit akal yang mengatakan pak Budi adalah Singa dalam arti hakiki.
Belajar bahasa lagi Mas Bro..
Dan maaf, saya cukupkan sampai disini, buang-buang waktu.
Terimakasih 🙏
Setuju Admin perdebatan dlm masalah agama bs menambah wawasan kita dlm belajar agama....tp terkadang ada admin yg gak adil.. jika TDK sesuai dgn pendapatnya..maka komen kita di hapus... Astaghfirullah 😭
Al-Azhar di Mesir memang sudah termasyhur di dunia Islam, lalu dalam hati orang itu ada 2 pepatah Melayu "dalamnya laut bisa diduga tetapi dalam hati siapa tahu" dan yang kedua "bahasa menunjukkan Budi pekerti". Lha kalau digabung/dipersatukan menjadi perkataan : dari pembahasan orang bisa menduga apa yang diutarakan, terang jelas khan apa yang tersirat dan tersurat ' Ada yang berat hati/tidak suka terhadap sumber ilmu agama Islam terbesar lagi lengkap '
Membahas dan memaksakan Hal yang tidak pernah diketahui (indra manusia tidak pernah mampu) Maka, kembalikan pada maknanya. dan saya condong menanyakan hal yang tidak pernah ada jawabannya Bid'ah.
Ini kaidah siapa ya? Perasaan para mufassir g begitu?