Pengampunan Dosa & Kebangkitan Badan (KKGK 200-206)

Поделиться
HTML-код
  • Опубликовано: 14 дек 2024

Комментарии • 28

  • @beeworker1476
    @beeworker1476 4 года назад

    Pertobatan menjadi sarana menuju kekudusan. Kekudusan menjadi syarat kesempurnaan manusia untuk hidup kekal dalam surga. Benar bahwa rekonsiliasi dengan Allah melalui sakramen tibat dlm kuasa perantaraan Gereja kudus oleh pastor sbg wakil Allah.

  • @yiyinyuniarti6829
    @yiyinyuniarti6829 4 года назад

    trimakasihhhh.... 🙏
    sungguh memberikan pencerahan

  • @lorensiuskandut4632
    @lorensiuskandut4632 4 года назад +1

    Puji Tuhan, semoga Iman Katolik ku semakin berkembang amin.

  • @silviapuspitasari3325
    @silviapuspitasari3325 4 года назад +1

    @ Katolisitas. Terima kasih atas pencerahannya.
    Pengangkatan Bunda Maria ke surga dng tubuh & jiwanya hanya dpt diimani. Amin. Sy tdk pernah mempertanyakan hal2 yg hanya dpt diimani.
    Dlm hal ini hanya 1 hal yg mjd tanda tanya yaitu jika mayoritas para Bapa Gereja menulis bhw Bunda Maria wafat, ada ikon para rasul yg mengelilingi Bunda Maria wafat, & bukti makamnya yg kosong bukankah ini evidence based mengapa Gereja Katolik tetap tdk menyatakan secara eksplisit bhw Bunda Maria wafat. Pdhal pernyataan semcm itu tdk mengurangi rasa hormat kpd Bunda Maria ttp lebih hanya kepastian shg apa yg kita imani itu valid adanya.
    Bukankah kita hrs mengatakan ya jika ya ( Mat 5:37 )
    Tq GBU

    • @katolisitas_official
      @katolisitas_official  4 года назад

      Salam Silvia,
      Kami hanya dapat menyampaikan apa yang sudah secara resmi disampaikan oleh Magisterium Gereja. Kami di Katolisitas tidak dapat menyampaikan apa yang melebihi daripada itu. Mohon maaf ya. Magisterium Gereja Katolik dalam hal ini Paus Pius XII, pasti memiliki alasan mengapa dalam Dogma Maria diangkat ke Surga hanya menyatakan secara De Fidenya sebagai berikut:
      "…. dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang Terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, *setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia*, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi .” (Munificentissimus Deus 44)
      Mari kita terima saja sejauh ini dulu. Kalau suatu hari ditentukan lebih eksplisit oleh Magisterium bahwa "menyelesaikan perjalanan hidupnya" itu adalah berarti kematian sementara, dan baru kemudian diangkat ke Surga, biarlah baru pada saat itu kita terima kebenaran ini sebagai kebenaran yang diwahyukan Allah.
      Justru ini menunjukkan bahwa Magisterium Gereja selalu berhati-hati dalam menentukan pernyataan dogma sebagai yang telah diwahyukan Allah sendiri.
      Mohon maaf ya, kami mengakhiri diskusi ini sampai di sini, karena sudah sudah tidak ada point baru yang bisa disampaikan tentang topik ini. Kalau Anda mau bertanya topik lain, silakan melanjutkan di Tanya Jawab yang lain.
      Semoga dapat diterima.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Katolisitas.

    • @silviapuspitasari3325
      @silviapuspitasari3325 4 года назад

      @ Katolisitas
      Tq GBU

  • @lorensiuskandut4632
    @lorensiuskandut4632 4 года назад

    Sangat2 terang, mudah dipahami apa yg di jelaskan oleh Bu Ingrid dan pak Stef

  • @Mixue210
    @Mixue210 4 года назад

    Shalom, pak Stef dan Ibu Inggrid. Mengapa dalam Mat 8:11 Yesus mengatakan bahwa akan ada orang dari timur dan barat akan duduk makan bersama Abraham, Ishak dan Yakub dalam kerajaan surga? Sementara tadi Bapak dan Ibu menjelaskan bahwa tidak ada lagi kegiatan vegetatif disurga menurut penjelasan St Thomas Aquinas mengenai tubuh rohani.

    • @katolisitas_official
      @katolisitas_official  4 года назад

      @Rafael Kirimang,
      Terima kasih atas pertanyaannya yang bagus, tentang apakah setelah kebangkitan badan, maka para kudus mempunyai fungsi nutritive dan generative. Dituliskan di dalam Injil Matius, "Mereka akan menjadi seperti malaikat Tuhan di surga” (Mat 22:30).
      Rasul Paulus juga menegaskan "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." (Rm 14:17) Dan St. Thomas Aquinas menjelaskan di dalam ST, Supp. Q.81, A.4. bahwa fungsi nutritive dan generative tidak diperlukan lagi.
      Namun, dituliskan di dalam Mat 8:11 "Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk *makan bersama-sama* dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga," Apakah maksud dari makan dan minum di sini?
      Hal kerajaan Surga sering digambarkan seperti perjamuan. Dituliskan di dalam Injil Matius "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan *perjamuan kawin* untuk anaknya." (Mat 22:2) Dan Kitab Wahyu memberikan gambaran demikian "Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke *perjamuan kawin Anak Domba* ..." (Why 19:9)
      Jadi, perkataan banyak orang dari Timur dan Barat makan bersama-sama, berarti mereka juga *diundang masuk dalam Kerajaan Allah, yaitu dalam Perjamuan Anak Domba.* Namun, bukan untuk diartikan secara literal makan dan minum sesuatu yang bersifat material. Semoga bisa menjawab pertanyaan Anda ya.
      In Christ - katolisitas

    • @Mixue210
      @Mixue210 4 года назад

      @@katolisitas_official Terima kasih jawabannya, semoga Tuhan memberkati karya apostolik dari katolisitas😇

  • @rintomm4070
    @rintomm4070 4 года назад

    Pak Stev siapakah dua saksi Allah menurut Wahyu 11

  • @silviapuspitasari3325
    @silviapuspitasari3325 4 года назад

    Shalom Pak Stef & Ibu Ingrid. Terima kasih atas pengajarannya yg meneguhkan.
    Ijin bertanya pd Q&A ttg Bunda Maria diangkat ke surga.
    1.Mengapa Gereja Katolik tdk secara eksplisit menyatakan bhw Bunda Maria wafat spt mnrt St Thomas Aquinas.
    2. Dlm hal ini apakah tdk ada ajaran Bapa2 Gereja terdahulu?
    3. Tlg dijelaskan kembali pernyataan Pak Stef bhw Bunda Maria wafat krn mengikuti Puteranya.
    Apakah ada misi khusus?
    Bukankah satu2nya Juru Selamat adalah Tuhan Yesus Kristus
    Terima kasih seblmnya

    • @katolisitas_official
      @katolisitas_official  4 года назад

      Salam Silvia,
      Dalam Teologi, untuk memahami ajaran Gereja, kita mengenal adanya pernyataan ajaran yang sifatnya _De fide_ , artinya harus dianggap sebagai pernyataan kebenaran yang tak mungkin salah, yang dinyatakan oleh Allah melalui Gereja. Penyataan _De fide_ harus diterima dengan iman kita yang ilahi dan Katolik. Serupa dengan ini adalah pernyataan _Fides ecclesiastica_ . Namun ada tingkatan di bawahnya, yaitu pernyataan-pernyataan ajaran yang benar, namun belum dinyatakan secara definitif (ini disebut sententia dei proxima dan sententia ad fidem pertinens). Tingkat berikutnya adalah ajaran yang masuk area pendapat teologis (theological opinions), tapi yang diterima oleh mayoritas teolog, ini disebut _sententia communior_ . Dan di bawahnya lagi adalah pernyataan yang memang masih termasuk area pendapat teologis (theological opinions), yang belum ada kecondongan mayoritas. Nah, perbedaan pandangan di area “pendapat teologis” ini tetap diperbolehkan. Hal apakah Bunda Maria mengalami kematian sementara [sebelum diangkat ke Surga], termasuk di tingkat ajaran _sententia communior_ yaitu: dalam area pendapat teologis, yang dipegang oleh mayoritas teolog. Bunda Maria mengalami kematian itu bukan karena ia berdosa, tetapi karena ia mengikuti jejak Putra-Nya Yesus, yang juga mengalami kematian. Mengikuti jejak Yesus tidak berarti bahwa Bunda Maria menjadi Juruselamat juga seperti Yesus. Namun artinya: Kalau Yesus yang menyebabkan Bunda Maria tidak berdosa, mau menerima kematian demi mengalahkan maut, maka layaklah bahwa Bunda Maria yang ada di bawah Yesus pun menerima maut, walau akhirnya ia dibangkitkan dan diangkat ke Surga.
      Berikut ini tanggapan kami untuk pertanyaan Anda:
      1 & 2. Magisterium Gereja Katolik tentu mempunyai alasan tersendiri mengapa tidak mengumumkan secara eksplisit dalam pernyataan Dogma Bunda Maria diangkat ke Surga (De Fide) tentang apakah Bunda Maria wafat atau tidak sebelum diangkat ke Surga jiwa dan badannya. Sebab memang terdapat perbedaan pandangan dalam tulisan para Bapa Gereja tentang hal ini. St. Epifanius (377) menulis bahwa kematian Bunda Maria tidak dapat diketahui, maka membuka kemungkinan bahwa Bunda Maria tidak mengalami kematian, sebagaimana ditulis oleh Timotius dari Yerusalem (400). Namun mayoritas Bapa Gereja menuliskan bahwa Bunda Maria wafat terlebih dahulu (namun tubuhnya tidak mengalami kerusakan) sebelum diangkat ke Surga. Termasuk golongan ini adalah St. Agustinus (354-430), St. Yohanes Damaskinus (676-749) dan St. Thomas Aquinas (1225-1274) dan sejumlah lainnya. Di buku _Fundamentals of Catholic Dogma_ , Dr. Ludwig Ott, mengatakan bahwa pendapat umum Tradisi adalah, Bunda Maria mengalami kematian (seperti juga Yesus) terlebih dahulu sebelum diangkat ke Surga.
      Berikut ini sejumlah tulisan Bapa Gereja tentang apakah Bunda Maria mengalami kematian:
      St. Epiphanius (377):
      “[Apakah] ia [Maria] wafat atau tidak... apakah ia dikubur atau tidak... Kitab Suci sepenuhnya bungkam, disebabkan oleh begitu besarnya keajaiban ini, agar tidak mengguncang pikiran manusia dengan rasa heran yang berlebihan... Jika Perawan yang kudus itu wafat dan telah dikuburkan, tentu tertidurnya terjadi dengan penghormatan yang besar; akhir hidupnya sangatlah murni dan dimahkotai keperawanan... Atau ia tetap hidup. Sebab bagi Allah, bukannya tidak mungkin untuk melakukan apapun yang dikehendaki-Nya, di lain pihak, tak seorang pun tahu secara persis apakah akhir hidupnya [Maria]...” (Panárion 78:11, 23).
      Timotius dari Yerusalem (400)
      “Oleh karena itu *Sang Perawan [Maria] tidak mati sampai saat ini* , melihat bahwa Ia yang pernah tinggal di dalamnya memindahkannya ke tempat pengangkatannya. (St. Timothy of Jerusalem, Homily on Simeon dan Anna, 400)
      Namun demikian, ada banyak Bapa Gereja lainnya yang menuliskan bahwa Bunda Maria wafat terlebih dahulu sebelum diangkat ke Surga:
      Uskup Melito Sardis (wafat 200) mengatakan bahwa Bunda Maria wafat ( _Transitus Mariae_ ) dikelilingi para rasul Yesus di Yerusalem, namun kemudian tubuhnya menghilang.
      St. Agustinus (430) berpandangan bahwa Bunda Maria mengalami kematian. “Sebab dilahirkan oleh seorang ibu yang mengandung tanpa tersentuh oleh laki-laki dan selalu tetap tidak tersentuh, dalam keperawanan mengandung, dalam keperawanan melahirkan dan dalam keperawanan wafat...” (On the Catechising of the Uninstructed," 22. 40)
      Umat Gereja Katolik ritus Byzantin merayakan tertidurnya (Dormition) Bunda Maria setiap tanggal 15 Agustus. Para sejarawan percaya bahwa perayaan itu telah dilakukan bahkan sebelum Konsili Efesus (430).
      Gregorius dari Tours (575)
      *Para Rasul mengambil tubuhnya [jenazah Maria] dari peti penyangganya dan menempatkannya di sebuah kubur* , dan mereka menjaganya, mengharapkan Tuhan [Yesus] agar datang. Dan lihatlah, *Tuhan* datang kembali di hadapan mereka; dan setelah menerima tubuh itu, Ia *memerintahkan agar tubuh itu diangkat di awan ke surga* : yang sekarang tergabung dengan jiwanya, [Maria] bersukacita dengan para terpilih Tuhan … (Eight Books of Miracles 1:4)
      Modestus dari Yerusalem (sebelum 634)
      “Sebagai Bunda Kristus yang termulia… telah menerima kehidupan dari Dia [Kristus], ia telah menerima kekekalan tubuh yang tidak rusak, *bersama dengan Dia [Kristus] yang telah mengangkatnya dari kubur dan mengangkatnya kepada Diri-Nya* dengan cara yang hanya diketahui oleh-Nya” _(Modestus, Encomium in dormitionnem Sanctissimae Dominae nostrae Deiparae semperque Virginis Mariae)_ .
      St. Thomas Aquinas (1225-1274)
      “Sebab kita percaya bahwa *setelah kematian ia dibangkitkan dan diangkat* ke Surga.” ( _On the Hail Mary_ )
      3. Bunda Maria mengikuti Putra-nya, dengan mengalami kematian. Paus Pius XII dalam dokumen yang sama yang menyatakan dogma Maria diangkat ke Surga, sebelum menyatakan pernyataan _De fide_ mengacu kepada pendahulunya Paus Adrian I (772-792) mengatakan tentang perayaan Bunda Maria diangkat ke Surga:
      “Terhormat bagi kami, O Tuhan, perayaan hari ini, yang memperingati Bunda Allah yang kudus mengalami kematian sementara, tetapi tetap tidak dapat dijerat oleh kematian, [Maria] yang daripadanya Putra-Mu Tuhan kami mengambil rupa manusia.” ( _Munificentissimus Deus_ , 17)
      Selanjutnya, Paus Pius XII juga mengutip St. Yohanes Damaskinus (676-749), mengatakan, “Adalah layak bahwa ia, yang telah menjaga keperawanannya utuh saat melahirkan, juga menjaga tubuhnya bebas dari semua kerusakan _setelah kematian_ ...” (MD, 21)
      Nah, memang misi Tuhan Yesus dan Bunda Maria tidak sama, namun sebagaimana diyakini oleh mayoritas teolog dan juga dinyatakan dalam doa liturgis, bahwa Bunda Maria pun mengalami kematian seperti Yesus. Tuhan Yesus menyerahkan hidup-Nya dan mengambilnya kembali dengan bangkit dari kematian-Nya. Dengan demikian Ia menjadi buah sulung (1Kor 15:23) yang pertama bangkit dari antara orang mati. Bunda Maria adalah murid Yesus yang pertama dan terbesar. Ia mengikuti jejak Yesus dalam segala sesuatu. Maka adalah layak bahwa Ia pun mengalami kematian agar memperoleh karunia untuk dibangkitkan kembali, suatu tanda yang akan dialami juga oleh semua umat beriman di akhir zaman.
      Demikian tanggapan kami atas pertanyaan Anda.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Katolisitas.

    • @yohaneservinmulyana3420
      @yohaneservinmulyana3420 4 года назад

      Revisi Tanggal untuk Hari Raya Tertidurnya Bunda Allah/Theotokos diperingati setiap 28 Agustus bagi Gereja Katolik Timur. Sedangkan Hari Raya St. Perawan Maria Diangkat Ke Surga 15 Agustus bagi Gereja Katolik Roma. (Sesuai dengan ketetapan KWI Indonesia maka Perayaan ini dapat dipindahkan ke minggu-minggu terdekat mengingat itu Hari Raya setiap orang Katolik diwajibkan mengikuti Perayaan Ekaristi Bdk. 5 Perintah Gereja)
      Thanx - Salam Damai Kristus.

    • @silviapuspitasari3325
      @silviapuspitasari3325 4 года назад

      @ Yohanes Ervin Mulyana
      Tq GBU

    • @yohaneservinmulyana3420
      @yohaneservinmulyana3420 4 года назад

      Sama-sama

  • @wilbinaul
    @wilbinaul 4 года назад +1

    Sangat mendalam! terima kasih ibu Inggrid dan pak Stef. Semoga sehat selalu. Tapi ada pertanyaan buk dikatakan di pengadilan khusus dilakukan oleh Yesus secara personal terhadap orang yang sudah meninggal, apa maksudnya ini yang meninggal tersebut sudah bertatap muka dengan Yesus atau bagaimana?

    • @katolisitas_official
      @katolisitas_official  4 года назад +1

      Salam Wilfirmus,
      Kitab Suci dan Katekismus tidak menjabarkan secara rinci bagaimana situasi Pengadilan Khusus sesaat setelah kita meninggal. Namun dikatakan secara eksplisit bahwa hasil dari pengadilan itu ada tiga: 1) ke Surga melalui pemurnian, atau 2) ke Surga langsung, atau 3) ke penghukuman selamanya [neraka] (lih. KGK 1022).
      Bertatap muka dengan muka, atau istilah teologisnya adalah _beatific vision_ yaitu "melihat Allah sebagaimana adanya Dia" (1Yoh 3:2) itu terjadi di Surga. Nah, di Pengadilan Khusus saat jiwa kita diadili oleh Kristus secara pribadi dapat saja kita "melihat" Dia, namun tentu penglihatan ini tidak akan sesempurna penglihatan para kudus yang sudah bersatu dengan Kristus di Surga, atau kalau kita sendiri sampai di Surga dan memandang-Nya. Seperti apa keadaan persisnya Pengadilan Khusus itu, tidak dijabarkan secara rinci dalam Katekismus. Mungkin ini hanya dapat kita ketahui dengan rinci setelah tiba saatnya kita mengalaminya sendiri.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Katolisitas

  • @carolalvin4740
    @carolalvin4740 4 года назад

    Bisa pake link streamyard?
    Nanti?

  • @Mixue210
    @Mixue210 4 года назад

    Shalom Pak Stef dan Ibu Inggrid. Saya mau bertanya bagaimana ajaran Gereja Katolik tentang apakah setelah meninggal manusia diadili dipurgatori langsung kesurga? Atau benar langsung keneraka? Soalnya ajaran ini seringkali dibantah oleh ajaran Gereja Ortodoks dimana belum ada orang masuk surga(kecuali Bunda Maria) tetapi difirdaus dimana mereka nanti dibangkitkan barulah pergi kesurga? Atau ditartarus sebelum mereka dibangkitkan pergi keneraka. Aliasn mereka percaya jika manusia mempeoleh seutunya hidup kekal adalah ketika kebangkitan badan diakhir jaman tetapi roh/jiwanya belum kesurga atau neraka.

    • @katolisitas_official
      @katolisitas_official  4 года назад

      Salam Rafael,
      Ajaran iman Katolik tentang apa yang terjadi setelah kematian, sudah pernah kami bahas di video ini:
      ruclips.net/video/BOsEpQzrB94/видео.html
      Sepertinya pertanyaan Anda telah terjawab di video itu.
      Setelah meninggal, jiwa kita akan diadili oleh Tuhan Yesus (ini disebut Pengadilan Khusus), dan langsung menerima ganjarannya, walau hanya jiwa saja yang mengalami. Baru setelah akhir zaman dan terjadi kebangkitan badan dan lalu Pengadilan Umum/ Terakhir, maka ganjaran itu juga diterima oleh jiwa dan badan. Dasar Kitab Suci dan penjelasan lebih lanjut ada di video tentang Surga, Neraka dan Api Penyucian, (silakan klik di link di atas). Memang sekarang ini yang ada di Surga jiwa dan badan hanya Tuhan Yesus dan Bunda Maria, sedangkan para orang kudus di Surga hanya baru jiwa mereka saja. Nanti setelah kebangkitan badan di akhir zaman, baru semua orang kudus, termasuk kita, jika kita masuk Surga, menerima kemuliaan surgawi, baik jiwa maupun tubuh.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Katolisitas.

  • @primahatmi2799
    @primahatmi2799 4 года назад

    Kalau. Yang dikremasi bagaimana?

    • @katolisitas_official
      @katolisitas_official  4 года назад

      Salam Prima,
      Jika untuk alasan yang sah dan bukan untuk menentang ajaran iman Kristiani akan kebangkitan badan, keluarga memutuskan untuk mengkremasi anggota keluarganya yang telah meninggal, maka hal itu tidak melawan hukum Gereja. Allah tetap dapat membangkitkan tubuh orang yang telah dikremasi itu di akhir zaman. Jika kremasi yang dipilih, tetap lah penanganan jenazah harus dilakukan dengan hormat, dengan mempertimbangkan bahwa tubuh orang yang meninggal tersebut, semasa hidupnya pernah menjadi bait Allah, tempat kediaman Allah sendiri, karena rahmat Baptisan dan Ekaristi yang diterimanya. Karena itu, meski memperbolehkan kremasi, Gereja tetap menganjurkan agar sedapat mungkin dipertahankan kebiasaan menguburkan jenazah.
      Keterangan lebih lanjut akan hal ini silakan membaca di artikel ini di situs Katolisitas.org:
      www.katolisitas.org/manakah-yang-lebih-baik-dikremasi-atau-dikubur/
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Katolisitas

  • @hendratulus
    @hendratulus 4 года назад

    Shalom pak stef dan bu inggrid... saya baru rau ternyata menggunakan kontrasepsi adalah dosa... pada saat pengakuan dosa ke pastor ngaku dosa seperti apa ya utk alat kb? Terima kasih utk pencerahannya

    • @katolisitas_official
      @katolisitas_official  4 года назад

      Salam Hendra,
      Anda dapat menyatakan dengan jujur kepada Pastor, alat kontrasepsi apa yang digunakan, dan menyebutkan apakah sudah sering menggunakannya. Lalu juga ketulusan hati Anda untuk bertobat dan tidak mengulanginya lagi.
      Semoga Tuhan Yesus memberkati Anda.
      Katolisitas.

  • @beeworker1476
    @beeworker1476 4 года назад

    Mengapa sakramen pengampunan/tobat dibutuhkan..? Karena sekali pun dalam penyertaan Tuhan ternyata manusia masih seringkali jatuh di dalam dosa. Kehidupan di dunia begitu banyak godaan setan dan manusia harus berjuang keras utk mengalahkannya. Disitulah peran doa bagi penguatan kasih Allah supaya kita memenangkannya terus menerus.

  • @goodluckybest3319
    @goodluckybest3319 4 года назад

    Kan klu di doktrin = akidah dari gereja kristen : katolik roma dan agama : kristen : katolik roma adalah bhw : Pastor = Romo = Bruder , ada punya kuasa untuk mengampuni dosa umat , memghapus dosa umat , yg mengaku kan dosanya kepada Pastor via : " Pengakuan dosa " . Atau intinya : Pastor = romo = bruder adalah sebagai wakil TUHAN di dunia gitu ya. /// Lalu bagaimana kalau misalkan , seumpama : ada Pastor = romo = bruder atau bahkan jabatan yg sama tsb , atau jabatan profesi yg lebih tinggi dari itu , misalkan entah : uskup , katdinal atau bahkan : Paus . Lalu : misalkan nih , andaikata ini : berbuat dosa dan berbuat biadab terhadap : orang lain yg awam . Misal kan : Memperkosa orang lain atau maupun menperkosa anak kecil - anak kecil ( laki - laki ). Atau misalkan : tidak langsung memperkosa tapi membujuk dan memperdayai anak kecil - anak kecil ( laki - laki ) atau remaja laki - laki dgn lalu bermain sex dgn mereka ( dgn misalkan : pelacur remaja laki - laki ) atau bermain sex dan membayar mereka dgn pelacur remaja dewasa laki". /// Apakah Pastor = Romo = Bruder [ entah jabatan tsb , entah jabatan lebih tinggi ] : lalu masih punya otoritas = kewenangan dan masih punya kuasa menganpuni dosa dan me.fhapus dosa orang lain. ??? Padahal jelas" misalkan , andaikata : Para Klerus ( pastor = romo = bruder tsb ) misalkan : jelas" orang biadab dan berdosa . /// Terima kasih sebelumnya , apa bila dijawab semua pertanyaan" saya. /// oya ini salah satu kasus dari banyak kasus , yaitu : contoh kasus nyata : tirto.id/kasus-bruder-angelo-negara-gereja-gagal-menghukum-pemerkosa-anak-f1Uk

    • @katolisitas_official
      @katolisitas_official  4 года назад

      Salam GodLucky,
      Pertama-tama, izinkan kami memberi klarifikasi terhadap pernyataan Anda. Menurut Kitab Suci dan ajaran Gereja Katolik, kuasa mengampuni dosa diberikan Kristus kepada para rasul dan penerus mereka (lih. Yoh 20:21-23), yaitu para uskup, dibantu oleh para imam. Kuasa mengampuni dosa (yaitu melalui sakramen Tobat) ini diberikan kepada para imam bersamaan dengan Sakramen Tahbisan yang mereka terima. Para bruder itu bukan imam dan tidak memiliki Tahbisan, maka para bruder tidak dapat mengampuni dosa. Para bruder dalam suatu tarekat religius yang diakui Gereja, disebut sebagai seorang religius, tetapi karena tidak ditahbiskan, mereka juga disebut sebagai awam dan bukan kaum tertahbis (klerus).
      Nah, para imam itu sendiri tentu mempunyai tanggungjawab yang sangat besar di hadapan Tuhan, supaya hidupnya sungguh mencerminkan ajaran Tuhan Yesus. Bagaimana kalau mereka gagal dan jatuh dalam dosa? Tentu mereka sendiri harus bertobat, namun demikian, dosa mereka tidak membatalkan kuasa yang dipercayakan kepada mereka melalui sakramen Tahbisan; kecuali jika pihak otoritas Gereja telah mencabutnya. Dalam kasus-kasus ekstrim, pihak keuskupan dapat mencabut faculty seorang imam yang melakukan penyimpangan besar. Jadi prinsipnya, setiap imam tetap harus mengaku dosa juga kepada imam yang lain dalam sakramen Tobat. Mereka tidak bisa memberikan sakramen Tobat itu kepada diri mereka sendiri. Jadi, jika mereka sendiri berdosa, mereka tetap dapat memberikan sakramen Tobat kepada orang lain, hanya tentu saja, ia sendiri (seperti juga umat lainnya) tetap harus mempertanggungjawabkan dosanya di hadapan Tuhan, dan tetap perlu menerima sakramen Tobat dari imam yang lain.
      Bagaimana dengan seorang bruder yang melakukan dosa berat berupa skandal yang merugikan banyak orang dan mencoreng kekudusan Gereja? Jika ini benar, tentu Gereja pun mengecam perbuatannya yang menyimpang tersebut, dan orang yang melakukannya akan memperoleh sanksi dari pihak tarekatnya.
      Maka kasus yang Anda sampaikan, tentu saja merupakan kejadian yang menyedihkan. Kami di Katolisitas tidak dalam posisi menghakimi kejadian itu, karena kami tidak memiliki wewenang akan hal itu. Semoga kelak diperoleh jalan keluar untuk kesejahteraan anak-anak dalam panti tersebut, dan tentu keadilan dinyatakan dalam hubungan dengan peristiwa yang menyangkut Bruder Angelo.
      Tetapi yang dapat kami tegaskan di sini, adalah bahwa hal-hal di atas tidak mengubah apapun sehubungan dengan ajaran Gereja tentang pengampunan dosa, yaitu bahwa Kristus telah memberikan kuasa mengampuni dosa itu kepada para rasul dan penerus mereka, yang kini dilaksanakan oleh para Uskup dan para pembantu mereka, yaitu para imam.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Katolisitas.