Di google Chrome ku lagi buming European Union Deforestationfree regulation. Dan Benchmarking yang intinya pengelompokan lokasi-lokasi dimana saja yang tergabung dalam kategori high risk, standart and low risk. Bingung juga sih kalau gak jelas resiko apa yang dimaksud resiko kan ada beberapa macam resiko yang disebabkan dari alam, Modal atau Manusianya sih. Maunya semua Negara yang memiliki perusahaan kelapa sawit diberikan kesamaan supremasi hukum agar bisnisnya dapat berjalan dan membuat para petani sawit (smallholder) tidak rugi terus menerus. Pertanyaan lain juga muncul jika misalnya Benchmarking sudah gak ditetapkan lagi Bagaimana membedakan harga minyak goreng dengan kualitas paling baik,standar dan kurang baik dari kemasan maupun nilai gizinya agar tidak ada perusakan citra baik perusahaan maupun produk. Maksudnya pak Airlangga dan pak Yusof mungkin bagaimana meningkatkan nilai jual produk dan perusahaan serta para petani agar dapat dikategorikan sebagai kelompok yang memiliki standar resiko atau low resiko. Intinya pemerintah ingin memiliki lisensi atau sertifikat khusus atau label khusus mutu kualitas bagus dengan harga yang terjangkau. Dan sekaligus bagaimana caranya agar para petani sawit juga mendapatkan lisensi atau sertifikat khusus ketrampilan mengolah Buah Tandan Segar menjadi minyak goreng yang berkualitas dengan pelatihan dan pengembangan yang terjangkau mulia dari memilih Tandan Buah Segar yang bagus dan baik kualitasnya, lalu memilih pupuk yang bagus untuk Tanaman Kelapa Sawit sampai diajarkan cara memumukinya secara baik dan benar, dan membuat tempat irigasi yang baik untuk membantu pengairan yang baik bagi tumbuhan. Terakhir bagaimana caranya memilih dan menggunakan teknologi yang baik yang membantu petani sawit mengerjakan pekerjaannya agar petani dapat dikategorikan di level High Quality Labour and Low Risk Management yang membuat petani pemerintah dan pengusaha serta investor semua mendapatkan keuntungan yang maksimal. Itu sih gambaran singkatku tentang perusahaan minyak goreng.
Di google Chrome ku lagi buming European Union Deforestationfree regulation. Dan Benchmarking yang intinya pengelompokan lokasi-lokasi dimana saja yang tergabung dalam kategori high risk, standart and low risk. Bingung juga sih kalau gak jelas resiko apa yang dimaksud resiko kan ada beberapa macam resiko yang disebabkan dari alam, Modal atau Manusianya sih. Maunya semua Negara yang memiliki perusahaan kelapa sawit diberikan kesamaan supremasi hukum agar bisnisnya dapat berjalan dan membuat para petani sawit (smallholder) tidak rugi terus menerus. Pertanyaan lain juga muncul jika misalnya Benchmarking sudah gak ditetapkan lagi Bagaimana membedakan harga minyak goreng dengan kualitas paling baik,standar dan kurang baik dari kemasan maupun nilai gizinya agar tidak ada perusakan citra baik perusahaan maupun produk. Maksudnya pak Airlangga dan pak Yusof mungkin bagaimana meningkatkan nilai jual produk dan perusahaan serta para petani agar dapat dikategorikan sebagai kelompok yang memiliki standar resiko atau low resiko. Intinya pemerintah ingin memiliki lisensi atau sertifikat khusus atau label khusus mutu kualitas bagus dengan harga yang terjangkau. Dan sekaligus bagaimana caranya agar para petani sawit juga mendapatkan lisensi atau sertifikat khusus ketrampilan mengolah Buah Tandan Segar menjadi minyak goreng yang berkualitas dengan pelatihan dan pengembangan yang terjangkau mulia dari memilih Tandan Buah Segar yang bagus dan baik kualitasnya, lalu memilih pupuk yang bagus untuk Tanaman Kelapa Sawit sampai diajarkan cara memumukinya secara baik dan benar, dan membuat tempat irigasi yang baik untuk membantu pengairan yang baik bagi tumbuhan. Terakhir bagaimana caranya memilih dan menggunakan teknologi yang baik yang membantu petani sawit mengerjakan pekerjaannya agar petani dapat dikategorikan di level High Quality Labour and Low Risk Management yang membuat petani pemerintah dan pengusaha serta investor semua mendapatkan keuntungan yang maksimal. Itu sih gambaran singkatku tentang perusahaan minyak goreng.