Salah itu ada 2: "SALAH PAHAM" dan "PAHAM SALAH". klo orang SALAH PAHAM, jika di tunjuki jalan benar.. maka dia akan sadar dan kembali kpd kebenaran. dan klo "PAHAM SALAH", bagaimana pun cara menunjukan kebenaran, dia akan menolak dan bersekukuh dgn kesalahan nya itu. Kira2, guru gembul ada di posisi mana ya guys? 🤔🤔🤔🤔🤔
Gembul menolak menyamakan Allah dengan sebuah Mahluk, yg bisa di uji coba dan jadi objek penelitian. berarti orang disisi satunya bisa meneliti dan menguji wujud/dzatnya Allah kah? 🤔
HMM...BENER2 TERTAMPOL....SMAKIN MENYANGGAH SMAKIN MENUNJUKKAN TIDAK BERILMU. MEMAHAMI BAHWA AL QUR'AN ILMIAH KOK SULIT.....? brarti ilmunya kurang skali kek tinggal di gua dus secara kata laen bhwa dia sendiri tidak ilmiah....hmmm jika umat Islam kurang ilmu dalam pendekatan ttg keberadaan Allah SWT maka bagaimana umat Islam menjelaskan dan meyakinkan orang2 atheis yg bebal2....? Hati2 dengan pengaruh waham yg berakibat Islam sama dengan agama2 yg lain karena mereka menghembuskan pemahaman "imani saja".......sehingga efeknya Islam gampang diruntuhkan.
Lebih baik guru gembul ngaku kalah, karena beliau tahu tidak mungkin Tuhan di perdebatkan, Syukur alhamdulillah Guru Gembul bisa berhenti dari debat seperti ini..
@@alimulloh707 berarti anda puas dong jadi Murtad. Kan sifat allah vak bisa di ilmiahkan. Coba saja tanya sama Kiyai kampung kamu yang ngajar sifat20. Tanya apakah sifat allah itu bisa ilmiah? Paling di tampar sama kiyai kamu
padahal dari awal Guru gembul udah bilang dia gak akan berdebat jika Tentang Tuhan.... terus apanya yg kalah,? la wong dia aja gak mau debat... kwkwkwkwk
Ngawur banget narasi nya nt .. 😂😂😂 Kalah debat belum tentu salah berpendapat.. Menang debat blm tentu benar dlm brpndapat.. Debat seperti ini tergantung dari kemampuan bicara.. Salah pun bs menang dlm debat.. Doktrin dan keyakinan ga bs dibawa dlm debat ilmiah... 😂😂😂 Ilmiah yg dimaksud adalah sains.. Apakah agama itu saintifik..? Tentu tidak.. Karena sains adalah keilmuan yg berdasarkan pada penelitian.. Atas objek real yg ditangkap oleh indra kemudian dianalisis dan menghasilkan kesimpulan Sedangkan pengetahuan agama itu bukan sains tp ilmu informasi lyang berdasar pada pengalaman spiritual dan sumber informasinya tdk bisa teridentifikasi secara real.. Jadi membawa segudang refresi sekalipun ya percuma saja... Melihat ini jadi lucu.. 😂😂 2 orang yg berilmu tp yg 1 ga nyambung hy ingin menunjukan pengetahuan agamanya yg penuh ego tp ga jelas, ga ngerti sumber informasi aqidah dan sumber informasi sains.., 1 nya lg sudah bilang bahwa aqidah itu tdk bs diperdebatkan tp menantang berdebat... 😂😂😂😂
betul ini debat bukan pengadilan tapi orang2 menentukan salah dan benar dari debat. Ini soal argumentasi, teknik dan pembenaran bukan tentang benar salah itu sendiri. Bahaya sekali jika unggul dalam debat dianggap sebagai pembawa kebenaran
Debat kemarin secara garis besarnya adalah di perbedaan definisi "ilmiah" aja deh. Ust Nuruddin memahami ilmiah tuh masuk akal, rasional. Sedangkan guru gembul mendefinisikan ilmiah sebagai empiris bisa dibuktikan dg panca indra dg metode2 penyokongnya. Karena diujungnya Ust Nuruddin berhasil menang karena bisa memberi refferensi ini itu dg logika2 dari teolog2 zaman dulu, namun definisi ilmiah dipikiran gugem bukan itu. Jadi buku2 yg jadi refferensi itu jg harus dikritis saat dia menulis buku itu pakek metode empiris atau metode rasional/logika aja. Kalau empiris kan ada penelitian dsb, nah dzat Allah tak bisa diteliti tapi cuman dilogika aja bisanya. Karena secara definisi udah beda maka bagi beberapa orang ini ust Nuruddin udah menang dan bagi sebagian orang debat kemarin gak ada faedahnya karena gak menghasilkan apa2.
Yang namanya perjuangan atau diskusi maka pasti ada : 1. Pendukung orang yang salah 2. Pendukung orang yang benar. Terus diadakan diskusi seperti ini. Jazakallohu Khoiron Ustadz Muhammad Nuruddin.
Tuhan bisa dibuktikan secara ilmiah? Itu pernyataan absurd banget. Di dalam banyak ayat di hampir semua kitab suci, apa yang ada hanya ayat-ayat, tanda-tanda, dan indikator-indikator tentang tuhan, dan bukan tentang bukti adanya tuhan. Oleh karena itu, keberadaan dan ketidakberadaan tuhan hanya berdasarkan ayat, tanda, indikator tapi bukan tuhannya sendiri. Hampir semua para nabi ditantang oleh umatnya untuk menghadirkan tuhan sebagai bukti atas keberadaannya. Tapi tidak ada satupun yang bisa menghadirkannya, kecuali hanya indikator-indikatornya saja. Karena itulah keberadaan atau ketidakberadaan tuhan menjadi tes, alat uji benar dan tidaknya keyakinan mereka. Dan pembuktian akhirnya adalah diluar ruang dan waktu ini, oleh karena itu pula tidak ada paksaan dalam beragama dan mempercayai tuhan selama kita hidup di dimensi ruang dan waktu sekarang ini.
@@MuhammadTaufik-iq9qi Betul sekali, tapi indikator atau tanda itu bukanlah bukti karena itu sifatnya spekulatif dan hanya perlu diyakini. Kalau mau dibuktikan adanya, maka kita harus keluar dari dimensi ruang dan waktu saat ini. Bahkan mukjizat sendiri yang dianggap sebagai bukti kebenaran tidak bersifat ilmiah, tapi tetap kita yakin atas keberadaannya atau peristiwanya. Mukjizat sendiri adalah bukti kenabian bukan bukti ketuhanan. Logika sederhanya, indikator itu seperti tanda atau alamat. Nah alamat suatu rumah itu hanya bagian dari identitas rumah, bukan entitasnya. Kalau mau dibuktikan secara ilmiah, maka datangi rumah itu untuk dilihat keberadaan. Oleh karena kita tidak pernah menyaksikan entitasnya, maka cukup kita yakini keberadaannya melalui alamatnya.
@@MuhammadTaufik-iq9qi Indikator itu bukan ilmiah, hanya sebagian kecil komponennya. Ilmiah itu adalah sesuatu yang bersifat rasional dan bisa dibuktikan atau ditolak. Kalau tidak bisa dibuktikan benar dan salahnya itu doktrin atau ideologi.
Percayalah, kita ini ga kekurangan orang2 pintar dgn teori. Sayangya Filsafat kita ini cm sampe di mulut, prakteknya nol😊. Makanya peradaban islam skrng makin tertinggal dan terpuruk.
Kenapa ya gess orang sepintar ustad Nurudin pasti jumlahnya ribuan kan yaaa. Tp kenapa Indonesia ini kaya gini terus ya. Maksudnya kaya stuck aja gitu... Orang orang pintar dlm bidang-bidang nya kok kaya kelelep ... Apa mungkin jumlah nya kurang banyak lagi kali yaaa... Coba satu desa ada orang yg kaya ustadz Nurudin, trus gugem dll kaya nya baru cukup untuk memajukan Indonesia
Semoga mas gembul dapat hidayah agar tidak selalu tersesat serta menyesatkan. Dan Semoga Ust. Nuruddin selalu diberi kesehatan dan kekuatan agar istiqomah mengajarkan orang-orang yang tersesat.
gimana cara ilmiahkan hape ya? kan belum pernah ke pabrik hape? belum pernah ngelihat orang rakit mobo? 😊😊😊. masalah gampang jadi ribet. udah pasti hape dibuat manusia, bukan monyet. titik.
Terima kasih pak Guru Gembul, telah menghadirkan bukti bahwa sekeren pemaparan ustad Nuruddin pun tetap saja masih mengakar pada pot kajian agama (eksklusif, tidak universal).. dalam narasi yg singkat : Narasi Elit, praktik syulit, umat Morat Marit.. ❤🔥
Sebenernya memang definisi "ilmiah" harus diperjelas dulu. Patut dicatat ada perbedaan definisi "ilmiah" era dulu zaman Isaac Newton ke belakang termasuk era cendekiawan muslim, di mana saat itu tidak ada perbedaan antara filsafat dan science. Science itu dulu masuknya ke "natural philosophy". Tapi sejak abad 19 ke sini, makin jelas ada perbedaan clear antara filsafat dan science, di mana dalam science dibutuhkan metode scientific yang basisnya adalah empirisme dengan basis falsificationya Karl Popper. Dalam science tidak ada klaim kebenaran, hanya "falsifikasi" sehingga metode empiris menjadi sangat krusial. Bahkan sekarang, metode scientific itu lebih tajam lagi, sesuatu disebut "science" harus "reproducible". Artinya kalau ada suatu penelitian mendapatkan kesimpulan A, peneliti lain harus bisa mendapatkan hasil yang mirip apabila melakukan eksperimen yang sama dan menggunakan metode dan data yang mirip. Makanya di science itu kalo submit ke jurnal ada peer review. Bahkan sering kejadian, ada paper yang sudah dipublish di jurnal, kemudian ditemukan bahwa penelitiannya "flawed" dan ditarik kembali. Jadi "keilmiahannya" dibatalkan. Contoh terbaru itu paper penelitian Gunung Padang di jurnal arkeologi internasional. Makanya sekarang bahkan ada pandangan dan debat di kalangan ilmuan bahwa psikologi itu bukan "real" science. Karena riset2 di psikologi itu mayoritas tidak reproducible, sehingga keabsahannya sebagai sesuatu yang "ilmiah" diragukan (walaupun argumen ini masih menjadi perdebatan). Kalau psikologi aja yang merupakan sifat manusia bisa diragukan sebagai "ilmiah", apalagi studi sifat sifat Tuhan. Manusia bisa dilihat, bisa ditanya, bisa diukur langsung lho. Memang ada kecenderungan science di abad 21 ini menjadi sesempit itu. Dan sempitnya science ini bukan berarti menafikan ilmu2 di luar "science". Justru dengan semakin sempitnya science, science semakin mengakui bahwa banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan dengan science. Seperti contohnya ketuhanan dan agama. Jadi sempitnya science ini tidak berarti bahwa sesuatu yang tidak empiris itu berarti bohong. Bukan sama sekali. Hanya tetap bukan ranah science, dan scientist tidak pernah mengklaim hal2 di luar science itu salah atau benar. Itu di luar ranah science. Dan memang, seperti kata ustads nurrudin, fondasi metode empiris itu juga rasional, karena semua metode butuh pengetahuan axioamatik. Memang benar. Tapi tetap saja, untuk melakukan falsifikasi itu harus lewat metode empiris. Kalau dengan metode rasional saja TANPA didukung metode empiris, gimana caranya bisa melakukan falsifikasi terhadap penelitian ilmuan lain, dan bagaimana bisa membuat suatu klaim ilmiah yang bisa reproducible? Sekarang gini aja, coba ubek2 semua jurnal ilmiah kaya nature, science, etc. Ada ga paper dipublish yang HANYA MENGGUNAKAN METODE RASIONAL TANPA MENGGUNAKAN METODE EMPIRIS? Ya ga akan ada. Karena untuk menjadi science itu HARUS ada metode empiris (yang di mana metode empiris itu mempunyai fondasi2 rasional seperti asumsi2 axiomatic). Kalaupun ada paper yang isinya hanya pendekatan rasional, biasanya masuk ke jurnal filsafat, bukan jurnal science (nah kan dibedakan). Dengan kata lain, science itu GABUNGAN antara empiris dan rasional. Harus ada keduanya, tidak mungkin hanya empiris (karena empiris itu pasti didukung rasionalisme) dan TIDAK BISA HANYA RASIONAL. Itu definisi science modern di abad 21 ini. Ini harus clear dulu. Dari awal saya rasa guru gembul mengikuti definisi ilmiah seperti di atas, konsensus scientist di abad 21 sedangkan ustad nurrudin menggunakan definisi ilmiah lebih ke holistik ilmu dalam arti epistemologic, bagaimana orang bisa mengetahui sesuatu dan mengklaim kebenaran. Memang ustad tidak salah, tapi menurut saya ini adalah ranahnya filsafat, bukan science. Di mana di era modern ini, science dan filsafat itu sudah bisa dibilang berbeda. Di mana science itu hanya menjadi metode untuk membuat atau memfalsifikasi teori di lingkup yang sempit dan bukan metode untuk mengklaim kebenaran. Tapi terlepas hal hal di atas, memang guru gembul kalah debat karena dia secara memalukan tidak bisa menyusun kerangka argumen yang baik dan runut. Dan jujur sangat terkagum2 dengan keilmuan ustad nurrudin. Harusnya ustad2 kaya gini yang lebih banyak muncul di TV2 dan socmed biar masyarakat makin terpapar rasionalisme dan filsafat dalam tradisi Islam. Sekian, maaf panjang.
Yang anda jabarkan sama dalam pikiran saya. Tapi kalau soal GG kalah sepertinya tidak, karena GG sudah menjawab dengan dalil samina wa atona. Jadi memang gak bisa membuat kerangka argumen karena tidak bisa diilmiahkan. Makanya saya lihat kok G G gak bawa apa-apa, ternyata itu gak bisa diilmiahkan, objeknya gak ada mau diilmiahkan. Akhirnya GG sudah melihat bahwa yang disampaikan oleh ustadz Nuruddin itu maslah teologi. Dan GG mengatakan bahwa saya tidak mau berdebat masalah Teologi. Harusnya sudah selesai disitu. Cuma karena ustadz Nuruddin ngotot ya jadinya begitulah terlihat seperti kalah. Itu penyimakan saya. Dan saya menyimak ustadz Nuruddin memaparkan ilmu itu seperti Taqlid selalu bersandar pada pemikiran ilmuan terdahulu. Tidak dengan pemikirannya sendiri, harusnya kalau seorang yang sudah melakukan kajian ilmiah harus bersandar pada pemikirannya sendiri dan berpegang teguh pada diri sendiri. Jadi tetap GG unggul dalam hal ilmu...karena definisi Rasional saja ustadz Nuruddin tidak tau sampai GG menjelaskan apa itu Rasional. Dan diawal ustadz Nuruddin kebingungan dengan pertanyaan GG mengucapkan kalimat "loh kok jadi begitu, kok jadi kebalik" padahal pertanyaan itu berasal dari ustadz Nuruddin sendiri yang dilontarkan ke GG.
@@sahariadtureofficial5149 benar juga sih, di posisi guru gembul jadi susah untuk membentuk kerangka argumen kalau membahas sesuatu yang dari awal tidak diilmiahkan. Hanya saja menurut saya guru gembul kurang menggali soal denisi metode scientific sebenarnya. Dan banyak argumen2 soal rasionalismenya ustad nurrudin bisa dipatahkan kalau gurgem punya persiapan yang cukup. Contoh, argumen ustad yang bilang semua metode empiris itu basisnya axiomatic sehingga selalu membutuhkan rasionalitas sebagai dalih bahwa metode rasional itu ilmiah jelas logical fallacy. Bahwasanya empiris itu fondasinya rasionalisme memang benar, tetapi fakta tersebut tidak menutup fakta lain bahwa dalam metode scientific wajib ada metode empirisnya. Rasionalisme saja tanpa empirisme tidak bisa membangun hypothesis yang falsifiable kalau mengacu ke Karl Popper. Jadi argumen ustad bahwa metode empiris butuh rasionalitas, sehingga rasionalitas berarti ilmiah sehingga hal hal yang hanya bisa dijangkau rasionalitas tanpa empiris itu ilmiah adalah kecacatan berpikir. Itu jumping into conclusion. Bagaimana coba logikanya. Tapi sayang gurgem ga menchallenge Ustad soal itu, entah karena dia udah kena mental duluan karena disorakin sama audience atau karena cara debat ustad nurrudin yang sangat tajam atau apa.
Maaf ,dlm pemahaman sy bhw ALLAH adalah Dzat ( diri ) yg menyebabkan segala sesuatu menjadi ada ( Prima causa ) .... misalkan , mnrt teori ilmiah ( ilmu pengetahuan ) bhw terbentuknya alam semesta setelah terjadi ledakan besar " big bang " , maka artinya bhw keberadaan ALLAH adalah rasional dan ilmiah . Dan yg tidak dpt di-ilmiahkan adalah Dzat-NYA ,krn akal mns tidak akan mampu menjangkau hakikat-NYA " Laisa kamitslihi syaiun " ( tidak ada seseuatupun yg serupa dgn DIA ) Wallahu alam.
@@ggh_-ts6pn GG sudah membalas argumennya. Coba saja lihat saat GG berbicara diawal dengan menggunakan pertanyaan. Apakah GG ada didepan Ustadz Nuruddin. Sampai Ustadz Nuruddin mengatakan " kok jadi begitu, kok terbalik" dari situ sudah terbaca kapasitas Ustadz Nuruddin gak paham ilmiah versi akademik
@@MuhammadTaufik-iq9qi kebaradaan allah itu Rasional ilmiah yang anda pakai itu namanya taqliq, karena menggunakan kesimpulan orang lain yang meneliti. Jadi bukan kajian Ilmiah namanya tapi teologi. Kajian ilmiah itu bisa diuji diteliti sehingga menghasilkan bentuknya dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya
Guru Gembul memang Benar.. Hanya dia kalah dalam berargumen saja. Tapi prinsip dia bener. Pemahaman Akidah adalah tentang Allah dan sifat2NYA dan segala ajaranNYA. Kalau bicara Allah atau Tuhan, maka sampai kiamat juga tidak bisa di ilmiahkan melalui apapun. Kalau Allah bisa di ilmiahkan, maka seluruh manusia akan beragama, bahkan bisa masuk islam semua. Meskipun yg tadinya atheis ataupun agnostik.
seperti kata GG itu bener. mereka sebenernya sepakat, cuma pendekatannya beda nurdin terlalu tersinggung ketika pernyataan GG dlm keimanan dia samina watokna tanpa perlu ilmiah seakan Islam agama tidak logis. jadi ngegas duluan, seakan2 GG harus dimusnahkan karena folowernya banyak. Gw yakin GG walau pada akhirnya samina watokna tetep berusaha mengilmiahkan. Misal babi kenapa haram ada bbrp alasan ilmiahnya. tp alasan sebenernya cuma Tuhan yg tau. karena GG itu dari konten lainnya cara berpikirnya ilmiah
Betul. Kayanya pada gak ngerti tentang Ilmiah. Definisi Ilmiah menurut Ustadz Nuruddin berbeda dengan para pakar. Makanya ustadz Nuruddin ngotot supaya GG mengeluarkan pemikirannya. Sebenarnya sudah selesai pas GG bilang tidak bisa diilmiahkan. Makanya GG gak bawa referensi karena gak ada karya ilmiah tentang sifat Tuhan
Ngapain juga ngoreksi orang kayak gini. Mending guru gembul masih sibuk berjuang untuk agama dan negaranya, dan dia mengakui kalah debat, dan itu tidak membuat lantas dia salah dan kalah untuk selamanya
Wkwkwk sebenernya kalian2 ini yg ga paham konteks gurgem saja.contoh dia bilang "buktikan keberadaan saya disini secara rasional" itu berhubungan dengan konteks sebelumnya soal tuhan yg di rasionalisasikan 😂... Gini deh, bisa gak manusia membuat sesuatu atau membayangkan sesuatu yg tidak pernah dia lihat sebagai referensi?? Misal chimera?? Itu kan gabungan makhluk2 😂 mau peak fiction pun tetap ada referensi dr yg pernah mereka lihat... Sesederhana ini saja bnyk yg otaknya overheat 😂
الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَيَبْغُوْنَهَا عِوَجًاۗ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ هُمْ كفِٰرُوْنَ yaitu mereka yang menjauhkan manusia dari Islam, menyesatkan manusia dengan kedok Islam, dan mengingkari hari akhirat. (QS Hud (11) : 19)
Maaf numpang paste 4:45 Alibi adalah alasan yang digunakan untuk membuktikan bahwa seseorang tidak berada di tempat kejadian ketika peristiwa terjadi, atau ketika suatu tindak kejahatan sedang dilakukan. Alibi merupakan salah satu metode peradilan penyangkalan yang digunakan oleh terdakwa dalam prosedur hukum
tuhan tidak bisa dipahami oleh akal manusia, jika akal memahami tuhan itu artinya tuhan ciptaan akalnya sendiri sesuai dengan spekulasi dari pikirannya itu sendiri, gimana pendapatnya mas herlianto 🙏
@@RiswanWan-if9ed akal disini berperan memahami setelah terjadinya proses atas keberfungsian jantung tersebut sesuai mekanisme kerjanya, hal ini mengindikasikan bahawa akal dalam menyerap informasi, pengetahuan, memahami sesuatu tidak bisa terlepas dari hal hal yang konkrit secara inderawi. sehinga dengan demikian kembali kepada permasalahan awal bahwa tuhan itu bisa dirasionalkan terbantahkan karena dasar awalnya akal selalu tidak bisa terlepas dari hal hal yang konkrit secara inderawi dalam mengkonstruksi gagasannya sehingga bagaimana mungkin suatu yang gaib diluar jangkauan akal pikiran akal bisa menjangkau ranah yang gaib tersebut mengingat akal selalu berpatokan kepada hal hal yang dapat diinder.
@@nurulyakin4827 dalam pembuktian tuhan itu menggunakan prinsip badihi atau axiomatik yang mana prinsip ini TDK memiliki celah ragu didalamnya, misalnya kasualitas (sebab-akibat) bahwa setiap akibat pasti memiliki sebab, mengapa prinsip ini dikatakan pasti benar karna kita tidak pernah menemukan direalitas eksternal sesuatu yang ada tanpa sebab dan semua kita yang sehat akalnya memahami itu, nah prinsip seperti inilah yg kemudian digunakan dalam pembuktiannya apa bedanya dengan penemuan fungsi jantung td, setelah prinsip itu kita Amini pasti benar baru ia digunakan sebagai alat pembuktian tuhan. Salahnya adalah menggunakan kata "menciptakan" sebenarnya keilmiahan tuhan itu "ditemukan" artinya sesuatu itu sdh ada namun baru saja ditemukan, kalau diciptakan itu sesuai kehendak saya mau buat ia seperti apa, sama halnya Aristoteles menemukan prinsip" rasional apakah kita mau mengatakan bahwa Aristoteles menciptakan itu sedangkan semua akal kita mengatakan prinsip itu benar.
Misalnya Ibnu Sina dalam argumentasi Burhan siddiqinnya memulai premis pembuktian tuhan dengan proposisi yg badihi "yang ada itu ada" nah ini prinsip yg TDK bisa kita tolak karna kebadihiannya artinya menolak itu sama saja menolak keberadaan eksistensi kita. Begitulah kira" mohon maaf sy TDK sempurnakan argumen mulla sadra dalam pembuktian tuhan dikarenakan efesiensi waktu dan tempat.
Kemana arah gembul argumen,sangat sangat memahami.karena ini berbicara tentang kesadaran manusia yang terus berkembang. Tujuan manusia semuanya sama Hanya yang membedakan sudut pandang aja
Secara prinsip, AKIDAH ISLAM terdiri dari enam pilar utama yang sering disebut sebagai rukun iman tidak dapat dibuktikan secara ilmiah karena: Tidak bisa diuji atau dibuktikan salah (tidak falsifiabel) dan Tidak bersifat sementara dan tidak terbuka untuk revisi (tidak tentatif). Dengan kata lain, keyakinan dalam akidah Islam tidak bisa diuji secara ilmiah.
Sudah jelas bahwa kata guru gembul tuhan tidak bisa diilmihkan... sedangkan yg ngajak debat itu meyakini bahwa tuhan bisa diilmihkan..ya sudah guru gembul mengalah saja brow
@@CahyaningNalar Hihihi.. No.. no.. no.. kemampuan guru gembul adalah menarasikan sejarah/fenomena dari sudut pandang yang berbeda.. itu disebabkan dari banyaknya buku yang dia baca.. dan sy tidak selalu sepakat dengan paparannya, khususnya tentang pendidikan.. Ustadz Nuruddin sangat keren dalam pemaparannya.. tp, beliyo masih mengakar pada pot agama (tidak universal).. ini juga menjadi kesimpulan yg memilukan : Teori Elit, Praktik Syulit, umat Morat Marit.. 🤗🙏
Tidak ada kalah dan menang dalam perbedaan berpikir manusia, setidaknya hari ini ada pemikiran manusia gugem,dan itulah eksistensi manusia akan selalu ada untuk peradaban manusia
banyak hikmah laen yg kita bisa petik. yaitu munculnya Fenomena netijen anti/risih sama referensi menjadi bukti kaum yg maunya serba instan dan itu selalu ada dalam banyak genre dan sikon, genre finansial pasif income: mau instan cepet kaya berduit banyak tanpa kerja dan usaha genre akademis: mau instan punya gelar tanpa sekolah (masuk di univ odong2) genre gamer: mau instan biar jadi jago tapi lewat pake cheat. genre intelijensi: mau instan pintar tapi gak belajar, dll...(tambahin klo ada) 😅 maunya instaan, mengira dengan mikir2 sendiri, nebak2, asumsi2 sendiri berharap bisa sepintar nikola tesla 😂
Kenapa akidah agama disebut gak ilmiah banyak yg gak terima dan insecure ya? Bukannya memang dalam akidah agama itu lebih pada pengalaman spiritual, filsafat, dan klaim wahyu?🤔
Kenapa kita gak terima disebut tidak ilmiah. Karna disitu dijelaskan bahwa kebenaran Islam tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara umum. Nah itulah yg mengganggu keimanan dasar dari Islam. Itu bahaya sekali..heran bgt klo yg punya iman tidak tersinggung. Udah mati-matian nyari iman yg bener yg mana..udah capek capek nyari bukti Islam itu yg bener. Eh enak bener dibilang tidak bisa dibuktikan..hadech
_pembelajaran yang dapat saya ambil dari debat tsb adalah: menghina orang di hadapan orangnya langsung dengan bahasa yang tak dapat dipahami orang tersebut itu SIGMA BANGET bjirr, dan sangat layak dapat medali perak JUARA MEWING ASIA_
Guru gembul bilang rasional tidak ilmiah, tapi dia membandingkan umat muslim dengan orang kafir yang katanya membahas teknologi (ini saja udah rasional), artinya semua yg dia bicarakan juga tidak ilmiah, karena isinya rasional, bukan empiris
Kebiasaan ambil sepotong sepotong perkataan orang, sama kayak pak ust kutip Al-Ghazali diambil sepotong tidak dibaca selanjutnya Al-Ghazali memilih tasawuf untuk mengenal allah swt
saya kok jadi bingung ya, kenapa gurgem membahas zat Allah ya, kan topik debat nya bisakah keshahihan akidah islam di buktikan secara ilmiah, apakah membahas zat Allah itu termasuk akidah islam? sepemahaman saya salah satu akidah islam adalah mengenal Allah melalui sifat2 Nya, dan memperhatikan semua ciptaan nya berdasarkan Alquran dan Hadist nabi. baru tau saya kalau membahas zat Allah itu ada di akidah islam. mungkin saya kurang banyak baca kali ya... 😊
gak usah bingung bro..ente sudah tepat.. gurgem keliru sih, menggeneralisir kalau AKIDAH itu sebagai ilmu membicarakan dzat Tuhan. padahal kan enggak gitu. toh lawan debatnya dan kita juga sama2 sepakat Dzat Tuhan itu tidak bisa diinderai. mestinya celetukan gurgem di RA waktu itu bunyinya: "Dzat Allah tidak bisa diilmiahkan", itu baru cocok.
Guru gembul mengalah bukan kalah. Begini;Mengilmiahkan akidah dalam agama Islam adalah usaha yang sangat kompleks dan berpotensi problematis, karena akidah (keimanan) adalah wilayah keyakinan yang mendasar dalam agama, yang sering kali bersifat supra-rasional, artinya melampaui atau tidak selalu tunduk pada logika dan metode ilmiah. Ada beberapa alasan mengapa akidah sulit diilmiahkan: 1. Metafisika vs Empirisme: Ilmu pengetahuan modern didasarkan pada empirisme, yaitu pengamatan, eksperimen, dan pembuktian yang dapat diulang. Akidah, di sisi lain, berkaitan dengan hal-hal metafisik, seperti keimanan kepada Allah, malaikat, wahyu, dan hari akhir, yang tidak bisa dibuktikan atau diuji melalui metode ilmiah. Keberadaan Allah, misalnya, adalah keyakinan yang tak terjangkau oleh alat-alat ilmiah. 2. Subjektivitas Keimanan: Akidah adalah pengalaman subjektif yang bersifat spiritual dan pribadi. Ilmu pengetahuan mencari objektivitas dan konsensus di antara para peneliti. Keimanan seseorang kepada Tuhan, kepercayaan kepada takdir, atau keyakinan tentang hari kiamat adalah hal-hal yang sangat pribadi dan tidak selalu bisa dipahami atau disetujui oleh semua orang secara objektif. 3. Dimensi Filosofis: Dalam filsafat Islam sendiri, ada perdebatan tentang apakah aspek-aspek tertentu dari akidah dapat didekati melalui akal atau nalar. Dalam tradisi teologi (kalam), seperti yang berkembang pada Muktazilah atau Asy'ariyah, ada upaya untuk membuktikan keberadaan Tuhan dan keesaan-Nya melalui argumen rasional. Namun, pendekatan ini tidak sama dengan metode ilmiah dalam arti modern, karena masih beroperasi dalam kerangka keyakinan keagamaan. 4. Perbedaan Epistemologis: Ilmu pengetahuan dan agama memiliki epistemologi yang berbeda. Ilmu pengetahuan didasarkan pada observasi, hipotesis, dan verifikasi, sedangkan agama (termasuk Islam) didasarkan pada wahyu, tradisi, dan pengalaman iman. Mengilmiahkan akidah berarti memaksakan suatu sistem epistemologi ke atas yang lain, yang bisa menyebabkan ketidaksesuaian. Namun, beberapa upaya telah dilakukan oleh pemikir Muslim untuk menyelaraskan keimanan dan ilmu pengetahuan, seperti yang dilakukan oleh tokoh seperti Ibn Sina, Al-Farabi, dan lebih modern, Seyyed Hossein Nasr, yang berbicara tentang ilmu pengetahuan Islam yang lebih holistik, mencakup dimensi spiritual dan material. Pendekatan mereka adalah mencari harmoni antara wahyu dan akal, tetapi tidak mencoba untuk "mengilmiahkan" iman dalam arti yang ketat. Jadi, meskipun elemen-elemen dalam agama Islam dapat dianalisis melalui filsafat atau didekati secara rasional, akidah itu sendiri tidak bisa sepenuhnya didekati atau dipahami melalui metode ilmiah murni. Jadi sikap guru gembul sudah tepat, mengajak berdebat di ranah yang bisa dijangkau secara ilmiah saja. Bukan sok pintar dengan mengutip referensi pemikiran orang lain tanpa berusaha untuk berfikir sendiri secara mendalam. Ada suatu pepatah; lebih baik menghindari berdebat bersama orang bodoh karena itu lebih bijak. 😂😂😂
@@titipsandal9970 saya bangga sekali kepada guru gembul Krn dia asli org indonesia sekaligus aset bangsa indonesia, coba klo guru gembul org jepang udh harakiri dia 😂 hahahaha saya akui guru gembul raja debat kusir hahaha😂
@@chromecool9588 saya bukan membela guru gembul saya meluruskan pemahaman bahwa pemenang debat belum tentu pemegang kunci kebenaran. Menang debat artinya memenangkan sebuah argumen dengan pembenaran bukan memenangkan kebenarannya. Contoh Harun bin Sa’id mengatakan tentang Imam Syafi'i jika “Seandainya Syafi’i berdebat untuk mempertahankan pendapat bahwa tiang yang pada aslinya terbuat dari besi adalah terbuat dari kayu niscaya dia akan menang, karena kepandainnya dalam berdebat”. (Manaqib Aimmah Arbaah hlm. 109 oleh Ibnu Abdil Hadi). Bahkan dikalangan pesantren debat diajarkan kadangkala bukan untuk mencari kebenaran tapi untuk melatih santri melakukan pembenaran atas argumennya Apakah bisa dipahami dari sini ?
@@tonnykusdinar ini bukan benar atau salah. Sebab tujuan debat adalah untuk mempertahankan atau memenangkan pendapat masing-masing. Jadi hasilnya bukan benar atau salah tapi tentang pembenaran atas argumen bukan memcari kebenaran itu sendiri. Pernah dengar kisah Harun bin Sa’id yang pernah berkata, “Seandainya Syafi’i berdebat untuk mempertahankan pendapatnya bahwa sebuah tiang kayu yang aslinya terbuat dari besi, tentu dia akan menang.” Saking pintarnya Imam Syafii hingga Harun mengatakan tiang yang jelas2 terbuat besi bisa dipercayai terbuat dari kayu karena kepandaian ilmu debatnya Debat fikih, debat capres, debat agama semua tujuannya seringkali untuk mengadu argumen dan pembenarannya dan tidak ada titik salah benarnya. Semua tergantung keyakinan dan ilmu untuk memilih keberpihakan
Saya klik videonya,trus iklan muncul dan saya pause,lalu saya baca komentar ,ternyata para komentator lebih pintar dari pada yg sedang diskusi,trus saya keluar dr video,lalu ambil stik pancing dan saya pun pergi mamancing,sore saya pulang dan membersihkan ikan hasil pancingan,lalu saya goreng ahhhhh nikmat sekali ,buat para komentator,kalian semua luar biasa 🙏🙏
Mahasiswa, pelajar dll itu kelebihan referensi tp mereka menghafalnya bukan bgmna mengambil saripati keilmuannya lewat cara berfikir,nah gugem intens berfokus agar pelajar, mahasiswa dan yg lainnya untuk bgmna cara bernalar yg benar bisa memferfikasi data keilmuan agar lebih bisa d aktualisasi Pd realita yg ada
Bagaimana sesuatu yang DIMANI (Aman, Tenang, Selamat) sehingga harus dipercaya dan dipegang, tidak ketahui kebenaranya. Ilmu-Pengetahuan itu membahas HAKIKAT tentang sesuatu yang ADA (eksis)...! Arti-nya, yang tidak ada tidak perlu dibahas dalam ranah ilmu-pengetahuan. Karena Allah,Swt adalah Substansi (Dzat) Yang Maha Ghoib (al-Bathiin). Maka, yang dibahas adalah essensi-essensi (sifat-2), atribut-atribut, predikat-2 (Sifat dan Asmaul-Husna), dengan bersandarkan terhadap pengetahuan yang disampaikan oleh Diri-Nya kepada manusia melalui Firman-2-Nya. Sebagaimana Ilmu-Pengetahuan membahasa realitas yang tidak bisa diindera, melalui pengamatan terhadap GEJALA-2 (Simptom) yang menjadi petunjuk tentang keberadaan realitas/entitas yang imaginer. Demikian juga, pengetahuan tentang keberadaan Allah,Swt (Yang Maha Ghoib ; al-Bathiin) adalah dengan mengamati realitas-2/entitas-2 sebagai manifestasi dari keberadaan-Nya.
Jika indra penglihatan tidak bisa menerjemahkan keberadaan objek maka indera penciuman yg mencoba mumbuktikannya, jika tidak bisa maka indera pendengaran yg akan membuktikannya, jika tidak bisa maka ada indera peraba yg mencoba mengungkapkan keberadaan obyek tersebut. Seluruh indra itu yg memerintahkan adalah rasio atau akal alias otak.... kemudian akal atau rasio akan memutuskan untuk menerima ataupun tidak.
Yg saya tangkap dari debat kemarin, belum ada pemahaman yg sama antara dua org yg berdebat ttg makna AQIDAH.. saya melihat bagi guru gembul yg dimaksud akidah adalah berkenaan ttg zat Tuhan, perbuatan2Nya atau hal-hal ghoib yg dikabarkan dalam agama, sedangkan bagi pak nuruddin sejauh yg saya lihat belum mendefinisikan apa itu yg dimaksud AQIDAH versi pemahaman beliau yg ada beliau mengutip bbrp pendapat ulama ttg Aqidah adalah dasar/pondasi dari seluruh ilmu, saya mengira beliau kurang berani mengambil kesimpulan konkrit ttg makna aqidah tsb. sehingga dari ketidak sepakatan definisi ini akhirnya muncul asumsi2 dari kedua belah pihak yg berujung saling tuduh atau saling serang yg mana serangan2 tsb menurut saya kurang mengarah pada tema pokok yakni apakah akidah bisa diilmiahkan..? saya kira tidak ada pemenang dalam debat kemarin.. dua2nya kalah guru gembul terlihat memang kalah telak krn argumennya muter2 kyak helikopter dan pak nuruddin saya anggap kalah krn beliau kurang elok dalam berdiskusi, seringkali muncul kalimat2 yg bukan fokus menyerang argumen, tpi justru menyerang personal guru gembul. demikian sejauh yg saya lihat dan pahami..
Lagian ketinggian mempertanyakan eksistensi Tuhan,,,lebih baik ngulik eksistensi Hantu,,antara ada dan tiada,,antara nyata dan tidak,,itu ada di sekitar an kita,,cari Hantu itu ilmiah apa tidak ,rasional apa tidak,,yang dihirup hidung aja kita ga tau zat apa saja,,hakikatnya guru gembul kena jewer Tuhan,,
Intinya kan ujung-ujungnya dua dua nya tetap mempercayai adanya Tuhan Lantas kenapa harus diperdebatkan? Kecuali kalau salah satu nya tidak percaya Tuhan baru debatable.
Secara diskusi dan pendidikan ustadznya lbh pinter dan sombong, tp itu BKN ukuran kebenaran. Tetap guru gembul is the best kalo kita cermati dgn akal yg jernih dan hati yg bersih tanpa berpihakan.
setuju, dalam debat kemarin memang GG kalah telak, bukan karena pemikirannya yang salah tapi lebih kepada argumentasi yang lemah dan persiapan yg kurang.
Andaikan ilmiah terbatas pada term "Rasional" saja, maka gak akan semua teknologi seperti yang kita pegang saat ini. RUclips, Instagram, Facebook, Motor, Mobil, dan masih banyak lagi. Saya katakan term "Ilmiah Rasional" yang diyakini Nuruddin sudah ketinggalan zaman. Gak bisa penelitian ilmiah cuma sebatas pada rasional. Harus ada step selanjutnya yaitu Empirisme.
KLO diandaikan jasad ini yg mengalami semua kondisi emosionalitas diatas lalu mengapa ketika sy mencubit atau memukul org yg sdh mati dia TDK mengekspresikan sakit layaknya org yg hidup?
@@RiswanWan-if9ed semua kerja tubuh dan emosional, itukan sudah jelas bekerja karena ada sistim saraf. Klo itu ada yg rusak kinerja tubuh juga bermasalah, contoh orang strok itu bisa setengah badan lumpuh gak bisa gerak dicubit gak berasa. Scara medis itu sudah jelas ada kerusakan otak. Gak mungkin kan jika rohnya iseng hanya menggerakan setengah tubuh. Jdi orang mati itu otaknya sdah rusak total. Bisa rusak karena faktor usia sel, atau rusak karena kekurangan suplai oksigen, klo orang koma beda lagi.
@@CandraAri-r5s jantung itu bergerak secara mandiri karena ada aliran darah yg masuk, itu klo oprasi jantung, caranya jantung di hentikan detaknya sama dokter, orangnya gak mati walau jantungnya berhenti, nti jika sudah selesai di gerakkan lagi tu sama dokternya. Jantung ginjal mata. Itu bisa di Gonta ganti dalam kedokteran, misal orang mati kecelakan, itu mata, jantung dan ginajal, itu masih bisa di pakai di orang lain yg masih hidup.nah klo gini gmana penjelasannya.
Itu bukan debat ilmiah. Itu debat teologi tentang pemikiran para pakar. GG sudah mengatakan akidah tidak bisa di ilmiahkan. Sedangkan ustadz Nuruddin ngotot mau melihat pemikiran GG. Harsunya sudah selesai karena berbeda definisi tentang ilmiah. Coba saja sampean tanya sama Guru ngaji Qur'an biasanya suka ngajarin sifat 20. Tanya pakah akidah bisa di ilmiahkan? Paling juga dilempar sorban atau digapok pakai sorban, oebih ektrim lagi ditampar
Cuma masalahnya buat anak jaman sekarang khususnya org awam gemblung masuk diakal yg bisa menyesatkan org menjauh dari aqidah coz pemikiran dasar gemblung liberal/mendekati ateis/agnostik dimana kebebasan berfikir mutlak
Betul banget pak, saya dulu sama kaya pengikut" guru gembul lainnya yg sangat fanatik, dikit" kalo ada yang kritik langsung di bela"in kayak guru gembul itu selalu benar, tapi alhamdulillah karena sudah ada banyak channel yang speak up terhadap pemikiran guru gembul akhirnya pemikiran saya jadi lebih terbuka dan sadar. Orang" awam yang bisanya fanatik terhadap guru gembul biasanya muslim tapi ilmu agamanya cetek satu lagi atheis atau umat agama sebelah.
masalah amat sangat sederhana sekali, ngapain diperdebatkan itu sudah selesai dari jaman dahulu kala, bahkan sudah ribuan tahun selesai metode ilmiah memang tidak akan menyentuh daerah situ, dan para ilmuwan tahu diri untuk tidak masuk daerah situ karena ketiadaan metodenya karena akan membuat tumpul dan rusak metode itu sendiri
Rukun iman ada 6,,dan masing masing 6 point itu didasarkan pada doktrin,,bukan hasil penelitian empiris,,orang sebodoh apapun,kalo udah melaksanakan ke 6 rukun iman,sudah menjadi muslim yg iman😊. Menurut saya,,lawan diskusi ustadz Nurudin harusnya orang² yg pandai berdalil,bukan sekelas guru gembul yg berfikir ilmiahnya secara empiris 😊
Manfaatnyq apa buat kita klo tuhan bisa di ilmiahkan atau tidak? Apa ada jaminan masuk surga pa islam akan menguasai dunia apa oran2 yqhudi dan nasrani jadi berbondong2 masuk islam?
Allah SWT maha adil, Allah swt akan menghancurkan setiap Kesombongan yang ada di Dunia, Kesombongan Ba'alawi diruntuhkan oleh Guru Gembul, kesombongan Guru gembul diruntuhkan oleh Ust. nurudin, dan seterusnya. Intinya jangan sampai kita Sombong dan merasa Sempurna, maka Allah akan meruntuhkannya melalui tangan orang lain, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Coba nonton sampai habis. GG tidak kalah, GG sudah menjawab samina wa atona gak bisa di ilmiahkan. Dalam video GG beliau itu mengakui bukan karena kalah tapi ngalah. Mana ada kalah ngakunya bukan didepan forum langsung. Kalah itu mengakui didepan forum diskusi langsung. Saya Yakin ustadz Nuruddin yang akan sadar dan tobat karena telah mengilmiahkan sifat Tuhan. Padahal kalau kita lihat semua guru ngaji kiyai kampung melarang mendefinisikan tentang sifat tuhan. Walupun kita diajari sifat 20 tidak bisa mengidentifikasi dan meneliti sifat tuhan
🤣🤣🤣 Gembul is the pelawak akademik, badut ilmiah, komedian rasionalitas, tukang lawak sains... 🤣🤣 no rocky no party no gembul no ilmiah🤣🤣🤣 ilmiah bakul cilok😜😜😜
relativitas aja bisa dikonsepkan secara Ilmiah padahal hanya melalui pembuktian teoretis oleh Albert Einstein apalagi dengan keberadaan tuhan dan eksistensinya. Ini sudah banyak di bahas oleh beberapa filsuf yunani (tidak semua karena sebagian filsuf Yunani itu ateis dan beberapa berpaham materialistik seperti Demokritos yang merumuskan keberadaan atom) dan filsuf muslim seperti Ibn Rusyd yang dikatakan secara eksplisit ataupun implisit. padalah kita kenal kata "aksioma" pada perumusan sebagian besar teori matematika kenapa kita terlalu keras berpikir bahwa keberadaan tuhan itu sesuatu yang tidak ilmiah. Seorang ateis mungkin berpikir tuhan itu tidak ada karena pembuktian ilmiah. orang teis pun menganggap tuhan ada karena mereka menggunakan metode ilmiah lain yang kuat untuk menguatkan argumen keberadaan tuhan itu sendiri. dari sini kita akan mengenal pembuktian secara empiris dan pembuktian secara teoretis pada metode ilmiah. mungkin pembuktian empiris lebih kuat dibandingkan pembuktian teoretis tetapi keduanya merupakan hal yang sah-sah saja jika di metodekan dengan baik berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. sesuatu dikatakan Ilmiah menurut saya itu karena metode pembuktiannya melalui tahapan-tahapan Ilmiah/metode Ilmiah. Setiap subject yang materi ataupun nonmateri, metafisik atau fisik memiliki metode ilmiahnya yang cukup berbeda. Apa yang saya dengar sebagian dari argumen guru gembul di channelnya ini terlalu menyudutkan cara berpikir seorang muslim secara general padahal sebagian yang disinggungnya adalah orang-orang kejawen berbau Islam. dia menyinggung kenapa sekolah Islam itu menghasilkan siswa-siwa yang bodoh tidak sebaik sekolah -sekolah nasrani tanpa data statistik yang memadai. Apa yang disampaikannya tidak lebih seperti apa yang saya sendiri lihat pada media-media mainstream padahal media-media seperti ini banyak biasnya dan tidak layak dijadikan landasan atau data dalam berargumen. Secara retorika dia hebat tetapi secara logika saya lebih melihat terlalu banyak cacat logika yang disampaikannya. btw saya orang yang tidak suka pengkultusan sesuatu terutama untuk yang habib-habib balawi ini. menurut saya mereka hanya orang biasa dan muslim itu menilai kemuliaan orang dari seberapa taatnya mereka menjalankan perintah Allah.
Ini pertanyaan chat gpt Apakah allah SWT bisa diilmiahkan jawaban chat gpt sebagai berikut Konsep Allah SWT dalam Islam, yang dikenal sebagai Tuhan Yang Maha Esa, berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan ilmiah. Ilmu pengetahuan berbasis pada metode empiris, yang berarti ia mengandalkan observasi, eksperimen, dan pengukuran hal-hal yang dapat diindera. Allah SWT, dalam ajaran Islam, adalah makhluk transenden dan immaterial, yang tidak dapat diukur atau diuji melalui metode ilmiah. Ilmu pengetahuan bisa mempelajari fenomena alam, hukum-hukum fisika, dan keteraturan alam semesta, yang dalam Islam sering dianggap sebagai tanda-tanda kebesaran Allah. Namun, keberadaan dan sifat-sifat Allah sebagai entitas Ilahi tidak bisa dibuktikan atau disangkal dengan eksperimen ilmiah karena Allah berada di luar ranah alam material yang bisa diuji. Iman kepada Allah dalam Islam didasarkan pada wahyu (Al-Qur'an), rasio, dan pengalaman spiritual, bukan pada bukti empiris ilmiah. Ilmu pengetahuan dan agama dalam Islam tidak selalu bertentangan, tetapi masing-masing memiliki domain yang berbeda: ilmu pengetahuan menjelaskan "bagaimana" alam bekerja, sedangkan agama menjelaskan "mengapa" dan memberikan makna serta tujuan di balik keberadaan.
Saya sama sekali tidak melihat Guru Gembul kalah meski Beliaunya sendiri mengaku kalah. Bahkan dalam penutupnya Pak Guru Gembul berhasil membabat habis tanpa bantahan. Bagaimana bisa manusia hidup tidak berangkat dari inderawi. Bahkan sebab akibat diklaim Ust. Nuruddin sebagai bukan inderawi. Lalu dari apa ? Guru Gembul justru menang telak ketika dia dengan gamblang ilmiah tidaklah bisa menuntun kecuali ada "Hidayah".
Filsafat dapat dianggap sebagai pendekatan yang berbeda tetapi komplementer dalam memahami Tuhan, tetapi tidak dapat dianggap sebagai metode ilmiah dalam arti tradisional. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut: 1. Metode Berpikir Rasional: Filsafat menggunakan logika, argumen, dan analisis yang sistematis untuk membahas pertanyaan-pertanyaan mendalam, termasuk tentang keberadaan dan sifat Tuhan. Metode ini berbeda dari metode ilmiah yang berbasis pada pengamatan dan eksperimen. 2. Tidak Berdasarkan Empirisme: Filsafat tidak selalu bergantung pada bukti empiris. Sebagian besar argumen filosofis tentang Tuhan, seperti argumen kosmologis atau ontologis, bersifat spekulatif dan tidak dapat diuji melalui metode ilmiah. Oleh karena itu, meskipun filsafat menggunakan pendekatan yang logis dan terstruktur, itu bukan metode ilmiah. 3. Komplementer dengan Teologi: Filsafat sering digunakan dalam konteks teologi untuk memperkuat atau mendalami pemahaman tentang Tuhan. Banyak teolog juga menggunakan argumen filosofis untuk menjelaskan dan membela keyakinan agama mereka. 4. Pertanyaan yang Berbeda: Filsafat dapat mengeksplorasi pertanyaan yang lebih luas dan mendalam tentang keberadaan Tuhan, makna hidup, dan moralitas yang mungkin tidak dapat dijawab secara empiris. 5. Dibandingkan dengan Metode Ilmiah: Metode ilmiah berfokus pada pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan observasi fenomena yang dapat diukur. Sebaliknya, filsafat mengandalkan analisis logis dan refleksi kritis. Kesimpulan: Meskipun filsafat menawarkan cara yang berharga untuk memahami dan mendiskusikan konsep Tuhan, ia tidak dianggap sebagai metode ilmiah dalam arti tradisional. Sebaliknya, filsafat dan teologi lebih tepat sebagai pendekatan yang melengkapi pemahaman tentang Tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan memiliki batasan dalam membahas hal-hal yang bersifat metafisik.
simpel aja... Kalo Iman kita itu tidak Ilmiah (tidak didasarkan oleh Ilmu), maka Islam itu ga bertahan sampai sekarang. Bayangkanlah, kita (muslim) itu bisa bertahan sampai sekarang tanpa kehadiran Nabi loh. Tanpa Nabi pun, saat ini Islam tetap kokoh berdiri. Kenapa tetap kokoh ? karena didasarkan oleh ilmu. DAN para musuh2 Islam tau sadar betul, mereka selama berabad-abad berusaha mati-matian jika mereka ingin meruntuhkan Islam itu maka hal pertama yang harus mereka runtuhkan itu adalah ilmunya orang-orang Islam.
Rukun iman ada 6,,dan masing masing 6 point itu didasarkan pada doktrin,,bukan hasil penelitian empiris,,orang sebodoh apapun,kalo udah melaksanakan ke 6 rukun iman,sudah menjadi muslim yg iman😊. Menurut saya,,lawan diskusi ustadz Nurudin harusnya orang² yg pandai berdalil,bukan sekelas guru gembul yg berfikir ilmiahnya secara empiris 😊
Hahaha. lu beriman karena apa? Kenapa lu beriman? Definisi Ilmiah Ustadz Nuruddin dengan Definisi para pakar berbeda. Ustadz Nurudin tidak bisa mengindentifikasi sifat Tuhan. Hanya bersandar pada taqlid para pakar. Itu bukan ilmiah tapi membahas Teologi pemikiran-pemikiran pakar terdahulu. Pada dasarnya Iman itu tidak ada bentuknya. Maka tidak bisa di teliti dan menjadi ilmiah
@@YahyanetGhozali iman itu dasarnya ilmu (dalilnya jelas Al-'Alaq ayat 1-5). Iman dalam Islam itu bukan sekedar doktrin. Jika iman hanya sekedar doktrin, maka islam tidak akan bertahan sampai sekarang. pahami dulu doktrin itu apa, jangan langsung mengklaim iman adalah berdasar pada doktrin.
@@sahariadtureofficial5149 tentu saja beriman karena sudah menimba ilmu dan saya akan terus menimba ilmu (menimba ilmu adalah hal yang harus kita seorang muslim lakukan agar tidak goyah, In syaa Allah). Siapa bilang ustadz Nuruddin tidak bisa mengidentifikasi sifat2 Tuhan ? Itu dasarnya Ilmu Tauhid, seorang santri itu yang pertama kali diajarkan adalah tauhid. Ulama penulis Kitab dari yang terdahulu sampai sekarang itu bukan orang kaleng-kaleng. Mereka paham isi Al-Qur'an dan hadist. Setiap karya mereka itu betul-betul diuji secara akademik sebelum dipublikasi. Anda mengatakan "iman tidak ada bentuk berarti tidak ilmiah ?". jika pendapatmu seperti itu, maka akalmu juga tidak ilmiah karena tidak ada bentuknya.
Tolong utk selanjutnya, wajibkan pendebat itu menulis makalah. Satu atau dua halaman kertas kwarto boleh. 10 atau puluhan lembar kertas juga boleh. Atau minimal 20 atau 30 slide powerpoint... Kalau hanya bicara ngalor ngidul ngulon ngetan... ini seperti murid TK yang merengek ke ibunya... spt tong kosong nyaring bunyinya.
Bagi saya itu seri, dan semuanya benar... Yg satu suka dgn referensi yg berkesan romantisme masa lalu, yg satu berpendapat klo sudah terkait aqidah dan Allah titik terima sj.
Saya melihatnya seperti dua orang yang sedang berdebat tapi beda maksud dan tujuan. Kalau diibaratkan, orang pertama bertanding catur dan membawa semua perangkat catur, lalu orang kedua bertanding pingpong dan membawa semua perangkat pingpong. Dan kedua orang ini bertanding dengan perangkatnya mereka masing-masing dalam satu pertandingan. Jadi nentuin kalah menang nya saya bingung karena menurut orang pertama permainan akan dimenangkan ketika skakmat, dan itu benar dalam permainan Catur, dan menurut orang kedua permainan akan dimenangkan ketika smah pingpong orang kedua tidak bisa dibalikan oleh orang pertama, dan itu benar juga. Gimana dong kalo gini? Guru Gembul mengomentari Akidah dalam arti sempit "Zat", Ustad Nuruddin mengomentari Akidah dalam arti "Luas" bukan hanya "Zat" saja. Jadi, kalau Ustad Nurudin mengomentari persepsi Guru Gembul mengenai "Zat" maka Ustad Nurudin pun akan menyetujuinya. Sebaliknya kalau Guru Gembul mengomentari persepsi Ustad Nurudin mengenai Akidah dalam arti "Luas" yg selain "Zat" ya Guru Gembul akan menyetujuinya juga. Perdebatan ini terlalu jauh sehingga tidak menemukan titik temu. Tapiii, walaupun perdebatannya belum nyambung (belum nyambung karena tidak mendebatkan satu persoalan, jadi yg satu persoalan itu seperti perdebatan apakah tuhan itu ada atau tidak, Orang A mendebatkan tuhan itu ada dan Orang B mendebatkan tuhan itu tidak ada. Nah itu kan satu persoalan). Tapi tidak apa2 walaupun perdebatannya belum nyambung setidaknya ada banyak ilmu & sudut pandang yg bisa kita dapat dari perdebatannya, dua-duanya kereen.
Emng adabny hrs gmn?😂 adab debat y gtu klo lwan bcara lg ngomong y diem&bawa refrensi bkn ky si GG... klo sombong/PD dgn ilmunya... ya hrs dong... ini ilmu akidah ya hrs yakin&PD
yang namanya debat itu, begitu PEA. saling adu argumentasi, saling sanggah kalau bicara baik baik itu namanya ngopi bareng di warung tolong minimal sebelum komen gunakan kepalanya dulu biar gak malu maluin 😂
@@Tvitochannel iyalah gw aja gedeg... org gk tau ilmu aqoid kaya si GG sok2an bahas akidah... pas gaduh nasab sok2an ikut giliran diajak diskus di RA bahasanya gk nyambung.... emang otaknya cmn cuan doang si GG
Orang waras ngalah, karena guru gembul Juga sadar kalau di lanjutin gak ada akhirnya Kalau soal Berargumentasi guru gembul juga Mampu cuma untuk apa? Yang penting misi utama nya Guru gembul sudah Terlaksana menghentikan ketololan yang di sebarkan oleh kaum Ba'wali
Sepakat "keberadaan tuhan" adalah sesuatu yang sangat rasional untuk bisa dipahami. ("rasional" dalam taraf "ADA") Tapi brow.... Objek yang "rasional dan ada", belum tentu bisa "dianggap ilmiah" loh...(sebelum melewati proses pendefinisian yg spesifik dan juga proses penelitian) Coba jawab dulu pertanyaan ini deh.....!!!!!! Tuhan itu apa ?, Dia ada dimana ?, jumlahnya berapa ?, siapa identitas Dia sebenarnya ?, bagaimana karakteristikNya ?, bagaimana sifat dan perilakuNya ?, sebesar apa ukuranNya ? Dia bergerak atau tidak ?, apa kehendak Dia yg sebenarnya ? Dan kalaupun dibutuhkan media untuk "bisa melacak keberadaannya", maka alat apakah yang bisa melacakNya ? Bukankah selama ini kita "mendapat informasi tentang tuhan" hanya dari keterangan dari kitab suci saja ? Adakah yg pernah dan bisa "membuktikan kebenaran dzat Nya"....? Bukankah selama ini kita "hanya tinggal mengimani" saja........? Adakah yang bisa menjawab pertanyaan² ini (disertai "bukti")...... 🐶🐶🐶🐶🐶🐶🐶 Sudahlah brow...... Kebenaran tetap akan jadi kebenaran sekalipun dia tidak ilmiah...... Dan nggak usah lah "mengilmiah ilmiahkan sesuatu yang memang tidak ilmiah". Sesungguhnya tuhan adalah ranah yang berada diluar jangkauan rasio maupun ilmu manusia. Bukankah "Dia sendiri" pun sudah melarang kita untuk "mentafakkuri dzatNya" (karena manusia tidak akan pernah bisa menjangkau Dia dengan menggunakan logika, rasio dan nalar) "Keberadaan tuhan" memang "sangat rasional", tapi adakah manusia yang mampu menjelaskan "dzat tuhan itu seperti apa" ? Dan Bukankah "di internal islam sendiri" ada lebih dari satu akidah ? (asyariyah, matturidiyah, salafi wahhabi, syiah dll)....... yang isi doktrin akidahnya "memiliki perbedaan dan ada doktrin yg saling bertentangan" diantara mereka (padahal doktrinnya berasal dari ajaran dan kitab yang sama) Bukankah di ranah akidah kita hanya "tinggal mengimaninya ?" Bukankah "akidah itu ada di ranah keyakinan".....? Bukankah "mengingkari akidah" bisa dianggap murtad ? Lalu kenapa akidah umat islam "ada lebih dari satu".......? Masih yakin "konsep akidah itu ilmiah".......? Kenapa kok kalian "sampai sebegitunya maksa"....? Takut kuwalat sama habib.....? Brow...... "Kalah debat" bukan berarti "pendapatnya salah" loh. Kalaupun debat lagi, bisa saja "posisinya akan jadi berbalik". Dan Sungguh allah tidak menyukai hambaNya yg berbuat "hasud". Dan sungguh "hasud" itu akan membakar habis kebaikan dan pahala pelakunya "laksana api yang membakar kayu hingga menjadi abu".
Rasional itu termaksud ilmiah bang, sendang gembul harus secara Indrawi bru rasional. Kalau begitu Tuhan pasti gk ada. Otomatis ngk ada kalau harus melalui Indrawi terlebih dahulu.
@@rizalzepri"konsep keberadaan tuhan adalah hal yang sangat rasional". Tapi Apakah tuhan bisa disebut "bersifat ilmiah".......? Apakah ada yang tahu "tuhan itu seperti apa"........? "dengan mendasarkannya pada penelitian ilmiah" (untuk memenuhi "syarat klasifikasi ilmiah") Bukankah itu adalah hal yang mustahil "diketahui" manusia ? (sekalipu dengan menggunakan segala "perangkatnya") Dan bukankah kita hanya bisa "mengimaniNya saja".....? Sungguh kenyataan itu "tidak harus bersifat ilmiah". Dan Sungguh di dunia ini ada banyak sekali hal dan kejadian "yg tidak rasional dan diluar jangkauan akal", tapi "memang benar² terjadi". Apakah antum sama sekali tidak pernah menemui atau mendengar tentang keberadaan "makhluk gaib ataupun keajaiban".....? Sungguh "keajaiban dan makhluk gaib" itu memang benar² ada. Segala hal "misteri dan keajaiban", merupakan "bukti kuat" tentang keberadaan "entitas yg kuasaNya melebihi hukum alam dan melampaui segala rasionalitas". (sebuah entitas yg kita sebut sbg "tuhan"). "keberadaan tuhan itu rasional". Tapi apakah "dzat tuhan itu sendiri" bersifat ilmiah ? (sedangkan "kita sama sekali tidak punya bahan untuk meneliti dzatNya")
@@rizalzepri ana sepakat bahwa segala sesuatu yg ilmiah tidak harus didasarkan pada panca indra saja..... Tapi juga pada pertimbangan rasional, commonsense dan juga data² yg valid. yang "ilmiah itu pasti rasional". tapi tidak semua yang rasional itu bisa "disebut sbg ilmiah". Karena Untuk bisa "disebut ilmiah"........ maka segala sesuatu harus melewati proses penelitian terlebih dahulu. Sungguh...... Di dunia ini ada banyak sekali kebenaran, "yang tidak semuanya bisa dikatakan sbg hal yg bersifat ilmiah". Dan salah satunya adalah "peristiwa kebetulan dan peristiwa keajaiban".
yg diakui GG dia kalah debat (dgn alasan kurang persiapan) bukan pendapatnya salah menurutku paling pas kasihg waktu untuk persiapan lalu debat ulang. formatnya jg diskusi santai gak terlalu formal
Percuma lu bilang zat tuhan ustadz Nuruddin tidak bilang zat tuhan tapi sifat tuhan. Makanya gue penasaran dengan oemikiran ustadz Nuruddin ada orang mengilmiahkan sifat Tuhan. Ngaji sama kiyai kampung saja bisa kena tampar kalau nanya seperti itu
Landasan berpikir Guru Gembul, teologis ilmiah berbasis pemikiran duniawi, yg lebih bersifat humanis. Orang seperti ini pada akhirnya mentok dan membatasi diri dari pemikiran-2 teologis yg lebih luas cakupannya.
bang, saya mengajukan pertanyaan. argumentasi penalaran ilmiah versi anda apakah bisa diaplikasikan oleh kelompok agama yg lain? Dan kalau anda tidak terlahir sebagai yg beragama islam bagaimana argumentasi tentang wujud/konsep ketuhanannya, Lalu kalau ada perdebatan antar agama, bukankah masing masing kelompok punya versi ilmiah ketuhanannya masing masing, Dan kalau mentok debatnya bukankah kembali pd keyakinan masing masing lg ? 🤔 Lalu bukankah dalam akidah Islam jg melarang untuk memikirkan wujud/dzat Allah sebagai bahan objek pengujian/penelitian. Jadinya menyamakan Allah dengan mahluk dong ?
@@smart99five74 insyallah video selanjutnya saya akan bahas eksperimen tuhan. Ditunggu.. Nuruddin nggk bahas zat Tuhan, tapi sifat Tuhan. Video lengkapnya jelas..
Yg anggab gembul itu guru...maka wajib di cek otaknya😂😂😂
"Barangsiapa naik podium tanpa persiapan, bersiaplah untuk turun tanpa kehormatan"
Salah itu ada 2:
"SALAH PAHAM" dan "PAHAM SALAH".
klo orang SALAH PAHAM, jika di tunjuki jalan benar.. maka dia akan sadar dan kembali kpd kebenaran. dan klo "PAHAM SALAH", bagaimana pun cara menunjukan kebenaran, dia akan menolak dan bersekukuh dgn kesalahan nya itu.
Kira2, guru gembul ada di posisi mana ya guys? 🤔🤔🤔🤔🤔
@@historicalphotos1 wah... Sindiran yang keren ini..
Gembul menolak menyamakan Allah dengan sebuah Mahluk,
yg bisa di uji coba dan jadi objek penelitian.
berarti orang disisi satunya bisa meneliti dan menguji wujud/dzatnya Allah kah? 🤔
@@smart99five74 video lengkapnya tidak begitu...
@@smart99five74Musyrik donk😂😂😂
Saya sepakat dengan gembul, bahwa dzat Tuhan tidak bisa di ilmiahkan.
Guru gembul sedang diframing besar2an setelah tidak percaya nasab para habaib baalwi
Bukan begitu tapi karena guru gembul dalam kontennya menantang semua Baraya untuk membuktikan bahwa Tuhan bisa dijelaskan secara ilmiah
Framing apaan, sejak awal emg dia itu emg amatir asal ngomong.
Asal bacot kok si gembul..baca google sana sini lalu diucapkan
@@sypoos2417 Tuhan memang tidak ilmiah tp keimanan
HMM...BENER2 TERTAMPOL....SMAKIN MENYANGGAH SMAKIN MENUNJUKKAN TIDAK BERILMU.
MEMAHAMI BAHWA AL QUR'AN ILMIAH KOK SULIT.....?
brarti ilmunya kurang skali kek tinggal di gua dus secara kata laen bhwa dia sendiri tidak ilmiah....hmmm
jika umat Islam kurang ilmu dalam pendekatan ttg keberadaan Allah SWT maka bagaimana umat Islam menjelaskan dan meyakinkan orang2 atheis yg bebal2....?
Hati2 dengan pengaruh waham yg berakibat Islam sama dengan agama2 yg lain karena mereka menghembuskan pemahaman "imani saja".......sehingga efeknya Islam gampang diruntuhkan.
Lebih baik guru gembul ngaku kalah, karena beliau tahu tidak mungkin Tuhan di perdebatkan, Syukur alhamdulillah Guru Gembul bisa berhenti dari debat seperti ini..
Betul banget. Kalau ngaji sama kiyai kampung bisa digampar itu orang kaya ustadz Nuruddin
Sok sok nantang debat ilmiah di bikin rujak tuh gembul😂 bicara tanpa refrensi yesssalam 😂 puas banget aku liatnya😅
@@alimulloh707 berarti anda puas dong jadi Murtad. Kan sifat allah vak bisa di ilmiahkan. Coba saja tanya sama Kiyai kampung kamu yang ngajar sifat20. Tanya apakah sifat allah itu bisa ilmiah? Paling di tampar sama kiyai kamu
@@sahariadtureofficial5149 terbalik, malah gembul yang digampar
@@AnemoPrimo gak pernah ngaji sifat20 sama kiyai ya. Pantesan pilih murtad
padahal dari awal Guru gembul udah bilang dia gak akan berdebat jika Tentang Tuhan.... terus apanya yg kalah,? la wong dia aja gak mau debat... kwkwkwkwk
Ngawur banget narasi nya nt .. 😂😂😂
Kalah debat belum tentu salah berpendapat.. Menang debat blm tentu benar dlm brpndapat..
Debat seperti ini tergantung dari kemampuan bicara.. Salah pun bs menang dlm debat..
Doktrin dan keyakinan ga bs dibawa dlm debat ilmiah... 😂😂😂
Ilmiah yg dimaksud adalah sains.. Apakah agama itu saintifik..? Tentu tidak.. Karena sains adalah keilmuan yg berdasarkan pada penelitian.. Atas objek real yg ditangkap oleh indra kemudian dianalisis dan menghasilkan kesimpulan
Sedangkan pengetahuan agama itu bukan sains tp ilmu informasi lyang berdasar pada pengalaman spiritual dan sumber informasinya tdk bisa teridentifikasi secara real.. Jadi membawa segudang refresi sekalipun ya percuma saja...
Melihat ini jadi lucu.. 😂😂 2 orang yg berilmu tp yg 1 ga nyambung hy ingin menunjukan pengetahuan agamanya yg penuh ego tp ga jelas, ga ngerti sumber informasi aqidah dan sumber informasi sains.., 1 nya lg sudah bilang bahwa aqidah itu tdk bs diperdebatkan tp menantang berdebat... 😂😂😂😂
betul ini debat bukan pengadilan tapi orang2 menentukan salah dan benar dari debat. Ini soal argumentasi, teknik dan pembenaran bukan tentang benar salah itu sendiri. Bahaya sekali jika unggul dalam debat dianggap sebagai pembawa kebenaran
Bang kasih tanggapan untuk video terbaru hari ini di ch. TANPA RAGI,
Debat kemarin secara garis besarnya adalah di perbedaan definisi "ilmiah" aja deh. Ust Nuruddin memahami ilmiah tuh masuk akal, rasional. Sedangkan guru gembul mendefinisikan ilmiah sebagai empiris bisa dibuktikan dg panca indra dg metode2 penyokongnya.
Karena diujungnya Ust Nuruddin berhasil menang karena bisa memberi refferensi ini itu dg logika2 dari teolog2 zaman dulu, namun definisi ilmiah dipikiran gugem bukan itu. Jadi buku2 yg jadi refferensi itu jg harus dikritis saat dia menulis buku itu pakek metode empiris atau metode rasional/logika aja. Kalau empiris kan ada penelitian dsb, nah dzat Allah tak bisa diteliti tapi cuman dilogika aja bisanya. Karena secara definisi udah beda maka bagi beberapa orang ini ust Nuruddin udah menang dan bagi sebagian orang debat kemarin gak ada faedahnya karena gak menghasilkan apa2.
Nah ini baru komen bagus
Si Nurudin ku denger GK punya pendapat pribadi dia nyontek smua
@@kampretputih8402SKRIPSI ZAMAN SEKARANG Kan BOLEH NYONTEK....😊😅😊
nah saya setuju persis sama yh di jelaskan gg dalam beberapa video dia ,
@@zereldyxz si Nurudin itu curang masa dia bleh nyontek pake laptop dan si gembul cuma dikasih mic pasti ada konspirasi ini
Yang namanya perjuangan atau diskusi maka pasti ada :
1. Pendukung orang yang salah
2. Pendukung orang yang benar.
Terus diadakan diskusi seperti ini.
Jazakallohu Khoiron Ustadz Muhammad Nuruddin.
Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar, umat muslim rindu kepemimpinan ustadz Nurudin.
Tuhan bisa dibuktikan secara ilmiah? Itu pernyataan absurd banget. Di dalam banyak ayat di hampir semua kitab suci, apa yang ada hanya ayat-ayat, tanda-tanda, dan indikator-indikator tentang tuhan, dan bukan tentang bukti adanya tuhan. Oleh karena itu, keberadaan dan ketidakberadaan tuhan hanya berdasarkan ayat, tanda, indikator tapi bukan tuhannya sendiri. Hampir semua para nabi ditantang oleh umatnya untuk menghadirkan tuhan sebagai bukti atas keberadaannya. Tapi tidak ada satupun yang bisa menghadirkannya, kecuali hanya indikator-indikatornya saja. Karena itulah keberadaan atau ketidakberadaan tuhan menjadi tes, alat uji benar dan tidaknya keyakinan mereka. Dan pembuktian akhirnya adalah diluar ruang dan waktu ini, oleh karena itu pula tidak ada paksaan dalam beragama dan mempercayai tuhan selama kita hidup di dimensi ruang dan waktu sekarang ini.
Mrnt sy indikator secara rasional keberadaan Tuhan adalah yg menyebabkan segala sesuatu menjadi ada.
@@MuhammadTaufik-iq9qi Betul sekali, tapi indikator atau tanda itu bukanlah bukti karena itu sifatnya spekulatif dan hanya perlu diyakini. Kalau mau dibuktikan adanya, maka kita harus keluar dari dimensi ruang dan waktu saat ini. Bahkan mukjizat sendiri yang dianggap sebagai bukti kebenaran tidak bersifat ilmiah, tapi tetap kita yakin atas keberadaannya atau peristiwanya. Mukjizat sendiri adalah bukti kenabian bukan bukti ketuhanan. Logika sederhanya, indikator itu seperti tanda atau alamat. Nah alamat suatu rumah itu hanya bagian dari identitas rumah, bukan entitasnya. Kalau mau dibuktikan secara ilmiah, maka datangi rumah itu untuk dilihat keberadaan. Oleh karena kita tidak pernah menyaksikan entitasnya, maka cukup kita yakini keberadaannya melalui alamatnya.
@@cantrikcaraka8259
bknkan indikator itu ilmiah ?
@@MuhammadTaufik-iq9qi Indikator itu bukan ilmiah, hanya sebagian kecil komponennya. Ilmiah itu adalah sesuatu yang bersifat rasional dan bisa dibuktikan atau ditolak. Kalau tidak bisa dibuktikan benar dan salahnya itu doktrin atau ideologi.
@@cantrikcaraka8259
ya, mksdnya indikatornya ( ciptaan ) itu sesuatu yg ilmiah...bkn begitu ?
Percayalah, kita ini ga kekurangan orang2 pintar dgn teori. Sayangya Filsafat kita ini cm sampe di mulut, prakteknya nol😊. Makanya peradaban islam skrng makin tertinggal dan terpuruk.
Benar sekali kalau di praktekan pasti indonesia sudah jadi negari maju zona bebas korupsi...
Indonesia jago debat bang. Udh terbukti kok. Tapi praktek ya gitu
@@marletboy prof salim said berkata Tuhanpun mereka tak takut sama sekali
Kenapa ya gess orang sepintar ustad Nurudin pasti jumlahnya ribuan kan yaaa. Tp kenapa Indonesia ini kaya gini terus ya. Maksudnya kaya stuck aja gitu... Orang orang pintar dlm bidang-bidang nya kok kaya kelelep ... Apa mungkin jumlah nya kurang banyak lagi kali yaaa... Coba satu desa ada orang yg kaya ustadz Nurudin, trus gugem dll kaya nya baru cukup untuk memajukan Indonesia
Iya ...
Jazakallohu Khoiron atas ilmunya Ustadz Muhammad Nuruddin
.
Semoga mas gembul dapat hidayah agar tidak selalu tersesat serta menyesatkan. Dan Semoga Ust. Nuruddin selalu diberi kesehatan dan kekuatan agar istiqomah mengajarkan orang-orang yang tersesat.
Gimana cara ilmiahin tuhan
Coba dong buktikan. Jangan omong aja
Argumentasi kosmologi udah cukup, gak usah yg Ibnu Sina Ama mulla Sadrah itu harus khatam logika dlu baru faham.
gimana cara ilmiahkan hape ya? kan belum pernah ke pabrik hape? belum pernah ngelihat orang rakit mobo? 😊😊😊. masalah gampang jadi ribet. udah pasti hape dibuat manusia, bukan monyet. titik.
Ustadznya ointer tp penjelasan kamu sama sekali bodoh membandingkan zat yg ga nampak sama pabrik hp😂😂😂@@hermangoranov3196
@@RiswanWan-if9ed argumen kosmologi itu argumen filosofis bukan argumen ilmiah
Liat full debanya Gugem di situ sudah di jelaskan oleh Ustz Nuruddin.
Terima kasih pak Guru Gembul, telah menghadirkan bukti bahwa sekeren pemaparan ustad Nuruddin pun tetap saja masih mengakar pada pot kajian agama (eksklusif, tidak universal).. dalam narasi yg singkat : Narasi Elit, praktik syulit, umat Morat Marit..
❤🔥
Sabar om 😂😂😂
@@muhammadyunus7015
Hihihi..
Cuma dari satu titik singularitas, sy sdh selesai.. yg lain masih bertele-tele..
🤣🤣🤣
@@cokroisme gak nyambung om. Anda kok makin tidak ilmiah wkwkwk
@@muhammadyunus7015
😂😂😂
🤣🤣🤣
Maksudnya pembuktian tuhan tidak ilmiah?
Sebenernya memang definisi "ilmiah" harus diperjelas dulu. Patut dicatat ada perbedaan definisi "ilmiah" era dulu zaman Isaac Newton ke belakang termasuk era cendekiawan muslim, di mana saat itu tidak ada perbedaan antara filsafat dan science. Science itu dulu masuknya ke "natural philosophy". Tapi sejak abad 19 ke sini, makin jelas ada perbedaan clear antara filsafat dan science, di mana dalam science dibutuhkan metode scientific yang basisnya adalah empirisme dengan basis falsificationya Karl Popper. Dalam science tidak ada klaim kebenaran, hanya "falsifikasi" sehingga metode empiris menjadi sangat krusial. Bahkan sekarang, metode scientific itu lebih tajam lagi, sesuatu disebut "science" harus "reproducible". Artinya kalau ada suatu penelitian mendapatkan kesimpulan A, peneliti lain harus bisa mendapatkan hasil yang mirip apabila melakukan eksperimen yang sama dan menggunakan metode dan data yang mirip. Makanya di science itu kalo submit ke jurnal ada peer review. Bahkan sering kejadian, ada paper yang sudah dipublish di jurnal, kemudian ditemukan bahwa penelitiannya "flawed" dan ditarik kembali. Jadi "keilmiahannya" dibatalkan. Contoh terbaru itu paper penelitian Gunung Padang di jurnal arkeologi internasional.
Makanya sekarang bahkan ada pandangan dan debat di kalangan ilmuan bahwa psikologi itu bukan "real" science. Karena riset2 di psikologi itu mayoritas tidak reproducible, sehingga keabsahannya sebagai sesuatu yang "ilmiah" diragukan (walaupun argumen ini masih menjadi perdebatan). Kalau psikologi aja yang merupakan sifat manusia bisa diragukan sebagai "ilmiah", apalagi studi sifat sifat Tuhan. Manusia bisa dilihat, bisa ditanya, bisa diukur langsung lho. Memang ada kecenderungan science di abad 21 ini menjadi sesempit itu. Dan sempitnya science ini bukan berarti menafikan ilmu2 di luar "science". Justru dengan semakin sempitnya science, science semakin mengakui bahwa banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan dengan science. Seperti contohnya ketuhanan dan agama. Jadi sempitnya science ini tidak berarti bahwa sesuatu yang tidak empiris itu berarti bohong. Bukan sama sekali. Hanya tetap bukan ranah science, dan scientist tidak pernah mengklaim hal2 di luar science itu salah atau benar. Itu di luar ranah science.
Dan memang, seperti kata ustads nurrudin, fondasi metode empiris itu juga rasional, karena semua metode butuh pengetahuan axioamatik. Memang benar. Tapi tetap saja, untuk melakukan falsifikasi itu harus lewat metode empiris. Kalau dengan metode rasional saja TANPA didukung metode empiris, gimana caranya bisa melakukan falsifikasi terhadap penelitian ilmuan lain, dan bagaimana bisa membuat suatu klaim ilmiah yang bisa reproducible?
Sekarang gini aja, coba ubek2 semua jurnal ilmiah kaya nature, science, etc. Ada ga paper dipublish yang HANYA MENGGUNAKAN METODE RASIONAL TANPA MENGGUNAKAN METODE EMPIRIS?
Ya ga akan ada. Karena untuk menjadi science itu HARUS ada metode empiris (yang di mana metode empiris itu mempunyai fondasi2 rasional seperti asumsi2 axiomatic). Kalaupun ada paper yang isinya hanya pendekatan rasional, biasanya masuk ke jurnal filsafat, bukan jurnal science (nah kan dibedakan). Dengan kata lain, science itu GABUNGAN antara empiris dan rasional. Harus ada keduanya, tidak mungkin hanya empiris (karena empiris itu pasti didukung rasionalisme) dan TIDAK BISA HANYA RASIONAL. Itu definisi science modern di abad 21 ini.
Ini harus clear dulu. Dari awal saya rasa guru gembul mengikuti definisi ilmiah seperti di atas, konsensus scientist di abad 21 sedangkan ustad nurrudin menggunakan definisi ilmiah lebih ke holistik ilmu dalam arti epistemologic, bagaimana orang bisa mengetahui sesuatu dan mengklaim kebenaran. Memang ustad tidak salah, tapi menurut saya ini adalah ranahnya filsafat, bukan science. Di mana di era modern ini, science dan filsafat itu sudah bisa dibilang berbeda. Di mana science itu hanya menjadi metode untuk membuat atau memfalsifikasi teori di lingkup yang sempit dan bukan metode untuk mengklaim kebenaran.
Tapi terlepas hal hal di atas, memang guru gembul kalah debat karena dia secara memalukan tidak bisa menyusun kerangka argumen yang baik dan runut. Dan jujur sangat terkagum2 dengan keilmuan ustad nurrudin. Harusnya ustad2 kaya gini yang lebih banyak muncul di TV2 dan socmed biar masyarakat makin terpapar rasionalisme dan filsafat dalam tradisi Islam.
Sekian, maaf panjang.
Yang anda jabarkan sama dalam pikiran saya. Tapi kalau soal GG kalah sepertinya tidak, karena GG sudah menjawab dengan dalil samina wa atona. Jadi memang gak bisa membuat kerangka argumen karena tidak bisa diilmiahkan. Makanya saya lihat kok G G gak bawa apa-apa, ternyata itu gak bisa diilmiahkan, objeknya gak ada mau diilmiahkan.
Akhirnya GG sudah melihat bahwa yang disampaikan oleh ustadz Nuruddin itu maslah teologi. Dan GG mengatakan bahwa saya tidak mau berdebat masalah Teologi. Harusnya sudah selesai disitu. Cuma karena ustadz Nuruddin ngotot ya jadinya begitulah terlihat seperti kalah. Itu penyimakan saya. Dan saya menyimak ustadz Nuruddin memaparkan ilmu itu seperti Taqlid selalu bersandar pada pemikiran ilmuan terdahulu. Tidak dengan pemikirannya sendiri, harusnya kalau seorang yang sudah melakukan kajian ilmiah harus bersandar pada pemikirannya sendiri dan berpegang teguh pada diri sendiri. Jadi tetap GG unggul dalam hal ilmu...karena definisi Rasional saja ustadz Nuruddin tidak tau sampai GG menjelaskan apa itu Rasional. Dan diawal ustadz Nuruddin kebingungan dengan pertanyaan GG mengucapkan kalimat "loh kok jadi begitu, kok jadi kebalik" padahal pertanyaan itu berasal dari ustadz Nuruddin sendiri yang dilontarkan ke GG.
@@sahariadtureofficial5149 benar juga sih, di posisi guru gembul jadi susah untuk membentuk kerangka argumen kalau membahas sesuatu yang dari awal tidak diilmiahkan. Hanya saja menurut saya guru gembul kurang menggali soal denisi metode scientific sebenarnya.
Dan banyak argumen2 soal rasionalismenya ustad nurrudin bisa dipatahkan kalau gurgem punya persiapan yang cukup.
Contoh, argumen ustad yang bilang semua metode empiris itu basisnya axiomatic sehingga selalu membutuhkan rasionalitas sebagai dalih bahwa metode rasional itu ilmiah jelas logical fallacy. Bahwasanya empiris itu fondasinya rasionalisme memang benar, tetapi fakta tersebut tidak menutup fakta lain bahwa dalam metode scientific wajib ada metode empirisnya. Rasionalisme saja tanpa empirisme tidak bisa membangun hypothesis yang falsifiable kalau mengacu ke Karl Popper. Jadi argumen ustad bahwa metode empiris butuh rasionalitas, sehingga rasionalitas berarti ilmiah sehingga hal hal yang hanya bisa dijangkau rasionalitas tanpa empiris itu ilmiah adalah kecacatan berpikir. Itu jumping into conclusion. Bagaimana coba logikanya.
Tapi sayang gurgem ga menchallenge Ustad soal itu, entah karena dia udah kena mental duluan karena disorakin sama audience atau karena cara debat ustad nurrudin yang sangat tajam atau apa.
Maaf ,dlm pemahaman sy bhw ALLAH adalah Dzat ( diri ) yg menyebabkan segala sesuatu menjadi ada ( Prima causa ) .... misalkan , mnrt teori ilmiah ( ilmu pengetahuan ) bhw terbentuknya alam semesta setelah terjadi ledakan besar " big bang " , maka artinya bhw keberadaan ALLAH adalah rasional dan ilmiah .
Dan yg tidak dpt di-ilmiahkan adalah Dzat-NYA ,krn akal mns tidak akan mampu menjangkau hakikat-NYA " Laisa kamitslihi syaiun " ( tidak ada seseuatupun yg serupa dgn DIA )
Wallahu alam.
@@ggh_-ts6pn GG sudah membalas argumennya. Coba saja lihat saat GG berbicara diawal dengan menggunakan pertanyaan. Apakah GG ada didepan Ustadz Nuruddin. Sampai Ustadz Nuruddin mengatakan " kok jadi begitu, kok terbalik" dari situ sudah terbaca kapasitas Ustadz Nuruddin gak paham ilmiah versi akademik
@@MuhammadTaufik-iq9qi kebaradaan allah itu Rasional ilmiah yang anda pakai itu namanya taqliq, karena menggunakan kesimpulan orang lain yang meneliti. Jadi bukan kajian Ilmiah namanya tapi teologi. Kajian ilmiah itu bisa diuji diteliti sehingga menghasilkan bentuknya dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya
Guru Gembul memang Benar..
Hanya dia kalah dalam berargumen saja. Tapi prinsip dia bener.
Pemahaman Akidah adalah tentang Allah dan sifat2NYA dan segala ajaranNYA. Kalau bicara Allah atau Tuhan, maka sampai kiamat juga tidak bisa di ilmiahkan melalui apapun. Kalau Allah bisa di ilmiahkan, maka seluruh manusia akan beragama, bahkan bisa masuk islam semua. Meskipun yg tadinya atheis ataupun agnostik.
@@benakku981sebenarnya saya setuju dengan Guru Gembul. Tapi dalam berargumen saya setuju dengan Nurudin
seperti kata GG itu bener. mereka sebenernya sepakat, cuma pendekatannya beda
nurdin terlalu tersinggung ketika pernyataan GG dlm keimanan dia samina watokna tanpa perlu ilmiah seakan Islam agama tidak logis. jadi ngegas duluan, seakan2 GG harus dimusnahkan karena folowernya banyak. Gw yakin GG walau pada akhirnya samina watokna tetep berusaha mengilmiahkan. Misal babi kenapa haram ada bbrp alasan ilmiahnya. tp alasan sebenernya cuma Tuhan yg tau. karena GG itu dari konten lainnya cara berpikirnya ilmiah
@@ngebotbot1827 sami'na wa ato'na bang
@@zereldyxz berat di ngetiknya bang
Betul. Kayanya pada gak ngerti tentang Ilmiah.
Definisi Ilmiah menurut Ustadz Nuruddin berbeda dengan para pakar. Makanya ustadz Nuruddin ngotot supaya GG mengeluarkan pemikirannya.
Sebenarnya sudah selesai pas GG bilang tidak bisa diilmiahkan. Makanya GG gak bawa referensi karena gak ada karya ilmiah tentang sifat Tuhan
Ngapain juga ngoreksi orang kayak gini. Mending guru gembul masih sibuk berjuang untuk agama dan negaranya, dan dia mengakui kalah debat, dan itu tidak membuat lantas dia salah dan kalah untuk selamanya
Eh orang idiot komen😂😂😂😂
Wkwkwk sebenernya kalian2 ini yg ga paham konteks gurgem saja.contoh dia bilang "buktikan keberadaan saya disini secara rasional" itu berhubungan dengan konteks sebelumnya soal tuhan yg di rasionalisasikan 😂...
Gini deh, bisa gak manusia membuat sesuatu atau membayangkan sesuatu yg tidak pernah dia lihat sebagai referensi?? Misal chimera?? Itu kan gabungan makhluk2 😂 mau peak fiction pun tetap ada referensi dr yg pernah mereka lihat...
Sesederhana ini saja bnyk yg otaknya overheat 😂
@@ibaysyn emangnya kamu pernah lihat gravitasi, atau emangnya kamu pernah lihat listrik?? Emangnya kamu pernah lihat bigbang??
Bentar bang baru tahu kalo indrawi cuma melihat saja
Kasihan yang buta gabisa mengindrawi yah
Makasih bang ilmunya @@CahyaningNalar
الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَيَبْغُوْنَهَا عِوَجًاۗ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ هُمْ كفِٰرُوْنَ
yaitu mereka yang menjauhkan manusia dari Islam, menyesatkan manusia dengan kedok Islam, dan mengingkari hari akhirat. (QS Hud (11) : 19)
Maaf numpang paste 4:45 Alibi adalah alasan yang digunakan untuk membuktikan bahwa seseorang tidak berada di tempat kejadian ketika peristiwa terjadi, atau ketika suatu tindak kejahatan sedang dilakukan. Alibi merupakan salah satu metode peradilan penyangkalan yang digunakan oleh terdakwa dalam prosedur hukum
Ooh gitu, berarti bukan alibi yang itu maksudnya bung 😊
tuhan tidak bisa dipahami oleh akal manusia, jika akal memahami tuhan itu artinya tuhan ciptaan akalnya sendiri sesuai dengan spekulasi dari pikirannya itu sendiri, gimana pendapatnya mas herlianto 🙏
Kita memahami bahwa fungsi jantung itu memompa darah keseluruhan tubuh, apakah itu berarti akal kita yg menciptakan fungsi jantung itu?
@@RiswanWan-if9ed akal disini berperan memahami setelah terjadinya proses atas keberfungsian jantung tersebut sesuai mekanisme kerjanya, hal ini mengindikasikan bahawa akal dalam menyerap informasi, pengetahuan, memahami sesuatu tidak bisa terlepas dari hal hal yang konkrit secara inderawi. sehinga dengan demikian kembali kepada permasalahan awal bahwa tuhan itu bisa dirasionalkan terbantahkan karena dasar awalnya akal selalu tidak bisa terlepas dari hal hal yang konkrit secara inderawi dalam mengkonstruksi gagasannya sehingga bagaimana mungkin suatu yang gaib diluar jangkauan akal pikiran akal bisa menjangkau ranah yang gaib tersebut mengingat akal selalu berpatokan kepada hal hal yang dapat diinder.
@@nurulyakin4827 dalam pembuktian tuhan itu menggunakan prinsip badihi atau axiomatik yang mana prinsip ini TDK memiliki celah ragu didalamnya, misalnya kasualitas (sebab-akibat) bahwa setiap akibat pasti memiliki sebab, mengapa prinsip ini dikatakan pasti benar karna kita tidak pernah menemukan direalitas eksternal sesuatu yang ada tanpa sebab dan semua kita yang sehat akalnya memahami itu, nah prinsip seperti inilah yg kemudian digunakan dalam pembuktiannya apa bedanya dengan penemuan fungsi jantung td, setelah prinsip itu kita Amini pasti benar baru ia digunakan sebagai alat pembuktian tuhan. Salahnya adalah menggunakan kata "menciptakan" sebenarnya keilmiahan tuhan itu "ditemukan" artinya sesuatu itu sdh ada namun baru saja ditemukan, kalau diciptakan itu sesuai kehendak saya mau buat ia seperti apa, sama halnya Aristoteles menemukan prinsip" rasional apakah kita mau mengatakan bahwa Aristoteles menciptakan itu sedangkan semua akal kita mengatakan prinsip itu benar.
Misalnya Ibnu Sina dalam argumentasi Burhan siddiqinnya memulai premis pembuktian tuhan dengan proposisi yg badihi "yang ada itu ada" nah ini prinsip yg TDK bisa kita tolak karna kebadihiannya artinya menolak itu sama saja menolak keberadaan eksistensi kita. Begitulah kira" mohon maaf sy TDK sempurnakan argumen mulla sadra dalam pembuktian tuhan dikarenakan efesiensi waktu dan tempat.
@@RiswanWan-if9edgak paham bang gimana ya maksudnya(serius ini gak mau menjebak)?
Kemana arah gembul argumen,sangat sangat memahami.karena ini berbicara tentang kesadaran manusia yang terus berkembang.
Tujuan manusia semuanya sama
Hanya yang membedakan sudut pandang aja
Secara prinsip, AKIDAH ISLAM terdiri dari enam pilar utama yang sering disebut sebagai rukun iman tidak dapat dibuktikan secara ilmiah karena: Tidak bisa diuji atau dibuktikan salah (tidak falsifiabel) dan Tidak bersifat sementara dan tidak terbuka untuk revisi (tidak tentatif). Dengan kata lain, keyakinan dalam akidah Islam tidak bisa diuji secara ilmiah.
Sudah jelas bahwa kata guru gembul tuhan tidak bisa diilmihkan... sedangkan yg ngajak debat itu meyakini bahwa tuhan bisa diilmihkan..ya sudah guru gembul mengalah saja brow
@@jaejae1114 mending mengalah memang, daripada terus berdebat kondisinya kayak gitu semakin malu nanti .
Sepakat..
Guru Gembul tidak ingin mempermalukan Ustadz Nuruddin yang terlalu percaya diri..
Yang tidak menyadari itu, hampir pekok keknya..
🤗🙏
@@cokroisme ini sepertinya muhibbinnya Gurgem ini.. 😀😀😀
Menyala mas herlianto 🔥 sudah berapa purnama, saya tidak mendapatkan pencerahan secara langsung😅
@@CahyaningNalar
Hihihi..
No.. no.. no.. kemampuan guru gembul adalah menarasikan sejarah/fenomena dari sudut pandang yang berbeda.. itu disebabkan dari banyaknya buku yang dia baca.. dan sy tidak selalu sepakat dengan paparannya, khususnya tentang pendidikan..
Ustadz Nuruddin sangat keren dalam pemaparannya.. tp, beliyo masih mengakar pada pot agama (tidak universal).. ini juga menjadi kesimpulan yg memilukan : Teori Elit, Praktik Syulit, umat Morat Marit..
🤗🙏
Tidak ada kalah dan menang dalam perbedaan berpikir manusia, setidaknya hari ini ada pemikiran manusia gugem,dan itulah eksistensi manusia akan selalu ada untuk peradaban manusia
Kami umat muslim rindu kepemimpinan ustadz Nurudin.
Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
G gembul , kurang faham metode ilmiah, sepertinya pamer pengetahuan, loncat sana, loncat sini
@@Junaidi-w5dustadz Nuruddin gak paham penelitian ilmiah
Biarkan Tuhan yang menilai 2 orang pintar dan luar biasa itu ❤
Kembali kepada keyakinan kita masing-masing berdo'a mulai 😂
banyak hikmah laen yg kita bisa petik.
yaitu munculnya Fenomena netijen anti/risih sama referensi menjadi bukti kaum yg maunya serba instan dan itu selalu ada dalam banyak genre dan sikon,
genre finansial pasif income: mau instan cepet kaya berduit banyak tanpa kerja dan usaha
genre akademis: mau instan punya gelar tanpa sekolah (masuk di univ odong2)
genre gamer: mau instan biar jadi jago tapi lewat pake cheat.
genre intelijensi: mau instan pintar tapi gak belajar, dll...(tambahin klo ada) 😅
maunya instaan, mengira dengan mikir2 sendiri, nebak2, asumsi2 sendiri berharap bisa sepintar nikola tesla 😂
Kenapa akidah agama disebut gak ilmiah banyak yg gak terima dan insecure ya?
Bukannya memang dalam akidah agama itu lebih pada pengalaman spiritual, filsafat, dan klaim wahyu?🤔
Aqidah itu fondasi, yg namanya fondasi itu harus kuat, jika tidak kuat maka bangunan diatasnya akan runtuh.
Makanya dengerin penjelasan ustad Nurudin,,JD ga nanya2 gitu lagi,,,udh di jelasin itu secara gamblang apa itu ilmiah
Kenapa kita gak terima disebut tidak ilmiah. Karna disitu dijelaskan bahwa kebenaran Islam tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara umum. Nah itulah yg mengganggu keimanan dasar dari Islam. Itu bahaya sekali..heran bgt klo yg punya iman tidak tersinggung. Udah mati-matian nyari iman yg bener yg mana..udah capek capek nyari bukti Islam itu yg bener. Eh enak bener dibilang tidak bisa dibuktikan..hadech
@@RiswanWan-if9edIni cakep nih.majanya jelas..dalil qath'i 👍🏼👍🏼
@@RiswanWan-if9edlu kalau mau akidah lu kuat, lu cari jati diri lu dulu. Karena disitu ada Iman. Ada Allah. Bisa gak diilmiahkan diri lu
_pembelajaran yang dapat saya ambil dari debat tsb adalah: menghina orang di hadapan orangnya langsung dengan bahasa yang tak dapat dipahami orang tersebut itu SIGMA BANGET bjirr, dan sangat layak dapat medali perak JUARA MEWING ASIA_
Guru gembul bilang rasional tidak ilmiah, tapi dia membandingkan umat muslim dengan orang kafir yang katanya membahas teknologi (ini saja udah rasional), artinya semua yg dia bicarakan juga tidak ilmiah, karena isinya rasional, bukan empiris
Guru Gembul ga pernah bilang Rasional tidak ilmiah. Beliau bilang Rasional TIDAK CUKUP untuk dikatakan ilmiah jika tidak di dukung dengan Empiris.
Si gembul ini banyakan sok tahunya dengan modal gombal gambul seakan akan ngebacot ya pasti benar padahal banyak kelirunya😄😂
Kebiasaan ambil sepotong sepotong perkataan orang, sama kayak pak ust kutip Al-Ghazali diambil sepotong tidak dibaca selanjutnya Al-Ghazali memilih tasawuf untuk mengenal allah swt
Jika Tuhan itu ilmiah maka Tuhan itu tidak goip, seperti kepercayaannya kaum nasrani
Makanya saya bingung, Kaum Real Madrid ini maunya mengilmiahkan tuhan, asli aneh banget.
Mungkin mereka ingin punya Tuhan seperti sebelah yg bisa di ilmiahkan
saya kok jadi bingung ya, kenapa gurgem membahas zat Allah ya, kan topik debat nya bisakah keshahihan akidah islam di buktikan secara ilmiah, apakah membahas zat Allah itu termasuk akidah islam? sepemahaman saya salah satu akidah islam adalah mengenal Allah melalui sifat2 Nya, dan memperhatikan semua ciptaan nya berdasarkan Alquran dan Hadist nabi. baru tau saya kalau membahas zat Allah itu ada di akidah islam. mungkin saya kurang banyak baca kali ya... 😊
gak usah bingung bro..ente sudah tepat..
gurgem keliru sih, menggeneralisir kalau AKIDAH itu sebagai ilmu membicarakan dzat Tuhan. padahal kan enggak gitu. toh lawan debatnya dan kita juga sama2 sepakat Dzat Tuhan itu tidak bisa diinderai. mestinya celetukan gurgem di RA waktu itu bunyinya: "Dzat Allah tidak bisa diilmiahkan", itu baru cocok.
Pembela Kesalahan pun berani dalam berkrya.
Maka PEMBELA KEBENARAN harus lebih BERANI lagi.
Allohu Akbar. Allohu Akbar. Allohu Akbar.
Guru gembul mengalah bukan kalah.
Begini;Mengilmiahkan akidah dalam agama Islam adalah usaha yang sangat kompleks dan berpotensi problematis, karena akidah (keimanan) adalah wilayah keyakinan yang mendasar dalam agama, yang sering kali bersifat supra-rasional, artinya melampaui atau tidak selalu tunduk pada logika dan metode ilmiah.
Ada beberapa alasan mengapa akidah sulit diilmiahkan:
1. Metafisika vs Empirisme: Ilmu pengetahuan modern didasarkan pada empirisme, yaitu pengamatan, eksperimen, dan pembuktian yang dapat diulang. Akidah, di sisi lain, berkaitan dengan hal-hal metafisik, seperti keimanan kepada Allah, malaikat, wahyu, dan hari akhir, yang tidak bisa dibuktikan atau diuji melalui metode ilmiah. Keberadaan Allah, misalnya, adalah keyakinan yang tak terjangkau oleh alat-alat ilmiah.
2. Subjektivitas Keimanan: Akidah adalah pengalaman subjektif yang bersifat spiritual dan pribadi. Ilmu pengetahuan mencari objektivitas dan konsensus di antara para peneliti. Keimanan seseorang kepada Tuhan, kepercayaan kepada takdir, atau keyakinan tentang hari kiamat adalah hal-hal yang sangat pribadi dan tidak selalu bisa dipahami atau disetujui oleh semua orang secara objektif.
3. Dimensi Filosofis: Dalam filsafat Islam sendiri, ada perdebatan tentang apakah aspek-aspek tertentu dari akidah dapat didekati melalui akal atau nalar. Dalam tradisi teologi (kalam), seperti yang berkembang pada Muktazilah atau Asy'ariyah, ada upaya untuk membuktikan keberadaan Tuhan dan keesaan-Nya melalui argumen rasional. Namun, pendekatan ini tidak sama dengan metode ilmiah dalam arti modern, karena masih beroperasi dalam kerangka keyakinan keagamaan.
4. Perbedaan Epistemologis: Ilmu pengetahuan dan agama memiliki epistemologi yang berbeda. Ilmu pengetahuan didasarkan pada observasi, hipotesis, dan verifikasi, sedangkan agama (termasuk Islam) didasarkan pada wahyu, tradisi, dan pengalaman iman. Mengilmiahkan akidah berarti memaksakan suatu sistem epistemologi ke atas yang lain, yang bisa menyebabkan ketidaksesuaian.
Namun, beberapa upaya telah dilakukan oleh pemikir Muslim untuk menyelaraskan keimanan dan ilmu pengetahuan, seperti yang dilakukan oleh tokoh seperti Ibn Sina, Al-Farabi, dan lebih modern, Seyyed Hossein Nasr, yang berbicara tentang ilmu pengetahuan Islam yang lebih holistik, mencakup dimensi spiritual dan material. Pendekatan mereka adalah mencari harmoni antara wahyu dan akal, tetapi tidak mencoba untuk "mengilmiahkan" iman dalam arti yang ketat.
Jadi, meskipun elemen-elemen dalam agama Islam dapat dianalisis melalui filsafat atau didekati secara rasional, akidah itu sendiri tidak bisa sepenuhnya didekati atau dipahami melalui metode ilmiah murni.
Jadi sikap guru gembul sudah tepat, mengajak berdebat di ranah yang bisa dijangkau secara ilmiah saja. Bukan sok pintar dengan mengutip referensi pemikiran orang lain tanpa berusaha untuk berfikir sendiri secara mendalam.
Ada suatu pepatah; lebih baik menghindari berdebat bersama orang bodoh karena itu lebih bijak. 😂😂😂
Mas kalah dalam debat argumentasi bukan berarti salah satunya benar. Pemahaman biner seperti itu tidak seharusnya diucapkan
To the point aja yg bnr siapa?😂
ya jelas salah satu benar wong bisa dikajii dan dinilai sendiri 😂 masih aja nyefonk gembul ni orang
@@titipsandal9970 saya bangga sekali kepada guru gembul Krn dia asli org indonesia sekaligus aset bangsa indonesia, coba klo guru gembul org jepang udh harakiri dia 😂 hahahaha saya akui guru gembul raja debat kusir hahaha😂
@@chromecool9588 saya bukan membela guru gembul saya meluruskan pemahaman bahwa pemenang debat belum tentu pemegang kunci kebenaran. Menang debat artinya memenangkan sebuah argumen dengan pembenaran bukan memenangkan kebenarannya.
Contoh Harun bin Sa’id mengatakan tentang Imam Syafi'i jika “Seandainya Syafi’i berdebat untuk mempertahankan pendapat bahwa tiang yang pada aslinya terbuat dari besi adalah terbuat dari kayu niscaya dia akan menang, karena kepandainnya dalam berdebat”. (Manaqib Aimmah Arbaah hlm. 109 oleh Ibnu Abdil Hadi).
Bahkan dikalangan pesantren debat diajarkan kadangkala bukan untuk mencari kebenaran tapi untuk melatih santri melakukan pembenaran atas argumennya
Apakah bisa dipahami dari sini ?
@@tonnykusdinar ini bukan benar atau salah. Sebab tujuan debat adalah untuk mempertahankan atau memenangkan pendapat masing-masing. Jadi hasilnya bukan benar atau salah tapi tentang pembenaran atas argumen bukan memcari kebenaran itu sendiri.
Pernah dengar kisah Harun bin Sa’id yang pernah berkata, “Seandainya Syafi’i berdebat untuk mempertahankan pendapatnya bahwa sebuah tiang kayu yang aslinya terbuat dari besi, tentu dia akan menang.”
Saking pintarnya Imam Syafii hingga Harun mengatakan tiang yang jelas2 terbuat besi
bisa dipercayai terbuat dari kayu karena kepandaian ilmu debatnya
Debat fikih, debat capres, debat agama semua tujuannya seringkali untuk mengadu argumen dan pembenarannya dan tidak ada titik salah benarnya. Semua tergantung keyakinan dan ilmu untuk memilih keberpihakan
Jazakallohu Khoiron Ustadz Muhammad Nuruddin.
Saya klik videonya,trus iklan muncul dan saya pause,lalu saya baca komentar ,ternyata para komentator lebih pintar dari pada yg sedang diskusi,trus saya keluar dr video,lalu ambil stik pancing dan saya pun pergi mamancing,sore saya pulang dan membersihkan ikan hasil pancingan,lalu saya goreng ahhhhh nikmat sekali ,buat para komentator,kalian semua luar biasa 🙏🙏
Beda kelas. "PENGHAFAL" dan "PEMIKIR"
gG PEmikir sejati.. 😅😅😅
Sebenarnya GG sedang melindungi tuhan dari serangan rasionalitas, sehingga orang bisa tetap beriman tanpa berlogika.
Kebalik malah Allah SWT untuk menyuruh hamba untuk menggunakan akal logika nya.
Untuk mengetahui atau meyakini Tuhan
@@rizalzepri
Yakin yang nyuruh Tuhan? Atau klaim hanya Muhammad?
Mahasiswa, pelajar dll itu kelebihan referensi tp mereka menghafalnya bukan bgmna mengambil saripati keilmuannya lewat cara berfikir,nah gugem intens berfokus agar pelajar, mahasiswa dan yg lainnya untuk bgmna cara bernalar yg benar bisa memferfikasi data keilmuan agar lebih bisa d aktualisasi Pd realita yg ada
IMAN kepada Allah (titik).
Embel2 yg lain sifatnya gmn caranya menguatkan iman.
Bagaimana sesuatu yang DIMANI (Aman, Tenang, Selamat) sehingga harus dipercaya dan dipegang, tidak ketahui kebenaranya.
Ilmu-Pengetahuan itu membahas HAKIKAT tentang sesuatu yang ADA (eksis)...! Arti-nya, yang tidak ada tidak perlu dibahas dalam ranah ilmu-pengetahuan.
Karena Allah,Swt adalah Substansi (Dzat) Yang Maha Ghoib (al-Bathiin). Maka, yang dibahas adalah essensi-essensi (sifat-2), atribut-atribut, predikat-2 (Sifat dan Asmaul-Husna), dengan bersandarkan terhadap pengetahuan yang disampaikan oleh Diri-Nya kepada manusia melalui Firman-2-Nya.
Sebagaimana Ilmu-Pengetahuan membahasa realitas yang tidak bisa diindera, melalui pengamatan terhadap GEJALA-2 (Simptom) yang menjadi petunjuk tentang keberadaan realitas/entitas yang imaginer. Demikian juga, pengetahuan tentang keberadaan Allah,Swt (Yang Maha Ghoib ; al-Bathiin) adalah dengan mengamati realitas-2/entitas-2 sebagai manifestasi dari keberadaan-Nya.
Jika indra penglihatan tidak bisa menerjemahkan keberadaan objek maka indera penciuman yg mencoba mumbuktikannya, jika tidak bisa maka indera pendengaran yg akan membuktikannya, jika tidak bisa maka ada indera peraba yg mencoba mengungkapkan keberadaan obyek tersebut.
Seluruh indra itu yg memerintahkan adalah rasio atau akal alias otak....
kemudian akal atau rasio akan memutuskan untuk menerima ataupun tidak.
Yg saya tangkap dari debat kemarin, belum ada pemahaman yg sama antara dua org yg berdebat ttg makna AQIDAH..
saya melihat bagi guru gembul yg dimaksud akidah adalah berkenaan ttg zat Tuhan, perbuatan2Nya atau hal-hal ghoib yg dikabarkan dalam agama, sedangkan bagi pak nuruddin sejauh yg saya lihat belum mendefinisikan apa itu yg dimaksud AQIDAH versi pemahaman beliau yg ada beliau mengutip bbrp pendapat ulama ttg Aqidah adalah dasar/pondasi dari seluruh ilmu, saya mengira beliau kurang berani mengambil kesimpulan konkrit ttg makna aqidah tsb.
sehingga dari ketidak sepakatan definisi ini akhirnya muncul asumsi2 dari kedua belah pihak yg berujung saling tuduh atau saling serang yg mana serangan2 tsb menurut saya kurang mengarah pada tema pokok yakni apakah akidah bisa diilmiahkan..?
saya kira tidak ada pemenang dalam debat kemarin.. dua2nya kalah
guru gembul terlihat memang kalah telak krn argumennya muter2 kyak helikopter
dan pak nuruddin saya anggap kalah krn beliau kurang elok dalam berdiskusi, seringkali muncul kalimat2 yg bukan fokus menyerang argumen, tpi justru menyerang personal guru gembul.
demikian sejauh yg saya lihat dan pahami..
krn gugem gk pke referensi.. beda kelas
Aaku juga kepikiran kayaa gini
Lagian ketinggian mempertanyakan eksistensi Tuhan,,,lebih baik ngulik eksistensi Hantu,,antara ada dan tiada,,antara nyata dan tidak,,itu ada di sekitar an kita,,cari Hantu itu ilmiah apa tidak ,rasional apa tidak,,yang dihirup hidung aja kita ga tau zat apa saja,,hakikatnya guru gembul kena jewer Tuhan,,
Intinya kan ujung-ujungnya dua dua nya tetap mempercayai adanya Tuhan
Lantas kenapa harus diperdebatkan?
Kecuali kalau salah satu nya tidak percaya Tuhan baru debatable.
Ilmu Kitab berhadapan dengan Ilmu Gugel.
Jazakallohu Khoiron Ustadz Muhammad Nururddin.
Secara diskusi dan pendidikan ustadznya lbh pinter dan sombong, tp itu BKN ukuran kebenaran. Tetap guru gembul is the best kalo kita cermati dgn akal yg jernih dan hati yg bersih tanpa berpihakan.
Kenapa sombong krn sebelumnya udh ditantang
setuju, dalam debat kemarin memang GG kalah telak, bukan karena pemikirannya yang salah tapi lebih kepada argumentasi yang lemah dan persiapan yg kurang.
Andaikan ilmiah terbatas pada term "Rasional" saja, maka gak akan semua teknologi seperti yang kita pegang saat ini. RUclips, Instagram, Facebook, Motor, Mobil, dan masih banyak lagi. Saya katakan term "Ilmiah Rasional" yang diyakini Nuruddin sudah ketinggalan zaman. Gak bisa penelitian ilmiah cuma sebatas pada rasional. Harus ada step selanjutnya yaitu Empirisme.
Roh itu keyakinan apa ilmiah? Penjelasan rasional roh ada dlm tubuh itu gmna? Rasional apakah beda dengan pendekatan filsafat untuk mengurai masalah?
Yg merasakan sakit, bahagia, dan menggerakkan tubuh kita ini siapa?
KLO diandaikan jasad ini yg mengalami semua kondisi emosionalitas diatas lalu mengapa ketika sy mencubit atau memukul org yg sdh mati dia TDK mengekspresikan sakit layaknya org yg hidup?
Yg menggerakkan detak jantungmu siapa kalau bukan rohmu .. itu bukti ilmiahnya
@@RiswanWan-if9ed semua kerja tubuh dan emosional, itukan sudah jelas bekerja karena ada sistim saraf. Klo itu ada yg rusak kinerja tubuh juga bermasalah, contoh orang strok itu bisa setengah badan lumpuh gak bisa gerak dicubit gak berasa. Scara medis itu sudah jelas ada kerusakan otak. Gak mungkin kan jika rohnya iseng hanya menggerakan setengah tubuh. Jdi orang mati itu otaknya sdah rusak total. Bisa rusak karena faktor usia sel, atau rusak karena kekurangan suplai oksigen, klo orang koma beda lagi.
@@CandraAri-r5s jantung itu bergerak secara mandiri karena ada aliran darah yg masuk, itu klo oprasi jantung, caranya jantung di hentikan detaknya sama dokter, orangnya gak mati walau jantungnya berhenti, nti jika sudah selesai di gerakkan lagi tu sama dokternya. Jantung ginjal mata. Itu bisa di Gonta ganti dalam kedokteran, misal orang mati kecelakan, itu mata, jantung dan ginajal, itu masih bisa di pakai di orang lain yg masih hidup.nah klo gini gmana penjelasannya.
Terima kasih banyak atas ilmunya Ustadz Muhammad Nuruddin.
GurGem cocok jg Nyambi menjadi TUKANG GADO GADO....cerdas tp awam bukti nya dlm debat terlihat tdk mampu menjelaskan secara sistematis
setuju...semoga akan ada banyak lagi debat2 ilmiah seperti guru gembul dan ustaz nuruddin....kami...sangat banyak isi dan penuh daging...
Itu bukan debat ilmiah. Itu debat teologi tentang pemikiran para pakar.
GG sudah mengatakan akidah tidak bisa di ilmiahkan.
Sedangkan ustadz Nuruddin ngotot mau melihat pemikiran GG. Harsunya sudah selesai karena berbeda definisi tentang ilmiah.
Coba saja sampean tanya sama Guru ngaji Qur'an biasanya suka ngajarin sifat 20. Tanya pakah akidah bisa di ilmiahkan? Paling juga dilempar sorban atau digapok pakai sorban, oebih ektrim lagi ditampar
Cuma masalahnya buat anak jaman sekarang khususnya org awam gemblung masuk diakal yg bisa menyesatkan org menjauh dari aqidah coz pemikiran dasar gemblung liberal/mendekati ateis/agnostik dimana kebebasan berfikir mutlak
Betul banget pak, saya dulu sama kaya pengikut" guru gembul lainnya yg sangat fanatik, dikit" kalo ada yang kritik langsung di bela"in kayak guru gembul itu selalu benar, tapi alhamdulillah karena sudah ada banyak channel yang speak up terhadap pemikiran guru gembul akhirnya pemikiran saya jadi lebih terbuka dan sadar.
Orang" awam yang bisanya fanatik terhadap guru gembul biasanya muslim tapi ilmu agamanya cetek satu lagi atheis atau umat agama sebelah.
Agamis..atheis..agnostik itu gak wajib bagi seseorang..itu hak..tapi menjalankan agama sesuai dengan kepercayaan nya adalah wajib..
masalah amat sangat sederhana sekali, ngapain diperdebatkan
itu sudah selesai dari jaman dahulu kala, bahkan sudah ribuan tahun selesai
metode ilmiah memang tidak akan menyentuh daerah situ, dan para ilmuwan tahu diri untuk tidak
masuk daerah situ karena ketiadaan metodenya karena akan membuat tumpul dan rusak metode itu sendiri
Mantap guru gembul,,,,anda luar biasa menjaga akidah dan agama dari persepsi manausia tentan tuhan
Alhamdulillah guru gembul asli org indonesia saya bangga sekali sesama org indonesia, coba klo org jepang udh harakiri dia 😂 hahahaha
@@tonnykusdinar otak mana otak🤣🤣🤣
Guru gembul bicara ilmiah..satunya bicara keyakinan..susah gak nyabung.
🙏 saudaraku, guru gembul itu tetaplah seorang muslim,
jadi jangan disematkan gelar" sesat padanya
Rukun iman ada 6,,dan masing masing 6 point itu didasarkan pada doktrin,,bukan hasil penelitian empiris,,orang sebodoh apapun,kalo udah melaksanakan ke 6 rukun iman,sudah menjadi muslim yg iman😊.
Menurut saya,,lawan diskusi ustadz Nurudin harusnya orang² yg pandai berdalil,bukan sekelas guru gembul yg berfikir ilmiahnya secara empiris 😊
Ilmiah fersi abad ke 9 harusnya tdk dipake lg di abad ke 21 krn ilmu itu berkembang terus
Manfaatnyq apa buat kita klo tuhan bisa di ilmiahkan atau tidak? Apa ada jaminan masuk surga pa islam akan menguasai dunia apa oran2 yqhudi dan nasrani jadi berbondong2 masuk islam?
Guru gembul kalau di biarin bisa merusak aqidah orang awam karena selalu melempar pertanyaan kalau tuhan ada minta di buktikan
@@mugiono9199 terus kalo s p ndapat dengan guru gembul bisa masuk neraka gitu? Dan kalo s pendapat dengan ustdz nuruddin bisa masuk surga?
Allah SWT maha adil, Allah swt akan menghancurkan setiap Kesombongan yang ada di Dunia, Kesombongan Ba'alawi diruntuhkan oleh Guru Gembul, kesombongan Guru gembul diruntuhkan oleh Ust. nurudin, dan seterusnya.
Intinya jangan sampai kita Sombong dan merasa Sempurna, maka Allah akan meruntuhkannya melalui tangan orang lain, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Coba nonton sampai habis. GG tidak kalah, GG sudah menjawab samina wa atona gak bisa di ilmiahkan.
Dalam video GG beliau itu mengakui bukan karena kalah tapi ngalah. Mana ada kalah ngakunya bukan didepan forum langsung. Kalah itu mengakui didepan forum diskusi langsung.
Saya Yakin ustadz Nuruddin yang akan sadar dan tobat karena telah mengilmiahkan sifat Tuhan. Padahal kalau kita lihat semua guru ngaji kiyai kampung melarang mendefinisikan tentang sifat tuhan. Walupun kita diajari sifat 20 tidak bisa mengidentifikasi dan meneliti sifat tuhan
Tuhan itu kebaikan
Pembela kebenaran harus terus BERANI dalam membantah Pembela kebatilan.
🤣🤣🤣
Gembul is the pelawak akademik, badut ilmiah, komedian rasionalitas, tukang lawak sains... 🤣🤣
no rocky no party
no gembul no ilmiah🤣🤣🤣
ilmiah bakul cilok😜😜😜
relativitas aja bisa dikonsepkan secara Ilmiah padahal hanya melalui pembuktian teoretis oleh Albert Einstein apalagi dengan keberadaan tuhan dan eksistensinya. Ini sudah banyak di bahas oleh beberapa filsuf yunani (tidak semua karena sebagian filsuf Yunani itu ateis dan beberapa berpaham materialistik seperti Demokritos yang merumuskan keberadaan atom) dan filsuf muslim seperti Ibn Rusyd yang dikatakan secara eksplisit ataupun implisit.
padalah kita kenal kata "aksioma" pada perumusan sebagian besar teori matematika kenapa kita terlalu keras berpikir bahwa keberadaan tuhan itu sesuatu yang tidak ilmiah. Seorang ateis mungkin berpikir tuhan itu tidak ada karena pembuktian ilmiah. orang teis pun menganggap tuhan ada karena mereka menggunakan metode ilmiah lain yang kuat untuk menguatkan argumen keberadaan tuhan itu sendiri. dari sini kita akan mengenal pembuktian secara empiris dan pembuktian secara teoretis pada metode ilmiah. mungkin pembuktian empiris lebih kuat dibandingkan pembuktian teoretis tetapi keduanya merupakan hal yang sah-sah saja jika di metodekan dengan baik berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku.
sesuatu dikatakan Ilmiah menurut saya itu karena metode pembuktiannya melalui tahapan-tahapan Ilmiah/metode Ilmiah. Setiap subject yang materi ataupun nonmateri, metafisik atau fisik memiliki metode ilmiahnya yang cukup berbeda.
Apa yang saya dengar sebagian dari argumen guru gembul di channelnya ini terlalu menyudutkan cara berpikir seorang muslim secara general padahal sebagian yang disinggungnya adalah orang-orang kejawen berbau Islam.
dia menyinggung kenapa sekolah Islam itu menghasilkan siswa-siwa yang bodoh tidak sebaik sekolah -sekolah nasrani tanpa data statistik yang memadai. Apa yang disampaikannya tidak lebih seperti apa yang saya sendiri lihat pada media-media mainstream padahal media-media seperti ini banyak biasnya dan tidak layak dijadikan landasan atau data dalam berargumen.
Secara retorika dia hebat tetapi secara logika saya lebih melihat terlalu banyak cacat logika yang disampaikannya.
btw saya orang yang tidak suka pengkultusan sesuatu terutama untuk yang habib-habib balawi ini. menurut saya mereka hanya orang biasa dan muslim itu menilai kemuliaan orang dari seberapa taatnya mereka menjalankan perintah Allah.
Ini pertanyaan chat gpt
Apakah allah SWT bisa diilmiahkan jawaban chat gpt sebagai berikut
Konsep Allah SWT dalam Islam, yang dikenal sebagai Tuhan Yang Maha Esa, berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan ilmiah. Ilmu pengetahuan berbasis pada metode empiris, yang berarti ia mengandalkan observasi, eksperimen, dan pengukuran hal-hal yang dapat diindera. Allah SWT, dalam ajaran Islam, adalah makhluk transenden dan immaterial, yang tidak dapat diukur atau diuji melalui metode ilmiah.
Ilmu pengetahuan bisa mempelajari fenomena alam, hukum-hukum fisika, dan keteraturan alam semesta, yang dalam Islam sering dianggap sebagai tanda-tanda kebesaran Allah. Namun, keberadaan dan sifat-sifat Allah sebagai entitas Ilahi tidak bisa dibuktikan atau disangkal dengan eksperimen ilmiah karena Allah berada di luar ranah alam material yang bisa diuji.
Iman kepada Allah dalam Islam didasarkan pada wahyu (Al-Qur'an), rasio, dan pengalaman spiritual, bukan pada bukti empiris ilmiah. Ilmu pengetahuan dan agama dalam Islam tidak selalu bertentangan, tetapi masing-masing memiliki domain yang berbeda: ilmu pengetahuan menjelaskan "bagaimana" alam bekerja, sedangkan agama menjelaskan "mengapa" dan memberikan makna serta tujuan di balik keberadaan.
Saya sama sekali tidak melihat Guru Gembul kalah meski Beliaunya sendiri mengaku kalah. Bahkan dalam penutupnya Pak Guru Gembul berhasil membabat habis tanpa bantahan.
Bagaimana bisa manusia hidup tidak berangkat dari inderawi. Bahkan sebab akibat diklaim Ust. Nuruddin sebagai bukan inderawi. Lalu dari apa ?
Guru Gembul justru menang telak ketika dia dengan gamblang ilmiah tidaklah bisa menuntun kecuali ada "Hidayah".
Filsafat dapat dianggap sebagai pendekatan yang berbeda tetapi komplementer dalam memahami Tuhan, tetapi tidak dapat dianggap sebagai metode ilmiah dalam arti tradisional. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
1. Metode Berpikir Rasional: Filsafat menggunakan logika, argumen, dan analisis yang sistematis untuk membahas pertanyaan-pertanyaan mendalam, termasuk tentang keberadaan dan sifat Tuhan. Metode ini berbeda dari metode ilmiah yang berbasis pada pengamatan dan eksperimen.
2. Tidak Berdasarkan Empirisme: Filsafat tidak selalu bergantung pada bukti empiris. Sebagian besar argumen filosofis tentang Tuhan, seperti argumen kosmologis atau ontologis, bersifat spekulatif dan tidak dapat diuji melalui metode ilmiah. Oleh karena itu, meskipun filsafat menggunakan pendekatan yang logis dan terstruktur, itu bukan metode ilmiah.
3. Komplementer dengan Teologi: Filsafat sering digunakan dalam konteks teologi untuk memperkuat atau mendalami pemahaman tentang Tuhan. Banyak teolog juga menggunakan argumen filosofis untuk menjelaskan dan membela keyakinan agama mereka.
4. Pertanyaan yang Berbeda: Filsafat dapat mengeksplorasi pertanyaan yang lebih luas dan mendalam tentang keberadaan Tuhan, makna hidup, dan moralitas yang mungkin tidak dapat dijawab secara empiris.
5. Dibandingkan dengan Metode Ilmiah: Metode ilmiah berfokus pada pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan observasi fenomena yang dapat diukur. Sebaliknya, filsafat mengandalkan analisis logis dan refleksi kritis.
Kesimpulan: Meskipun filsafat menawarkan cara yang berharga untuk memahami dan mendiskusikan konsep Tuhan, ia tidak dianggap sebagai metode ilmiah dalam arti tradisional. Sebaliknya, filsafat dan teologi lebih tepat sebagai pendekatan yang melengkapi pemahaman tentang Tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan memiliki batasan dalam membahas hal-hal yang bersifat metafisik.
@@thelastnextproject9979 point no 2 itu tidak tepat, filsafat TDK pernah bersandar pada argumentasi yg spekulatif tapi axiomatik.
Trimakasih koreksinya@@RiswanWan-if9ed
Hai kamu gak faham dengan pernyataan yg sebenarnya guru gembul tak sependapat dg ustad nurudin yg menyatakan bahwa Tuhan bisa diilmiyahkan,,,,
simpel aja...
Kalo Iman kita itu tidak Ilmiah (tidak didasarkan oleh Ilmu), maka Islam itu ga bertahan sampai sekarang. Bayangkanlah, kita (muslim) itu bisa bertahan sampai sekarang tanpa kehadiran Nabi loh. Tanpa Nabi pun, saat ini Islam tetap kokoh berdiri. Kenapa tetap kokoh ? karena didasarkan oleh ilmu.
DAN para musuh2 Islam tau sadar betul, mereka selama berabad-abad berusaha mati-matian jika mereka ingin meruntuhkan Islam itu maka hal pertama yang harus mereka runtuhkan itu adalah ilmunya orang-orang Islam.
setuju, 👍👍👍👍👍👍👍
Rukun iman ada 6,,dan masing masing 6 point itu didasarkan pada doktrin,,bukan hasil penelitian empiris,,orang sebodoh apapun,kalo udah melaksanakan ke 6 rukun iman,sudah menjadi muslim yg iman😊.
Menurut saya,,lawan diskusi ustadz Nurudin harusnya orang² yg pandai berdalil,bukan sekelas guru gembul yg berfikir ilmiahnya secara empiris 😊
Hahaha. lu beriman karena apa?
Kenapa lu beriman?
Definisi Ilmiah Ustadz Nuruddin dengan Definisi para pakar berbeda.
Ustadz Nurudin tidak bisa mengindentifikasi sifat Tuhan. Hanya bersandar pada taqlid para pakar. Itu bukan ilmiah tapi membahas Teologi pemikiran-pemikiran pakar terdahulu.
Pada dasarnya Iman itu tidak ada bentuknya. Maka tidak bisa di teliti dan menjadi ilmiah
@@YahyanetGhozali iman itu dasarnya ilmu (dalilnya jelas Al-'Alaq ayat 1-5). Iman dalam Islam itu bukan sekedar doktrin. Jika iman hanya sekedar doktrin, maka islam tidak akan bertahan sampai sekarang. pahami dulu doktrin itu apa, jangan langsung mengklaim iman adalah berdasar pada doktrin.
@@sahariadtureofficial5149
tentu saja beriman karena sudah menimba ilmu dan saya akan terus menimba ilmu (menimba ilmu adalah hal yang harus kita seorang muslim lakukan agar tidak goyah, In syaa Allah).
Siapa bilang ustadz Nuruddin tidak bisa mengidentifikasi sifat2 Tuhan ? Itu dasarnya Ilmu Tauhid, seorang santri itu yang pertama kali diajarkan adalah tauhid.
Ulama penulis Kitab dari yang terdahulu sampai sekarang itu bukan orang kaleng-kaleng. Mereka paham isi Al-Qur'an dan hadist. Setiap karya mereka itu betul-betul diuji secara akademik sebelum dipublikasi.
Anda mengatakan "iman tidak ada bentuk berarti tidak ilmiah ?". jika pendapatmu seperti itu, maka akalmu juga tidak ilmiah karena tidak ada bentuknya.
mantap ustadz Nuruddin keren
Allah memang tidak ilmiah.
Karena, ilmiah itu suatu halbyang terukur dan terbatas.
Sedangkan Allah tidak terukur dan tidak terbatas.
GG dan NURUDDIN..
Maksudx sama aj..
Cm dlm pemaparanx lbh baik Nuruddin Krn lbh tertata rapi drpd GG ..
Itu aj sih...
Julukannya kan GEMBUL , GEMar ngiBUL. 😂😂
Tolong utk selanjutnya, wajibkan pendebat itu menulis makalah. Satu atau dua halaman kertas kwarto boleh. 10 atau puluhan lembar kertas juga boleh. Atau minimal 20 atau 30 slide powerpoint... Kalau hanya bicara ngalor ngidul ngulon ngetan... ini seperti murid TK yang merengek ke ibunya... spt tong kosong nyaring bunyinya.
Bukan Kalah...
Tp emang Gembul ga tau apa² ...😇
Bagi saya itu seri, dan semuanya benar... Yg satu suka dgn referensi yg berkesan romantisme masa lalu, yg satu berpendapat klo sudah terkait aqidah dan Allah titik terima sj.
Ya lihat saja nanti yg tetap eksis siapa?? Tp saya tetap setuju allah swt tidak bisa diilmiahkan ,,
Perbanyak lagi diskusi/debat seperti ini
Saya melihatnya seperti dua orang yang sedang berdebat tapi beda maksud dan tujuan. Kalau diibaratkan, orang pertama bertanding catur dan membawa semua perangkat catur, lalu orang kedua bertanding pingpong dan membawa semua perangkat pingpong. Dan kedua orang ini bertanding dengan perangkatnya mereka masing-masing dalam satu pertandingan. Jadi nentuin kalah menang nya saya bingung karena menurut orang pertama permainan akan dimenangkan ketika skakmat, dan itu benar dalam permainan Catur, dan menurut orang kedua permainan akan dimenangkan ketika smah pingpong orang kedua tidak bisa dibalikan oleh orang pertama, dan itu benar juga. Gimana dong kalo gini?
Guru Gembul mengomentari Akidah dalam arti sempit "Zat", Ustad Nuruddin mengomentari Akidah dalam arti "Luas" bukan hanya "Zat" saja. Jadi, kalau Ustad Nurudin mengomentari persepsi Guru Gembul mengenai "Zat" maka Ustad Nurudin pun akan menyetujuinya. Sebaliknya kalau Guru Gembul mengomentari persepsi Ustad Nurudin mengenai Akidah dalam arti "Luas" yg selain "Zat" ya Guru Gembul akan menyetujuinya juga.
Perdebatan ini terlalu jauh sehingga tidak menemukan titik temu.
Tapiii, walaupun perdebatannya belum nyambung (belum nyambung karena tidak mendebatkan satu persoalan, jadi yg satu persoalan itu seperti perdebatan apakah tuhan itu ada atau tidak, Orang A mendebatkan tuhan itu ada dan Orang B mendebatkan tuhan itu tidak ada. Nah itu kan satu persoalan). Tapi tidak apa2 walaupun perdebatannya belum nyambung setidaknya ada banyak ilmu & sudut pandang yg bisa kita dapat dari perdebatannya, dua-duanya kereen.
ADAB ITU DI ATAS ILMU
NGAKU PINTER TAPI SOMBONG ,MELEBIHI NABI😅😅😅😅😅😅😅😅
,,LANJUT KAN GURU GEMBUL,,,,RENDAH HATI Y KITA KAGUMI
kok adab ustad nurudin cara debat nya gitu ya?
Emng adabny hrs gmn?😂 adab debat y gtu klo lwan bcara lg ngomong y diem&bawa refrensi bkn ky si GG... klo sombong/PD dgn ilmunya... ya hrs dong... ini ilmu akidah ya hrs yakin&PD
yang namanya debat itu, begitu PEA.
saling adu argumentasi, saling sanggah
kalau bicara baik baik itu namanya ngopi bareng di warung
tolong minimal sebelum komen gunakan kepalanya dulu biar gak malu maluin 😂
Dia kesal karna guru gembul tidak berhati2 bicara padahal dia punya pengikut jutaan... Itu bahaya
@@Tvitochannel iyalah gw aja gedeg... org gk tau ilmu aqoid kaya si GG sok2an bahas akidah... pas gaduh nasab sok2an ikut giliran diajak diskus di RA bahasanya gk nyambung.... emang otaknya cmn cuan doang si GG
Sependapat. Pa ustad pembawaannya agak songong...stetement akhirnya di arab arabin lg...😅😅😅
yang ilmiah itu si maman mati, trus mayatnya dilampirkan surat, ntar masuk sorga tanpa hisab, karna semasa hidupnya simaman sangat mencinTai
Orang waras ngalah, karena guru gembul
Juga sadar kalau di lanjutin gak ada akhirnya
Kalau soal Berargumentasi guru gembul juga
Mampu cuma untuk apa?
Yang penting misi utama nya Guru gembul sudah
Terlaksana menghentikan ketololan yang di sebarkan oleh kaum Ba'wali
Enggak juga
Lawanya itu ahli debat, bahkan ustadz nurudin punya buku judulnya cara berdebat, ada juga bukunya ilmu mantiq. Itu bukan ilmu klaeng2
Sepakat
"keberadaan tuhan" adalah sesuatu yang sangat rasional untuk bisa dipahami. ("rasional" dalam taraf "ADA")
Tapi brow....
Objek yang "rasional dan ada", belum tentu bisa "dianggap ilmiah" loh...(sebelum melewati proses pendefinisian yg spesifik dan juga proses penelitian)
Coba jawab dulu pertanyaan ini deh.....!!!!!!
Tuhan itu apa ?, Dia ada dimana ?, jumlahnya berapa ?, siapa identitas Dia sebenarnya ?, bagaimana karakteristikNya ?, bagaimana sifat dan perilakuNya ?, sebesar apa ukuranNya ? Dia bergerak atau tidak ?, apa kehendak Dia yg sebenarnya ? Dan kalaupun dibutuhkan media untuk "bisa melacak keberadaannya", maka alat apakah yang bisa melacakNya ?
Bukankah selama ini kita "mendapat informasi tentang tuhan" hanya dari keterangan dari kitab suci saja ?
Adakah yg pernah dan bisa "membuktikan kebenaran dzat Nya"....?
Bukankah selama ini kita "hanya tinggal mengimani" saja........?
Adakah yang bisa menjawab pertanyaan² ini (disertai "bukti")......
🐶🐶🐶🐶🐶🐶🐶
Sudahlah brow......
Kebenaran tetap akan jadi kebenaran sekalipun dia tidak ilmiah...... Dan nggak usah lah "mengilmiah ilmiahkan sesuatu yang memang tidak ilmiah".
Sesungguhnya tuhan adalah ranah yang berada diluar jangkauan rasio maupun ilmu manusia.
Bukankah "Dia sendiri" pun sudah melarang kita untuk "mentafakkuri dzatNya" (karena manusia tidak akan pernah bisa menjangkau Dia dengan menggunakan logika, rasio dan nalar)
"Keberadaan tuhan" memang "sangat rasional", tapi adakah manusia yang mampu menjelaskan "dzat tuhan itu seperti apa" ?
Dan
Bukankah "di internal islam sendiri" ada lebih dari satu akidah ? (asyariyah, matturidiyah, salafi wahhabi, syiah dll)....... yang isi doktrin akidahnya "memiliki perbedaan dan ada doktrin yg saling bertentangan" diantara mereka (padahal doktrinnya berasal dari ajaran dan kitab yang sama)
Bukankah di ranah akidah kita hanya "tinggal mengimaninya ?"
Bukankah "akidah itu ada di ranah keyakinan".....?
Bukankah "mengingkari akidah" bisa dianggap murtad ?
Lalu kenapa akidah umat islam "ada lebih dari satu".......?
Masih yakin "konsep akidah itu ilmiah".......?
Kenapa kok kalian "sampai sebegitunya maksa"....?
Takut kuwalat sama habib.....?
Brow......
"Kalah debat" bukan berarti "pendapatnya salah" loh.
Kalaupun debat lagi, bisa saja "posisinya akan jadi berbalik".
Dan
Sungguh allah tidak menyukai hambaNya yg berbuat "hasud".
Dan sungguh "hasud" itu akan membakar habis kebaikan dan pahala pelakunya "laksana api yang membakar kayu hingga menjadi abu".
Rasional itu termaksud ilmiah bang, sendang gembul harus secara Indrawi bru rasional.
Kalau begitu Tuhan pasti gk ada.
Otomatis ngk ada kalau harus melalui Indrawi terlebih dahulu.
@@rizalzepri"konsep keberadaan tuhan adalah hal yang sangat rasional".
Tapi
Apakah tuhan bisa disebut "bersifat ilmiah".......?
Apakah ada yang tahu "tuhan itu seperti apa"........? "dengan mendasarkannya pada penelitian ilmiah" (untuk memenuhi "syarat klasifikasi ilmiah")
Bukankah itu adalah hal yang mustahil "diketahui" manusia ? (sekalipu dengan menggunakan segala "perangkatnya")
Dan bukankah kita hanya bisa "mengimaniNya saja".....?
Sungguh kenyataan itu "tidak harus bersifat ilmiah".
Dan
Sungguh di dunia ini ada banyak sekali hal dan kejadian "yg tidak rasional dan diluar jangkauan akal", tapi "memang benar² terjadi".
Apakah antum sama sekali tidak pernah menemui atau mendengar tentang keberadaan "makhluk gaib ataupun keajaiban".....?
Sungguh "keajaiban dan makhluk gaib" itu memang benar² ada.
Segala hal "misteri dan keajaiban", merupakan "bukti kuat" tentang keberadaan "entitas yg kuasaNya melebihi hukum alam dan melampaui segala rasionalitas". (sebuah entitas yg kita sebut sbg "tuhan").
"keberadaan tuhan itu rasional".
Tapi apakah "dzat tuhan itu sendiri" bersifat ilmiah ? (sedangkan "kita sama sekali tidak punya bahan untuk meneliti dzatNya")
@@rizalzepri ana sepakat bahwa segala sesuatu yg ilmiah tidak harus didasarkan pada panca indra saja..... Tapi juga pada pertimbangan rasional, commonsense dan juga data² yg valid.
yang "ilmiah itu pasti rasional".
tapi tidak semua yang rasional itu bisa "disebut sbg ilmiah".
Karena
Untuk bisa "disebut ilmiah"........ maka segala sesuatu harus melewati proses penelitian terlebih dahulu.
Sungguh......
Di dunia ini ada banyak sekali kebenaran, "yang tidak semuanya bisa dikatakan sbg hal yg bersifat ilmiah".
Dan salah satunya adalah "peristiwa kebetulan dan peristiwa keajaiban".
yg diakui GG dia kalah debat (dgn alasan kurang persiapan) bukan pendapatnya salah
menurutku paling pas kasihg waktu untuk persiapan lalu debat ulang. formatnya jg diskusi santai gak terlalu formal
karena saya sebagai penyimak penasaran endingn
apakah benar ulama terdahulu ketika masalah ketuhanan tidak menggunakan ilmiah, tp samina watokna
Keduanya luarbiasa, berkah selalau keduanya banyak ilmu yg didapat
Emang siapa yg tahu tentang zat tuhan..
Percuma lu bilang zat tuhan ustadz Nuruddin tidak bilang zat tuhan tapi sifat tuhan. Makanya gue penasaran dengan oemikiran ustadz Nuruddin ada orang mengilmiahkan sifat Tuhan. Ngaji sama kiyai kampung saja bisa kena tampar kalau nanya seperti itu
Landasan berpikir Guru Gembul, teologis ilmiah berbasis pemikiran duniawi, yg lebih bersifat humanis. Orang seperti ini pada akhirnya mentok dan membatasi diri dari pemikiran-2 teologis yg lebih luas cakupannya.
Teologis bukan ilmiah.
@@sahariadtureofficial5149 ngerti gak ente paham humanis ?
bang, saya mengajukan pertanyaan.
argumentasi penalaran ilmiah versi anda apakah bisa diaplikasikan oleh kelompok agama yg lain?
Dan kalau anda tidak terlahir sebagai yg beragama islam bagaimana argumentasi tentang wujud/konsep ketuhanannya,
Lalu kalau ada perdebatan antar agama, bukankah masing masing kelompok punya versi ilmiah ketuhanannya masing masing,
Dan kalau mentok debatnya bukankah kembali pd keyakinan masing masing lg ?
🤔
Lalu bukankah dalam akidah Islam jg melarang untuk memikirkan wujud/dzat Allah sebagai bahan objek pengujian/penelitian.
Jadinya menyamakan Allah dengan mahluk dong ?
@@smart99five74 insyallah video selanjutnya saya akan bahas eksperimen tuhan. Ditunggu..
Nuruddin nggk bahas zat Tuhan, tapi sifat Tuhan. Video lengkapnya jelas..
Cara pengujiannya aja beda kok kesimpulannya sama dengan mahluk?
Gg hebat ntizen tahu mn yg ngaur mas
Sebenar nya yg di nafi kan guru gembul adalah kaifiat sifat Alloh tapi beliau sulit utk mengungkap kan
Emang segitu doank kapasitasnya Bang, susah mau dipaksain gimana juga
Terus yang menilai siapa? kalau debat.?.