Sungguh melalui kegiatan Legio Mariae dan devosi kepada orang-orang kudus, iman dan kecintaan akan Yesus Tuhan dan Gereja-Nya makin bernyala. Terimakasih Pak Stef dan Bu Ing, jaya selalu katolisitas.org 😇
@Katolisitas Terima kasih atas penjelasannya. Sgt setuju & memang ini yg sy mksdkan yaitu memohon bantuan doa Bunda Maria & org2 kudus sbg pengantara & pendoa syafaat bagi kita. Utk berdoa kpd leluhur yg sdh meninggal jelas dilarang. Apalah manusia berdosa sampai kepedean menganggap diri sdh mjd org kudus. Memang selama hidup di dunia kejarlah kekudusan (Ibr12:14) Justru kita yg mendoakan mrk yg sdh meninggal. Tq GBU
Salam Silvia, Tentang doa kepada leluhur. Mari kita lihat prinsip dasarnya. Telah disebutkan, Gereja mengajarkan kita boleh berdoa/ memohon kepada orang kudus agar mendoakan kita. Gereja mengajarkan bahwa orang kudus yang bisa mendoakan kita ini adalah mereka yang sudah berada di Surga (lih. KGK 956). Orang-orang kudus di sini tidak terbatas pada mereka yang sudah dikanonisasi, tetapi semua orang yang sudah bersatu dengan Allah di Surga. Kita tidak tahu dengan pasti apakah leluhur kita sudah termasuk di antara para kudus ini. Kalau mereka sudah bersatu dengan Allah di Surga, mereka termasuk dalam bilangan para kudus yang dapat mendoakan kita. Bagaimana kalau mereka belum berada di Surga, atau masih di Api Penyucian? Katekismus mengatakan: KGK 958 Persekutuan dengan yang telah meninggal. "Gereja kaum musafir menyadari sepenuhnya persekutuan dalam seluruh Tubuh Mistik Kristus itu. Sejak masa pertama agama kristiani, Gereja dengan sangat khidmat merayakan kenangan mereka yang telah meninggal. Dan karena inilah suatu pikiran yang mursyid dan saleh: mendoakan mereka yang meninggal supaya dilepaskan dari dosa-dosa mereka (2 Mak 12:45), maka Gereja juga mempersembahkan kurban-kurban silih bagi mereka" (LG50).Doa kita untuk orang-orang yang sudah meninggal tidak hanya membantu mereka sendiri: Kalau mereka sudah dibantu, doa mereka pun akan berdaya guna bagi kita. (Our prayes for them is capable not only of helping them, but also making their intercession for us effective) Artinya, karena kasih Kristus telah mengikat kita sebagai sesama anggota Kristus, dan ikatan ini melampaui maut, maka tetap ada persekutuan antara kita yang di dunia ini dengan yang sudah meninggalkan dunia ini. Kalau kita berdoa untuk mereka yang sudah meninggal, maka itu akan berakibat 2 hal: 1) membantu mereka untuk dapat sampai ke Surga, namun juga, 2) doa-doa kita akan membuat doa-doa mereka bagi kita menjadi berdaya guna. Jadi tentu saja kita tidak memohon kepada leluhur supaya mengabulkan doa kita, sebab yang mengabulkan doa tetap adalah Allah. Tetapi kalau kita mendoakan mereka, maka atas kehendak Allah, Allah pun dapat mengabulkan doa-doa mereka bagi kita di dunia. Tidak disebutkan di sini apakah doa-doa mereka menjadi berdayaguna setelah mereka sampai di Surga, atau bahkan ketika mereka masih di Api Penyucian pun, doa mereka dapat berdayaguna, kalau kita mendoakan mereka. Maka ada 2 pandangan tentang hal ini: 1) St. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian hanya bisa kita doakan dan mereka tidak bisa mendoakan kita (Summa Theologica II-II, 83.11). Baru setelah mereka sampai di Surga, mereka bisa mendoakan kita. 2) St. Katarina dari Bologna, St. Robertus Bellarminus dan St. Alphonsus Liguori tidak sependapat dengan St. Thomas. Dalam bukunya “Great Means of Salvation”, ch. I, III, 2, St. Alphonsus Liguori berkata: “... maka jiwa-jiwa di Purgatorium, yang dikasihi Allah dan diteguhkan dalam rahmat, telah pasti tidak memiliki halangan yang menghindari mereka untuk berdoa bagi kita. Tapi Gereja tidak memohon kepada mereka atau meminta bantuan dukungan doa mereka, sebab mereka secara umum tidak mengetahui doa-doa kita. Tetapi kita dapat dengan saleh percaya bahwa Allah membuat doa-doa kita dapat diketahui oleh mereka." Lalu St. Alphonsus mengutip St. Katarina dari Bologna (seorang mistik di abad ke-15) yang mengatakan bahwa kapanpun ia mempunyai permohonan ia segera memohon kepada jiwa-jiwa di Api Penyucian [untuk didoakan], dan dengan segera doanya dikabulkan. Jadi dari kesaksian para orang kudus ini, Gereja memang mengizinkan kita untuk berpegang kepada 2 pendapat ini (yang dari St. Thomas maupun dari St. Alphonsus). Tidak ada yang sesat dari kedua pandangan ini, karena kalaupun kita memohon kepada jiwa-jiwa itu, maksudnya adalah agar mereka mendoakan kita dan bukan mereka yang mengabulkan doa-doa kita. Ini prinsipnya tetap sama seperti kita meminta dukungan doa dari para kudus yang di Surga. Nah, maka kalau mau disebut sebagai masalah di sini, adalah: maaf, kita tidak tahu persis apakah leluhur kita yang meninggal pasti berada dalam keadaan rahmat, sehingga mereka meninggal sebagai anggota Kristus. Jika tidak, memang kita tidak bisa meminta dukungan doa syafaat, karena mereka ada dalam keadaan memisahkan diri dari Allah. Tetapi kalau mereka meninggal dalam keadaan rahmat, apalagi hidupnya saleh dan benar semasa hidup di dunia, ada besar kemungkinan mereka ada dalam bilangan anggota Tubuh Mistik Kristus. Dan karena itu doa-doa kita akan berguna bagi mereka; dan oleh seizin Allah, doa-doa mereka dapat juga berguna bagi kita. Demikian yang bisa kami sampaikan. Memang benar, selama kita hidup di dunia ini kita berjuang untuk bertumbuh dalam kekudusan, sebab dikatakan, hanya dengan kekudusan itulah kita akan melihat Allah (lih. Ibr 12:14). Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Katolisitas
@ Katolisitas Terima kasih atas tanggapannya. Dng hormat ijin merespon ulang : 1. Referensi yg disebutkan St Thomas Aquinas abad 13 & St Katarina dr Bologna abad15 sdh jauh dr Gereja jaman para rasul. Ilmu sekuler memang hrs sll update sesuai perkembangan jaman, ttp tdk utk ajaran iman. 2. Gereja Katolik pegang 2 opini pribadi & tdk memutuskan salah satu, secara logika sederhana tdk mungkin ke 2 nya sama2 benar. Pengalaman pribadi tdk dpt digeneralisasikan. 3. Kita asumsi bhw meninggal dlm rahmat, itu mnrt opini pribadi manusia. Manusia sgt terbatas hanya bisa melihat dari luar. Allah melihat hati. Penghakiman adalah hak Allah. Paling aman kita murni mendoakan mrk yg sdh meninggal krn kita mengasihi mrk tanpa pretensi apapun. Memang tdk semua yg berhubungan dng iman dpt dijelaskan dng logika. Maaf dng segala kerendahan hati sy tdk ingin berdebat. Apa gunanya kita jago debat di medsos ttp gaya hidup kita tdk menyerupai Tuhan Yesus Kristus. Harap tdk diperpanjang lagi. Maaf kalau salah. Sekali lg terima kasih atas waktu, perhatian, & tanggapannya. Tq GBU
@@silviapuspitasari3325 Salam Silvia, Forum ini memang bukan dimaksudkan untuk berdebat. Kami hanya berkomitmen, untuk menyampaikan apa yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik, agar dapat dipahami dengan lebih baik oleh umat Katolik. Nah, untuk maksud ini, kami masih perlu membalas tulisan Anda, bukan karena ingin mendebat Anda, tetapi kami ingin melengkapi tulisan kami terdahulu, supaya tidak menimbulkan salah paham kepada semua yang membaca tanya jawab ini. 1. Gereja Katolik tidak mendasari ajaran pada opini pribadi. Ajaran tentang adanya persekutuan para kudus itu disebut dalam Syahadat para rasul (Credo), dan implikasinya adalah adanya ikatan untuk dapat saling mendoakan antara sesama umat beriman, baik yang di dunia maupun dengan umat beriman yang sudah beralih dari dunia ini. Ajaran ini diajarkan oleh para Bapa Gereja dan sudah ada sejak jemaat abad awal dan bukan baru muncul di abad ke 13 dan 15. Silakan membacanya terlebih dulu di artikel ini: www.katolisitas.org/apakah-jemaat-perdana-percaya-akan-persekutuan-para-kudus/ Jadi Anda benar, bahwa ajaran iman itu tidak sama dengan ilmu sekuler yang selalu diupdate dan diperbaiki karena bisa salah dan karena itu direvisi. Pada ajaran iman, yang terjadi adalah: yang dahulu dipegang sebagai kebenaran itu selalu benar. Jika ada perkembangan, maksudnya adalah kebenaran itu dijabarkan, dibuat menjadi semakin jelas dan rinci, tetapi tidak menentang kebenaran yang sudah disampaikan sebelumnya. 2. Tentang doa kepada leluhur, Gereja berpegang pada prinsip umum yaitu: 1) Adalah boleh dan berguna, jika kita memohon kepada orang kudus di Surga untuk mendoakan kita/ berdoa syafaat bagi kita (De fide). 2) Kita yang masih berziarah di dunia dapat membantu jiwa-jiwa di Api Penyucian dengan doa-doa syafaat kita (De fide). 3) Jiwa-jiwa di Api Penyucian dapat berdoa syafaat bagi Gereja/ Tubuh Mistik Kristus (Sententia probabilis). Pernyataan yang ketiga ini tidak/ belum dinyatakan sebagai pernyataan De fide, namun tetap dinyatakan sebagai kebenaran (affirmative), yaitu bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian bisa berdoa bagi Gereja, sebab mereka pun adalah anggota Gereja, sama seperti kita di dunia ini. Di Api Penyucian, mereka sedang dimurnikan dari cinta diri, dan justru dengan mendoakan sesamanya lah jiwa-jiwa itu bisa semakin murni mencintai Kristus. Sinoda Vienna 1858 mengajarkan bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian dapat mendoakan kita dengan doa-doa mereka. Pernyataan KGK 958 tetap sesuai dengan ajaran ini. Nah, bahwa St. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian tidak dapat mendoakan kita, itu didasari oleh pandangannya bahwa mereka tidak mengetahui doa-doa kita di dunia, dan karena mereka sedang menjalani siksa sementara akibat dosa (lih. Summa Theologica II-II, 83, 11.3; II-II 83, 4.3). Namun sejumlah orang kudus lainnya, seperti St. Robertus Bellarminus dan St. Katharina dari Bologna, tidak sependapat dengan St. Thomas Aquinas tentang hal ini. Menurut St. Bellarminus dan St. Katharina, Allah dapat mengizinkan jiwa-jiwa di Api Penyucian ini untuk mengetahui permohonan kita dan turut mendoakannya. St. Thomas Aquinas sendiri adalah seorang yang sangat rendah hati. Sesaat sebelum wafatnya, ia berkata: “Aku menyembah-Mu Allahku dan Penebusku... yang untuk kehormatan-Nya aku telah belajar, bekerja, berkhotbah dan mengajar... Aku berharap bahwa aku tidak pernah mengemukakan ajaran apapun yang tidak kupelajari dari-Mu... Andaikan menurut ketidaktahuan, aku telah melakukan sebaliknya, aku menarik kembali setiap ajaran itu, dan menyerahkan semua tulisanku kepada penilaian Gereja Roma yang kudus....” Mari kita juga memiliki sikap seperti St. Thomas Aquinas ini. Kita menerima apa yang sudah dinyatakan oleh Gereja, dan tidak mempermasalahkan apa yang tidak dipermasalahkan oleh Gereja. Kalau Anda tidak merasa ‘pas’ untuk memohon agar leluhur Anda mendoakan Anda, itu tidak apa-apa. Gereja tidak mengharuskan kita untuk itu. Tetapi kalau ada orang lain, yang selain dari mendoakan juga memohon doa kepada leluhur/ pendahulunya, itu juga tidak dilarang oleh Gereja. Ini sudah dilakukan oleh St. Gregorius Nazianza, saat meminta doa syafaat ayahnya yang sudah meninggal, “Ya, saya diyakinkan bahwa doa syafaat [ayah saya] sekarang lebih berguna daripada pengajarannya di hari-hari terdahulu, sebab kini ia lebih dekat kepada Tuhan, bahwa ia telah menanggalkan keterbatasan tubuhnya, dan membebaskan pikirannya dari tanah liat yang dulu mengaburkannya, dan kini mengadakan pembicaraan yang terus terang dengan Sang Pikiran [yaitu Allah] yang utama dan murni, yang telah diangkat... ke tingkatan dan keyakinan seorang malaikat” (St. Gregory Nazianzen, Oration 18:4). Yang penting diketahui di sini, kita tidak menganggap bahwa para leluhur itu dapat mengabulkan doa-doa kita, sebab yang mengabulkan doa, tetap adalah Tuhan. Jiwa-jiwa tersebut hanya dapat mendoakan, seperti yang juga dapat dilakukan secara lebih besar kuasanya, oleh para kudus yang sudah dibenarkan Allah (lih. Yak 5:16) di Surga. Namun di atas semua itu, Anda benar, yang terutama, memang adalah doa kepada Allah. Memohon doa syafaat orang lain (baik dari sesama yang masih hidup maupun yang sudah beralih dari dunia ini), bukanlah yang utama, apalagi sampai menggeserkan posisi doa kepada Tuhan. Namun memohon doa syafaat orang-orang kudus yang di Surga, dapat mengingatkan kita bahwa kalau kita sampai di Surga kelak, kitapun akan memuji Tuhan dan berdoa bagi sesama kita yang masih berziarah di dunia. 3. Anda benar bahwa kita tidak bisa mengasumsikan bahwa semua orang meninggal dalam keadaan rahmat. Tetapi sebaliknya, juga kita tidak bisa mengasumsikan bahwa semua orang atau kebanyakan orang yang meninggal tidak dalam keadaan rahmat. Gereja Katolik sudah memberikan banyak tanda dan sarana, agar umat beriman dapat meninggal dalam keadaan rahmat. Maka ada sakramen Tobat, sakramen Urapan Orang sakit yang dapat pula memberikan viaticum (sakramen Ekaristi sebagai bekal terakhir untuk beralih dari kehidupan di dunia ini), adapula indulgensi dan doa-doa devosi yang dapat membantu orang untuk menghadapi kematian dalam keadaan rahmat dan dengan demikian, kematian yang membahagiakan. Selanjutnya, sebagai tanda kasih kita kepada orangtua/ kerabat/ sahabat yang telah meninggal, kita mendoakan jiwa mereka, agar mereka memperoleh kerahiman Allah dan digabungkan dalam Kerajaan Surga. Memohon agar mereka mendoakan kita, bukanlah bentuk pretensi; sama seperti kalau ada orang meminta kita mendoakannya, tidak berarti bahwa orang tersebut berpretensi terhadap kita. Demikianlah, Silvia, tanggapan kami. Pembicaraan di sini bukan untuk mencari siapa yang menang atau kalah, tetapi untuk sama-sama menggali apa yang diajarkan oleh Gereja kepada kita, dan semoga kita memiliki keterbukaan hati untuk menerimanya. Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Katolisitas
@ Katolisitas. Terima kasih atas pencerahannya. Dng segala hormat ijin klarifikasi : 1. Mksdnya justru sy mengimani persekutuan para kudus mk sy mencari referensi ajaran para Bapa Gereja awal yg diterus sampaikan kpd gereja ( 2 Tes 2:15 ) Tertulianus mengajarkan dipersembahkan misa utk mendoakan pd peringatan hr meninggalnya tiap th. St Cyril dr Yerusalem memasukkan doa2 utk org2 yg sdh meninggal dlm perayaan Ekaristi. St Yohanes Krisostomos & St Agustinus mengajarkan mendoakan jiwa org2 yg meninggal dng derma. Artinya kita MENDOAKAN mrk bukan berdoa melalui perantaraan mrk apalg berdoa kpd mrk. Jauh panggang dr api. 2. Percaya kpd pernyataan St Thomas A sbg opini pribadi juga St Katarina & St Gregorius sbg pengalaman pribadi. Dlm hal ini tdk bisa digeneralisasikan 3. Akar mslhnya hanya pd asumsi, krn tdk ada kepastian bgm kita bisa berdoa dng yakin??? Memang doa org yg benar, bila dng YAKIN didoakan...( Yak 5:16 ) Apakah kita boleh & layak bertindak sbg hakim utk menentukan seseorg itu meninggal dlm rahmat? Kita hanya melihat dr yg kelihatan mata saja pdhal manusia itu terdiri dr roh, jiwa, & raga. Roh & jiwa di luar ranah pengetahuan manusia. Dalam lautan dpt diduga dlm hati siapa tahu. Penghakiman adalah hak absolut Allah. Lg pula utk apa rempong minta doa kpd mrk yg sdh meninggal bukankah ini salfok? Bukannya sy tdk nyaman Doa pakai iman bukan perasaan. Lebih luas lg hidup pakai iman bukan perasaan. Jika pakai perasaan ibarat roller coaster. Landasan iman kita Tuhan Yesus Kristus. Apa yg kita butuhkan dlm hidup ini yg tdk dpt diberikan olehNya? Allahku akan memenuhi segala keperluanmu mnrt kekayaan & kemuliaanNya dlm Kristus Yesus ( Flp 4:19 ). Inilah yg kita imani. Sy hanya quote rasul Paulus bukan opini sy Sy sdh konfirmasi ke Romo pembimbing rohani. Confirmed bhw kita hanya mendoakan org2 yg sdh meninggal sesuai ajaran para Bapa Gereja awal. Konklusi "pokoknya imani saja" absurd. Manusia dikaruniai akal budi. Spt halnya munculnya bidat Unitarian vs Trinitas yg viral blkngan ini bgm kita sbg apologet ( 1 Ptr 3:15 ) menjelaskannya tdk mungkin dng jargon " pokoknya imani saja". Memang ada hal2 yg hanya bisa diimani contoh transubstansi Dng segala kerendahan hati mohon maaf jika salah Tq GBU
@@silviapuspitasari3325 Salam Silvia, Terima kasih atas komentarnya. Ini adalah komentar kami yang terakhir tentang topik ini. Topik ini Anda ajukan karena ada pertanyaan dapatkah meminta doa kepada leluhur untuk mendoakan kita. (Tentang kita yang di dunia ini mendoakan jiwa-jiwa leluhur yang meninggal, sudah tidak perlu dipermasalahkan, karena memang doa-doa kita sangat berguna bagi mereka). Tetapi tentang persekutuan antara kita dengan mereka yang sudah meninggal, kami menjawab bahwa intinya adalah: yang dapat mendoakan kita secara pasti adalah para santo-santa di Surga, yang artinya telah dinyatakan secara resmi oleh Gereja. Namun, ada orang-orang yang menganggap bahwa orang lain yang telah meninggal sungguh baik sekali dalam hidupnya (sebagai contoh: St. Gregorius Nazianza menganggap ayahnya demikian, dan ia yakin bahwa ayahnya telah lebih dekat kepada Allah), sehingga dapatlah jiwa-jiwa itu mendoakan kita yang di dunia. Katekismus KGK 958 juga secara implisit menyatakan kemungkinan ini pada saat menjelaskan tentang persekutuan dengan orang-orang yang sudah meninggal. Karena di sana disebutkan, doa-doa kita bisa membantu orang-orang yang sudah meninggal (berarti ini jiwa-jiwa yang di Api Penyucian, sebab kalau jiwa-jiwa di Surga sudah tidak perlu kita bantu dengan doa-doa kita), namun pada saat bersamaan doa-doa kita dapat membuat doa-doa mereka bagi kita menjadi berdaya guna. Hal bahwa jiwa-jiwa di Purgatorium dapat mendoakan Gereja (yaitu kita semua), diajarkan oleh Sinoda Vienna 1858, Sinoda Utrecht 1865 dan Paus Leo XIII (lih. Fundamentals of Catholic Dogma, Ludwig Ott, p. 323). Tetapi tidak ada keharusan bagi kita untuk memohon doa kepada jiwa-jiwa di Api Penyucian agar mereka mendoakan kita, sebab dalam sejarah, terdapat perbedaan pandangan tentang hal ini, yang tadi di atas sudah disebutkan. Marilah kita terima saja apa adanya kenyataan ini. Tidak ada yang menyatakan kepada Anda, bahwa pokoknya imani saja. Menerima apa adanya bukan berarti pokoknya imani saja. Kita hanya diundang untuk menerima bahwa ada perbedaan pemahaman pelaksanaan untuk suatu pernyataan ajaran, yang kedua-duanya diterima oleh Gereja. Artinya: 1) kita boleh hanya mendoakan jiwa-jiwa di Api Penyucian, tetapi juga: 2) kita boleh juga memohon agar Allah mengizinkan mereka mendoakan kita atau dengan kata lain, memohon mereka mendoakan kita. Demikianlah, Silvia, tanggapan kami yang terakhir. Kami akhirnya harus menutup diskusi ini, karena sudah berlarut-larut, dan karena kami masih harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lain dan mempersiapkan video berikutnya Mohon maaf, kami tidak dapat menanggapi lebih lanjut tentang topik ini. Semoga dapat dimengerti. Salam kasih dalam Kristus Tuhan Katolisitas
Berdoa melalui perantara bunda maria dan para santo/santa itu bisa jadi benar bisa jadi juga salah alias abu2 yg setuju punya argumennya dan yg tidak setuju juga punya argumennya Jadi berdoalah langsung kepada Tuhan Yesus karna tidak ada seorangpun yg bisa datang kepada bapa jika tidak melalui Yesus.. Dan itu sudah pasti tidak salah Maka berdoalah langsung kepada Yesus yg sudah pasti benar 😇
Kalau mau lihat contoh orang orang dalam sejarah kekristenan dan dekat dengan Bunda Maria, lihatlah para Kudus. Coba Anda baca beberapa kisah hidup mereka, seperti St. Agustinus, St. Thomas Aquinas, St. Bunda Teresa dari Kalkuta.
@@katolisitas_official yaa menjadikan bunda maria sebagai teladan itu hal yg baik karna memang bunda maria adalah contoh teladan bagi kita sebagai manusia yang di pakai Tuhan yg di pilih Tuhan sesuai dengan perannya...karna semua orang yg di pilih Tuhan punya keistimewaannya masing2...tetapi satu2nya dan hanya satu perantara yaitu Tuhan Yesus yang maha kuasa maka mintalah dan berdoalah kepada yg maha kuasa sebab doa kita di kabulkan itu otoritas sang maha kuasa😇
Shalom Pak Stef & Ibu Ingrid. Terima kasih atas katekesenya yg meneguhkan. Hanya sdk "terusik" dng jawaban Pak Stef ttg apakah blh berdoa KEPADA leluhur yg sdh meninggal. Mengapa Pak Stef tdk secara tegas mengatakan tdk boleh? Bukankah kita berdoa hanya KEPADA Allah saja. Berdoa Rosario & Novena 3 Salam Maria juga berdoa KEPADA Allah dng perantaraan Bunda Maria. Sy sgt setuju dng kata2 Ibu Ingrid bhw skisma itu melawan kasih. Kasih itu memberi & mengampuni. Dlm video seblmnya dikatakan Gereja Orthodox itu sister church. Jika dlm keluarga tjd saling memisahkan diri 2 pihak punya andil. Juga ada jawaban bhw Gereja Orthodox tdk tergabung sepenuhnya dlm Gereja Katolik. Pdhal gereja mula2 jaman para rasul sd tjd skisma th 1054 hanya ada satu2nya. Bukankah ini fakta sejarah yg evidence based? Terima kasih seblmnya GBU
@Silvia Puspitasari, Mungkin artikel di katolisitas ini dapat menjelaskan hal ini Sejumlah orang menyangka, bahwa dengan Gereja berdoa kepada Bunda Maria, artinya Gereja menyembah Maria. Biasanya yang dijadikan referensi adalah pernyataan Katekismus: “Bertitik tolak dari turut serta Maria yang unik dalam karya Roh Kudus, Gereja-gereja telah mengembangkan doa *kepada* Bunda Allah yang kudus. Mereka mengarahkan doa ini seluruhnya kepada Kristus, sebagaimana Ia menyatakan diri dalam misteri-misteri-Nya…”[1] Namun meskipun disebutkan bahwa Gereja berdoa kepada Bunda Maria, tidak berarti bahwa Gereja menyembahnya. Sebab juga di paragraf yang sama, Katekismus menjelaskan perbedaannya. Yaitu bahwa dalam doa-doa Gereja yang berkenaan dengan Bunda Maria terdapat dua hal: 1) memuliakan Tuhan yang telah melakukan karya besar dalam diri Bunda Maria; dan 2) mempercayakan kepada Bunda Maria segala permohonan dan pujian kita kepadanya, karena Yesus Putra Allah telah berkenan menyatukan diri dengannya. Gereja tak pernah menyembah Bunda Maria, namun Gereja menghormati dan memujinya, karena Allah telah memilih Maria untuk menjadi Bunda-Nya. Berikut ini adalah kelanjutan dari paragraf yang sama: “Dalam himne dan antifon yang tidak terhitung jumlahnya, yang menyatakan doa ini, biasanya dua gerakan berganti-ganti: yang satu memuja Tuhan untuk “hal-hal besar” yang Ia lakukan kepada abdi-Nya yang rendah hati, dan melalui dia untuk semua manusia (Bdk. Luk 1:46-55); yang lain mempercayakan kepada Bunda Yesus, segala permohonan dan pujian anak-anak Allah, karena ia mengetahui kodrat manusia, yang dengannya Putera Allah telah bersatu di dalam dia.”[2] Nah, bahwa doa Gereja dapat ditujukan kepada Allah dan juga kepada Bunda Maria, dijelaskan dalam definisi doa. Gereja, mengutip St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus, mengajarkan bahwa doa adalah: “Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan.”[3] Suatu pandangan ke Surga ini menghubungkan kita dengan Allah, dan para kudus-Nya yang telah bersatu dengan-Nya di Surga. Maka doa-doa kita pertama-tama memang ditujukan kepada Allah, namun dapat kepada para kudus-Nya, secara khusus Bunda Maria yang memang selalu berada dalam kesatuan dengan Kristus Putranya. Dengan demikian tidak ada yang salah dengan pernyataan St. Paus Yohanes Paulus II, “…. Semoga Perawan Maria yang terberkati mendengarkan setiap doamu.”[4] Sebab dalam kesatuan dengan Kristus di Surga, Bunda Maria dapat saja menerima karunia untuk dapat mendengarkan doa-doa kita. Jangan kita lupa, bahwa adalah janji Allah sendiri, bahwa jika kita telah memandang Dia dalam Kerajaan Surga, kita akan menjadi sama seperti Dia (lih. 1Yoh 3:2). [1] KGK 2675 [2] KGK 2675. [3] KGK 2558, mengutip Teresia dari Kanak-kanak Yesus, ms. autob. 25r [4] Message of John Paul II, dibacakan oleh H. E. Msgr. Francesco Marchisano, Grotto of our Lady of Lourdes in the Vatican Gardens, Saturday, 31 May 2003.
@Katolisitas Terima kasih atas perhatian & waktunya utk menjwb. 1.Doa hanya kpd Allah satu2nya. Kita tdk blh menduakan Allah. Menghormati tdk berarti kita berdoa kpd Bunda Maria Bunda Maria & para Kudus sbg perantara doa / pendoa syafaat bagi kita. Krnnya, kalau permohonan ini benar2 sesuai dng kehendak Puteramu, dng sgt aku mohon, o bunda, sudilah MENERUSKAN segala permohonanku ini ke hadirat Putramu, yg pasti tak akan menolakmu ( quote dr Novena 3 Salam Maria ) Berdoa kpd leluhur yg sdh meninggal jelas dilarang, justru kita mendoakan mrk. 2. Ttg sejarah gereja Sebab tdk ada sesuatu yg tersembunyi yg tdk akan dinyatakan,.. ( Luk8:17 ) Maaf tdk bermksd utk berdebat. Dng segala kerendahan hati kiranya ckp sekian. Tq GBU
@Silvia Puspitasari Izinkan kami memperjelas tanggapan kami. Kita harus membedakan makna kata berdoa "kepada" Tuhan dan berdoa "kepada" orang kudus. Sebab dengan "berdoa kepada Tuhan" kita tahu bahwa Tuhan adalah tujuan akhir doa kita. Sedangkan doa "kepada" orang kudus maksudnya adalah agar orang kudus itu mendoakan kita kepada Tuhan. Tetapi tetap kata "kepada" sama-sama dipakai. Di dokumen resmi ajaran Gereja Katolik (dalam Katekismus dan surat ensiklik/ surat apostolik Bapa Paus), juga disampaikan demikian. Maka kalau doa kepada Tuhan, kita berkata: "Kabulkanlah doa kami"; sedangkan kepada para kudus, kita berkata, "Doakanlah kami." Memang lebih baik kita katakan berdoa kepada Tuhan melalui atau dengan Bunda Maria (Praying to Christ with Mary), seperti dikatakan oleh St. Paus Yohanes Paulus II dalam surat apostoliknya, Rosarium Virginis Mariae, sub judul paragraf 16. Tetapi di paragraf itu juga dikatakan, "the Churches developed their prayer to the Holy Mother of God, centering it on the person of Christ manifested in his mysteries.... Insistent prayer to the Mother of God is based on confidence that her maternal intercession can obtain all things from the heart of her Son." (Terjemahannya: “Gereja-gereja mengembangkan doa-doa mereka *kepada* Bunda Allah yang kudus, dengan memusatkannya pada pribadi Kristus yang dinyatakan dalam misteri-misteri-Nya... Doa yang terus menerus *kepada* Bunda Allah berdasarkan atas keyakinan bahwa doa syafaat keibuannya dapat memperoleh segala sesuatu dari hati Putranya...”) Ini serupa juga dengan yang dikatakan di Katekismus Gereja Katolik (KGK 2677): “Kalau kita *memohon kepada Maria* supaya mendoakan kita, kita mengakui diri sebagai orang berdosa dan berpaling kepada "Bunda kerahiman", yang kudus seutuhnya…” Jadi doa “kepada Bunda Maria (atau kepada orang kudus)” maksudnya adalah agar ia mendoakan kita, berbeda dengan doa “kepada Tuhan” yang maksudnya agar Tuhan mengabulkannya atau berkenan kepada pujian/ penyembahan kita. Dengan pemahaman ini kita tahu, sama sekali tidak ada maksud menduakan Allah di sini dengan penggunaan kata "kepada", sebab artinya berbeda. Seperti halnya kita kita berbicara kepada pimpinan dan bicara kepada para pembantunya, sama-sama "bicara kepada" tetapi kita sudah tahu maksudnya, bahwa kalau pimpinan itu punya kuasa, sedangkan para pembantunya hanya menyampaikan permohonan kita kepada sang pimpinan. Kami sedang menyiapkan satu lagi video dengan judul, "Dapatkah Bunda Maria dan Para Kudus mendoakan kita?", Kami akan sampaikan di sana penjelasannya dengan lebih rinci. Mohon kesabarannya. Akhirnya, bentuk kerendahan hati bagi kita umat Katolik adalah menerima pengajaran Gereja/ Magisterium dengan hati yang lapang. Kalau kita belum paham, kita tidak berkeras dengan pandangan kita sendiri, namun mau mendengarkan apa yang dimaksud oleh Gereja dengan pernyataan ajarannya. Sebab jika diperhatikan, semua ada penjelasannya dan dapat diterima dengan akal sehat kita, dan sesuai juga dengan keseluruhan ajaran iman kita, baik yang ditulis dalam Kitab Suci, maupun yang diajarkan oleh para Bapa Gereja. Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Katolisitas.org
Shalom @Katolisitas. Ijin menanggapi "menerima pengajaran Gereja dng lapang hati". Justru utk sampai kpd pengertian/pemahaman itu perlu pengajar yg kompeten, profesional, & berdedikasi tinggi spt Pak Stef & Ibu Ingrid krn kami bukan taat buta. Dan di atas segalanya dng kerendahan hati mohon Roh Kudus menerangi akal budi kita Sekali lg terima kasih atas penjelasannya terutama yg terakhir ini yg to the point, ternyata mksd kita sama hanya beda dlm kata2. Tq GBU
Secara biologis, kita ketahui adanya pewarisan sifat dari orang tua kepada anaknya. Jika bapaknya memiliki kepribadian yang keras, pasti salah satu anaknya kelak akan seperti itu, atau jika ibunya rendah hati maka salah satu anaknya akan memiliki sikap kerendahan hati. Berkaitan dengan ini, Saya kadang bermenung tentang keutamaan-keutamaan yang berkenan di mata Tuhan misalkan keutamaan kerendahan hati Yesus dan Bunda Maria. Semua orang dipanggil untuk memiliki sikap hati seperti ini. Namun agaknya tidak akan menjadi suatu yg sulit bagi orang-orang yang memang diwarisi sikap ini dari orang tuanya, namun betapi begitu sulit bagi yang diwarisakn sikap pemarah, cerewet, iri hati dll yang sudah menjadi ciri kepribadiannya khasnya dll... Pertanyaannya, Apakah kerandahan hati adalah sebuah sikap hati atas usaha seseorang?...seperti apakah sikap kerendahan hati yang hakiki yang dikehendaki Tuhan?,...
Salam Donatus, Kalau kesombongan adalah ibu dari segala dosa, maka kerendahan hati adalah ibu dari segala kebajikan yang lain. Maka St. Agustinus pernah mengatakan bahwa dasar/fondasi kehidupan rohani ada tiga, yaitu 1) kerendahan hati; 2) kerendahan hati, dan 3) kerendahan hati. Artinya kerendahan hati adalah hal yang mutlak perlu bagi semua orang yang mau bertumbuh dalam kehidupan rohani. Hanya dengan kerendahan hati orang dapat bertobat, dan dengan kerendahan hati orang dapat senantiasa bertobat; dan inilah awal bagi seseorang untuk dapat masuk dan bertahan di jalan kekudusan yang membawa ke Surga. Tuhan Yesus sendiri menghendaki agar kita belajar daripada-Nya dan menjadi rendah hati: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat 11:29). Tuhan Yesus juga mensyaratkan kerendahan hati, atau disebutnya sebagai “miskin di hadapan Allah” (artinya bergantung sepenuhnya pada Allah) bagi orang-orang dapat masuk dalam Kerajaan Surga (lih. Mat 5:3).
Selanjutnya tentang kerendahan hati, silakan membaca artikel ini di Katolisitas: www.katolisitas.org/kerendahan-hati-dasar-dan-jalan-menuju-kekudusan/ Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Katolisitas.
Shallom selamat malam pa Stef maaf mau tanya lagi di menit ke 1:23:28 pa Stef bilang yg sudah melalui purgatorium adalah Santo Santa. Sebetulnya kita yg apabila nanti dipanggil dan bisa masuk surga tapi karena kasihnya belum sempurna akan melalui purgatorium dulu setelah sempurna masuk surga dan bukan disebut Santo Santo mungkin ya? 😁 Lalu Santo Santa apa ada kemungkinkan juga untuk masuk purgatorium dulu atau ga mungkin?
@Nat, Intinya adalah semua yang ada di Surga adalah para kudus. Namun, ada para Kudus yang dinyatakan sebagai Santo-Santa oleh Gereja karena mereka telah membuktikan di dalam kehidupannya, bagaimana mereka mengasihi Allah dengan cara yang luar biasa, sehingga bisa menjadi teladan bagi kita semua. Semua Santo-Santa pasti ada di Surga ketika dinyatakan sebagai Santo-Santa, baik masuk ke Surga langsung tanpa melalui Api Penyucian atau melalui Api Penyucian. Semoga dapat menjawab pertanyaan. JMJ - katolisitas
Bagaimana jika tidak percaya berdoa dengan perantaraan bunda Maria dan Para Kudus karena berprinsip doa hanya boleh ditujukan kepada Allah ? Dan berdoa dengan perantaraan bunda Maria dan Para Kudus yg tidak ada di dunia ini mau tidak mau dengan cara berdoa yg hanya boleh ditujukan pada Allah. Berbeda dengan meminta didoakan kepada orang yg masih ada di dunia pasti dengan cara biasa seperti komunikasi dengan manusia biasa, tidak dengan cara berdoa yg hanya boleh ditujukan pada Allah. Bagaimana tanggapannya ?
@the Willy5514 Shalom saudaraku, sy rasa semua yg saudara tanyakan..sdh dijelaskan cukup detail oleh bu Inggrid dan pak Stef di video tsb. Mgkn saudara tdk menontonnya sampai selesai.. Coba ditonton lagi Tuhan memberkati...🙏🙏
Salam TheWilly, Benar bahwa doa ditujukan kepada Allah. Doa dengan pengantaraan para kudus juga mengarahkan doa kita kepada Allah, sehingga pengantaraan Bunda Maria dan para kudus tidak menentang ataupun menyaingi pengantaraan Kristus kepada Allah. Sebab doa kita/ Gereja kepada Bunda Maria atau kepada para orang kudus lainnya tidak pernah sama dengan doa kita kepada Allah. Kepada Allah, kita berkata: "Kabulkanlah doa kami"; sedangkan kepada para kudus, kita berkata, "Doakanlah kami." Kami sedang menyiapkan satu lagi video dengan judul, "Dapatkah Bunda Maria dan Para Kudus mendoakan kita?", Kami akan sampaikan di sana penjelasannya dengan lebih rinci. Mohon kesabarannya. Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Katolisitas.org
Shalom @ The Willy 5514 Maaf ijin membantu utk menjwb. Memang hanya kpd Allah satu2nya kita berdoa. ..nyatakanlah dlm sgala hal keinginanmu KEPADA ALLAH dlm doa...(Flp4:6) contoh saja & dlm keseluruhan Alkitab ada. Logika sederhana hanya kpd Sang Pencipta saja kita berdoa bukan kpd sesama ciptaan betapapun kudusnya tetap ciptaan. Kita menghormati Bunda Maria & org2 kudus dng mohon bantuan doa spt halnya kita minta bantuan doa kpd Romo, ortu, sdr seiman yg kita lihat. Bunda Maria & org2 Kudus sbg pengantara & pendoa syafaat bagi kita yg mohon bantuan doa. Contoh : 1.Doa Salam Maria ...DOAKANLAH kami yg berdosa ini... 2.Novena 3 Salam Maria ..engkau tetap mjd PENGANTARA bagi Puteramu ...sudilah MENERUSKAN sgala permohonanku... 3. Rosario kita berdoa kpd Allah TriTunggal Maha Kudus BERSAMA2 Bunda Maria 4.Bunda Maria berdoa bersama para rasul tentu saja kpd Allah (Kis1:14) 5. Doa Malaikat Tuhan...Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah 6. Doa Ratu Surga...Doakanlah kami pd Allah, alleluya 7. Pernyataan tobat...sy mohon kpd Santa Perawan Maria, kpd para malaikat & org kudus, & kpd sdr sekalian spy MENDOAKAN sy kpd Allah Maaf ini bukan opini sy, sy hanya menunjukkan bukti saja. Doa tdk terikat ruang & waktu. Bunda Maria atau org kudus pasti mengerti & peduli dng permohonan utk bantuan doa. Kita tdk bisa mengukur dng keterbatasan kita sbg manusia yg msh hidup di dunia hrs ketemu dng orgnya, telp atau WA baru tahu Semoga bermanfaat. Salam kenal Tq
@@silviapuspitasari3325 Yeremia 17:10 Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya." Roma 8:27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. Roma 2:16 Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus. Apakah Bunda Maria dan orang Kudus bisa mengetahui yg tersembunyi dalam hati manusia ?
@ The Willy 5514 Mengapa ribet mikirin apakah Bunda Maria &/ org kudus mengerti apa yg ada di hati manusia? Kita memohon bantuan doa kpd Bunda Maria & / org kudus dng menyebutkan intensi kita spt halnya jika kita minta tlg kpd Romo, ortu, sdr seiman pasti kita kasih tahu ujud doanya apa. Bunda Maria sgt mengerti & peduli( Yoh 2:1-11 ). Bunda Maria adalah ibu gereja, ibu kita jg ketika beliau oleh Puteranya diserahkan kpd Yohanes (Yoh 19:27). Tentu saja seorg ibu memahami kebutuhan anak2nya. Bgm cara berkomunikasi di surga kita tdk bisa mikir dng otak manusia dunia misalnya pakai bahasa apa brngkali tanpa kata sdh saling mengerti beyond human knowledge Maaf kalau boleh tahu apakah anda Katolik Roma? Tq GBU
Shalom katrinaja 5622, Nama Hawa dikaitkan dari kata kerja Ibrani 'haya' artinya 'hidup': ibu orang-orang hidup. Benar bahwa dari Adam dan Hawa berasal semua keturunan manusia. Tetapi jangan lupa juga, bahwa karena ketidaktaatan merekalah, umat manusia mewarisi dosa asal. Keputusan mereka untuk memberontak terhadap perintah Allah menyebabkan keterpisahan dari Allah (terusir dari Firdaus). Ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa, Ia mengaruniakan empat prenatural gifts: immortality, immune from suffering, infused knowledge dan integrity (Lih KGK 405, 337). Tetapi ketidaktaatan Adam dan Hawa, menyebabkan hilangnya keempat rahmat itu, dan sebaliknya seluruh umat manusia mewarisi dosa asal yang mendatangkan maut serta concupiscence (kecondongan pada dosa). Dari semuanya itu, Allah berkehendak mendatangkan keselamatan bagi seluruh umat manusia melalui Kristus, Adam baru (Roma 5:12). Bunda Maria disini mengambil peran sebagai Hawa baru, dimana melalui ketaatannya ia melahirkan Juruselamat. Jadi ketidaktaatan Hawa oleh karena terbujuk godaan iblis dikalahkan oleh ketaatan Bunda Maria pada Allah, sehingga semua umat manusia dapat diselamatkan. Tidak salah kita berdoa melalui perantaraan Bunda Maria selaku yang terdepan dari para kudusNya sebagaimana disampaikan di video. Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Chieko Maylani
bu inggrid suaranya seperti malaikat..
Terima kasih atas komentarnya ... Puji Tuhan! Semoga Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria mendoakan kita semua.
Sungguh melalui kegiatan Legio Mariae dan devosi kepada orang-orang kudus, iman dan kecintaan akan Yesus Tuhan dan Gereja-Nya makin bernyala. Terimakasih Pak Stef dan Bu Ing, jaya selalu katolisitas.org 😇
@Katolisitas Terima kasih atas penjelasannya. Sgt setuju & memang ini yg sy mksdkan yaitu memohon bantuan doa Bunda Maria & org2 kudus sbg pengantara & pendoa syafaat bagi kita.
Utk berdoa kpd leluhur yg sdh meninggal jelas dilarang. Apalah manusia berdosa sampai kepedean menganggap diri sdh mjd org kudus. Memang selama hidup di dunia kejarlah kekudusan (Ibr12:14)
Justru kita yg mendoakan mrk yg sdh meninggal.
Tq GBU
Salam Silvia,
Tentang doa kepada leluhur. Mari kita lihat prinsip dasarnya. Telah disebutkan, Gereja mengajarkan kita boleh berdoa/ memohon kepada orang kudus agar mendoakan kita. Gereja mengajarkan bahwa orang kudus yang bisa mendoakan kita ini adalah mereka yang sudah berada di Surga (lih. KGK 956). Orang-orang kudus di sini tidak terbatas pada mereka yang sudah dikanonisasi, tetapi semua orang yang sudah bersatu dengan Allah di Surga. Kita tidak tahu dengan pasti apakah leluhur kita sudah termasuk di antara para kudus ini. Kalau mereka sudah bersatu dengan Allah di Surga, mereka termasuk dalam bilangan para kudus yang dapat mendoakan kita. Bagaimana kalau mereka belum berada di Surga, atau masih di Api Penyucian? Katekismus mengatakan:
KGK 958 Persekutuan dengan yang telah meninggal. "Gereja kaum musafir menyadari sepenuhnya persekutuan dalam seluruh Tubuh Mistik Kristus itu. Sejak masa pertama agama kristiani, Gereja dengan sangat khidmat merayakan kenangan mereka yang telah meninggal. Dan karena inilah suatu pikiran yang mursyid dan saleh: mendoakan mereka yang meninggal supaya dilepaskan dari dosa-dosa mereka (2 Mak 12:45), maka Gereja juga mempersembahkan kurban-kurban silih bagi mereka" (LG50).Doa kita untuk orang-orang yang sudah meninggal tidak hanya membantu mereka sendiri: Kalau mereka sudah dibantu, doa mereka pun akan berdaya guna bagi kita. (Our prayes for them is capable not only of helping them, but also making their intercession for us effective)
Artinya, karena kasih Kristus telah mengikat kita sebagai sesama anggota Kristus, dan ikatan ini melampaui maut, maka tetap ada persekutuan antara kita yang di dunia ini dengan yang sudah meninggalkan dunia ini. Kalau kita berdoa untuk mereka yang sudah meninggal, maka itu akan berakibat 2 hal: 1) membantu mereka untuk dapat sampai ke Surga, namun juga, 2) doa-doa kita akan membuat doa-doa mereka bagi kita menjadi berdaya guna. Jadi tentu saja kita tidak memohon kepada leluhur supaya mengabulkan doa kita, sebab yang mengabulkan doa tetap adalah Allah. Tetapi kalau kita mendoakan mereka, maka atas kehendak Allah, Allah pun dapat mengabulkan doa-doa mereka bagi kita di dunia. Tidak disebutkan di sini apakah doa-doa mereka menjadi berdayaguna setelah mereka sampai di Surga, atau bahkan ketika mereka masih di Api Penyucian pun, doa mereka dapat berdayaguna, kalau kita mendoakan mereka.
Maka ada 2 pandangan tentang hal ini: 1) St. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian hanya bisa kita doakan dan mereka tidak bisa mendoakan kita (Summa Theologica II-II, 83.11). Baru setelah mereka sampai di Surga, mereka bisa mendoakan kita. 2) St. Katarina dari Bologna, St. Robertus Bellarminus dan St. Alphonsus Liguori tidak sependapat dengan St. Thomas. Dalam bukunya “Great Means of Salvation”, ch. I, III, 2, St. Alphonsus Liguori berkata: “... maka jiwa-jiwa di Purgatorium, yang dikasihi Allah dan diteguhkan dalam rahmat, telah pasti tidak memiliki halangan yang menghindari mereka untuk berdoa bagi kita. Tapi Gereja tidak memohon kepada mereka atau meminta bantuan dukungan doa mereka, sebab mereka secara umum tidak mengetahui doa-doa kita. Tetapi kita dapat dengan saleh percaya bahwa Allah membuat doa-doa kita dapat diketahui oleh mereka." Lalu St. Alphonsus mengutip St. Katarina dari Bologna (seorang mistik di abad ke-15) yang mengatakan bahwa kapanpun ia mempunyai permohonan ia segera memohon kepada jiwa-jiwa di Api Penyucian [untuk didoakan], dan dengan segera doanya dikabulkan.
Jadi dari kesaksian para orang kudus ini, Gereja memang mengizinkan kita untuk berpegang kepada 2 pendapat ini (yang dari St. Thomas maupun dari St. Alphonsus). Tidak ada yang sesat dari kedua pandangan ini, karena kalaupun kita memohon kepada jiwa-jiwa itu, maksudnya adalah agar mereka mendoakan kita dan bukan mereka yang mengabulkan doa-doa kita. Ini prinsipnya tetap sama seperti kita meminta dukungan doa dari para kudus yang di Surga.
Nah, maka kalau mau disebut sebagai masalah di sini, adalah: maaf, kita tidak tahu persis apakah leluhur kita yang meninggal pasti berada dalam keadaan rahmat, sehingga mereka meninggal sebagai anggota Kristus. Jika tidak, memang kita tidak bisa meminta dukungan doa syafaat, karena mereka ada dalam keadaan memisahkan diri dari Allah. Tetapi kalau mereka meninggal dalam keadaan rahmat, apalagi hidupnya saleh dan benar semasa hidup di dunia, ada besar kemungkinan mereka ada dalam bilangan anggota Tubuh Mistik Kristus. Dan karena itu doa-doa kita akan berguna bagi mereka; dan oleh seizin Allah, doa-doa mereka dapat juga berguna bagi kita.
Demikian yang bisa kami sampaikan. Memang benar, selama kita hidup di dunia ini kita berjuang untuk bertumbuh dalam kekudusan, sebab dikatakan, hanya dengan kekudusan itulah kita akan melihat Allah (lih. Ibr 12:14).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Katolisitas
@ Katolisitas Terima kasih atas tanggapannya. Dng hormat ijin merespon ulang :
1. Referensi yg disebutkan St Thomas Aquinas abad 13 & St Katarina dr Bologna abad15 sdh jauh dr Gereja jaman para rasul. Ilmu sekuler memang hrs sll update sesuai perkembangan jaman, ttp tdk utk ajaran iman.
2. Gereja Katolik pegang 2 opini pribadi & tdk memutuskan salah satu, secara logika sederhana tdk mungkin ke 2 nya sama2 benar.
Pengalaman pribadi tdk dpt digeneralisasikan.
3. Kita asumsi bhw meninggal dlm rahmat, itu mnrt opini pribadi manusia. Manusia sgt terbatas hanya bisa melihat dari luar. Allah melihat hati. Penghakiman adalah hak Allah.
Paling aman kita murni mendoakan mrk yg sdh meninggal krn kita mengasihi mrk tanpa pretensi apapun.
Memang tdk semua yg berhubungan dng iman dpt dijelaskan dng logika.
Maaf dng segala kerendahan hati sy tdk ingin berdebat. Apa gunanya kita jago debat di medsos ttp gaya hidup kita tdk menyerupai Tuhan Yesus Kristus.
Harap tdk diperpanjang lagi. Maaf kalau salah.
Sekali lg terima kasih atas waktu, perhatian, & tanggapannya.
Tq GBU
@@silviapuspitasari3325 Salam Silvia,
Forum ini memang bukan dimaksudkan untuk berdebat. Kami hanya berkomitmen, untuk menyampaikan apa yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik, agar dapat dipahami dengan lebih baik oleh umat Katolik. Nah, untuk maksud ini, kami masih perlu membalas tulisan Anda, bukan karena ingin mendebat Anda, tetapi kami ingin melengkapi tulisan kami terdahulu, supaya tidak menimbulkan salah paham kepada semua yang membaca tanya jawab ini.
1. Gereja Katolik tidak mendasari ajaran pada opini pribadi. Ajaran tentang adanya persekutuan para kudus itu disebut dalam Syahadat para rasul (Credo), dan implikasinya adalah adanya ikatan untuk dapat saling mendoakan antara sesama umat beriman, baik yang di dunia maupun dengan umat beriman yang sudah beralih dari dunia ini. Ajaran ini diajarkan oleh para Bapa Gereja dan sudah ada sejak jemaat abad awal dan bukan baru muncul di abad ke 13 dan 15. Silakan membacanya terlebih dulu di artikel ini:
www.katolisitas.org/apakah-jemaat-perdana-percaya-akan-persekutuan-para-kudus/
Jadi Anda benar, bahwa ajaran iman itu tidak sama dengan ilmu sekuler yang selalu diupdate dan diperbaiki karena bisa salah dan karena itu direvisi. Pada ajaran iman, yang terjadi adalah: yang dahulu dipegang sebagai kebenaran itu selalu benar. Jika ada perkembangan, maksudnya adalah kebenaran itu dijabarkan, dibuat menjadi semakin jelas dan rinci, tetapi tidak menentang kebenaran yang sudah disampaikan sebelumnya.
2. Tentang doa kepada leluhur, Gereja berpegang pada prinsip umum yaitu: 1) Adalah boleh dan berguna, jika kita memohon kepada orang kudus di Surga untuk mendoakan kita/ berdoa syafaat bagi kita (De fide). 2) Kita yang masih berziarah di dunia dapat membantu jiwa-jiwa di Api Penyucian dengan doa-doa syafaat kita (De fide). 3) Jiwa-jiwa di Api Penyucian dapat berdoa syafaat bagi Gereja/ Tubuh Mistik Kristus (Sententia probabilis).
Pernyataan yang ketiga ini tidak/ belum dinyatakan sebagai pernyataan De fide, namun tetap dinyatakan sebagai kebenaran (affirmative), yaitu bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian bisa berdoa bagi Gereja, sebab mereka pun adalah anggota Gereja, sama seperti kita di dunia ini. Di Api Penyucian, mereka sedang dimurnikan dari cinta diri, dan justru dengan mendoakan sesamanya lah jiwa-jiwa itu bisa semakin murni mencintai Kristus. Sinoda Vienna 1858 mengajarkan bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian dapat mendoakan kita dengan doa-doa mereka.
Pernyataan KGK 958 tetap sesuai dengan ajaran ini. Nah, bahwa St. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian tidak dapat mendoakan kita, itu didasari oleh pandangannya bahwa mereka tidak mengetahui doa-doa kita di dunia, dan karena mereka sedang menjalani siksa sementara akibat dosa (lih. Summa Theologica II-II, 83, 11.3; II-II 83, 4.3). Namun sejumlah orang kudus lainnya, seperti St. Robertus Bellarminus dan St. Katharina dari Bologna, tidak sependapat dengan St. Thomas Aquinas tentang hal ini. Menurut St. Bellarminus dan St. Katharina, Allah dapat mengizinkan jiwa-jiwa di Api Penyucian ini untuk mengetahui permohonan kita dan turut mendoakannya.
St. Thomas Aquinas sendiri adalah seorang yang sangat rendah hati. Sesaat sebelum wafatnya, ia berkata: “Aku menyembah-Mu Allahku dan Penebusku... yang untuk kehormatan-Nya aku telah belajar, bekerja, berkhotbah dan mengajar... Aku berharap bahwa aku tidak pernah mengemukakan ajaran apapun yang tidak kupelajari dari-Mu... Andaikan menurut ketidaktahuan, aku telah melakukan sebaliknya, aku menarik kembali setiap ajaran itu, dan menyerahkan semua tulisanku kepada penilaian Gereja Roma yang kudus....”
Mari kita juga memiliki sikap seperti St. Thomas Aquinas ini. Kita menerima apa yang sudah dinyatakan oleh Gereja, dan tidak mempermasalahkan apa yang tidak dipermasalahkan oleh Gereja. Kalau Anda tidak merasa ‘pas’ untuk memohon agar leluhur Anda mendoakan Anda, itu tidak apa-apa. Gereja tidak mengharuskan kita untuk itu. Tetapi kalau ada orang lain, yang selain dari mendoakan juga memohon doa kepada leluhur/ pendahulunya, itu juga tidak dilarang oleh Gereja. Ini sudah dilakukan oleh St. Gregorius Nazianza, saat meminta doa syafaat ayahnya yang sudah meninggal, “Ya, saya diyakinkan bahwa doa syafaat [ayah saya] sekarang lebih berguna daripada pengajarannya di hari-hari terdahulu, sebab kini ia lebih dekat kepada Tuhan, bahwa ia telah menanggalkan keterbatasan tubuhnya, dan membebaskan pikirannya dari tanah liat yang dulu mengaburkannya, dan kini mengadakan pembicaraan yang terus terang dengan Sang Pikiran [yaitu Allah] yang utama dan murni, yang telah diangkat... ke tingkatan dan keyakinan seorang malaikat” (St. Gregory Nazianzen, Oration 18:4). Yang penting diketahui di sini, kita tidak menganggap bahwa para leluhur itu dapat mengabulkan doa-doa kita, sebab yang mengabulkan doa, tetap adalah Tuhan. Jiwa-jiwa tersebut hanya dapat mendoakan, seperti yang juga dapat dilakukan secara lebih besar kuasanya, oleh para kudus yang sudah dibenarkan Allah (lih. Yak 5:16) di Surga.
Namun di atas semua itu, Anda benar, yang terutama, memang adalah doa kepada Allah. Memohon doa syafaat orang lain (baik dari sesama yang masih hidup maupun yang sudah beralih dari dunia ini), bukanlah yang utama, apalagi sampai menggeserkan posisi doa kepada Tuhan. Namun memohon doa syafaat orang-orang kudus yang di Surga, dapat mengingatkan kita bahwa kalau kita sampai di Surga kelak, kitapun akan memuji Tuhan dan berdoa bagi sesama kita yang masih berziarah di dunia.
3. Anda benar bahwa kita tidak bisa mengasumsikan bahwa semua orang meninggal dalam keadaan rahmat. Tetapi sebaliknya, juga kita tidak bisa mengasumsikan bahwa semua orang atau kebanyakan orang yang meninggal tidak dalam keadaan rahmat. Gereja Katolik sudah memberikan banyak tanda dan sarana, agar umat beriman dapat meninggal dalam keadaan rahmat. Maka ada sakramen Tobat, sakramen Urapan Orang sakit yang dapat pula memberikan viaticum (sakramen Ekaristi sebagai bekal terakhir untuk beralih dari kehidupan di dunia ini), adapula indulgensi dan doa-doa devosi yang dapat membantu orang untuk menghadapi kematian dalam keadaan rahmat dan dengan demikian, kematian yang membahagiakan.
Selanjutnya, sebagai tanda kasih kita kepada orangtua/ kerabat/ sahabat yang telah meninggal, kita mendoakan jiwa mereka, agar mereka memperoleh kerahiman Allah dan digabungkan dalam Kerajaan Surga. Memohon agar mereka mendoakan kita, bukanlah bentuk pretensi; sama seperti kalau ada orang meminta kita mendoakannya, tidak berarti bahwa orang tersebut berpretensi terhadap kita.
Demikianlah, Silvia, tanggapan kami. Pembicaraan di sini bukan untuk mencari siapa yang menang atau kalah, tetapi untuk sama-sama menggali apa yang diajarkan oleh Gereja kepada kita, dan semoga kita memiliki keterbukaan hati untuk menerimanya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Katolisitas
@ Katolisitas. Terima kasih atas pencerahannya.
Dng segala hormat ijin klarifikasi :
1. Mksdnya justru sy mengimani persekutuan para kudus mk sy mencari referensi ajaran para Bapa Gereja awal yg diterus sampaikan kpd gereja ( 2 Tes 2:15 )
Tertulianus mengajarkan dipersembahkan misa utk mendoakan pd peringatan hr meninggalnya tiap th. St Cyril dr Yerusalem memasukkan doa2 utk org2 yg sdh meninggal dlm perayaan Ekaristi. St Yohanes Krisostomos & St Agustinus mengajarkan mendoakan jiwa org2 yg meninggal dng derma.
Artinya kita MENDOAKAN mrk bukan berdoa melalui perantaraan mrk apalg berdoa kpd mrk. Jauh panggang dr api.
2. Percaya kpd pernyataan St Thomas A sbg opini pribadi juga St Katarina & St Gregorius sbg pengalaman pribadi. Dlm hal ini tdk bisa digeneralisasikan
3. Akar mslhnya hanya pd asumsi, krn tdk ada kepastian bgm kita bisa berdoa dng yakin??? Memang doa org yg benar, bila dng YAKIN didoakan...( Yak 5:16 )
Apakah kita boleh & layak bertindak sbg hakim utk menentukan seseorg itu meninggal dlm rahmat? Kita hanya melihat dr yg kelihatan mata saja pdhal manusia itu terdiri dr roh, jiwa, & raga. Roh & jiwa di luar ranah pengetahuan manusia. Dalam lautan dpt diduga dlm hati siapa tahu. Penghakiman adalah hak absolut Allah. Lg pula utk apa rempong minta doa kpd mrk yg sdh meninggal bukankah ini salfok? Bukannya sy tdk nyaman Doa pakai iman bukan perasaan. Lebih luas lg hidup pakai iman bukan perasaan. Jika pakai perasaan ibarat roller coaster.
Landasan iman kita Tuhan Yesus Kristus. Apa yg kita butuhkan dlm hidup ini yg tdk dpt diberikan olehNya?
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu mnrt kekayaan & kemuliaanNya dlm Kristus Yesus ( Flp 4:19 ). Inilah yg kita imani.
Sy hanya quote rasul Paulus bukan opini sy
Sy sdh konfirmasi ke Romo pembimbing rohani. Confirmed bhw kita hanya mendoakan org2 yg sdh meninggal sesuai ajaran para Bapa Gereja awal.
Konklusi "pokoknya imani saja" absurd. Manusia dikaruniai akal budi. Spt halnya munculnya bidat Unitarian vs Trinitas yg viral blkngan ini bgm kita sbg apologet ( 1 Ptr 3:15 ) menjelaskannya tdk mungkin dng jargon " pokoknya imani saja". Memang ada hal2 yg hanya bisa diimani contoh transubstansi
Dng segala kerendahan hati mohon maaf jika salah
Tq GBU
@@silviapuspitasari3325
Salam Silvia,
Terima kasih atas komentarnya. Ini adalah komentar kami yang terakhir tentang topik ini. Topik ini Anda ajukan karena ada pertanyaan dapatkah meminta doa kepada leluhur untuk mendoakan kita. (Tentang kita yang di dunia ini mendoakan jiwa-jiwa leluhur yang meninggal, sudah tidak perlu dipermasalahkan, karena memang doa-doa kita sangat berguna bagi mereka). Tetapi tentang persekutuan antara kita dengan mereka yang sudah meninggal, kami menjawab bahwa intinya adalah: yang dapat mendoakan kita secara pasti adalah para santo-santa di Surga, yang artinya telah dinyatakan secara resmi oleh Gereja. Namun, ada orang-orang yang menganggap bahwa orang lain yang telah meninggal sungguh baik sekali dalam hidupnya (sebagai contoh: St. Gregorius Nazianza menganggap ayahnya demikian, dan ia yakin bahwa ayahnya telah lebih dekat kepada Allah), sehingga dapatlah jiwa-jiwa itu mendoakan kita yang di dunia. Katekismus KGK 958 juga secara implisit menyatakan kemungkinan ini pada saat menjelaskan tentang persekutuan dengan orang-orang yang sudah meninggal. Karena di sana disebutkan, doa-doa kita bisa membantu orang-orang yang sudah meninggal (berarti ini jiwa-jiwa yang di Api Penyucian, sebab kalau jiwa-jiwa di Surga sudah tidak perlu kita bantu dengan doa-doa kita), namun pada saat bersamaan doa-doa kita dapat membuat doa-doa mereka bagi kita menjadi berdaya guna. Hal bahwa jiwa-jiwa di Purgatorium dapat mendoakan Gereja (yaitu kita semua), diajarkan oleh Sinoda Vienna 1858, Sinoda Utrecht 1865 dan Paus Leo XIII (lih. Fundamentals of Catholic Dogma, Ludwig Ott, p. 323). Tetapi tidak ada keharusan bagi kita untuk memohon doa kepada jiwa-jiwa di Api Penyucian agar mereka mendoakan kita, sebab dalam sejarah, terdapat perbedaan pandangan tentang hal ini, yang tadi di atas sudah disebutkan. Marilah kita terima saja apa adanya kenyataan ini.
Tidak ada yang menyatakan kepada Anda, bahwa pokoknya imani saja. Menerima apa adanya bukan berarti pokoknya imani saja. Kita hanya diundang untuk menerima bahwa ada perbedaan pemahaman pelaksanaan untuk suatu pernyataan ajaran, yang kedua-duanya diterima oleh Gereja. Artinya: 1) kita boleh hanya mendoakan jiwa-jiwa di Api Penyucian, tetapi juga: 2) kita boleh juga memohon agar Allah mengizinkan mereka mendoakan kita atau dengan kata lain, memohon mereka mendoakan kita.
Demikianlah, Silvia, tanggapan kami yang terakhir. Kami akhirnya harus menutup diskusi ini, karena sudah berlarut-larut, dan karena kami masih harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lain dan mempersiapkan video berikutnya Mohon maaf, kami tidak dapat menanggapi lebih lanjut tentang topik ini.
Semoga dapat dimengerti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Katolisitas
Tqvm Pak Stef dan Bu Inggerid dr Miri,Sarawak,Malaysia
Terima kasih pak Stef dan bu Inggrid.
Amin
Berdoa melalui perantara bunda maria dan para santo/santa itu bisa jadi benar bisa jadi juga salah alias abu2 yg setuju punya argumennya dan yg tidak setuju juga punya argumennya
Jadi berdoalah langsung kepada Tuhan Yesus karna tidak ada seorangpun yg bisa datang kepada bapa jika tidak melalui Yesus..
Dan itu sudah pasti tidak salah
Maka berdoalah langsung kepada Yesus yg sudah pasti benar 😇
Kalau mau lihat contoh orang orang dalam sejarah kekristenan dan dekat dengan Bunda Maria, lihatlah para Kudus. Coba Anda baca beberapa kisah hidup mereka, seperti St. Agustinus, St. Thomas Aquinas, St. Bunda Teresa dari Kalkuta.
@@katolisitas_official yaa menjadikan bunda maria sebagai teladan itu hal yg baik karna memang bunda maria adalah contoh teladan bagi kita sebagai manusia yang di pakai Tuhan yg di pilih Tuhan sesuai dengan perannya...karna semua orang yg di pilih Tuhan punya keistimewaannya masing2...tetapi satu2nya dan hanya satu perantara yaitu Tuhan Yesus yang maha kuasa maka mintalah dan berdoalah kepada yg maha kuasa sebab doa kita di kabulkan itu otoritas sang maha kuasa😇
Coba lihat doa doa dari Santo Santa dan efek dari doa doanya dalam kehidupan mereka dan kasih mereka kepada Kristus.
Shalom Pak Stef & Ibu Ingrid. Terima kasih atas katekesenya yg meneguhkan.
Hanya sdk "terusik" dng jawaban Pak Stef ttg apakah blh berdoa KEPADA leluhur yg sdh meninggal. Mengapa Pak Stef tdk secara tegas mengatakan tdk boleh? Bukankah kita berdoa hanya KEPADA Allah saja. Berdoa Rosario & Novena 3 Salam Maria juga berdoa KEPADA Allah dng perantaraan Bunda Maria.
Sy sgt setuju dng kata2 Ibu Ingrid bhw skisma itu melawan kasih. Kasih itu memberi & mengampuni. Dlm video seblmnya dikatakan Gereja Orthodox itu sister church. Jika dlm keluarga tjd saling memisahkan diri 2 pihak punya andil. Juga ada jawaban bhw Gereja Orthodox tdk tergabung sepenuhnya dlm Gereja Katolik. Pdhal gereja mula2 jaman para rasul sd tjd skisma th 1054 hanya ada satu2nya. Bukankah ini fakta sejarah yg evidence based?
Terima kasih seblmnya
GBU
@Silvia Puspitasari,
Mungkin artikel di katolisitas ini dapat menjelaskan hal ini
Sejumlah orang menyangka, bahwa dengan Gereja berdoa kepada Bunda Maria, artinya Gereja menyembah Maria. Biasanya yang dijadikan referensi adalah pernyataan Katekismus: “Bertitik tolak dari turut serta Maria yang unik dalam karya Roh Kudus, Gereja-gereja telah mengembangkan doa *kepada* Bunda Allah yang kudus. Mereka mengarahkan doa ini seluruhnya kepada Kristus, sebagaimana Ia menyatakan diri dalam misteri-misteri-Nya…”[1]
Namun meskipun disebutkan bahwa Gereja berdoa kepada Bunda Maria, tidak berarti bahwa Gereja menyembahnya. Sebab juga di paragraf yang sama, Katekismus menjelaskan perbedaannya. Yaitu bahwa dalam doa-doa Gereja yang berkenaan dengan Bunda Maria terdapat dua hal: 1) memuliakan Tuhan yang telah melakukan karya besar dalam diri Bunda Maria; dan 2) mempercayakan kepada Bunda Maria segala permohonan dan pujian kita kepadanya, karena Yesus Putra Allah telah berkenan menyatukan diri dengannya. Gereja tak pernah menyembah Bunda Maria, namun Gereja menghormati dan memujinya, karena Allah telah memilih Maria untuk menjadi Bunda-Nya.
Berikut ini adalah kelanjutan dari paragraf yang sama: “Dalam himne dan antifon yang tidak terhitung jumlahnya, yang menyatakan doa ini, biasanya dua gerakan berganti-ganti: yang satu memuja Tuhan untuk “hal-hal besar” yang Ia lakukan kepada abdi-Nya yang rendah hati, dan melalui dia untuk semua manusia (Bdk. Luk 1:46-55); yang lain mempercayakan kepada Bunda Yesus, segala permohonan dan pujian anak-anak Allah, karena ia mengetahui kodrat manusia, yang dengannya Putera Allah telah bersatu di dalam dia.”[2]
Nah, bahwa doa Gereja dapat ditujukan kepada Allah dan juga kepada Bunda Maria, dijelaskan dalam definisi doa. Gereja, mengutip St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus, mengajarkan bahwa doa adalah: “Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan.”[3] Suatu pandangan ke Surga ini menghubungkan kita dengan Allah, dan para kudus-Nya yang telah bersatu dengan-Nya di Surga. Maka doa-doa kita pertama-tama memang ditujukan kepada Allah, namun dapat kepada para kudus-Nya, secara khusus Bunda Maria yang memang selalu berada dalam kesatuan dengan Kristus Putranya.
Dengan demikian tidak ada yang salah dengan pernyataan St. Paus Yohanes Paulus II, “…. Semoga Perawan Maria yang terberkati mendengarkan setiap doamu.”[4] Sebab dalam kesatuan dengan Kristus di Surga, Bunda Maria dapat saja menerima karunia untuk dapat mendengarkan doa-doa kita. Jangan kita lupa, bahwa adalah janji Allah sendiri, bahwa jika kita telah memandang Dia dalam Kerajaan Surga, kita akan menjadi sama seperti Dia (lih. 1Yoh 3:2).
[1] KGK 2675
[2] KGK 2675.
[3] KGK 2558, mengutip Teresia dari Kanak-kanak Yesus, ms. autob. 25r
[4] Message of John Paul II, dibacakan oleh H. E. Msgr. Francesco Marchisano, Grotto of our Lady of Lourdes in the Vatican Gardens, Saturday, 31 May 2003.
@Katolisitas
Terima kasih atas perhatian & waktunya utk menjwb.
1.Doa hanya kpd Allah satu2nya. Kita tdk blh menduakan Allah. Menghormati tdk berarti kita berdoa kpd Bunda Maria
Bunda Maria & para Kudus sbg perantara doa / pendoa syafaat bagi kita.
Krnnya, kalau permohonan ini benar2 sesuai dng kehendak Puteramu, dng sgt aku mohon, o bunda, sudilah MENERUSKAN segala permohonanku ini ke hadirat Putramu, yg pasti tak akan menolakmu ( quote dr Novena 3 Salam Maria )
Berdoa kpd leluhur yg sdh meninggal jelas dilarang, justru kita mendoakan mrk.
2. Ttg sejarah gereja
Sebab tdk ada sesuatu yg tersembunyi yg tdk akan dinyatakan,.. ( Luk8:17 )
Maaf tdk bermksd utk berdebat. Dng segala kerendahan hati kiranya ckp sekian.
Tq GBU
@Silvia Puspitasari Izinkan kami memperjelas tanggapan kami. Kita harus membedakan makna kata berdoa "kepada" Tuhan dan berdoa "kepada" orang kudus. Sebab dengan "berdoa kepada Tuhan" kita tahu bahwa Tuhan adalah tujuan akhir doa kita. Sedangkan doa "kepada" orang kudus maksudnya adalah agar orang kudus itu mendoakan kita kepada Tuhan. Tetapi tetap kata "kepada" sama-sama dipakai. Di dokumen resmi ajaran Gereja Katolik (dalam Katekismus dan surat ensiklik/ surat apostolik Bapa Paus), juga disampaikan demikian. Maka kalau doa kepada Tuhan, kita berkata: "Kabulkanlah doa kami"; sedangkan kepada para kudus, kita berkata, "Doakanlah kami." Memang lebih baik kita katakan berdoa kepada Tuhan melalui atau dengan Bunda Maria (Praying to Christ with Mary), seperti dikatakan oleh St. Paus Yohanes Paulus II dalam surat apostoliknya, Rosarium Virginis Mariae, sub judul paragraf 16. Tetapi di paragraf itu juga dikatakan, "the Churches developed their prayer to the Holy Mother of God, centering it on the person of Christ manifested in his mysteries.... Insistent prayer to the Mother of God is based on confidence that her maternal intercession can obtain all things from the heart of her Son." (Terjemahannya: “Gereja-gereja mengembangkan doa-doa mereka *kepada* Bunda Allah yang kudus, dengan memusatkannya pada pribadi Kristus yang dinyatakan dalam misteri-misteri-Nya... Doa yang terus menerus *kepada* Bunda Allah berdasarkan atas keyakinan bahwa doa syafaat keibuannya dapat memperoleh segala sesuatu dari hati Putranya...”) Ini serupa juga dengan yang dikatakan di Katekismus Gereja Katolik (KGK 2677): “Kalau kita *memohon kepada Maria* supaya mendoakan kita, kita mengakui diri sebagai orang berdosa dan berpaling kepada "Bunda kerahiman", yang kudus seutuhnya…” Jadi doa “kepada Bunda Maria (atau kepada orang kudus)” maksudnya adalah agar ia mendoakan kita, berbeda dengan doa “kepada Tuhan” yang maksudnya agar Tuhan mengabulkannya atau berkenan kepada pujian/ penyembahan kita.
Dengan pemahaman ini kita tahu, sama sekali tidak ada maksud menduakan Allah di sini dengan penggunaan kata "kepada", sebab artinya berbeda. Seperti halnya kita kita berbicara kepada pimpinan dan bicara kepada para pembantunya, sama-sama "bicara kepada" tetapi kita sudah tahu maksudnya, bahwa kalau pimpinan itu punya kuasa, sedangkan para pembantunya hanya menyampaikan permohonan kita kepada sang pimpinan.
Kami sedang menyiapkan satu lagi video dengan judul, "Dapatkah Bunda Maria dan Para Kudus mendoakan kita?", Kami akan sampaikan di sana penjelasannya dengan lebih rinci. Mohon kesabarannya.
Akhirnya, bentuk kerendahan hati bagi kita umat Katolik adalah menerima pengajaran Gereja/ Magisterium dengan hati yang lapang. Kalau kita belum paham, kita tidak berkeras dengan pandangan kita sendiri, namun mau mendengarkan apa yang dimaksud oleh Gereja dengan pernyataan ajarannya. Sebab jika diperhatikan, semua ada penjelasannya dan dapat diterima dengan akal sehat kita, dan sesuai juga dengan keseluruhan ajaran iman kita, baik yang ditulis dalam Kitab Suci, maupun yang diajarkan oleh para Bapa Gereja.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Katolisitas.org
Shalom @Katolisitas.
Ijin menanggapi "menerima pengajaran Gereja dng lapang hati". Justru utk sampai kpd pengertian/pemahaman itu perlu pengajar yg kompeten, profesional, & berdedikasi tinggi spt Pak Stef & Ibu Ingrid krn kami bukan taat buta. Dan di atas segalanya dng kerendahan hati mohon Roh Kudus menerangi akal budi kita
Sekali lg terima kasih atas penjelasannya terutama yg terakhir ini yg to the point, ternyata mksd kita sama hanya beda dlm kata2.
Tq GBU
Secara biologis, kita ketahui adanya pewarisan sifat dari orang tua kepada anaknya. Jika bapaknya memiliki kepribadian yang keras, pasti salah satu anaknya kelak akan seperti itu, atau jika ibunya rendah hati maka salah satu anaknya akan memiliki sikap kerendahan hati. Berkaitan dengan ini, Saya kadang bermenung tentang keutamaan-keutamaan yang berkenan di mata Tuhan misalkan keutamaan kerendahan hati Yesus dan Bunda Maria. Semua orang dipanggil untuk memiliki sikap hati seperti ini. Namun agaknya tidak akan menjadi suatu yg sulit bagi orang-orang yang memang diwarisi sikap ini dari orang tuanya, namun betapi begitu sulit bagi yang diwarisakn sikap pemarah, cerewet, iri hati dll yang sudah menjadi ciri kepribadiannya khasnya dll... Pertanyaannya, Apakah kerandahan hati adalah sebuah sikap hati atas usaha seseorang?...seperti apakah sikap kerendahan hati yang hakiki yang dikehendaki Tuhan?,...
Salam Donatus,
Kalau kesombongan adalah ibu dari segala dosa, maka kerendahan hati adalah ibu dari segala kebajikan yang lain. Maka St. Agustinus pernah mengatakan bahwa dasar/fondasi kehidupan rohani ada tiga, yaitu 1) kerendahan hati; 2) kerendahan hati, dan 3) kerendahan hati. Artinya kerendahan hati adalah hal yang mutlak perlu bagi semua orang yang mau bertumbuh dalam kehidupan rohani. Hanya dengan kerendahan hati orang dapat bertobat, dan dengan kerendahan hati orang dapat senantiasa bertobat; dan inilah awal bagi seseorang untuk dapat masuk dan bertahan di jalan kekudusan yang membawa ke Surga.
Tuhan Yesus sendiri menghendaki agar kita belajar daripada-Nya dan menjadi rendah hati:
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat 11:29).
Tuhan Yesus juga mensyaratkan kerendahan hati, atau disebutnya sebagai “miskin di hadapan Allah” (artinya bergantung sepenuhnya pada Allah) bagi orang-orang dapat masuk dalam Kerajaan Surga (lih. Mat 5:3).
Selanjutnya tentang kerendahan hati, silakan membaca artikel ini di Katolisitas:
www.katolisitas.org/kerendahan-hati-dasar-dan-jalan-menuju-kekudusan/
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Katolisitas.
Shallom selamat malam pa Stef maaf mau tanya lagi di menit ke 1:23:28 pa Stef bilang yg sudah melalui purgatorium adalah Santo Santa. Sebetulnya kita yg apabila nanti dipanggil dan bisa masuk surga tapi karena kasihnya belum sempurna akan melalui purgatorium dulu setelah sempurna masuk surga dan bukan disebut Santo Santo mungkin ya? 😁
Lalu Santo Santa apa ada kemungkinkan juga untuk masuk purgatorium dulu atau ga mungkin?
@Nat,
Intinya adalah semua yang ada di Surga adalah para kudus. Namun, ada para Kudus yang dinyatakan sebagai Santo-Santa oleh Gereja karena mereka telah membuktikan di dalam kehidupannya, bagaimana mereka mengasihi Allah dengan cara yang luar biasa, sehingga bisa menjadi teladan bagi kita semua.
Semua Santo-Santa pasti ada di Surga ketika dinyatakan sebagai Santo-Santa, baik masuk ke Surga langsung tanpa melalui Api Penyucian atau melalui Api Penyucian. Semoga dapat menjawab pertanyaan.
JMJ - katolisitas
Hallo baik terimakasih sudah sangat jelas 🙏
Bagaimana jika tidak percaya berdoa dengan perantaraan bunda Maria dan Para Kudus karena berprinsip doa hanya boleh ditujukan kepada Allah ? Dan berdoa dengan perantaraan bunda Maria dan Para Kudus yg tidak ada di dunia ini mau tidak mau dengan cara berdoa yg hanya boleh ditujukan pada Allah.
Berbeda dengan meminta didoakan kepada orang yg masih ada di dunia pasti dengan cara biasa seperti komunikasi dengan manusia biasa, tidak dengan cara berdoa yg hanya boleh ditujukan pada Allah.
Bagaimana tanggapannya ?
@the Willy5514
Shalom saudaraku, sy rasa semua yg saudara tanyakan..sdh dijelaskan cukup detail oleh bu Inggrid dan pak Stef di video tsb. Mgkn saudara tdk menontonnya sampai selesai..
Coba ditonton lagi
Tuhan memberkati...🙏🙏
Salam TheWilly,
Benar bahwa doa ditujukan kepada Allah. Doa dengan pengantaraan para kudus juga mengarahkan doa kita kepada Allah, sehingga pengantaraan Bunda Maria dan para kudus tidak menentang ataupun menyaingi pengantaraan Kristus kepada Allah. Sebab doa kita/ Gereja kepada Bunda Maria atau kepada para orang kudus lainnya tidak pernah sama dengan doa kita kepada Allah. Kepada Allah, kita berkata: "Kabulkanlah doa kami"; sedangkan kepada para kudus, kita berkata, "Doakanlah kami."
Kami sedang menyiapkan satu lagi video dengan judul, "Dapatkah Bunda Maria dan Para Kudus mendoakan kita?", Kami akan sampaikan di sana penjelasannya dengan lebih rinci. Mohon kesabarannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Katolisitas.org
Shalom @ The Willy 5514
Maaf ijin membantu utk menjwb. Memang hanya kpd Allah satu2nya kita berdoa. ..nyatakanlah dlm sgala hal keinginanmu KEPADA ALLAH dlm doa...(Flp4:6) contoh saja & dlm keseluruhan Alkitab ada.
Logika sederhana hanya kpd Sang Pencipta saja kita berdoa bukan kpd sesama ciptaan betapapun kudusnya tetap ciptaan. Kita menghormati Bunda Maria & org2 kudus dng mohon bantuan doa spt halnya kita minta bantuan doa kpd Romo, ortu, sdr seiman yg kita lihat. Bunda Maria & org2 Kudus sbg pengantara & pendoa syafaat bagi kita yg mohon bantuan doa. Contoh :
1.Doa Salam Maria ...DOAKANLAH kami yg berdosa ini...
2.Novena 3 Salam Maria ..engkau tetap mjd PENGANTARA bagi Puteramu
...sudilah MENERUSKAN sgala permohonanku...
3. Rosario kita berdoa kpd Allah TriTunggal Maha Kudus BERSAMA2 Bunda Maria
4.Bunda Maria berdoa bersama para rasul tentu saja kpd Allah (Kis1:14)
5. Doa Malaikat Tuhan...Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah
6. Doa Ratu Surga...Doakanlah kami pd Allah, alleluya
7. Pernyataan tobat...sy mohon kpd Santa Perawan Maria, kpd para malaikat & org kudus, & kpd sdr sekalian spy MENDOAKAN sy kpd Allah
Maaf ini bukan opini sy, sy hanya menunjukkan bukti saja. Doa tdk terikat ruang & waktu. Bunda Maria atau org kudus pasti mengerti & peduli dng permohonan utk bantuan doa. Kita tdk bisa mengukur dng keterbatasan kita sbg manusia yg msh hidup di dunia hrs ketemu dng orgnya, telp atau WA baru tahu
Semoga bermanfaat. Salam kenal
Tq
@@silviapuspitasari3325
Yeremia 17:10 Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."
Roma 8:27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.
Roma 2:16 Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.
Apakah Bunda Maria dan orang Kudus bisa mengetahui yg tersembunyi dalam hati manusia ?
@ The Willy 5514
Mengapa ribet mikirin apakah Bunda Maria &/ org kudus mengerti apa yg ada di hati manusia? Kita memohon bantuan doa kpd Bunda Maria & / org kudus dng menyebutkan intensi kita spt halnya jika kita minta tlg kpd Romo, ortu, sdr seiman pasti kita kasih tahu ujud doanya apa.
Bunda Maria sgt mengerti & peduli( Yoh 2:1-11 ). Bunda Maria adalah ibu gereja, ibu kita jg ketika beliau oleh Puteranya diserahkan kpd Yohanes (Yoh 19:27). Tentu saja seorg ibu memahami kebutuhan anak2nya.
Bgm cara berkomunikasi di surga kita tdk bisa mikir dng otak manusia dunia misalnya pakai bahasa apa brngkali tanpa kata sdh saling mengerti beyond human knowledge
Maaf kalau boleh tahu apakah anda Katolik Roma?
Tq GBU
Kenapa tidak berdoa ke hawa? Awal mulanya semua lahir dari hawa. Dengan begitu Bukan kah hawa ibu segala bangsa?
Shalom katrinaja 5622,
Nama Hawa dikaitkan dari kata kerja Ibrani 'haya' artinya 'hidup': ibu orang-orang hidup. Benar bahwa dari Adam dan Hawa berasal semua keturunan manusia. Tetapi jangan lupa juga, bahwa karena ketidaktaatan merekalah, umat manusia mewarisi dosa asal. Keputusan mereka untuk memberontak terhadap perintah Allah menyebabkan keterpisahan dari Allah (terusir dari Firdaus).
Ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa, Ia mengaruniakan empat prenatural gifts: immortality, immune from suffering, infused knowledge dan integrity (Lih KGK 405, 337). Tetapi ketidaktaatan Adam dan Hawa, menyebabkan hilangnya keempat rahmat itu, dan sebaliknya seluruh umat manusia mewarisi dosa asal yang mendatangkan maut serta concupiscence (kecondongan pada dosa). Dari semuanya itu, Allah berkehendak mendatangkan keselamatan bagi seluruh umat manusia melalui Kristus, Adam baru (Roma 5:12). Bunda Maria disini mengambil peran sebagai Hawa baru, dimana melalui ketaatannya ia melahirkan Juruselamat. Jadi ketidaktaatan Hawa oleh karena terbujuk godaan iblis dikalahkan oleh ketaatan Bunda Maria pada Allah, sehingga semua umat manusia dapat diselamatkan. Tidak salah kita berdoa melalui perantaraan Bunda Maria selaku yang terdepan dari para kudusNya sebagaimana disampaikan di video.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Chieko Maylani