Namo Buddhaya Bhante,mohon pencerahanya saya dengar ceramah Bhante 4 landasan perhatiaan memakai objek primer dalam vipasanna adalah nafas. bukankah nafas itu annapanasati Bhante, lantas di mana perbedaan meditasi nafas anapanasathi dengan vipasanna ? mohon pencerahanya Bhante terima kasih
4 landasan perhatian: 1. Merenungkan jasmani dalam jasmani, 2. Perasaan dalam perasaan, 3. Citra/pikiran dalam pikiran, 4. Fenomena pikiran dalam fenomena pikiran. Vipassana-nya ānāpānasati adalah sbb: “... Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu, dengan menarik nafas panjang, memahami: ‘Aku menarik nafas panjang,’ atau dengan mengembuskan nafas panjang, memahami: ‘Aku mengembuskan nafas panjang’; dengan menarik nafas pendek, memahami: ‘Aku menarik nafas pendek,’ atau dengan mengembuskan nafas pendek, memahami: ‘Aku mengembuskan nafas pendek’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami seluruh tubuh nafas; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami seluruh tubuh nafas’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan menenangkan bentukan jasmani’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan menenangkan bentukan jasmani’-pada saat itu ia [1] berdiam dengan merenungkan jasmani sebagai jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Aku katakan bahwa ini adalah suatu tubuh tertentu di antara tubuh-tubuh, yaitu nafas-masuk dan nafas-keluar. Itulah sebabnya maka pada saat itu seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani sebagai jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. “Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami sukacita’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami sukacita’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami kenikmatan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami kenikmatan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami bentukan batin’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami bentukan batin’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan menenangkan bentukan batin’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan menenangkan bentukan batin’-pada saat itu ia [2] berdiam dengan merenungkan perasaan sebagai perasaan, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Aku katakan bahwa ini adalah suatu perasaan tertentu di antara perasaan-perasaan, yaitu mengamati dengan saksama pada nafas-masuk dan nafas-keluar. Itulah sebabnya maka pada saat itu seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan perasaan sebagai perasaan, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. “Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas panjang dengan mengalami pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan menggembirakan pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan menggembirakan pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengonsentrasikan pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengonsentrasikan pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan membebaskan pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan membebaskan pikiran’-pada saat itu ia [3] berdiam dengan merenungkan pikiran sebagai pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Aku tidak mengatakan bahwa ada pengembangan perhatian pada pernafasan pada seseorang yang lengah, yang tidak penuh kewaspadaan. Itulah sebabnya maka pada saat itu seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan pikiran sebagai pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. “Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas panjang dengan merenungkan ketidak-kekalan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan ketidak-kekalan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan merenungkan peluruhan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan peluruhan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan merenungkan lenyapnya’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan lenyapnya’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan merenungkan lepasnya’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan lepasnya’-pada saat itu ia [4] berdiam dengan merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Setelah melihat dengan kebijaksanaan pada ditinggalkannya ketamakan dan kesedihan, ia mengamati secara saksama dengan keseimbangan. Itulah sebabnya maka pada saat itu seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. “Para bhikkhu, itu adalah bagaimana perhatian pada pernafasan, yang dikembangkan dan dilatih, memenuhi empat landasan perhatian .... (MN 118--Ānāpānasati Sutta).
👏👏
Kebijaksanaan bante mudah2an bisa capai tingkat arahat
Anumodana, Bhante, 🙏🙏🙏
Penjelasan Dhamma Bhante...salah satu Bhante yg paling enak didengar/dimengerti ...Anumodana Bhante..🙏🙏🙏😊
Terima kasih Banyak Bhante🙏🙏
Tak lekang oleh waktu.
Semoga semua makhluk berbahagia dan kaya dan sehat
Sadhu3x
Terima kasih ,banyak Bante
Semoga ini bermanfaat...
Terima kasih banthe, menyejukan. Semoga banthe berbahagia.
Namo Buddhaya semua
Dama yg tak tergoyahkan. Datang lihat dan buktikan kebenaran. Anumodana bante. Semoga semua mahluk hidup bahagia. Shadu shadu shadu.
Sadhu3x
Mahanumodana bhante🙏🙏🙏 sangat jelas bhante😊🙏
Maturnuwun Bhante..pencerahannya..semoga semua mahkluk berbahagia..🙏🙏
Semoga demikian adanya
Sadhu sadhu sadhu
Vandami Bhante
Anomodana bhante
Dg suara yg lembut, akhlak dan dhamma diajarkan dan dpt diterima dg jelas dlm ketenangan dan ketentraman batin.
Anumodhana Bhante 🙏🙏🙏
Sadhu3x
Sadhu sadhu sadhu, terimakasih Bhante
Sadhu sadhu sadhu terimakasih..
Terima kasih Bhante , penjelasannya bagus juga jelas , Semoga semua makhluk berbahagia 🙏👍
Sadhu sadhu sadhu semoga bermanfaat
Terima kasih Bhante,penjelasannya🙏🙏🙏👍🏼
Sadhu3x
Namo bhudaya bhante.. 🙏🙏🙏
makasih byk bhante. sadhu.
Sadhu3x
🙏🙏🙏 Penjelasan dari Bante amat jelas sekali, semoga semua kebaikan dilimpahi dgn kebahagiaan.
Sadhu3x.
Aumodana Bhante,🙏
Sadhu3x
Sadhu.....sadhu.....sadhu.....
Semoga semua mahluk bahagia🙏🙏🙏
Andaikan
Saya mendapatkan Manggala
Asyik jika para Bikkhu bisa meditasi di sorga
🙏🙏🙏
Sadhu3x
🙏🙏🙏 sadhu sadhu
Sadhu3x
Sadhu sadhu 🙏
Sadhu3x
Namo Buddhaya Bhante,mohon pencerahanya
saya dengar ceramah Bhante 4 landasan perhatiaan memakai objek primer dalam vipasanna adalah nafas. bukankah nafas itu annapanasati Bhante, lantas di mana perbedaan meditasi nafas anapanasathi dengan vipasanna ? mohon pencerahanya Bhante terima kasih
4 landasan perhatian:
1. Merenungkan jasmani dalam jasmani,
2. Perasaan dalam perasaan,
3. Citra/pikiran dalam pikiran,
4. Fenomena pikiran dalam fenomena pikiran.
Vipassana-nya ānāpānasati adalah sbb:
“... Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu, dengan menarik nafas panjang, memahami: ‘Aku menarik nafas panjang,’ atau dengan mengembuskan nafas panjang, memahami: ‘Aku mengembuskan nafas panjang’; dengan menarik nafas pendek, memahami: ‘Aku menarik nafas pendek,’ atau dengan mengembuskan nafas pendek, memahami: ‘Aku mengembuskan nafas pendek’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami seluruh tubuh nafas; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami seluruh tubuh nafas’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan menenangkan bentukan jasmani’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan menenangkan bentukan jasmani’-pada saat itu ia [1] berdiam dengan merenungkan jasmani sebagai jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Aku katakan bahwa ini adalah suatu tubuh tertentu di antara tubuh-tubuh, yaitu nafas-masuk dan nafas-keluar. Itulah sebabnya maka pada saat itu seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani sebagai jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia.
“Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami sukacita’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami sukacita’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami kenikmatan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami kenikmatan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami bentukan batin’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami bentukan batin’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan menenangkan bentukan batin’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan menenangkan bentukan batin’-pada saat itu ia [2] berdiam dengan merenungkan perasaan sebagai perasaan, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Aku katakan bahwa ini adalah suatu perasaan tertentu di antara perasaan-perasaan, yaitu mengamati dengan saksama pada nafas-masuk dan nafas-keluar. Itulah sebabnya maka pada saat itu seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan perasaan sebagai perasaan, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia.
“Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas panjang dengan mengalami pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan menggembirakan pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan menggembirakan pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengonsentrasikan pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengonsentrasikan pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan membebaskan pikiran’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan membebaskan pikiran’-pada saat itu ia [3] berdiam dengan merenungkan pikiran sebagai pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Aku tidak mengatakan bahwa ada pengembangan perhatian pada pernafasan pada seseorang yang lengah, yang tidak penuh kewaspadaan. Itulah sebabnya maka pada saat itu seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan pikiran sebagai pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia.
“Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas panjang dengan merenungkan ketidak-kekalan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan ketidak-kekalan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan merenungkan peluruhan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan peluruhan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan merenungkan lenyapnya’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan lenyapnya’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan merenungkan lepasnya’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan lepasnya’-pada saat itu ia [4] berdiam dengan merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Setelah melihat dengan kebijaksanaan pada ditinggalkannya ketamakan dan kesedihan, ia mengamati secara saksama dengan keseimbangan. Itulah sebabnya maka pada saat itu seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia.
“Para bhikkhu, itu adalah bagaimana perhatian pada pernafasan, yang dikembangkan dan dilatih, memenuhi empat landasan perhatian .... (MN 118--Ānāpānasati Sutta).
Sadhu,Sadhu,Sadhu🙏🙏🙏
Sadhu3x
Sungguh luar biasa bhante santacitto ini,, sangat luas pengetahuannya dan juga mudah dipahami pemaparan dhammanya. Anumodanna bhante 🙏🙏🙏 sadhu..sadhuu
Sadhu3x semoga memberikan manfaat bagi kita semua.
Saya ,haus akan ,dama, dan penjelasan
Saya tinggal di Taiwan aaya gak, ngerti bahasa mandarin
Namo buddhaya bhante...🙏🙏🙏
Sotthi hotu
🙏🙏🙏🙏
🙏🙏🙏
Sadhu sadhu sadhu..
🙏🙏🙏